Gizi & Diet 17 Maret 2016

November 13, 2017 | Author: Danu Ariantaka | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tugas ngae dengang jilid 2...

Description

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKURANGAN VITAMIN, ANEMIA, CACINGAN, KKP

Oleh : I Kadek Budiawan 2. I Wayan Dita Heriawan 3. Ni Luh Putu Emik Oktami 4. Ni Putu Nopindrawati 1.

(P07120015022) (P07120015032) (P07120015037) (P07120015039)

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D III 2016 KATA PENGANTAR 1

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah ”Pencegahan Dan Penanganan Kekurangan Vitamin, Anemia, Cacingan, KKP” . Makalah ini sebagai tugas mata kuliah Gizi dan Diet. Makalah ini dibuat bertujuan agar mahasiswa memahami tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Perspektif Budaya. Dalam proses pembuatan makalah ini kami menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah inidapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 15 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI 2

Kata Pengantar....................................................................................................................... 2 Daftar Isi................................................................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 4 1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 4 1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 4 1.3. Tujuan............................................................................................................................. 5 BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6 2.1. Vitamin............................................................................................................................ 6 2.2. Masalah Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Vitamin.................................................... 9 2.3. Penanganan Avitaminosis Dan Hypervitaminosis.......................................................... 11 2.4. Anemia............................................................................................................................ 12 2.5. Pencegahan Primer Pada Anemia................................................................................... 17 2.6. Pencegahan Sekunder Pada Anemia............................................................................... 18

3

2.7. Pencegahan Tersier Pada Anemia................................................................................... 19 2.8. Pengobatan Anemia........................................................................................................ 20 2.9. Cacingan......................................................................................................................... 20 2.10. Pengobatan dan Pencegahan Cacingan......................................................................... 22 2.11. KKP (Kekurangan Kalori Protein)................................................................................ 23 BAB III PENUTUP............................................................................................................... 27 3.1. Simpulan......................................................................................................................... 27 3.2. Saran............................................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh manusia dan dapat menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat. Namun penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

4

Kekurangan vitamin, anemia, cacingan, dan kekurangan kalori protein adalah suatu kondisi yang dialami oleh seseorang yang mengalami malnutrisi, tentunya dari masalah-masalah tersebut diperlukan penanganan dan pengobatan untuk menanggulangi masalah menyebabkan resiko yang lebih besar. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Vitamin ? 2. Apa saja masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin? 3. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan vitamin ? 4. Apakah pengertian dari Anemia ? 5. Apa saja masalah yang diakibatkan dari anemia ? 6. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat anemia ? 7. Apakah pengertian dari cacingan ? 8. Apa saja masalah yang diakibatkan dari cacingan ? 9. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan ? 10. Apakah pengertian kekurangan kalori protein? 11. Apa saja masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori protein ? 12. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan kalori protein ?

1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Vitamin. 2. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin. 3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan vitamin. 4. Untuk mengetahui pengertian dari Anemia 5. Untuk mengetahui masalah yang diakibatkan dari Anemia. 6. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat anemia. 7. Untuk mengetahui pengertian dari cacingan. 8. Untuk mengetahui masalah yang diakibatkan dari cacingan. 5

9. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan masalah cacingan. 10. Untuk mengetahui pengertian kekurangan kalori protein. 11. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan kalori protein. 12. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah akibat kekurangan kalori protein.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

VITAMIN 2.1.1. Pengertian Vitamin Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina 6

(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat sedikit dan harus disuplai dari makanan karena tubuh tidak dapat menyintesisnya. Vitamin mrupakan zat makanan yang berguna untuk memperlancar semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Suatu vitamin menunjukkan satu fungsi metabolik khusus. 2.1.2.

Fungsi Vitamin Secara Umum

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh. Fungsi Vitamin secara umum berhubunga erat dengan fungsi enzim, terutama vitamin-vitamin kelompok. Vitamin dapat berperan secara bersama–sama dalam mengatur fungsi tubuh, yaitu memacu dan memelihara Pertumbuhan,, Reproduksi,, Kesehatan dan kekuatan tubuh,, Stabilitas sistem syaraf, Selera makan, Pencernaan, Penggunaan zat-zat makanan lainnya. 2.1.3.

Macam-Macam Vitamin

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin 7

ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terusmenerus. 1) Vitamin Yang Larut Dalam Air a. Vitamin B Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau. b. Vitamin C Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi. Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan 8

sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. 2) Vitamin yang larut dalam Lemak a. Vitamin A Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya). b. Vitamin D Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). c. Vitamin E Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai 9

kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. d. Vitamin K Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh. 2.2.

Masalah Akibat Kekurangan Dan Kelebihan Vitamin 2.2.1 Vitamin yang larut dalam air a. Vitamin B 

Avitaminosis pada Vitamin B Penyakit yang menyerang seseorang karena kekurangan vitamin B adalah penyakit beri-beri, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik, menurunnya daya tahan tubuh, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan, muntah-muntah, mual, anemia (kekurangan darah),



mudah lelah lesu, dan iritasi kulit. Hypervitaminosis pada Vitamin B Penyakit yang disebabkn karena kelebihan vitamin B adalah susah bernapas, nyeri dengan sensai terbakar, mati rasa di kaki dan tangan, kehilangan

koordinasi otot, sakit kepala, depresi, dan sampe menyebabkan kelumpuhan. b. Vitamin C  Avitaminosis pada Vitamin C Kekurangan vitamin C pada seseorang akan dapat menyebabkan gusi 

berdarah dan nyeri pada persendian. Hypervitaminosis pada Vitamin C Kelebihan vitamin C pada seseorang akan menyebabkan sariawan, batu ginjal, diare, sakit perut, badan panas, sakit perut, dan insomnia. 10

2.2.2 Vitamin yang larut dalam lemak a. Vitamin A 

Avitaminosis pada Vitamin A Seseorang yang kekurangan vitamin A akan mengalami rabun senja dan katarak. Selain itu, penderita avitaminosis vitamin A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan



kondisi kulit yang kurang sehat. Hypervitaminosis pada Vitamin A Seseorang yang menderita kelebihan vitamin A akan mengalami penglihatan kabur, pusing, keadaan pingsan, mual, insomnia, diare, ruam kulit, nyeri sendi, dan sakit kepala.

b. Vitamin D 

Avitaminosis pada Vitamin D Bila kadar vitamin D pada seseorang rendah maka tubuhnya akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia,



yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Hypervitaminosis pada Vitamin D Kelebihan vitamin D pada seseorang dapat menyebabkan kelemahan otot, sakit kepala, tuli, kehilangan nafsu makan, mual, kelelahan, muntah-mintah, dan nyeri tulang.

c. Vitamin E 

Avitaminosis pada Vitamin E Seseorang yang menderita kekurangan vitamin E dapat berakibat otot-otot melayuh dikarenakan terjadinya kerusakan syaraf penggerak, serta



berlangsungnya kemunduran pada:hipofisa dan kelenjar gondok. Hipervitaminosis pada Vitamin E Yang akan terjadi pada seseorang bila mengalami kelebihan vitamin E kelemahan otot, kelelahan, payudara lunak, dan lambat penyembuhan luka.

d. Vitamin K 

Avitaminosis pada vitamin K 11

Akibat dari kekurangan vitamin K pada seseorang adalah dapat menimbulkan penyakit kuning/ penyakit saluran empedu. Kadar protombin yang rendah dalam tubuh sebagai akibat kurangnya vitamin K yang diserap 

tubuh kadang-kadang terjadi pada bayi. Hypervitaminosis pada vitamin K Apabila seseorang kekurangan kadar vitamin K, maka akan terjadi hal-hal

seperti mual, muntah-muntah, anemia, diare, dan ruam kulit. 2.3. Penanganan Avitaminosis Dan Hypervitaminosis 2.3.1. Penanganan Avitaminosis Secara umum hal-hal yang harus dilakukan untuk menangani seseorang yang menderita kekurangan vitamin (avitaminosis) adalah : a. Tindakan utama adalah konsultasi ke dokter mengenai asupan vitamin pada seseorang b. Memberikan suplemen vitamin kepada seseorang secara teratur c. Memperhatikan asupan gizi makanan pada seseorang d. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur sbagai sumber vitamin untuk seseorang, tekhususnya meningkatkan konsumsi sayuran hijau e. Menghindarkan seseorang dari makanan berlemak/ kolestrol tinggi f. Dan setidaknya menerapkan PHBS dan 4 Sehat 5 Sempurnah 2.3.2. Penanganan Hypervitaminosis Pada Seseorang Jika

seseorang

(hypervitaminosis)

telah seperti

menunjukan yang

gejala-gejala

disebutkan

di

kekurangan

atas,

maka

vitamin sebaiknya

dikonsultasikan dengan dokter. Karena sebagian besar gejalanya seperti gejala medisyang lain, maka penting untuk didiagnosa dengan baik. Dan yang harus dilakukan adalah: a. Segera hentikan asupan suplemen vitamin adalah langkah utama dalam mengobati hypervitaminosis atau kelebihan vitamin pada seseorang. b. Dokter mungkin menyarankan untuk menghindarkan seseorang dari makanmakanan yang tinggi kadar vitamin masing-masing.

12

c. Dokter mungkin meresepkan beberapa obat yang membantu dalam mengobati gejala overdosis vitamin. d. Gejala hypervitaminosis atau kelebihan vitamin pada seseorang dapat diobati jika tepat waktu dan perawatan yang tepat dilakukan. e. Sebagai tindakan pencegahan, perlu juga untuk memeriksa label multivitamin dan suplemen untuk agar lebih aman. 2.4. ANEMIA 2.4.1. Definisi Anemia Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. 2.4.2

Penyebab Anemia Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau

gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang mengal;ami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlerbihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko anemia. Perdarahan

akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat

terjadi pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi darah merupakan tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut. Pendarahan teresebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia : 1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan. 13

Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari).Sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah. 2. Kehilangan darah. Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan berlebihan,pembedahan

atau

permasalahan

dengan

pembekuan

darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau perempuan

juga dapat menyebabkan

anemia.Semua

faktor ini akan

meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan untuk membuat sel darah merah baru. 3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal. Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah dalam jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia beracun atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker). 2.4.3 Gejala Anemia Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya: 

Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.



Wajah tampak pucat.



Mata berkunang-kunang.



Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.



Sering sakit.



Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau berkurangnya warna merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-lahan sehingga sulit disadari.



Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah ,makaterdapat gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih mata ,pembesaran limpa dan warna urin seperti teh.

2.3.5

Jenis-jenis Anemia

a) Anemia Defisiensi zat besi Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya zat besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.Oleh sebab itu , ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi hemoglobin akan menurun. 14

Meskipun demikian , penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang menderita kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung zat besi . Sedabgkan pada orang dewasa , kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh pendaraah menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh. Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin .setiap harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1 mg lagi. Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi. b) Anemia Defisiensi Vitamin C Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya adalah kurangnya asupan vitamin c dalam makanan sehari hari. Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,sehingga jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa penyakit ini dilakukan pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada anemia jenis ini sum-sum tulang menghasilkan sel darah merah berukuran kecil. c) Anemia Makrositik Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar (Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular 15

Volume merupakan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90% anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa. Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini akan merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka dilidah atau lidah seperti terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual. Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop, tampak selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam darah. d) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah. e) Anemia Sel Sabit Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan anemia hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel darah merah memiliki hemoglobin(prootein

pengangkut

oksigen)

yang

bentuknya

abnormal,sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan sampai pada kematian. f)

Anemia Aplastik 16

Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan darah merah terganggu. Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan oleh bahan kimia ,obat-obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang lain. 2.5. Pencegahan Primer Pada Anemia 2.5.1

Pendidikan

Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui tiga cara : A. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. B. Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi. C. Peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat bezi, seperti sayur-sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis. 2.5.2

Pola istirahat

Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang dianjurkan adalah minimal 8 jam per hari. 2.5.3

Pola Hidup

Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit. Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat oksigen berkurang. 2.5.4

Pola Aktifitas

Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya 17

merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat profil darah dan mencegah terjadinya anemia.

2.5.5 Melakukan tes laboratorium Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari. 2.6. Pencegahan Sekunder Pada Anemia 2.6.1

Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi, pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi, bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun parasitnya sendiri belum tereliminasi. 2.6.2 Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan 18

merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan.

2.6.3 Tranfusi Darah Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien. Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui selang infus. 2.6.4 Pemberian tablet atau suntikan zat besi Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe) dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena kekurangan zat besi. 2.6.5 Melakukan tes laboratorium Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari. 2.7. Pencegahan Tersier Pada Anemia a) pemberian suntikan untuk menghentikan seperti vitmin B12 atau B kompleks. b) Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan. c) Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila 19

ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari. d) Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. e) Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen. 2.8

Pengobatan Anemia Perlu diketahui, anemia hanyalah sebuah gejala dan menemukan penyebabnya adalah langkah penting dalam penanganan anemia. Pada dasarnya pengobatan akan disesuaikan dengan penyebab terjadinya anemia .

2.9

Cacingan 2.9.1 Pengertian Cacingan Banyak orangtua yang sering mendengar penyakit cacingan, namun orang tua tidak tahu apa itu penyakit cacingan yang sebenarnya. Penyakit cacingan merupakan parasit yang tumbuh di dalam tubuh manusia dan mengganggu tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia itu terserap oleh parasit cacing tersebut. Oleh sebab itu, para orang tua perlu mengetahui apa saja penyebab cacingan yang dapat membahayakan anak. 2.9.2 Jenis Cacingan Selama ini orang mengira penyakit cacingan hanya satu jenis saja, namun ternyata cacingan terdiri dari dua jenis. Berikut penyakit cacingan yang harus ketahui: 

Cacing Kremi Jenis penyakit cacing kremi sering dialami oleh anak-anak. Cacing ini

memiliki ukuran yang kecil, yaitu sekitar seperempat inci. Cacing ini bisa menginfeksi usus anak, namun tidak akan menimbulkan gejala sehingga anakanak tidak menyadarinya. Cacing kremi ini biasanya akan bergerak saat malam hari, cacing itu akan bergerak menuju ke anus dan kemudian bertelur. Anak biasanya tidak bisa tidur karena merasakan gatal pada ususnya. 20



Cacing Pita Cacing pita bisa menyerang kaum dewasa, cacing pita biasanya dijumpai

pada sejumlah daging babi. 

Cacing Gelang Penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing gelang bisa menembus

pori-pori kulit dan bisa hidup di paru-paru. Jangan anggap remeh cacing gelang, hal itu dikarenakan penyakit cacing gelang bisa menimbulkan penyakit yang lainnya dalam tubuh. 2.9.3

Penyebab Cacingan Yang harus diperhatikan adalah cacingan yang biasanya menyerang pada

kaum anak-anak. Anak-anak tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan sehingga orangtualah yang harus memberikan perhatian dan perlindungan ekstra terhadap anaknya. Berikut ini hal-hal yang bisa menyebabkan cacingan: 1. Kurang Memelihara Kebersihan Anak-anak tidak bisa jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak anakanak yang merasa cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah bermain tanah anak tidak cuci tangan dan dia memasukkan makanan menggunakan tangannya ke dalam mulut. Hal inilah yang menjadi penyebab utama mengapa anak-anak terkena cacingan. 2. Lingkungan Yang Kotor Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak-anak terkena cacingan. Anak-anak bisa saja bermain di lingkungan yang kotor dan mengandung cacing di dalamnya sehingga anak bisa rentan untuk terkena cacingan. 3. BAB Di Sembarang Tempat Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar di sembarang tempat, hal itu dikarenakan jika BAB di sembarang tempat anak rentan untuk terkena cacingan. Alasannya adalah penderita cacingan saat mengeluarkan tinja cacing itu akan ikut keluar, saat tinja mengering maka cacing itu akan hidup dan berkeliaran kembali. Alasan itulah yang tidak boleh membiarkan anak untuk BAB secara sembarangan. 4. Tidak Memakai Alas Kaki 21

Kebiasaan anak tidak memakai alas kaki juga dapat menyebabkan anak terkena cacingan. Cacing jenis gelang bisa menembus permukaan kulit dan poripori manusia. Cacing itu bisa bertelur dan kemudian menimbulkan cacingan. Oleh sebab itu biasakan kepada anak-anak anda untuk selalu memakai alas kaki saat memijak tanah. Tanah adalah sumber kuman dan tempat tinggal cacing penyebab cacingan. 5. Makanan Cacingan juga bisa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva cacing. Larva itu saat berada di dalam usus kemudian bertelur dan kemudian berkembang biak. Hal itulah yang menyebabkan anak menjadi penyebab cacingan. 6. Minuman Siapa sangka jika meminum air mentah secara terus menerus dapat menyebabkan telur cacing tumbuh dalam perut. Minum air mentah adalah salah satu kebiasaan buruk yang harus dihindari, teruatama untuk anak-anak yang belum mengerti bahaya minum air mentah. Sebab air yang masih mentah terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing bersarang dan menyebabkan cacingan pada anak. Oleh karena itu biasakan pada anak untuk meminum air matang agar tidak ada kuman yang bersarang di dalam perut. 2.10. Pengobatan Dan Pencegahan Cacingan 2.10.1. Pengobatan Obat yang mempunyai efek sebagai anti parasit dapat digunakan untuk pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu : 1. Pyrantel pamoat Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah : -

Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

2. Mebendazole Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan dosis diatas, yaitu: -

Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal

Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga diberikan untuk

seluruh

anggota

keluarga

untuk

penularan cacingan tersebut. 22

mencegah/mewaspadai

terjadinya

2.10.2. Pencegahan Cara terbaik dalam mencegah agar anda tidak sampai mengalami cacingan :  Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi cacing kremi).  Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing sensitive terhadap sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).  Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi  Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna 2.11. KKP (Kekurangan Kalori Protein) 2.11.1. Pengertian Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi( AKG). ( Mansjoer, Arif.2000)

Kekurangan kalori protein adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan- berat.( DEPKES RI, 1989). Defisiensi protein energi adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori.(LAB IKA, 1994)\\ Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah “konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui”. Kekurangan kalori protein (KKP) adalah penyakit yang disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai yang mengakibatkan kekurangan protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Kekurangan kalori protein (malnutrisi), kurang gizi yang dapat menyebabkan penyakit kurang gizi seperti marasmus, jika KKP tersebut masih ringan atau sedang

dapat menyebabkan gizi kurang (undernutrition) yang 23

ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan apabila sudah menjadi KKP berat maka akan menimbulkan masalah-masalah yang meliputi kwarsiorkor, marasmus, dan marasmik-kwarsiorkor. Penyakit ini banyak menimpa golongan anak, terutama anak-anak berumur di bawah lima tahun. 2.11.2. ETIOLOGI a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.

Makanan yang tidak adekuat Kekurangan pemasukan protein Gangguan penyerapan protein Pengetahuan gizi kurang Kebiasaan makan yang buruk Sindrom nefrotik (kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria) Infeksi anomali traktus gastroenteritis Penolakan yang berkaitan dengan anoreksia, muntah dan ruminasi. Gagal melakukan sintesis protein Gangguan susunan saraf pusat Mal absorbsi Penyakit gagal ginjal kronik Hambatan utilitas (kegunaan) zat gizi

Menurut DEPKES RI, 1989 : 1. Marasmus Penyebab utama adalah kekurangan makanan yang mengandung kalori dan protein. Penyebab umum adalah : a. Kegagalan menyusui anak : ibu meninggal, anak ditelantarkan, atau tidak dapt menyusui. b. Terapi puasa karena penyakit, oleh karena itu tidak boleh puasa lebih dari 24 jam c. Tidak dimulainya dengan makanan tambahan 2. Kwasiokhor Penyebab utama adalah makan tidak atau hampir tidak mergandung protein hewani dengan alasan kemiskinan, tidak mengetahui dan mengerti penambahan makanan pada bayi / anak, pemikiran yang salah, macammacam infeksi ( diare, cacing, anoreksia), dan sebab- sebab khusus ( ibu kekurangan ASI, ibu meninggal,ibu sakit berat, ibu hamill lagi, penghentian tiba- tiba dari ASI) 2.11.3. MANIFESTASI KLINIS KKP berat secara klinis dibagi menjadi 3, yaitu: KWASHIORKOR a. Adanya edema (abuh) yaitu kaki, tumit dan bagian tubuh lainnya seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk. 24

b. Gangguan pertumbuhan tubuh c. Perubahan kejiwaan (anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak d. e. f. g. h.

nafsu makan) Otot mengecil atau terlihat lemah dan tidak berkembang. Warna rambut pirang dan mudah rontok Muka bundar bak bulan purnama Pembesaran hati Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklatkehitaman dan terkelupas( crazy pavement dermatosis ), dimulai dengan titik menjadi ptechie kemudian menghitam dan mengelupas, sehingga terdapat bagian- bagian merah yang dikelilingi oleh batas- batas yang masih hitam, kering dan menunjukkan garis- garis kulit yang lebih

dalam dan lebar. i. Anemia j. Kelainan kimia : kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, kadar kolesterol serum rendah. MARASMUS a. Otot-otot mengecil (atropi) b. Hamper tidak ada lapisan lemak dibawah kulit, kehilangan tekanan turgor c. Wajah tampak tua d. Berat badan sangat kurang e. Pertumbuhan kurang atau terhenti f. Sering diare atau konstipasi g. Ubun-ubun besar cekung h. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas MARASMIK-KWASIORKHOR a.

Gambaran klinisnya merupakan campuran dari beberapa gambaran klinis kwasiokhor dan marasmusdengan BB/U < median WHO ( BB > 120 % baku ), NCHS disertai edema yang tidak mencolok.

2.11.4. PENATALAKSANAAN (KKP) 1. Bila ada dehidrasi atasi dulu 2. Perbaiki diet 

Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, & III



memenuhi syarat tersebut. Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-57,5 ) + glukosa 5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III.

3.Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali. 4.Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO 5. Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab

25

6. Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin 15 mg/kg/hari dibagi 3 x. Tingkat posyandu a. Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu. b. Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI) c. Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh : KMS d. Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan ada pula beberapa imuisasi dasar, antara lain: a) BCG b) DPT c) Polio d) Hepatitis B3 e) Campak Tambahan : a. b. c. d.

HiB (meningitis) PCV/IPD (pnemokokus) MMR Influenza

BAB III PENUTUP 3.1

SIMPULAN Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Masalah- masalah yang dapat ditimbulkan oleh kekukrangan vitamin adalah misalnya kekurangan vitamin a akan mengakibatkan gangguan penglihatan sedangkan kekurangan vitamin c akan mengakibatkan sariawan. Beberapa penatalaksanaan yang dapat diberikan terhadap orang yang mengalami 26

avitaminosis antara lain konsultasi ke dokter mengenai asupan vitamin pada seseorang, memberikan suplemen vitamin kepada seseorang secara teratur, memperhatikan asupan gizi makanan pada seseorang. Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya lemah, letih, lesu, mudah lelah, lunglai, wajah tampak pucat, mata berkunang-kunang, sulit berkosentrasi dan mudah lupa dan sering sakit. Ada 3 penatalaksanaan yang dapat diberikan terhadap orang yang mengalami anemia yaitu secara primer, sekunder, tersier. Cacingan merupakan parasit yang tumbuh di dalam tubuh manusia dan mengganggu tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia itu terserap oleh parasit cacing tersebut. Obat yang

mempunyai

efek

sebagai

anti

parasit

dapat

digunakan

untuk

pengobatan cacingan ini, ada 2 jenis obat yang biasa digunakan yaitu : 1. Pyrantel pamoat Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya adalah : o Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal 2. Mebendazole Dosis untuk pengobatan cacingan yang belum diketahui jenisnya, sama dengan dosis diatas, yaitu: o Dewasa/anak-anak : 10 mg/kg BB, diberikan dalam dosis tunggal Apabila ada anggota keluarga yang terkena cacingan, sebaiknya pengobatan juga diberikan untuk seluruh anggota keluarga untuk mencegah/mewaspadai terjadinya penularan cacingan tersebut. Dan untuk pencegahannya, yaitu  Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar rumah.  Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan  Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di masa libur sekolah dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar rumah 27

 Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.  Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi cacing kremi). Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam makanan sehari- hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi( AKG).( Mansjoer, Arif.2000). Adapun penatalaksanaan KKP :

 

Bila ada dehidrasi atasi dulu Perbaiki diet - Formula harus mudah dicerna,pekat kalori atau protein modisco I, II, & -

  



III memenuhi syarat tersebut. Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan ( 2,5-

5-7,5 ) + glukosa 5 % disusul dengan modisco ½ , I , II , III. Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 2 kali. Vitamin B komplek ,C,AD,tetes PO Pengobatan penyakit penyerta atau penyebab. Terapi : gentamicin 6 – 7,5 mg/kg/hari dibagi 2 x atau Amikasin 15 mg/kg/hari dibagi 3 x.

3.2

SARAN Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan

lingkungan dan makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan gizi, sehingga masyarakat atau pembaca bisa mengenali dan mencegah lebih dini masalah-masalah seperti avitaminosis, anemia, cacingan dan kekurangan kalori protein.

28

DAFTAR PUSTAKA

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Ghalia Indonesia printing. Makfoed, Djarir, dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta:Kanisus Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:Gramedia : Pustaka Utama. Bherman, Richard E. 1988. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:EGC Santoso, Soegeng & Ranti, Anne L. 1999.Kesehatan dan Gizi.Jakarta:PT Rineka cipta Moehji, Sjahmien. 1986. Ilmu Gizi. Jakarta:Bhratara Karya Aksara Depkes RI. 1989. Perawatan Bayi dan Anak Edisi I. Jakarta : Pusdiktenkes. Hassan, Rusepno. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IKA FKUI. 29

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius. Harianto, Agu dkk.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak. Surabaya: Universitas Airlangga. Carpenito, Lynda Juall.2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC http:// academia.edu /gejala-anemia-penyebab-faktor-risiko.html, diakses pada tanggal 11 Maret 2016. http://halosehat.com/penyakit/cacingan/penyebab-cacingan, diakses pada tanggal 11 maret 2016 http://halosehat.com/penyakit/avitaminosisi , diakses pada tanggal 11 maret 2016

30

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF