Gerak-Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia

September 13, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Gerak-Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia...

Description

 

  LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “SISTEM GERAK”  GERAK” 

oleh:  Nama : Reny Dwi Irfiana  NIM : 150210103071 Kelas : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2018

 

I. 

JUDUL

Sistem Gerak pada Manusia

II. 

TUJUAN

Mahasiswa mampu memahami struktur anatomi sistem gerak dan jenis-

 jenis gerak pada manusia III.  METODE

3.1 Alat

: Torso, alat tulis

3.2 Bahan

:-

3.3 Cara kerja

: Menggunakan metode demonstrasi oleh asisten

IV. HASIL PENGAMATAN

 

V. 

PEMBAHASAN

Praktikum ini mempelajari mengenai Sistem Gerak pada Manusia yang  bertujuan agar mahasiswa mampu memahami struktur anatomi sistem gerak dan  jenis-jenis gerak pada manusia. Metode yang digunakan dig unakan adalah demonstrasi torso di depan kelas oleh asisten. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa rangka pada manusia dibedakan menjadi dua yaitu rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial merupakan rangka yang terdapat di sumbu tubuh, sedangkan rangka apendikular adalah rangka yang berperan sebagai sistem gerak. Beberapa fungsi rangka antara lain, yaitu: sebagai perlindungan organ vital, memberi bentuk  pada tubuh, deposit kalsium (cadangan kalsium), tempat melekatnya otot,  penyangga tubuh, alat gerak pasif, tempat pembentukan sel darah merah (di sumsum merah), serta tempat penyimpanan energi dalam bentuk lemak (di susmsum kuning). Menurut Timurawan (2017) Rangka tubuh manusia tersusun atas berbagai macam tulang yang saling berhubungan satu sama lain. Berdasarkan  jenisnya tulang dibedakan dibed akan menjadi dua, yakni tulang tula ng rawan dan tulang keras. kera s. Tulang rawan (kartilago) terbuat dari bahan yang padat, bening, dan putih kebiru-biruan. Tulang rawan ini kuat tetapi tidak lebih kuat dari tulang biasanya. Tulang rawan ditemukan terutama di sendi dan diantara dua tulang. Tulang rawan tidak

mengandung

pembuluh

darah,

tetapi

diselubingi

membran

yaitu

 perikondrium, tempat t empat tulang rawan mendapatkan mendapatka n darah (Pearce, 2016:24). 2016 :24). Tulang rawan terdiri atas anyaman serat yang memiliki sek-sel tulang rawan (kondrosit) yang membuat matriks kondrin. Tulang rawan dibedakan menjadi tiga, antara lain: 1) Tulang rawan hialin, 2) tulang rawan elastis, dan 3) tulang rawan fibrosa. Tulang rawan hialin merupakan bentuk tulang rawan terbanyak. tulang rawan hialin mempunyai matriks yang homogeny dan bersifat halus serta transparan, contoh tulangrawan hialin biasanya terdaoar pada cincin batang tenggorokan (trakea), cuping hidung, persendian, serta antara tulang rusuk dan tulang dada. Tulang rawan elastis merupakan tulang yang bersifat lentur dan elastis, matriksnya mengandung serat elastis bercabang-cabang, contoh dari tulang rawan elastis biasanya terdapat pada epiglottis dan bagian luar telinga. Tulang rawan fibrosa adalah tulang rawan yang sifatnya kurang lentur, matriksnya mengandung

 

serat kolagen yang tidak lentur, contohnya terdapat pada antar ruas tulang  belakang (Timurawan, 2017). Tulang keras merupakan penyusun sebagian besar rangka manusia dewasa. Bagian luar tulang keras dilapisis oleh periosteum yang merupakan tempat melekatnya otot. Sel tulang keras disebut osteosit. Bakal calon osteosit disebut Osteoblas, dan metanuklir yang berfugsi memfagositosit tulang yang sudah rusak atau mati disebut Osteoklas. Sel-sel tulang keras membentuk lingkaran konsentris yang berlapis-lapis. Berdasarkan sifat matriksnya, tulang keras dibedakan menjadi dua, yaitu tulang kompak dan tulang spons. Tulang kompak merupakan tulang dengan matriks yang bersifat padat dan rapat, misalnya lapisan luar tulang pipa. Tulang spons cirinya yaitu memiliki matriks yang berongga, misalnya tulang  pipih dan tulang pendek pend ek (Timurawan, 2017). Berdasarkan bentuknya tulang dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1) tulang pipa, 2) tulang pendek, 3) tulang pipih, dan 4) tulang tak beraturan. Tulang  pipa memiliki bentuk sesuai namanya yaitu seperti pipa, bentuknya memanjang dan tengahnya berlubang, contoh tulang ini adalah tulang paha, tulang betis, dan tulang lengan. Tulang pendek memiliki bentuk pendek, bersifat ringan dan kuat, tulang ini mampu menahan beban yang cukup berat, contoh tulang ini adalah tulang pergelangan tangan, telapak tangan dan telapak kaki. Tulang pipih yaitu tulang yang memiliki bentuk pipih seperti pelat, contohnya adalah tulang enyusun tengkorak, tulang rusuk dan tulang dada. Tulang tidak beraturan merupakan gabungan dari berbagai bentuk tulang, contohnya yaitu tulang wajah dan tulang yang terdapat pada ruas-ruas tulang belakang. Rangka aksial disebut juga rangka poros atau sumbu tubuh. Rangka aksial tersususn atas tengkorak (skulu), tulang belakang (vertebrae), tulang dada (sternum), dan tulang rusuk (ribs). Tengkorak terdiri atas tulang kepala (cranium) dan tulang pembentuk wajah. Fungsi dari tulang tengkorak yaitu melindungi otak dan membentuk wajah. Tulang kepala (os. cranium) terdiri atas tulang dahi (os.frontalis) 1 buah, tulang ubun-ubun (os. parietalis) 2 buah, tulang kepala  belakang (os. oksipitalis) 1 buah, tulang pelipis (os. temporalis) 2 buah, tulang  baji (sphenoid) 2 buah, tulang tapis (etmoid) 2 buah. Tulang wajah (os.

 

splanchocranium) terdiri atas tulang air mata (os. lacrimal) 2 buah, tulang hidung (os. nasalis) 2 buah, tulang pipi (os. zigomatikum) 2 buah, tulang rahang atas (os. maksilaris) 2 buah, tulang rahaang bawah (os. mandibularis) 2 buah, os. vomer 1  buah. Apabila Apabi la diamati d iamati dari da ri bawah akan tampak tulang langit-langit langit-la ngit (os. (o s. pallatum) pal latum) 2 buah, kondilus oksipitalis 2 buah, dan foramen magnum. Foramen magnum adalah tempat melekatnya tulang kepala dengan sumsum tulang belakang. Tulang  belakang (vertebrae) tersusun atas 7 ruas tulang leher (os. cervical vertebrae), 12 ruas tulang punggung (os. toracalis vertebrae), 5 ruas tulang pinggang (os. lumbaris vertebrae), 5 ruas tulang kelangkang (os. sacralis vertebrae), 4 ruas tulang ekor (os. coccyx vertebrae). Apabila diamati satu ruas tulang belakang terdiri atas beberapa bagian yaitu foramen vertebrae, processus spinosus,  processus transversus, transv ersus, dan vertical verti cal body. Tulang Tulan g dada (sternum) (ster num) terdiri atas ata s tulang hulu (os. manubrium sterni), tulang badan (os. corpus sterni), dan tulang taju  pedang (os. processus xyphoideus). Tulang rusuk terdiri dari beberapa bagian diantaranya yaitu, 7 pasang tulang rusuk sejati (os. costae vera), 3 pasang tulang rusuk palsu (os. costae sporia), dan 2 pasang tulang rusuk melayang (os. costae fluctuantes). Rangka apendikular meliputi ektremitas atas, ekstremitas bawah, gelang  panggul (pelvic (pelvi c girdle), serta s erta gelang gelan g bahu (pectoral (p ectoral girdle) girdle ) yang terdiri t erdiri dari tulang selangka (clavicula) dan tulang belikat (scapula). Ekstremitas atas terdiri atas  beberapa bagian yaitu tulang lengan atas (humerus) 2 buah, tulang pengumpil (radius) 2 buah, tulang hasta (ulna) 2 buah, tulang pergelangan tangan (carpal) 2  buah, tulang telapak tangan (metacarpal) 2 buah, dan tulang jari-jari tangan (phalanges) 10 buah. Tulang pergelangan tangan tersusun atas 8 pasang tulang  pendek dan tulang pergelangan tangan tersusun atas 5 pasang tulang pendek, sedangkan tulang jari-jari tangan tersusun atas 14 pasang tulang pipa. Ekstremitas  bawah memiliki beberapa bagian yaitu tulang paha (femur) 2 buah, tulang tempurung lutut (patella) 2 buah, tulang kering (tibia) 2 buah, tulang betis (fibula) 2 buah, tulang pergelangan kaki (tarsal) 2 buah, tulang telapak kaki (metatarsal) 2  buah, dan tulang jari-jari kaki (phalanges) 10 buah. Tulang pergelangan kaki awalnya tersusun atas 8 pasang tulang pendek, tetapi sepasang tulang tersebut

 

termodifikasi menjadi tumit (calcareous) sehingga tinggal 7 pasang, tulang telapak kaki tersusun atas 5 pasang tulang pendek, dan tulang jari-jari kaki tersusun atas 14 pasang tulang pipa. Tulang gelang panggul (pelvic girdle) terdiri atas beberapa  bagian meliputi, tulang usus (illium) 2 buah, tulang duduk (ischium) 2 buah, tulang kemaluan yang terdiri atas archus pubis, os. pubis, dan symphisis pubis, acetabulum, sacroiliac joint, coccyx, sacrum, dan foramen obturator. Tulang selangka (clavicula), terdiri atas ekstremitas acrominalis, corpus clavicula, ekstremitas sternalis, dan tuberculum concideum. Tulang belikat (scapula) memiliki beberapa bagian anatara lain, acromion, processus coracoid, scapular notch, superior border, angularis border, spine (spina scapularis), fossa supraspinalis, fossa infraspinalis, fossa suprascapularis, angularis inferior, medial  border, lateral border, dan glenoid cavity. Glenoid cavity merupakan ruang menempelnya pectoral girdle dengan humerus. Tulang merupakan alat gerak pasif dan hanya dapat bergerak apabila ada  bantuan dari d ari otot. otot . Rangka tubuh manusia tersusn t ersusn atas berbagai berb agai macam tulang dan masing-masing tulang tersebut saling berhubungan. Hubungan antar tulang atau  pertemuan antar tulang yang memunginkan adanya pergerakan disebut sebagai sendi. Berdasarkan sifat pergerakannya sendi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) sendi mati (sinartrosis), 2) sendi kaku (amfiartrosis), dan 3) sendri gerak (diartrosis). Sendi mati (sinatrosis) pertemuan antar tulang yang tidak memungkinkan adanya  pergerakan, contohnya yaitu sutura. Sendi kaku (amfiartrosis) adalah pertemuan antar tulang yang memungkinkan adanya sedikit pergerakan (terbatas), contohnya yaitu pada ruas-ruas tulang belakang. Sendi gerak (diartrosis) merupakan  pertemuan antar tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan secara bebas. Sendi gerak dibedakan menjadi 5, antara lain: 1) sendi engsel, 2) sendi pelana, 3) sendi peluru, 4) sendi putar, dan 5) sendi geser. Sendi engsel merupakan sendi yang memmungkinkan pergerakan tulang pada satu arah, contohnya sendi pada lutut dan siku. Sendi pelana adalah sendi yang memungkinkan pergerakan dua arah, contohnya sendi pada ruas jari dengan telapak tangan. Sendi peluru merupakan sendi yang memungkinkan tulang bergerak ke segala arah, contohnya yaitu pada tulang humerus dan gelang bahu, tulang paha dan gelang panggul.

 

Sendi putar adaalah sendi yang memungkinkan tulang dapat berputar karena memiliki poros pada tulang lain, contohnya yaitu sendi pada tulang atlas dan tulang leher. Sendi geser merupakan sendi yang memungkinkan terjadinya gerakan pergeseran pada tulang, contohnya pada sendi ruas-ruas tulang belakang. Hubungan atau pertemuan antar tulang yang tidak memungkinkan adanya  pergerakan dicontohkan dicon tohkan adalah sutura. Sutura ini dibedakan dib edakan menjadi empat, yaitu: 1) sutura korona, 2) sutura sagitalis, 3) sutura lamboid, dan $) sutura squamosa. Sutura korona adalah pertemuan antar tulang yang menghubungkan tulang dahi (os. frontalis) dan tulang ubun-ubun (os. parietalis). Sutura sagitalis adalah  pertemuan antar anta r tulang yang menghubungkan menghubun gkan os. parietalis parietali s kanan dan kiri. kiri . Sutura lamboid yaitu pertemuan antar tulang yang menghubungkan tulang ubun-ubun (os. parietalis) dengan tulang kepala belakang (os. oksipitalis). Sutura squamosal merupkan pertemuan antar tulang yang menghubungkan tulang pelipis (os. temporalis) dengan tulang ubun-ubun (os. parietalis). Otot merupakan alat gerak aktif yang menempel pada tulang sehingga tulang dapat bergerak. Untuk menghasilkan gerak, otot bekerja secara  berpasangan. Ada dua macam pasangan yang terjadi pada otot yaitu sinergis dan antagonis. Pasangan otot yang melakukan gerak berlawanan terjadap otot yang sedang melakukan kontraksi disebut otot antagonis, sedangkan pasangan otot yang kerjanya saling menunjang disebut otot sinergis. Contoh otot sinergis yaitu otot pronator teres dan pronator kuadratus, apabila keduanya berkontraksi akan menyebabkan telapak tangan menelungkup. Contoh dari otot antagonis ada  beberapa, diantaranya yaitu: fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, pronasi-supinasi, pronasi-supin asi, depresi-elevasi, inversi-eversi. Fleksi adalah gerakan memperkecil sudut yakni gerak membengkokkan, contohnya menekuk tangan, menenkuk kaki saat jongkok. Ekstensi adalah gerakan memperbesar sudut yaitu gerak meluruskan, contohnya yaitu ketika kita meluruskan tangan yang ditekuk atau kaki yang ditekuk. Abduksi merupakan gerakan menjauhi badan, contohnya yaitu gerak tangan sejajar bahu, sedangkan adduksi adalah gerakan mendekati badan, contohnya gerak sikap sempurna. Depresi merupakan gerak menurunkan, misalnya menunduk, sedangkan elevasi

 

adalah gerak menagangkat misalnya menengadah. Supinasi adalah gerak menengadahkan tangan, sedangkan pronasi adalah gerak menelungkupkan tangan. Inversi yaitu gerakan telapak kaki ditekuk ke dalam, sedangkan elevasi adalah gerakan telapak kaki ditekuk ke luar. Perbedaan gender dalam hubungan otot dan tulang umumnya tidak terbukti pada anak usia dini, namun pola ini muncul ketika masa remaja yakni disebabkan oleh efek hormone testosterone dan estrogen pada laki-laki dan  perempuan. Pada laki-laki perubahan tulang dan otot selama masa pubertas didominasi oleh peningkatan kadar estrogen yang menghasilkan peningkatan massa dan kekuatan otot, pertumbuhan memanjang mengarah ke pola  pertumbuhan tulang yang didominasi oleh aposisi periosteal. Sedangkan pada  perempuan dengan d engan kadar k adar testosterone te stosterone lebih rendah dan d an estrogen estro gen yang lebih tinggi menyebabkan massa tulang tetap tetapi area cross sectional cenderung meningkat lebih cepat secara aposisi endosteal. Studi antropometri tulang yang berbeda menunjukkan dimorfisme seksual yang pasti antara laki-laki dan perempuan. Secara morfologi fitur tulang tergantung nutrisi dan kondisi geografis. Berdasarkan pengukuran tulang hyoid  pada laki-laki dan perempuan dewasa serta anak-anak perempuan dan laki-laki, didapatkan hasil bahwa pada laki-laki dewasa lebih besar dibandingkan  perempuan dewasa. dewas a. Sedangkan pada anak-anak, anak -anak, perbedaan per bedaan tidak cukup signifikan si gnifikan sampai umur 12 tahun, tetapi setelah usia 12 tahun tulang pada laki-laki  pengukurannya meningkat, sedangkan pada perempuan usia 12 tahun ke atas mengalami hanya sedikit peningkatan pengukuran, kemudian setelah usia 20 tahun tidak tejadi peningkatan tulang (Vohra & Pratima, 2017). Perbedaan

tulang

laki-laki

dan

perempuan

ada

beberapa

yaitu:

 perkembangan tulang dalam tubuh perempuan selesai lebih cepat daripada pada laki-laki; tulang perempuan mengalami perkembangan lengkap pada usia 18 tahun dan laki-laki akan terus tumbuh hingga sekitar 21 tahun; rangka perempuan lebih kecil, lebih ringan, dan tulangnya halus, sedangkan laki-laki tulangnya lebih  berat, besar, dan kasar; tulang tengkorak, tulang subraorbital, prosessus mastoid, tulang zigomatikum, dan tulang oksipitalis laki-laki lebih menonjol dibandingkan

 

 perempuan, umumnya tengkorak laki-laki lebih besar dan berat dibanding  perempuan; laki-laki memiliki toraks, sternum, dan tulang rusuk yang lebih  panjang, tipis dan lebih melengkung dibandingkan perempuan, pada perempuan lebih pendek dan lebar. Perbedaan yang paling enonjol juga dapat dilihat pada gelang panggul perempuan dan laki-laki, dimana pada perempuan panggulnya lebih bulat dan tulang yang mengelilinginya lebih fleksibel karena berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran bayi. Menurut Martines et.al (2016) tulang saluran pernapasan laki laki lebih besar dibandingkan perempuan, laki-laki memiliki toraks lebih besar dibandingkan perempuan, tulang rusuk laki-laki lebih horizontal sehingga kontribusi diafragma lebih besar dibandingkan pada  perempuan, sehingga kebutuhan oksigen laki-laki lebih besar dibandingkan  perempuan. Proses pembentukan tulang disebut sebagai osifikiasi, pembentukan tulang  biasanya dimulai dari tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Proses pengerasan tulang ini ada dua yaitu endokondral dan intramembran. Pengerasan

endokondral

dimulai

dari

sel-sel

mesenkim

primer

yang

 berdifirensiasi menjadi kondrosit, yang membentuk pelat pertumbuhan tulang rawan dan kemudian secara progresif digantikan oleh tulang, sebagian besar kerangka manusia terbentuk melalui osifikasi endokondral. Sementara pada intramembran, sel-sel intramembran mesenkim (MSC) berdiferensiasi langsung menjadi osteoblast membentuk tulang. Langkah-langkah profilerasi osteogenik, diferensiasi, dan homeostasis tulang dikendalikan oleh berbagai penanda dan jalur  persinyalan. Tulang perlu perl u diremodasi diremoda si untuk mempertahankan integritas osteoblast yang merupakan sel-sel pembentuk tulang, dan osteoklas yang merupakan sel-sel yang mendegradasi tulang yang sudah tua dan rusak. Pembentukan intrramembran ini termasuk dalam pembentukan tulang pendek, tulang panjang, tulang tidak  beraturan, tulang pipih, tulang tengkorak, tulang wajah, dan d an panggul p anggul (Shahi et.al, 2017).

 

VI.  PENUTUP

6.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa rangka tubuh manusia terbagi menjadi 2 yaitu rangka aksial dan apendikular. Rangka aksial terdiri atas tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang dada. Rangka apendikular terdiri atas ekstremitas atas (humerus, radius, ulna, carpal, metacarpal, phalanges), ekstremitas bawah (femur,  patella, tibia, fibula, tarsal, metatarsal, phalanges), gelang panggul (pelvic girdle), dan gelang bahu (pectoral girdle) yang terdiri atas tulang selangka (clavicula) dan tulang belikat (scapula). Rangka terusun atas berbagai macam tulang yang saling berhubungan. Berdasarkan jenisnya tulang dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang keras. Tulang rawan  berdasarkan penyusunnya penyusunn ya dibagi menjadi 3, yaitu tulang rawan hialin, elastis, dan fibrosa. Tulang keras tersusun atas osteoblast, osteosit, osteoklas. Hubungan atau pertemuan antar tulang disebut sendi. Berdasarkan sifat pergerakannya sendi dibagi menjadi 3, yaitu sendi mati (sinartrosis), sendi kaku (amfiartrosis), dan sendi gerak (diartrosis). Sendi gerak dibedakan menjadi 5, yaitu sendi engsel, sendi pelana, sendi peluru, sendi putar, dan sendi geser. Gerak pada tubuh dihasilkan dari otot yang melekat pada tulang, contoh beberapa jenis gerakan tubuh yaitu fleksiekstensi, abduksi-adduksi, pronasi-supinasi, depresi-elevasi, inversi-eversi.

6.2 Saran Sebaiknya torso lebih dipergunakan ketika menjelaskan sehingga  praktikan lebih paham, kemudian ketika menjelaskan kadang hanya terfokus pada sisi tertentu, sehingga praktikan yang berada di sisi lain kurang dapat melihat dan memahami. Efektifitas waktu juga penting baik  praktikan maupun asisten. asis ten. Terimakasih.

 

VII. 

DAFTAR PUSTAKA

Martinez, Daniel Garcia, Tamayo, Nicole Torres, Sanchez, Isabel Torres, Rio, Francisco Garcia, & Markus Batsir. 2016. Morphological and Functional Implications of Sexual Dimorphism in the Human Skeletal Thorax.  American Journal of Physical Anthropology. Anthropology. 161(3): 467-477. Pearce, Evelyn C. 2009.  Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. Shahi, Maryam, Peymani, Amir, & Mehdi, Sahmani. 2017. Regulation of Bone Metabolism.  Reports of Biochemistry & Molecular Biology. 5(2): 73-82. Timurawan AR. 2017. Anatomi Tubuh Manusia Manusia. Malang: Wilis.2016. Vohra , Poonam & Pratima Kulkarni. 2017. Sexual Dimorphism of Human Hyoid Bone. International Journal of Anatomy and Research . 5(1):3607-10.

 

VIII.  LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF