March 30, 2018 | Author: Syahendi Okka Arsada | Category: N/A
Download Geomorfologi Responsi - Deadline...
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal (terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi. Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh pergerakan-pergerakan pada kerak bumi. Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Proses-proses epigen (eksogenetik) : a. Degradasi : pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier. b. Agradasi : pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier. c. Akibat organisme (termasuk manusia)
2.
Proses-proses hipogen (endogenetik) a.
Diastrophisme (tektonisme)
b.
Vulkanisme
1
2
c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari mempelajari mata kuliah geomorfologi adalah membantu mahasiswa mengenal bentuk permukaan bumi, serta proses pembentukannya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenalkan kepada mahasiswa segala proses yang terjadi diatas permukaan bumi,dengan membandingkan proses yang terjadi pada masa lampau sampai masa sekarang. I.3. Metode Penulisan 1. Studi Kepustakaan yaitu dengan menggunakan sumber materi dari internet,laporan-laporan,dan lain-lain 2. Metode Observasi ke lapangan, yaitu dengan langsung mengamati gejalagejala yang termasuk bentang alam dalam geomorfologi I.4. Alat dan Bahan 1. Alat Tulis seperti pulpen,pensil warna,penggaris,dan HVS. 2. Peta Topografi. I.5. Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah Praktikum Geomorfologi dilaksanakan setiap hari Senin pukul 10.50 WIB-13.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Geologi Dinamik, Kampus II Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. I Dewa Nyoman Oka 32,Kotabaru. Adapun tempat pelaksanaan praktikum ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu 5-10 menit dari tempat tinggal sementara penulis ke arah barat.
BAB II BENTANG ALAM DENUDASIONAL II.1
Pengertian Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh,
akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. . Daerah yang ditinggalkan, daerah yang mempunyai topografi lebih tinggi dengan relief yang kasar karena terjadinya alur-alur dan lembah-lembah, kemudian dikenal dengan bentuk alam denudasional. Pada bentuk alam denudasional maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat pengikisan. pada bentang alam denudasioanl, efek litologi sangatlah penting. Untuk batuan yang mempunyai resistensi yang sangat tinggi akan memberikan relief yang menonjol dibandingkan dengan resistensi yang rendah.
II.2
Faktor-Faktor Pembentuk Bentang Alam Denudasional Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan
pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi. Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
3
4
1. Pelapukan Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi.Pemisahan batuan pada umumnya disebabkan karena pengaruh kimia,fisika,organisme ataupun kombinasi dari ketiganya. Tipe proses pelapukan dan tingkat aktivitasnya
dipengaruhioleh:
Sortasi,iklim,topografi,proses
geomorfologi,dan vegetasi dan tata guna lahan 2. Erosi Air Permukaan Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan terbawa sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus menjadi seragam secara relatif dan tipis (sempit), partikel dipindahkan dari permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi.Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. Erosi normal, terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan pengangkutan tanahnya sangat lambat sehingga memungkinkan kesetimbangan antara proses penghancuran dan pengangkutan dengan proses pembentukkan tanah. b. Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga laju erosi jauh lebih besar daripada pembentukan tanah.
5
Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi antara lain : 1. Iklim Di daerah tropika basah, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan, terutama besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan, kecepatan jatuh butir hujan,besarbutiran
hujan.
2. Relief Dua unsur yang berpengaruh adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Kemiringan lereng akan memperbesar jumlah aliran permukaan sehingga memperbesar kekuatan angkut air. Selain itu, jumlah butir – butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Dengan demikian berarti makin banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada di bagian atas. Akibatnya adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada bagian atas. 3. Vegetasi Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Aspek pengaruh tersebut adalah: 1. Intersepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah hujan di permukaan tanah. 2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air. 3. Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah infiltrasi. 4. Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
6
5. Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi. 4. Tanah Sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, dan sifat – sifat lapisan bawah. Tekstur dan struktur tanah tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan. 5.
Manusia Di sini dapat berpengaruh positif dan negatif. Yang negatif apabila
menjadikan erosi lebih besar, contohnya penggundulan hutan, sistem huma, dan sebagainya. Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatan bangunan – bangunan pencegah erosi 6. Gerakan Tanah Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. Ada empat jenis utama gerakan massa,yaitu: runtuhan (falls),longsoran(slides), aliran(flow), dan Kompleks
III.3 Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Denudasional 1. Pegunungan Denudasional Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding
7
terjal berbentuk V karena proses yang dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening). 2. Perbukitan Denudasional Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 meter. Terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Perbukitan denudasional terkikis sedang adalah yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-lereng yang sangat curam. 3. Dataran Nyaris (Peneplain) Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan yang hampir datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). 4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg) Apabila bagian depan (dinding) pegunungan atau perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock. 5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van)
8
Mempunyai topografi berbentuk kerucut atau kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus. 6. Lereng Kaki (Foot slope) Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan atau perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rock). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah. 7. Lahan Rusak (Bad land) Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).
9
Gambar 1.Badland (http://earthymoony.blogspot.com/2010/11/bentuklahanasalproses-denudasional.html)
Gambar 4. Peneplain Gambar 3.Perbukitan Sisa Terpisah (fastwindtoaim.blogspot.com) (toba-geoscience.blogspot.com )
Tabel 1 Klasifikasi Bentuk Lahan Bentang Alam Denudasional Van Zuidam (Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta)
Proses
Bentukan Asal
Kode
Nama Bentuk Lahan
D1
Perbukitan Terkikis
Geomorfologi
Gambar 2. Perbuki (erfan1977.wo
10
Eksogen
Denudasional
D2
Pegunungan Terkikis
D3
Bukit Sisa
D4
Bukit Terisolasi
D5
Dataran Nyaris
D6
Dataran Nyaris Terangkat
D7
Lereng Kaki
D8
Pedimen
D9
Piedmon
D10
Gawir (Lereng Terjal)
D11
Kipas Rombakan Lereng
D12
Daerah Dengan Gerak Massa Batuan Kuat
D13
Lahan Rusak
BAB III BENTANG ALAM STRUKTURAL III.1. Pengertian Bentang
alam
struktural
adalah
bentang
alam
yang
pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi. Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis patahannya secara langsung. Ciri umum dari kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu : 1. Beda tinggi yang menyolok pada daerah yang sempit. 2. Mempunyai resistensi terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi atau elevasi yang hampir sama. 3. Adanya kenampakan dataran atau depresi yang sempit memanjang. 4. Dijumpai sistem gawir yang lurus(pola kontur yang lurus dan rapat). 5. Adanya batas yang curam antara perbukitan atau pegunungan dengan dataran yang rendah. 6. Adanya kelurusan sungai melalui zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan menyimpang dari arah umum. 7. Sering dijumpai(kelurusan) mata air pada bagian yang naik atau terangkat 8. Pola penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, concorted serta modifikasi ketiganya. 9. Adanya penjajaran triangular facet pada gawir yang lurus.
11
12
III.2 Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Struktural Struktur geologi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan ituada. Struktur sekunder biasanya terbentuk oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran, rebahan atau jatuhan).
III.3 Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Struktural 1. Plato Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang terletak pada ketinggian di atas 200 m . Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Wilayah tinggi yang relatif datar sebagai hasil proses angkatan mendatar, dan paling tidak pada salah satu sisinya dibatasi oleh lereng terjal kearah bawah atau gawir. 2. Mesa Bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi dengan lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya dan
13
dengan ukuran yang lebih kecil dan kurang teroreh dibandingkan dengan plateau. Posisinya didepan plateau (bila plateauada). 3. Bute Mesa yang tererosi lebih lanjut sehingga bagian punggung yang mendatar tinggal sedikit (kecil), bagian lereng tererosi lebih dominan 4. Hogback Bentuk landform karena proses angkatan atau lipatan dan patahan, merupakan perbukitan dan atau pegunungan, terbentuk karena adanya pemiringan (dipping) yang curam, umumnya lebih dari 35%, dan disertai dengan terjadinya patahan sehingga terbentuk gawir pada lereng belakangnya. 5. Cuesta Pertemuan dua permukaan yang melereng dibentuk oleh dengan landai memiringkan sedimentary batu strata di homoclinal struktur. Cuesta punya landaian terjal, dimana lapisan batu diekspos di tepi mereka, Antiklinal di dalam muka lereng lebih curam dan bagian luar mengikis sinklinal
Gambar 5. Bentuk dari Mesa,Hogback,dan Cuesta(laporan resmi GCPJ Andriano Dwi Chandra @www.scribd.com)
Tabel 2 Klasifikasi
Bentuk Lahan Bentang Alam Struktural Van Zuidam
14
(Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta)
Proses
Bentukan
Geomorfologi
Asal
Endogen
Struktural
Kode
Nama Bentuk Lahan
S1
Blok Sesar
S2
Gawir Sesar
S3
Gawir Garis Sesar
S4
Pegunungan Antiklin
S5
Perbukitan Antiklin
S6
Pegunungan Sinklinal
S7
Perbukitan Sinklinal
S8
Pegunungan Monoklinal
S9
Perbukitan Monoklinal
S10
Pegunungan Dome
S11
Perbukitan Dome
S12
Dataran Tinggi (Plato)
S13
Cuesta
S14
Hogback
S15
Flat Iron
S16
Lembah Antiklin
S17
Lembah Sinklinal
S18
Lembah Subsekuen
S19
Horst(Tanah Sembul)
S20
Graben (Tanah Terban)
S21
Punggung Monoklin
S22
Punggung Antiklin
S23
Lembah Monoklin
S24
Dataran Monoklin
S25
Dataran
BAB IV BENTANG ALAM FLUVIAL IV.1. Pengertian Bentang alam fluvial satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil : semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Perlu diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan, sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Nilai curah hujan 2. Jumlah vegetasi 3. Kelerengan 4. Jenis Litologi 5. Iklim
15
16
IV.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Fluvial IV.2.1 Proses erosi Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya. 2. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya. 3. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander. 4. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya. Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi : 1. Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai. 2. Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar . Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level. Erosion base level ini dapat dibagi menjadi : 1. ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut 2. temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.
Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang
17
bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level. IV.2.2. Proses Transportasi Adalah proses perpindahan atau pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. IV.2.3 Proses sedimentasi Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus. IV.2.4Pola Penyaluran Bentuk-bentuk tubuh air disebut pengaliran atau penyaluran (drainage), meliputi laut, danau, sungai, rawa dan sejenisnya. Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran atau pola penyaluran (drainage pattern). Tiap-tiap macam pola pengaliran dapat bervariasi, dan variasi tersebut antara lain disebabkan oleh adanya struktur dan variasi batuan dimana pola pengaliran itu terdapat. Macam-macam pola pengaliran
18
Gambar 6. Pola Pengaliran Sungai(Laporan Resmi GCPJ Andriano Dwi Chandra @www.scribd.com)
1. Dendritik : pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anakanak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin. 2. Radial, adalah pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya.
19
3. Rectanguler, adalah pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan.
4. Trellis, adalah bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah. Jadi secara umum , pembentukan sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan pembentukan anak sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi.
5. Annular, adalah pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar Sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radier. Pola penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan batuannya.
6. Multi basinal atau sink hole adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau daerah batugamping.
20
7. Contorted, adalah pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik atau berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada. IV.3 Macam-macam Bentang Alam Fluviatil 1. Sungai Teranyam (Braided Stream) Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis. 2. Bar deposit Bar depositadalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah (channel bar) dan endapan pada tepi disebut gosong tepi (point bar).Bar deposit ini bisa berupa kerakal, berangkal, pasir, dan lain-lain. 3. Dataran banjir ( Floodplain) dan Tanggul alam (Natural levee) Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
21
4. Kipas Aluvial (alluvial fan) Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik. 5. Meander Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa atau tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah. 6. Danau tapal kuda (oxbow lake) Danau tapal kuda atau oxbow lake adalah bentuk lahan hasil bentukan fluvial yang terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.
22
7. Delta Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level.
Gambar 7. Macam Bentang Alam Fluvial (syawal88.wordpress.com)
23
Tabel 3 Klasifikasi Bentuk Lahan Bentang Alam Fluvial Van Zuidam (Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta) Proses Bentukan Asal Kode Nama Bentuk Lahan Geomorfologi F1 Dataran Aluvial
Eksogen
Fluvial
F2
Dasar Sungai
F3
Danau
F4
Rawa
F5
Rawa Belakang
F6
Saluran Sungai Mati
F7
Datarn Banjir
F8
Tanggul Alam
F8
Ledok Fluvial
F10
Bekas Dasar Danau
F11
Hamparan Celah
F12
Gosong Lengkung Dalam
F13
Gosong Sungai
F14
Teras Fluvial
F15
Kipas Aluvial Aktif
F16
Kipas Aluvial Tidak Aktif
F17
Delta
F18
Igir Delta
F19
Ledok Delta
F20
Pantai Delta
24
F21
Rataan Delta
BAB V BENTANG ALAM VULKANIK V.1 Pengertian Bentang
alam
vulkanik
adalah
bentang
alam
yang
proses
pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi. Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-gunung api biasanya dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone). V.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Vulkanik Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme,yaitu : 1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal. 2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai. 3.
Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.
24
25
V.3 Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Vulkanik Klasifikasi
bentang
alam
vulkanik
berdasarkan
bentuk
morfologinya
dapatdiuraikan menjadi : V.3.1 Bentuk Timbulan (Morfologi Positif) atau Kubah Vulkanik Merupakan morfologi gunungapi yang mempunyai bentuk cembung ke atas. Morfologi ini dibedakan atas dasar asal kejadiannya menjadi : 1. Kerucut Semburan a. Kerucut Semburan Utama yaitu merupakan morfologi kerucut semburan yang terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat kental atau andesitik. b. Kerucut Parasit (Parasitic Cone) yaitu merupakan morfologi yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi yang berada pada lereng gunungapi yang lebih besar. c. Kerucut Sinder (Cinder Cone) yaitu merupakan morfologi yang terbentuk oleh erupsi kecil yang terjadi pada kaki gunungapi, berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar. 2.
Kubah Lava (Lava Dome) Merupakan morfologi yang berbentuk kubah membulat yang terbentuk oleh magma yang sangat kental, biasanya daciteataurhyolite.
3. Gunungapi Tameng atau Perisai Merupakan morfologi yang terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah dalam jumlah besar dari suatu kawah besar atau kawah pusat dan menutupi
26
daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya. Sifat magmanya basa dengan kekentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara effusif atau meleleh. Akibatnya lerengnya landai (20 – 100) tingginya tidak seberapa dibanding diameternya, dan permukaan lereng yang halus. Contohnya adalah gunungapi di Hawaii (Mauna Loa, Kilauea). 4. Dataran Vulkanik Secara relatif, dataran vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar, dengan variasi beda tinggi yang tidak mencolok. Macam-macam dataran vulkanik diantaranya adalah dataran basal, plato basal dan dataran kaki vulkan. 5. Vulkan Semu Vulkan
semu
pembentuknya
adalah
morfologi
berasal
dari
mirip
vulkan
kerucut
yang
gunungapi,
bahan
berdekatan.Morfologi
ini
kemungkinan dihasilkan oleh suatu sistem patahan mayor yang melintasi gunungapi aktif dan mampu mengangkat massa yang besar. Morfologi vulkan semu ini sering disebut Gunung Gendol. Gunung Gendol adalah bukit kecil di daerah muntilan , Jawa Tengah pada dataran kaki vulkan Gunung Merapi. Vulkan semu jenis lain adalah lajuran vulkanik (volcanic neck), yaitu morfologi yang terbentuk bila suatu kubah vulkanik tererosi sehingga tinggal berbentuk lajuran.
27
6. Danau Vulkanik Danau vulkanik yaitu depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau. 7. Kawah Yaitu depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1,5 km, dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan. Berdasarkan asal mulanya dibedakan kawah letusan dan kawah runtuhan. Sedang berdasarkan letaknya terhadap pusat kegiatan dikelompokkan kawah kepundan dan kawah samping (kawah parasiter). Pengisian kawah oleh airhujan akan menyebabkan terbentuknya danaukawah. 8. Kaldera Yaitu depresi vulkanik yang terbentuknya belum tentu oleh letusan, tetapi didahului oleh amblesan pada komplek vulkan, dengan ukuran lebih dari 1,5 km. Pada kaldera ini sering muncul gunungapi baru. Berdasarkan proses yang membentuknya kaldera dibedakan menjadi : a. Kaldera letusan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan mnyemburkan massa batuan dalam massa yang sangat besar. Kaldera Bandai-san di Jepang dan Tarawera di New Zealand termasuk dalam jenis ini. b. Kaldera runtuhan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan yang berjalan cepat yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak,
28
sehingga menyebabkan kekosongan pada dapur magma. Penurunan permukaan magma di dalam waduk pun akan menyebabkan runtuhnya bagian atas dapur magma, dan memicu terjadinya runtuhan bagian puncak gunungapi. Contoh kaldera Krakatau, di Indonesia dan Crater Lake di Oregon, Amerika. c. Kaldera erosi, yaitu kaldera yang disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana erosi akan memperlebar daerah lekukan sehingga daerah kalderah tersebut semakin luas. Gejala seperti ini banyak ditemukan di gunungapi Jepang.
Gambar 8. Macam Bentang alam Vulkanik(www.pacificislandtravel.com)
29
BAB VI BENTANG ALAM MARINE VI.1. Pengertian Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas gerakan air laut, baik pada tebing curam, pantai berpasir, pantai berkarang maupun pantai berlumpur. Aktivitas marine sering dipengaruhi aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai fluvio – marine. Proses marine mempunyai pengaruh yang sangat aktif pada daerah pesisir sepanjang pantai. Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu: 1. Pantai (Shore) Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah. Keterangan: a = permukaan air tertinggi b = permukaan air terendah c = shore (pantai) 2. Garis Pantai (Shoreline) Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratdan permukaan air. Garis batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut. Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
29
30
3. Pantai Depan (Foreshore) Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah. 4. Pantai Belakang (Backshore) Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa. 5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline) Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir. Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal. 6. Endapan Pantai (Beaches) Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
31
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang. c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungaiyang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut.
VI.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Marine Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas atau gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Gerakan tersebut meliputi : 1. Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini dapat mengerosi pantai apalagi kalu bersama – sama dengan gelombang atau ombak. 2. Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dan lain-lain. 3. Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai (abrasi).
32
Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh: 1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan. 2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut. 3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut. 4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya. 5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut. 6. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.
VI.3. Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Marine VI.3.1 Klasifikasi bentuk pantai Pantai dapat digolongkan menjadi 4 golongan besar, yaitu : 1. Pantai naik (emergence coast) Pantai naik bercirikan garis pantai yang relatif rata, oleh karena dasar laut yang hampir rata dan tidak mengalami erosi serta mengalami
33
pengendapan, terangkat ke atas mukalaut. Kalaupun berbelok-belok, maka belokan ini halus dan rata serta perlahan. Pantai naik tidak dapat dicampurbaurkan dengan pantai maju. Pada pantai maju penambahan pantai terjadi karena pengendapan. Pantai naik yang terbentuk karena patahan pada umumnya berbentuk lurus tetapi terjal. 2. Pantai
turun
(submergence coast)
Gambar 9. Pantai turun di Pelabuhan Whangaroa, bagian timur laut Auckland, New Zealand( Laporan Resmi GCPJ Andriano Dwi Chandra @www.scribd.com)
34
Pada pantai turun, bagian daratan yang sudah tererosi dan membentuk lembah-lembah serta roman muka yang tidak rata tenggelam di bawah mukalaut. Garis pantai menjadi berkerinyut dan banyak berbelok-belok tidak teratur. Pantai inipun jangan disamakan dengan pantai yang terdiri dari batuan yang keras sehingga membentuk pantai tidak teratur. Biasanya yang disebutkan terakhir membentuk pantai yang terjal (cliff). 3. Pantai statis (neutral coastline) Pada pantai statis tidak terjadi pengendapan di muka pantai serta pertumbuhan dan pemunduran pantai, seperti diuraikan dalam bagian (1) dan (2) di atas. Karakteristik pantai ini diantaranya terbentuk delta, dataran aluvial, bersifat vulkanik, dan coral reef tumbuh dengan baik. 4. Pantai gabungan (compound coastline) Pantai ini mengalami proses gabungan, pada periode tertentu mengalami penurunan, pada periode lain mengalami penaikan. VI.3.2 Macam Bentuk Lahan Marine Hasil Destruktif 1.
Dataran abrasi, yaitu dataran hasil erosi yang menghancurkan
2.
Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada cliff
3.
Blowholes,yaitu lubang dominasi kapur yang biasa terdapat di pantai
4.
Natural arch, yaitu lengkungan di pinggiran pantai akibat gelombang
5.
Stacks,yaitu perkembangan dari natural arch yang mengalami collapse membentuk cekungan yang dalam
6.
Sea Cave,yaitu gua laut dengan komposisi gamping
35
Gambar 10. dataran abrasi (www.antaralampung.com)
Gambar 15. geos pada cliff(www.geocaching.com) Gambar geos pada cliff(www.geocaching.com)
) VI.3.3 Macam Bentuk Lahan Marine Hasil Konstruktif
1. Split,yaitu endapan antara satu dengan yang lainnya yang menjorok ke dalam dan garis pantai 2. Tombolo, yaitu endapan sedimen tipis yang menghubungkan pulau dengan daratan 3. Bars, yaitu endapan pada mulut teluk dan tegak lurus dengan garis pantai
36
BAB VII BENTANG ALAM KARST VII.1. Pengertian Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) Topografi karst didefinisikan sebagai lahan dengan relief dan pola penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang mudah larut (memiliki derajat kelarutan yang tinggi) pada air alam dan dijumpai pada semua tempat pada lahan tersebut. Dicirikan oleh adanya lembah kecil, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk kedalam tanah meninggalkan lembah kering dan muncul sebagai mata air yang besar. VII.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Karst VII.2.1 Faktor Fisik Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi : 1. Ketebalan batugamping, yang baik untuk perkembangan karst adalah batu 2. Gamping yang tebal, dapat masif atau yang terdiri dari beberapa lapisan dan membentuk unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan topografi karst sebelum habis terlarutkan.. 3. Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan. Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancar sehingga proses karstifikasi akan semakin intensif.
36
37
4. Intensitas struktur (kekar),zona kekar adalah zona lemah yang mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan, proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar yang baik untuk proses karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena kekar tersebut
berpasangan
sehingga
mempertinggi
porositas
dan
permeabilitas.Namun apabila intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur sehingga proses karstifikasi terhambat. VII.2.5Proses Pembentukan Topografi Karst Kondisi batuan yang menunjang terbentuknya topografi karst ada 4, yaitu: 1. Mudah larut dan berada di atau dekat permukaan. 2. Masif, tebal dan terkekarkan. 3. Berada pada daerah dengan curah hujan yang tinggi. 4. Dikelilingi lembah
VII.3. Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Karst VII.3.1 Bentuk-bentuk Konstruksional Bentuk konstruksional adalah bentuk topogrfi yang dibentuk oleh proses pelarutan batugamping atau pengendapan material karbonat yang dibawa oleh air. Berdasarkan ukurannya, topografi konstruksional dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu bentuk-bentuk minor dan bentuk-bentuk mayor. Bentang alam kars minor adalah bentang alam yang tak dapat diamati pada foto udara atau peta topografi, sedang bentang alam kars mayor adalah bentang alam yang dapat diamati baik didalam foto udara atau peta topografi.
38
VII.3.1.1 Bentuk-bentuk topografi kars minor adalah : 1. Lapies Merupakan bentuk tak rata pada permukaan batugamping akibat adanya proses pelarutan, penggerusan atau karena proses lain. Lapies (bahasa Prancis) sering disebut Karren (bahasa Jerman) atau Clints (bahasa Inggris). KlasifikasiKarren berdasar bentuknya menjadi dua kelompok, yaitu yang mempunyai bentuk lurus dan bentuk melingkar seperti bulan sabit.Berdasarkan letak pembentukannya (origin), lapies dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lapies yang originnya tersingkap dipermukaan dan lapies yang originya tidak tersingkap dipermukaan atau berada dibawah lapies
tanah yang
tersingkap
dan
originnya dipermukaan.
Gambar 19.Lapies (Laporan Resmi GCPJ Andriano Dwi
[email protected]
2. Karst Split Adalah celah pelarutan yang terbentuk dipermukaan. Karst split sebenarnya merupakan perkembangan dari kars-runnel (solution runnel).
39
Bila jumlah kars runnel banyak dan saling berpotongan maka akan membentuk karstsplit. 3. Parit Karst Adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit. Parit karst ini merupakan karst split yang memajang sehingga membentuk parit karst. 4. Palung Karst Adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar, dibentuk oleh proses pelarutan. Kedalamannya dapat mencapai lebih dari 50 cm. biasanya terbentuk pada permukaan batuan yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh struktur yang memanjang. 5. Speleothem Adalah hiasan yang terdapat didalam gua yang dihasilkan oleh endapan berwarna putih, bentuknya seperti tetesan air, mengkilat dan menonjol. Hiasan ini merupakan endapan CaCO3 yang mengalami presipitasi pada saat air tanah yang membawanya masuk kedalam gua. Macam-macam speleothems yang sering dijumpai adalah Stalagtite, yaitu hiasan yang menggantung dilangit-langit dan Stalagmite, yaitu hiasan yang berada didasar atau dilantai gua serta Tiang Masif (Massife Column), yaitu hiasan yang terbentuk bila stalagtitedan stalagmite bertemu. 6. Fitokarst Adalah permukaan yang berlekuk-lekuk, dengan lubang-lubang yang saling berhubungan. Antara lubang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
40
tepi-tepi yang tajam, sehingga memberikan bentuk seperti bunga karang pada menara (pinnacles)karst. Morfologi ini terbentuk karena adanya pengaruh aktifitas biologis, yaitu adanya algae yang yang tumbuh didalam batugamping. VII.3.1.2 Bentuk-bentuk topografi kars mayor adalah : 1. Surupan Yaitu depresi tertutup hasil pelarutan dengan diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalamannya mencapai ratusan meter dan bentuknya dapat bundar atau lonjong (oval). Surupan (dolines) ini di Amerika Serikat disebut sebagai sink atau sink-holey. Ada lima macam surupan yang dikenal yaitu surupan runtuhan (collapse dolines), surupan pelarutan (solution dolines), subsidence dolines, subjacent kars collapse dolines dan star-shape doline. 2. Uvala Adalah depresi tertutup yang besar, terdiri dari gabungan beberapa doline, lantai dasarnya tidak rata. Sebuah uvala terdiri dari 14 buah doline dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Ukuran diameternya berkisar antara 5 – 1000 meter dan kedalamannya berkisar antara 1- 200 meter, dindingnya curam 3. Polje Depresi tertutup yang besar dengan lantai dasar dan dinding yang curam, bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang searah jurus perlapisan atau zona lemah structural. Pembentukannya dikontrol oleh litologi dan
41
struktur dan mengalami pelebaran oleh proses korosi lateral pada saat ia terisi air.Polje mempunyai ukuran yang sangat besar minimal dalam satuan kilometer persegi 4. Jendela Karst Adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan antara ruang dalam gua dengan udara diluar yang terbentuk karena atap gua tersebut runtuh. Disamping itu jendela kars dapat pula terbentuk pada atap sungai bawah tanah. 5. Lembah Karst(Kars Valley) Adalah lembah atau alur yang besar yang terdapat pada lahan kars. Lembah ini terbentuk oleh aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya. Secara umum, lembah kars dapat dibedakan menjadi beberapa macam dengan sifat pembaeda yang jelas. Dalam hal ini disebutkan ada empat macam lembah kars, yaitu : a. Allogenic Valley, yaitu lembah yang bagian hulunya berada pada batuan yang kedap air kemudian masuk kedalam daerah kars. Panjang pendeknya lembah allogenik ini tergantung pada besar kecilnya aliran yang membentuk, semakin besar alirannya maka semakin panjang lembah yang terbentuk. b. Lembah Buta (Blind Valley), yaitu lembah atau sungai pada lahan kars yang secara tiba-tiba berakhir pada suatu tempat dan biasanya pada akhir lembah ini air permukaan tanah akan masuk kedalam tanah. Bila suatu saat aliran dapat melampaui lembah tersebut
42
(misal, saat hujan lebat atau terjadi pencairan es), maka lembah ini disebut sebagai semiblind valley. c. Pocket Valley, yaitu lembah yang dimulai dari tempat keluarnya air yang masuk melalui surupan. Pada umumnya pocket valley berasosiasi dengan mata air yang besar yang keluar diatas batuan kedap air yang terletak dibawah lapisan batugamping yang tebal. Lembah in umumnya berbentuk huruf U dan memiliki tebing yang curam, ukurannya tergantung besar kecilnya debit mata air yang keluar. Panjang lembah ini dapat mencapai 8 km, lebar 1 km dan dalamnya berkisar antara 300 - 400 meter. d. Lembah Kering (Dry Valleys), yaitu lembah pada lahan kars yang mirip dengan lembah fluviatil, hanya saja (sesuai dengan namanya) lembah ini tidak berfungsi sebagai penyaluran air permukaan (kering), karena air hujan yang jatuh dan masuk kedalam lebah ini dengan segera akan meresap kedalam retakan batuan dasarnya. 6. Gua (Cave) Yaitu serambi ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup besar bila dimasuki oleh manusia.Gua seringkali terdiri dari rangkaian ruangan sehingga kedalamannya dapat mencapai ratusan meter 7. Terowongan dan Jembatan Alam Yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah atau oleh aliran bawah tanah. Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi artinya dapat berukuran besar atau kecil. Suatu ketika atap
43
terowongan alam tersebut runtuh, sehingga panjang terowongan tersebut semakin berkurang, akibatnya suatu saat morfologi yang terbentuk lebih tepat disebut dengan Jembatan Alam. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa jembatan alam juga dapat terbentuk oleh proses pelautan saja. Apabila jembatan alam tersebut terbentuk oleh proses pelarutan batuan oleh air tanah maka disebut sebagai Jembatan Karst(Karst Bridges).
Gambar 21.Doline(english.51766.com)
Gambar 22. Uvala(uvala-strunac.com)
Tabel 4.Klasifikasi Bentuk Lahan Bentang Alam Karst Van Zuidam
44
(Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta) Proses
Bentukan Asal
Kode
Nama Bentuk Lahan
K1
Dataran Tinggi Karst
K2
Lereng dan Perbukitan Karstik Terkikis
K3
Kubah Karst
K4
Bukit Sisa Karst
K5
Dataran Aluvial Karst
K6
Uvala,Dolina
K7
Polje
K8
Lembah Kering
K9
Ngarai Karst
Geomorfologi
Eksogen
Pelarutan/Karst
BAB VIII BENTANG ALAM AEOLIAN VIII.1. Pengertian Bentang alam aeolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Gurun pasir tropik terletak pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering. Gurun pasir lintang rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udara yang melewati gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering. Bentuk asal angin dapat berupa hasil : tiupan angin, pengikisan atau abrasi angin yang membawa material, dan endapan material yang terbawa oleh angin. 1. Bentuk asal angin dari hasil tiupan angin, umumnya berukuran besar pada kawasan beriklim kering. 2. Bentuk asal angin dari hasil dari hasil pengikisan atau abrasi angin yang membawa material (pasir-debu). 3. Bentuk asal angin dari hasil endapan material yang terbawa angin.
VIII.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Aeolian
45
46
Angin meskipun bukan sebagai agen geomorfik yang sangat penting (topografi yang dibentuk oleh angin tidak banyak dijumpai), namun tetap tidak dapat diabaikan. Proses-proses yang disebabkan oleh angin meliputi erosi, transportasi dan deposisi. 1. Erosi oleh angin Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi atau korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikelpartikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin. 2. Transportasi oleh angin Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh air yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling). 3. Pengendapan oleh angin Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.
VIII.3. Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Aeolian
47
VIII.3 1. Bentang Alam Hasil Proses Deflasi Bentang alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 macam: 1.
Deflation basin
Cekungan deflasi merupakan cekungan yang diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-material yang tersemen jelek. Cekungan tersebut akibat material yang ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain. Ukurannya antara 300 m sampai lebih dari 45 km panjangnya dan dari 15m sampai 150 m dalamnya. 2. Lag Gravel Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan merupakan material yang kasar (gravel, bongkah dan fragmen yang besar), disebut lagstone. 3. Desert varnish Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam atau coklat dan
permukaannya tertutup oleh oksida besi dikenal desert varnish.
Gambar 26. Deflation Basin (www.uwgb.edu)
Gambar 27. Lag gravel(www2.agc.army.mil)
48
Gambar 28. Desert varnish (toadmama.com)
VIII.3.2 Bentang Alam Hasil Proses Abrasi Bentang alam hasil proses abrasi atau korasi antara lain: 1. Ventifact Beberapa sisa batuan berukuran bongkah – berangkal yang dihasilkan oleh abrasi angin yang mengandung pasir akan membentuk einkanter (single edge) atau dreikanter (three edge). Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai kedudukan tetap dengan arah angin yang tetap atau konstan. Dreikanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang posisinya overturned akibat pengerusakan pada bagian bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang mempunyai kedudukan tetap, sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak. 2. Polish Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus, digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang mengandung silt (silt blast)yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kwarsit akibat erosi secara abrasi akan lebih mengkilat. 3. Grooves
49
Angin yang mengadung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering, alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas. 4. Sculpturing (Penghiasan) Batu jamur (mushroom rock) yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir sehingga bentuknya menyerupai jamur (mushroom). 5. Yardang Pada batuan yang halus, abrasi oleh angin secara efektif memotong sepanjang alur rekahan membentuk bentukan sisa yang berdiri memanjang yang disebut yardang. Kehadiran rekahan-rekahan mempunyai pengaruh penting pada orientasi beberapa yardang. Material yang halus tertransport sedangkan lapisan yang resisten membentuk perlapisan dengan material lain yang kurang kompak.
Gambar 29. Yardang (geology.about.com)
Gambar 30. Ventifact (thedryvalleys.com)
VIII.3.3 Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin
50
Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material yang terbawa oleh angin akan diendapkan. Bentang alam hasil proses pengendapan oleh angin ini dibedakan menjadi 2 yaitu: dune dan Loes. VIII.3.3.1Dune Dune adalah suatu timbunan pasir yang dapat bergerak atau berpindah, bentuknya tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan ataupun rintangan. Bentuk-bentuk dune dapat bermacam-macam, tergantung pada banyaknya pertambahan pasir, pengendapan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang menghalangi dan juga arah angin yang tetap. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka tipe-tipe dune digolongkan menjadi : 1. Lee dune (Sand Drift) Lee duneatausand drift adalah dune yang berkembang memanjang, merupakan punggungan pasir yang sempit, berada di belakang batuan atau tumbuh-tumbuhan. Dune ini mempunyai kedudukan tetap, tetapi dengan adanya penambahan jumlah pasir yang banyak maka dapat juga menjadi jenis dune yang bergerak dari ujung sand drift. 2. Longitudinal dune Longitudinal dune mempunyai arah memanjang searah dengan arah angin yang efektif dan dominan. Terbentuk karena angin tertahan oleh rumput atau pohon-pohon kecil. Kadang-kadang berbentuk seperti lereng dari suatu lembah. 3. Barchan
51
Barchan terbentuk pada daerah yang terbuka, tak dibatasi oleh topografi atau tumbuh-tumbuhan dimana arah angin selalu tetap dan penambahan pasir terbatas dan berada di atas batuan dasar yang padat. Barchan ini berbentuk koma dengan lereng yang landai pada bagian luar, serta mempunyai puncak dan sayap. 4. Seif Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan salah satu lengannya jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat pada lengan yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berasosiasi dengan barchan dan berkebalikan antara barchan menjadi seif. Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune. 5. Transversal dune Transversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan kering, angin bertiup secara tetap misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan punggungan yang melintang terhadap arah angin. 6. Complex dune Complex dune terbentuk pada daerah dengan air berubah-ubah, pasir dan vegetasi agak banyak. Barchan, seif dan transversal dune yang berada setempat-tempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan
52
akan mempunyai lereng yang bermacan-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex dune.
Gambar 31. Macam Bentuk lahan Aeolian Hasil Pengendapan oleh Angin(www.uwgb.edu)
VIII.3.3.2 Loess Daerah yang luas tertutup material-material halus dan lepas disebut Loess. Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess berkomposisi partikel-partikel angular dengan diameter kurang dari 0,5 mm terdiri dari kuarsa, feldspar,hornblende dan mika. Kebanyakan butiran-butiran tersebut dalam keadaan segar atau baru terkena pelapukan sedikit. Kenampakan itu menunjukkan bahwa loess tersebut merupakan hasil endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan oleh angin.
Gambar 32. Loess(commons.wikimedia.org)
53
Tabel 5. Klasifikasi Bentuk Lahan Bentang Alam Aeolian (Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta)
Proses
Bentukan Asal
Kode
Nama Bentuk Lahan
Geomorfologi Pegunungan atau bukit A1
gumuk, Pasir (Sand Dunes, Barchan Dunes)
Endogen
Aeolian (Angin) A2
Dataran Gurun
BAB IX BENTANG ALAM GLASIAL IX.1. Pengertian Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan proses glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah Gletser . Gletser adalah massa es dan tubuh es yang terbentuk karena rekristalisasi dari salju dan lelehan air yang secara keseluruhan atau sebagian teletak dalam suatu lahan dan memberikan kenampakan tersendiri, yaitu suatu bentukan gerakan. Beberapa hal yang penting dalam gletser diantaranya adalahkeadaan daerah, proses dan endapan yang terbentuk di tepi perbatasan gletser (moraine). Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu: 1. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan. 2. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser. Tipe- tipe gletser diantaranya: 1. Valley Glasier Merupakan gletser pada suatu lembah dan dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada valley glacier juga terdapat anak-anak sungai. Valley Glacier terdapat pada alpine glaciation. 2. Ice Sheet Merupakan massa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup dataran yang luas biasanya > 50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada continental glaciation yaitu pada Greenland dan Antartika
54
55
3. Ice cap Merupakan ice sheet yang lebih kecil, terdapat pada daerah pegunungan seperti valley glacier contohnya di Laut Arktik, Canada, Rusia dan Siberia. Ice sheet dan ice cap mengalir ke bawah dan keluar dari pusat (titik tertinggi) 4. Ice berg Ice sheet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang atau terbuang dalam jumlah besar, bila mengenai tubuh air maka balok-balok es tersebut akan pecah dan mengapung bebas di permukaan air, hal ini disebut ice berg. IX.2. Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Glasial Salju adalah thermal insulator dan melindungi permukaan bumidari kebekuan yang mendalam. Salju merupakan agen geologis yangpenting di daerahdaerah pegunungan dan di dataran yang lebihrendahdari pegunungan, dan merupakan salah satu sumber air bagi sungai-sungai. Di musim semi salju mulai mencair dan menambah ketinggianpermukaan sungai-sungai yang mengikis tanah lereng-lereng dan deluvial. Faktor-faktor pendukung bentang alam glasial adalah : 1. Tingginya tingkat presipitasi 2. Suhu lingkungan yang rendah 3. Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar 4. Tingkat peleburan yang rendah
56
IX.3. Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Glasial IX.3.1 Bentang Alam Karena Proses Erosi Bentang alam karena proses erosi yang berasosiasi dengan alpine glaciations yaitu yang terbentuk pada daerah pegunungan. Glacier valley → berbentuk U karena proses glasial → berbentuk V karena erosi sungai. Lembah terbentuk karena sungai mengalami pelurusan oleh aliran air akibat hantaman massa es yang tidak fleksibel. Bentang alam akibat erosi yang terbentuk pada alpine glaciation antara lain : 1. Hanging valley Ketika gletser tidak terlihat lagi, anak sungai yang tersisa menyisakan hanging valley yang tinggi diatas lembah utama. Meskipun proses glasial membentuk lembah menjadi lurus dan memperhalus dinding lembah, es meyebabkan permukaan batuan dibawahnya terpotong menjadi beberapa bagian, tergantung resistensinya terhadap erosi glasial. 2. Truncated Spurs Merupakan bagian bawah tepi lembah yang terpotong triangular facet karena erosi glasial. Makin tebal gletser makin besar erosi pada bagian bawah lantai lembah. Makin besar erosi maka mengakibatkan pendalaman lembah dan anak sungainya sedikit.
57
3. Cirques Merupakan sisi bagian dalam yang dilingkari glacier valley, berisi gletser dari glacier valley yang tumpah ke bawah. Terbentuk karena proses glasial, pelapukan dan erosi dinding lembah. 4. Rock basin lake Air meresap pada celah batuan, membeku dan memecah batuan sehingga lapisan batuan kehilangan bagiannya, digantikan es dan ketika meleleh kembali terbentuk rock basinlake. 5. Bergschrund Merupakan batuan yang telah pecah, berguling-guling dan jatuh ke valley glacier lalu jatuh ke crevasse. 6. Aretes Merupakan sisi dinding lembah yang mengalami pemotongan dan pendalaman sehingga bagian tepinya menjadi tajam, karena proses frost wedging. 7. Horn Merupakan puncak yang tajam karena cirques yang terpotong atau ada bagian yang hilang karena erosi ke arah hulu pada beberapa sisinya. 8. Crevasses Merupakan celah yang lebar (terbuka). Bila celah tertutup (sempit) disebut closed crevasses.
58
Gambar 33. Macam Bentuk Lahan Glasial Hasil Erosi (disc.sci.gsfc.nasa.gov)
IX.3.2
Bentang Alam Karena Proses Pengendapan Gletser
1. Moraines Merupakan till yang terbawa jauh glacier dan tertinggal atau mengendap setelah glacier menyusut. Material-material lepas yang jatuh dari lereng yang terjal sepanjang valley glacierterakumulasi pada sepanjang sisi es. Lateral Moraines → Moraines yang tertimbun sepanjang sisi gletser Medial Moraines → Gabungan anak-anak sungai yang dekat Lateral Moraines membawa gletser turun sepanjang sisi till, End Moraines → Tepi til yang tertimbun sepanjang sisi es,Valley glacier membentuk end moraines yang berbentuk seperti bulan sabit.
59
2. Till Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yang terendapkan mengisi valley glacier, berasal dari ice sheet membawa fragmen batuan yang terkikis (fragmennya lancip) karena bertabrakan dan saling bergesek dengan batuan lain. Berukuran clay-boulder, unsorted. 3. Drumlin Merupakan ground moraines yang terbentuk kembali seperti aluralur sungai lembah till, bentuknya seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan arah gerakan es. Dihasilkan oleh ice sheet yang tertransport jauh dan terbentuk kembali menjadi endapan till setelah melalui lereng yang dangkal. 4. Erratic Merupakan es yang berukuran boulder yang kemudian tertransport oleh es yang berasal dari lapisan batuan yang jauh letaknya.
63
Gambar 34. Macam Bentuk Lahan Glasial Hasil Pengendapan Gletser(www.virtualsk.com)
61
Tabel 6. Klasifikasi Bentuk Lahan Bentang Alam Glasial Van Zuidam (Teknik Geologi UPN Veteran. Panduan Praktikum Geomorfologi.2013.Yogyakarta)
Proses Geomorfologi
Bentukan
Kode
Nama Bentuk Lahan
G1
Perbukitan/Daratan Morena
G2
Dataran Teras Glasial
G3
Lembah Cirques
G4
Lembah Aliran Glasial( Termasuk Lembah
Asal
Eksogen
Glasial
Gantung)
G5
Pegunungan Arete
BAB X PRAKTIKUM LAPANGAN GEOMORFOLOGI X.1. Lokasi Pengamatan 1 X.1. A. Waktu, lokasi dan kesampaian daerah Lokasi pengamatan 1 dilaksanakan pada hari Sabtu,25 Mei 2013 pukul 10.20 WIB. Lokasi pengamatan 1 berada pada lereng bukit pada Dusun Kasihan, Desa Suloharjo Kecamatan pundong, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lokasi pengamatan 1 dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 90 menit dari kampus 2 Institut Sains dan Teknologi Akprind ke arah selatan. X.1. B. Deskripsi lokasi pengamatan 1
Gawir Sesar (S2)
Gambar 35.Gawir Sesar pada Singkapan Batu Gamping LP 1 (penulis,2013)
Keterangan Foto: kamera menghadap utara Koordinat
: S 07° 59’38’’ S 110° 19’38’’
Slope
: 36° / E
Cuaca
: Cerah
Vegetasi
: Sedang (dominasi pohon Jati, Kelapa, Angkasia)
61
62
Morfologi Litologi
: Lereng bukit curam : Batuan Sedimen Non Klastik(Batu Gamping terumbu).
Strike/Dip
:140°EN /19°
Deskripsi Batuan Sedimen Non Klastik
Gambar 36. Batuan Gamping Non Klastik LP 1 (penulis,2013)
Jenis Batuan
: Batuan Sedimen Non Klastik
Warna Segar
: Putih kecoklatan
Warna Lapuk
: Coklat muda
Struktur
: Masif
Tekstur
: Kristalin
Komposis Mineral
: Karbonat
Petrogenesa
: Merupakan Batuan hasil rombakan batuan lain yang terendapkan secara insitu dan belum mengalami transportasi
Nama batuan
: Batu Gamping Terumbu
63
X.1. C. Satuan bentuk lahan Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa lokasi pengamatan 1 memiliki bentuklahan Gawir Sesar (S2) pada bentang alam Struktural. Hal ini ditunjukkan dengan adanya proses kekar dan sesar pada singkapan.
X.1.D Lampiran
64
X.2. Lokasi Pengamatan 2 X.2. A. Waktu, lokasi dan kesampaian daerah Lokasi pengamatan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu,25 Mei 2013 pukul 13.15 WIB. Lokasi pengamatan 2 berada pada tubuh sungai yang secara administratif berada pada Kali Opak,Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lokasi pengamatan 2 dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 10 menit dari LP 1 di desa Kasihan ke arah timur.
X.2. B.
Deskripsi pengamatan 2
Gambar 37. Tubuh Sungai Kali Opak LP 2. (penulis,2013)
Keterangan Foto : Foto diambil menghadap arah Barat Laut
Koordinat
: S 07°59’36’’ E 110°18’58’’
Slope
: N 400 / E
lokasi
65
Cuaca
: Berawan
Vegetasi
: Sedang (Indikasi Pohon Bambu, Kelapa,Nangka, Beringin).
Morfologi Litologi
: Dataran Aluvial. : Endapan material lepas berupa Bongkah – Pasir.
Stadia sungai : Dewasa
X.2. C. Satuan bentuk lahan Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa lokasi pengamatan 2 memiliki bentuklahan Fluvial. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas sungai yang dominan pada tubuh sungai.Stadia sungai yaitu dewasa menuju tua ditunjukkan dengan banyaknya endapan sungai atau pointbar dan meander serta penampang sungai yang berbentuk U.
X.2. D Lampiran
66
X.3. Lokasi Pengamatan 3 X. 3. A. Waktu, lokasi dan kesampaian daerah Lokasi pengamatan 3 dilaksanakan pada hari Sabtu,25 Mei 2013 pukul 14.28 WIB. Lokasi pengamatan 3 berada pada kaki bukit yang berada pada Dusun Cangklak, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lokasi pengamatan 3 dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 20 menit dari LP 2 Kali Opak di Desa Donotirto ke arah selatan.
X.3. B. Deskripsi lokasi pengamatan 3 Koordinat
: S 08°00’40’’ S 110°20’20’’
Slope
: 35° / E
Cuaca
: Mendung
Vegetasi
: Lebat (dominasi pohon jati)
Morfologi
: Perbukitan Denudasional
Litologi
: Rombakan batu gamping akibat proses pelapukan yang dominan.
X.3. C. Satuan bentuk lahan Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa lokasi pengamatan 3 memiliki bentuklahan perbukitan
67
denudasional bentang alam denudasional . Hal ini ditunjukkan dengan proses pelapukan yang dominan pada daerah tersebut
X.3.D. Lampiran.
68
X.4. Lokasi Pengamatan 4 X.4. A. Waktu, lokasi dan kesampaian daerah Lokasi pengamatan 4 dilaksanakan pada hari Sabtu,25 Mei 2013 pukul 15.48 WIB. Lokasi pengamatan 4 berada pada dataran yang mengalami pelarutan oleh air yang berada pada Dusun Baron, Desa Giriasih, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lokasi pengamatan 4 dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 15 menit dari LP 3 di Desa Cangklag ke arah selatan. X.4. B. Deskripsi lokasi pengamatan 4
Gambar 38. Doline LP 4 (penulis,2013)
Keterangan Foto: Kamera menghadap arah timur Koordinat
: S 08°00’00’’ E110°20’45’’
Cuaca
: Mendung
Vegetasi
: Sedan (dominasi pohon jati, kelapa)
Morfologi
: Bukit, Doline
Litologi
: Batu gamping kalsit yang mengalami kristalisasi
69
Slope
: N 350 / E
X.4. C. Satuan bentuk lahan Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa lokasi pengamatan 4 memiliki bentuklahan doline bentang alam karst. Hal ini ditunjukkan dengan dominannya prosespelarutan pada daerah tersebut yang mengakibatkan banyaknya doline.
X.4.D Lampiran
70
X.5. Lokasi Pengamatan 5 X.5. A. Waktu, lokasi dan kesampaian daerah Lokasi pengamatan 5 dilaksanakan pada hari Sabtu,25 Mei 2013 pukul 17.00 WIB. Lokasi pengamatan 5 berada pada dataran pasir yang berada pada Parang Kesumo, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun lokasi pengamatan 5 dapat ditempuh dengan sepeda motor sekitar 35 menit dari LP 4 di Dusun Baron ke arah selatan.
X.5. B. Deskripsi lokasi pengamatan 5
Gumuk Pasir (A1) Dataran Gurun (A2)
Gambar 40.Gumuk Pasir dan Dataran Gurun LP 4 (penulis,2013)
Keterangan Foto: Kamera menghadap utara Koordinat
: S 08°00’59’’ E 110°18’57’’
Cuaca
: Berawan
71
Vegetasi
: Jarang (tanaman pasir)
Morfologi
: pasir, barchans, gumuk pasir
Litologi
: Material lepas dari gunung merapi saat erupsi berupa bongkah – pasir dan di transportasi oleh Kali Opak, lalu di buang ke muara dan di bawa oleh angina laut sampai ke pantai sehingga membentuk gumuk pasir.
X.5. C. Satuan bentuk lahan Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa lokasi pengamatan 5 memiliki bentuklahan dataran gurun dan gumuk pasir hasil bentang alam Aeolian. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas angin sebagai agen geologi yang membawa material lepas hasil erupsi berupa pasir sedang-kasar sehingga membentuk padang gurun dan aktivitas arah angin yang membentuk
macam-macam
bentuklahan
barchan,gumuk pasir,dan lain sebagainya.
X.5.D Lampiran
aeolian
seperti
72
BAB XI KESIMPULAN XI.1. KESIMPULAN 1. Dengan mempelajari Geomorfologi kita tahu bahwa keberadaan suatu pulau tidak dapat lepas dari faktor geologi yg mengikutinya atau mengontrolnya, faktor itu adalah adanya interaksi batas antar lempeng 2. Kita juga mempelajari peta topografi,karena peta merupakan ungkapan miniature suatu posisi permukaan bumi yg terlihat dari atas. Unsur-unsur dalam peta antara lain : relief, pola pengaliran(drainage), culture, skala, orientasi peta, judul peta, legenda dan indeks adminitrasi. 3. Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu kewaktusebagai akibat proses geomorfologi,baik yg berasal dari dalam bumi (endogen),maupun yg berasal dari luar bumi (eksogen). Proses endogen tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan struktur geologi.Proses eksogen berlangsung pada permukaan bumi dan tenaganya berasal dari luar kulit bumi,tenaga ini dapat berupa:gletser, angin,air mengalir,gelombang dan arus laut.Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenalkan proses:Fluvial,Marin,Eolian dan Proses Glasial.
75
XI.2 SARAN Saran saya setelah selama ini mengikuti praktikum,yaitu: 1. Harus ada buku panduan praktikum agar dapat membantu praktikan belajar dan mengerti apa yang diajarkan. 2. Kalau asisten dosen memiliki waktu luang sebaiknya jadwal ke lapangan ditambah karena pada field trip yang lalu, kita belum sempat mempelajari bentang alam marine 3. Tidak ada manusia yang sempurna dan kami juga baru pertama kali belajar jadi kepada para asisten dosen tolong jangan sampai marah– marah terus dan mohon maaf atas kesalahan yang kami lakukan.
76
DAFTAR PUSTAKA