Geologi Regional Pangandaran dan Paleotsunami Endapan pasir tsunami memiliki ciri-ciri yang khas sehingga dapat dibedakan dari
endapan pasir lainnya. Endapan ini sering kali ditemukan menutupi lapisan tanah purba. Secara umum endapan pasir tsunami memperlihatkan kenampakan struktur ukuran butiran menghalus ke bagian atas secara berangsur. Dalam satu endapan tsunami, struktur ini dapat terlihat lebih dari satu buah. Struktur ini merupakan petunjuk bagi banyaknya gelombang yang melanda ketika tsunami terjadi. Endapan tsunami Aceh 2004 misalnya memperlihatkan paling banyak 6 buah struktur tersebut. Hal ini berarti bahwa paling sedikit ada enam buah gelombang datang pada saat tsunami melanda Aceh, Desember 2004. Di dalam pasir tersebut sering kali didapatkan cangkang-cangkang binatang renik yang berasal dari kedalaman laut. Bongkah-bongkah tanah juga acap kali terdapat di dalam pasir tsunami itu sebagai hasil gerusan gelombang tsunami. I.1 Endapan tsunami purba di Pangandaran Secara umum pantai selatan Pulau Jawa juga rawan terhadap bencana tsunami. Hal ini karena kedua wilayah itu sama-sama berada di zona rawan gempa bumi sebagai hasil tumbukan (subduksi) antara lempeng samudra Indo-Australia dengan lempeng benua Eurasia. Interaksi kedua lempeng itu berlangsung terus dari dahulu hingga sekarang dan di masa-masa datang. Dengan demikian, gempa bumi pun masih dapat terjadi kembali setiap saat, begitu juga dengan tsunami. Penelitian endapan tsunami purba di daerah Pangandaran berhasil mendapatkan paling tidak dua buah lapisan endapan tsunami purba. Endapan pertama yang berada pada kedalaman 10 hingga 20 cm dari permukaan tanah diduga merupakan endapan tsunami 1921. Tebal endapan ini mencapai hingga 4 cm. Sebagai perbandingan, tebal endapan pasir tsunami Juli 2006 di daerah Pangandaran mencapai hingga 11 cm. Selain ketebalannya, secara sepintas endapan tsunami ini mirip sekali dengan endapan tsunami Juli 2006 yaitu hanya terdiri dari satu lapis pasir berwarna kehitaman.
Pasir ini menyerupai pasir pantai yang ada di daerah Pangandaran. Ukuran butiran pasirnya seragam dari bawah ke atas dan mengandung kuarsa, biji besi, dan pecahan-pecahan cangkang berukuran pasir. Lapisan ini tidak dapat ditemui di setiap tempat mungkin karena sebagian telah hilang digerus erosi setelah diendapkan. Lapisan endapan tsunami kedua berada pada kedalaman 2 meter di bawah permukaan. Ketebalan lapisan ini mencapai 15 cm, berwarna hitam agak kecokelatan. Di dalam pasir mengandung bongkahan-bongkahan tanah. Bongkahan-bongkahan ini kemungkinan merupakan hasil gerusan oleh gelombang tsunami yang kemudian diendapkan bersama pasir yang dibawanya. Lapisan ini meskipun cukup tebal, namun terlihat tidak menerus. Yang menarik dari lapisan endapan tsunami yang kedua ini adalah bahwa lapisan ini diapit oleh lapisan endapan lempung hijau di bagian bawah dan lapisan lempung cokelat di bagian atasnya. Batas lapisan endapan tsunami dengan kedua lapisan lempung itu sangat tegas. Lempung hijau di bagian bawah kemungkinan diendapkan di lingkungan laguna, sementara lempung cokelat di atasnya yang mengandung sedikit pasir kemungkinan diendapkan di daratan. Perubahan lingkungan dari laguna sebelum tsunami menjadi daratan setelah pasir tsunami diendapkan menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi pada saat itu di samping menimbulkan gelombang tsunami, juga dibarengi dengan pengangkatan daratan. Hal ini menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi pada saat itu kemungkinan merupakan gempa kuat.
Sumber : Dr. EKO YULIANTO, staf peneliti di Puslit Geoteknologi – LIPI dan anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.