Geographic Tongue

December 3, 2017 | Author: josephoceph2010 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Geo Tongue Unpad...

Description

Studi Kasus Minor Oral Medicine GEOGRAPHIC TONGUE (LIDAH GEOGRAFIK)

Disusun oleh: Joseph Gunawan 160112160515

Pembimbing: drg. Wahyu Hidayat, Sp.PM

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017

JUDUL NAMA NPM

: GEOGRAPHIC TONGUE : JOSEPH GUNAWAN : 160112160515

Bandung, Juli 2017

Menyetujui : Dosen Pembimbing

drg. Wahyu Hidayat, Sp.PM NIP. 19791108 200604 1 003

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................ 2 2.1 Laporan Kasus ....................................................................................................2 2.2 Laporan Kontrol I...............................................................................................6 BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................9 3.1 Definisi ...............................................................................................................9 3.2 Etiologi ...............................................................................................................9 3.3 Gambaran Klinis ..............................................................................................10 3.4 Patofisiologi .....................................................................................................11 3.5Diagnosa Banding .............................................................................................11 3.5.1 Candidiasis....................................................................................................12 3.5.2 Lichen Planus ................................................................................................13 3.5.3 Psoriasis ........................................................................................................14 3.6 Terapi Geographic Tongue .............................................................................15 BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................17 BAB V KESIMPULAN .......................................................................................20 BAB VI DAFTAR PUSTAKA ............................................................................21

BAB I PENDAHULUAN

Lidah merupakan organ muskular padat yang dilapisi oleh epitel squamous berlapis. Fungsi utama lidah yaitu untuk fungsi penelanan, pengecapan dan bicara. Lidah memiliki 2 bagian yaitu dorsum dan ventral. Dorsum lidah memilki banyak penonjolan pada mukosanya yang merupakan suatu papilla, yaitu papila filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliata. Lidah dapat terlibat dalam berbagai macam penyakit pada mukosa rongga mulut. Kebanyakan dari kelainan pada lidah bergantung pada perubahan epitel yang melapisi lidah, terutama papilla filiformis (Langlais dan Miller, 1994; Field dan Longmann, 2003). Lesi lidah yang merupakan lesi lokal dapat dikelompokkan menjadi kongenital / developmental, trauma, infeksi, neoplastik, atau idiopatik. Lesi yang berasal dari kondisi sistemik dapat dikelompokkan berkaitan dengan infeksi, blood dyscrasias, penyakit metabolik, dan gangguan imunologi (Cawson dan Odell, 2002; Greenberg dan Glick, 2003). Lidah geografik merupakan kondisi jinak umum yang terjadi terutama pada permukaan dorsum lidah dan merujuk pada beberapa istilah seperti exfoliation areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua geographica, benign migratory glossitis, erythema migrans, annulus migrans, wandering rash of the tongue. Etiologi kondisi ini belum sepenuhnya diketahui, namun ada beberapa faktor pemicu seperti keterkaitan gen, imunologi, dan hormonal (Assimakopoulos, et al., 2002; Jainkittivong dan Langlais, 2005). Lidah geografik bisa terjadi juga pada lokasi mukosa mulut lainnya seperti bukal, bibir, gingiva, uvula, dasar mulut, palatum molle, dan tonsil. Apabila lesi ini terjadi di bagian lain dari mukosa mulut, istilahnya dapat disebut sebagai migratory stomatitis (Marks dan Simons, 1979; Scully dan Crispian, 2004). Laporan kasus ini akan membahas mengenai kasus pasien seorang pasien pria berusia 21 tahun yang datang ke Instalasi Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada 14 Juni 2017 dengan keluhan traumatic ulcer namun ditemukan pula lidah geografik.

1

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Laporan Kasus Status Klinik IPM Biodata Pasien Tanggal

: 14 Juni 2017

Nama

: Novri Firmansyah

Agama

: Islam

Telp

: 085279682527

Jenis Kelamin : Pria Usia

: 21 tahun

Alamat

: Jl. Pattimura, Perum. Griya Kenali, Jambi

Pekerjaan

: Mahasiswa

Status

: Belum Menikah

NRM

: 2016-11490

Anamnesis Pasien pria berusia 21 tahun datang dengan keluhan gusi kanan atas belakang terasa perih sejak 3 hari yang lalu. Rasa perih semakin terasa apabila tertekan atau makan makanan pedas dan panas. Pasien mengaku bahwa rasa perihnya muncul saat pasien menyikat gigi dan sikat tertekan keras pada gusi bagian kanan atas belakang. Pasien terakhir ke dokter gigi 1 tahun yang lalu dan belum pernah ke dokter gigi serta mendapat perawatan atas keluhannya ini. Pasien ingi keluhannya segera diobati.

Riwayat Penyakit Sistemik Penyakit jantung

: YA/TIDAK

Hipertensi

: YA/TIDAK

Diabetes Melitus

:YA/TIDAK

2

3

Asma/Alergi

: YA/TIDAK

Penyakit Hepar

: YA/TIDAK

Kelainan GIT

: YA/TIDAK

Penyakit Ginjal

: YA/TIDAK

Kelainan Darah

: YA/TIDAK

Hamil

: YA/TIDAK

Kontrasepsi

: YA/TIDAK

Lain-lain

: YA/TIDAK

Riwayat Penyakit Terdahulu Disangkal

Kondisi Umum Keadaan Umum

: Baik

Tensi

: 110/70 mmHg

Kesadaran

: Compos Mentis

Pernafasan

: 18 x / menit

Suhu

: 36,2oC(Afebris)

Nadi

: 90 x / menit

Pemeriksaan Ekstra Oral Kelenjar Limfe Submandibula

Kiri

: Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/Submental

Kiri

: Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/Servikal

Kiri

: Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan : Teraba + / - Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/Mata

Pupil

: Isokor

Konjungtiva

: Non-Anemis

Sklera

: Non-Ikterik

TMJ

Tidak ada kelainan

Bibir

Simetris, tidak ada lesi, lembab

Wajah

Simetri/Asimetri

4

Sirkum Oral

Tidak ada kelainan

Lain-lain

Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral Kebersihan mulut : Sedang (Plak Skor 40%), Kalkulus (-), Plak (+), Stain (+) seluruh gigi Gingiva

: Pigmentasi berwarna kecoklatan pada anterior RA dan RB dengan bentuk ireguler Lesi ulseratif pseudomembran dengna haloeritem berbentuk irreguler berukuran 2 mm berdasar cekung dengan kedalaman 1 mm pada gingiva bukal regio 16

Mukosa bukal

: Teraan gigitan di kanan pada regio 46-47 sepanjang 1 cm dan di kiri pada regio 37-38 sepanjang 2 cm

Mukosa labial

: Normal

Palatum durum

: Normal, sedang

Palatum mole

: Normal

Frenulum

: Normal, tidak ada kelainan

Lidah

: Terdapat pulau berjumlah 3 berwarna merah terang dikelilingi batas berwarna putih di 1/3 dorsum lidah lateral kiri, 1/3 media ke kanan dari garis media, dan ujung anterior kanan dekat gigi 43

Dasar mulut

: Normal, kekentalan saliva : normal, jumlah saliva : normal

Status Gigi Geligi : CS CS CS

CS CS CS CS UE

18 17 16 15 14 13 12 11

21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41

31 32 33 34 35 36 37 38

UE CS CS

CS CS PE

5

Gambar 2.1 Tiga pulau kemerahan menyebar pada lidah

Pemeriksaan Penunjang Radiologi

tdl

Darah

tdl

Patologi Anatomi

tdl

Mikrobiologi

tdl

Diagnosis dan Diagnosis Banding D/ Traumatic Ulcer et regio gingiva bukal 16 (K12.04) DD/ Recurrent Aphtous Stomatitis (K12.00) D/ Cheek Biting et regio bukal 27,28,46,47 (K13.1) DD/ Linea Alba (K13.18) D/ Geographic Tongue (K14.1) DD/ Candidiasis Oral (B37.0) D/ Pigmentasi Fisiologis Gingiva et regio anterior RA&RB (K13.6) DD/ Smoker’s Melanosis (K13.7)

Rencana Perawatan dan Perawatan Pro/ Peresepan Obat Steroid Topikal

6

R/ Triamcinolon Acetonid 0,1% Tube No.1 S. 2dd1 in orabase lit. Or Pro/ Oral Hygiene Instruction Pro/ Perbanyak konsumsi asupan cairan dan nutrisi

2.2 Laporan Kontrol I Status Kontrol I Ilmu Penyakit Mulut Tanggal

: 22 Juni 2017

Anamnesis Pasien datang kembali setelah 1 minggu yang lalu mengeluhkan adanya gusi kanan atas yang perih untuk dilakukan kontrol. Pasien mengaku telah melaksanakan instruksi yang diberikan untuk menggunakan obat, oral hygiene instruction, dan konsupsi cairan dan nutrisi bergizi. Saat ini pasien merasa rasa perihnya sudah hilang.

Pemeriksaan Ekstra Oral Kelenjar Limfe Submandibula

Submental

Servikal

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kiri

: teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

kanan : teraba +/-

lunak/kenyal/keras

sakit +/-

Bibir

simetris, tidak ada lesi, lembab

Wajah

Simetri/Asimetri

Sirkum Oral

Tidak ada kelainan

Lain-lain

Tidak ada kelainan

7

Pemeriksaan Intra Oral Kebersihan mulut

: Sedang (Plak Skor 31%), Kalkulus (-), Plak (+), Stain (+) seluruh gigi

Gingiva

: Warna coral pink dengan pigmentasi hitam kecoklatan di anterior labial RA&RB Lesi ulseratif et regio gingiva bukal 16 sudah tidak ada

Mukosa Bukal

: Teraan gigitan pada datara oklusal gigi regio 37-38, 46-47

Mukosa Labial

: Tidak ada kelainan

Palatum Durum

: Normal, sedang

Palatum mole

: Normal

Frenulum

: Tidak ada kelainan

Lidah

: Pulau berjumlah tiga sudah tidak ada lagi, namun terbentuk pulau baru berwarna kemerahan pada lateral kanan lidah dan 1/3 ujung lidah sebelah kanan garis media

Dasar Mulut

: Normal, kekentalan saliva normal, jumlah saliva normal

Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium darah, patologi anatomi maupun mikrobiologi tidak dilakukan.

Diagnosis D/ Cheek Biting et regio bukal 27,28,46,47 (K13.1) DD/ Linea Alba (K13.18) D/ Geographic Tongue (K14.1) DD/ Candidiasis Oral (B37.0) D/ Pigmentasi Fisiologis Gingiva et regio anterior RA&RB (K13.6) DD/ Smoker’s Melanosis (K13.7)

Rencana Perawatan Pro/ OHI & menghilangkan kebiasaan buruk Pro/ perbanyak konsumsi asupan cairan dan nutrisi

8

Foto Kontrol Pasien

Gambar 2.2 Pulau berpindah tempat ke lateral knana dan 1/3 ujung lidah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Definisi Lidah geografik (glossitis migrasi jinak) adalah kondisi jinak yang terjadi

pada kurang lebih 3% populasi dunia. Pasien seringkali merasa asimtomatik, dan pasien lainnya merasa adanya peningkatan sensitivitas pada makanan panas dan pedas. Etiologi dan patogenesis geographic tongue masih kurang diketahui. Prevalensi geographic tongue adalah perempuan 2 kali lebih banyak dari laki-laki yang disebabkan oleh factor hormonal, namun lebih banyak terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak (Assimakopoulos et al., 2002; Field & Longman, 2003). Menurut Reiter (1831), lidah geografik adalah lesi oral inflamasi yang kronis, imunnology-meditated, dengan etiologi yang tidak diketahui. Lidah geografik terlihat sebagai mukosa yang terdepapilasi dengan daerah putih serpiginous di sekitarnya yang berotasi, remisi, dan reaktivasi pada lokasi yang berbeda. Batas putih yang terlihat merupakan papilla filiform yang sedang regenerasi dan campuran antara keratin dan neutrophil, sedangkan daerah eritema merupakan hasil dari hilangnya papilla di bagian tersebut. Lesi bermigrasi dikarenakan deskuamasi epithelial pada satu lokasi dan secara bersamaan terjadi proliferasi di bagian lain dengan periode eksaserbasi dan remisi.

3.2

Etiologi Etiologi lidah geografik masih tidak diketahui. Beberapa faktor etiologi

yang berhubungan telah dikemukakan, tetapi, tidak ada penyebab yang ditunjukkan memberikan bukti yang jelas dari hubungan sebab akibat. Beberapa peneliti mengklasifikasikan kondisi ini sebagai anomali konginetal; peneliti lain membahas peran herediter pada perkembangannya (Danser, et al. 2003). Eidelman dkk., melaporkan prevalensi geographic tongue pada kombinasi orang tua dan saudara kandung adalah lebih tinggi secara signifikan daripada pada populasi umum dan

9

10

menyimpulkan bahwa kekeluargaan dan herediter tersebut memainkan peran etiologi yang signifikan. Peneliti lain juga mempostulatkan bahwa riwayat positif keluarga menunjukkan kemungkinan implikasi faktor genetik. Sebuah penelitian dari subyek orang Yunani dengan geographic tongue menujukkan peningkatan frekuensi dari antigen DR5 dan DRW6 bila dibandingkan dengan kontrol. Temuan ini mendukung teori faktor genetik berpartisipasi dalam patogenesis lidah geografik. Upaya telah dibuat untuk menunjukkan hubungan antara lidah geografik dan berbagai kondisi sistemik dan/atau psikologi. Kondisi tersebut mencakup gangguan gastrointestinal yang berhubungan dengan anemia, sindrom Reiter, diabetes melitus, dan gangguan hormonal (Goregen et al. 2010; Laskaris, 2006). Peningkatan frekuensi yang signifikan dari lidah geografik dilaporkan pada pasien atopi. Marks dkk., menyimpulkan terdapat hubungan positif antara lidah geografik dan atopi, dan selanjutnya mempostulatkan bahwa lidah geografik dan asma/rhinitis memiliki patogenesa yang sama. Marks dkk., memberikan bukti tambahan untuk dasar genetik untuk lidah geografik dengan menunjukkan peningkatan HLA-B15 tipe jaringan pada pasien atopic dengan lidah geografik. Beberapa peneliti menujukkan lidah geografik merupakan manifestasi rongga mulut dari psoriasis. Karena kesamaan pada temuan klinis, histologi, dan imunohistokimia, peneliti tersebut menganggap psoriasis dan geographic stomatitis sebagi lesi yang saling berhubungan.

3.3

Gambaran Klinis Lidah geografik bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi,

melingkar tidak teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih yang sedikit menonjol. Bercak merah menunjukkan atrofi papilla filiformis dan batas putih terdiri dari papilla filiformis yang beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil. Lidah geografik dikarakterisasi oleh periode remisi dan eksaserbasi. Lesi ini biasanya menetap pada satu area untuk satu atau dua minggu dan kemudian menghilang dan muncul kembali di tempat lain pada lidah. Pada beberapa pasien, perpindahan area dapat terjadi selama periode menstruasi, sedangkan pada pasien lainnya, hal ini terjadi selama periode anxietas tinggi lesi ini biasanya asimtomatik,

11

meskipun sering menimbulkan sensasi terbakar dan ketidaknyamanan saat makan makanan pedas, asam, minuman berkarbonasi, atau alkohol (Greenberg & Glick, 2003; Laskaris, 2006). 3.4

Patofisiologi Bagian yang paling sering terkena adalah lidah, namun jaringan lunak

lainpun mungkin terjadi. Lidah geografik sering dilaporkan meningkat pada pasien dengan psoriasis dan pada pasien fissured tongue. Walaupun lidah geografik adalah kondisi inflamasi secara histologis, terdapat sebuah hubungan penyakit keturunan antar keluarga. Pada penelitian berikutnya, penyakit ini dihubungkan dengan human leukocyte antigen (HLA)-DR5, HLA-DRW6, dan HLA-Cw6 (Jainkittivong & Langlais, 2000). Pasien dengan beberapa penyakit tersebut memiliki kemungkinan untuk mengalami lidah geografik lebih tinggi, antara lain DM, sindrom Reiter, sindrom Down, kehamilan, konsumsi medikamentoasa seperti pil kontrasepsi dan litium karbonat. Lidah geografik juga mungkin disebabkan karena alergi dan terdapat relasi dengan asma, eczema, hay fever, kenaikkan IgE, dan pasien atopic (Cawson & Odell, 2002; Greenberg, 2003) Pemeriksaan histopatologis mungkin memperlihatkan infiltrasi inflamasi akut dan kronis pada submukosa dengan edema epitel. Hal tersebut berhubungan dengan neutrofil yang membentuk mikroabses. Pada daerah kemerahan terlihat peningkatan edema pada acanthotic, epitel, dan kurangnya diferensiasi menjadi papila filiform. Sel radang berakumulasi di lapisan paling atas dari epitelium dan membentuk mikroabses. Daerah tengah memperlihatkan ketidakadaan papila filiform dan lapisan parakeratotik. Bagian putih di sekelilingnya memperlihatkan infiltrat subepitelial neutrofil, invasi leukosit pada lapisan epitelial, edema intraepitelial, ruptur hubungan sel, deposit glikogen, dan eksfoliasi sel nekrotik (Kullaa-Mikkonen, 1986; Greenberg, 2003).

3.5

Diagnosa Banding Terdapat tiga diagnosa banding dari coated tongue ini, yaitu kandidiasis,

lichen planus, psoriasis oral.

12

3.5.1

Kandidiasis Kandidiasis adalah infeksi jamur oral yang paling umum. Etiologi penyakit

ini biasanya disebabkan oleh Candida albicans, dan jarang olehspesies jamur lainnya (C. glabrata, C. krusei, C. tropicalis, C. parapsilosis).Faktor predisposisi lokal (kebersihan mulut yang buruk, xerostomia, mukosa yang terluka, pemakaian gigi palsu, obat kumur antibiotik) dan sistemik (antibiotik spektrum luas, steroid, obat imunosupresif, radiasi, infeksi HIV, penyakit hematologi yang ganas, anemia neutropenia, kekurangan zat besi, gangguan endokrin) (Cawson & Odell, 2002; Field & Longman, 2003).

Gambar 3.1 Gambaran kandidiasis pseudomembran pada palatum (Laskaris, 2006) Gambaran klinis oral candidiasis diklasifikasikan primer, terdiri dari lesi yang secara eksklusif pada oral dan area perioral, dan sekunder, terdiri darilesi oral penyakit

mukokutan.

Kandidiasis

primer

termasuklima

varietas

klinis:

pseudomembran, eritematosa, nodular, hiperplasia papiler pada palatal, dan lesi kandida terkait(cheilitis angular, median rhomboid glossitis, denture stomatitis). Bentuk utama dari kandidiasis yang menghasilkan lesi putih adalah sebagai berikut; kandidiasis pseudomembran adalah bentuk paling umum dari penyakit ini,dan secara klinis ditandai dengan creamy-white, lesi sedikit terangkat/timbul, bintikbintik atau plak dapat dihilangkan (Greenberg & Glick, 2003; Scully & Crispian, 2004). Lesi dapat lokalisata atau generalisata, dan lebih sering pada mukosa bukal, palatum lunak, lidah, dan bibir. Xerostomia, sensasi terbakar, dan rasa tidak enak/nyaman adalah gejala yang paling umum.Kandidiasis nodular adalah bentuk

13

kronis dari penyakit ini; tampak secara klinissebagai putih, tegas, dan plak yang timbul serta biasanya tidak terlepas. Kandidiasis mucocutaneous adalah kelompok heterogen dan langka klinissindrom, ditandai dengan lesi kronis pada kulit, kuku, dan mukosa,dan biasanya berhubungan dengan cacat imunologi. Secara klinis,lesi oral muncul sebagai plak putih dan biasanya beberapa ada yang tidak bisa dihapus (Laskaris, 2006). Diagnosis banding dari geographic tongue adalah kandidiasis pseudomembran akut yang mana memperlihatkan penampilan klinis yang sama berupa batas-batas putih yang mengelilingi lidah.

3.5.2

Oral Lichen Planus Oral lichen planus (OLP) adalah suatu kondisi inflamatori autoimun kronis

yang berdampak pada tepi mulut, biasanya tampak sebagai lesi berwarna putih. Oral lichen planus paling sering timbul pada mukosa pipi, tapi juga dapat timbul pada gingiva, bibir, dan bagian lain dari mulut. Oral lichen planus terkadang juga meliputi kerongkongan atau esophagus (Scully & Porter, 2003; Field & Longman, 2003). Walaupun oral lichen planus biasanya muncul pada usia pertengahan, oral lichen planus dapat muncul pada segala usia. Tahap awal terjadinya oral lichen planus dapat berlangsung selama mingguan atau bulanan. Akan tetapi sayangnya, oral lichen planus biasanya berupa kondisi kronis sehingga dapat bertahan selama beberapa tahun.

Gambar 3.2 Oral Lichen Planus pada Lidah (Laskaris, 2006)

14

Lichen planus tampak mengkilat, benjolan dengan permukaan yang rata seringkali dengan bentuk angular. Benjolan ini memiliki warna merah keunguan dengan dilapisi lapisan mengkilat membentuk kerak yang kuat. Penyakit ini dapat muncul pada kulit bagian mana saja, tetapi sering pada bagian dalam pergelangan tangan dan kaki, kaki bagian bawah, punggung, dan leher. Pada beberapa individual dapat terjadi pada mulut, regio genital, rambut, dan kuku. Lapisan yang tebal dapat muncul, terutama pada tulang kering. Lepuhan jarang terjadi. Benjolan dapat muncul pada area trauma pada beberapa individual. Sekitar dua puluh persen lichen planus pada kulit menimbulkan gejala minimal dan tidak membutuhkan perawatan. Tetapi, pada banyak kasus terjadi gatal-gatal yang konstan dan intens Langlais & Miller, 2000; Scully & Crispian, 2004). OLP tampak sebagai garis putih, papule putih, tanda-tanda putih, erythema, erosi, maupun lepuhan yang tampak mendominasi mukosa bukal, lidah, dan gingiva, walaupun juga muncul di tempat-tempat lain. OLP timbul pada 1-2 persen populasi umum orang dewasa dan merupakan penyakit mukosa oral non-infeksius yang paling banyak terjadi berdasarkan klinik patologi oral dan oral medicine. OLP timbul lebih banyak pada wanita dibanding pada laki-laki (Bruch & Treister, 2017).

3.5.3

Psoriasis Oral

Gambar 3.3 Psoriasis Lidah (Bruch & Treister, 2017) Psoriasis adalah penyakit inflamasi kutaneus kronis yang menyerang 1-3% populasi dunia dan 50%nya terjadi sebelum dekade kedua hidupnya. Psoriasis terkarakterisasi dengan papula eritema yang dilapisi oleh sisik berwarna keperakan

15

yang secara perlahan membesar di sekelilingnya, membentuk plak. Etiologinya masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan oleh faktor genetic dan psikosomatik. Berbagai faktor pemicu seperti trauma, infeksi, dan stress dapat memperparah penyakit. Penampakan klinis dari oral psoriasis dapat terlihat seperti papul eritema besar dengan ireguler erosi yang dikelilingi oleh bagian keratotic. Pasien mungkin juga mengeluhkan sensasi terbakar pada saat makan/minum. Penegakan diagnosis dari psoriasis dapat dilakukan dengan 3 hal penting: keberadaan psoriasis umum, keberlanjutan antara gejala awal oral dengan krisis psoriatic umum, dan psoriasiform histologis (Dreyer & Bone, 2012). Psoriasis dapat terjadi karena sel dewasa bergerak cepat ke permukaan kulit dan bersifat tidak vital. Sel-sel kulit tersebut tidak terlepas namun tertumpuk sehingga terlihat seperti sebuah lesi dan menyebabkan lapisan ini keputihan dan seperti krusta. Sedangkan warna kemerahan dan bengkak di sekitar daerah tersebut disebabkan oleh peningkatan aliran darah untuk melakukan reproduksi jaringan kulit baru (Field & Longman, 2003; Dreyer & Bone. 2012).

3.6

Terapi Lidah Geografik Pasien dengan lidah geografik biasanya tidak membutuhkan pengobatan,

namun mebutuhkan kepastian diagnosis karena banyak pasien yang menaktukan kanker pada lidahnya. Beberapa pengobatan simptomatik sudah dicoba termasuk acetaminofen, obat kumur dengan anestesi topikal, antihistamin, anxiolitik, dan steroid. Helfman mengatakan adanya hasil memuaskan setelah mengobati tiga pasien dengan tretinoin topikal. Terapi vitamin A menghasilkan perbaikan parsial pada beberapa pasien. Faktor topikal yang eksaserbasi gejala pasien seperti makanan panas, pedas, dan asam perlu dihindari. Abe et al. mengatakan adanya perbaikan juga pada pasien wanita 54 tahun dengan lidah geografik yang sakit dengan pemberian sistemik siklosporin selama 5 tahun. Pengobatan sistemik dari mikroemulsi siklosporin pre-konsentrat sebanyak 3 mg/kg/hari menghasilkan perbaikan yang memuaskan. Dua bulan kemudian, pasien dberikan terapi

16

pemeliharaan

berupa

obat

yang

sama

dengan

dosis

1,5

mg/kg/hari

(Assimakopoulos, et al. 2002). Apabila pasien merasakan rasa sakit dan tidak nyaman, dokter gigi lebih baik memberikan resep pereda rasa nyeri topikal, anti-inflamasi, obat kumur dengan anestetikum, kortikosteroid topikal, suplemen zinc. Dokter gigi juga perlu membatasi beberapa makanan atau konsumsi seperti tembakau dan pasta gigi dengan aditif, pasta pemutih, atau rasa yang terlalu kuat (Goreger et al. 2010).

BAB IV PEMBAHASAN

Pasien yang dating dengan keluhan awal rasa nyeri yang disebabkan oleh traumatic ulcer setelah diberikan pengobatan berupa kortikosteroid topikal pada kontrol selanjutnya sudah memperlihatkan perbaikan. Sedangkan pada makalah ini, pembahasan lebih ditujukan terhadap kasus pada lidahnya yang memperlihatkan lesi yang berpindah dari saat kunjungan pertama dan kunjungan kontrol berikutnya. Pada kunjungan pertama terlihat lidah lesi berbentuk pulau-pulau berjumlah 3 berwarna merah terang dikelilingi batas berwarna putih di 1/3 dorsum lidah lateral kiri, 1/3 media ke kanan dari garis media, dan ujung anterior kanan dekat gigi 43. Pada kunjungan kontrol 1 minggu, ketiga lesi tersebut sudah menghilang, namun terdapat lesi baru yang timbul berwarna kemerahan pada lateral kanan lidah dan 1/3 ujung lidah sebelah kanan garis media. Hal ini menunjukkan adanya perpindahan lesi dari satu posisi ke posisi lain yamg biasa disebut dengan istilah migratory lesion (Jainkittivong&Langlais, 2005; Goregen et al, 2003). Pada permukaan lidah terdapat struktur yang disebut papilla. Terdapat 4 jenis papilla, yaitu sirkumvalata, fungiform, filiform, dan foliata. Papila filiform adalah papila yang paling banyak terdapat di lidah dan paling mudah untuk mengalami kerusakan seperti radang, atrofi, atau hipertrofi. Hal ini disebabkan karena papilla filiform terbentuk dari jaringan ikat ireguler dengan keratin dan membentuk suatu bentuk panjang (Marks & Simons, 1979; Scully & Crispian, 2004). Pada kasus lidah geografik, penampakkan klinis memperlihatkan adanya bercak merah yang dikelilingi oleh batas putih. Bercak merah pada kasus tersebut menunjukkan atrofi papilla filiform dan batas putih terdiri dari papilla filiform yang beregenerasi dan campuran antara keratin dan neutrofil. Keratin pada permukaan dorsal lidah dapat mengalami deskuamasi selama fungsi. Dalam keadaan normal lidah mengalami keratinisasi yang akan berdeskuamasi ketika terjadi friksi dengan makanan, palatum, dan gigi geligi anterior rahang atas. Lapisan ini akan diganti dengan sel epithelial yang baru dari bawahnya. Akan tetapi keseimbangan ini seringkali terganggu ketika pergerakan lidah terbatas karena suatu penyakit atau

17

18

kondisi rongga mulut yang tidak seimbang, keratin pada lidah tidak terdeskuamasi dan terakumulasi di papila filiformis serta terjadi penumpukkan bakteri yang menyebabkan warna keputihan di batas lesi tersebut (Field & Longman, 2003; Laskaris, 2006). Penampakkan klinis ldiah geografik seringkali disamakan dengan beberapa lesi yang serupa yang berada di lidah antara lain kandidiasis, oral lichen planus, dna oral psoriasis. Oral lichen planus dan oral psoriasis memang memiliki patofoisiologi yang mirip dengan lidah geografik, yaitu adanya atrofi papila filiformis. Namun ada perbedaan yang signifikan, oral lichen planus memperlihatkan adanya erosi juga pada daerah lesi dan OLP biasanya disertai dengan lichen planus pada daerah lainnya karena berhubungan dengan sistem imunologi. Selain itu, OLP memiliki faktor etiologi yang lebih jelas sehingga medikamentosa dan rencana perawatan lebih jelas dan pasien dapat sembuh. Di sisi lain, psoriasi oral merupakan manifestasi klinis dari psoriasis sistemik yang berada di bagian tubuh yang lain. Penampakan psoriasis sangat mirip dengan lidah geografik, namun ada 2 cara penegakkan diagnosis antara lain penampakan klinis psoriasis pada daerah lain dan pemeriksaan histologis. Kandidiasis yang juga merupakan diagnosis banding lidah geografik memiliki perbedaan pada histologis dan faktor etiologi utamanya adalah jamur Candidiasis sp.. Faktor etiologi yang masih belum jelas pada penyakit lidah geografik menyebabkan rencana perawatan yang masih rancu juga. Pada beberapa literatur, dikatakan bahwa lidah geografik merupakan glossitis yang berulang, sehingga yang perlu dilakukan pada pasien dengan lidah geografik adalah antisipasi agar lidah tidak mengalami atrofi papila dan degenerasi yang terlalu cepat. Hal yang dapat dilakukan antara lain edukasi pasien untuk tidak melakukan hal-hal yang memicu kejadin tersebut (merokok, makan makanan yang terlalu panas dan pedas) (Greenberg & Click, 2003; Jainkittivong & Langlais, 2005). Pada beberapa pasien yang mengeluhkan adanya rasa sakit atau tidak nyaman pada penyakit ini, mungkin saja diberikan obat kumur dengan anestetikum. Sedangkan pada kasus ini, pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit atau tidak nyaman pada lidahnya dan hanya sekedar temuan klinis oleh dokter gigi, sehingga

19

perawatan untuk kasus lidah geografik pada pasien atas nama Novri Firmansyah adalah edukasi pasien.

BAB V KESIMPULAN

Lidah geografik merupakan suatu keadaan peradangan lidah terutama pada bagian papilla yang bersifat kronis dan berulang serta berpindah-pindah posisi. Hal ini dapat dikarenakan berbagai faktor pemicu antara lain, herediter, hormonal, dan gizi. Faktor pemicu tersebut akan menghasilkanatrofi dan degenerasi papilah lidah terjadi dengan lebih cepat sehingga terbentuk lesi berwarna kemerahan dengan sisa degenerasi yang bergabung dengan keratin dan neutrofil membentuk batas keputihan di sekitarnya. Terdapat beberapa diagnosis banding, antara lain, kandidiasis, oral lichen planus, oral psoriasis. Rencana perawatan yang dapat dilakukan antara lain edukasi untuk mengurangi faktor pemicu dan dapat dilakukan peresepan obat kumur dengan anestetikum apabila diperlukan.

20

DAFTAR PUSTAKA

Assimakopoulos D, Patrikakos G, Fotika C, Elisaf M. Benign migratory glossitis or geographic tongue: an enigmatic oral lesion. Am J Med 2002; 113:7515. Bruch, JM and N Treister. 2017. Clinical Oral Medicine and Pathology. 2nd

ed

.

United Kingdom: Springer. Cawson, RA and EW Odell. 2002. Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 7thed. Edinburg : Churchill Livingstone. Danser, MM et al. 2003. Tongue coating and tongue brushing: a literature review . Int J Dent Hygiene Dreyer, LN and GC Brown. Oral manifestation: psoirasis. The New York State Dental Journal. 2012; 4: 1-18. Field, A and L. Longman. 2003. Tyldesley's Oral Medicine. 5th ed. Oxford University Press. Goregen M, Melikoglu M, Miloglu O, Erdem T. Predisposition of allergy in patients with bening migratory glossitis. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2010; 110: 470-4. Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment. 10th ed. Hamilton: BC Decker Inc. Jainkittivong A, Langlais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of 188 cases. J Contemp Dent Pract 2005; 1:123-35. Kullaa-Mikkonen A. Geographic tongue: an SEM study. J Cutan Pathol 1986; 13: 154-62. Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates. Laskaris, G. 2006.Pocket Atlas of Oral Disase 2nd Ed. London : Thieme. Marks R, Simons MJ. Geographic tongue—a manifestation of atopy. Br J Dermatol 1979; 101:159-62. Scully, Crispian. 2004.Oral and Maxilofacial Medicine.London: Elsevier Sciencef Scully, C.; S. Porter. 2003. Orofacial Disease. London: Churchil Livingstone.

21

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF