Geo x Morfologi Laut Dan Pesisir

December 11, 2017 | Author: Fathinuddin | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Geo x Morfologi Laut Dan Pesisir...

Description

MORFOLOGI LAUT DAN PESISIR A. Morlologi Posisir Luas permukaan bumi yang kita tinggali mencapai 510 juta km2. Tiga perempat dari luas permukaan bumi tersebut tertutup oleh air. Dari seluruh air yang ada di bumi, 97,5% merupakan air asin yang terdapat di lautan. Lautan adalah kumpulan massa air asin terbesar. Lautan mencakup samudra dan bagan perairan asin yang lebih kecil seperti selat dan teluk.. Antara lautan dan daratan dibatasi oleh wilayah yang disebut pantai dan pesisir. Pantai merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang langsung mendapat pengaruh gelombang dan pasang surut. Adapun pesisir adalah bagian dari pantai mulai dari batas muka air laut ketika pasang terendah menuju ke arah darat sampai pengaruh pasang tertinggi atau gelombang laut terbesar. Proses erosi yang dilakukan oleh air laut mengakibatkan pantai memiliki ciri dan bentuk yang berbeda-beda. Ciri dan bentuk pantai dapat dibedakan dari berbagai tinjauan, antara lain berdasarkan morfologinya maupun berdasarkan letaknya terhadap pegunungan. Berdasarkan morfologinya, pantai dapat dibedakan atas pantai landai dan pantai curam. Pantai landai yaitu pantai dengan morfologi yang tidak begitu tajam dan terjal dengan kemiringan lereng sekitar 1° sampai 5°. Biasanya, pantai landai berhadapan dengan laut dangkal. Pantai landai dapat dibedakan lagi atas beberapa jenis berikut. • Pantai datar: pantai yang agak landai atau datar ke arah laut. Misalnya, pantai utara Pulau Jawa, pantai timur Pulau Sumatera, dan pantai Kalimantan bagian selatan. • Pantai berpasir: pantai yang terdiri atas bukitbukit pasir (sand dune). Misalnya, pantai Madura, pantai Parangtritis (Yogyakarta), pantai Pasir putih (Sumatera Utara), dan pantai Kedu. • Pantai laguna: pantai yang terbentuk dari endapan berupa pulau-pulau yang dibentuk oleh gelombang laut. • Pantai haff (berdanau): pantai yang berbentuk lidah (semacam beting pasir). Jika pantai tertutup seluruhnya disebut nehrung. • Estuarium adalah pantai yang berbentuk corong yang terbentuk sebagai akibat perbedaan pasang naik dan surut yang begitu besar. Misalnya, muara Sungai Kampar, Batanghari, Rokan, dan Sungai Kapuas. Pantai curam (terjal) yaitu pantai yang memiliki morfologi yang sangat curam (terjal) dengan kemiringan lereng berkisar antara 400 sampai dengan 75°. Umumnya, pantai curam berhadapan dengan laut-laut dalam. Pantai curam sering juga disebut pantai cliff. Misalnya, pantai di selatan Pulau Jawa (Pantai Pangandaran dan Pelabuhan Ratu). Pantai curam dapat dibedakan lagi atas bentuk-bentuk berikut. • Pantai fyord: pantai yang memiliki penampang berbentuk huruf U dan curam disertai teluk yang sangat dalam, sempit, dan berkelok-kelok. Misalnya, pantai di daerah Selandia Baru, pantai Norwegia, pantai Eslandia, dan pantai Skandinavia. • Pantai ria: pantai yang terbentuk oleh sederetan bukit yang arahnya tegak lurus terhadap garis pantai. Kemudian, pantai ini mengalami proses penurunan dan tergenang air laut sehingga terbentuk semenanjung yang berderet-deret. Misalnya, pantai di sebelah barat daya Asia Kecil dan sebelah barat Spanyol. • Pantai skeren: pantai yang memiliki bentuk hampir sama dengan fyord, tetapi lekukannya tidak terlalu jauh masuk daratan. Di depan pantai terdapat pulau-pulau kecil berbatu yang sebagian tergenang (skeren). Misalnya, pantai Skandinavia, pantai Finlandia, dan pantai Swedia. Berdasarkan posisi terhadap letak pegunungan, pantai dibedakan menjadi beberapa jenis berikut. • Pantai konkordan yaitu pantai yang memiliki garis pantai sejajar dengan jalur pegunungan yang memanjang sepanjang pantai. Misalnya, pantai barat Pulau Sumatera yang sejajar dengan pegunungan Bukit Barisan dan pantai barat Amerika

• •

yang masing-masing sejajar dengan dengan Pegunungan Andes dan Pegunungan Rocky. Pantai diskordan yaitu pantai yang memiliki garis pantai tegak lurus terhadap jalur pegunungan. Misalnya, pantai barat Asia Kecil dan pantai timur Semenanjung Balkan. Pantai netral yaitu pantai yang garis pantainya tidak memiliki hubungan dengan jalur pegunungan, tetapi berdekatan dan berasal dari dataran tinggi atau dataran rendah. Misalnya, pantai timur Afrika, pantai selatan D.1 Yogyakarta, dan beberapa pantai di utara Jawa Tengah.

A. Merfologl Laut Morfologi laut dibedakan menjadi dua bagian yaitu tepi benua (continental margin) dan dasar laut dalam (deep sea bottom). Tepi benua adalah morfologi yang terletak dekat pantai di mana benua menurun ke cekungan dasar laut. Morfologi ini dapat dibedakan menjadi tiga wilayah yaitu paparan benua, lereng benua, dan pengangkatan benua. • Paparan benua (continental shelf) yaitu daerah yang mempunyai lereng landai dengan kemiringan kurang dari 1 ° dan berbatasan langsung dengan daratan. Bagian ini umumnya memiliki kedalaman maksimum antara 100 sampai 200 meter dan lebar antara 50 sampai 70 kilometer. • Lereng benua (continental slope) merupakan bagian dasar laut yang menurun tajam dan curam ke arah dasar laut sampai kedalaman antara 200-3.000 meter dengan kemiringan sekitar 3-6O. • Pengangkatan benua (continental rise) merupakan daerah yang mempunyai lereng yang perlahan-lauan menjadi datar pada dasar lautan. Dasar laut dalam (deep sea bottom) merupakan morfologi dasar laut yang memiliki kedalaman antara 3000 sampai 6000 meter dan meliputi lebih dari 75% daerah dasar lautan. Pada dasar laut dalam terdapat berbagai macam bentukan seperti, abbysal plain, trog, oceanic ridge, seamount dan guyot serta abbysal hill. • Dataran abisal (abbysal plain) merupakan cekungan laut dalam berbentuk oval dan relatif datar dengan kemiringan kurang dari 1°. Kedalaman wilayah ini sekitar 3.000 sampai 6.000 meter dan biasanya terletak dekat dengan continental rise. • Palung (trog) merupakan dasar laut terdalam dan berbentuk saluran (V) yang umumnya terletak dekat dengan busur kepulauan (island arc). Misalnya, palung Jawa yang terletak di sebelah





Punggung samudra (oceanic ridge) merupakan dasar laut yang mengalami proses peninggian sehingga membentuk rangkaian pegunungan yang panjang don sempit dengan lereng yang sangat curam. Misalnya Mid Atlantic Ridge (Punggung Tengah Atlantik) yang membelah Samudra Atlantik menjadi dua bagian dengan beberapa puncaknya muncul ke permukaan membentuk pulau atau kepulauan. Gunung laut (seamount) dan guyot merupakan gunung yang muncul dari dasar laut dalam dan tidak dapat mencapai permukaan. Gunung laut memiliki lereng yang curam dan berpuncak runcinq denctan ketinggian minimum 1 km.. Beberapa dari



C.

gunung laut, terutama di Samudra Pasifik, memiliki puncak datar yang disebut guyot. Guyot terbesar terdapat di sebelah utara Pulau Midway. Guyot tersebut memiliki ketinggian sekitar 4.570 m, lebor 72,5 km dan panjang 112,5 km. Punggung bukit (abbysal hill) merupakan dasar laut yang mengalami peninggian membentuk punggung-punggung bukit yang tinggi. Punggung-punggung bukit tersebut memiliki lebar antara 1.000-4.000 km don naik pada suatu ketinggian sekitar 2-4 km di dasar laut. Misalnya, sistem punggung bukit dekat pantai barat Amerika Utara yang melintasi Samudra Pasifik menuju pantai Antartika di sebelah selatan Selandia Baru.

Gerakan Air laut Air laut bersifat dinamik, artinya selalu bergerak. Pergerakan air laut dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya maupun berdasarkan material yang mengalami pergerakan. Berdasarkan penyebabnya, gerakan air laut dapat disebabkan oleh angin, temperatur, dan gaya tarik antara bulan-bumimatahari. Adapun berdasarkan material yang mengalami pergerakan, gerakan air laut dapat dibedakan atas gerakan air laut yang disertai massa airnya dan gerakan air laut yang tidak disertai massa airnya. Secara umum, gerakan air laut meliputi gelombang, arus, dan pasang surut. 1. Gelombong laut Gelombang laut adalah gerakan naik turunnya air laut yang tidak disertai perpindahan massa airnya. Pada umumnya gelombang laut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. kecepatan angin; b. lama angin bertiup; c. luos daerah tempat angin bertiup; d. kedolaman air lout. Selain faktor-faktor tersebut, gelombang dapat juga terjadi karena adanya getaran kulit bumi di dasar laut (gempa). Gerakan kulit bumi tersebut menyebabkan terjadinya perpindahan (dislokasi) vertikal pada dasar laut. Gelombang laut juga dapat disebabkan oleh letusan gunung berapi di dasar laut. Gempa yang terjadi di dasar laut menimbulkan gelombang besar yang dinamakan tsunami. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan di wilayah sekitar pantai dan menimbulkan banyak kerugian. 2. Arus laut Arus laut adalah gerakan massa air laut dari suatu tempat ke tempat lain dengan disertai massa airnya. Gerakan arus laut bisa berupa gerakan mendatar atau horizontal yang berupa arus permukaan atau arus dasar. Gerakan arus laut dapat pula merupakan gerakan secara vertikal dari lapisan air bagian bawah ke lapisan atas atau sebaliknya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi gerakan arus ini, yaitu perbedaan densitas, adanya pergesekan antara air permukaan dan angin, serta adanya pasang surut dan pasang naik. Berdasarkan kriteria tertentu, arus laut dapat dibedakan menjadi.beberapa jenis. Berdasarkan temperaturnya, arus laut dapat dibedakan sebagai berikut. a. Arus panas, yaitu arus dengan temperatur air yang lebih panas daripada temperatur air laut yang didatangi. Arus panas pada umumnya berasal dari daerah di sekitar khatulistiwa. b. Arus dingin, yaitu arus dengan temperatur air lebih dingin daripada temperatur air laut yang didatangi. Arus dingin pada umumnya berupa arus yang berasal dari kutub dan arus vertikal naik (upwelling). Berdasarkan faktor penyebabnya, arus dapat dibedakan sebagai berikut. a. Arus tetap, yaitu arus laut yang terjadi karena angin tetap dan mempunyai arah yang tetap. Angin yang dapat menyebabkan arus laut yaitu angin passat dan angin barat.

b.

c.

d.

e.

Arus kompensasi yaitu arus yang terjadi karena perbedaan tinggi permukaan laut seperti arus di antara arus di Khatulistiwa utara dan selatan. Karena kedua arus Khatulistiwa tersebut bergerak ke arah barat, maka sebagai kompensasinya, mengalirlah arus yang memiliki arah berlawanan dengan kedua arus Khatulistiwa tersebut. Arus ini dinamakan arus sungsang. Arus setengah tahunan atau arus musiman, yaitu arus yang terjadi karena tiupan angin musim (monsun). Arah arus ini berubah setiap tahun mengikuti perubahan arah angin musim. Arus musim barat daya terjadi pada bulan Juli dan arus musim timur laut terjadi pada bulan Januan. Arus vertikal yaitu arus yang bergerak naik (upwelling) atau turun (downwelling). Arus vertikal terjadi karena perbedaan temperatur air. Di pangkal arus Khatulistiwa terjadi arus vertikal yang naik, untuk mengisi kekurangan massa air di daerah tersebut. Arus atas dan arus bawah, seperti yang terdapat di Selat Gilbraltar adalah dua arus laut yang bergerak berlawanan yang terjadi akibat perbedaan kadar garam (salinitas).

3. Pasang surut Pasang sudut terjadi akibat adanya gaya tarik matahari dan bulan terhadap bumi. Karena mempunyai jarak yang lebih dekat dengan bumi dibandingkan dengan matahari. maka gaya tarik bulan lebih berpengaruh terhadap terjadinya pasang surut air laut. Berdasarkan saat terjadinya, pasang surut air laut dibedakan menjadi pasang purnama (spring tide) dan pasang perbani (neap tide). Pasang purnama adalah pasang naik dan pasang surut yang terjadi pada saat bulan purnama dan bulan baru. Pasang purnama terjadi pada saat posisi bulan bumi-matahari membentuk garis lurus. Pasang perbani adalah pasang naik dan pasang surut terendah yang terjadi pada waktu bulan dan matahari membentuk sudut 900 (kuarter pertama dan kuarter terakhir). Pada posisi tersebut gaya tarik matahari dan gaya tarik bulan bekerja pada titik tegak lurus satu sama lain. Pasang dan sudut air laut ini berlangsung selama periode 12 jam 25 menit. Di beberapa tempat tertentu, tenaga pasang dan surut air laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran. Manfaat pasang surut air laut antara lain: 1. untuk sumber energi listrik; 2. untuk kepentingan militer, terutama dalam mengetahui waktu yang tepat untuk pendaratan amfibi; 3. sumber pengairan bagi usaha pertambakan; 4. sumber pengairan bagi usaha pemanfaatan lahan sawah pasang surut untuk meningkatkan produksi padi. Kuaitas Air Laut Untuk dapat mengerti dan memahami karakteristik serta proses fisis yang terjadi di dalam air taut dilakukan analisis kualitas air taut. Kualitas air taut dapat dilihat berdasarkan parameter temperatur, salinitas, dan kecerahan (warna) air taut. Ketiga parameter ini dapat menentukan kestabilan sifat suatu perairan. 1. Temperatur air laut Temperatur merupakan salah satu indikator yang sangat penting bagi kehidupan organisme di lautan. Oleh karena itu, dalam setiap penelitian oseanografi, selalu dilakukan pengukuran temperatur air taut. Temperatur air taut ditentukan oleh radiasi matahari. Karena itulah temperatur air taut cenderung berkurang sesuai dengan perubahan kedalaman dan juga semakin berkurang apabila semakin jauh dari ekuator.

Sejak radiasi matahari diterima oleh lapisan permukaan taut, lapisan di permukaan akan lebih panas dari lapisan di bawahnya. Sampai kedalaman 200 meter, keadaan temperatur taut relatif stabil dan merata. Lapisan ini disebut lapisan mix layer. Pada kedalaman lebih dari 200 meter, temperatur berkurang secara mendadak sehingga membentuk kurva dengan lereng yang sangat curam. Lapisan ini dikenal sebagai lapisan thermoklin. Semakin ke arah kutub, temperatur air taut semakin rendah. Di wilayah ekuator, temperatur air taut sekitar 28°C. Adapun di daerah kutub sekitar -2°C. Peta sebaran temperatur air taut, berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan dengan garis isoterm, menunjukkan umumnya garis isoterm sejajar dengan garis lintang. Hal ini terjadi karena daerah yang terletak pada lintang yang sama akan mengalami penerimaan radiasi matahari yang sama pula. Namun demikian, di beberapa tempat terjadi penyimpangan sebagai akibat faktor-faktor geografis. Penyimpangan tersebut misalnya, pengaruh daratan, arus taut, dan adanya air yang muncul ke permukaan yang disebabkan oleh adanya arus bawah. Umumnya air laut dapat dibagi menjadi tiga lapisan. Lapisan permukaan (0-100 m) biasanya memiliki temperatur tinggi dan densitas rendah. Lapisan ini meliputi sekitar 2% keseturuhan volume air laut. Lapisan bagian tengah yang biasa disebut lapisan thermoklin meliputi sekitar 18% keseturuhan volume air laut. Di lapisan ini temperatur air laut berkurang sesuai kedalaman. Lapisan terdalam yang meliputi 80% volume air laut memiliki temperatur rendah dan seragam. 2. Satinitas (kadar garam) Salinitas, sama halnya dengan temperatur merupakan indikator untuk memahami karakteristik perairan karena salinitas berperan terhadap kehidupan biota taut. Salinitas adalah jumlah garamgaram yang terkandung dalam setiap satu kilogram air taut yang dinyatakan dengan persen (%) atau permit (%0). Satinitas air taut normal umumnya sekitar 3,5% atau 35%o. Adapun kandungan garam-garaman pada air taut adalah seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 8.1 Kandungan garam-garaman air taut Garam Persentase Natrium Klorida Natrium Klorida (NaCI) 71,80% Kalium Sulfat (K2S04) 2,46% Magnesium Klurida (MgCl2) 10,7811/o Magnesium Brornida (MgBr2) 0,21% Magnesium Sulfat (MgS04}) 4,73% Kalsium Sulfat (CaSO4) 4,73% Salinitas di setiap perairan berbeda-beda. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan salinitas di setiap perairan laut adalah sebagai berikut. • Kadar penguapan. Semakin tinggi penguapan, kadar garam akan semakin tinggi. Misalnya, Laut Merah. Karena proses penguapan yang cepat, kadar garamnya tinggi. • Curah hujan. Semakin banyak curah hujan yang turun, maka laut akan memiliki kadar garam yang rendah. Misalnya, laut-laut yang terdapat di Indonesia. • Banyak sedikitnya air tawar yang masuk ke laut tersebut. Semakin banyak penambahan air tawar, semakin rendah salinitas di perairan tersebut. • Banyak sedikitnya cairan es yang masuk ke dalam laut. Misalnya, laut-laut di sekitar kutub memiliki kadar garam yang rendah karena penambahan air tawar yang berasal dari pencairan es. • Arus laut. Adanya arus laut menimbulkan pemerataan kadar garam pada air lsut. 3. Kecerahan (warna) air laut

Warna air laut bergantung kepada zat terlarut yang ada di dalamnya. Zat terlarut tersebut dapat berupa endapan dan organisme yang hidup di dasar laut. Faktor lain yang juga mempengaruhi warna air laut adalah pengaruh gelombang elektromagnetik dari matahari. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, maka air laut dapat memiliki beragam warna, di antaranya adalah merah, kuning, hitam, hijau kebirubiruan, dan biru. Jika di dasar laut banyak hidup mikroorganisme berupa ganggang merah (alga merah), maka warna merah tersebut akan memantul di permukaan. Akibatnya, air laut terlihat berwarna merah. Misalnya, Laut Merah di Arab Saudi. Air lsut yang berwarna kuning terdapat di perairan Cina. Warna kuning di perairan tersebut disebabkan banyaknya endapan lumpur (loss) berwarna kuning yang diangkut oleh Sungai Kuning (Hoang-Ho) dsri Dataran Indocina. Air laut berwarna hitam berada di perairan Turki. Warna hitam di perairan ini disebabkan oleh adanya endapan tanah loss dari Rusia yang berwarna hitam di, dasar laut. A.

Pengertian Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup Sebelum kita membahas tentang kualitas lingkungan hidup secara lebih khusus, ada baiknya kita memahami lebih dahulu pengertian lingkungan hidup. Menurut Otto Soemarwoto, environment atau lingkungan ialah segala sesuatu di sekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupan organisme yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang RI nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan atau lingkungan hidup adalah segala apa saja (benda, kondisi, situasi) yang ada di sekeliling makhluk hidup, yang berpengaruh terhadap kehidupan (sifat, pertumbuhan, persebaran) makhluk hidup yang bersangkutan. Jadi, apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup manusia? Lingkungan hidup manusia adalah segala sesuatu mulai dari udara hingga benda-benda angkasa yang berjarak ratusan juta kilometer dari planet bumi yang mempengaruhi kehidupan manusia di bumi. Demikian pula, dengan manusia itu sendiri. Manusia, baik secara individu maupun kelompok menjadi lingkungan bagi individu atau kelompok lainnya. 2. Jenis dan Pengelompokan Lingkungan Hidup Secara umum, lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan biotik atau lingkungan hidup dan lingkungan abiotik atau lingkungan tak hidup. Dalam kaitan ini, karena manusia merupakan makhluk hidup, maka tentunya manusia termasuk ke dalam unsur biotik. Jika manusia menjadi pusat kajiannya, maka lingkungan dapat dibedakan menjadi lingkungan alam (natural environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan budaya (cultural environment). Berdasarkan pengelompokan lingkungan di atas dan untuk memudahkan kita memahami masalahmasalah lingkungan lebih jauh, maka pengelompokan dapat kita lakukan menjadi lingkungan biotik, lingkungan abiotik, dan lingkungan sosial budaya. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang berupa seluruh makhluk hidup mulai dari yang terkecil seperti bakteri atau mikroorganisme hingga hewan atau tumbuh-tumbuhan yang paling besar yang ada di sekitar kita dan berpengaruh pada kehdupan kita. Lingkungan abiotik adalah segala kondisi yang tak hidup atau bukan merupakan organisme hidup yang ada di sekitar makhluk hidup. Termasuk lingkungan abiotik adalah

batuan, tanah, mineral, udara dan gas-gas lainnya, air, energi matahari, serta proses dan daya yang dihasilkannya. Lingkungan abiotik ini sesungguhnya dapat meliputi benda, unsur, gejala atau proses baik yang ada di dalam bumi, di permukaan bumi serta di ruang angkasa yang berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi. Lingkungan sosial adalah manusia baik secara individu, perorangan maupun kelompok yang ada di luar diri kita seperti keluarga, teman, para tetangga, masyarakat di lingkungan sekitar sampai manusia antarbangsa yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kita. Adapun lingkungan budaya yaitu segala kondisi atau keadaan baik berupa materi (benda) maupun bukan benda yang dihasilkan oleh manusia melalui penciptaan atau kreativitasnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kehidupan umat manusia. Termasuk lingkungan budaya antara lain bangunan, peralatan, senjata, pakaian, dan berbagai benda hasil ciptaan manusia. Lingkungan budaya juga dapat berupa kebiasaan, adat istiadat, tata nilai, norma, peraturan hukum, kesenian, sistem ekonomi, dan sistem politik atau pemerintahan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap unsur sosial (perorangan, kelompok, masyarakat maupun bangsa) memiliki unsur-unsur budaya seperti diuraikan di atas. Hanya saja, unsur-unsur budaya yang tertanam atau dimiliki setiap unsur sosial tidak sama. Ketika seseorang, kelompok, atau masyarakat maupun bangsa tersebut saling berhubungan satu sama lain, maka akan terjadi interaksi dan saling mempengaruhi. Jadi, lingkungan sosial budaya adalah keluarga, seseorang di luar diri kita, kelompok, masyarakat ataupun bangsa lain, yang mempengaruhi cara hidup dan kehidupan kita. Secara garis besar, ketiga komponen tersebut dapat diringkas menjadi dua bagian, yaitu komponen bio-geofisikal (lingkungan alam) dan komponen lingkungan sosial budaya yang menjadi inti hubungan manusia dan lingkungannya (hubungan perilaku manusia dan lingkungan binaan). Antara komponen lingkungan bio-geofisikal dan lingkungan sosial budaya terjalin hubungan interaksi dan interdependensi (saling ketergantungan). Dalam interaksi yang terjadi antara manusia dan lingkungannya, manusia melakukan seleksi dan adaptasi. Pengertian seleksi dalam hubungan manusia dan lingkungan adalah bagaimana manusia memilih lokasi untuk tempat tinggal ataupun usaha lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun pengertian adaptasi dalam hubungan manusia dan lingkungan adalah bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan alam lingkungan sekitar untuk mempertahankan ataupun meningkatkan hidupnya. B. Kualitas Lingkungan Hidup Bagaimana kondisi lingkungan hidup manusia di bumi saat ini? Kualitas lingkungan hidup manusia secara fisik Saat ini sesungguhnya sangatlah memprihatinkan. Berbagai bentuk bencana alam melanda silih berganti. Banjir di musim hujan, longsor, hilangnya lapisan olah tanah (top soil), kekeringan yang sangat serius di musim kemarau, polusi (baik udara, air, tanah, maupun suara) terutama di kota-kota besar, menipisnya kawasan hutan hujan tropis, peningkatan suhu global, menipisnya lapisan ozon, meluasnya tanah kritis, turunnya muka air tanah, dan masalah sampah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Kondisi sosial-ekonomi dan budaya Indonesia saat ini juga turut mempengaruhi kualitas lingkungan. Krisis moneter berkepanjangan yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 menjadikan kondisi sosial budaya bangsa Indonesia semakin memprihatinkan. Tingginya tingkat kejahatan, kemiskinan, dan kekerasan serta tingkat korupsi di Indonesia adalah sebagian dari indikator rendahnya kualitas lingkungan sosialekonomi-budaya bangsa ini. Sumber masalah yang sangat besar dan perlu ditangani segera ini adalah akibat dari semakin besarnya jumlah penduduk. Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar pula tuntutan pemenuhan keperluan pangan, sandang,

papan, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, penyediaan lapangan kerja, dan keamanan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibarengi dengan pertumbuhan industri secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin membesar, mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup manusia tadi. Manusia lupa bahwa daya dukung planet bumi untuk memberikan kehidupan manusia adalah terbatas. Kualitas lingkungan hidup sekarang ini sesungguhnya sudah mendekati titik kritis. Krisis yang terjadi saat ini pada intinya dikarenakan dua kekuatan besar yang saling mendukung dan memperkuat, yaitu: • pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terbatas dengan daya dukung terbatas untuk menghidupinya dan menampung sampah hasil kehidupannya; • teknologi tidak terbatas yang dibarengi dengan sikap manusia untuk mendominasi dan menghabiskan alam lingkungannya. Untuk itu, agar keluar dari krisis yang mengancam sistem kehidupan di planet bumi ini, pertumbuhan penduduk harus diatur. Selain itu, sikap manusia yang cenderung tidak bertanggung jawab dalam mengeksploitasi dan mendominasi alam bagi kenikmatan dan kemudahan hidup kita, perlu diubah. C. Keterbatasan Ekologis dalam Pembangunan dan Upaya Mengatasinya 1. Penyebab Keterbatasan Ekologis Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan rekayasa, memiliki kecenderungankecenderungan tertentu dalam mempertahankan kelestarian hidupnya. Salah satu kecenderungan itu adalah menyederhanakan komposisi komponenkomponen ekosistem dengan menciptakan ekosistem buatan (artificial ecosystem). Dengan menerapkan ilmu dan teknologi, manusia berkecenderungan menyederhanakan ekosistem alamiah, dengan berdasarkan "asas ekonomi" yang menguntungkan pihak manusia. Hutan alam yang heterogen diubah menjadi hutan industri yang homogen. Sungai yang berliku-liku "disodet" atau dibuat menjadi lurus. Sungai yang berjeram-jeram dipenggal-penggal untuk bendungan. Rawa yang kaya akan komunitas biotik, ditimbun untuk permukiman, jalan, dan prasarana lainnya. Danau yang juga kaya akan komunitas biotik dipotong-potong siklus biogeokimianya menjadi lebih sederhana komposisi biotiknya. Selanjutnya apa yang terjadi? Suatu ekosistem alamiah yang memiliki keanekaragaman komponen dan komunitas biologisnya, ada pada suatu keseimbangan yang telah berlangsung ratusan sampai ribuan tahun. Oleh tangan manusia, keanekaragaman tadi disederhanakan. Paling tidak ada beberapa komponen atau unsur yang dikeluarkan dari ekosistem tadi. Jika unsur atau komponen itu dapat digantikan oleh unsur atau komponen lain, ekosistem dengan "daya lentingnya" dapat memulihkan kembali komposisinya sehingga tetap ada dalam keseimbangan. Jika perubahan akibat tangan manusia itu terlalu besar dan mendadak, dapat menyebabkan terjadinya kegoncangan yang menimbulkan ketimpangan ekologi. Meluasnya suatu jenis serangga atau ulat atau binatang pengganggu lainnya yang kita sebut sebagai hama, merupakan bukti adanya ketimpangan ekologi sebagai akibat musnahnya atau setidak-tidaknya berkurangnya hewan atau tumbuh-tumbuhan pengontrol hama tadi. Kekeringan atau kekurangan air di suatu kawasan yang sebelum campur tangan manusia tidak pernah terjadi, dapat diakibatkan oleh ketimpangan ekologi di kawasan tersebut. Penebangan pohon-pohon tertentu yang bernilai ekonomis pada suatu kawasan, padahal pohon=pohon tersebut memiliki fungsi menarik uap air dan menyimpan air yang jatuh, berarti memutuskan siklus yang selama ini berlangsung terus secara alamiah. Itulah ketimpangan ekologi yang menyebabkan terjadinya

kekurangan air. Ini juga yang menyebabkan daerah banjir di Jakarta semakin meluas, tidak saja pada daerah yang dekat dengan pantai, tetapi juga kawasan-kawasan di pedalaman. Eksploitasi air tanah besar-besaran, mengundang intrusi air laut, sehingga mengakibatkan terbatasnya kawasan air tanah tawar (fresh water) atau meluasnya kawasan dengan air tanah payau, bahkan asin. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa ketimpangan ekologi terjadi karena lingkungan sudah tidak lagi mampu menahan tekanan yang diberikan padanya. Pertumbuhan populasi yang berjalan sangat cepat diiringi dengan pertumbuhan berbagai kebutuhan untuk mensejahterakan hidup manusia melebihi kekuatan daya dukung yang dimiliki lingkungan. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan kemampuan daya dukung lingkungan (keterbatasan ekologis). Apabila ketidakseimbangan tersebut tidak segera ditanggulangi, dapat menyebabkan terjadinya kehancuran lingkungan. 2. Upaya Mengatasi Keterbatasan Ekologis Upaya mengatasi masalah keterbatasan ekologis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya dengan menjaga kelestarian lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan seefisien mungkin, serta melalui pendekatan ekologis. Mengingat perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia yang menjadi pelaku serta penderita tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya, menempatkan pendekatan ekologi merupakan pendekatan paling praktis dalam menelaah masalah sosial tadi. Pendekatan ekologi juga dapat diterapkan untuk mencari alternatif pembangunan "apa dan bagaimana" yang paling serasi bagi suatu lingkungan untuk menciptakan ekosistem yang seimbang. Pendekatan ekologi di satu pihak dapat diterapkan untuk menelaah suatu masalah sosial atau lingkungan, termasuk ke dalamnya penyusunan serta perumusan alternatif pemecahannya. Di pihak lain, pendekatan ekologis ini juga dapat diterapkan untuk mengungkapkan potensi suatu lingkungan bagi kepentingan pembangunan, baik pembangunan untuk memecahkan suatu masalah sosial maupun untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia. Singkatnya, peranan pendekatan ekologi ini meliputi kepentingan preventif, represif, dan rehabilitatif. Peranan dan tata kerja pendekatan ekologi tersebut dikonsepkan dalam Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) dan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL). Dengan menerapkan kedua analisis tersebut, diharapkan pembangunan menjadi benarbenar bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan tetap terjamin kelestariannya sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI nomor 4 Tahun 1982. ANDAL diterapkan dalam pembangunan pada taraf perencanaan. ANDAL merupakan kegiatan "pre-audit" yaitu suatu sarana untuk memeriksa kelayakan rencana proyek dari segi lingkungan. Hal tersebut untuk memperhitungkan dampak apa yang akan terjadi dan sebesar apa dampak yang akan terjadi jika pembangunan sudah selesai dan beroperasi. Dari hasil ANDAL ini dapat ditentukan kelayakan proyek dan usaha menghindarkan dampak negatif dari pelaksanaan pembangunan yang direncanakan. Misalnya, pada suatu kawasan akan dibangun industri tekstil. Untuk mendapatkan tingkat kelayakan pembangunan industri itu, dilakukan ANDAL. Sebelum pabrik dibangun, tingkat pencemaran air, pencemaran udara, kebisingan, dan penyediaan air di kawasan tersebut diperhitungkan terlebih dahulu. Garis dasar yang negatif telah diteliti dan diperhitungkan lebih dulu. Kemudian, kegiatan ANDAL meneliti aspek-aspek yang diukur tersebut jika industri telah dibangun. Selisih antara perhitungan angka sebelum proyek ada dengan setelah proyek itu beroperasi, merupakan dampak yang diperhitungkan untuk menentukan tingkat kelayakan. Hasil ANDAL juga digunakan untuk memperhitungkan usaha mengatasi limbah industri yang negatif terhadap pelestarian dan kualitas lingkungan. Dengan demikian, melalui ANDAL ini ketimpangan ekologi atau masalah

lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia, setiap pengusaha atau lembaga yang akan membangun suatu proyek wajib melakukan ANDAL untuk menjamin tetap terpeliharanya kualitas lingkungan. ANDAL tidak dapat diterapkan untuk pembangunan yang sudah jadi atau proyek yang sudah beroperasi. Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL) digunakan untuk menelaah serta mengevaluasi pembangunan dan proyek yang sudah beroperasi. Dari pembangunan dan proyek yang sudah beroperasi tadi, AMRIL menelaah manfaat dan risiko lingkungan yang dialaminya. Manfaat di sini berarti dampak positif yang diperoleh. Adapun risiko lingkungan adalah dampak negatif dari pembangunan atau proyek tadi. Dengan demikian, AMRIL bertujuan memperbesar dampak positif atau manfaat, dan memperkecil dampak negatif atau risiko lingkungan. Misalnya, pada suatu kawasan telah beroperasi pabrik pembuatan ban kendaraan bermotor. Manfaat dari adanya pabrik tersebut yang dapat dirasakan berupa penampungan tenaga kerja, sarana kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan dan penduduk setempat, pengaspalan jalan, penggunaan energi listrik, adanya taman yang indah dan sejuk, dan kesempatan berusaha (dagang, sewa rumah atau kost). Namun demikian, industri tersebut juga memiliki dampak negatif berupa pencemaran udara, penyediaan air tanah yang menjadi terbatas, nilai budaya masyarakat menurun, atau ketegangan antara karyawan pabrik dengan penduduk setempat. Tindak lanjut dari data AMRIL ini adalah memperbesar manfaat atau dampak positif yang sudah ada. Di antaranya dengan memerhatikan calon karyawan dari penduduk setempat, pelayanan kesehatan bagi penduduk setempat lebih ditingkatkan, pemanfaatan energi listrik oleh penduduk setempat diperluas, dan lain sebagainya. Adapun risiko lingkungan atau dampak negatifnya semakin diperkecil. Di antaranya, usaha-usaha membuat alat atau memperluas penghijauan yang mampu menyerap pencemaran udara, membuat saluran air dari daerah lain yang lebih baik kondisi hidrografinya, lebih menghidupkan budaya setempat dan budaya nasional, serta mengadakan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang melibatkan karyawan dan penduduk setempat. Usaha ini merupakan tindak lanjut dari AMRIL yang lebih meratakan hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga suasana lingkungan menjadi serasi dan lestari. 3. Interaksi Jaringan Unsur-Unsur Lingkungan Planet bumi sebagai satu kesatuan, merupakan ekosistem raksasa bagi manusia. Sebagai ekosistem makro, di bumi terdapat rantai, rangkaian, jalinan, dan interaksi kehidupan komponen-komponennya yang menjamin keseimbangan dan kelestarian kehidupan di bumi. Interaksi yang terjadi di bumi berupa interaksi sosial, interaksi biofisikal, serta interaksi sosio-biofisikal. Interaksi biofisikal terjadi antara makhluk hidup dengan lingkungannya atau antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Hutan rimba, padang rumput, rawa, sungai, danau, laut, dan lain-lainnya, merupakan bentuk-bentuk ekosistem alamiah yang ada pada keseimbangan tertentu. Jalinan hidup, keanekaragaman komponen-komponen biotik dan abiotik serta kesinambungan prosesnya, ada pada suatu siklus keseimbangan ekologi. Hutan, khususnya hutan hujan tropik, termasuk hutan heterogen yang terdiri atas aneka ragam pohon-pohonan. Komunitas yang hidup di dalam hutan tersebut membentuk jalinan hidup yang berkesinambungan mempertahankan suatu keseimbangan. Secara alamiah, pada ekosistem itu terjadi siklus biogeokimia dalam dinamika yang mantap. Padang rumput sebagai suatu bentuk ekosistem, memiliki jenis tumbuh-tumbuhan yang lebih sederhana daripada hutan ataupun rimba. Meskipun demikian, di sini

terdapat komunitaskomunitas yang melakukan jalinan hidup yang berkesinambungan mempertahankan keseimbangan. Rantai makanan secara alamiah berjalan berputar pada siklus biogeokimia seperti yang terjadi di dalam ekosistem-ekosistem lainnya. Sungai, danau, rawa, dan laut sebagai suatu bentuk ekosistem, juga terdiri atas komunitaskomunitas yang melakukan jalinan hidup sesamanya serta dengan lingkungan setempat. Pada kawasankawasan tersebut di atas, terjadi interaksi ekologis dan siklus biogeokimia yang berkesinambungan, sehingga terjadi keseimbangan. Interaksi sosial dapat diamati pada kehidupan antarmanusia. Misalnya, pada hubungan antara desa-kota. Desa ataupun kota merupakan ruang atau lingkungan tempat tinggal manusia yang satu sama lain memiliki sistem kehidupan (ekosistem) berbeda. Namun demikian, keduanya memiliki hubungan saling menopang dan mendukung sehingga dapat merupakan satu kesatuan ekosistem yang lebih luas lagi. Bagi kota, desa merupakan daerah dukung (hinterland) yang berfungsi sebagai pemberi bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ketela, dan hasil pertanian lainnya maupun daging hewan dan hasil peternakan lainnya. Selanjutnya, secara potensi ekonomi, desa berfungsi sebagai sumber bahan mentah (raw material) yang dibutuhkan oleh industri di kota dan tenaga kerja (man power) yang sangat berarti dalam pembangunan di kota. Adapun bagi desa, kota merupakan penyedia berbagai macam fasilitas baik pendidikan, kesehatan, hiburan yang tentunya di pedesaan sangat terbatas bahkan tidak tersedia, lapangan kerja, dan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan pedesaan. Interaksi sosio-biofisikal dapat diamati pada pemanfaatan lingkungan oleh manusia. Melalui proses yang panjang, manusia terus tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun akalnya. Pertumbuhan populasi manusia mendorong manusia menjelajah permukaan bumi mulai dari tempat kelahirannya hingga ke wilayahwilayah lain pada batas jangkauannya. Bersamaan dengan itu, tumbuh pula kebutuhankebutuhannya, mulai dari fisik material yang mendasar hingga kebutuhan yang tarafnya lebih tinggi, seperti perlindungan, kebutuhan sosial, penghargaan, dan kebutuhan untuk memuaskan batin. Dalam usahanya memenuhi semua kebutuhan tadi, manusia mengembangkan budayanya dalam memanfaatkan lingkungan. Di sinilah manusia mulai campur tangan dalam memanfaatkan ekosistem alamiah menuju ekosistem budaya. E. Konservasi dan Perseharan Wllayah yang Dikonservasi 1. Pengertian Konservasi dan Wilayah Konservasi Konservasi adalah pemanfaatan sumber daya secara bijaksana untuk mempertahankan ketersediaannya secara berkesinambungan, sehingga penggunaan sumber daya tersebut diatur dan dilindungi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam terbarui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Konservasi bertujuan untuk melindungi habitat/ tempat hidup berbagai jenis makhluk hidup dari kerusakan, baik karena erosi, longsor, dan lain-lain. Selain itu, konservasi juga bertujuan untuk melindungi tumbuhan dan hewan dari kepunahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah wilayah harus dikonservasi, sehingga habitat dan makhluk hidup dapat dijaga dari kerusakan atau kepunahan. Walaupun demikian, tidak sembarang wilayah harus dikonservasi. Wilayah-wilayah yang harus dikonservasi adalah wilayah yang memiliki kriteria tertentu, yaitu wilayah yang memiliki kumpulan hewan, tumbuhan, dan bentang alam yang lengkap atau representatif mewakili wilayahnya dan tiap spesies yang

ada di dalamnya memiliki kemampuan bertahan hidup. Secara khusus, kriteria wilayah tersebut adalah sebagai berikut. • Wilayah yang memiliki komunitas langka/ jarang, ekosistem yang sudah stabil, atau memiliki organisme yang sangat penting. • Wilayah yang bebas dari berbagai ancaman kerusakan atau dapat dikelola untuk menghindari ancaman pengrusakan. • Wilayah yang memiliki keanekaragaman yang tinggi dan memiliki daya tahan tinggi terhadap perubahan lingkungan. Wilayah-wilayah yang memiliki kriteria tersebut akan mengalami kerusakan jika tidak dilindungi oleh negara. Perlindungan dilakukan dengan menetapkan wilayah konservasi untuk dilindungi dari kerusakan, terutama oleh manusia dan aktivitasnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 menyebutkan dua jenis kawasan konservasi, yaitu kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Kawasan suaka alam Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan . ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Kawasan suaka alam juga memiliki ekosistem yang sekaligus berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan suaka alam terdiri atas kawasan cagar alam dan kawasan suaka marga satwa. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya memiliki kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem; tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan cagar alam apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. • Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta tipe ekosistem. • Mewakili formasi biota tertentu atau unit-unit penyusunannya. • Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisik yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia. • Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar dapat menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami. • Mempunyai ciri khas potensi, dapat merupakan contoh ekosistem yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi. • Mempunyai komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang langka atau keberadaannya terancam punah. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan suaka margasatwa apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut. • Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya. • Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi. • Merupakan habitat dari suatu jenis satwa dan dikhawatirkan akan punah. • Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu dan mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. Kawasan pelestarian alarn Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan, yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas kawasan taman nasional, kawasan taman hutan raya, dan kawasan taman wisata alam. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan taman :nasional apabila telah memiliki kriteria sebagai berikut. • Kawasan yang ditetapkan memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami. • Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik, baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya, serta gejala alam yang utuh atau alami. • Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang utuh. • Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam. • Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman hutan raya apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut. • Merupakan kawasan dengan ciri khas, baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. • Memiliki keindahan alam atau gejala alam. • Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan atau satwa, baik jenis asli atau bukan asli. Suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. • Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa, atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik. • Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. • Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. 2. Persebaran Wilayah Konservasi Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah diuraikan sebelumnya, pemerintah menentukan wilayah konservasi yang tersebar di seluruh bagian wilayah Indonesia. Wilayah-wilayah konservasi tersebut mewakili ciri dan karakteristik wilayahnya masing-masing atau memiliki keunikan atau kekhasan yang memerlukan perlindungan dari kerusakan. Selain kawasan konservasi di wilayah daratan, terdapat pula wilayah konservasi di perairan atau di laut. Konservasi pada wilayah laut dilakukan karena banyak habitat dan biota laut yang telah rusak oleh ulah manusia. Berikut kawasan-kawasan yang dijadikan sebagai kawasan konservasi laut.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF