Gangguan Saraf Pada Anak.doc
September 26, 2017 | Author: Ihsan Taufiq Rahman | Category: N/A
Short Description
Download Gangguan Saraf Pada Anak.doc...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang System saraf pada tubuh manusia sangatlah penting, pada kenyataannya juga tidak lepas dari ancaman penyakit. Penyakit system saraf sangat fatal bagi seorang manusia terutama pada anak- anak. Kemungkinan seorang anak untuk terkena penyakit yang berhubungan dengan saraf sangatlah besar. Penyakit yang sering muncul diantaranya adalah meningitis yang artinya merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. Selain itu juga yang sering menyerang pada anak- anak adalah penyakit hidroshepalus yakni Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. B. Ruang Lingkup Masalah 1. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit meningitis 2. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit enchepalitis 3. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit hidrosefalus 4. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kejang demam 5. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit spina bifida 6. Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit cerebral palsi C. Tujuan Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan saraf.
1
BAB II PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN MENINGITIS A. Defenisi Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. B. Patofisiologi Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus. C. Etiologi Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa. D. Meningitis Bakteri Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan 2
subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark. E. Meningitis Virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat. F. Pencegahan Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut telah hilang. Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau janis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius. G. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal. H. Pemeriksaan Radiografi CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. I. Pengobatan Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis : 3
Antibiotik Penicilin G
Gentamicyn Chlorampenikol
Organisme Pneumoccocci Meningoccocci Streptoccocci
Terapi TBC - Streptomicyn - INH - PAS
Micobacterium Tuber culosis
Klebsiella Pseudomonas Proleus Haemofilus Influenza
J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identisan b. Riwayat penyakit dan pengobatan Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll. 2. Diagnosa a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial b. Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak 3. Intervensi a.
Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial Tujuan: pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit, meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris Kriteria hasil: tanda-tanda vital dalam batas normal, rasa sakit kepala berkurang, kesadaran meningkat, adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat. Intervensi Rasionalisasi Pasien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intakranial akan tidur terlentang tanpa bantal Monitor
tanda-tanda
dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak status Dapat mengurangi kerusakan otak lebih
neurologis dengan GCS. lanjt Monitor tanda-tanda vital seperti Pada
keadaan
normal
autoregulasi
TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan mempertahankan keadaan tekanan darah hati-hati pada hipertensi sistolik
sistemik
berubah
secara
fluktuasi. 4
Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan sistolik
dan
dengan
diiukuti
peningkatan
oleh
penurunan
tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan Monitor intake dan output
infeksi. hipertermi
dapat
menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral Bantu pasien untuk membatasi Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan muntah, batuk. Anjurkan pasien intrakranial
dan
intraabdomen.
untuk mengeluarkan napas apabila Mengeluarkan napas sewaktu bergerak bergerak atau berbalik di tempat atau merubah posisi dapat melindungi diri tidur. dari efek valsava Berikan cairan perinfus dengan Meminimalkan fluktuasi perhatian ketat.
pada
beban
vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema
cerebral Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai pemberian oksigen
dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Antibiotika.
Steroid,
Aminofel, Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang.
b.
Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi lapisan otak Tujuan: pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
5
Kriteria evaluasi: pasien dapat tidur dengan tenang, memverbalisasikan penurunan rasa sakit. Intervensi Rasionalisasi Usahakan membuat lingkungan Menurukan reaksi terhadap rangsangan yang aman dan tenang
ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan
beristirahat Kompres dingin (es) pada kepala Dapat menyebabkan
pasien
untuk
vasokontriksi
dan kain dingin pada mata pembuluh darah otak Lakukan latihan gerak aktif atau Dapat membantu relaksasi otot-otot yang pasif
sesuai
kondisi
lembut dan hati-hati Berikan obat analgesik
dengan tegang dan dapat menurunkan rasa sakit / discomfort Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji.
6
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN ENCHAPALITIS A. Definisi Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian. B. Etiologi 1. Ensefalitis Supurativa Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan M.tuberculosa. Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. 2. Ensefalitis Siphylis Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat. 3. Ensefalitis Virus Virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia : a. Virus RNA 7
b.
Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili Rabdovirus : virus rabies Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue) Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A,B,echovirus) Arenavirus : virus koriomeningitis limfositoria Virus DNA Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus
Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia Retrovirus : AIDS 4. Ensefalitis Karena Parasit a. Malaria serebral Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan b.
jaringan otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan. Toxoplasmosis Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia
c.
parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak. Amebiasis Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk
d.
dan kesadaran menurun. Sistiserkosis Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam
sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. 5. Ensefalitis Karena Fungus Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat ialah meningoensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnyainfeksi adalah daya imunitas yang menurun.(2,4) 6. Riketsiosis Serebri
8
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar. C. Manifestasi Klinis Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut: 1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia 2. Kesadaran dengan cepat menurun 3. Muntah 4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka) 5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997) Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah. D. Patofisiologi Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: 1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ tertentu. 2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. 3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Biakan: a. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk b.
mendapatkan hasil yang positif. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika. 9
c. d. e.
Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh.
f. g. h.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa. EEG/ Electroencephalography EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik
berbeda dari pola normal irama dan kecepatan.(Smeltzer, 2002) 2. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal. F. Komplikasi Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 % anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang berat tidak selalu terjadi.Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal, hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral. G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi. ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur. b. Keluhan utama: Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun. c. Riwayat penyakit sekarang: 10
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala. d. Riwayat penyakit dahulu: Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita e.
penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan. Riwayat Kesehatan Keluarga: Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E.
f.
Coli , dan lain-lain. Imunisasi: kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post
imunisasi pertusis. 2. Diagnosa a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang b.
mengubah/menghentikan darah arteri/virus Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal,
c.
kelemahan umum. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,
d.
penurunan kekuatan. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson
dan whitematter e. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan sepsis. g. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. 3. Intervensi a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi Tujuan : Nyeri klien berkurang Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi kurang dari 3 Intervensi Letakkan kantung es pada kepala,
Rasional Meningkatkan
pakaian dingin di atas mata, berikan
penumpukan
posisi yang nyaman kepala agak
selanjutnya akan menurunkan nyeri
vasokonstriksi, resepsi
sensori
yang
tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher. Dukung untuk menemukan posisi
Menurunkan iritasi meningeal, resultan
yang nyaman(kepala agak tinggi) Berikan latihan rentang gerak aktif/
ketidaknyamanan lebih lanjut Dapat membantu merelaksasikan
pasif.
ketegangan
Gunakan pelembab hangat pada
reduksi nyeri atau tidak nyaman tersebut Meningkatkan relaksasi otot dan 11
otot
yang
meningkatkan
nyeri leher atau pinggul
menurunkan
Berikan anal getik, asetaminofen,
nyaman Mungkin
rasa
sakit/
rasa
diperlukan
tidak untuk
codein menghilangkan nyeri yang berat b. Risiko tinggi terhadap terjadinya infeksi berhubungan dengan sepsis. Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi Kriteria hasil : Leukosit normal 10.000-40.000, tidak ditemukan tanda-anda inflamasi Intervensi Beri tindakan
isolasi
sebagai
pencegahan
Rasional Pada fase awal
meningitis,
isolasi
mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosis antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko
Pertahankan teknik aseptik dan
penyebaran pada orang lain Menurunkan resiko pasien
teknik cuci tangan yang tepat.
infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran
Ubah posisi pasien secara teratur,
sumber infeksi Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam
kelancaran secret yang akan menurunkan
terkena
resiko terjadinya komplikasi terhadap Berikan penisilin
terapi G,
antibiotik
iv:
ampisilin,
pernapasan Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu
klorampenikol, gentamisin. c. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah arteri/virus Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis Intervensi Tirah baring dengan posisi kepala
Rasional Perubahan
tekanan
CSS
datar.
merupakan
potensi
adanya
mungkin resiko
herniasi batang otak yang memerlukan Bantu berkemih, membatasi batuk,
tindakan medis dengan segera Aktivitas seperti ini akan meningkatkan
muntah mengejan.
tekanan intratorak dan intraabdomen
Tinggikan kepala tempat tidur 15-
yang dapat men9ingkatkan TIK. Peningkatanaliran vena dari kepal akna 12
45 derajat. Berikan cairan
iv
hipertonik, elektrolit ). Berikan obat :
(larutan
menurunkan TIK Meminimalkan fluktuasi dalam aliran
steroid,
vaskuler dan TIK. Menurunkan permeabilitas kapiler untuk
clorpomasin, asetaminofen
membatasi edema serebral, mengatasi kelainan postur tubuh atau menggigil yang
dapat
menurunkan
meningkatkan konsumsi
oksigen
TIK, dan
resiko kejang d.
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Tujuan : suhu tubuh kembali normal. Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C Intervensi 1. Berikan kompres hangat 2. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis. 3. Observasi Suhu tubuh klien berikan obat penurun panas.
Rasional 1. Pengeluaran panas secara konduks 2. Pengeluaran panas secara evaporasi 3. .Menentukan keberhasilan tindakan Membantu menurunkan suhu
13
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN HIDROSEPALUS A. Definisi Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusatpusat saraf yang vital. B. Etiologi Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005). Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah : 1. Kelainan Bawaan (Kongenital) Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran. 2. Spina bifida dan kranium bifida Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom ArnouldJhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. 3. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior. 4. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah 14
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma. C. Klasifikasi Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua: 1. Kongenital Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga : a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu. 2. Didapat Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya. D. Patofisiologi Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu: 1. Produksi likuor yang berlebihan 2. Peningkatan resistensi aliran likuor 3. Peningkatan tekanan sinus venosa Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari : 1. Kompresi sistem serebrovaskuler. 2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler 3. Perubahan mekanis dari otak. 4. Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis 5. Hilangnya jaringan otak. 6. Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial. Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan
tekanan
intrakranial
sampai
batas
yang
dibutuhkan
untuk 15
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians tengkorak. (Darsono, 2005:212) E. Manifestasi Klinis 1. Bayi : a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun. b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, c. d. e. f. g.
keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain : Muntah Gelisah Menangis dengan suara ringgi Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan
h. i.
dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor. Peningkatan tonus otot ekstrimitas Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat
jelas. j. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris k. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes” l. Strabismus, nystagmus, atropi optic m. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas. 2. Anak yang telah menutup suturanya : Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : a. Nyeri kepala b. Muntah c. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas d. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun e. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer f. Strabismus g. Perubahan pupil F. Pemeriksaan diagnostik Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu : 1. Rontgen foto kepala Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial. a. Transimulasi
16
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. b.
Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm. Lingkaran kepala Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah
penutupan suturan secara fungsional. 2. Ventrikulografi Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan. 3. Ultrasonografi Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan. 4. CT Scan kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan. 5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh. 17
G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, b. c.
d. e.
alamat Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer. Riwayat Penyakit dahulu Antrenatal : Perdarahan ketika hamil Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma Riwayat penyakit keluarga Pengkajian persistem B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat, pembesaran
kepala, perubahan
pupil, penglihatan
ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang B4 ( Bladder ) : Oliguria B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas f. Observasi tanda – tanda vital Peningkatan systole tekanan darah Penurunan nadi / bradikardia Peningkatan frekuensi pernapasan 2. Diagnosa a. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan b.
akumulasi cairan serebrospinal. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis
c.
karena meningkatnya TIK Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penyakit yang di derita oleh
d.
anaknya Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks
e. f. g.
batuk Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan pembesaran kepala Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan drain/shunt Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan muntah sekunder akibat kompresi serebral dan iritabilitas. 3. Intervensi a. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan akumulasi cairan serebrospinal. Tujuan: tidak terjadi peningkatan TIK 18
Kriteria hasil: kesadaran komposmetis, tidak terjadi nyeri kepala, ttv normal, tampak rileks, tidak meringis kesakitan 1. Observasi
Intervensi ketat
tanda-tanda 1. Untuk
peningkatan TIK (Nyeri kepala, muntah,
lethargi,
lelah,
apatis,
perubahan personalitas, ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada
Rasional mengetahui secara
peningkatan TIK 2. Penurunan
dini
keasadaran
menandakakan adanya peningkatan TIK 3. Untuk mengetahui kondisi aliran
anak berumur 10 tahun, penglihatan
darah dan aliran oksigen ke otak ganda, kontruksi penglihatan perifer 4. Dengan dilakukan pembedahan, strabismus, Perubahan pupil) 2. Pantau terus tingkat kesadaran anak 3. Pantau terus adanya perubahan TTV 4. Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan
pembedahan,
untuk
diharapkan
cairan
cerebrospinal
berkurang, sehingga TIK menurun, tidak terjadi penekanan pada lobus oksipitalis
dan
tidak
terjadi
mengurangi peningkatan pembesaran pada kepala 5. Kaji pengalaman nyeri pada anak, 5. Membantu dalam mengevaluasi minta anak menunjukkan area yang sakit dan menentukan peringkat nyeri dengan skala nyeri 0-5 (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri sekali) Rasional
:
Membantu
dalam
mengevaluasi rasa nyeri. 6. Bantu anak mengatasi nyeri seperti
rasa nyeri. 6. Pujian yang meningkatkan
diberikan
akan
kepercayaan
diri
anak untuk mengatasi nyeri dan kontinuitas berusaha
anak
untuk
menangani
terus
nyerinya
dengan baik.
dengan memberikan pujian kepada anak
untuk
ketahanan
dan
memperlihatkan bahwa nyeri telah ditangani dengan baik. b.
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penekanan lobus oksipitalis karena meningkatnya TIK Tujuan: tidak terjadi disorientasi pada anak Kriteria hasil: penurunan visus tidak bertambah lebih parah, anak bisa mengenali lingkungan sekitarnya Intervensi Rasional 1. Mempertahankan visus agar tidak 1. Ketidakmampuan
dalam 19
terjadi penurunan visus yang lebih
penglihatan tidak bertambah parah,
parah
klien tidak mengalami disorientasi
a. Membantu ADL pasien
tempat, Klien merasa nyaman dan
b. Membantu orientasi tempat
aman
c. Berikan tempat yang nyaman dan 2. Klien tidak banyak bergantung aman (pencahayaan terang, bed
pada orang lain
plang dll dipasang agar tidak cedera) 2. Membantu pasien untuk mengenali sesuatu dengan kondisi penglihatan yang terganggu c. Resiko ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan penurunan refleks batuk Tujuan: jalan nafas tetap efektif Kriteria hasil: anak tidak sesak napas, tidak terdapat ronchi, tidak retraksi otot bantu pernapasan, pernapasan teratur, rr dalam batas normal Intervensi 1. Posisikan klien posisi semifowler 2. Pemberian oksigen 3. Observasi pola dan frekuensi napas 4. Auskultasi suara napas
Rasional 1. Klien merasa nyaman dan tidak merasa sesak napas 2. Suplai oksigen klien tercukupi
sehingga
klien
dapat tidak
mengalami hipoksia 3. Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas 4. Untuk mengetahui adanya kelainan suara
20
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN KEJANG DEMAM A. Definisi Kejang adalah suatu kejadian paroksismal yang disebabkan oleh lepas muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuron SSP. Istilah kejang perlu secara cermat dibedakan dari epilepsi. Kejang demam (kejang tonik-klonik demam) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >380C). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun, tetapi paling sering terjadi pada anak usia 17-23 bulan. B. Klasifikasi 1. Kejang parsial (kejang yang dimulai setempat) a. Kejang parsial sederhana (gejala-gejala dasar, umumnya tanpa gangguan b.
kesadaran). Kejang parsial kompleks (dengan gejala kompleks, umumnya dengan gangguan
kesadaran). c. Kejang parsial sekunder menyeluruh 2. Kejang umum/generalisata (simetrik bilateral, tanpa awitan lokal). a. Kejang tonik-klonik b. Absance c. Kejang mioklonik (epilepsi bilateral yang luas) d. Kejang atonik e. Kejang klonik f. Kejang tonik C. Etiologi Hingga kini belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami kenaikan suhu sesudah vaksinasi contohnya vaksinasi campak, akan tetapi sangat jarang. Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu : 1. Riwayat kejang dalam keluarga 2. Usia kurang dari 18 bulan 3. Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang . 4. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar resiko kejang demam berulang. D. Patofisiologi Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2 akan meningkat 20%. Kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang 21
singkat terjadi difusi ion K+ maupun Na-, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik. Hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apneu, meningkatkan kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapneu, dll. Selanjutnya menyebabkan metabolisme
otak
meningkat
hingga
terjadi
kerusakan
neuron
otak
selama
berlangsungnya kejang lama. E. Manifestasi Klinis 1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10-15 menit bisa juga lebih. 2. Takikardi : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200/ menit 3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengcil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung. 4. Gejala bendungan sistem vena : hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis. 5. Efek fisiologis kejang Awal (kurang dari 15 menit) Lanjut (15-30menit) Berkepanjangan (>1 jam) - meningkatnya kecepatan - menurunnya tekanan - hipotensi disertai denyut jantung - meningkatnya
darah tekanan - menurunnya
darah - meningkatnya
darah kadar - disritmia - edema
glukosa - meningkatnya suhu pusat tubuh - meningkatnya sel darah
nonjantung
berkurangnya aliran darah gula
paru
serebrum sehingga terjadi hipotensi serebrum - gangguan sawar darah otak yang menyebabkan edema serebrum.
putih F. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti. 2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi : 3. bayi
View more...
Comments