Gain Control With a Diode

November 8, 2017 | Author: dustin_riyadi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Gain Control With a Diode...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2011/2012

JUDUL

GAIN CONTROL WITH A DIODE

GRUP

5 5D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

PEMBUAT LAPORAN : -

NAMA PRAKTIKAN :

1. Dustin Riyadi

2. Istofani Kamalia Azam

3. Nofal Gusti

4. Ryan Yudha Pratama

TGL. SELESAI PRAKTIKUM

: 5 Oktober 2011

TGL. PENYERAHAN LAPORAN : 12 Oktober 2011

N I L A I

:..........

KETERANGAN

: .................................................

..................................................

..................................................

GAIN CONTROL WITH A DIODE 1. TUJUAN a. Menjelaskan perubahan pada tegangan keluaran dari penguat terkendali dengan suatu tegangan masukan yang konstan, sebagai suatu hasil dari perubahan dalam tegangan bias dioda. b. Menjelaskan fungsi dioda, berlaku sebagai sebuah resistor variable dalam pembagi tegangan pada masukan dari penguat. c. Membuat suatu grafik untuk menunjukan hubungan antara penguatan dari sebuah penguat terkontrol dan tegangan yang mengendalikan dioda, dari hasil pengukuran. Menghitung daerah pengendalian untuk dB. d. Menguraikan hubungan antara tegangan referensi dioda pada keluaran demodulator, dan keluaran tegangan pada penguat. e. Menjelaskan jalannya fungsi rangkaian-rangkaian terkendali, dalam hubungannya dengan perubahan tegangan input. f. Menggambarkan sebuah diagram yang menunjukan hubungan antara tegangan-tegangan

masukan dan keluaran saat rangkaian dikendalikan atau tidak dikendalikan, dari hasil pengukuran.

2. DIAGRAM RANGKAIAN

3. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN •

1 Universal power supply



1 Wobble function generator



3 Universal patch panel



1 Oscilloscope



1 Multimeter digital



2 Resistor 100 Ohm



1 Resistor 220 Ohm



2 Resistor 1 KOhm



1 Resistor 6,8 KOhm



2 Resistor 10 KOhm



1 Resistor 47 KOhm



3 Resistor 100 KOhm



1 variable capasitor 5 . . 500 pF



1 Capasitor 100 pF



4 Capasitor 0,1 µF



1 Capasitor 1 µF



1 Coil 140 µH



1 Diode 1N4148



1 Diode AA118, N4007



2 Transistor BC 107, base left

TATA LETAK KOMPONEN

DAFTAR KOMPONEN RESISTOR R1 = 10 KOhm

R7 = 100 Ohm

R2 = 220 Ohm

R8 = 100 KOhm

R3 = 100 KOhm

R9 = 100 KOhm

R4 = 47 KOhm

R10 = 10 KOhm

R5 = 100 Ohm

R11 = 6,8 KOhm

R6 = 1 KOhm Tambahan : R1 = 1 KOhm

KAPASITOR

DIODA

C1 = 5 . . 500 pF Variabel

V2 = 1N4148

C2 = 100 Nf

V3 = AA118

C3 = 100 nF C4 = 100 nF C5 = 100 pF C6 = 1 µF C7 = 100 nF

TRANSISTOR V1 = BC 107 V4 = BC 107

COIL L1 = 140 ( SO 5123 – 6R )

4. PENDAHULUAN Pada penerima-penerima radio AM, penguatannya harus dikendalikan oleh tegangan rata-rata yang diterima dari suatu transmisi (automatic gain control, AGC). Ini diperlukan untuk menghindari over-driving pada tingkat HF yang mana akan dapat menyebabkan distorsi, pada penekanan secara keseluruhan dari modulasi AM. Alas an berikut dari penggunaan AGC, adalah: menyamakan keluaran dari tingkat HF untuk level-level yang bervariasi dari masukannya, mengimbangi perubahan dalam kuat medan suatu transmisi (fading). Pada umumnya, penguat dikontrol dalam 1 atau 2 penguat IF dan mungkin pada tingkat HF. Untuk melakukan suatu kendali, suatu tegangan DC diperlukan, besarnya ditentukan oleh sinyal rata-rata yang diterima, tetapi tidak bergantung pada tingkat modulasi. Tegangan tersebut merupakan tegangan referensi yang disediakan pada keluaran demodulator. Untuk dapat memakai tegangan ini, sinyal-sinyal HF dan IF yang tidak diinginkan harus dibuang dengan menggunakan filter.

Konstanta waktu dari filter menentukan kecepatan dari tanggapan proses pengendalian. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 4.1 diatas. Pada percobaan yang akan dilakukan ini, penguatan dari tingkat HF dikendalikan dengan menggunakan suatu pembagi tegangan variable pada masukan rangkaian ini. Jalur shunt

pembagi mengandung sebuah diode yang dibias-forward (maju), seperti yang terlihat pada gambar 4.2 di bawah ini.

Dengan resistansi maju, diode akan memberikan tanggapan pada pembagi, dengan demikian tegangan keluarannya akan berubah-ubah. Kapasitor C, semata-mata hanyalah komponen dekopling DC. Fungsi dari rangkaian ini pada awalnya, diselidiki dengan suatu tegangan terkendali yang dihasilkan secara manual. Kemudian, rangkaian yang lengkap dibentuk. Sebuah pengubah impedansi dihubungkan.

5. LANGKAH PERCOBAAN 5.1 Membuat rangkaian seperti yang diperlihatkan pada diagram (bagian 2). Pengatuan rangkaian : Osiloskop : Channel 1 ke input, channel 2 ke MP2 Potensiometer pada awalnya diputar penuh berlawanan arah jarum jam. 5.1.1

Menset tegangan input Vipp = 100 mV. Memasukan pada penguat, frekuensi sebesar 1 Mhz.

5.1.2

Memutar P1 perlahan-lahan searah jarum jam, dan menjelaskan efek apa yang terjadi antara tegangan output.

5.1.3

Menghubungkan channel 2 ke osiloskop MP1. Sekali lagi memutar C1. Menghubungkan apa yang terjadi antara tegangan-tegangan MP1 dan MP2?

5.1.4

Menghubungkan sebuah voltmeter dan channel 1 osiloskop secara parallel ke diode (MP3) dan mengamati saat tegangan P1 diubah-ubah. Menjelaskan mengapa amplitude tegangan control dipengaruhi oleh P1. Menjelaskan bagaimana fungsi diode.

5.2

Kurva Karakteristik Kontrol Membuat prosedur berikut, kita akan memeriksa ketergantungan peguatan pada tegangan kontrol DC yang melewati diode (MP4). Sampai disini, tegangan input diatur sedemikian rupa sehingga untuk setiap pengukuran, tegangan input diatur sedemikian rupa sehingga untuk setiap pengukuran, tegangan outputnya merupakan nilai yang konstan. Alat-alat yang digunakan tetap pada percobaan 5.1, dengan tambahan hubungan voltmeter ke MP4. 5.2.1

Memeriksa jajaran pada penguat yang ditala (tuned amplifier). Mengukur

tegangan input untuk tanggapan DC yang diberikan pada MP4, U4, untuk tegangan output konstan dari Vopp = 16 Volt. Memasukan nilai-nilainya kedalam tabel. 5.2.2

Menghitung penguatan tegangan G, untuk setiap nilai-nilai hasil pengukuran

dan memasukan ke dalam tabel. Membuat kurva karakteristiknya. 5.2.3

dari hasil pengukuran, menentukan daerah kontrol dalam dB.

5.3 Automatic Gain Control (AGC) Alat-alat yang dipergunakan seperti pada percobaan 5.1. mengganti P1 dengan suatu rangkaian pengikut emitter (pengubah impedansi) seperti yang terlihat pada diagram. Mengganti R1 dengan 1 KOhm. 5.3.1

Mengatur tegangan generator untuk menghasilkan nilai-nilai yang diberikan

tegangan output (MP2) dan mengukur tegangan referensi yang berhubungan, pada MP5, dengan voltmeter (DC, 20 V). Memasukan hasilnya ke dalam tabel.

Menjelaskan apa hubungan antara tegangan output dan tegangan pada MP5. 5.3.2

Menggunakan tegangan DC variabel ( 0 . . . +15 V ) ke input sekaligus juga,

mengamati pada MP4, serta ketegangan input dan output. Menjelaskan apakah tujuan pemakaian impedance converter stage. 5.3.3

Menghubungkan

MP5

ke input dari

converter

stage

(input A).

menghubungkan osiloskop ke input dan output penguat dan merubah tegangan inputnya. Menjelaskan apa pengaruh perubahan ini pada rangkaian, pada amplitudo tegangan output bila tegangan input berubah. 5.3.4

Menjelaskan fungsi dari impedance converter stage dan dioda pada

rangkaian, bila tegangan inputnya bertambah. 5.3.5

Pengukuran control response

Mengukur tegangan output pada nilai-nilai yang diberikan tegangan input pada kondisi sebagai berikut : a)

Tanpa kontrol (lepas hubungan MP5 – titik A).

b)

Dengan kontrol

Memasukan hasilnya ke dalam tabel. 5.3.6

Menggambar grafik yang memperlihatkan hubungan antara tegangan output

dengan input, untuk hasil-hasil pengukuran yang ditunjukan pada 5.3.5. (menggunakan dua warna yang berbeda).

6. DATA PERCOBAAN Lembar kerja 1

Untuk 5.1.2 Pengaruh P1 : Membuat tegangan keluaran berubah dalam magnitudo.

Untuk 5.1.3 Hubungan antara tegangan pada MP1 dan MP2 : •

Tegangan alternatif pada MP1 berfungsi mengontrol tegangan pada transistor, besar ukuran menentukan amplitudo tegangan output.

Untuk 5.1.4 Dioda, membias maju melalui P1 sehingga resistansi tegangan berbagi, R2, C2 berubah (C2 akan sebagai dicoupling kapasitor, resistansinya bisa diabaikan), sehingga tegangan kontrol dapat dikurangi. Lembar kerja 2 Untuk 5.2.1 dan 5.2.2 Pengukuran karakteristik kontrol Fo = 1 MHz, Vopp = 16 V = konstan U4/V Vipp/mV G=

0 0,4 40

3 0,6 26,6

6 0,8 20

9 0,9 17,7

12 1,2 13,3

14 2,2 7,27

Untuk 5.2.3. Range control Gmaks = 32,04 dB Gmin = 17,23 dB G = 93,9 – 93,45 = 14,81 dB Lembar kerja 3 Untuk 5.3.1 Teg. Output Vopp/V

4

8

12

16

20

Teg. Referensi Vr/V

0,5

1,29

2,08

2,87

3,66

Hubungan antara Vo dan tegangan referensi : Semakin besar tegangan output di MP2, maka makin besar pula tegangan referensi pada MP5.

Untuk 5.3.2 Kegunaan dari impedance converter : converter memindahkan tegangan input dc ke tegangan output (MP4) tanpa ada perubahan. Untuk 5.3.3 Pengaruh dari feed back tegangan referensi : meskipun tegangan input berubah-ubah, tegangan output berubah hanya sendiri. Lembar Kerja 4 Untuk 5.3.4 Vi meningkat  tegangan referensi meningkat  tegangan titik A meningkat  tegangan pada MP4 meningkat  dioda D2 mengkonduksi banyak  tegangan control pada MP1 terbagi  kenaikkan pada V1 terbailk

Untuk 5.3.5 Hubungan antara Vi dan Vo Fo = 1 MHz = konstan Vipp/mV a) Tanpa control Vopp/V

20 1,8

40 3,6

60 5,2

80 7

100 8,6

b) Dengan control

1,8

2,5

3

3,4

3,8

Vopp/V

Untuk 5.3.6

7. ANALISA DATA Pada praktikum kali ini, yaitu mengenai gain control with diode dapat dilihat bahwa potensiometer(P1) pada rangkaian akan memberikan pengaruh terhadap nilai tegangan pada MP2, dimana ketika P1 diputar searah jarum jam maka nilai tegangan pada MP2 akan menjadi minimum, yaitu sebesar 3,5 Vpp. Hubungan yang dapat dilihat antara tegangan MP1 dan MP2 ketika potensiometer (P1) diputar searah jarum jam, maka nilai tegangan pada MP1 lebih besar daripada tegangan pada MP2. Begitu pula ketika P1 diputar berlawanan arah jarum jam. Hal ini dikarenakan tegangan pada MP2 telah mengalami peningkatan yang disebabkan oleh transistor yang telah dilewati yaitu U1. Dioda pada rangkaian berfungsi untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya. Ketika MP4 dihubungkan ke voltmeter dan tegangan output pada MP2 diatur konstan yaitu sebesar 16 V dan tegangan DC sebesar 0 V diberikan pada MP4 maka tegangan input yang dihasilkan adalah sebesar 0,32 mV. Sementara ketika tegangan DC yang diberikan pada MP4

sebesar (3,6, dan 9) V maka tegangan input yang dihasilkan akan meningkat namun bernilai konstan yaitu sebesar 0,34 mV. Tegangan input akan mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 0,32 mV ketika tegangan yang diberikan pada MP4 ditingkatkan menjadi (12 dan 14) V. Dari hasil perhitungan gain atau penguatannya maka dapat dilihat bahwa grafiknya akan berbentuk low pass filter, yaitu turun lalu konstan dan kemudian naik kembali. Range control untuk penguatan maksimum adalah sebesar 93,9 dB, sementara range control untuk penguatan minimum adalah sebesar 93,45 dB. Maka range control untuk penguatannya adalah sebesar 0,45 dB. Setelah potensiometer (P1) dilepas dan diganti dengan rangkaian pengikut emitter (pengubah impedansi), serta R1 diganti dengan resistor 1 KOhm maka dapat dilihat bahwa tegangan referensi pada MP5 akan mengalami peningkatan sesuai nilai tegangan output yang diatur pada MP2. Kegunaan dari impedance converter pada rangkaian ini adalah untuk mengubah impedansi pada rangkaian, yaitu dengan pemberian sebuah transistor BC 107 yang mengakibatkan tegangan output akan mengalami peningkatan. Ketika MP5 dihubungkan dengan input dari converter stage (input A) maka tegangan output akan semakin besar bila nilai tegangan input yang diberikan juga semakin besar. Ini merupakan pengaruh dari feed back tegangan referensi. Tegangan output akan meningkat apabila tegangan input yang diberikan semakin besar, baik dengan control ( menghubungkan MP5 ke titik A) maupun tanpa control (melepas hubungan MP5 dengan titik A). Dari hasil penggambaran grafik hubungan antara tegangan output dan tegangan input dapat dilihat bahwa hubungan antara keduanya adalah berbanding lurus.

8. KESIMPULAN •

Amplitudo tegangan control dipengaruhi oleh potensiometer P1.



Tegangan akan semakin besar apabila potensiometer P1 diputar berlawanan arah jarum jam.



Tegangan akan meningkat apabila melewati sebuah transistor. Hal ini terjadi karena Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan,atau modulasi sinyal.



Dioda pada rangkaian berfungsi untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya.



Dari hasil perhitungan gain atau penguatannya maka dapat dilihat bahwa grafiknya akan berbentuk low pass filter, yaitu turun lalu konstan dan kemudian naik kembali. Hal ini bergantung pada tegangan control DC yang melewati diode (MP4) yang diberikan.



Kegunaan dari impedance converter pada rangkaian adalah untuk mengubah impedansi pada rangkaian, yaitu dengan pemberian sebuah transistor BC 107 yang mengakibatkan tegangan output akan mengalami peningkatan.



Ketika MP5 dihubungkan dengan input dari converter stage (input A) maka tegangan output akan semakin besar bila nilai tegangan input yang diberikan juga semakin besar. Ini merupakan pengaruh dari feed back tegangan referensi.



Tegangan output akan meningkat apabila tegangan input yang diberikan semakin besar, baik dengan control ( menghubungkan MP5 ke titik A) maupun tanpa control (melepas hubungan MP5 dengan titik A).



Hubungan antara tegangan output dan tegangan input adalah berbanding lurus.

9. REFERENSI Dalam elektronika, dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin memiliki saluran ketiga sebagai pemanas). Dioda mempunyai dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan dioda digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator terkendali tegangan. Sifat kesearahan yang dimiliki sebagian besar jenis dioda seringkali disebut karakteristik menyearahkan. Fungsi paling umum dari dioda adalah untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah (disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi panjar mundur). Karenanya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada transmisi cairan. Dioda sebenarnya tidak menunjukkan kesearahan hidup-mati yang sempurna (benar-benar menghantar saat panjar maju dan menyumbat pada panjar mundur), tetapi mempunyai karakteristik listrik tegangan-arus taklinier kompleks yang bergantung pada teknologi yang digunakan dan kondisi penggunaan. Beberapa jenis dioda juga mempunyai fungsi yang tidak ditujukan untuk penggunaan penyearahan. Awal mula dari dioda adalah peranti kristal Cat's Whisker dan tabung hampa (juga disebut katup termionik). Saat ini dioda yang paling umum dibuat dari bahan semikonduktor seperti silikon atau germanium. I. Simbol Umum Dioda

Gambar simbol dioda

Dioda disimbolkan dengan gambar anak panah yang pada ujungnya terdapat garis yang melintang. Simbol tersebut sebenarnya adalah sebagai perwakilan dari cara kerja dioda itu sendiri. Pada pangkal anak panah disebut juga sebagai anoda (kaki positif = P) dan pada ujung anak panah disebut sebagai katoda (kaki negative = N).

II. Struktur Dioda Untuk Pertama Kalinya

Gambar Struktur dioda Di atas merupakan gambar dari struktur dioda untuk pertama kalinya. Plate dirancang mengelilingi katoda, didalam katoda ditanam sebuah heater, dimana pada saat katoda dipanaskan maka, electron yang ada pada katoda akan bergerak menuju plate. III. Bias Maju Dioda

Gambar dioda bias maju

Gambar di atas merupakan gambar karakteristik dioda pada saat diberi bias maju. Lapisan yang melintang antara sisi P dan sisi N diatas disebut sebagai lapisan deplesi (depletion layer), pada lapisan ini terjadi proses keseimbangan hole dan electron. Secara sederhana cara kerja dioda pada saat diberi bias maju adalah sebagai berikut, pada saat dioda diberi bias maju, maka electron akan bergerak dari terminal negative batere menuju terminal positif batere (berkebalikan dengan arah arus listrik). Elektron yang mencapai bagian katoda (sisi N dioda) akan membuat electron yang ada pada katoda akan bergerak menuju anoda dan membuat depletion layer akan terisi penuh oleh electron, sehingga pada kondisi ini dioda bekerja bagai kawat yang tersambung. IV. Bias Mundur Dioda

Gambar dioda bias mundur Berkebalikan dengan bias maju, pada bias mundur electron akan bergerak dari terminal negative batere menuju anoda dari dioda (sisi P). Pada kondisi ini potensial positif yang terhubung dengan katoda akan membuat electron pada katoda tertarik menjauhi depletion layer, sehingga akan terjadi pengosongan pada depletion layer dan membuat kedua sisi terpisah. Pada bias mundur ini dioda bekerja bagaikan kawat yang terputus dan membuat tegangan yang jatuh pada dioda akan sama dengan tegangan supply. Berikut adalah beberapa macam dioda yang sering ditemukan : 1. Dioda Bridge (4 buah dioda penyearah) 2. Dioda Zener (Sebagai penstabil tegangan) 3. LED (Light Emiting Dioda)

4. 7 - Segment 5. dll Pada umunya dioda dibuat dari bahan semikonduktor sbb : 1. Silicon, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,7 volt. 2. Germanium, tegangan yang jatuh pada saat bias maju adalah 0,3 volt Prinsip kerja Dioda termionik

Simbol untuk dioda tabung hampa pemanasan taklangung, dari atas kebawah adalah anoda, katoda dan filamen pemanas. Dioda termionik adalah sebuah peranti katup termionik yang merupakan susunan elektroda-elektroda di ruang hampa dalam sampul gelas. Dioda termionik pertama bentuknya sangat mirip dengan bola lampu pijar. Dalam dioda katup termionik, arus listrik yang melalui filamen pemanas secara tidak langsung memanaskan katoda (Beberapa dioda menggunakan pemanasan langsung, dimana filamen wolfram berlaku sebagai pemanas sekaligus juga sebagai katoda), elektroda internal lainnya dilapisi dengan campuran barium dan strontium oksida, yang merupakan oksida dari logam alkali tanah. Substansi tersebut dipilih karena memiliki fungsi kerja yang kecil. Bahang yang dihasilkan menimbulkan pancaran termionik elektron ke ruang hampa. Dalam operasi maju, elektroda logam disebelah yang disebut anoda diberi muatan positif jadi secara elektrostatik menarik elektron yang terpancar.

Walaupun begitu, elektron tidak dapat dipancarkan dengan mudah dari permukaan anoda yang tidak terpanasi ketika polaritas tegangan dibalik. Karenanya, aliran listrik terbalik apapun yang dihasilkan dapat diabaikan. Dalam sebagian besar abad ke-20, dioda katup termionik digunakan dalam penggunaan isyarat analog, dan sebagai penyearah pada pemacu daya. Saat ini, dioda katup hanya digunakan pada penggunaan khusus seperti penguat gitar listrik, penguat audio kualitas tinggi serta peralatan tegangan dan daya tinggi. Dioda semikonduktor Sebagian besar dioda saat ini berdasarkan pada teknologi pertemuan p-n semikonduktor. Pada dioda p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anoda) menuju sisi tipe-n (katoda), tetapi tidak mengalir dalam arah sebaliknya. Tipe lain dari dioda semikonduktor adalah dioda Schottky yang dibentuk dari pertemuan antara logam dan semikonduktor (sawar Schottky) sebagai ganti pertemuan p-n konvensional. Karakteristik arus–tegangan Karakteristik arus–tegangan dari dioda, atau kurva I–V, berhubungan dengan perpindahan dari pembawa melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau daerah pemiskinan yang terdapat pada pertemuan p-n di antara semikonduktor. Ketika pertemuan p-n dibuat, elektron pita konduksi dari daerah N menyebar ke daerah P dimana terdapat banyak lubang yang menyebabkan elektron bergabung dan mengisi lubang yang ada, baik lubang dan elektron bebas yang ada lenyap, meninggalkan donor bermuatan positif pada sisi-N dan akseptor bermuatan negatif pada sisi-P. Daerah disekitar pertemuan p-n menjadi dimiskinkan dari pembawa muatan dan karenanya berlaku sebagai isolator. Walaupun begitu, lebar dari daerah pemiskinan tidak dapat tumbuh tanpa batas. Untuk setiap pasangan elektron-lubang yang bergabung, ion pengotor bermuatan positif ditinggalkan pada daerah terkotori-n dan ion pengotor bermuatan negatif ditinggalkan pada daerah terkotori-p. Saat penggabungan berlangsung dan lebih banyak ion ditimbulkan, sebuah medan listrik

terbentuk di dalam daerah pemiskinan yang memperlambat penggabungan dan akhirnya menghentikannya. Medan listrik ini menghasilkan tegangan tetap dalam pertemuan.

Jenis-jenis dioda semikonduktor

Dioda

Dioda zener

LED

Dioda foto

Dioda terobosan

Dioda varaktor

Dioda Schottky

SCR

Simbol berbagai jenis dioda

Beberapa jenis dioda Ada beberapa jenis dari dioda pertemuan yang hanya menekankan perbedaan pada aspek fisik baik ukuran geometrik, tingkat pengotoran, jenis elektroda ataupun jenis pertemuan, atau benarbenar peranti berbeda seperti dioda Gunn, dioda laser dan dioda MOSFET. Dioda biasa Beroperasi seperti penjelasan di atas. Biasanya dibuat dari silikon terkotori atau yang lebih langka dari germanium. Sebelum pengembangan dioda penyearah silikon modern, digunakan kuprous oksida (kuprox)dan selenium, pertemuan ini memberikan efisiensi yang rendah dan penurunan tegangan maju yang lebih tinggi (biasanya 1.4–1.7 V tiap pertemuan, dengan banyak lapisan pertemuan ditumpuk untuk mempertinggi ketahanan terhadap tegangan terbalik), dan memerlukan benaman bahan yang besar (kadang-kadang perpanjangan dari substrat logam dari dioda), jauh lebih besar dari dioda silikon untuk rating arus yang sama. Dioda bandangan Dioda yang menghantar pada arah terbalik ketika tegangan panjar mundur melebihi tegangan dadal dari pertemuan P-N. Secara listrik mirip dan sulit dibedakan dengan dioda Zener, dan kadang-kadang salah disebut sebagai dioda Zener, padahal dioda ini menghantar dengan mekanisme yang berbeda yaitu efek bandangan. Efek ini terjadi ketika medan listrik terbalik yang membentangi pertemuan p-n menyebabkan gelombang ionisasi pada pertemuan, menyebabkan arus besar mengalir melewatinya, mengingatkan pada terjadinya bandangan yang menjebol bendungan. Dioda bandangan didesain untuk dadal pada tegangan terbalik tertentu tanpa menjadi rusak. Perbedaan antara dioda bandangan (yang mempunyai tegangan dadal terbalik diatas 6.2 V) dan dioda Zener adalah panjang kanal yang melebihi rerata jalur bebas

dari elektron, jadi ada tumbukan antara mereka. Perbedaan yang mudah dilihat adalah keduanya mempunyai koefisien suhu yang berbeda, dioda bandangan berkoefisien positif, sedangkan Zener berkoefisien negatif. Dioda Cat's whisker Ini adalah salah satu jenis dioda kontak titik. Dioda cat's whisker terdiri dari kawat logam tipis dan tajam yang ditekankan pada kristal semikonduktor, biasanya galena atau sepotong batu bara[5]. Kawatnya membentuk anoda dan kristalnya membentuk katoda. Dioda Cat's whisker juga disebut dioda kristal dan digunakan pada penerima radio kristal. Dioda arus tetap Ini sebenarnya adalah sebuah JFET dengan kaki gerbangnya disambungkan langsung ke kaki sumber, dan berfungsi seperti pembatas arus dua saluran (analog dengan Zener yang membatasi tegangan). Peranti ini mengizinkan arus untuk mengalir hingga harga tertentu, dan lalu menahan arus untuk tidak bertambah lebih lanjut. Esaki atau dioda terobosan Dioda ini mempunyai karakteristik resistansi negatif pada daerah operasinya yang disebabkan oleh quantum tunneling, karenanya memungkinkan penguatan isyarat dan sirkuit dwimantap sederhana. Dioda ini juga jenis yang paling tahan terhadap radiasi radioaktif. Dioda Gunn Dioda ini mirip dengan dioda terowongan karena dibuat dari bahan seperti GaAs atau InP yang mempunyai daerah resistansi negatif. Dengan panjar yang semestinya, domain dipol terbentuk dan bergerak melalui dioda, memungkinkan osilator gelombang mikro frekuensi tinggi dibuat.

Demodulasi radio

Penggunaan pertama dioda adalah demodulasi dari isyarat radio modulasi amplitudo (AM). Dioda menyearahkan isyarat AM frekuensi radio, meninggalkan isyarat audio. Isyarat audio diambil dengan menggunakan tapis elektronik sederhana dan dikuatkan. Pengubahan daya Penyearah dibuat dari dioda, dimana dioda digunakan untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Contoh yang paling banyak ditemui adalah pada rangkaian adaptor. Pada adaptor, dioda digunakan untuk menyearahkan arus bolak-balik menjadi arus searah. Sedangkan contoh yang lain adalah alternator otomotif, dimana dioda mengubah AC menjadi DC dan memberikan performansi yang lebih baik dari cincin komutator dari dinamo DC. Gain Control Pentingnya Gain Control yang dilakukan memakai suatu alat yang disebut Compressor Limiter and

Expander

didalam

suatu

rekaman

pada

semua

alat

musik

atau

tracks.

Control gain ini dilakukan pada setiap tracks dan dilakukan berbeda beda tergantung peralatan yang dipakai saat rekaman. Jika memakai DAW, maka setting Compressor Limiter Expander ini dilakukan saat Tracking tetapi hanya pada Track Monitor saja bukan pada Input Channels. Ini supaya setting itu masih bisa anda rubah lagi nantinya, jika anda lakukan pada Input Channels maka setting itu akan direkam permanen didalam Track dan tidak mungkin bisa anda rubah lagi nantinya. Hal permanen ini sebisa mungkin dihindari. Tetapi jika bekerja dengan peralatan Analog yang memiliki Outboard Compressor terbatas, maka sebisa mungkin anda harus commit dengan settingan kompresor saat basic track ke Pita. Kecuali jika anda memakai Board SSL G+ yang sudah memiliki kompresor pada setiap channels.

RANGAKAIAN DIODA

10. LAPORAN SEMENTARA

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF