Fricke Aban

May 19, 2019 | Author: Aban_tkn | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Dosimeter Fricke...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA RADIASI

DISUSUN OLEH :  NAMA

:

ARKADIUS ABAN

 NIM

:

011400371

TEMAN KERJA

:

GEA FITRIA MUHAMMAD SUKRON F. H RIZKY DIAN FITRIANTO

KELOMPOK

:

1

PROGRAM STUDI :

D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

JURUSAN

:

TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA

:

DOSIMETRI FRICKE

PEMBIMBING

:

KARTINI MEGASARI,S.ST,.M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2016

DOSIMETER FRICKE I.

TUJUAN

Mengetahui prinsip dosimetri kimia ( Fricke ) untuk menentukan dosis serap radiasi.

II.

DASAR TEORI

Dosimetri kimia didasarkan pada penentuan dosis dari perubahan kimia yang dihasilkan dlm medium yang diiradiasi, karena perubahan kimia dihubungkan dengan energi yang diserap dalam medium yang dipapari radiasi pengion. Dosimetri kimia adalah suatu zat kimia yang memberikan tanggapan yang dapat diukur  berdasarkan perubahan kimia apabila zat tersebut diiradiasi. Salah satu dosimetri kimia yang banyak dipakai adalah dosimetri Fricke. Dosimeter radiasi adalah suatu metode  pengkuran kuantitas energi radiasi baik yang berupa gelombang elektromagnet maupun  berupa arus partikel bermuatan yang dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau yang diserap oleh materi yang teradiasi. Jumlah energi radiasi tiap satuan waktu ini disebut Laju Dosis Radiasi. Penentuan dosis radiasi mempunyai peranan yang penting dalam proses radiasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah dosis radiasi yang diterima oleh materi yang disinari dengan sinar radioaktif itu sangat menentukan jenis perubahan struktur yang terjadi pada materi itu. Suatu iradiator pada waktu  –   waktu tertentu laju dosisinya perlu ditentukan, agar diperoleh data yang tepat tentang penerimaan dosis oleh materi yang disinari dengan iradiator tersebut. Suatu iradiator yang sumber radiasinya suatu radionuklida yang telah ditentukan laju dosisnya, maka untuk selanjutnya laju dosis dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

     Dengan

  = laju dosis yang ingin diketahui  = laju dosis yang pernah ditentukan λ = tetapan pelurhan radionuklida yang dipakai sebagai sumber iradiasi t = selang waktu antara penetapan  dan  . 1

Persamaan diatas hanya berlaku untuk sumber iradiasi yang berupa titik sumber iradiasi homogen. Dalam praktek sumber iradiator itu biasanya berupa batang –   batang, jadi sukar untuk dikatakan homogen. Suatu efek kimia suatu senyawa yang disebabkan oleh radiasi dapat digunakan sebagai pengukur dosis atau laju dosis radiasi tersebut. Dengan demikian proses kimia itu disebut dosimetri kima. Ada bermacam  –   macam dosimetri kimia, misalnya : dosimetri Fricke yang menggunakan peristiwa reaksi redoks ion Fe (II) menjadi ion Fe (III) akibatan interaksi solut Fe (II) dalam sistem larutan air. Dosimeter fricke pada prinsipnya adalah suatu bahan atau zat yang dapat memberi tanggapan yang dapat diukur jika bahan atau zat tersebut dikenai radiasi nuklir. Tanggapan di atas berhubungan langsung dengan tenaga yang diserap oleh bahan atau zat itu, seperti halnya  pada kalorimeter. Dosimeter berbasis kalorimeter disebut dosimeter primer, sedangkan yang termasuk dosimeter sekunder salah satu diantaranya adalah dosimeter Fricke, karena tanggapan yang diberikan apabila mendapat radiasi nuklir berupa reaksi kimia. Contohnya ion fero menjadi ion feri. Jumlah ion fero yang dioksidasi ini sebanding dengan dosis radiasi yang diabsorpsi oleh larutan dosimeter itu. Akibat terjadinya proses ionisasi primer, sekunder maupun ionisasi tersier, maka kerusakan molekul air di dalam sel akan berlangsung dalam waktu yang sangat singkat. Kira –  -6

kira dalam orde 10 detik, ion  –   ion terbentuk akan bereaksi dengan molekul  –   molekul air yang belum terionisasikan. Reaksi ini akan menghasilkan produk  –   produk baru yang reaksinya antara lain : +

H2O

H2O +

-

e

H2O

+



H



H2O



OH

-

+

OH*

+

H*

Selain terbentuk ion  –   ion baru, pada proses kimia fisika ini terbentuk juga radikal  bebas yaitu OH* dan H*. Radikal bebas secara elektrokimia tidak bermuatan listrik, akan tetapi radikal bebas sangat reaktif sehingga mudah bereaksi. Radikal bebas OH* dan OH* akan saling bereaksi membentuk : OH* +

OH*



H2O2

H2O2 adalah peroksida yang bersifat oksidator kuat sehingga akan mudah menyerang molekul lain. Pengukuran laju dosis radiasi dari suatu iradiator gamma atau elektron beam menggunakan dosimetri Fricke dapat ditentukan rumus pada persamaan: 2

D=

(  ) ∑   (  )

        rad/jam

dimana, D

=

laju dosis yang dicari dalam rad/jam

DOa

=

densitas optik ion Fe(III) setelah sel Fricke diiradiasi

DOs

=

densitas optik ion Fe(III) sebelum sel Fricke diiradiasi, dan

Σ

=

koefisien ekstinksi molar pada suhu 25 C untuk ion Fe(III) atau dosimeter

o

Fricke setelah diiradiasi dalam liter/mol.cm.  pada grafik densitas optik Vs konsentrasi ion Fe(III), harga Σ adalah tangen kurva kalibrasi itu ;



=

berat jenis dosimeter Fricke dalam gram/mL;

d

=

Tebal larutan, yaitu diameter sel Fricke;

3+

G(Fe )

2+

=

jumlah molekul, radikal atau ion Fe   yang berubah menjadi ion

3+

Fe

Untuk setiap absorpsi tenaga radiasi 100 eV. Harga G untuk Fe(III) = 15,6 untuk larutan feri yang jenuh udara. 23

 NA

=

Bilangan Avogadro = 6,023 x 10 molekul/mol,

1 eV

=

1,602 x 10  erg

1 rad

=

100 erg/gram

-12

Larutan standard yang digunakan adalah 1mM FeSO4 dalam 0,8N H2SO4. Ketika diiradiasi Fe (II) akan berubah menjadi Fe (III). Larutan Fe(III) dapat diidentifikasi warnanya dengan larutan Ortho Penantroline. Analisis dapat dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis atau dengan titrasi. Pengamatan respon kolorimetri atau daerah kerja untuk dosimeter Fricke ini cukup linier sampai pada dosis 400Gray. Oksidasi akan mencapai maksimum pada dosis 700Gray.

Reaksi-reaksi yang terjadi pada dosimeter fricke adalag sebagai berikut: H• + O2



HO2•

2+



HO2 + Fe3

+

→ 

H2O2



OH

HO2• + Fe -

HO2 + H

2+

OH• + Fe

2+

H2O2 + Fe



-

-

+

3+

+ Fe -

3+

OH + Fe + OH• 3

Bila tidak ada oksigen H• + H2O



OH•

+

H2

3+,

3+,

Setiap H• akan menghasilkan 3 Fe  setiap H2O2 akan menghasilkan 2Fe   dan setiap HO• 3+

akan menghasilkan 1Fe . Jadi ketika ada oksigen, reaksi keseluruhan adalah: 3+)

G(Fe

 = 2G(H2O2) + 3G(H•) + G(OH•)

Selain untuk mengukur dosis dan laju dosis, dosimeter Fricke diaplikasikan untuk mempelajari efek scavenger. Misalnya untuk menguji daya kompetisis scavenger dan mendemontrasikan

bahwa

tidak

akan

ada

energi deposisi dalam spesi-spesi yang

ditangkap scavenger. Penentuan kadar besi(II) dapat ditentukan dengan cara titrasi konvensional atau spektrofotometri. Bila ditentukan dengan spektrofotometri, perlu diperhatikan beberapa hal yang terkait dengan pembentukan kompleks besi(II) dengan senyawa pengkompleks. Misalnya bila ditentukan dengan senyawa 1,10-fenantrolina. Besi (II) bereaksi dengan 1,10-fenantrolina membentuk kompleks jingga-merah 2+

[(C12H8 N2)3Fe]

intensitas warnanya tak bergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9,

dan stabil untuk waktu yang lama. Besi (III) dapat direduksi dengan hidroksilamonium klorida atau dengan hidrokuinon. Kebebradaan ion logam perak, bismut, tembaga, nikel dan kobalt akan menganggu penentuan, demikian juga anion- anion

juga

perklorat,

sianida,

molibdat dan tungstat. Kompleks besi-fenantrolina seperti perklorat dapat diekstrak dengan nitrobenzena dan diukur pada 515 nm terhadapblanko regensia. Baik besi (II) maupun besi (III) dapat ditetapkan secara spektrometri : kompleks besi (II)- fenantrolina mempunyai warna  jingga-kemerahan menyerap pada 515 nm. Kompleks besi (II) maupun kompleks besi (III) yang berwarna kuning mempunyai absorpsi identik pada 396 nm, dengan absorbans yang aditif. Larutan yang sedikit bersifat asam oleh asam sulfat. Bila ingin menentukan konsentrasi besi (III), dapat pula dilakukan dengan menggunakan metode tiosianat. Besi (III) bereaksi dengan tiosianat untuk menghasilkan sederet senyawa berwarna merah tua, yang tetap dalam larutan sejati: Besi (II) tak bereaksi. Bergantung pada konsentrasi tiosianat, dapat diperoleh sederet kompleks, kompleks ini 3-n

 berwarna merah dan dapat dirumuskan sebagai [Fe(SCN)n] , dengan n= konsentrasi 2+

[Fe(SCN)]

tiosianat +

yang -

rendah

1,...6.

Pada

spesi berwarna yang melipah adalah adalah 2+

(Fe3 + SCN → [Fe(SCN)] ), pada konsentrasi tiosianat 0,1 M sebagai besar 4

+

adalah [Fe(SCN)2] , dan pada konsetrasi tiosianat yang sangat tinggi, rumusnya adalah 3-

[Fe(SCN)6] . Dalam penetapan kolorimetri haruslah digunakan tiosianat yang sangat  berlebih, karena kelebihan ini akan meningkatkan intensitas dan juga kemantapan warna. Asam-asam kuat (asam klorida ataupun asam nitrat-konsentrasi 0,05-0,5 M) harus hadir untuk menekan hidrolisis : 3+

Fe

+

+ 3H2O → Fe(OH)3 + 3H

Asam sulfat tidak disarankan karena ion sulfat mempunyai kecenderungan untuk membentuk kompleks dengan ion besi (III). Perak, tembaga, nikel, kobalt, titanium, uranium, molibdenum, merkurium (>1 g dm-3), zink, kadmium dan bismut mengganggu. Garam merkurium (I) dan timah (II), jika ada, hendaknya diubah menjadi garam merkurium (II) dan timah (IV), kalau tidak warna merah akan rusak. Fosfat, arsenat, fluorida, oksalat, dan tatrat menganggu, karena ion-ion ini membentuk kompleks yang cukup stabil dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Bila terdapat zat-zat pengganggu dengan jumlah besar, larutan besi (III) dapat diekstrak dengan dietil murni yang diambil ba gian lapisan organiknya. Penentuan perubahan Fe(II) menjadi Fe(III) dapat juga dilakukan dengan titrasi dikrometeri. Laju dosis ditentukan dengan cara menghitung jumlah atom Fe(II) yang berubah -12

dibagi densitas sel dosimeter dan G-value Fe(III) dan dikali dengan 1,602 x 10

erg.

5

III.

ALAT DAN BAHAN Alat :

a. Mesin berkas electron  b. Mesin Iradiator c. Spektrofotometer UV-Vis d. Alat Gelas e.  Neraca Analitik Bahan :

a. (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O b.

H2SO4 0,8 N

c. Aquadest d. Asam nitrat e. Ortho penantroline

IV.

LANGKAH KERJA 1. Preparasi Sampel

a. Larutan sampel FeSO4 1Mm dibuat dengan cara melarutkan 0,0980 gram (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O kedalam H2SO4 0,8 N kemudian ditandabataskan hingga 500Ml.  b.

Larutan sampel dibagi kedalam 2 gelas plastik (sampel tidak diiradiasi dan sampeL diiradiasi, Kemudian dicari massa jenisnya.

2. Irradiasi Sampel dan Penentuan Dosis Radiasi

a. Larutan sampel disiapkan ke dalam wadah kaca dan diberi label untuk radiasi MBE dan sampel dimasukkan kedalam botol plastik yang telah diberi label untuk radiasi di iradiator.  b. Sampel diirradiasi dengan dosis irradiasi sebesar 110 kGy dalam 3 menit di fasilitas MBE PSTA dan dosis sebesar 50 kGy di fasilitas IRKA PAIR 3. Analisis Cuplikan Hasil Irradiasi dengan Metode Tiosianat

a. Penentuan Konsentrasi Fe(III) Metode Tiosianat  b. Buat larutan standar Fe(III) dengan konsentrasi antara 30 sampai 150 ppm. Tambahkan reagen KSCN 6

c. Ambil volume tertentu larutan cuplikan dosimetri Fricke yang telah diiradiasi dan yang tidak diiradiasi. Tambahkan larutan KSCN. d. Setiap larutan ditentukan serapannya pada panjang gelombang maksimum 545 nm. e. Hitung konsentrasi Fe (III). f.

Hitung laju dosis fasilitas yang Anda ukur.

V. DATA PENGAMATAN V.1. Rapat Optik Λ

Absorbansi

Absorbansi

sebelum

setelah

Fricke (PAIR)

1,1721

1,5242

442

Fricke (MBE)

-0,2623

2,5565

453

No.

Zat

1 2

V.2. Data Standar

 No.

Konsentrasi

Absorbansi

1.

0,0000

-0,001

2.

15,000

0,113

3.

50.000

0,586

4.

80,000

1,026

5.

100,00

1,327

6.

200,00

2,333

V.3. Densitas MBE Larutan Sebelum Iradiasi

1. M pikno = 10,2677 g 2. M pikno + aquadest = 15,4692 g 3. M pikno + fricke sebelum diiradiasi (MBE) = 15,75 74 g Larutan Sesudah Iradiasi 7

1. M cawan petri = 31,9131 g 2. M cawan petri + fricke sesudah ( MBE ) = 41,6096 g IRADIATOR GAMMA (PAIR)

3. M pikno + fricke setelah diiradiasi (PAIR) = 21,967 1 g 4. M pikno + fricke sebelum diiradiasi (PAIR) = 22, 2321 g 5. M pikno + fricke setelah diiradiasi (PAIR) =22,1682 g

Dosis CTA MBE = 110,2 kGy dalam 3 menit Dosis CTA iradiator PAIR = 50 kGy dalam 10 jam o

T air = 27 C o

Densitas aquadest pada 27 C = 0,99654g/mL

VI.

PENGOLAHAN DATA Pembuatan Larutan Sampel Massa

=

    



   

   





    ()()    

 ()()

   

 

 

  

  

Perhitungan Densitas:

        

      (    )  (  )         

          

   

8

Dengan persamaan di atas maka densitas larutan dapat dihitung dengan hasil sebagai  berikut: 3

Larutan

Densitas (gr/cm )

aquadest ( 27 ˚C) 

0.99654

Larutan fricke sebelum iradiasi (MBE)

1,0554

Larutan fricke setelah iradiasi (MBE)

1,0770

Larutan fricke sebelum iradiasi (PAIR)

1,0551

Larutan fricke setelah iradiasi (PAIR)

1,0481

Perhitungan Dosis Radiasi MBE

Sampel Photometric

442,0 nm Sampel

ABS

Sebelum Iradiasi

-0,2623

Sesudah Iradiasi

2,5565

Deret Standar

Photometric

442,0 nm Sampel

ABS

Blanko

-0,001

Konsentrasi 15 ppm

0,113

Konsentrasi 50 ppm

0,586

Konsentrasi 80 ppm

1,026

Konsentrasi 100 ppm

1,327

Konsentrasi 200 ppm

2,333

9

Dari deret standar dihasilkan grafik hubungan antara Konsentrasi vs Absorbansi

Grafik Hubungan Konsentrasi vs Absorbansi 3 2,5    i    s    n    a     b    r    o    s     b    A

2 1,5 y = 0,120x + 0,005 R² = 0,9922

1 0,5 0

-0,5

0

5

10 15 Konsentarsi (ppm)

20

25

Persamaan :

y = 0,120x+0,005 Dari grafik dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

y

= 0,120x+0,005

0,023 = 0,120x+0,005 x

= (0,023-0,005)/0,120 = 0,1500 ppm (Absorbansi sebelum iradiasi)

y

= 0,120x+0,005

0,315

= 0,120x + 0,005

X

= 2,5 ppm

(Absorbansi setelah iradiasi)

Sehingga :

konsentrasi = (konsentrasi setelah iradiasi) –  (konsentrasi sebelum iradiasi) = (2,5 ppm) –  (0,1500 ppm)

10

= 2,35 ppm

Jumlah spesi yang berubah :   

Mol



   



    

       



-5

= 4,19 x 10  mol/L



 

      



        

     

 

 

    

G value untuk Fe(III) di udara = 15,6 Dosis =

 

=

     17

= 1,5034 x 10

17

= 1,5034 x 10

 x

   

   

-12 

 x 1,602 x 10



 x

   

= 2408,5 rad Karena 1 gray = 100 rad, sehinga : 2408,5 rad x

 

 = 24,08 gray = 0,02408 kGy

 

Laju dosis radiasi = 0,02408 kGy/3 menit = 0,00802 kGy/menit Dosis yang digunakan pada saat paktikum 102,94 kGy. 11

%Kesalahan

= =

     

 x 100%

    

 x 100%

= 99,97 % PAIR

Pada absorbansi (A) sebelum iradiasi = 1,172 sehingga konsentrasi sebelum iradiasi adalah sebagai berikut : y = 0,120x+0,005 1,172 = 0,120x+0,005 x = (1,172-0,005)/0,120 = 9,7250 ppm Pada absorbansi (A) setelah iradiasi = 1,524 sehingga konsentrasi setelah iradiasi adalah sebagai berikut : y = 0,120x+0,005 1,524 = 0,120x+0,005 x = (1,524-0,005)/0,120 = 12,6583 ppm Sehingga :

konsentrasi = (konsentrasi setelah iradiasi) –  (konsentrasi sebelum iradiasi) = (12,6583 ppm) –  (9,7250 ppm) = 2,9333 ppm Jumlah spesi yang berubah :   

Mol





   



     

       

-5

= 5,2380 x 10  mol/L

12



 



               

 

       

    

G value untuk Fe(III) di udara = 15,6 Dosis =

 

=

    

   



17

= 1,9797 x 10

 x

 

17

= 1,9797 x 10



-12 

 x 1,602 x 10



 x

   

= 3171,4794 rad Karena 1 gray = 100 rad, sehinga : 3171,4794 rad x

   

 = 31,7148 gray = 0,0317 kGy

Laju dosis radiasi = 0,0317 kGy/10 jam = 0,00317 kGy/jam Dosis yang digunakan pada saat paktikum 50 kGy dan laju dosis sebesar 5 kGy/jam. %Kesalahan

= =

          

 x 100%

 x 100%

= 99,94 %

13

VII.

PEMBAHASAN

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui dosis yang diterima larutan fricke yang dipancarkan oleh iradiator gamma maupun MBE. Sama halnya dengan dosimetri ceri-cero  pengukuran dosis dosimetri fricke didasarkan pada perubahan kimia larutan fricke. Perubahan ini ditandai dengan meningkatnya absrobansi dari larutan fricke setelah diiradiasi. Ha ini 2+

3+

3+

menunjukkan adanya perubahan dari Fe   menjadi Fe . Jumlah Fe   yang teroksidasi akan 2+

semakin besar seiring dengan bertambahnya dosis radiasi. Larutan Fe

merupakan larutan

yang sangat gampang teroksidasi sehingga perlu perlakuan khusus agar tak terkena sinar matahari. Oleh sebab itu bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan haruslah bahan yang stabil yaitu garam mohr. Berdasarkan pecobaan yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa absorbansi meningkat setelah dilakukan iradiasi. Untuk MBE absorbansi naik dari -0,2623 menjadi 2,5565 sedangkan untuk iradiator gamma absorbansi naik dari 1,1721 menjadi 1,5242. 2+

Kenaikan ini menunjukan bahwa adanya perubahan yang merupakan oksidasi Fe menjadi 3+ Fe . Ketika larutan diirradiasi, maka terjadilah proses ionisasi air menghasilkan produk -

.+

utama (e , H2O

*

, H2O ), yang akan merusak molekul air di dalam sel dalam waktu yang

sangat singkat. Selain terbentuk ion-ion, juga terbentuk produk-produk baru yang sangat 2+

3+

reaktif (radikal bebas). Radikal bebas inilah yang akan mengoksidasi Fe menjadi Fe . .

H  + O2



.

2+

HO2 + Fe

HO2 -

.

2+

.

.

3+

 HO2  + Fe



OH + Fe

.

-

3+

→ OH + Fe

-

+

OH + OH → H2O2 dan HO2 + H → H2O2 2+

H2O2+ Fe .

-

3+

.

→ OH + Fe + OH

.

Spesies-spesies OH , HO2 , dan H2O2  semuanya bersifat oksidator, sehingga dapat 2+

3+

mengoksidasi ion fero (Fe ) menjadi ion feri (Fe ).

Analisis absorbansi menggunakan UV-Vis pada larutan Fricke dilakukan untuk menentukan jumlah spesi yang berubah seiring berubahnya konsentrasi. Berdasarkan  percobaan yang telah dilakukan didapatkan besarnya dosis yang diserap oleh fricke MBE adalah 0,0208 kGy sedangkan dosis yang terbaca pada CTA yang diharapkan terukur pula 14

 pada fricke adalah sebesar 102,94 kGy. Dan persentase kesalahannya adalah sebesar 99,97%. Sedangkan untuk Iradiator gamma PAIR dosis yang diterima oleh dosimeter fricke adalah sebesar 0,0317 kGy. Sedangkan dosis yang dipakai adalah 50 kGy, sehingga kesalahan yang terjadi adalah sebesar 99,94%. Nilai dosis terukur dari fricke pada percobaan ini sangat kecil 2+

kemungkinan larutan teoksidasi sebelum diiradiasi. Sehingga tak banyak lagi Fe yang akan 3+

dioksidasi menjadi Fe . Karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai akan menyebabkan 2+

kerusakan Fe . Kondisi sampel fricke saat diiradiasi juga berpengaruh terhadap dosis yang diterimanya. Pada MBE kemungkinan terjadinya hamburan elektron sangat besar karena iradiasi sampel dilakukan bersamaan dengan ukuran wadah yang berbeda-beda, elektron yang  jatuh menuju sampel akan mengenai sampel lain yang berdekatan sehingga menyebabkan hamburan elektron dan menyebabkan tidak meratanya dosis yang diterima oleh fricke. Sedangkan untuk iradiator gamma, sinar gamma yaang dipancarkan pada sampel fricke kemungkinan akan mengalami interaksi terlebih dahulu dan akan mengakibatkan dosis yang diterima oleh fricke menjad berkurang tak sesuai den gan dosis yang di setting.

VIII.

KESIMPULAN 2+

3+

2+

1. Prinsip dosimeter fricke adalah oksidasi ion Fe  menjadi Fe  karena radaisi. Jumlah Fe 3+

yang berubah menjadi Fe  akan sebanding dengan dosis serap. 2. Dari hasil perhitungan, didapatkan besar dosis serap untuk MBE adalah 0,02408 Kgy dengan persentase kesalahan 99,97 %. 3. Dari hasil analisis dan perhitungan, didapatkan dosis serao untuk iradiasi menggunakan iradiator gamma sebesar 0,0317 Kgy dengan persentase kesalahan 99,94 %. 4. Jika dibandingkan antara fasilitas MBE dengan iradiator, efisiensi iradiator lebih baik dari  pada mesin berkas elektron yang dapat dilihat dari % kesalahan yang terhitung.

IX.

DAFTAR PUSTAKA

 NN. 2015. Diakses dari http://www.distrodoc.com/5198-dosimeter-fricke  pada tanggal 16 Desember 2015. Christina, Maria dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, Dan Contoh  Aplikasinya. Yogyakarta: STTN-BATAN

15

Yogyakarta, 01 Januari 2016 Pembimbing,

Praktikan,

Kartini Megasari SST., M.Eng

Arkadius Aban

16

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF