Fraktur

March 12, 2019 | Author: karyuze | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Fraktur...

Description

Fraktur (Patah Tulang)

June 26th, 2009 Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia saat ini adalah penyakit p enyakit muskuloskeletal. Bahkan pada dasawarsa terakhir ini antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan sebagai “Dekade Tulang dan Persendian”. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur (patah tulang) terbanyak. Selain

menyebabkan fraktur, menurut WHO kecelakaan lalu lintas bahkan dapat menyebabkan kematian 1,25 juta orang tiap tahunnya, dengan korban sebagian besar adalah remaja.

Pengertian Fraktur : •



Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 )

Jenis Fraktur : Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi berdasarkan : •



Lokasi Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur  Jika fraktur didapatkan didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi. Luas Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur  tidak lengkap contohnya adalah retak.







Konfigurasi Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik  (miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen  patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang  belakang ) disebut kompresi. Hubungan antar bagian yang fraktur Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah  jauh (displaced). Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Etiologi : Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur :

· Faktor ekstrinsik  yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. · Faktor intrinsik  yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.

Pengkajian Riwayat Penyakit :

Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya. Pemeriksaan Fisik : Fisik  : 1. Inspeksi (look)

Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka). 2. Palpasi (feel)

Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan v askuler di  bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. 3. Gerakan (moving)

Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : • • •



Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

• • • • •

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler  akibat fraktur tersebut.

Komplikasi : Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik. Kompikasi Umum :

Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT). Komplikasi Lokal :

Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini,  jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu : • • • • • • • • • •

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama.  Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.

Penatalaksanaan : Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1. Mengurangi rasa nyeri,

Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips. 2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.

Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja. 3. Membuat tulang kembali menyatu

Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. 4. Mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan  pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

Proses Penyembuhan Tulang : Fase Inflamasi :

Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel  peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk  membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik. Fase Reparatif :

Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim  pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak. Fase Remodeling :

Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan  penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan

 perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur.

Kamis, 25 Juni 2009 fraktur tibia Fraktur Tulang Kering Definisi Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya jaringan tulang dan atau tulang rawan, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Fraktur tidak  selalu disebabkan oleh trauma yang berat, tapi terkadang trauma yang ringan saja dapat menimbulkan fraktur apabila tulangnya sendiri sudah terkena penyakit tertentu. Juga trauma yang terus menerus juga dapat menimbulkan fraktur. Etiologi Fraktur fisiologis adalah fraktur yang disebabkan karena terjadinya trauma pada tulang,  baik itu karena terjatuh, dsb. Trauma itu sendiri dapat bersifat: - eksternal : tertabrak, jatuh, dsb. - internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti yang terjadi pada epilepsy Fraktur stress/fatigue adalah fraktur yang disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus.

Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik (tumor tulang, dsb) sehingga trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur. Sebab-sebab terjadinya fraktua patologik: Pada umur 0-5 tahun : osteogenesis imperfecta, scorbutus, rachitis, sarcoma Ewing, metastatis neuroblastoms. Pada umur 5-10 tahun : osteomyelitis, tuberculosa, sarcoma osteogenik. Pada umur 20-50 tahun :osteomalacia, sindrom Cushing, hiperthyroidisme, hyperparathyroidism, tumor sel datia, rheumatoid arthritis. Pada umur di atas 50 tahun : penyakit Paget, chondrosarcoma, metastatis karsinoma, myeloma multiple. Vitamin D Provitamin D akan diubah menjadi vitamin D di bawah pengaruh sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Provitamin D berupa de rivate cholestrole terdapat pada kulit. Vitamin D yang dapat langsung digunakan terdapat banyak pada minyak hati ikan (fishliver oil). Pada susu ibu, jumlah vitamin D sedikit, sehingga makana n anak harus ditambah dengan vitamin D. Ini penting di negara-negara berkembang tempat mereka tidak dapat bergantunga pada sinar matahari yang sangat penting untuk pembentukan vitamin D. Vitamin D sifatnya seperti vitamin A, yaitu larut dalam lemak. Defisiensi vitamin D:

- Pada anak-anak menimbulkan rachitis (rickets, penyakit Inggris) - sedangkan pada orang dewasa menimbulkan osteomalacia. Rachitis Kelainan pada pembentukan jaringan osteoid berlebihan yang gagal menjadi tulang, akibatnya tidak terjadi pengendapan mineral. Sehingga tulang menjadi lunak dan epifisis dapat dipotong dengan pisau. Rachitis dapat disebabkan akibat defisiensi 4 faktor, yaitu vitamin D, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet), kalsium, dan fosfor. Selain itu rachitis juga dapat disebabkan oleh karena penyakit ginjal. Osteomalacia Adalah pelunakan tulang setelah pertumbuhan selesai. Sama seperti rachitis, juga disebebkan karena defisiensi vitamin D, sehingga penyerapan kalsium dari usus terhalang. Yang sering terkena adalah vertebra lumbal, pelvis, dan tulang-tulang tungkai. Scorbutus Ini adalah penyakit yang diakibatkan karena defisiensi vitamin C. Kegunaan vitamin C seperti yang kita ketahui adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan ikat mesenkim, seperti kolagen, oseteoid, dinding kapiler, dan dentin. Penyakit ini sekarangpun serinda dapat dijumpai pada anak-anak oleh karena pengelolaan makanan anak yang salah, misalnya dengan cara memasak dan sterilisasi yang mengakibatkan rusaknya vitamin C. Pada penyakit ini osteoblas gagal membentuk osteoid sehingga tulang rawan yang mengandung mineral itu tidak dapat diganti. Hyperthyroidism Hiperfungsi kelenjar tiroid pada dewasa dapat menyebabkan osteoporosis Hyperparathyroidism Hiperfungsi kelenjar paratiroid akan menyebabkan dek alsifikasi. Mula-mula akan terjadi dekalsifikasi jaringan interseluler, kemudian jaringan yang tidak mengandung mineral akan difagositosis oleh osteoklas, dan akan menimbulkan gambaran tulang osteoporotik. Proses ini kadang-kadang dapat menimbulkan kista-kista. Kista besar maupun kecil dapat menimbulkan terjadinya fraktura patologik. Osteomyelitis Merupakan radang bagian lunak tulang, yaitu isi sumsum tulang, saluran Havers, dan  periosteum. Merupakan bisul pada tulang. Bagian yang keras tidak akan terkena, hanya karena kerusakan sekunder akibat gangguan peredaran darah, maka sebagian akan mati. Penyebabnya adalah Staphylococcus, Streptococcus, pneumococcus, dan jamur  Coccidioides immitis. Osteoartritis Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Bagian yang tersering adalah pada vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Dapat dibedakan menjadi 2; 1. OA kausanya tidak dapat diketahui dan tidak ada◊  primer/idiopatik hubungannya dengan penyakti sistemik maupun proses perubahan local pada sendi.

kelainan endokrin, inflamasi, metabolic,◊2. OA sekunder pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro, imobilisasi yang terlalu lama. Artritis Reumatoid Merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit autoimun ini ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan sendi dan deformitas sendi yang disabalitas.◊ progresif  Penyakit Paget Terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Mula-mula tulang akan menjadi lunak, kemudian tulang menjadi keras dan besar, tetapi berpori-pori dan ringan. Tulang yang biasanya terkena adalah tulang tengkorak, vertebra, dan tulang tungkai. Osteocarcoma Suatu tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan langsung jaringan tulang atau osteoid oleh sel tumor. Sering ditemukan. Chondroma Berasal dari tulang rawan epifisi, pada saat tulang masih tumbuh. Tulang yang sering terkena adalah tulang pendek tangan dan kaki. Tulang dapat timbul pada pergelangan tulang dan dapat timbul pada bagian dalam, disebut enchondroma.

Chondrosacoma Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat. Tumor sel datia (osteoclastoma) Merupakan tumor agresif, ditandai oleh jaringan yang kaya pembuluh darah, terdiri atas sel besar berbentuk kumparan atau lonjong disertai banyak sel datia jenis osteoklas, yang tersebar sama rata pada seluruh jaringan tumor. Multiple myeloma Adalah tumor sumsum tulang belakang. Merupakan tumor yang unik, karena kelainan metabolisme protein yang menyertainya. Biasanya di atas usia 40 tahun. Osteoporosis - Merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang mudah rapuh dan mudah  patah. - Faktor resiko osteoporosis: umur, genetic (etnis, seks, dan riwayat keluarga), lingkungan, hormonal (defisiensi estrogen dan androgen) dan penyakit kronik (gagal ginjal, etc), dan sifat fisik tulang (densitas/massa, ukuran dan geometri, mikroarsitektur, dan komposisi). - Tipe osteoporosis :

defisiensi hormone estrogen◊Tipe I : Osteoporosis pasca menopause RANK (Reseptor for Activating NFKB) sangat penting untuk resorpsi tulang. Osteoblast membentuk Osteoprotegin (OPG) yang terikat dengan menghambat osteoklast.◊RANKL yang akan menghalangi ikatan Rank  sehingga◊ OPG tertekan ◊Jika terjadi defisiensi hormone estrogen Resorpsi◊ Produksi Osteoklas meningkat ◊RANKL terikat dengan RANK tulang meningkat. Pada tipe I, yang menurun adalah trabelkula tulangnya. gangguan absorpsi kalsium di usus◊Tipe II: Osteoporosis senilis osteoporosis.◊sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder  - Peranan estrogen pada tulang adalah sebagai regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang yang penting, efek langsung terhadap sel-sel tulang adalah meningkatkan formasi tulang dan menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas, efek tidak langsungnya  berhubungan dengan homeostatis kalsium yang meliputi regulasi absorbsi kalsium di usu, ekskresi Ca di ginjal, dan sekresi hormone paratiroid. - Kehilangan massa tulang pada menopause Wanita akan mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat terutama setelah menopause. Estrogen yang diproduksi ovarium akan mencegah kehilangan massa tulang. Setelah menopause, kadar estrogen sangat rendah sehingga kehilangan massa tulang akan terjadi lebih cepat. Osteoporosis alami osteoporosis◊ control osteoklas tidak ada ◊ penurunan estrogen ◊Menopause Jenis – jenis fraktur  Berdasarkan tipe fraktur : - fraktur transversal - fraktur spiral atau oblik  - fraktur kominutif : lebih dari 2 fragmen - fraktur avulse - fraktur greenstick pada anak-anak  - fraktur empifisis dengan separasi - fraktur kompresi : pada vertebra - fraktur impresi : pada tengkorak 

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar:

- fraktur tertutup (closed) ; bila tidak terdapat hubungan anatara fragmen tulang dengan dunia luar, atau tulang yang patah tidak tampak dari luar. - fraktur terbuka (open/compound) ; bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena terjadinya luka di kulit. Pemeriksaan Anamnesis Adalah wawancara antara dokter dan penderita/pasien atau keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan dengan penyakitnya. Terdiri dari : 1. Identitas pasien 2. Keluhan utama : keluhan yang mendorong pasien mencari pengobatan 3. Riwayat penyakit sekarang (RPS) 4. Riwayat penyakit dahulu 5. Riwayat kesehatan keluarga 6. Riwayat pribadi 7. Riwayat social ekonomi Anamnesis + data-data obyektif (pemeriksaan fisik, penunjang seperti laboratorium  pengelolaan yang baik ◊ diagnosis yang tepat ◊atau roentgen) Anamnesis yang mengarah ke osteoporosis : apakah mengarah pada hipokalsemia,  penyakit tulang metabolic, adakah fraktur pada trauma minimal, penurunan TB pada orang tua, kurang paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur, obat-obatan jangka panjang, alcohol, merokok, penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, insufisiensi pancreas, riwayat haid, umur menarche dan menopause, riwayat keluarga dengan osteoporosis. Pemeriksaan fisik  - TB - BB - Gaya berjalan - Deformitas tulang - Nyeri spinal - Hipokalsemia - Hiperparatiroidisme primer  Pemeriksaan biokimia tulang - Kalsium total serum - Kadar fosfor serum - Kalsium urin - Fosfat urin - Osteokalsin serum - Hormon paratiroid - Vitamin D Manfaat dari pemeriksaan biokimia tulang adalah: - untuk prediksi kehilangan massa tulang - prediksi resiko fraktur 

- seleksi pasien yang membutuhkan antir-resorptif  - evaluasi efektivitas terapi Pemeriksaan laboratorium cairan sendi Cairan sendi adalah cairan viskos yang terdapat dalam rongga sendi dan berguna untuk  suplai makanan bagi kartilago sendi. Komposisi cairan sendi sama dengan komposisi cairan plasma. Cairan sendi mengandung asam hialuronat sehingga bersifat kental. Volumenya sendiri berkisar 1-3 ml untuk sendi besar, misalnya pergelangan kaki, lutut,  pangkal paha, pergelangan tangan, siku dan bahu. Indikasi melakukan aspirasi cairan sendi adalah untuk memastikan diagnosis, dan diagnosis banding jika dengan pemeriksaan roentgen tidak jelas. Kontra-indikasi jika tejadi infeksi local, pendarahan, fraktur intra artikuler, dan sendi yang tidak stabil. - Tes makroskopi melihat warna dan kejernihan -- normal : tidak berwarna dan jernih -- kuning jernih : RA ringan, osteoartiritis -- kuning keruh : inflamasi spesifik dan non-spesifik karena sel leukosit bertambah. -- seperti susu : gout, RA kronik  -- seperti darah : arthritis septic lanjut -- seperti darah : trauma, hemofilia -- kuning coklat : perdarahan lama melihat bekuan -- normal : tidak terdapat bekuan -- bila ada bekuan : proses peradangan +, semakin besar bekuan maka semakin berat  peradangan. Viskositas -- normal : panjang tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi. -- viskositas menurun (< 4cm) : inflamasi akut dan septic Tes Mucin -- normal : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih -- mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas dalam cairan pada RA◊sendi infeksi◊-- mucin jelek : bekuan terjadi berkeping-keping - Tes mikroskopi Jumlah leukosit -- normal : 70 th). Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada  pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti: Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui

keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui, vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan  bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan  bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik  diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minumminuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas  berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman  beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman  penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin  berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena  persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress. com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/Kita sering mendengar isyu dari pihak yang kurangbertanggungjawab, yang menyebutkan salah satu penyebab dari Osteoporosis adalahdari kebiasaan mengkomsumsi soft drink  dan minuman penambah stamina/energy drink. Selain itu disebutkan juga bahwa kalsium tubuh akan diserap oleh bahan-bahan (ingredients)yang terkandung dalam minuman instant. Benarkah? Mari kita kaji lebihilmiah Penyakit Osteoporosis atauKerapuhan Tulang (KT) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko terjadinyaosteoporosis pada wanita lebih tinggi karena mengalami meno pause (> 45tahun), yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh(masa  berhenti haid). Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di usia lanjut (> 70 th). Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang

nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada  pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti: Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui, vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan  bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan  bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik  diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minumminuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas  berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman  beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman  penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin  berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena  persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress. com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/

Fraktur: Patah Tulang

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992). Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam  posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam kaitan satu sama lain : Klasifikasi fraktur : Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut • •

Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). 2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang). •

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). 2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). 3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya). •

Berdasarkan posisi fragmen :

1. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak   bergeser. 2. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur  •

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

1. Tertutup 2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit). •

Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

1. 2. 3. 4. 5.

Garis patah melintang. Oblik / miring. Spiral / melingkari tulang. Kompresi Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.



Berdasarkan kedudukan tulangnya :

1. Tidak adanya dislokasi. 2. Adanya dislokasi •

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan  bawah dalam posisi supinasi. 2. Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam  posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000) Etiologi

1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir  mendadak, kontraksi otot ekstrim. 2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu  jauh. 3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur   patologis. Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah : 1.  Kekerasan langsung ; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik  terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2.  Kekerasan tidak langsung : Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah  bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. 3.   Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan  penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Patofisiologis Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut. Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang

hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di  bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka Manifestasi klinis:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. 3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm 4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik  tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan  perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. Komplikasi fraktur  1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam  posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring 2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. 4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang  berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. 5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. 6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor  resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun. 7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi  paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil 8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini   biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan  bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia. 10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf  simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability. Pemeriksaan penunjang Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat  perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah Penatalaksanaan Fraktur Tujuan pengobatan fraktur 

1. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmen–fragmen ke posisi anatomi. 2. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen–fragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union. 3. Penyambungan fraktur (union) 4. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)  Prinsip Dasar Penanganan Fraktur 

1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar   pernafasan lancar. 2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan  pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya fraktur. 3. Repair ; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi. 4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita. 5. Rehabilitation ; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif. Proses penyembuhan tulang

1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma; Pembuluh darah robek dan terbentuk  hematoma disekitar daerah fraktur.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler; Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. 3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus; Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. 4. Stadium Empat-Konsolidasi; Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. 5. Stadium Lima-Remodelling; Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk  ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus

FRAKTUR (PATAH TULANG) Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak  adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur , menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Definisi ♣

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet Diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang

Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak  langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar  fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat  pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor  atau pada penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur . Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur .

Klasifikasi I. Menurut Penyebab terjadinya 1. 2. 3. 4 . Faktur Traumatik : direct atau indirect Fraktur Fatik atau Stress Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan II. Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya · · · Fraktur Simple : fraktur tertutup Fraktur Terbuka : bone expose Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera III. Menurut bentuk · · · · · Etiologi Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor  mempengaruhi terjadinya fraktur ♣

Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblique, spiral. Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur stabil atau tidak Fraktur Inkomplet : sifat stabil, misal greenstik  fraktur Fraktur Kominutif : lebih dari 2 segmen Fraktur Kompresi / Crush fracture : umumnya pada tulang kanselus

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang.

Diagnosis I. Riwayat Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau 2 fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain. II. A. Pemeriksaan Fisik Inspeksi / Look Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak  Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo B. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi) Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Laku kan  palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi  bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian cairan kapler  (Capillary refill test) sensasi C. D. Gerakan / Moving Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey. III. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari : I. II. III. 2 gambaran,

anteroposterior (AP) dan lateral Memuat dua sendi di p roksimal dan distal fraktur Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Pergeseran fragmen Tulang ada 4 : 1. Alignman : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut 2. Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening0 3. Aposisi 4. Rotasi : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal Komplikasi Fraktur Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik . 1. Komplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam  pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren 2. Komplikasi Lokal a. Komplikasi dini Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu  pasca traum a, sedangkanapabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. ♣

Pada Tulang - Infeksi, terutama pada fraktur terbuka. - Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union Komplikasi sendi dan tulang dapat  berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak  tulang oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol Pada Otot Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif  otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993). Pada pembuluh darah Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi  perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi

trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993). Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.

Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara  periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala yaitu Pain (nyeri), Parestesia, hilang) dan Paralisis Pada saraf Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993). klinisnya adalah 5 P nadi Pallor (pucat), Pulseness(denyut

 b. Komplikasi lanjut Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan. - Delayed union Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur , Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)  Non union Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting. Tipe II (atrophic non union) disebut  juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor yang menimbulkan no n union seperti disrupsi  periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur , waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis) - Mal union Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi . - Osteomielitis Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot Kekakuan sendi Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,

 perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993). Penatalaksanaan Prinsip 4R (chairudin Rasjad) : 1. 2. 3. 4. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur Reduction Retention : Immobilisasi Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun 7 sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF. Tujuan Pengobatan fraktur : 1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi ♣♣

Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal) Terbuka : Indikasi : 1. 2. 3. 4. 5. Reposisi tertutup gagal Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan Mobilisasi dini Fraktur multiple Fraktur Patologis 2. IMOBILISASI / FIKSASI Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union. Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF Gips ( plester cast) Traksi

Indikasi : • • • Pemendekan (shortening) Fraktur unstabel : oblique, spiral Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar  1. Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur hunerus 2. Skin traksi Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas. 3. Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denha m pin. Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris) Komplikasi Traksi : 1. 2. 3. 4. Gangguan sirkulasi darah à beban > 12 kg Trauma saraf peroneus (kruris) à droop foot Sindroma kompartemen Infeksi à tmpat masuknya  pin Indikasi OREF : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Fraktur terbuka derajat III Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas fraktur dengan gangguan neurovaskuler Fraktur Kominutif Fraktur Pelvis Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF Non Union Trauma multiple Internal / ORIF : K-wire, plating, screw, k-nail UNION REHABILITASI

3. 4.

Penyembuhan fraktur ada 5 Stadium : 1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah 2. Organisasi Hematom / Inflamasi Dalam beberapa jam  post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler  kemudian terjadi jaringan granulasi 3. Pembentukan kallus Fibroblast pada jaringan g ranulasi menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone) 4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone 5. Remodelling : Kalus  berlebihan menjadi tulang normal Prinsip terjadinya UNION : a. b. Dewasa : Kortikal 3  bulan, Kanselus 6 minggu Anak-anak : separuh dari orang dewasa 10

Proses Penyembuhan Tulang Fase inflamasi berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk  membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan. Fase reparatif  Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari  jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas fraktur . Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak. Fase remodelling Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan  penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan  perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur (McCormack,2000). 11

RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN PADA KASUS FRAKTUR  (PATAH TULANG) Mei 2, 2009 at 1:04 pm (Bedah / Surgery) ( bedah ortopedi) ANAMNESIS – ditanyakan mengenai: • •

Riwayat trauma – langsung atau tidak langsung ? Waktu kejadian ?

INSPEKSI – dilihat apakah terdapat: • • • • •

Jejas Oedem Hematom Deformitas: angulasi, pemanjangan, pemendekan, rotasi Gerak abnormal

PALPASI – diraba dan ditentukan apakah terdapat: • • • • •

 Nyeri tekan Krepitasi  Nyeri sumbu  Nyeri gerak aktif   Nyeri gerak pasif 

(Cat.: untuk mengetahui ada nyeri atau tidak, dapat dilihat dari reaksi maupun mimik wajah pasien saat dilakukan pemeriksaan). MOVEMENT – diamati dan dinilai kemampuan pergerakan pasien dalam: • • •

ROM (Range of Movement)  Nyeri gerak sendi aktif   Nyeri gerak sendi pasif 

PENGUKURAN: • • •

Lingkar  Panjang anatomis Panjang klinis

KOMPLIKASI – pemeriksaan untuk menentukan apakah telah terjadi komplikasi pada: A. VASKULER: •



Dengan INSPEKSI : diamati WARNA kulit di distal bagian yang mengalami trauma Dengan PALPASI : perabaan SUHU distal trauma dan PULSASI arteri distal.

B. NEUROLOGI: •

Dengan PALPASI : pemeriksaan SENSIBILITAS (sensorik) dan KEKUATAN (motorik).

PEMERIKSAAN PENUNJANG:



X-foto regio yang dicurigai (AnteroPosterior dan Lateral).

mengalami fraktur, dengan posisi AP/Lat

PENANGANAN NON-OPERATIF DISLOKASI PANGGUL AKUT a. Definisi Dislokasi Panggul Akut  Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi   posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra)  b. Ruang Lingkup Terapi non-operatif dislokasi panggul anterior, posterior dan sentral. c. Indikasi operasi • • • •

gagal reposisi tertutup kedudukan caput femur tidak stabil terjadi fraktur koolum femoris adanya lesi N. Ischiadikus

d. Kontra Indikasi reduksi tertutup (tidak ada) e. Diagnosis Banding • •

fraktur acetabulum fraktur collum femur 

f. Pemeriksaan Penunjang X-ray dan CT-scan Tehnik Reduksi Klasifikasi • • • •

Dislokasi posterior  Dislokasi anterior  Dislokasi sentral Patofisiologi

Dislokasi posterior

Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu Dislokasi anterior

Dislokasi anterior ter adi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiranke balakang. Dislokasi sentral

Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis. Gejala Minis Dislokasi posterior • • •

Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi Tungkai tampak lebih pendek  Teraba caput femur pada panggul

Dislokasi anterior • • • •

Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi Tak ada pemendekan tungkai Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah Sendi panggul sulit digerakkan

Dislokasi Sentral • •

Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral Gerakan sendi panggul terbatas

Pemeriksaan penunjang (radiologis) Dislokasi posterior

Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi Dislokasi anterior

Caput femur terlihat di depan acetabulum Dislokasi sentral

Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul Pengobatan Dislokasi posterior

Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup. Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90?? dan kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertikal

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF