Fraktur Femur

October 9, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Fraktur Femur...

Description

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR FEMUR  a.

Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001). Fraktur merupakan salah satu gangguan atau masalah yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yang menyebabkan perubahan bentuk dari tulang maupun maupun otot yang melekat pada tulang. Fraktur dapat terjadi terjadi di berbagai tempat dimana terdapat persambungan tulang maupun tulang itu sendiri. Salah satu contoh dari fraktur adalah yang terjadi pada tulang femur. Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal  paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008). Fraktur femur terbagi menjadi : 1) Frak Fraktu turr bata batang ng fe fem mur  Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi, diantara jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur  femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur  dibawah 45 tahun dan sering berhubungan berhubungan dengan olahraga, olahraga, pekerjaan, at atau au kecelakaan. 2) Frak Fraktu turr kol kolum um fe femu mur  r  Fraktur kolum femur dapat terjadi langsung ketika pasien terjatuh dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalan. Padaa trauma Pad trauma tidak tidak langsung langsung,, fraktur fraktur kolum kolum femur femur terjadi terjadi karena karena gerakan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi  pada wanita tua yang tulangnya sudah mengalami osteoporosis (Mansjoer, 2000). Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut: 1) Frakt Fraktur ur interka interkapsu psuler ler femur femur yang terjadi terjadi di dalam dalam tulang tulang sendi sendi,, panggu panggul, l, dan melalui kepala femur (fraktur kapital). 2) Fr Frak aktu turr ekst ekstra raka kaps psul ular  ar  a)

Terjadi Terjadi di luar luar sendi sendi dan dan kapsul, kapsul, mela melalui lui trokan trokanter ter femur femur yang yang lebih lebih besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.

 b)

Terjadi di bagian bag ian distal d istal menuju leher femur, tetapi tetap i tidak tid ak lebih leb ih dari 2 inci di  bawah trokanter minor.

Klasifikasi fraktur femur (Muttaqin, 2008) terbagi menjadi: 1) Frak Fraktu turr lleh eher er fe femu mur  r  Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang

 

tua terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden tersering pada usia 11-12 tahun. 2) Frak Fraktu turr su subt btro roka kant nter  er  Fraktur subtrokanter subtrokanter dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat. hebat. Pemeri Pemeriksaa ksaan n dapat dapat menunju menunjukkan kkan fraktur fraktur yang terjadi terjadi dibawah dibawah trokanter minor. 3) Frakt Fraktur ur inter intertr troka okante nterr fe femu mur  r  Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur. Fraktur  daerah troklear troklear adalah semua fraktur fraktur yang terjadi antara trokanter trokanter mayor dan minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang  jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen proksimal cenderung bergeser  secara varus. Fraktur dapat bersifat kominutif kominutif terutama pada korteks bagian  posteomedial. 4) Fr Frak aktu turr dia diafi fisi siss fe femu mur  r  Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan  biasanya karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. 5) Fr Frak aktu turr supra suprako kond ndil ilar ar femu femur  r  Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur dan  batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur terjadi karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial dan putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran terjadi karena tarikan otot.

b.

Klas Klasif ifik ikas asii Frak Fraktu turr Seca Secara ra Umu Umum m

1) Berdasa Berdasarka rkan n sifat sifat frak fraktur tur (luka (luka yang ditimb ditimbulka ulkan). n). a)

Fa Fakt ktur ur Tert Tertut utup up (C (Clo lose sed) d),, bila bila tida tidak k terd terdap apat at hu hubu bung ngan an anta antara ra frag fragme men n tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2) Fraktur Fraktur Terbuk Terbukaa (Open/Co (Open/Compou mpound), nd), bila bila terdapat terdapat hubungan hubungan antar antaraa hubungan hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur. a)

Fraktur Fraktur Komp Komplit lit,, bila garis garis patah patah melalu melaluii seluruh seluruh penamp penampang ang tulan tulang g atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

 

 b)

Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

c)

Hair Hair Lin Linee Frak Fraktur tur (pata (patah h reti retidak dak ram rambut but))

d)

Buckle Buckle atau atau Torus Torus Fraktur Fraktur,, bila terj terjadi adi lipata lipatan n dari satu satu korteks korteks dengan dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.

e)

Green Green Stick Stick Frakt Fraktur, ur, mengen mengenai ai satu satu korteks korteks dengan dengan angul angulasi asi kortek kortekss lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

3) Berdasa Berdasarka rkan n bentuk garis garis patah dan hubungan hubungannya nya dengan dengan mekanism mekanismee trauma. trauma. a)

Fr Frak aktu turr Tr Tran ansv sver ersa sal: l: fr frak aktu turr ya yang ng arah arahny nyaa meli melint ntan ang g pa pada da tula tulang ng da dan n merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

 b)

Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

c)

Fr Frak aktu turr Spir Spiral al:: fr frak aktu turr ya yang ng ar arah ah ga gari riss pa pata tahn hnya ya be berb rben entu tuk k spir spiral al ya yang ng disebabkan trauma rotasi.

d)

Fr Frakt aktur ur Kompre Kompresi: si: fraktu frakturr yang yang terja terjadi di karen karenaa traum traumaa aksial aksial fle fleksi ksi yang yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

4) Fraktur Fraktur Avulsi: Avulsi: fraktur fraktur yang diakibat diakibatkan kan karena karena trauma tarikan tarikan atau traksi traksi otot pada insersinya pada tulang Berdasarkan jumlah garis patah. a)

Fr Frakt aktur ur Komuni Komuniti tif: f: fraktur fraktur dimana dimana garis garis patah patah lebi lebih h dari dari satu satu dan salin saling g  berhubungan.

 b)

Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak   berhubungan.

c)

Fraktur Fraktur Mult Multiple iple:: fraktur fraktur diman dimanaa garis garis patah patah lebih lebih dari satu satu tapi tapi tidak tidak pada tulang yang sama.

5) Berda Berdasar sarka kan n pergese pergesera ran n fragm fragmen en tulan tulang. g. a)

Fr Frakt aktur ur Undispl Undisplac aced ed (tidak (tidak berge bergeser ser): ): garis garis patah patah lengka lengkap p ttet ttetapi api kedua kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

 b)

Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

c)

Di Dislo slokas kasii ad longi longitu tudin dinam am cum contra contracti ctionu onum m (perge (pergeser seran an seara searah h sumbu sumbu dan overlapping).

d)

Disloka Dislokasi si ad axim (pergese (pergeseran ran yang yang memb membentu entuk k sudut). sudut).

e)

Disloka Dislokasi si ad latus latus (perge (pergesera seran n dimana dimana kedua kedua fragm fragmen en saling saling menja menjauh). uh).

6) Berd Berdas asar arka kan n posi posisi si fra fraku kur  r 

 

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : a)

1/3 proksimal

 b)

1/3 medial

c)

1/3 distal

7) Fraktur Fraktur Kele Kelelaha lahan: n: fraktur fraktur akiba akibatt tekanan tekanan yang yang berulang berulang-ula -ulang. ng. 8) Fraktur Patologis: Patologis: fraktur fraktur yang diakibatkan diakibatkan karena karena proses patologis patologis tulang. tulang. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

c.

a)

Tingk Tingkat at 0: fr frakt aktur ur biasa biasa dengan dengan sediki sedikitt atau atau tanpa tanpa ce cedde ddera ra jari jaringa ngan n lunak  lunak  sekitarnya.

 b)

Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

c)

Tingk Tingkat at 2: frakt fraktur ur ya yang ng le lebih bih berat berat dengan dengan kontu kontusio sio jari jaringa ngan n lunak  lunak   bagian dalam dan pembengkakan. pembengk akan.

d)

Tingk Tingkat at 3: ce ceder deraa berat dengan dengan kerusa kerusakan kan jar jarin ingan gan lunak lunak yang yang nyata nyata dan ancaman sindroma kompartement.

Etiologi

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk untuk menahan menahan tekanan. tekanan. Penyebab Penyebab fraktur fraktur batang batang femur femur antara antara lain lain (Muttaqin, 2011): 1) Frak Fraktu turr femu femurr terb terbuk ukaa Fraktur femur terbuka disebabkan oleh trauma langsung pada paha. 2) Fr Frak aktu turr ffem emur ur te tert rtut utup up Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis.

d.

Tand anda dan Gej Gejala ala

Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2001) terdiri atas: 1)

Nyeri  Nyeri yang terjadi terus ter us menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobil dim obilisas isasi. i. Spasme Spasme otot yang menyert menyertai ai fraktur fraktur merupak merupakan an bentuk bentuk bidai bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2) Se Sete tela lah h te terj rjad adii fr frak aktu tur, r, ba bagi gian an-b -bag agia ian n tak tak da dapa patt digu diguna naka kan n da dan n cend cender erun ung g

 

 bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai tung kai menyeba menyebabkan bkan deformi deformitas tas ekstrem ekstremita itas, s, yang bisa diketahu diketahuii dengan dengan memb me mban andin dingka gkan n de denga ngan n ek ekstr strem emit itas as yang yang norma normal. l. Ektr Ektrem emita itass tak tak dapat dapat  berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.. 3) Pem Pemende endeka kan n tula tulang ng Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah tempat fraktur. 4) Leg Leg lengt length h discre discrepa pancy ncy (LLD) (LLD) atau perbed perbedaan aan panjan panjang g tungk tungkai ai bawah bawah ad adala alah h masal ma salah ah ortope ortopedi di ya yang ng biasan biasanya ya muncu muncull di masa masa kecil kecil,, di mana mana dua kaki kaki seseorang memiliki panjang yang tidak sama. Penyebab dari masalah Leg length discrepancy (LLD), yaitu osteomielitis, tumor, fraktur, hemihipertrofi, di mana satu atau atau lebih lebih malform malformasi asi vaskular vaskular atau atau tumor tumor (sepert (sepertii hemangi hemangioma oma)) yang menyeba men yebabkan bkan aliran darah di satu sisi melebih melebihii yang lain. Pengukuran Pengukuran Leg length discrepancy (LLD) terbagi menjadi, yaitu true leg length discrepancy dan appare app arent nt le leg g lengt length h discre discrepa pancy ncy.T .Tru ruee leg leg length length discre discrepa pancy ncy ad adala alah h cara cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur dari spina iliaka anterior superior superior ke maleolus medial dan apparent leg length discrepancy adalah cara megukur perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur  dari xiphisternum atau umbilikus ke maleolus medial. 5) Krepi Krepitu tuss ttul ulang ang (d (deri erik k tulan tulang) g) Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya. 6) Pe Pemb mbeng engkak kakan an dan dan peruba perubaha han n warna warna tula tulang ng Pe Pemb mben engk gkak akan an da dan n pe peru ruba baha han n warn warnaa tula tulang ng terj terjad adii akib akibat at trau trauma ma da dan n  perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari. e.

Patofisiologi

Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana fraktur  te terse rsebut but menga mengala lami mi tr traum auma, a, begit begitu u juga juga dengan dengan fraktu frakturr femur femur ad adaa dua fakto faktor  r   penyebab fraktur femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur  (Rasjad, 2007). Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik  yang terbuka terbuka ataupun ataupun tertutu tertutup. p. Kerusak Kerusakan an pembuluh pembuluh darah darah akan mengaki mengakibatk batkan an

 

 pendarahan, maka volume darah menurun. COP atau curah jantung menurun maka terjadi ter jadi perubaha perubahan n perfusi perfusi jaringa jaringan. n. Hemato Hematoma ma akan mengeks mengeksudas udasii plasma plasma dan  poliferasi menjadi menja di edema lokal maka terjadi penumpukan pen umpukan didalam d idalam tubuh. tubuh . Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,  patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang akan menimbulkan menimbulkan nyeri nyeri gerak sehingga sehingga mobilitas mobilitas fisik fisik terganggu. terganggu. Pada Pada umumnya  pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang  bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. f.

Taha ahapan pan Bone one Healin aling g

Setiap tulang yang mengalami cedera, misalnya fraktur karena kecelakaan, akan meng me ngal alam amii pr pros oses es pe peny nyem embu buha han. n. Fr Frak aktu turr tula tulang ng da dapa patt meng mengal alam amii pros proses es  penyembuhan dalam 5 tahap yaitu: 1)

Fase he hematoma Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi diliputi oleh periosteum. periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami mengalami robe robeka kan n ak akib ibat at te teka kana nan n he hema mato toma ma ya yang ng terj terjad adii sehi sehing ngga ga da dapa patt terj terjad adii ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Osteosit dengan Osteosit dengan lakunann lakunannya ya yang terleta terletak k beberapa beberapa millim millimeter eter dari daerah daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera setelah trauma. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

2) Fase prolife proliferasi rasi seluler seluler subpe subperio riostea steall dan endostea endosteall Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi  penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik  yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah daer ah endoste endosteum um membent membentuk uk kalus kalus interna interna sebagi sebagi aktivita aktivitass seluler seluler dalam dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka  penyembuhan sel berasal ber asal dari diferansiasi sel s el 3) – sel mesenkim mesenkimal al yang berdif berdiferen erensia siasi si kedalam kedalam jaring jaringan an lunak. lunak. Pada Pada tahap awal awal da dari ri pe peny nyem embu buha han n fr frak aktu turr ini ini te terj rjad adii pe pena namb mbah ahan an juml jumlah ah da dari ri sel sel – sel sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik 

 

yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus kal us dari dari fraktu frakturr ak akan an memb membent entuk uk suatu suatu massa massa yang meliput meliputii jari jaringa ngan n osteogen oste ogenik. ik. Pada pemeriksaa pemeriksaan n radiolog radiologist ist kalus belum mengandung mengandung tulang tulang sehing seh ingga ga merup merupaka akan n suatu suatu da daera erah h radiol radiolusc uscen en.. Pada Pada fase fase ini dimula dimulaii pada pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8. 4) Fase pembentu pembentukan kan kalu kaluss (Fase (Fase union union secar secaraa kl klinis inis)) Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar  yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. raw an. Temp Tempat at osteo osteobla blass didudu diduduki ki oleh oleh matr matriks iks inte interse rselul luler er kolage kolagen n dan dan  perlekatan polisakarida oleh garam – garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan pemeriksaan radiolgis kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur. 5) Fase konsolid konsolidasi asi (Fase (Fase union union secara secara radi radiolog ology) y) Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur  lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap. 6) Pada Pada fase 3 dan dan 4 dimula dimulaii pada mingg minggu u ke 4 – 8 dan berak berakhir hir pada pada minggu minggu ke 8  – 12 setelah terjadinya terjadiny a fraktur. Fase remodeling Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian yang meyerup meyerupai ai bulbus bulbus yang meliput meliputii tulang tulang tetapi tetapi tanpa tanpa kanalis kanalis medular medularis. is. Pada fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik  dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan –  lahan menghilang. Kalus intermediet intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan  berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum. 7) Pa Pada da fase fase te tera rakh khir ir ini, ini, dimu dimula laii da dari ri mingg minggu u ke 8 – 12 dan berak berakhi hirr samp sampai ai  beberapa tahun dari dar i terjadinya fraktur. g.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang (Muttaqin, 2008), antara lain:

mengalami fraktur femur 

1) Frak Fraktu turr lleh eher er femur  emur  Komplikasi yang bersifat Komplikasi bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru,  pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur  femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal, kemungkinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.

 

2) Fr Frak aktu turr dia diafi fisi siss fe femu mur  r  Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur adalah sebagai  berikut: a)

Syok Syok terjadi terjadi perdara perdarahan han sebanya sebanyak k 1-2 liter liter walapun walapun fraktur fraktur bersifa bersifatt tert tertutup utup..

 b)

Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda de dengan ngan fraktur femur.

c)

Trauma Trauma pembulu pembuluh h darah besar. besar. Ujung Ujung fragm fragmen en tulang tulang menemb menembus us jaringan jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.

d)

Trauma Trauma saraf saraf pada pada pembuluh pembuluh darah darah akibat akibat tusuk tusukan an fragmen fragmen dapat dapat disert disertai ai kerusakan kerusaka n saraf yang bervariasi bervariasi dari neuropraksia neuropraksia sampai ke aksonotemesis. aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.

e)

Trombo Trombo emboli emboli.. Klien Klien yag mengal mengalami ami tirah tirah baring baring lama, lama, misaln misalnya ya distraks distraksii di tempat tidur dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.

f)

Infeksi Infeksi terja terjadi di pada frakt fraktur ur terbuka terbuka akiba akibatt luka yang yang terkont terkontami aminasi nasi.. Infeklsi Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.

Komplikasi lanjut pada fraktur Komplikasi fraktur diafisis femur yang sering sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur adalah sebagai berikut: a) Delayed Delayed Union, Union, yaitu yaitu fraktur fraktur femur pada pada orang dewasa dewasa mengala mengalami mi union dalam empat bulan.  b) Non union apabila permukaan permuk aan fraktur menjadi bulat bula t dan sklerotik. c) Mal Mal union union ap apabi abila la te terja rjadi di perges pergesera eran n kembal kembalii kedua kedua ujung ujung fragm fragmen en.. Mal Mal union juga menyebabkan pemendekan tungkai sehingga dipelukan koreksi  berupa osteotomi. d) Kaku Kaku se send ndii lutu lutut. t. Sete Setela lah h fr frak aktu turr femu femurr bias biasan anya ya terj terjad adii kesu kesuli lita tan n  pergerakan pada sendi sen di lutut. Hal ini dapat dihindari dihin dari apabila apa bila fisioterapi fisio terapi yang ya ng intensif dan sistematis dilakukan lebih awal. e) Refraktur Refraktur terjadi terjadi pada mobilisasi mobilisasi dilakukan dilakukan sebelum sebelum union yang yang solid. solid. h.

Peme Pemeri riks ksaa aan n penu penunj njan ang g

1) Pe Peme meri riksa ksaan an ront rontgen gen : mene menetu tukan kan loka lokasi si,, luasn luasnya ya fr frak aktur tur,, traum trauma, a, dan dan jenis jenis fraktur. 2) Sc Scan an tula tulang ng,, te temo mogr gram am,, CT sc scan an/M /MRI RI :mem :mempe perl rlih ihat atka kan n ting tingka katt ke kepa para raha han n fraktur, juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan linak. 3) Arterio Arteriogram gram : dilak dilakukan ukan bila bila dicurig dicurigai ai adanya adanya kerusaka kerusakan n vaskuler vaskuler.. 4) Hitung Hitung darah darah lengkap lengkap : Ht mungkin mungkin meningka meningkatt (hemokons (hemokonsentr entrasi) asi) atau atau menurun menurun

 

(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma)  peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma. 5) Kretini Kretinin n : trauma trauma otot mening meningkat katkan kan beban beban tratini tratinin n untuk klien klien ginja ginjal. l. 6) Profil Profil koagulas koagulasii : perubahan perubahan dapat terja terjadi di pada kehili kehilingan ngan darah, darah, tranfu tranfusi si mulpel mulpel atau cedera hati (Lukman & Ningsih, 2009). i.

Penatalaksanaan

1) Fr Frak aktu turr fe femu murr te terb rbuk ukaa ha haru russ dini dinila laii deng dengan an cerm cermat at un untu tuk k meng menget etah ahui ui ada ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi: a) Pr Profi ofila laksi ksiss an anti tibio bioti tik  k   b) Debridemen c) Pembers Pembersiha ihan n luka dan debridem debridemen en harus dilakuka dilakukan n dengan sedikit sedikit mungkin mungkin  penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieksisi diek sisi dengan hatihati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dibersihkan dan dieksisi. d) Stabilisasi Stabilisasi dilakukan dilakukan pemasangan pemasangan fiksasi fiksasi interna atau eksterna. eksterna. 2) Fr Frak aktu turr ffem emur ur te tert rtut utup up Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam melakukan asuhan keperawatan. a) Fraktur Fraktur diafisi diafisiss ffemu emur, r, meliput meliputi: i:

3)

1.

Ter erap apii kon konse serv rvat atif  if 

2.

Traksi Traksi kulit kulit merup merupakan akan pengob pengobata atan n sementar sementaraa sebelum sebelum dilak dilakukan ukan ter terapi api definitif untuk mengurangi spasme otot.

3.

Tr Trak aksi si tula tulang ng be beri rimb mban ang g de denm nmga gan n ba bagi gian an pe pear arso son n pa pada da send sendii lutu lutut. t. Indikasi Indika si tr traks aksii utama utama adala adalah h fara faraktu kturr yang yang bersi bersifat fat komin kominuti utiff dan segmental.

4.

Mengguna Menggunakan kan cast cast bracin bracing g yang dipas dipasang ang setel setelah ah union union fraktur fraktur secar secaraa klinis.

Tera erapi Oper eraasi 1.

Pemasan Pemasangan gan plate plate dan dan screw screw pada fraktur fraktur proksi proksimal mal d diafi iafisis sis at atau au distal distal femur 

2.

Memp Mempeng engaru aruhi hi k na nail il,, AO nail, nail, atau jenis jenis lain, lain, baik baik dengan dengan operasi operasi tertutu ter tutup p maupun maupun terbuka terbuka.. Indikasi Indikasi K nail, nail, AO nail nail terutam terutamaa adalah adalah

3.

farktur diafisis. Fiksa Fiksassi ssi ekstern eksternaa te terut rutam amaa pada pada frakt fraktur ur segm segmen ental tal,, fraktu frakturr komin kominuti utif, f,

 

infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat. 4) Frakt Fraktur ur supra suprakon kondi dila larr femur, femur, meli meliput puti: i:

 j.

1.

Tr Trak aksi si be beri rimb mban ang g de deng ngan an meng menggu guna naka kan n bida bidaii Thom Thomas as da dan n pe pena naha han n lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.

2.

Terapi Terapi opera operatif tif dilaku dilakukan kan pada pada fraktur fraktur yang yang tidak tidak dapat dapat direduk direduksi si secara secara konservatif. konserva tif. Terapi dilakukan dilakukan dengan mempergunakan mempergunakan nail- phorc dare screw dengan berbagai tipe yang tersedia (Muttaqin, 2011).

Prinsip Penanganan Penanganan Fraktur Fraktur Secara Umum

Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umum; riwayat kecelakaan, kecelakaan, parah tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan menentukan kemungkinan tulang yang patah dan adanya krepitus. 1) Redu Reduks ksi, i, meng mengem emba bali lika kan n fr frag agme men n tula tulang ng ke po posi sisi si anat anatom omis is no norm rmal al un untu tuk  k  mencegah jarinagn lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Reduksi ada 3 (tiga), yaitu: a) Reduksi Reduksi tertut tertutup up (close (close reducti reduction), on), dengan dengan cara cara manual/ manual/ manipu manipulasi lasi,, dengan tarikan untuk menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)  b)

Traksi, digunakan dig unakan untuk mendapatkan efek reduksi red uksi dan d an imobilisasi, imob ilisasi, dimana  beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk  memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang

c)

Reduksi Reduksi terbuka, terbuka, denga dengan n memasan memasang g alat alat untuk untuk mempert mempertaha ahankan nkan  pergerakan, yaitu fiksasi internal (kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips, bidai, traksi kontinue,  pin dan tehnik gips

Jenis-jenis Traksi, yaitu: 1)

Traksi kulit Traksi kulit digunakan untuk mengontrol sepasme kulit dan memberikan imobilisasi . Traksi kulit apendikuler ( hanya pada ektermitas digunakan pada orang dewasa) termasuk “ traksi ektensi Buck, traksi russell, dan traksi Dunlop”. a)

Traksi b bu uck   Ektensi buck ( unilateral/ bilateral ) adalah bentuk traksi kulit dimana tarikan tar ikan diberikan diberikan pada satu bidang bidang bila bila hanya hanya imobili imobilisasi sasi parsial parsial atau atau temporer tempor er yang diinginkan . Digunakan Digunakan untuk memberikan rasa nyaman setelah set elah cidera cidera pinggul pinggulsebe sebelum lum dilakuk dilakukan an fiksasi fiksasi bedah bedah (Smelt (Smeltzer zer & Bare,2001 ).

 

Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat  bila dipasang dipas ang untuk u ntuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek. Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatka mengistirahatkan n sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut (Wilson, 1995 ).  b)

Traksi Russell Dapat digunakan pada fraktur plato tibia, menyokong menyokong lutut yang fleksi pada  penggantung dan memberikan gaya tarik horizontal melalui pita traksi  balutan elastis ketungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan  bantal agar lutut benar- benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit (Smeltzer & Bare, 2001 ).

c)

Traksi Dunlop Adalah traksi pada ektermitas atas. Traksi horizontal diberikan pada lengan  bawah dalam posisi fleksi.

d) Tra raks ksii kul kulit it br brya yant nt Traksi ini sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami  patah tulang paha. Traksi Traks i Bryant sebaiknya tidak dilakukan d ilakukan pada anak-anak  yang berat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami kerusakan berat. 2)

Traksi ssk kelet Traksi skelet dipasang langsung pada tulang. Metode traksi ini digunakan paling sering untuk menangani fraktur femur, tibia, humerus dan tulang leher. a)

Tra raks ksii rang rangka ka sei seimb mban ang g Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang  pada korpus femoralis orng dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak  komplek, tetapi sesunguhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tramve tra mversal rsal melalui melalui femur femur distal distal atau atau tibia tibia proksim proksimal. al. Dipasan Dipasang g pancang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang pada pancang tersebut. Ektermitas  pasien ditempatkan dengan posisi panggul pang gul dan lutut membentuk sekitar sek itar 35°.

 b)

Traksi 90-90-90 Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai dewasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur  tulang femur hamper selalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup bebas diatas tempat tidur.

3) Repos Reposisi isi,, setel setelah ah fraktu frakturr di reduksi, reduksi, fragm fragmen en tulan tulang g harus harus di imobi imobili lisas sasii atau atau dipertahankan dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi internal dan eksternal.

 

a)

fi fiksa ksasi si intern internal al fragme fragmen n tula tulang ng dapat dapat diikat diikat dengan dengan skrup, skrup,pen pen,, atau atau paku paku  pengikat,plat logam yang diikat dengan skrup,paku intramedular yang  panjang (dengan atau tanpa skrup pengunci) , ciscumferential bands, atau kombinasi dari metode ini.

 b)

fiksasi eksternal fraktur dipertahankan dengan skrup pengikat atau kawat  penekan yang melalui tulang diatas dan dibawah fraktur, dan dilekatkan  pada suatu kerangka kerangk a luar.

4) Rehabil Rehabilitas itasi, i, mempe mempertah rtahanka ankan n dan menge mengemba mbalika likan n fungsi fungsi Pada umumnya, sebelum dan setelah pelaksanaan terapi latihan, bagian yang mengalami operasi yaitu 1/3 distal femur pasien dalam keadaan dielevasikan sekitar 30˚ a)

Sta tati ticc Contr ontrac acti tion on Terjadi kontraksi Terjadi kontraksi otot tanpa tanpa diserta disertaii perubaha perubahan n panjang panjang otot dan tanpa tanpa gerakan pada sendi (Kisner,1996). Latihan ini dapat meningkatkan tahanan  perifer pembuluh darah, vena yang tertekan oleh otot yang berkontraksi menyebabkan darah di dalam vena akan terdorong ke proksimal yang dapat mengurangi oedem, dengan oedem berkurang, maka rasa nyeri juga dapat  berkurang.

 b)

Passive Movement Passive movement adalah gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari luar sementara itu otot pasien lemas (Priatna,1985). Passive movement ada 2, yaitu : (1)) (1

Rel elax axed ed Pass Passiv ivee Move Movem ment ent Gerakan pasif hanya dilakukan sebatas timbul rasa nyeri. Bila pasien sudah merasa nyeri pada batas lingkup gerak sendi tertentu, maka gerakan dihentikan (Priatna,1985).

(2)) (2

For orce ced d Pas assi sive ve Movem ovemen entt Forced Passive Movement bertujuan untuk menambah lingkup gerak  sendi. send i. Teknikn Tekniknya ya hampir hampir sama sama dengan dengan relaxed relaxed passive passive movemen movement, t, namun di sini pada akhir gerakan diberikan diberikan penekanan sampai pasien mampu menahan rasa nyeri (Priatna,1985).

c)

Act ctiive Movem vement Merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot anggota gerak tubuh pasien itu se send ndir irii (Kis (Kisne ner, r,19 1996 96). ). Pa Pada da ko kond ndis isii oe oede dem, m, ge gera raka kan n akti aktiff ini ini da dapa patt menimb men imbulka ulkan n “pumping “pumping action” action” yang akan mendoro mendorong ng cairan cairan bengkak  bengkak  mengiku men gikuti ti aliran aliran darah darah ke proksim proksimal. al. Latiha Latihan n ini juga juga dapat dapat digunaka digunakan n untuk untuk tujua tujuan n memp mempert ertaha ahanka nkan n kekuat kekuatan an otot, otot, lati latihan han koord koordina inasi si dan dan

 

mempertahankan mobilitas sendi. Active Movement terdiri dari : (1 (1)) Fr Free ee Act Activ ivee Move Moveme ment nt Gerakan dilakuk Gerakan dilakukan an sendiri sendiri oleh pasien, pasien, hal ini dapat dapat meningk meningkatk atkan an sirkulasi darah sehingga oedem akan berkurang, jika oedem berkurang maka nyeri juga dapat berkurang. Gerakan ini dapat menjaga lingkup gerak sendi dan memelihara kekuatan otot. (2 (2)) Assi Assiste sted d Active Active Move Moveme ment nt Gerakan ini berasal dari pasien sendiri, sedangkan terapis memfasilitasi gerakan dengan alat bantu, seperti sling, papan licin ataupun tangan terapis sendiri. Latihan ini dapat mengurangi nyeri karena merangsang relaksasi propioseptif. (3) Ressist Ressisted ed Active Active Moveme Movement nt Ressisted Active Movement merupakan gerakan yang dilakukan oleh  pasien sendiri, namun ada penahanan saat otot berkontraksi. Tahanan yang diberikan bertahap mulai dari minimal sampai maksimal. Latihan

d)

ini dapat meningkatkan kekuatan otot. Hold Relax Hold Rela Hold Relax x ad adala alah h te tekni knik k la lati tiha han n gerak gerak yang yang mengk mengkont ontra raksi ksikan kan otot otot kelompo kel ompok k antagoni antagoniss secara secara isometr isometris is dan diikuti diikuti relaksas relaksasii otot tersebut tersebut.. Kemu Ke mudia dian n dila dilakuk kukan an pe pengu ngulu luran ran otot otot an anta tagon gonis is terse tersebut but.. Tekni Teknik k ini ini digunakan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi ( Kisner,1996).

e)

Latihan Jalan Latihan transfer dan ambulasi penting bagi pasien agar pasien dapat kembali ke aktivitas sehari-hari. Latihan transfer dan ambulasi di sini yang penting untuk pasien adalah latihan latihan jalan. Mula-mula latihan jalan dilakukan dilakukan dengan deng an mengguna menggunakan kan dua axilla axilla kruk secara bertahap bertahap dimula dimulaii dari non weight bearing atau tidak menumpu berat badan sampai full weight bearing atau menumpu menumpu berat badan. Metode Metode jalan yang digunakan adalah adalah swing,  baik swing to ataupun ataupu n swing through dan dengan titik tumpu, baik two point gait, three point gait ataupun four point gait. Latihan ini berguna untuk   pasien agar dapat mandiri walaupun masih menggunakan menggunak an alat bantu.

  

1. Clinical Clinical Pathw Pathways ays Trauma pada tulang (Kecelakaan)

Tekanan yang berulang (Kompresi)

Kelemahan tulang abnormal (osteoporosis)

Fraktur femur  Patah tulang tertutup

Patah tulang terbuka

Resiko tinggi infeksi

Pembedahan Kerusakan struktur tulang

Kemampuan pergerakan otot sendi menurun

Patah tulang merusak jaringan

Hambatan mobilitas fisik 

Perubahan  permeabilitas kapiler 

Terputusnya kontinuitas jar.

Ansietas

Trauma jaringan post pembedahan

Kerusakan integritas kulit

Menekan saraf perasa nyeri Kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak 

Stimulus neurotransmitter nyeri

Pelepasan mediator prostaglandin

Resiko syok hipovolemik 

Respon nyeri hebat dan akut

 Nyeri akut

 

2. Asuhan Keperawatan a.

Pengkajian

Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara terhadap  pasien dengan fraktur fr aktur femur yaitu : 1) Iden Identi tita tass pas pasie ien n a)

Nama

 b) Usia

: Nama pasien : usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah

mengalami osteoporotik, penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan, fraktur batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah c)

Suku

: Suku pasien

d)

Pe Peke kerj rjaa aan n

: Pe Peke kerj rjaa aan n pa pasi sien en

e)

Alamat

: Alamat pa passien

2) Ri Riwa wayat yat kepera keperawa wata tan n a) Riwa Riwayat yat perj perjal alan anan an penya penyaki kitt

1. Keluhan Keluhan utam utamaa klien klien datang datang ke RS RS atau pela pelayana yanan n kesehata kesehatan n: nyeri pada paha 2. Apa penye penyebabn babnya, ya, waktu waktu : kecela kecelakaan kaan atau atau trauma, trauma, berapa berapa  jam/menit yang lalu 3. Bagaim Bagaimana ana dirasa dirasakan, kan, adany adanyaa nyeri, nyeri, panas, panas, bengkak bengkak dll dll 4. Perubah Perubahan an bentuk, bentuk, terbatas terbatasnya nya gerakan gerakan 5. Kehi Kehila lang ngan an fung fungsi si 6. Apakah Apakah klien klien mempuny mempunyai ai riwayat riwayat penyak penyakit it osteopo osteoporosi rosiss  b) Riwayat pengobatan sebelumnya sebe lumnya 1. Apakan

klien

pernah

mendapatkan

pengobatan

jenis

kortikosteroid dalam jangka waktu lama 2. Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita 3. Berapa Berapa lama lama klien klien mendapa mendapatkan tkan pengo pengobata batan n tersebut tersebut 4. Kapan Kapan klien klien menda mendapatk patkan an pengoba pengobatan tan terak terakhir  hir 

 

3) Pemeriksaan Mengidentifikasi

fisik   tipe

fraktur  a) Inspek Inspeksi si daera daerah h mana mana yang yang terke terkena na 1. Deformi Deformitas tas yang yang nampak nampak jelas jelas 2. Edema, ekimosis ekimosis sekitar sekitar lokasi lokasi cedera 3. Lase Lasera rasi si 4. Perubah Perubahan an warna warna kulit kulit 5. Kehilangan Kehilangan fungsi fungsi daerah daerah yang cidera  b) Palpasi 1. Bengkak Bengkak,, adanya nyeri nyeri dan penyebara penyebaran n 2. Krep Krepit itas asii 3. Nadi, Nadi, dingi dingin n 4. Observasi spasme otot sekitar sekitar daerah fraktur  4) Pe Peme meri riksa ksaan an Pe Penun nunja jang ng

a) Foto oto Ro Rontg ntgen 1. Untuk mengetahui mengetahui lokasi fraktur fraktur dan garis fraktur fraktur secara secara langsung 2. Mengetah Mengetahui ui tempat tempat dan tipe frakt fraktur  ur   b) Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik  c) Artelog Artelogram ram dicuri dicurigai gai bila bila ada kerus kerusakan akan vasku vaskuler  ler  d) Hitung Hitung darah darah lengkap lengkap HT mungkin mungkin meningkat meningkat (hemokon (hemokonsent sentrasi rasi)) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ  jauh pada trauma multiple).

 

b. Di Diag agno nosa sa kepe kepera rawa wata tan n

1) Pre op operas asii a.  Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder   pada fraktur   b. Ham Hambata batan n mobilit mobilitas as fisik fisik berhubu berhubungan ngan dengan dengan ceder cederaa jaringan jaringan sekitar/fraktur  c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak  d.

Ansietas berhubungan dengan prosedur pengobatan atau pembedahan

2) In Intr traa ope opera rasi si Resiko syok hipovolomik berhubungan dengan perdarahan akibat  pembedahan 3) Post Post oper operas asii a. Nyeri Nyeri berhubu berhubungan ngan dengan dengan prose prosess pembeda pembedahan han  b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post

 pembedahan d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

 

c. Perenc Perencana anaan an keper keperawa awatan tan

1) Pre Pre oper operat atif  if  Diagnosa No. keperawatan 1.  Nyeri akut  berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder pada fraktur 

Tujuan dan kriteria hasil NOC 1. Tingka Tingkatt ny nyeri eri 2. Ko Kont ntro roll nyer nyerii 3. Tingkat Tingkat kenya kenyamanan manan Kriteria Hasil : 1. Mampu Mampu mengon mengontro troll nyer nyerii (ta (tahu hu  penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari  bantuan) 2. Melapo Melaporka rkan n bahwa bahwa nyer nyerii  berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu Mampu mengen mengenali ali ny nyeri eri (ska (skala, la, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyat Menyataka akan n ra rasa sa nyam nyaman an setelah nyeri berkurang 5. Tanda Tanda vital vital dalam dalam ren rentan tang g norma normall

Intervensi

Rasional

NIC Manajemen nyeri 1. Lakuk Lakukan an pen pengka gkajia jian n nye nyeri ri secara secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2. Obser Observasi vasi rreaksi eaksi nonver nonverbal bal dari dari ketidaknyamanan 3. Kura Kurangi ngi fa faktor ktor pr presipit esipitasi asi nyeri nyeri 4. Ajarka Ajarkan n tentang tentang tekni teknik k non farmakologi 5. Eval Evaluasi uasi keefekt keefektifan ifan kont kontrol rol nyeri nyeri 6. Kola Kolaborasi borasikan kan dengan dengan dokter dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

1. Menge Mengetahui tahui kara karakteri kteristik  stik  nyeri secara menyeluruh untuk menentukan intervensi selanjutnya 2. Meng Menget etah ahui ui  perkembangan respon nyeri 3. Meng Mengur uran angi gi pe peni ning ngka kata tan n nyeri 4. Men Menimi iminal nalkan kan nyeri nyeri yang dirasakan 5. Mengetahui keefektifan

tidak berhasil

intervensi 6. Pen Pengoba gobatan tan medis medis untuk untuk mengurangi nyeri

 

2.

Hambatan mobilitas fisik   berhubungan dengan cedera  jaringan sekitar/fraktur 

NOC 1. Geraka Gerakan: n: aktif  aktif  2. Tingka Tingkatt mob mobili ilitas tas 3. Perawata Perawatan n diri: diri: ADL ADL Kriteria Hasil : 1. Klien Klien meningk meningkat at dalam ak aktivit tivitas as fisik  2. Mengerti Mengerti tujua tujuan n dari pening peningkatan katan mobilitas 3. Memverbali Memverbalisasik sasikan an perasaa perasaan n dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah 4. Memperagak Memperagakan an penggunaa penggunaan n alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

Resiko tinggi infeksi

NOC : 1. Sta Status tus imu imun n

NIC : Kontrol infeksi

 berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak 

2. Kontro Kontroll resiko resiko Kriteria Hasil : 1. Klien Klien bebas dar darii tanda dan ge gejala jala infeksi 2. Menunjukkan Menunjukkan kemampuan kemampuan untuk  untuk  mencegah timbulnya infeksi 3. Jumlah Jumlah leuko leukosit sit dalam dalam bat batas as normal 4. Menunjukkan Menunjukkan pe perila rilaku ku hidup seha sehatt

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 3. Cuci tanga tangan n setiap setiap seb sebelum elum dan dan sesudah tindakan keperawatan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung 5. Pert Pertahank ahankan an lingkunga lingkungan n aseptik aseptik selama pemasangan alat 6. Tingk Tingktkan tkan intak intakee nutri nutrisi si 7. Berikan terapi antibiotik bila  perlu

Ansietas  berhubungan dengan prosedur   pengobatan atau  pembedahan

NOC Kontrol ansietas Kriteria hasil: 1. Monitor Monitor inten intensitas sitas ke kecema cemasan san 2. Menyikirka Menyikirkan n tanda kec kecemas emasan an 3. Mencari Mencari inform informasi asi un untuk  tuk  menurunkan kecemasan 4. Merencana Merencanakan kan stra strategi tegi kopi koping ng 5. Menggunakan Menggunakan tteknik eknik re relaksa laksasi si untuk menurunkan kecemasan

NIC Penurunan kecemasan

NIC Latihan Kekuatan 1. Ajarkan dan berikan dorongan  pada klien untuk melakukan  program latihan secara rutin rutin

1. Pasien Pasien dapat ttermot ermotivasi ivasi untuk melakukan program latihan 2. Mencegah Mencegah resiko resiko cede cedera ra Latihan untuk ambulasi 1. Ajarkan Ajarkan te teknik knik ambulas ambulasii & 3. Memudahkan pasien  perpindahan yang aman kepada untuk melakukan klien dan keluarga. mobilisasi 2. Sediakan Sediakan alat alat bantu untuk untuk klien klien 4. Pasien Pasien teru teruss termotiva termotivasi si seperti kruk, kursi roda, dan untuk tetap melakukan walker  ambulasi 3. Beri pengua penguatan tan positif positif untuk  untuk  5. Klien Klien da dan n keluar keluarga ga  berlatih mandiri dalam batasan memahami mobilisasi dengan benar  yang aman. Klien ter termotiv motivasi asi untuk  untuk  Latihan mobilisasi dengan kursi 6. Klien memperkuat anggota roda tubuh 1. Ajarkan Ajarkan pa pada da klien klien & kelua keluarga rga Klien ti tidak dak aakan kan tentang cara pemakaian kursi roda 7. Klien mengalami kekakuan & cara berpindah dari kursi roda sendi dan keluarga dapat ke tempat tidur atau sebaliknya. membantu klien untuk  2. Dorong Dorong klien me melakuka lakukan n latihan latihan mobilisasi untuk memperkuat anggota tubuh 3. Ajarkan Ajarkan pad padaa klien/ klien/ keluarga keluarga tentang cara penggunaan kursi roda

 

3.

4.

1. Tenan Tenangka gkan n klien klien 2. Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan 3. Kaji tingkat tingkat kec kecemasa emasan n dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan 4. Gunakan pendekatan dan sentuhan 5. Temani Temani pasien pasien untuk mendukung mendukung

1. Untuk mencegah mencegah infeksi infeksi yang ditularkan oleh  pasien lain 2. Memotong Memotong rantai rantai infeks infeksii 3. Memotong Memotong rantai rantai infeks infeksii 4. Tenaga Tenaga kesehat kesehatan an dapat dapat mencegah infeksi nosokomial 5. Resiko Resiko infeksi infeksi tidak  terjadi 6. Diet makan makanan an tinggi  protein untuk  mempercepat  penyembuhan luka 7. Untuk mencegah mencegah atau mengobati infeksi 1. Kecema Kecemasan san tidak  tidak  meningkat 2. Pasien Pasien dap dapat at memahami terkait keadaannya 3. Mengetahui Mengetahui tingkat tingkat kecemasan untuk menentukan intervensi selanjutnya 4. Empati Empati petugas petugas kesehat kesehatan an

 

6. Melaporka Melaporkan n penurunan penurunan dura durasi si dan episode cemas 7. Melaporka Melaporkan n tidak tidak adanya adanya manifestasi fisik dan kecemasan 8. Tidak Tidak adaa manif manifestas estasii perila perilaku ku kecemasan

2) Intr Intraa opera operati tif  f  Diagnosa No. keperawatan 1. Resiko syok hipovolomik  berhubungan dengan  perdarahan akibat  pembedahan

Tujuan dan kriteria hasil

dapat dirasakan pasien keamanan dan penurunan rasa 5. Kecema Kecemasan san tidak  tidak  takut meningkat 6. Sediakan Sediakan aktifi aktifitas tas un untuk  tuk  6. Pengalihan Pengalihan terhadap terhadap menurunkan ketegangan kecemasan yang dirasakan 7. Intruksika Intruksikan n kemam kemampuan puan klien klien  pasien untuk menggunakan teknik  7. Menguran Mengurangi gi kecema kecemasan san relaksasi  pasien

Intervensi

Rasional

NIC Manajemen syok :volume 1. Monitor Monitor tan tanda da dan g gejal ejalaa  perdarahan yang konsisten 2. Cegah kehilangan kehilangan darah (ex : melakukan penekanan pada tempat terjadi perdarahan) 3. Berika Berikan n ca caira iran n IV 4. Cata Catatt Hb/H Hb/Htt sebe sebelum lum da dan n sesudah sesudah kehilangan darah sesuai indikasi 5. Beri Berikan kan ttambah ambahan an darah darah (ex :  platelet, plasma) yang sesuai

1. Mengetahui perkembangan  perdarahan pasien 2. Resiko syok hipovolemik  tidak terjadi 3. Meme Memenuhi nuhi kebutuhan kebutuhan cairan pasien 4. Mengetahui perubahan komponen darah 5. Keseimbangan kebutuhan darah

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Rasional

NOC 1. Tingka Tingkatt ny nyeri eri 2. Kontro Kontroll nyeri nyeri 3. Tingkat Tingkat kenyam kenyamanan anan Kriteria Hasil : 1. Mampu mengon mengontrol trol nyeri (tahu  penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari  bantuan) 2. Mela Melaporka porkan n bahwa nyeri berkur berkurang ang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu menge mengenali nali n nyeri yeri (skal (skala, a, intensitas, frekuensi dan tanda

NIC Manajemen nyeri 1. Laku Lakukan kan pengkajian pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor  presipitasi 2. Obse Observasi rvasi reak reaksi si nonver nonverbal bal dari ketidaknyamanan 3. Kura Kurangi ngi fa faktor ktor pr presipit esipitasi asi nyeri nyeri 4. Ajar Ajarkan kan tentang tentang tteknik eknik non farmakologi 5. Eval Evaluasi uasi keefekt keefektifan ifan ko kontrol ntrol nyeri nyeri 6. Kola Kolaboras borasikan ikan dengan dengan dokter dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

1. Mengetahui Mengetahui karakt karakterist eristik  ik  nyeri secara menyeluruh untuk menentukan intervensi selanjutnya 2. Menget Mengetahu ahuii  perkembangan respon respon nyeri 3. Mengurangi Mengurangi pening peningkata katan n nyeri 4. Meniminalka Meniminalkan n nyeri nyeri yang dirasakan 5. Mengeta Mengetahui hui keefektif keefektifan an intervensi 6. Pengobatan Pengobatan medis untuk  mengurangi nyeri

NOC Deteksi resiko Kriteria hasil: 1. Kenali Kenali tan tanda da dan ge gejala jala yang mengindikasikan risiko 2. Cari validas validasii dari risiko risiko yg dirasakan 3. Pertahank Pertahankan an info terba terbaru ru tentan tentang g riwayat keluarga 4. Pertahank Pertahankan an info terba terbaru ru tentan tentang g riwayat pribadi 5. Gunakan Gunakan sum sumber ber inform informasi asi tentang risiko potensial

 

3) Post Post oper operat atif  if 

No.

1.

2.

Diagnosa keperawatan  Nyeri  berhubungan dengan proses  pembedahan

Kerusakan integritas kulit  berhubungan dengan trauma  jaringan post  pembedahan

nyeri) 4. Men Menyat yataka akan n rasa nyam nyaman an setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital d dalam alam rrentan entang g norma normall NOC : Intergritas jaringan: kulit and membran mukus Kriteria Hasil : 1. Integritas kulit yang baik baik bisa dipertahankan

tidak berhasil

NIC Manajemen tekanan 1. Anjurkan Anjurkan p pasie asien n untuk untuk menggunakan pakaian yang longgar  2. Hindari Hindari kerutan kerutan pada tem tempat pat tidur 

1. Tidak Tidak ada tekana tekanan n pada luka 2. Mencegah Mencegah terbentukny terbentuknyaa luka yang baru 3. Terhindar Terhindar dari infe infeksi ksi 4. Mencegah Mencegah terj terjadinya adinya

 

3.

Resiko tinggi infeksi  berhubungan dengan luka operasi

2. Melaporka Melaporkan n adanya gangguan gangguan sensa sensasi si atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan 3. Menunjukkan Menunjukkan pe pemaham mahaman an dalam dalam  proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera  berulang 4. Mampumeli Mampumelindungi ndungi k kulit ulit d dan an mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

3. Jaga kebersi kebersihan han kulit agar agar tetap tetap  bersih dan kering 4. Mobilisasi Mobilisasi pasien pasien (ubah (ubah posi posisi si  pasien) setiap dua jam sekali 5. Monitor Monitor kulit kulit akan adany adanyaa kemerahan 6. Monitor Monitor aktivitas aktivitas dan mo mobilisa bilisasi si  pasien 7. Monitor Monitor status status nutr nutrisi isi pas pasien ien 8. Memandika Memandikan n pasien pasien dengan dengan sabun dan air hangat

dekubitus 5. Mengetahui Mengetahui perkembang perkembangan an mobilisasi pasien 6. Mengetahui Mengetahui nutrisi nutrisi yang yang dikonsumsi pasien 7. Pasien Pasien te tetap tap terja terjaga ga  perawatan dirinya

NOC : 1. Sta Status tus imu imun n 2. Kontro Kontroll resiko resiko Kriteria Hasil : 1. Klien Klien bebas dari tanda tanda da dan n gejala infeksi 2. Menunjukkan Menunjukkan kemampuan kemampuan untuk  untuk  mencegah timbulnya infeksi 3. Jumlah Jumlah leukosi leukositt dalam bat batas as norma normall 4. Menunjukkan Menunjukkan pe perila rilaku ku hidup seha sehatt

NIC : Kontrol infeksi 1. Bersihkan Bersihkan li lingkunga ngkungan n setelah setelah dipakai pasien lain 2. Gunakan Gunakan sabun sabun antimikro antimikrobia bia untuk cuci tangan 3. Cuci tangan tangan se setiap tiap sebelum sebelum dan dan sesudah tindakan keperawatan 4. Gunakan Gunakan baju, baju, sarung sarung tang tangan an sebagai alat pelindung 5. Pertahanka Pertahankan n lingkungan lingkungan aseptik  aseptik  selama pemasangan alat 6. Tingktkan Tingktkan iintake ntake nutrisi nutrisi 7. Berikan Berikan tera terapi pi antibiotik antibiotik bila  perlu

1. Un Untu tuk k me menc nceg egah ah infeksi yang ditularkan oleh pasien lain 2. Memoto Memotong ng rant rantai ai infe infeksi ksi 3. Memoto Memotong ng rant rantai ai infe infeksi ksi 4. Te Tena naga ga kese keseha hata tan n dapat mencegah infeksi nosokomial 5. Resiko Resiko infeks infeksii tidak  tidak  terjadi 6. Di Diet et maka makana nan n tingg tinggii  protein untuk mempercepat  penyembuhan luka 7. Un Untu tuk k menc menceg egah ah atau atau mengobati infeksi

 

d. Di Disc scha harg rgee Plan Planni ning  ng 

a) Pe Persi rsiap apan an Pera Perawa wata tan n Ruma Rumah h Klien membutuhkan membutuhkan orang terdekat klien yang akan membantu membantu perawatan perawatan atau proses penyembuhan di rumah. Hal – hal yang perlu diperhatikan, yaitu mencegah kemungkinan jatuh harus dihilangkan, ruangan harus  bebas atau minimal perabot untuk memudahkan pergerakan klien dengan menggunakan kruk atau alat bantu lain.  b) Edukasi Klien dan Keluarga Klien dengan fraktur biasanya dipulangkan kerumah dalam keadaan memakai pembalut / bandage, splint, gips atau fiksasi eksternal. Perawat harus menyiapkan instruksi verbal / tertulis untuk klien dan keluarga tentang mengkaji dan merawaqt luka untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan infeksi.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF