Fototerapi Pada Jundice Neonatorum

September 19, 2017 | Author: nurulwahdaaulia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Fototerapi Pada Jundice Neonatorum...

Description

READING JOURNAL

FOTOTERAPI PADA JAUNDICE NEONATORUM

Oleh : Wida Pratiwi Oktavia

G99141023/ L-12

Nurul Wahda Aulia

G99141025/ L-14

Pembimbing : Muhammad Riza, dr., Sp.A, MKes

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2015

1

FOTOTERAPI PADA JUNDICE NEONATORUM Seorang bayi laki-laki lahir dengan berat badan 3400 gram pada usia kehamilan 37 minggu tanpa kelainan selama masa kehamilan. Ibunya berusia 24 tahun, primipara dengan golongan darah A Rh-positif. Bayi tersebut kemudian dirawat diruang perawatan nenotatus. Meskipun ibu membutuhkan bantuan agar dapat menyusui dengan baik, namun bayi tersebut tetap mendapat ASI ekslusif. Kekuning mulai tampak ketika bayi tersebut berusia 34 jam. Tingkat serum bilirubin total adalah 7,5 mg/ dl (128 u mol/l). Setelah dirawat di ruang pediatric selama 2 hari, bayi tersebut tampak semakin kuning. Hasil dari pemeriksaan fisik lain dalam batas normal, namun BB 3020 gram, turun 11% dari BB lahir. Tingkat serum bilirubin total adalah 19,5 mg/dl (333 u mol/l) dan tingkat bilirubin terkonjugasi (direct) 0,6 mg/dl (10 u mol/l). Pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah tepi dalam batas normal. Bayi tersebut memiliki golongan darah A Rh-positif. Dokter anak

kemudian konsul ke bagian neonatoloagi untuk

mendapatkan fototerapi. MASALAH KLINIS 60% kelahiran normal bisa memunculkan gejala klinis bayi kuning selama 1 minggu awal kehidupan bayi. Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi (indirect) terjadi akibat pembentukan bilirubin yang berlebihan dan fungsi hati pada bayi baru lahir yang belum mampu membersihkan bilirubin dalam darah

dengan

sempurna. Walaupun sebagian besar kelahiran pada umumnya sehat, namun mereka tetap harus dimonitor karna bilirubin yang berlebihan dapat berpotensi menjadi racun dalam sistem saraf pusat. Kenaikan bilirubin berpotensi memicu terjadinya bilirubin encepalophaty dan kemudian menjadi kernicterus yang berbahaya sehingga menyebabkan gangguan perkembangan syaraf secara permanent. Beruntungnya, saat ini telah ada terapi sehingga hal tersebut jarang terjadi. Namun karena jumlah bayi kuning sering terjadi, maka mereka harus dimonitor dan dirawat untuk mencegah kerusakan yang mungkin terjadi. Data dari 11 2

Rumah Sakit di Northern California daerah Kaiser Permanente medical system dan 18 c kehamilan sekurang-kurangnya 35 minggu. Berdasarkan penelitian pada Rumah Sakit di United States menunjukkan 5 dari 40 bayi setiap 1000 kelahiran cukup bulan atau late-preterm mendapatkan phototeraphy. Data tersebut tidak termasuk bayi yang mendapatkan phototerapi di rumah. Di beberapa Rumah Sakit dan di beberspa negara fototerapi masih sering digunakan. PATOFISIOLOGI DAN EFEK TERAPI Bilirubin normalnya dapat dihilangkan dari tubuh melalui konjugasi hati dengan asam glukoronik dan dieliminasi dari empedu dalam bentuk glukoronida bilirubin. Jaundice neonatorum terjadi karena kurangnya konjugasi yang dikombinasikan dengan kenaikan perubahan sel darah merah. Kondisi patologis tersebut dapat meningkatkan produksi bilirubin termasuk isoimmunization. Kelainan genetik konjugasi bilirubin, biasanya sebagian adalah Gilbert’s Syndrome sehingga menyebabkan kelahiran dengan hiperbilirubinemia. Sebagian besar kelompok bayi yang mungkin sehat dnamun mempunyai resiko hiperbilirubinemia adalah yang lahir sehat dengan ASI eksklusif (namun cara pemberian ASI yang salah). ASI eksklusif dan mengandung sedikit kalori serta pemberian ASI yang salah menyebabkan meningkatnya sirkulasi enterohepatic dari bilirubin. Tujuan dari terapi adalah menurunkan atau menjaga konsentrasi bilirubin agar tidak naik. Fototerapi adalah terapi dengan menggunakan energi cahaya untuk mengubah bentuk dan struktur bilirubin menjadi molekul yang dapat diekskresikan pada konjugasi normal.Penyerapan cahaya pada kulit melalui kulit dan subkutan sehingga menyebabkan pemecahan pigmen bilirubin untuk selanjutnya menuju ke reaksi fotokimia yang terjadi dengan tingkat yang berbedabeda. Reaksi tersebut secara umum meregenerasi bilirubin dan derivatnya. Hasilnya adalah lipophilik dan tidak seperti bilirubin, lipophilik bisa diekskresikan lewat empedu atau urin tanpa melalui konjugasi. Kebanyakan reaksi mengenai eliminasi bilirubin tidak diketahui, walaupun begitu pembelajaran secara in vitro dan in vivo menyatakan bahwa photoisomerization lebih penting

3

dari pada photodegradation. Eliminasi bilirubin tergantung pada pembentukan dan ekskresinya sendiri. Photoisomerization terjadi lebih cepat saat phototherapy dan sehingga jumlah bilirubin dalam darah menurun.

Gambar 1. Pada metabolisme normal, lipophilic bilirubin yang sebagian besar dihasilkan dari proses katabolisme sel darah merah, masuk kedalam sirkulasi sel darah sebagai nonkovalen konjugate dengan serum albumin. Setelah diproses oleh hati, non kovalen konjugate diubah ke dalam bentuk dua isometrik monoglucoronides dan diglucoronide (secara langsung oleh bilirubin) oleh enzim UGT1A1. Air yang larut dalam glucoronides dikeluarkan di empedu dengan bantuan dari canalicular multidrug yang tahan dan dihubungkan oleh transport protein (MRP2). Tanpa glucoronidation, bilirubin tidak dapat dikeluarkan dalam empedu atau urin. Pada bayi, aktivitas hati UGT1A1 belum sempurna dan waktu hidup sel darah merah lebih pendek daripada orang dewasa, sehingga akumulasi dan meningkatnya bilirubin akan meningkatkan kemungkinan sakit kuning. Fototerapi mengubah bilirubin menjadi

yellow photoisomer dan colorless

oxidation yang ekskresinya tidak dihati. Fotoisomer dikeluarkan secara utama di empedu dan hasil oksidasi sebagian besar dikeluarkan melalui urin. 4

Bilirubin menyerap cahaya lebih banyak pada cahaya biru dengan kekuatan spektrum 460 nm, daerah dimana energi semakin besar sesuai dengan panjang gelombang. Pembentukan foto produk bilirubin kebanyakan tergantung pada intensitas dengan panjang gelombang yang digunakan sekitar 460-490 nm pada spektrum biru, dimana spektrum biru kemungkinan paling efektif untuk terapi hiperbilirubinemia. Kesalahan yang sering terjadi adalah menggunakan sinar ultraviolet (UV)
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF