Formulasi Sediaan Nanoemulsi Minyak Zaitun Ekstra Murni (Extra Virgin Olive Oil) Dengan Penambahan Retinol Sebagai Skin Anti-Aging

September 18, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Formulasi Sediaan Nanoemulsi Minyak Zaitun Ekstra Murni (Extra Virgin Olive Oil) Dengan Penambahan Retinol Seba...

Description

 

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Farmasi

Skripsi Sarjana

2017

Formulasi Sediaan Nanoemulsi Minyak Zaitun Ekstra Murni (Extra Virgin Olive Oil) dengan Penambahan Retinol Sebagai Skin Anti-Aging Arlis, Nabila http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1329 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara 

 

FORMULASI SEDIAAN NANOEMULSI MINYAK ZAITUN  EXTRA VIRGIN OLIVE OIL) OIL) DE EKSTRA EKS TRA MUR MURNI NI ( EXTRA DENG NGAN AN PENAMBAHAN PENAM BAHAN RETINO RETINOL L SEBAGA SEBAGAII SKIN ANTI-AGING SKRIPSI

OLEH : NABILA ARLIS NIM 131501123

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

 

FORMULASI SEDIAAN NANOEMULSI MINYAK ZAITUN  EXTRA VIRGIN OLIVE OIL) OIL) DE EKSTRA EKS TRA MUR MURNI NI ( EXTRA DENG NGAN AN PENAMBAHAN PENAM BAHAN RETINO RETINOL L SEBAGA SEBAGAII SKIN ANTI-AGING SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH : NABILA ARLIS NIM 131501123

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

 

Universitas Sumatera Utara

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga dengan rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang ber judul ber judul “Formulasi  Extra Virgin Olive Oil) Sediaan Nanoemulsi Nanoemulsi Minyak Minyak Zaitun Zaitun Ekstra Ekstra Murni Murni ( Extra

Dengan Denga n Penambahan Penambahan Retinol Retinol Sebagai Sebagai Skin Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Minyak zaitun ekstra murni mengandung vitamin E yang merupakan salah satu antioksidan. Minyak zaitun ekstra murni dapat membantu melembabkan kulit sehingga dapat berfungsi sebagai skin anti-aging, dengan penambahan retinol aktivitas

skin

anti-aging

sema semaki kin n

men menin ingk gkat at..

Untu Untuk k

mem memud udah ahka kan n

pengaplikasiannya dibutuhkan sistem penghantaran yang efektif yaitu dalam bentuk  sediaan nanoemulsi. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak zaitun ekstra murni dengan penambahan penambahan retinol dalam sediaan nanoemulsi nanoemulsi dan dan mengetahui stabilitas sediaan selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar serta untuk mengetahui aktivitas skin anti-aging sediaan. Hasil yang diperoleh yaitu minyak zaitun ekstra murni dengan penambahan retinol dapat diformulasikan dalam sediaan nanoemulsi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, serta memiliki aktivitas skin anti-aging. Diharapkan sediaan nanoemulsi ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam formulasi sediaan farmasi lainnya karena dapat mempercepat pencapaian obat. Rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku pembimbing I yang iv Universitas Sumatera Utara

 

membimbing penulis dengan kesabaran, ketulusan, dan motivasi yang luar biasa selama masa penelitian, serta Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi denga kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa selama penelitian dan penulisan skripsi, juga kepada Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah meluangkan waktu untuk  memberikan kritik, saran, dan nasihat yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga juga disampaikan kepada kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda Ayahanda Arlis Kamiruddin, Kamiruddin, Ibunda Eka Suryani, Uda An Angga gga Putra Arlis yang telah memberi doa, masukan, dan dukungan tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan ucapkan kepada kepada sahabat, teman-teman dan para sukarelawan yang telah banyak membantu penulis selama kuliah dan melakukan penelitian. Akhir kata penulis berharap, semoga apa yang telah terdapat dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2017 Penulis,

Nabila Arlis NIM 131501123

v Universitas Sumatera Utara

 

vi Universitas Sumatera Utara

 

FORMULASI SEDIAAN NANOEMULSI MINYAK ZAITUN EKSTRA MURNI ( EXTRA  EXTRA VIRGIN VIRGIN OLIVE OIL) DENGAN PENAMBAHAN RETINOL SEBAGAI SKIN ANTI-AGING ABSTRAK Latar belakang: Vitamin E yang terkandung didalam minyak zaitun menunjukkan efek sinergis sinergis dengan retinol retinol dalam produk produk gabungan. gabungan. Nanoemulsi sangat cocok dan efektif sebagai skin anti-aging karena memiliki kestabilan yang tinggii dengan ukuran tingg ukuran partikel partikel kecil serta serta tidak toksik toksik dan tidak mengir mengiritasi itasi sehingga dapat diaplikasikan dengan mudah melalui kulit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak zaitun ekstra murn mu rnii 5% de deng ngan an pe pena namb mbah ahan an va vari rias asii kon konse sent ntra rasi si retin retinol ol da dala lam m sed sedia iaan an nanoemulsi sebagai skin anti-aging serta untuk mengetahui stabilitas sediaan nanoemulsi selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Metode: Sediaan nanoemulsi dibuat dengan menggunakan minyak zaitun ekstra murni 5% dengan variasi konsentrasi retinol yaitu formula F1 (2,5%), F2 (5%), dan F3 (7,5%). Evaluasi stabilitas sediaan nanoemulsi meliputi uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, bobot jenis, tegangan permukaan, uji sentrifugasi, dan analisa TEM pada awal pembuatan sediaan, serta dilakukan pengamatan organoleptis (bau, warna, bentuk), creaming, pemisahan fase, uji pH, viskositas, dan ukuran partikel selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Kemudian dilakukan penentuan aktivitas skin anti-aging dan uji iritasi kulit sediaan nanoemulsi pada sukarelawan dari formula yang terpilih. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sediaan nanoemulsi berwarna kuning transparan, berbau khas, stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dan ukuran partikel lebih kecil dari 1000 nm. Sediaan nanoemulsi F1 memiliki ukuran partikel yang paling kecil yaitu 293,68 nm. Hasil uji iritasi sediaan sediaa n nanoem nanoemulsi ulsi F1 tidak mengiritasi mengiritasi kulit kulit dan dan aktivitas aktivitas skin anti-aging

nanoemulsi F1 lebih baik dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi tanpa retinol. Kesimpulan: Minyak zaitun ekstra murni dengan penambahan retinol dapat diformulasikan sebagai sediaan nanoemulsi dan sediaan nanoemulsi F1 memiliki aktivitas skin anti-aging yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi tanpa retinol. anti -aging Kata kunci : retinol, minyak zaitun ekstra murni, nanoemulsi, skin anti-aging

vii Universitas Sumatera Utara

 

FORMULATION OF NANOEMULSION OF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL WITH RETINOL ADDITION AS SKIN ANTI-AGING ABSTRACT Background: Vitamin E is contain in olive oil shows a synergistic effect with

retinol in the combine product. Nanoemulsi is very suitable and effective as skin anti-aging because it has a high stability with small particle size and is not toxic and not irritating so that it can be apply easily tthrough hrough the skin. Purpose: This study was aimed to formulate 5% extra virgin olive oil by addition of variation of retinol concentration in nanoemulsion as skin anti-aging and to know stability of nanoemulsion during 12 weeks storage at room temperature. t emperature. Methods: The nanoemulsion prepared by using 5% extra virgin olive oil with variation of retinol concentration was formula F1 (2.5%), F2 (5%), and F3 (7.5%). Evaluation of the stability of the nanoemulsion included homogeneity, homogeneity, emulsion type, density, surface tension, tension, centrifugation, and TEM analy analysis sis at the beginning of preparation, preparation, and organoleptic (smell, color, color, transparency), transparency), creaming, phase separation, pH, viscosity, viscosity, and particle size for 12 12 weeks at room temperature. temperature. Then the determination of skin anti-aging activity and skin irritation test of  nanoemulsion in volunteers of the selected formula. Results: The results showed that all of nanoemulsion were transparent yellow, distinctive smell, were stable for 12 weeks storage at room temperature and the particle size was less than 1000 nm. The nanoemulsion F1 has the smallest particle size that was 293.68 nm. The results of the irritation test of nanoemulsion F1 did not irritate the skin and the skin anti-aging activity of F1 nanoemulsion nanoemulsion was better than that of nanoemulsion without retinol. Conclusions: Extra virgin olive oil with retinol addition can be formulated as a nanoemulsion and the F1 nanoemu nanoemulsion lsion has better skin anti-aging anti-aging activity than that of nanoemulsion without retinol.

Keywords: retinol, extra virgin olive oil, nanoemulsion, skin anti-aging

viii Universitas Sumatera Utara

 

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL JUD UL .... ........ ........ ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ....... ..

i

HALAM HAL AMAN AN PENG PENGES ESAHA AHAN..... N........ ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

ii iiii

KATA KA TA PENG PENGAN ANTA TAR R ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

iv

SURAT SUR AT PERNYA PERNYATAAN TAAN.... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

vi

ABSTRA ABS TRAK K .... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... ......... ....

vii

ABSTRA ABS TRACT CT .......... .............. ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......

vii viiii

DAFTAR DAF TAR ISI .... ......... ......... ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......

ix

DAFTAR DAF TAR TABEL TABEL .... ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...

xii xiiii

DAFTAR DAF TAR GAMBAR...... GAMBAR.......... ........ ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ....... ...

xv

DAFTAR DAF TAR LAMPIR LAMPIRAN..... AN......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .....

xvii xvii

BAB BA B I PEND PENDAH AHUL ULUA UAN N ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

1

1.1 Latar Latar Belakan Belakang..... g.......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ....... ..

1

1. 1.2 2 Peru Perumu musa san n Masa Masala lah h ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

4

1.3 Hipote Hipotesa... sa....... ......... ......... ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......

4

1.4 Tu Tujua juan n Peneli Penelitia tian n .... ........ ......... .......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ....

4

1.5 Manfaa Manfaatt Peneli Penelitia tian n .... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ....... ..

5

BAB BA B II TINJA TINJAUA UAN N PUSTAK PUSTAKA A ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

6

2.1 Kulit Kulit ......... .............. .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

6

2. 2.1. 1.1 1 Gamb Gambar aran an umu umum m kulit.. kulit..... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

6

2. 2.1. 1.1. 1.1 1 Epid Epider ermi mis.... s....... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

7

2. 2.1. 1.1. 1.2 2 Dermi Dermiss ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

8

2. 2.1. 1.1. 1.3 3 Hipo Hipode derm rmis is/su /subk bkut utis. is.... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

9

ix Universitas Sumatera Utara

 

2. 2.1. 1.2 2 Fungs Fungsii bi biol olog ogik ik kulit kulit ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

9

2.1.3 2.1 .3 Klasif Klasifika ikasi si kulit........ kulit............ ........ ......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... ......... ....

10

2.2 Skin Aging (P (Pen enua uaan an Kulit Kulit)) ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

11

2. 2.2. 2.1 1 Tand Tandaa ta tand ndaa pe penu nuaa aan n ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

12

2.2.2 Usaha menghambat proses skin aging... ....... ...... ........ ...... ........ ...... ........ ...... ..

13

2.3 Skin Anti-Aging (A (Ant ntii Penu Penuaa aan n Kulit Kulit).. )..... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

13

2.3.1 Fungsi dan manfaat skin anti-aging .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

13

2. 2.3. 3.1. 1.1 1 Hidra Hidrasi si kulit kulit ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

14

2. 2.3. 3.1. 1.2 2 Pori Pori pori pori ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

14

2. 2.3. 3.1. 1.3 3 Noda Noda ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

15

2. 2.3. 3.1. 1.4 4 Keru Keruta tan/ n/ke keri ripu putt ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

16

2.4 Nanoem Nanoemuls ulsi...... i.......... ........ ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ....... ...

16

2. 2.4. 4.1 1 Desk Deskri rips psii na nano noem emul ulsi si ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

16

2. 2.4. 4.2 2 Keleb Kelebih ihan an dan dan kel kelem emah ahan an nan nanoe oemu mulsi... lsi...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

17

2.5 Monogr Monografi afi Bah Bahan an .... ........ ......... .......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ....

18

2. 2.5. 5.1 1 Retin Retinol ol ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

18

2. 2.5. 5.2 2 Miny Minyak ak za zait itun un ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

19

2.5.3 2.5 .3 Surfak Surfaktan.. tan....... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ....

20

2. 2.5. 5.3. 3.1 1 Twee Tween n 80 ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

20

2.5.4 2.5 .4 Kosur Kosurfak faktan. tan..... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ....... ..

21

2. 2.5. 5.4. 4.1 1 Sorb Sorbit itol ol ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

21

2.5.5 2.5 .5 Pengaw Pengawet.... et......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

22

2. 2.5. 5.5. 5.1 1 Metil Metil para parabe ben n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

22

2. 2.5. 5.5. 5.2 2 Propi Propill pa para rabe ben n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

23

2.6 Aquadest ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

24

x Universitas Sumatera Utara

 

2.7 Skin Analyzer ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

24

BAB BA B III III METO METODE DE PENE PENELI LITI TIAN AN ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

25

3.1 Alat...... Alat........... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

25

3.2 Bahan Bahan .......... .............. ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......

26

3. 3.3 3 Suka Sukare rela lawan wan ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

26

3.4 Prosedu Prosedurr Peneli Penelitia tian n .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ........

26

3. 3.4. 4.1 1 Formul Formulasi asi sedia sediaan an nanoe nanoemu muls lsi..... i........ ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

26

3. 3.4. 4.1. 1.1 1 Pros Prosed edur ur pe pemb mbua uatan tan na nano noemu emuls lsii ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... .....

28

3.5 Ev Evalu aluasi asi Stabil Stabilita itass Sediaan. Sediaan..... ......... ......... ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ........ ...

28

3.5.1 Organoleptis, pembentukan creaming dan pemisahan pemisahan fasee se fas sedi diaa aan n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

28

3. 3.5. 5.2 2 Homo Homoge geni nita tass ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

28

3. 3.5. 5.3 3 Uji Uji pH....... pH.......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

29

3. 3.5. 5.4 4 Tipe Tipe emul emulsi si ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

29

3.5.5 3.5 .5 Bobot Bobot jenis jenis.... ........ ......... .......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ....

29

3.5.6 3.5 .6 Viskos Viskosita itas... s........ .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

30

3.5.7 3.5 .7 Uji sentri sentrifug fugasi..... asi.......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... ....... ..

30

3. 3.5. 5.8 8 Peng Penguk ukur uran an tega tegang ngan an per permu muka kaan an ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

30

3. 3.5. 5.9 9 Ukur Ukuran an pa part rtik ikel el ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

31

3. 3.5. 5.10 10 Anal Analis isaa TEM.... TEM....... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

31

3. 3.6 6 Uji Iri Irita tasi si Terh Terhad adap ap Kul Kulit it Suka Sukare rela lawa wan n ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

31

3.7 Uji Efektivitas Skin Anti-Aging .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

32

3.8 Analisa Data Hasil Pengujian Efektivitas Skin Anti-Aging .........

32

BAB BA B IV HASI HASIL L DAN DAN PEMBA PEMBAHA HASA SAN N ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

33

4. 4.1 1 Hasil Hasil Formu Formula lasi si Sedia Sediaan an Nanoe Nanoemu mulsi... lsi...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

33

xi Universitas Sumatera Utara

 

4.2 Hasil Hasil Ev Evalu aluasi asi Stabili Stabilitas tas Sediaan Sediaan.... ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... .....

34

4.2.1 Organoleptis,pembentukancreamingdanpemisahan fasee se fas sedi diaa aan n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

34

4. 4.2. 2.2 2 Homo Homoge geni nita tass ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

37

4. 4.2. 2.3 3 Uji Uji pH....... pH.......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

38

4. 4.2. 2.4 4 Tipe Tipe emul emulsi si ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

39

4.2.5 4.2 .5 Bobot Bobot jenis jenis.... ........ ......... .......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ......... ....

40

4.2.6 4.2 .6 Viskos Viskosita itas... s........ .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

41

4.2.7 4.2 .7 Uji sentri sentrifug fugasi..... asi.......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... ....... ..

43

4. 4.2. 2.8 8 Peng Penguk ukur uran an tega tegang ngan an per permu muka kaan an ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

44

4. 4.2. 2.9 9 Ukur Ukuran an pa part rtik ikel el ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

46

4. 4.2. 2.10 10 Anal Analis isaa TEM.... TEM....... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

51

4. 4.3 3 Uji Iri Irita tasi si Terh Terhad adap ap Kul Kulit it Suka Sukare rela lawa wan n ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

52

4.4 Uji Efektivitas Skin Anti-Aging .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

53

4.4.1 Kadar air (moisture) .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..

54

 pore).. 4.4.2 Pori ( pore )..... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

56

4.4.3 Noda (spot ) ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

58

4.4.4 Kerutan atau keriput ( wrinkle).... )...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

61

BAB BA B V KES KESIM IMPUL PULAN AN DAN DAN SAR SARAN AN ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

65

5.1 Kesimp Kesimpula ulan...... n.......... ........ ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ....... ...

65

5.2 Saran.. Saran....... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......

65

DAFTAR DAF TAR PUSTAKA PUSTAKA .... ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ....... ..

66

LAMPIRAN ……………………………………………………………...

71

xii Universitas Sumatera Utara

 

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 2.1

Para Parame mete terr hasi hasill pengu penguku kura ran n deng dengan an skin analyzer ......................

24

3.1

Persentase Persentase komposisi komposisi bahan bahan dalam dalam nanoemuls nanoemulsii pada pada penelitian penelitian sebelumnya

27

Persen Persentas tasee komposi komposisi si bah bahan an dalam dalam nanoem nanoemuls ulsii dengan dengan variasi variasi konsen kon sentra trasi si ret retino inoll .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .....

27

Data Data peng pengam amat atan an or orga gano nole lept ptis is,, pem pembe bent ntuk ukan an creaming dan pemisahan pemisa han fase sediaan sediaan nanoemulsi nanoemulsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra murni murni (extra virgin olive oil) deng dengan an pena penamba mbahan han ret retino inoll pada pada pe peny nyim impa pana nan n 12 ming minggu gu pada pada suhu suhu kam kamar. ar.... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

34

3.2

4. 4.1 1

4. 4.2 2

Data Data peng penguk ukur uran an pH nano nanoem emul ulsi si mi miny nyak ak zait zaitun un ekst ekstrra murn murnii (extra virgin olive oil) deng dengan an pena penamba mbahan han retinol retinol pada pada pe peny nyim impa pana nan n sela selama ma 12 12 min mingg ggu u pada pada suh suhu u kamar... kamar...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

38

Data Penentu Penentuan an Bobot Bobot Jenis Jenis nanoem nanoemuls ulsii miny minyak ak zaitun zaitun ekstra ekstra murni (extra virgin olive oil) d den eng gan pen enam amba bah han ret etin ino ol .... ...... .... .... ....

41

Data Data uji uji vis visko kosi sita tass nano nanoem emul ulsi si mi miny nyak ak zai zaitu tun n ekst ekstra ra mur murni ni extr tra a vi virg rgin in oli olive ve oil oil) deng (ex dengan an pena penamba mbahan han ret retino inoll pada pada pe peny nyim impa pana nan n sela selama ma 12 12 min mingg ggu u pada pada suh suhu u kamar... kamar...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

42

Data Data Uji Uji Sen Sentr trif ifug ugasi asi na nano noem emul ulsi si miny minyak ak zai zaitu tun n ekstr ekstraa murn murnii (extra virgin olive oil) den denga gan np pen enam amba baha han n rret etin inol ol .... ...... .... .... .... .... .... .... .... ....

43

Data pengukuran tegangan permukaan nanoemulsi minyak   zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan ret retino inol....... l........... ......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ...... ..

45

Data Data pen penen entu tuan an dis distr trib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el na nano noem emul ulsi si miny minyak  ak  zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan re reti tino noll pada pada pen penyi yimp mpan anan an sel selam amaa 12 mi ming ngg gu pada pada ssuh uhu u kam kamar. ar... ..

46

Dat ataa penentuan rat ataa-rat ataa ukuran par arttikel nanoemu emulsi minyak  zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan retin retinol ol pa pada da pe peny nyim impa pana nan n sel selam amaa 12 12 ming minggu gu pa pada da suhu suhu ka kama mar... r...

49

Data Data uji uji iiri rittas asii sedi sediaaan na nano noem emul ulsi si F1 F1 ter erh had adap ap su suka karrel elaw awan an .... ...... ..

52

4.10 4.1 0 Hasil Hasil penguku pengukuran ran kada kadarr air (moisture) formula F1 pada kulit wajah wa jah suka sukare rela lawa wan n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

54

4.3

4. 4.4 4

4.5 4.5

4 .6

4.7 4.7

4 .8

4.9 4.9

xiii Universitas Sumatera Utara

 

 pore) formula F1 pada kulit wajah 4.11 4.1 1 Hasil Hasil pengu pengukur kuran an pori pori ( pore sukare suk arelaw lawan... an........ ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......

56

4.12 4.1 2 Hasil Hasil pengu pengukur kuran an noda noda (spot ) formula F1 pada kulit wajah sukare suk arelaw lawan... an........ ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......

59

4.13 4.1 3 Hasil Hasil penguk pengukura uran n kerutan kerutan (wrinkle) formula F1 pada kulit wajah sukare suk arelaw lawan... an........ ......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......

61

xiv Universitas Sumatera Utara

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 2.1

St Stru rukt ktur ur ku kulit lit manu manusi siaa ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

6

2.2 2.2

Rumu Rumuss ba bang ngun un retin retinol ol ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

18

2.3 2.3

Rumu Rumuss ba bang ngun un tw twee een n 80 ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

20

2.4 2.4

Rumu Rumuss ba bang ngun un sorb sorbito itol... l...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...

21

2.5 2.5

Rumu Rumuss ba bang ngun un meti metill pa para rabe ben n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

22

2.6 2.6

Rumu Rumuss ba bang ngun un pr prop opil il pa para rabe ben n ... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

23

4.1

Sediaan Sediaan nanoem nanoemuls ulsii F1 F1,, F2, F2, dan dan F3 pada pada saat saat sebelu sebelum m penyim pen yimpan panan an pada pada suhu suhu kamar...... kamar.......... ......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...

35

Sediaan Sediaan nano nanoemu emulsi lsi F1, F1, F2, F3 setel setelah ah penyim penyimpan panan an 4 mingg minggu u padaa suhu pad suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

35

Sediaan Sediaan nano nanoemu emulsi lsi F1, F1, F2, F3 setel setelah ah penyim penyimpan panan an 8 mingg minggu u padaa suhu pad suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

35

Sediaan Sediaan nano nanoemu emulsi lsi F1, F1, F2, F3 setela setelah h penyim penyimpan panan an 12 mingg minggu u padaa suhu pad suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... ....... ..

36

4.5

Hasil Hasil uji uji homo homogen genita itass nano nanoemu emulsi lsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil) de deng ngan an pe pena namb mbah ahan an retin retinol.... ol....... ...... ...... ...... ...... ..... ..

37

4.6

Pengar Pengaruh uh lama lama penyimp penyimpanan anan terh terhada adap p pH nanoe nanoemul mulsi si F1, F2, F2, dan F3............. F3.................. ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ........ ...

38

Hasil uji tipe emulsi emulsi nanoem nanoemulsi ulsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil) deng dengan an pen penam amba baha han n ret etin inol.. ol.... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

40

Pengaruh Pengaruh lama penyimpan penyimpanan an terhadap terhadap vikositas vikositas nanoemusi nanoemusi F1, F2, dan F3............ F3................. .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...

42

Se Sedi diaa aan n nan nano oemul emulsi si F1, F1, F2, F2, F3 F3 sebe sebelu lum m sent sentri rifu fuga gasi... si..... .... .... .... .... .... .... ....

43

4.2

4.3

4.4

4.7

4.8

4. 4.9 9

xv Universitas Sumatera Utara

 

4.10 4.1 0 Sediaan Sediaan nanoem nanoemuls ulsii F1, F1, F2, F3 setela setelah h sent sentrif rifug ugasi.. asi...... ......... .......... ......... ......

44

4.11 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemulsi nanoemulsi F1 pada pada 0 mingg minggu u penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

46

4.12 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemulsi nanoemulsi F1 pada pada 6 minggu minggu penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

47

4.13 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemul nanoemulsi si F1 pada 12 mingg minggu u penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

47

4.14 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemuls nanoemulsii F2 pada 0 minggu minggu penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

47

4.15 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemulsi nanoemulsi F2 pada pada 6 minggu minggu penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

48

4.16 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemul nanoemulsi si F2 pada 12 mingg minggu u penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

48

4.17 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemul nanoemulsi si F3 pada 0 minggu minggu penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

48

4.18 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemulsi nanoemulsi F3 pada pada 6 minggu minggu penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

49

4.19 Rata-rata Rata-rata ukuran ukuran partikel partikel nanoemul nanoemulsi si F3 pada 12 mingg minggu u penyim pen yimpan panan an suhu suhu kamar kamar .... ........ ......... ......... ......... .......... ......... .......... .......... ......... .......... ......... ........ ....

49

4.20 4.20 Peng Pengar aruh uh lam lamaa pe peny nyim impa pana nan n terh terhad adap ap uku ukura ran n part partik ikel el nanoem nan oemuls ulsii F1, F2, dan F3 F3.. .......... .............. ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ........ ...

50

4.21 Hasil analisa analisa partikel partikel sediaan sediaan nanoemu nanoemulsi lsi F1 dengan dengan TEM (Transmision Electron Microscopic) .... ...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..... ..... .... .... .... ....

51

4.22 4.22 Hasil Hasil u uji ji ir irit itas asii terha terhada dap p suka sukare rela lawa wan n ...... ......... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ..... ..

52

4.23 Grafik persentase persentase pemuli pemulihan han kadar kadar air (moisture) selama 4 mingg min ggu....... u............ .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... ........ ...

55

 pore) selama 4 minggu ........ 4.24 Grafik persentase persentase pemulihan pemulihan pori ( pore

57

4.25 Grafik persentase pemulihan nod nodaa (spot ) selama ama 4 minggu .... .......... ....

60

4.26 Grafik persentase persentase pemulihan pemulihan kerutan kerutan (wrinkle) selama 4 mingg minggu u ......... .............. .......... ......... ......... ........... .......... ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...

63

xvi Universitas Sumatera Utara

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1

Gamb Gambar ar baha bahan.. n.... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..... ..... .... .... .... ....

71

2

Gamb Gambar ar al alat at .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..... ..... .... .... .... .... .... ..

73

3

Ba Baga gan n alir alir pem pembu buat atan an nan nanoe oemu muls lsii miny minyak ak zai zaitu tun n ekst ekstra ra mur murni ni olive oil) de (extra virgin olive deng ngan an pe pena namb mbah ahan an retin retinol.. ol..... ...... ...... ...... ...... ..... ..

77

Distr Distrib ibus usii uk ukur uran an pa part rtik ikel el na nano noem emul ulsi si miny minyak ak za zaitu itun n ek ekstr straa murni (extra virgin olive oil) d den enga gan n pen penam amba baha han n ret retin inol ol.. .... .... .... ....

79

5

Data Da ta h has asil il uji uji ssta tati tist stik.... ik...... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..... ..... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..

88

6

Se Sert rtif ifik ikat at anal analis isis is re reti tino noll .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ..... ..... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

92

7

Se Sert rtif ifik ikat at an anal alis isis is min minya yak k zait zaitun un ekst ekstra ra mur murni ni (extra virgin

4

olive oil) .... ........ ........ ......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... ......... ......... ........ ...

93

8

Su Sura ratt per erny nyat ataa aan n per erse setu tuju juan an (informed consent ).. ) . .. . .. .. .. . .. .. .. . .. ..

94

9

Cont Contoh oh se sedi diaa aan n dip dipas asar aran an yan yang g men menga gand ndun ung g reti retino noll 2,5 2,5% % sebagai skin anti-aging... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... .....

95

Hasi Hasill peng penguj ujia ian n ef efek ekti tiv vitas itas skin anti-aging sediaan naoemulsi F1 pada pada kulit kulit sukare sukarelaw lawan..... an.......... ......... ......... .......... ......... .......... ........... ......... ......... .......... ........ ...

96

10

xvii Universitas Sumatera Utara

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Latar Belakang Belakang

Siklus kehidupan manusia dimulai sejak kelahiran. Sejak lahir sel-sel manusia terus tumbuh dan berkembang. Seiring bertambahnya usia, kulit akan semakin berkurang kemampuannya dalam memproduksi sel-sel baru sehingga proses regenerasi kulit menjadi lebih lambat. Saat itulah proses penuaan sudah dimulai. Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Namun pada beberapa kasus proses penuaan terjadi lebih cepat. Tanda-tanda penuaan mulai tampak pada usia yang relatif muda, inilah yang disebut sebagai penuaan dini. Penuaan dini disebabkan oleh faktor internal dan fakto faktorr ekstern eksternal. al. Faktor Faktor inter internal nal sepert sepertii genetik genetik,, hormon, hormon, etnis etnis dan fakto faktorr eksternal yang disebabkan disebabkan oleh polusi lingkungan, lingkungan, rokok, kurang kurang nutrisi dan sinar matahari (Muliyawan dan Suriana, 2013). Indonesia merupakan daerah beriklim tropis dengan pancaran sinar matahari yang berlimpah, sehingga faktor eksternal ini yang sering menyebabkan penuaan dini pada kulit atau disebut dengan istilah  photoaging. Paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul atau atom yang sangat reaktif dan memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan terluarnya sehing sehingga ga menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya radikal bebas akan menyerang molekul lain untuk mengambil elektron yang dibutuhkannya sehingga berpotensi merusak selsel dan jaringan tubuh yang yang menyebabkan proses penuaan pada kulit kulit berlangsung lebih cepat (Devasagayam, dkk., 2004; Muliyawan Muliyawan dan Suriana, 2013). 2013). 1 Universitas Sumatera Utara

 

Perkembangan ilmu dan teknologi secara ilmiah menemukan bahwa proses penuaan dapat diperlambat sehingga menyebabkan sebagian orang berusaha melakukan berbagai upaya untuk menghambat ataupun mengobati penuaan termasuk penuaan pada kulit. Antioksidan salah satu zat yang dapat melawan penuaan penuaan kulit. Antioksidan adalah zat yang dapat menetralisir radikal bebas dengan cara memberikan elektronnya kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas menjadi stabil. Produksi antioksidan didalam tubuh manusia terjadi secara alami untuk mengimbangi produksi radikal bebas. Antioksidan tersebut kemudian berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas, namun peningkatan produksi radikal bebas yang terbentuk akibat faktor paparan UV, polusi udara dan lingkungan mengakibatkan sistem pertahanan tersebut kurang memadai, sehingga diperlukan tambahan antioksidan dari luar (Ariyanti dan aditya, 2016). Vitamin A memiliki kemampuan yang sangat penting dan bermanfaat bagi kulit, terutama untuk mengatasi masalah penuaan kulit. Keunggulan vitamin A yaitu dapat dengan mudah diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air kulit. Salah satu derivat vitamin vitamin A yaitu yaitu retinol. Retinol dapat dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang pembentukan sel yang baru serta mampu menangkap dan melindungi kulit dari radikal bebas yang sangat reaktif. Retinol dapat menutrisi kulit sehingga dapat mencegah defisiensi vitamin A seperti pengeriputan pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2 2007). 007). Minyak zaitun mempunyai kandungan vitamin E yang merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Vitamin E dapat mencegah stress oksidatif pada kulit yang disebabkan oleh sinar UV. Minyak zaitun biasa digunakan untuk perawatan kulit wajah karena dapat berfung berfungsi si untuk melembabk melembabkan an kulit dan menghalusk menghaluskan an kulit (Sari dan 2 Universitas Sumatera Utara

 

Setyowati, 2014; 2014; Sorg, dkk., 2001). 2001). Sehingga Sehingga retinol dan minyak minyak zaitun dapat digunakan digunakan untuk perawatan perawatan pada kulit. kulit. Vitamin Vitamin E menunjukka menunjukkan n efek  sinergis dengan retinol dalam produk gabungan, memberikan perlindungan terhadap cahaya dan kekuatan antioksidan yang cukup besar yang menunjukkan efek potensial dalam perlindungan terhadap  photoaging (penuaan karena paparan sinar UV) (Sorg, (Sorg, dkk., 2001). 2001). Oleh karena itu minyak zaitun dan retinol retinol dapat diformulasikan dalam produk gabungan sebagai sediaan skin anti-aging. Skin anti-aging atau anti penuaan kulit adalah sediaan yang berfungsi menghambat

proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan dilakukan oleh Hakim (2017), (2017), minyak  mban angk gkan an dala dalam m be bent ntuk uk sedi sediaan aan nan nanoe oemu muls lsii da dan n zait zaitun un ekst ekstra ra murn murnii dike dikemb dilakukan evaluasi terhadap stabilitas dan aktivitas skin anti-aging dari sediaan tersebut. Menurut penelitian tersebut minyak zaitun ekstra murni dapat diformulasikan dalam sediaan nanoemulsi dan stabil selama penyimpanan 12 minggu serta menunjukkan aktivitas skin anti-aging yang baik. Saat ini sediaan skin anti-aging yang mengandung retinol dan minyak  zaitun banyak ditemukan dipasaran seperti krim, serum, lotion, namun sediaan nanoemulsi produk gabungan retinol dan minyak zaitun ekstra murni belum dijumpai dijum pai dipasaran. dipasaran. Saat ini banyak banyak produk skin anti-aging yang diformulasikan sebagai sediaan nanoemulsi, karena sediaan nanoemulsi memiliki kestabilan yang tinggii dengan ukuran tingg ukuran droplet droplet yang kecil, kecil, tidak toksik toksik dan tidak tidak mengiritasi mengiritasi sehingga dapat diaplikasikan dengan mudah melalui kulit (Shah, 2010). Nanoemulsi juga memiliki efisiensi dan penetrasi yang cepat (Devarajan dan Ravichandran, 2011). Oleh karena itu, pada penelitian ini aka akan n dik dikemb embang angkan kan 3 Universitas Sumatera Utara

 

murni dengan penambahan retinol dan sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni dilakukan dilaku kan evaluasi evaluasi terha terhadap dap stabilitas stabilitas dan aktivitas aktivitas skin anti-aging dari sediaan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.

Apak Apakah ah min minya yak k zait zaitun un eks ekstr traa murn murnii (extra virgin olive oil) dengan penambahan

retinol dapat diformulasikan dalam sediaan nanoemulsi dan

stabil pada pada penyimpanan penyimpanan selama 12 minggu minggu pada suhu suhu kamar ? 2.

Apakah Apakah sediaa sediaan n nanoem nanoemuls ulsii m miny inyak ak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol memiliki daya skin antianti-agin aging g?

1.3 Hipotesa

Berdasarkan perumusan maslah diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian penelitian ini adalah: adalah: 1.

Miny Minyak ak za zait itun un ek ekstr straa mur murni ni (extra virgin olive oil) dengan penambahan ret retino inoll dapat dapat diformu diformulas lasika ikan n dalam dalam sediaan sediaan nanoe nanoemul mulsi si dan stabil stabil pada pada penyimpan peny impanan an selama selama 12 minggu minggu pada suhu suhu kamar. kamar.

2.

Sediaan Sediaan nanoem nanoemuls ulsii min minyak yak zait zaitun un ekstr ekstraa murni murni (extra extra virg virgin in oli olive ve o oil il) anti-agin aging g. dengan penambahan penambahan retinol memiliki daya skin anti-

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

4 Universitas Sumatera Utara

 

1.

Untuk Untuk meng mengeta etahui hui apak apakah ah miny minyak ak zaitun zaitun ekst ekstra ra murni murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan penambahan retinol dapat diformulasikan diformulasikan dalam sediaan nanoemuls nanoemulsii dan pengujian stabilitas nanoemulsi dari minyak zaitun ekstra murni ( extra virgin virg in olive olive oil) dengan penamba penambahan han retinol retinol selama penyimpan penyimpanan an 12 minggu minggu

pada suhu kamar. 2.

Untuk mengetahui mengetahui apakah apakah sediaan sediaan nanoemu nanoemulsi lsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra murni murni (extra virgin olive oil ) 5% dengan penambahan penambahan retinol 2,5% memiliki daya skin anti-aging anti-aging..

1.5 Manfaat Penelitian skin an anti ti-a -agi ging ng dari Memberikan informasi ilmiah tentang aktivitas skin

sediaan sediaa n nanoemulsi nanoemulsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra murni murni (extra virgin olive oil ) den eng gan penambahanretinol.

5 Universitas Sumatera Utara

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit 2.1.1 Gambaran umum kulit

Kulit adalah jaringan terluar dari dari tubuh dan organ organ terbesar dalam hal berat 2

dan luas permukaan. Kulit ini memiliki luas sekitar 16.000 cm untuk orang dewasa dan mewakili sekitar 8% dari berat badan. Kulit memiliki struktur yang sangat kompleks kompleks yang terdiri dari dari banyak komponen. Kulit juga juga elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, dan ras (Igarashi, 2005; Wasitaatmadja,1997).

Gambar 2.1 Struktur kulit manusia (Kadam, dkk., 2014).

6 Universitas Sumatera Utara

 

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan hipodermis/subkutis (Igarashi, 2005). 2.1.1.1 Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Epidermis memiliki ketebalan yang berbeda pada berbagai bagian tubuh. Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu: (Igarashi, 2005). a.

Stratum corneum (lapisan tanduk/ lapisan sel horny)

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling atas yang terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk datar heksagonal dan sel keras yang diberi nama sel horny/corneocytes. Ketebalannya berkisar antara 8 sampai 15 μm. Lapisan ini

tidak memiliki inti, mati, sebagian besar terdiri atas keratin (protein yang tidak larut larut dalam air). air). Lapisan Lapisan ini mencegah mencegah dehidrasi dehidrasi berlebiha berlebihan n pada  jaringan kulit dan biasanya mengandung 10 sampai 15% massa air di epidermis, epider mis, tergantun tergantung g pada pada kondisi kondisi kulit. kulit. Sel Sel horny  juga mengandung senyawa kimia khusus yang disebut natural moisturizing factor  (NMF) yang  juga berperan penting dalam mempertahankan kelembapan kulit (Igarashi, 2005). b.

Stratum lucidum (lapisan jernih)

Lapisan Lap isan ini ini terdap terdapat at langsu langsung ng dibawa dibawah h stratum corneum. Lapisan ini merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti, mengandung elaidin, dan sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki (Wasitaatmadja,1997). c.

Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir/ lapisan sel granular)

Terdiri dari 2 sampai 4 lapisan sel granular. Ketebalan 3 μm. Di lapisan ini, keratinisasi dari keratinosit dimulai. Sel semakin dipenuhi serat keratin dan mengandung kelembaban kurang dari lapisan sel basal dan  prickle. Stratum

7 Universitas Sumatera Utara

 

granulosum  juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki (Igarashi, 2005;

Wasitaatmadja,1997). d.

Stratum spinosum (lapi (lapisan san malphi malphigi/ gi/ lapisan lapisan sel prickle)

Lapisan ini memiliki sel berbentuk poligonal dengan ukuran bermacammacam dan seperti berduri. Ketebalan lapisan ini biasanya dari 50 sampai 150 μm (Igarashi, 2005; Wasitaatmadja,1997). e.

Stratum germinativum (lapisan basal atau membran basalis)

Lapisan terdalam dan terdiri dari satu lapisan sel basal. Keratinosit diproduksi di lapisan ini. Ini menampung sekitar 8% air di epidermis. Dengan penuaan, lapisan ini menjadi lebih tipis dan kehilangan kemampuan menahan air. Melanosit juga terletak pada lapisan ini (Igarashi, 2005). 2.1.1.2 Dermis

Dermis adalah lapisan kedua kulit, di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini  jauh lebih tebal dari epidermis (biasanya 1 sampai 4 mm). Komponen utama dermis adalah serat kolagen dan elastin (Igarashi, 2005). Dermis memiliki dua lapisan berikut: a.

Pars papilar papilaris, is, yaitu yaitu bagian bagian yang menonjol menonjol ke ke dalam epidermis, epidermis, berisi berisi ujung ujung serabut saraf dan pembuluh darah (Wasitaatmadja,1997).

b.

Pars retikul retikularis, aris, yaitu yaitu bagian bagian bawah dermis dermis yang yang berhubu berhubungan ngan dengan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matrik) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat dan sel-sel fibroblast. Kolagen muda bersifat lentur namun dengan bertambahnya umur menjadi stabil dan keras. Retikulum mirip dengan kolagen muda, sedangkan elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, mudah mengembang, dan elastis (Wasitaatmadja,1997). (Wasitaatmadja,1997).

8 Universitas Sumatera Utara

 

2.1.1.3 Hipodermis/su Hipodermis/subkutis bkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Ketebalan lapisan ini rata-rata 4 sampai 9 mm (Igarashi, 2005; Wasitaatmadja, 1997). 2.1.2 Fungsi biologik kulit

Menurut Mitsui (1997), (1997), kulit terdiri dari beberapa fungsi, fungsi, yaitu: a.

Proteksi Serabut elastis pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap tubuh bagian dalam. Lapisan tanduk menjaga kadar air dengan mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, serta sebagai barrier terhadap racun dari luar.

b.

Termoreg egu ulasi Temperatur tubuh diatur dengan mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui respirasi. Vasokonstriksi terjadi saat temperatur badan menurun, sedangkan vasodilatasi terjadi saat temperatur badan meningkat sehingga penguapan menjadi lebih banyak dan mengakibatkan tubuh terasa dingin.

c.

Pe Pers rsep epsi si se sen nso sori riss Kulit memiliki tanggung jawab sebagai indera terhadap adanya rangsangan dari luar yang diterima oleh reseptor-reseptor kemudian diteruskan ke sistem saraf pusat yang selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri. Reseptorreseptor yang berperan terhadap adanya rangsangan tersebut, antara lain  Meissner  sebagai reseptor raba, Pacini sebagai reseptor tekanan,  Ruffini dan Krauss sebagai reseptor suhu, dan Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri.

9 Universitas Sumatera Utara

 

d.

Absorbsi Absorbsi pada kulit dapat dapat melalui epidermis dan dan melalui kelenjar sebasea. Penetrasi ke dalam kulit, dapat melalui antara sel-sel stratum corneum, dinding-dinding saluran folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan menembus sel-sel stratum corneum. Bahan-bahan yang mudah larut dalam lemak akan lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan air ataupun bahan yang dapat larut dalam air.

e.

Fungsi lain Kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah, memucat maupun kontraksi otot penegak  rambut.

2.1.3 Klasifikasi Klasifikasi kulit

Menurut Menur ut Tranggono Tranggono dan Latifah Latifah (2007), (2007), pada pada umumny umumnya, a, keadaan keadaan kulit kulit dibagi menjadi 3 jenis kulit yaitu: a.

kulit kering

b.

kulit normal

c.

kulit b beerminyak  Kulit kering merupakan kulit dengan kadar air kurang, kulit normal adalah

kulit dengan dengan kadar air yang tinggi tinggi dan kadar kadar minyak minyak rendah rendah sampai sampai normal, normal, sedangkan kulit berminyak adalah kulit dengan kadar minyak dan air yang tinggi (Tranggono dan Latifah, 2007). Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering yaitu kulit kusam, bersisik, mulai tampak  kerutan-kerutan kerutan-k erutan , dan pori-pori tidak kelihatan. Ciri-ciri yang terlihat pada kulit normal yaitu kulit tampak segar dan cerah, cukup tegang dan bertekstur halus, pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar, dan kadang kelihatan berminyak berminyak di daerah dahi, dagu, dan hidung. Ciri-

10 Universitas Sumatera Utara

 

ciri yang terlihat pada kulit berminyak yaitu tekstur kulit kasar dan berminyak, pori-pori besar, dan mudah kotor dan berjerawat (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2 Skin Aging (Penuaan Kulit)

Seiring bertambahnya usia, manusia pasti akan mengalami penuaan. Proses penuaan ini terlihat pada terbentuknya kerutan atau keriput pada kulit atau terjadinya kemunduran kondisi dan fungsi kulit. Proses penuaan dapat terjadi secara alami dan penuaan akibat kerusakan baik anatomi maupun fisiologi pada semua organ tubuh, mulai dari pembuluh darah hingga kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).  Aging (penuaan) adalah proses yang dialami oleh tubuh dimana fungsi

bagian-bagian tubuh semakin berkurang, misalnya kulit yang semakin menipis dan kemudian muncul keriput (Waluyo dan Putra, 2010). Penuaan kulit merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh semua makhluk hidup. Perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada kulit dapat dibagi atas perubahanan anatomis, fisiologis, serta kimiawi. Perubahan anatomis terlihat langsung pada hilangnya elastisitas dan fleksibilitas kulit sehingga menyebabkan timbulnya keriput dan kerut, epidermis kering dan pecahpecah, penebalan kulit, hiperpigmentasi, tumor kulit, dan sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007). Banyak faktor luar yang mempengaruhi penuaan kulit, yang paling utama ialah sinar matahari (sinar UV). Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu faktor penyebab menurunnnya produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebihan pada kulit menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk.

11 Universitas Sumatera Utara

 

Enzim inilah yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan  jaringan penghubung yang ada dibawah kulit dermis. Sehingga paparan cahaya UV yang berlebihan menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Menurut Tranggono Tranggono dan Latifah Latifah (2007), kulit yang sering terpapar sinar matahari cenderung lebih cepat kering, keriput, dan kasar. Kulit kering disebabkan oleh menurunnya fungsi kelenjar minyak kulit (kelenjar sebasea). Keriput disebabkan oleh berkurangnya kadar air kulit dan mengeringnya serabut kolagen serta elastin. Penurunan kecepatan metabolisme sel basal dan proses keratinisasi mengakibatkan mengakibatkan regenerasi sel-sel epidermis menjadi lambat. 2.2.1 Tanda-tanda penuaan

Menurut Wasitaatmadja (1997), tanda-tanda penuaan kulit yaitu: 1.

Kulit menjadi menjadi kering kering akibat akibat dari dari berkurang berkurangnya nya aktivi aktivitas tas kelenjer kelenjer minyak minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air didalam sel kulit (sawar kulit).

2.

Kulit menjadi menjadi tipis tipis akibat akibat berkuran berkurangny gnyaa kemampuan kemampuan untuk membentuk membentuk sel baru di lapisan kulit.

3.

Kulit terasa kasar kasar,, kusam dan bersisik bersisik akibat akibat berkurang berkurangnya nya kemampu kemampuan an kulit kulit untuk melepaskan sel sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.

4.

Kulit menjadi menjadi kendor kendor dan dan tidak tidak elastis elastis akibat akibat menur menurunny unnyaa kemampuan kemampuan serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.

5.

Warna Warna kulit kulit bercak-b bercak-bercak ercak akibat akibat berkurang berkurangnya nya daya pigmentasi pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin keseluruh lapisan kulit.

6.

Terjadinya Terjadinya kelain kelainan an kulit, kulit, bila gangg gangguan uan tersebut tersebut terjad terjadii lebih banyak banyak dan lebih jelas.

12 Universitas Sumatera Utara

 

7.

Pori-pori Pori-pori membesa membesarr akibat akibat penump penumpukan ukan sel kulit kulit mati mati (Noormin (Noormindhaw dhawati, ati, 2013).

2.2.2 Usaha menghambat proses skin aging (penuaan kulit)

Proses penuaan penuaan kulit kulit dapat diperl diperlambat ambat seh sehingg inggaa menyebabkan menyebabkan sebag sebagian ian orang berusaha melakukan berbagai upaya untuk menghambat penuaan kulit. Menurut Wasitaatmadja (1997),

berbagai usaha dapat dilakukan

untuk 

menghambat/memperlambat menghambat/memperlamb at terjadinya penuaan kulit, yaitu: 1.

Melaku Melakukan kan pera perawat watan an kulit kulit secar secaraa baik baik dan benar. benar.

2.

Melindung Melindungii kulit terhadap terhadap faktorfaktor-fakto faktorr penyebab penyebab kulit menua menua salah salah satuny satunyaa terhadap sinar UV dengan menggunakan tabir sury suryaa dan hindari pajanan sinar matahari.

3.

Member Memberika ikan n suplem suplemen en vit vitami amin n dan minera minerall yang yang diperk diperkira irakan kan dapat dapat mengikat gugus radikal bebas misalnya vitamin A, B, C, E, dan mineral.

4.

Melakukan Melakukan kegiata kegiatan n olah raga, agar proses proses metabo metabolisme lisme sel sel dalam dalam tubuh tubuh bisa bisa terus berjalan lancar.

2.3 Skin Anti-Aging (Anti Penuaan Kulit) Skin anti-aging atau anti penuaan kulit adalah sediaan yang berfungsi

menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit. Produk-produk yang popular digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk  skin anti-aging (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.3.1 2.3. 1 Fungsi Fungsi da dan n manfaat manfaat skin anti-aging anti-aging

Fungsi dari produk  skin anti-aging adalah menyuplai antioksidan bagi  jaringan kulit, menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit, menjaga kelembapan

13 Universitas Sumatera Utara

 

dan elastisitas kulit, merangsang produksi kolagen, dan UV-protection melindungi kulit dari radiasi ultraviolet sehingga kulit jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk skin anti-aging adalah mencegah kulit dari kerusakan degeneratif, kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda, dan kulit tampak  kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini seperti kurangnya kelembapan kulit, pori-pori membesar, terdapat noda hitam diwajah dan terlihat keriput/kerutan diwajah (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.3.1.1 2.3. 1.1 Hidrasi Hidrasi

Hidrasi kulit (kelembaban) dan sebum (lipida permukaan kulit) dianggap sebagai faktor penting dalam kesehatan kulit, keseimbangan yang tepat antara komponen ini merupakan indikasi kulit yang sehat dan berperan penting dalam melindungi dan melestarikan kulit. Hidrasi kulit menurun akibat menurunnya fungsi sawar stratum korneum dan meningkatnya kehilangan air secara difusi transe nsepid piderma ermall water water lloss oss (TE melalui epidermis atau tra (TEWL) WL) (Ezers (Ezerskai kaia, a, dkk., dkk.,

2016). Penurunan efisiensi barrier  dan fungsi kelembapan kulit menghasilkan kulit yang mudah kering dan kasar. Jumlah hidrasi kulit dan sebum yang cukup membuat kulit tampak halus, lembut dan kenyal sedangkan kekurangan kelembaban bisa menyebabkan kulit terlihat kusam, retak, dan lebih tua (Ezerskaia, dkk., 2016). 2.3.1.2 2.3. 1.2 Pori-po Pori-pori ri

Pori-pori adalah lubang yang melebar luas dari kelenjar sebaceous tempat keringat muncul di permukaan kulit. Kelenjar ini ditemukan di dalam folikel rambut. Oleh karena itu, pori-pori tidak melewati kulit sepenuhnya dan selalu diakhiri dengan kelenjar keringat

14 Universitas Sumatera Utara

 

pada tingkat dermis. Banyak pori-pori dapat terbentuk di daerah yang kaya-sebum seperti wajah, karena pori-pori terhubung ke kelenjar sebasea (Igarashi, dkk., 2005). Pori-pori berfungsi berfungsi sebagai saluran yang membawa zat tertentu ke ke lapisan dermal yang lebih dalam. Inilah alasan mengapa bahan yang diaplikasikan pada permukaan kulit dengan rambut bisa menembus lebih dalam ke dalam kulit daripada pada kulit yang tidak berbulu berbulu (Igarashi, dkk., 2005). 2005). Kulit wajah yang berminyak cendrung memiliki pori-pori yang besar. Pori-pori membesar akibat penumpukan sel sel kulit mati. Proses regenerasi kulit terjadi selama 28 hari sehingga sel sel kulit mati

akan tergantikan oleh sel sel baru yang dapat

mengecilkan meng ecilkan pori-po pori-pori ri pada wajah (Noormin (Noormindhawa dhawati, ti, 2013; Muliyawan Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.3.1.3 2.3. 1.3 Noda

Noda atau flek-flek adalah bekas/tanda berwarna coklat tua yang bisa ditemukan di permukaan kulit. Mereka tidak memiliki bentuk yang spesifik  namun biasanya memiliki kontur yang sangat jelas. Semua fitur ini adalah endapan pigmen melanin. Salah satu penyebab timbulnya noda atau flek-flek  hitam pada wajah yaitu karena paparan sinar matahari yang berlebih (Igarashi, dkk., 2005; Sofiana, dkk., 2017). Paparan sinar UV akan menstimulasi aktivitas enzim tirosinase dan meningkatkan jumlah melanosit yang memproduksi melanin. Akibatnya transfer melanosome dari melanosit ke keratinosit akan meningkat, demikian pula melanin akan meningkat. Dalam kasus tersebut, melanin tidak dapat dihilangkan sepenuhnya sepenu hnya dan cenderun cenderung g tetap berada di epidermis. epidermis. Pembentuk Pembentukan an melanin akibat paparan radiasi ultraviolet berlebihan akan menyebabkan noda atau flek  (Igarashi, dkk., 2005; Sofiana, dkk., 2017).

15 Universitas Sumatera Utara

 

2.3.1.4 Keriput/keru Keriput/kerutan tan

Keriput adalah lipatan kulit kulit yang terbentuk terbentuk melalui proses deformasi kulit. kulit. Keriput bisa dikelompokkan menjadi dua jenis: keriput dangkal dan keriput dalam. Keriput dangkal biasanya merupakan hasil akhir dari distorsi (perubahan bentuk) epidermis yang disebabkan oleh kehilangan air. Keriput dalam terutama terbentuk oleh distorsi (perubahan bentuk) dermis karena hilangnya elastisitas yang disebabkan oleh penurunan serat kolagen dan elastin (Igarashi, dkk., 2005). Kulit yang sering terbuka (tidak tertutup pakaian) akan cepat keriput akibat terpapar sinar UV matahari, karena sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan kerus akan struktur struktur kulit, kulit, sehingga sehingga menyebabkan menyebabkan hilangny hilangnyaa elastisitas elastisitas yang disebabkan diseb abkan oleh penurun penurunan an serat kolagen kolagen dan elastin (Igarashi, (Igarashi, dkk., dkk., 2005; Tranggono dan Latifah, 2007). Radikal bebas juga dilansir sebagai penyebab penuaan karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak  dan menghilangkan elastisitas sehingga kulit menjadi keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4 Nanoemulsi 2.4.1 Deskripsi nanoemulsi

Nanoemulsi disebut disebut sebagai emulsi dengan dengan ukuran ukuran globul globul yang yang sangat sangat kecil.. Nanoemulsi kecil Nanoemulsi memiliki memiliki ukuran ukuran kurang kurang dari dari 1000 1000 nm. Nanoem Nanoemulsi ulsi dapat memiliki stabilitas kinetik yang tinggi dan transparan serta memiliki stabilitas lebih dari beberapa bulan atau b bahkan ahkan lebih dari beberapa tahun karena adanya misel surfaktan surfaktan sebagai penstabil (Fanun, 2010; Patel, dkk., dkk., 2013). Metode emulsifikasi spontan adalah metode paling sederhana untuk  membuat nanoemulsi. Nanoemulsi terbentuk secara spontan bila proporsi minyak,

16 Universitas Sumatera Utara

 

air, surfaktan, dan / atau kosurfaktan dicampur dengan tepat. Tidak ada peralatan rumit yang dibutuhkan (Kelmann, dkk., 2007). Ukuran globul nanoemulsi yang sangat kecil menyebabkan sediaan terlihat transparan. Biasanya nanoemulsi encer, sedikit tanda ketidakstabilan dapat dengan mudah terlihat. Ukuran globul yang sangat kecil menyebabkan menyebabkan penurunan penurunan gaya gravitasi yang besar dan gerak brown yang dapat mencegah terjadinya sedimentasi atau creaming sehingga dapat meningkatkan stabilitas fisik. Ukuran globul yang kecil pun dapat mencegah flokulasi. Nanoemulsi dapat menghasilkan tegangan permukaan yang sangat rendah dan luas permukaan yang besar antara fase minyak dan air (Fanun, 2010). 2.4.2 Kelebihan dan kelemahan nanoemulsi

Nanoemulsi Nanoem ulsi memiliki memiliki kelebih kelebihan an sebagai sebagai berikut: berikut: (Fanun, (Fanun, 2010; 2010; Bhatt dan Madhav,, 2011; Devarajan Madhav Devarajan dan Ravichandr Ravichandran, an, 2011). 2011). a.

Ukuran Ukuran globul globul yang yang sangat sangat kecil menyebabk menyebabkan an penurun penurunan an gaya gaya gravitasi gravitasi dan dan gerak Brown sehingga dapat mencegah sedimentasi atau creaming

b.

Ukuran Ukuran globul globul yang kecil dapat mencegah mencegah terjadinya terjadinya flokulasi flokulasi

c.

Tid Tidak ak beracu beracun, n, tidak tidak mengi mengirit ritasi asi mak makaa bisa dengan dengan mudah mudah diapl diaplika ikasik sikan an pada pada kulit

d.

Karena Karena ukuranny ukurannyaa yang kecil, nanoemulsi nanoemulsi dapat menembus menembus permuk permukaan aan kulit kulit dan ini meningkatkan penetrasi zat aktif.

e.

Mem Memban bantu tu melaru melarutka tkan n obat obat yang yang llipo ipofili filik  k  Kelemahan nanoemulsi nanoemulsi yaitu penggunaan konsentrasi besar surfaktan da dan n

kosurfaktan yang diperlukan untuk menstabilkan ukran partikel dan kestabilan nanoemulsi dipengaruhi oleh parameter lingkungan seperti suhu dan pH (Devarajan dan Ravichandran, 2011).

17 Universitas Sumatera Utara

 

2.5 Monograf Monografii Bahan 2.5.1 Vitamin A (retinol)

Gambar 2.2 Rumus bangun retinol (IARC , 1998).

Beberapa jenis vitamin yang diberikan secara topikal dapat bermanfaat untuk mengurangi kerusakan kulit, salah satunya vitamin A. vitamin A pada umumnya sangat mudah teroksidasi oleh oksigen dari da ri udara dan pengaruh cahaya. Retinol merupakan derivat dari vitamin A yang memiliki kemampuan biologis yang sangat penting dan bermanfaat bagi kulit, terutama umtuk mengatasi masalah jerawat, penuaan, dan kelainan kulit lainnya, seperti psoriasis. Keunggulan vitamin A dalam produk kosmetik antara lain ia dapat dengan mudah diserap oleh kulit, kulit, mampu meningkatkan kandungan kandungan air kulit dan tidak bersifat fotosensitizer

(Tranggono dan Latifah, 2007; Muliyawan dan Suriana, 2013).

Menurut Menur ut Sorg, Sorg, dkk., (2001), (2001), retinol retinol membantu membantu dalam menambah menambah keseimbang keseimbangan an kelembapan alami kulit. Salah satu manfaat penting dari retinol bagi kulit yaitu dapat melepaskan sel kulit mati dan dan merangsang pembentukan sel baru (exfoliator) sehingga sehingga dapat mengecilkan pori-pori yang terdapat pada wajah (Muliyawan dan Suriana, 2013). Vitamin A dapat mengganggu transfer melanin ke keratinosit dan mempercepat pengelupasan epidermis. Sehingga vitamin A akan berefek  mengurangi pigmentasi pada kelainan-kelainan pigmentasi yang berupa bercak  (Bandem, 2013).

18 Universitas Sumatera Utara

 

Vitamin A yang diberikan secara topikal telah menunjukkan perubahan yang signifikan signifikan pada kandung kandungan an kolagen dermis. dermis. Retinol Retinol akan masuk lebih lebih dalam kedalam kulit dan membantu merangsang pertumbuhan sel-sel baru serta menstimulasi produksi kolagen sehingga kolagen meningkat. Vitamin A juga dapat meningkatkan elastisitas kulit (Atmaja, dkk., 2012; 2012; Kretz dan Moser, Moser, 2001). Selain itu retinol mampu menangkap menangkap dan melindung melindungii kulit dari radikal bebas yang sangat reaktif yang menjadi penyebab utama kerusakan kulit. Vitamin A memiliki peran sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan elektron dari atomnya kepada radikal bebas untuk berikatan dengan elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari radikal bebas tanpa menjadi radikal bebas baru. Selain itu vitamin A juga berfungsi un untuk tuk mempertahankan mempertahankan stabilitas membran sel terhadap radikal radikal bebas. Sehingga retinol dapat digunakan untuk mengurangi kerutan pada kulit yang terbentuk akibat radikal bebas (Fitriana, dkk., 2014; Tranggono dan Latifah, 2007). 2.5.2 Minyak zaitun

Minyak zaitun diperoleh dengan cara memeras buahnya. Minyak zaitun berperan penting dalam industri kosmetik, karena diyakini berkhasiat untuk  menjaga kelembapan dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda. Minyak Miny ak zaitun mempunyai mempunyai kandung kandungan an vitamin vitamin E yang merupakan merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Vitamin E dapat mencegah stress oksidatif pada kulit yang disebab disebabkan kan oleh oleh sinar UV (Muliy (Muliyawan awan dan dan Suriana, Suriana, 2013; 2013; Sari dan dan Setyowati, 2014). Minyak zaitun berfungsi berfungsi untuk men mencegah cegah penuaan dini, mencerahkan dan menyehatkan kulit, menghilangkan jerawat dan flek hitam di wajah (Muliyawan dan Suriana, 2013). Menurut Suparni dan Wulandari (2013), minyak zaitun

19 Universitas Sumatera Utara

 

bermanfaat untuk mengencangkan kulit, antioksidan alami, dan zat antiseptik  alami. Minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) adalah minyak minyak zaitun zaitun dengan kualitas paling tinggi. Bahkan aroma dan rasa minyak zaitun ekstra murni sangat khas. Suhu panas akan merusak berbagai khasiat yang terkandung dalam minyak zaitun ekstra murni (Muliyawan dan Suriana, 2013). 2.5.3 Surfaktan

Surfaktan adalah zat yang jika dilarutkan dalam cairan cendrung memekat pada permukaan cairan tersebut. Bagian lipofilik surfaktan adalah bagian non polar dan bagian hidrofilik hidrofilik merupakan bagian polar. Surfaktan yang dipilih harus bisa menurunkan tegangan antarmuka ke nilai yang sangat kecil yang memudahkan proses dispersi (Talegaonkar, dkk., 2008; Ditjen POM 1985). 2.5.3.1 Tween 80

Gambar 2.3 Rumus bangun tween 80 (Rowe, dkk., 2009).

Polioksietilen 80 sorbitan monooleat atau yang lebih dikenal sebagai tween 80 atau polisorbat 80 merupakan salah satu ester parsial asam lemak dari polioksilensorbitan yang termasuk dalam surfaktan golongan nonionik dengan rumus molekul C64H124O26 dan berat molekul 1310. Tween 80 memiliki pemerian berupa cairan berwarna kuning, memiliki bau yang khas, memberikan rasa hangat

20

Universitas Sumatera Utara

 

pada kulit, dan berasa pahit. Tween 80 dapat larut dalam dengan air dan alkohol (Rowe, dkk., 2009). HLB dari Tween 80 adalah adalah 15. Twe Tween en 80 stabil terhadap terhadap elektrolit elektrolit dan asam lemah. Sebaiknya, tween 80 disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan di tempat yang sejuk dan kering. Tween 80 dapat digunakan sebagai agen pendispersi, agen pengemulsi, agen pelarut, agen pensuspensi, dan agen pembasah. Tween 80 ini telah digunakan secara luas dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika secara oral, parenteral atau topikal karena dianggap tidak bersifat toksik dan tidak menimbulkan iritasi (Rowe, dkk., 2009). 2.5.4 Kosurfaktan

Penggunaan surfaktan secara sendirian pada kebanyakan kasus tidak  cukup dapat menurunkan tegangan permukaan o/w untuk dapat membentuk  nanoemulsi. Penambahan kosurfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan (Talegaonkar, dkk., 2008). 2.5.4.1 Sorbitol

Gambar 2.4 Rumus bangun sorbitol (Rowe, dkk., 2009).

Sorbitol atau D-glusitol memiliki rumus molekul C 6H84O6 dan berat molekul 182,7 dengan pemerian serbuk higroskopis yang tidak berbau, dan berwarna putih atau hampir tidak berwarna. Sorbitol memiliki rasa yang enak,

21

Universitas Sumatera Utara

 

dingin, dan manis (50-60% dari kemanisan sukrosa). Sorbitol dapat larut dalam 0,5 bagian air dan agak larut dalam metanol (Rowe, dkk., 2009). Sorbitol telah luas digunakan sebagai eksipien pada berbagai formulasi farmasetika farma setika,, kosme kosmetik, tik, dan dan produk produk makana makanan. n. Sorbitol Sorbitol berfung berfungsi si sebagai sebagai humektan, plastisizer, agen penstabil, agen pemanis, diluen tablet, dan kapsul. Sorbitol juga biasanya digunakan untuk mensubstitusi gliserin dan propilen glikol dalam kisaran kisaran konsentra konsentrasi si 25-90%. 25-90%. Efek samping samping dari sorbitol sorbitol dapat terjadi terjadi karena aksinya sebagai laksatif osmotik saat diberikan secara oral. Oleh karena itu, penggunaan diatas 20g/perhari pada pada dewasa sebaiknya dihindari dihindari (Rowe, dkk., 2009). 2.5.5 2.5. 5 Pengawe Pengawett

Kosmetika yang terdiri atas berbagai macam lemak dan minyak  merupakan bahan yang mudah ditumbuhi mikroorganisme bakteri, amuba, dan  jamur, yang akan merusak bahan sehingga terjadi perubahan bau (tengik) dan warna. Untuk menaggulangi hal ini, diperlukan zat pengawet. Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Wasitaatmadja, 1997). 2.5.5.1 Metil paraben

Gambar 2.5 Rumus bangun metil paraben (Rowe, dkk., 2009).

22

Universitas Sumatera Utara

 

Metil paraben atau nipagin memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, bewarna putih, hampir tidak berbau, dan mempunyai rasa sedikit terbakar. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan anti mikroba dalam kosmetik dan formulasi farmasi. Metil paraben dapat digunakan dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan anti mikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Metil paraben meningkatkan aktivitas anti mikroba, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air, sehingga paraben sering di campur dengan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kelarutan. Dalam sediaan topikal, konsentrasi metil paraben biasa digunakan adalah 0,02-0 0,02-0,3% ,3% b/v (Rowe, (Rowe, dkk., 2009). 2009). 2.5.5.2 Propil paraben

Gambar 2.6 Rumus bangun propil paraben (Rowe, dkk., 2009).

Propil paraben berupa serbuk berwarna putih, kristal, tidak berbau, berbau, dan hambar, sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan eter, sukar larut dalam air mendidih (Ditjen POM, 1995). Konsentrasi propil paraben yang biasa digunakan sebagai bahan pengawet untuk sediaan makanan, topikal, dan produk farmasetika adalah 0,01-0,6% b/v. b/v. Penggunaan Penggunaan kombinasi metil metil paraben dan propil paraben dapat meningkatkan efek preservatif, metil paraben efektif  untuk jamur dan propil paraben efektif untuk bakteri (Rowe, dkk., 2009).

23

Universitas Sumatera Utara

 

2.6 Aquadest  Aquadest  merupakan pelarut berupa cairan jernih tidak berwarna, tidak 

berasa, dan tidak berbau (Ditjen POM, 1995).  Aquadest  dalam sediaan farmasi digunakan sebagai bahan pelarut dan medium pendispersi.  Aquadest  merupakan air murni yang bebas akan kotoran dan mikroba jika dibandingkan dengan air biasa (Ansel, 1989).

2.7 Skin Analyzer Skin analyzer  merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk 

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer  mempunyai system terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan l apisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer  menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012). Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer , yaitu: moisture (kadar air), evenness (kehalusan),  pore (pori), spot  (noda), dan wrinkle (keriput). Tabel 2.1 menunjukkan parameter pengukuran skin analyzer. Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer  Pengukuran  Moisture (Kadar Air)  Evenness (Kehalusan) Pore (Pori) Spot  (Noda) Wrinkle (Keriput)

Parameter (%) Normal 30-50 Normal 32-51 Beberapa Besar 20-39 Beberapa Noda 20-39 Berkeriput 20-52

Dehidrasi 0-29 Halus 0-31 Kecil 0-19 Sedikit 0-19 Tidak berkeriput 0-19

24

Hidrasi 51-100 Kasar 52-100 Sangat Besar 40-100 Banyak Noda 40-100 Berkeriput parah 53-100

Universitas Sumatera Utara

 

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian Penelit ian tentang tentang formulasi formulasi sediaan nanoemul nanoemulsi si minyak zaitun ekstra ekstra murn mu rnii (extra virgin olive oil) dengan dengan penambaha penambahan n retinol retinol sebagai sebagai skin anti-aging menggunakan metode eksperimental yang meliputi formulasi sediaan dan evaluasi sediaan. Pengamatan stabilitas meliputi : uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, bobot jenis, tegangan permukaan, uji sentrifugasi, dan analisa TEM pada awal pembuatan sediaan, serta dilakukan pengamatan organoleptis (bau, warna, bentuk), creaming, pemisahan fase, uji pH, viskositas, dan ukuran partikel selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Kemudian dilakukan penentuan aktivitas skin anti-aging dan uji iritasi kulit sediaan nanoemulsi pada sukarelawan dari formula yang terpilih. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Laboratorium Penelitian, Laboratorium Kosmetologi Fakultas Farmasi, dan Laboratorium Terpadu Fisika Universitas Sumatera Utara, serta Unit Layanan TEM FMIPA Kimia Universitas Gajah Mada.

3.1 Alat

Alat alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik (Ohrus dan Dickson), hotplate (Fisons), magnetic stirrer  (Boeco), sonikator (Branson),  Hanna Instrument ), pH meter ( Hanna ), piknometer (Pyrex), viskometer  Brookfield DV-E , γ tensiometer  Du Nouy, alat sentrifugasi (Hitachi CF 16 R X II), Vasco  particle

size analyzer , skin analyzer  (Aramo SG), moisture checker  (Aramo SG), TEM

(JEOL JEM 1400), dan alat alat gelas labor.

25

Universitas Sumatera Utara

 

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah retinol, minyak zaitun ekstra murni (Al Arobi), tween 80, 80, sorbitol, metil paraben, propil paraben, paraben, akua destilata, dapar pH asam 4,01 (Hanna Instrument), dan dapar pH netral 7,01 (Hanna Instrument).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan pada uji iritasi dan skin anti-aging sediaan berjumlah 6 orang dengan deng an kriteria sebagai sebagai berikut berikut : 1.

Wani Wanita ta ber erku kuli litt seh sehat at

2.

Us Usia ia anta antara ra 20-3 20-35 5 ttah ahun un

3.

Tidak ada riwayat riwayat penyak penyakit it yang yang berhub berhubunga ungan n dengan dengan alergi alergi

4.

Be Bers rsed edia ia menj menjad adii suka sukare rela lawa wan n

5.

Sukarelawan Sukarelawan adalah orang orang terdekat terdekat dan sering sering berada berada disekitar disekitar pengu pengujian jian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji (Ditjen POM, 1985).

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 3.4. 1 Formul Formulasi asi sed sediaan iaan nanoemu nanoemulsi lsi

Pada

formulasi

nanoemulsi,

persentase

komposisi

bahan

dalam

nanoemulsi dimodifikasi dari formula nanoemulsi yang telah dilakukan pada penelitian penel itian sebelu sebelumnya. mnya. Pada peneli penelitian tian sebelum sebelumnya nya Hakim (2017 (2017), ), melakukan melakukan penelitian tentang pembuatan formulasi dan evaluasi nanoemulsi dari extra virgin olive oil (minyak zaitun ekstra murni) sebagai skin anti-aging , dengan komposisi

bahan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

26

Universitas Sumatera Utara

 

Tabel 3.1 Persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi pada penelitian Hakim (2017)

Bahan Minyak Zaitun Ekstra Murni Tween 80 Sorbitol Metil Paraben Propil Paraben Akua Destilata

Formula II (%b/b) 5 25 35 0 ,1 0 ,0 2 100

ad

Berdasarkan formula acuan diatas dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan retinol, dengan uji pendahulan (orientasi) terlebih dahulu untuk  mendapatkan kondisi dan komposisi terbaik dalam pembuatan sediaan agar didapatkan sediaan nanoemulsi yang transparan dan stabil. Dari orientasi formula dengan variasi konsentrasi retinol yang telah dilakukan, diperoleh tiga formula dengan komposisi bahan yang menghasilkan nanoemulsi yang transparan. Adapun persentase komposisi bahan dalam formulasi formu lasi nano nanoemuls emulsii yang telah dimodifika dimodifikasi si dari penelitian penelitian Hakim (2017), (2017), berdasarkan uji pendahuluan formula dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Persentase komposisi bahan dalam nanoemulsi dengan variasi

konsentrasi retinol Bahan Retinol Minyak zaitun Ekstra Murni Tween 80 Sorbitol Metil Paraben Propil Paraben Akua Destilata ad

FI (%b/b) 2,5 5 25 35 0,1 0 ,0 2 100

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5%

27

FII (%b/b) 5 5 25 35 0,1 0 ,0 2 100

FIII (%b/b) 7,5 5 25 35 0,1 0,02 100

Universitas Sumatera Utara

 

3.4.1.1 Prosedur Prosedur pembuatan pembuatan nanoemulsi nanoemulsi

Metode pembuatan nanoemulsi mengacu pada penelitian yang dilakukan Hakim (2017), mengenai nanoemulsi yang yang mengandung minyak minyak zaitun ekstra murni dengan variasi variasi konsentrasi tween 80 dan sorbitol. sorbitol. Prosedur pembuatan nanoemulsi sebagai berikut: 1.

Fase minyak minyak disiapkan disiapkan : dicampurk dicampurkan an retinol retinol dan dan minyak minyak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni 5%

2.

Fase air disiapkan disiapkan : dilarutkan dilarutkan metil metil parabe paraben n dan propil propil paraben paraben dalam dalam akua akua destilata kemudian dipanaskan diatas hotplate sambil diaduk dengan batang pengaduk hingga larut sempurna. Kemudian larutan didinginkan, lalu dicampurkan tween 80 dan sorbitol kedalam larutan tersebut. Fase air diaduk  secara manual menggunakan batang pengaduk dan dilanjutkan dengan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 3000-4000 rpm.

3.

Fase minyak minyak ditambahk ditambahkan an kedalam kedalam fase fase air air dengan dengan cara cara menetes meneteskann kannya ya sedikit demi sedikit, kemudian dihomogenkan dengan magnetic stirrer  pada kecepatan 3000-4000 rpm rpm selama 6 jam pada suhu kamar hingga hingga homogen.

4.

Kemudian Kemudian sediaan sediaan yang terbentuk terbentuk disonifikasi disonifikasi selama selama 30 menit. menit.

3.5 Evaluasi Stabilitas Sediaan 3.5.1 Organoleptis, Organoleptis, pembentukan pembentukan creaming da dan n pe pemi misah sahan an fase fase se sedi diaan aan

Pengamatan secara organoleptis diamati terjadinya perubahan bentuk, warna dan bau secara visual pada masing masing formula. Pemeriksaan dilakukan setiap 1 minggu selama 12 minggu. Pengamatan ini dilakukan pada setiap fformula ormula yang disimpan pada suhu kamar (Ansel, 1989). 3.5.2 Homogenitas

Seju Sejum mla lah h te tert rten entu tu se sed dia iaan an jik jika di diol oles esk kan pa pad da se seke kepi ping ng ka kaca ca at atau au bah ahan an

28

Universitas Sumatera Utara

 

transparan lain yang cocok, sediaan tersebut harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979). 3.5.3 Uji pH

Uji pH dilakukan dilakukan menggunakan menggunakan pH meter pada suhu suhu kamar. Elektroda Elektroda dikalibrasi terlebih dahulu dengan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam kosentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Elektroda dicelupkan kedalam sediaan hingga nilai pH konstan muncul dilayar. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing masing sediaan. Hasil pH dicatat (Rawlins, 2003). Uji pH dilakukan setiap 1 minggu selama 12 minggu pada suhu kamar. 3.5.4 3.5. 4 Tipe emulsi emulsi

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sejumlah kecil zat warna yang larut dalam air seperti biru metilen pada permukaan sediaan. Jika air merupakan fase luar (O/W), zat warna tersebut akan melarut di dalamnya dan berdifusi merata ke seluruh bagian air. Jika emulsi tersebut bertipe W/O, partikel-partikel zat warna akan tinggal bergerombol pada permukaan (Martin, dkk., 1983). 3.5.5 3.5. 5 Bobot jenis jenis

Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pada awal sediaan dibuat. Piknometer yang kering dan bersih ditimbng (A g), lalu diisi dengan air dan ditimbang (A1 g). Air dikeluarkan dari piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan nanoemulsi lalu diisikan kedalam piknometer dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis sediaan diukur dengan perhitungan sebagai berikut (Ditjen POM, 1995)) : Bobot jenis = 1995

29

Universitas Sumatera Utara

 

3.5.6 Viskositas

Pengukuran viskositas viskositas menggunakan viskometer Brookfield DV-E dengan cara tempatkan sampel sampel yang akan diukur diukur ke dalam beaker glass. Pasang spindle yang sesuai dan atur skala putaran alat. Tempatkan sampel yang ada dalam beaker  glass, atur kedalaman spindle sampai garis tanda dan selanjutnya nyalakan alat.

Catat skala yang terbaca sampai kondisi sudah stabil. Cocokkan hasil pembacaan skala dengan skala konversi standar guna mendapatkan hasil viskositas  Brookfield  (Sudarmadj (Sud armadji, i, 2012). 2012). Pengukur Pengukuran an dilakukan dilakukan dengan dengan tiga kali pengulang pengulangan. an. Pengukuran viskositas dilakukan setiap 1 minggu selama 12 minggu pada suhu kamar. 3.5.7 Uji sentrifugasi sentrifugasi

Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Sediaan dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi kemudiaan tabung sentrifugasi dimasukkan kedalam sentrifugator dengan kecepatan putaran putaran 3750 selama 5 jam (Lachman, Lieberman, dan Kanig, Kanig, 1994). 1994). 3.5.8 3.5. 8 Penguku Pengukuran ran teganga tegangan n permuk permukaan aan

Pengukuran tegangan permukaan menggunakan Tensiometer  Du Nouy pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali pada suhu kamar. Kalibrasi alat tensiometer menggunakan akuades. Sampel di masukkan kedalam cawan gelas. Jika tensiometer sudah siap, gantung cincicn tersebut pada pengait kemudian set posisi jarum pada nol. Turunkan cincin  Du Nouy ke dalam sampel hingga kedalaman 2-3 mm dari permukaan cairan. Kemudian angkat pelan pelan hingga lepas dari cairan sampel. Angka yang ditunjukkan saat cincin lepas dicatat sebagi nilai tegangan permukaan sampel tersebut (Sudarmadji, 2012).

30

Universitas Sumatera Utara

 

3.5.9 Ukuran partikel partikel γ Penentuan ukuran ukuran partikel partikel menggunakan menggunakan alat alat Vasco  particle size analyzer 

yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisika USU Medan. Pengukuran patikel dilakukan pada suhu kamar pada masing masing formula yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal setelah pembuatan sediaan, minggu ke-6, dan pada minggu ke-12. 3.5.10 Analisa TEM

Penentuan analisa TEM dilakukan menggunakan alat Transmission  Electron Microscope (TEM) yang dilakukan di Unit Layanan TEM FMIPA Kimia

Universitas Gajah Mada. Penentuan analisa TEM dilakukan pada sediaan yang memiliki ukuran partikel paling kecil dan stabil diantara ketiga formula tersebut.

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi menggunakan sediaan nanoemulsi yang paling stabil serta memiliki ukuran partikel yang paling paling kecil. Pengujian efek iritasi kulit dari bahan baku atau produk akhir merupakan elemen penting dari prosedur keamanan (Robinson dan Perkins, 2002). Uji iritasi dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan yang dilakukan terhadap sukarelawan. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi kemerahan, pengkasaran atau gatal gatal pada kulit sukarelawan (Tranggono dan Latifah, 2007). Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dilakukan denga denga uji tempel tempel preventif   patch test  te st ). ( patch ). Sejumlah sediaan dioleskan di belakang daun telinga atau punggung

tangan 6 orang sukarelawan dan diabiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadii (Ditjen POM, 1985). terjad 1985). Pada penelitian penelitian ini pengujian pengujian dilakukan dilakukan dengan dengan mengoleskan meng oleskan sejuml sejumlah ah sediaan sediaan pada bagian bagian belakang belakang daun daun telinga telinga kanan sukarelawan.

31

Universitas Sumatera Utara

 

3.7 Uji Efekti Efektivitas vitas Skin Anti-Aging

Uji efektivitas skin anti-aging dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan menggunakan sediaan nanoemulsi dengan konsentrasi retinol 2,5% yang memiliki ukuran partikel paling kecil yaitu pada formula F1. Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit menggunakan skin analyzer  yang meliputi pori ( pore), noda (spot ), ), dan kerutan (wrinkle) serta kadar air (moisture) menggunakan moisture checker . Perawatan dilakukan dengan mengoleskan sejumlah sediaan nanoemulsi pada wajah setiap hari dan dilakukan pada malam hari. hari. Penggunaan pada pada malam hari berfungsi untuk melunakkan sel mati di permukaan kulit dan mencegah hilangnya kelembapan kulit sepanjang malam sehingga kulit tidak mengalami kekeringan saat terjadi regenerasi di pagi hari (Masluhiya, dkk., 2016). Perubahan kondisi kulit diukur setelah pemakaian sediaan nanoemulsi setiap minggu selama 4 minggu.

3.8 Analisa Data Hasil Pengujian Efektivitas Skin Anti-Aging

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS ( Statistical Product and Service Solution ) 21. Data Data dianalisis dianalisis mengg menggunaka unakan n  Mann-Whitney Test  untuk menganalisis pengaruh formula nanoemulsi terhadap kondisi kulit

selama empat minggu perawatan.

32

Universitas Sumatera Utara

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 4.1 1

Hasi Hasill Form Formul ulas asii Sedi Sediaa aan n Nano Nanoem emu uls lsii

Pada penelitian ini telah dibuat sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan variasi konsentrasi retinol. Pembuatan sediaan nanoemulsi ini menggunakan metode emulsifikasi spontan. Metode emulsifikasi spontan adalah metode paling sederhana untuk membuat nanoemulsi. Nanoemulsi terbentuk secara spontan bila proporsi minyak, air, surfaktan, dan / atau kosurfaktan dicampur dengan tepat. Tidak ada peralatan rumit yang yang dibutuhk dibutuhkan an (Kelmann, (Kelmann, dkk., dkk., 2007). 2007). Menurut Menurut Lachman, Lachman, Lieberm Lieberman, an, dan Kanig., (1994), Fenomena emulsifikasi emulsifikasi spontan dapat diamati diamati bila minyak  diteteskan sedikit-demi sedikit pada fase air yang mengandung pengemulsi (surfaktan). Berdas Ber dasark arkan an peneli penelitia tian n sebelum sebelumny nyaa yang yang tel telah ah dil dilaku akukan kan oleh oleh Hakim Hakim (2017), (201 7), penggun penggunaan aan konsentras konsentrasii optimum optimum surfaktan surfaktan dan kosurfakt kosurfaktan an diperlukan diperlukan untuk menghasilkan sediaan nanoemulsi yang lebih baik dan lebih stabil. Pembuatan sediaan nanoemulsi dengan penambahan variasi konsentrasi retinol yaitu 2,5%, 5%, dan 7,5% 7,5% . Retinol Retinol digun digunakan akan sebagai sebagai zat aktif. Minyak Minyak zaitun zaitun ekstra murni digunakan digunakan sebagai sebagai basis basis atau atau pembawa pembawa minyak minyak dengan dengan konsentr konsentrasi asi 5%. Tween Tween 80 berfun berfungsi gsi sebag sebagai ai surfak surfaktan tan deng dengan an konsen konsentra trasi si 25% . Sorbit Sorbitol ol berfungsi sebagai kosurfaktan kosurfaktan dengan konsentrasi konsentrasi 35%. Metil paraben 0,1 0,1 % dan propil paraben 0,02% berfungsi sebagai bahan pengawet, serta akuades sebagai fasee aair. fas ir. Sediaa Sediaan n nanoem nanoemuls ulsii formul formulaa F1, F1, F2, dan F3 yang yang dihasil dihasilkan kan berwar berwarna na kuning kunin g dan transparan transparan..

33

Universitas Sumatera Utara

 

4.2 Hasil Hasil Evaluas Evaluasii Stabili Stabilitas tas Sediaan Sediaan Orga Organo nole lept ptis is,, pemb pemben entu tuka kan n creaming da dan n pe pemi misah sahan an fase fase se sedi diaan aan

4. 4.2. 2.1 1

Pengamatan organoleptis sediaan nanoemulsi dilakukan setiap minggu selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Pengamatan organoleptis ini meliputi perubahan warna, bau, dan bentuk dari masing-masing sediaan nanoemulsi, serta diamati pembentukan creaming dan pemisahan fase pada masing-masing sediaan nanoemulsi. Data hasil pengamatan pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 dapa dapatt dilih dilihat at pada pada Tabel Tabel 4.1 4.1 sert sertaa Gambar Gambar 4.1, 4.1, Gamba Gambarr 4.2, 4.2, Gambar Gambar 4.3, 4.3, Gambar Gam bar 4.4. 4.4. Data pengamatan pengamatan organolepti organoleptis, s, pembentua pembentuakan kan creaming dan pemisa pem isahan han fase fase sed sediaan iaan nanoem nanoemuls ulsii minyak minyak zait zaitun un ekstr ekstraa murni murni (extra virgin olive oil ) de deng ngan an pen enam amb bah ahan an ret etin inol ol pad adaa penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar

Tabel Tab el 4.1

Organoleptis, Creaming, Dan Pemisahan Fase Lama Penyimpanan (Minggu) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Warna F1 K K K K K K K K K K K K K

F2 K K K K K K K K K K K K K

Bau F3 K K K K K K K K K K K K K

F1 Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh

F2 Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh K Kh h K Kh h K Kh h

Bentuk   F3 Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh Kh

F1 T T T T T T T T T T T T T

Keterangan : F1 : Nan Nanoe oemu muls lsii k ko onsen nsentr tras asii rreetin tinol 2,5 ,5% % F2 : Nan Nanoe oemu muls lsii k ko onsen nsentr tras asii rreetin tinol 5% F3 : Nan Nanoe oemu muls lsii k ko onsen nsentr tras asii rreetin tinol 7,5 ,5% % K : Kuning Kh : Khas T -

: Tr Transparan :T Tiidak terdapat

34

F2 T T T T T T T T T T T T T

F3 T T T T T T T T T T T T T

Creaming

F1 -

F2 -

F3 -

Pemisahan Fase F1 F2 F3 -

Universitas Sumatera Utara

 

Hasil pengamatan terhadap stabilitas nanoemulsi F1, F2, F3 dapat dilihat padaa G pad Gamb ambar ar 4.1, 4.1, Gamba Gambarr 4.2, 4.2, Gamb Gambar ar 4.3, 4.3, Gambar Gambar 4.4. 4.4.

Gamb Ga mbar ar 4.1 4.1 Sediaan nanoemu nanoemulsi lsi F1, F2, F3 pada saat sebelum sebelum penyimpanan penyimpanan pada suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.2 4.2 Sedi Sediaan aan na nano noem emul ulsi si F1, F1, F2, F2, F3 F3 setel setelah ah pe peny nyim impa pana nan n 4 ming minggu gu

pada suhu kamar kamar

Gamb Ga mbar ar 4.3 4.3 Sedi Se diaan aan nano noem emul ulsi si F1, F1, F2, F2, F3 F3 setel setelah ah pe peny nyim impa pana nan n 8 ming minggu gu pada suhuna kamar

35

Universitas Sumatera Utara

 

Gamb Ga mbar ar 4.4 4.4 Sediaan Sediaan nanoem nanoemuls ulsii F1 F1,, F2, F2, F3 setela setelah h penyim penyimpan panan an 12 ming minggu gu pada suhu kamar

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 yang disimpan pada suhu kamar tidak mengalami perubahan warna, bentuk, dan bau sejak awal pengamatan hingga penyimpanan selama 12 minggu, serta masing masing sediaan nanoemulsi tersebut tidak terbentuk  creaming dan tidak  mengalami pemisahan fase sejak awal pengamatan hingga penyimpanan selama 12 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 stabil secara makroskopik dari awal pengamatan hingga penyimpanan selama 12 minggu. Stabilitas adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan nanoemulsi dan umumnya mengacu pada kemampuan emulsi untuk bertahan terhadap perubahan fisik dan kimia dari waktu ke waktu. Ukuran dan distribusi partikel partik el sangat sangat penting penting karena karena perubahan perubahan ukuran ukuran partikel partikel atau distribu distribusi si mengindikasikan ketidakstabilan formulasi (Tiwari, 2014). Sediaan nanoemulsi memiliki stabilitas yang tinggi dan transparan serta dapat memiliki stabilitas lebih dari beberapa bulan atau bahkan lebih dari beberapa tahun karena adanya misel surfaktan sebagai penstabil. Ukuran globul nanoemulsi yang sangat kecil menyebabkan sediaan terlihat transparan. Biasanya sediaan nanoemulsi encer, oleh karena itu sedikit tanda ketidakstabilan dapat

36

Universitas Sumatera Utara

 

dengan mudah terlihat. Ukuran globul globul yang sangat kecil menyebabkan menyebabkan penurunan gaya gravitasi yang besar dan gerak brown yang dapat mencegah terjadinya sedimentasi atau creaming sehingga dapat meningkatkan stabilitas fisik. Ukuran globul yang kecil pun dapat mencegah flokulasi (Fanun, 2010). 4. 4.2 2.2

Homo omoge gen nitas

Uji homogenitas dilakukan pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan transparan lain yang cocok, cocok, sediaan tersebut harus harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979). Data hasil uji homogenitas homogenitas nanoemulsi nanoemulsi dapat dilihat pada pada Gambar 4.5.

Gamb Ga mbar ar 4.5 Hasil ujiolive homo homogenitas genitas nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni (extra virgin virg in oli ve oil ) dengan penambahan retinol

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sediaan yang dibuat homogen atau tidak, dengan tujuan bebas dari pertikel-partikel

yang masih

menggumpal. Gambar 4.5 4.5 menunjukkan menunjukkan hasil uji homogenitas homogenitas dari

sediaan

nanoemulsi F1, F2, dan F3. Pada masing-masing sediaan tersebut tidak terlihat adanya butiran kasar. Dapat disimpulkan bahwa sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 menunjukkan susunan yang homogen. Menurut Maulina dan Sugihartini

37

Universitas Sumatera Utara

 

(2015), suatu sediaan dikatakan homogen jika semua bahan-bahan bahan-bahan dalam sediaan sediaan tersebut terlarut dan bercampur sempurna. 4.2.3 4.2. 3 Uji pH

Uji pH dilakukan pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 menggunakan pH meter pada suhu kamar dan pengujian ini dilakukan setiap 1 minggu selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Data hasil penentuan pH dan grafik grafik pengaruh pengaruh lama lama penyimpanan penyimpanan terhad terhadap ap pH masing-masin masing-masing g sediaan nanoemulsi nanoe mulsi F1, F2, F2, dan dan F3 dapat dilihat dilihat pada pada Tabel Tabel 4.2 dan Gambar Gambar 4.6. 4.6. Tabel 4.2

Formula F1 F2 F3

Data pen Data peng gukur ukuran an pH nano nanoem emul ulsi si mi miny nyak ak zai zaitu tun n ekst ekstra ra mur murni ni (extra virgin olive oil) deng dengan an pen penam amba baha han n retin retinol ol pa pada da penyimpanan selama 12 minggu pada suhu kamar

0 6, 1 6, 0 5, 9

1 6, 1 6 ,0 5 ,9

2 6,1 5 ,9 5,8

3 6 ,0 5 ,9 5 ,8

4 6,0 5,9 5,8

Waktu (Minggu) 5 6 7 5,9 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,8 5,7 5,7

8 5, 8 5, 7 5, 6

9 5,7 5,6 5,5

10 5 ,6 5 ,6 5 ,5

11 11 12 5 , 6 5 ,6 5 , 6 5 ,5 5 , 4 5 ,4

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5%

Gambar 4.6 Pengaruh lama penyimpanan penyimpanan terhadap terhadap pH nano nanoemulsi emulsi F1, F2, dan F3

38

Universitas Sumatera Utara

 

Berdas Ber dasark arkan an hasil hasil pengu pengukur kuran an pH pH F1, F2, dan F3 dapat dapat menun menunjukk jukkan an bahwa peningkat peningkatan an konsentra konsentrasi si retinol retinol pada sediaan sediaan nanoemu nanoemulsi lsi menyebabk menyebabkan an terjadinya terjad inya penurunan penurunan pH pH sediaan sediaan yaitu, yaitu, pH pada pada F1 (Retinol (Retinol 2,5%) 2,5%) sebesar sebesar 6,1, 6,1, F2 (Retinol 5%) sebesar 6,0, dan F3 (Retinol 7,5%) sebesar 5,9. Penurunan pH pada sediaan nanoemulsi tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh oleh Corlett dan Brown Brown (1980), (1980), yang menyatakan menyatakan bahwa semakin semaki n tinggi tingkat tingkat keasaman keasaman suatu asam (retinol) (retinol) pada larutan larutan maka pH menjadi menja di turun turun.. Men Menurut urut Bernadi, Bernadi, dkk., dkk., (2011), (2011), penurunan penurunan pH pada pada sediaan sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar dikarenakan produk produk emulsi dengan penambahan minyak nabati (minyak (minyak zaitun) mengalami hidrolisis ester asam lemak menjadi asam lemak bebas. Selain itu penurunan pH juga dapat disebabkan karena retinol mudah teroksidasi. Menurut Maksum (2016), vitamin A pada umumnya umumnya sangat mudah teroksidasi oleh oksig oksigen en dari udara udara dan pengaruh pengaruh cahaya. cahaya. Pendapat Pendapat lain juga dikemukan dikemukan oleh oleh IARC (1998), (199 8), bahwa retinol retinol sensitif sensitif terhadap terhadap oksigen. oksigen. Padaa Tabe Pad Tabell 4.2 menunj menunjuk ukkan kan bahwa bahwa semua semua formul formulaa sedi sediaan aan nanoem nanoemuls ulsii F1, F2, dan F3 yang disimpan pada suhu suhu kamar selama penyimpanan penyimpanan 12 minggu menunjukkan sedikit sedikit penurunan pH dan pH tersebut masih berada dalam range kulit normal. Sediaan topikal harus memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit normal, yaitu 4,5-7,0 sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit (Wasitaatmadja, 1997). 4.2.4 4.2 .4 Tipe Tipe emul emulsi si

Penentuan tipe emulsi dilakukan pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 dengan cara penambahan sejumlah kecil zat zat warna yang larut dalam air seperti biru metilen pada permukaan sediaan. Jika air merupakan fase

39

Universitas Sumatera Utara

 

luar (m/a), zat warna tersebut akan melarut di dalamnya dan berdifusi merata ke seluruh bagian air (Martin, (Martin, dkk., 1983). Hasil penentuan tipe emulsi pada masingmasingmasing sediaan sediaan nanoemuls nanoemulsii dapat dilihat dilihat pada Gambar Gambar 4.7.

Gamb Ga mbar ar 4.7 4.7 virgin Hasil uji tipe emuls i nanoemulsi nano emulsi minyak miny ak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra olive oilemulsi ) dengan penambahan retinol

Pada Gambar Gambar 4.7 menunjukk menunjukkan an bahwa bahwa biru metilen metilen terdisper terdispersi si merata merata ke dala dalam m masi masing ng masi masing ng se sedi diaa aan n nanoe anoemu muls lsii F1, F1, F2 da dan n F3. F3. Hal Hal iini ni dapa dapatt disimpulkan bahwa tipe tipe dari sediaan nanoemulsi nanoemulsi adalah minyak dalam air (m/a), dikarenakan sebagian besar komponen dari formula yang digunakan bersifat hidrofilik atau polar sehingga walaupun terdapat komponen yang bersifat hidrofob maka tipe dari sediaan nanoemulsi bersifat bersifat minyak dalam air (m/a). Hasil tersebut sesuai dengan yang diinginkan karena basis emulsi tipe m/a mudah dihilangkan dari kulit (Sinko, (Sinko, 2011) 2011).. Menurut Menurut Yuliani, Yuliani, dkk., dkk., (2016), (2016), Jika sampel sampel larut larut sempurna dalam aquadest , maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe minyak  dalam air (m/a). 4.2.5 4.2 .5 Bobot Bobot jeni jeniss

Penentuan bobot jenis dilakukan pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 menggunakan piknometer pada awal sediaan dibuat. Pengukuran

40

Universitas Sumatera Utara

 

dilakukan dilaku kan pada pada suhu kamar kamar sebanyak sebanyak 1 kali. kali. Data hasil hasil pengukuran pengukuran bobot bobot jenis pada masing-masin masing-masing g sediaan nanoemuls nanoemulsii dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Penentuan Bobot Jenis nanoemulsi minyak minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol

Bobot Jenis (gram/ml)

Formula F1 F2 F3

1,1195 1,1232 1,1262

Keterangan : F1 : Nanoemulsi k konsentrasi onsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5% Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh bobot jenis sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 yaitu 1,1195 1,1195 gram/ml, gram/ml, 1,1232 1,1232 gram/ml, gram/ml, 1,1262 1,1262 gram/ml. gram/ml. Hasil pengukur pengukuran an bobot bob ot jenis jenis ter terseb sebut ut dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa pening peningkat katan an konsen konsentra trasi si retino retinoll pa pada da sedi sediaa aan n nanoe nanoemu muls lsii meny menyeb ebab abka kan n terja terjadi diny nyaa pe peni ning ngka katan tan bo bobo bott jenis jenis sediaan nanoemulsi. Semakin tinggi konsentrasi retinol dalam sediaan tersebut, maka semakin sedikit jumlah air dalam sediaan nanoemulsi tersebut. Menurut Martin, dkk., dkk., (1983), semakin banyak banyak komponen komponen yang terkandung dalam zat tersebut maka fraksi berat akan semakin tinggi. Sehingga bobot jenis juga akan semakin tinggi, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis, sehingga semakin tinggi bobot jenis semakin meningkat viskositas. 4.2.6 4.2. 6 Viskosi Viskositas tas

Pengukuran viskositas menggunakan viskometer  Brookfield  DV-E dengan memilih spindle yang sesuai. Pengukuran dilakukan dengan tiga kali pengulangan serta dilakukan setiap 1 minggu selama 12 minggu penyimpanan penyimpanan pada pada suhu kamar. Data hasil uji viskositas viskositas dan grafik perubahan perubahan viskositas nanoemulsi F1, F2, dan F3 dapat dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.4 dan Gambar 4.8. 4.8.

41

Universitas Sumatera Utara

 

Tabel 4.4

Formula

Data uji uji viskositas viskositas nanoemulsi nanoemulsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil) dengan dengan penambahan penambahan retino retinoll pada penyimp penyimpanan anan selama 12 minggu minggu pada suhu kamar (dalam cP) Lama Peny Penyimpana impanan n (Mingg (Minggu) u) 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1 12 2

F1 F2

96 121

96 125

100 125

100 125

104 133

108 133

113 138

113 142

113 150

121 150

125 150

125 167

125 179

F3

150

154

163

163

171

175

175

175

200

200

213

229

250

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5%

Gambar 4.8 Pengaruh lama penyimpanan terhadap vikositas nanoemusi F1, F2, da dan n F3

Berdasarkan Berdas arkan hasil hasil penguku pengukuran ran viskositas viskositas tersebut tersebut dapat dapat disimpulka disimpulkan n bahwa peningkat peningkatan an konsentra konsentrasi si retinol retinol pada sediaan sediaan nanoemu nanoemulsi lsi menyebabk menyebabkan an ter terjad jadiny inyaa pening peningkat katan an visko viskosit sitas as sediaa sediaan n nan nanoem oemuls ulsi, i, hal hal ini dikare dikarenak nakan an peningkatan konsentrasi retinol menyebabkan volume air berkurang . Menurut Shah, dkk., dkk., (2017), (2017), viskositas viskositas adalah adalah kar karakter akteristik istik dasar dasar dari dari nanoemuls nanoemulsii yang merupakan fungsi dari air, minyak, dan surfaktan serta konsentrasinya. Viskositas nanoemulsi nanoe mulsi menurun menurun

saat kandun kandungan gan airnya airnya meningk meningkat. at. Pendap Pendapat at lain lain ju juga ga

dikemukak dikem ukakan an oleh Yuliasri Yuliasri dan Hamdan (2012), (2012), yang menyataka menyatakan n bahwa jumlah

42

Universitas Sumatera Utara

 

fase minyak yang semakin besar menyebabkan viskositas campuran semakin tinggi. Penyimpanan sediaan selama 12 minggu pada suhu kamar juga menyebabkan viskositas sediaan nanoemulsi meningkat, hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang meningkat selama penyimpanan sehingga berpengaruh pada meningkatnya viskositas (Maryam, 2013). 4.2.7 4.2. 7 Uji sentrif sentrifugas ugasii

Uji sentrifugasi dilakukan pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali. Uji sentrifugasi dilakukan pada masing masing sediaan sediaa n nanoemulsi nanoemulsi F1, F2, dan F3. F3. Data hasi hasill uji sentrifugasi sentrifugasi nanoemuls nanoemulsii dapat dil diliha ihatt pada pada Tabel Tabel 4.5 serta serta Gambar Gambar 4.9 sediaa sediaan n nanoem nanoemuls ulsii F1, F1, F2, F3 sebelu sebelum m sentrifugasi dan Gambar 4.10 sediaan nanoemulsi F1, F2, F3 setelah sentrifugasi. Tabel 4.5 Data Uji Uji Sentrifu Sentrifugasi gasi nanoemuls nanoemulsii minyak minyak zaitun zaitun ekstra murni murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol

Formula F1 F2 F3

Memisah -

Sentrifugasi Mengendap/Creaming   -

Keruh -

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5% - : Tidak Tidak terjad terjadii peruba perubahan han

Gamb Ga mbar ar 4.9 4.9 Sediaan nanoemulsi nanoemulsi F1, F2, F3 sebelum sentrifugasi sentrifugasi

43

43 Universitas Sumatera Utara

 

Gamb Ga mbar ar 4.10 4.10 Sediaan nanoemulsi nanoemulsi F1, F2, F3 setelah sentrifugasi

Berdasarkan hasil uji sentrifugasi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak  terjadi perubahan pada masing masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 setelah sediaan tersebut di sentrifugasi selama 5 jam dengan kecepatan 3750 rpm. Sediaan nanoemulsi tersebut tidak menunjukkan terjadinya pemisahan, pengendapan, dan kekeruhan setelah di sentrifugasi. Hal ini menunjukkan bahwa masing masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 stabil selama proses sentrifugasi berlangsung. Pengujian sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengocokan kuat terhadap kestabilan sediaan nanoemulsi. Gaya sentrifugal yang diberikan dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam setara dengan gaya gravitasi penyimpanan selama 1 tahun (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1994). Menurut Fanun (2010), nanoemulsi dapat memiliki stabilitas lebih dari dari beberapa bulan atau bahkan lebih dari beberapa tahun karena adanya misel surfaktan sebagai penstabil. 4.2.8 4.2. 8 Penguku Pengukuran ran teganga tegangan n permuk permukaan aan

Pengukuran tegangan permukaan menggunakan tensiometer  Du Nouy pada awal setelah sediaan dibuat dengan pengukuran sebanyak 1 kali pada suhu kamar.. Data hasil kamar hasil pengukura pengukuran n tegangan tegangan permukaan permukaan nanoemulsi nanoemulsi dapat dilihat dilihat pada pada Tabel Tab el 4.6. 4.6.

44 Universitas Sumatera Utara

 

Tabel Tab el 4.6

Data pe Data peng nguk ukur uran an tegan teganga gan n pe perm rmuk ukaa aan n na nano noem emul ulsi si miny minyak ak za zait itun un ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol Formula F1 F2

Tegangan Permukaan (dyne/cm)

F3

46,36

45,65 46,00

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5% Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh tegangan permukaan sediaan nanoemulsi yaitu 45,65  –  46, 46,36 36 dyne/ dyne/cm. cm. Hasil Hasil peng penguku ukuran ran tegang tegangan an perm permuka ukaan an ter tersebu sebutt dapat dap at disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa pening peningkat katan an konsen konsentra trasi si ret retino inoll

pada pada sediaa sediaan n

nanoem nan oemuls ulsii menyeb menyebabk abkan an terjadi terjadiny nyaa pening peningkat katan an tegang tegangan an permuk permukaan aan sediaan sediaan nanoemulsi. Hal ini dikarenakan setiap konsentrasi retinol meningkat, maka  jumlah fase minyak bertambah sedangkan jumlah fase air berkurang, berkurang, yang menyebabkan gaya tarik menarik antar molekulnya semakin besar sehingga pemeca pem ecahan han masa masa menjad menjadii tet tetesa esan-t n-tete etesan san minyak minyak lebih lebih sulit. sulit. Menuru Menurutt Shinde Shinde,, dkk., (2015), minyak dapat meningkatkan tegangan permukaan. Surfaktan sangat berguna berguna dalam mengurangi mengurangi tegangan antarmuka. Dimana konsentrasi yang diperlukan untuk mencapai efek ini merupakan hal yang menentukan (Martin, dkk., 1983). 1983). Tegangan yang terdapat pada antarmuka terjadi karena fase air dan fase fase minyak tidak saling bercampur sehingga sehingga terjadi gaya tarik-menarik antar antar molekul pada antarmuka antarmuka (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1994). 199 4). Tegang Tegangan an permuk permukaan aan sediaan sediaan nanoem nanoemuls ulsii yang yang rendah rendah pada pada Tabel Tabel 4.6 disebabkan adanya surfaktan dan kosurfaktan yang dapat menurunkan tegangan antar muka minyak dan air. Kestabilan nanoemulsi makin baik bila nanoemulsi tersebut tegangan permukaannya permukaannya lebih kecil dari air yaitu 72,8 dyne/cm.

45 Universitas Sumatera Utara

 

4.2.9 4.2 .9 Ukur Ukuran an pa part rtik ikel el

Penentuan ukuran partikel menggunakan alat Vasco γ  particle size analyzer. Pengu Pengukuran kuran patikel patikel dilakukan dilakukan pada suhu kamar pada pada masing masing

formula yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada awal setelah pembuatan sediaan, minggu ke-6, dan pada minggu ke-12. Distribusi ukuran partikel pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 dapat dilihat pada Tabel 4.7 serta rata-rata ukuran partikel pada masing-masing sediaan nanoemulsi F1, F2, dan F3 dapat dilihat dilihat pada pada Gambar Gambar 4.11, 4.11, Gambar Gambar 4.12, 4.12, Gambar Gambar 4.13, 4.13, Gambar Gambar 4.14, 4.14, Gambar Gam bar 4.1 4.15, 5, Gambar Gambar 4.16, 4.16, Gambar Gambar 4.17, 4.17, Gambar Gambar 4.18, 4.18, Gambar Gambar 4.19, 4.19, dan dan Tabel Tabel 4.15 dan grafik grafik peruba perubahan han ukuran ukuran partik partikel el nanoemulsi nanoemulsi dapat dapat dilihat dilihat pada Gambar 4.20. Tabel 4.7

Formula F1 F2 F3

Data penent penentuan uan distri distribu busi si ukura ukuran n parti partikel kel nanoem nanoemuls ulsii minyak  minyak  zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol pada penyimpanan penyimpanan selama 12 minggu minggu pada suhu suhu kamar Distribusi Ukuran Distribusi Ukuran Partikel Partikel (nm) 0 Minggu 6 Minggu 102,36-676,26 97,75-741,51 162,22-1.071,80 169,87-1.230,59 177,88-1.288,59 223,93-1.549,23

12 Minggu 112,23-741,51 223,93-1.412,91 257,11-1.622,24

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5%

Gamb Ga mbar ar 4.11 4.11 Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi F1 pada 0 minggu penyimpanan suhu kamar

46 Universitas Sumatera Utara

 

Gamb Ga mbar ar 4.12 4.12

Rata Rata-r -rat ataa ukur ukuran an par parti tike kell nano nanoem emul ulsi si F1 F1 pada pada 6 ming minggu gu penyimpanan suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.13 4.13

Rata-rata Rata-r ata ukuran ukuran partik partikel el nanoem nanoemuls ulsii F1 pada pada 12 mingg minggu u penyimpanan suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.14 4.14 Ra Rata ta-r -rat ataa uku ukura ran n part partiike kell nan nanoemul emulssi F2 pa pada da 0 ming mingg gu penyimpanan suhu kamar

47 Universitas Sumatera Utara

 

Gambar 4.15 Rata Rata-r -rat ataa uku ukura ran n part partik ikel el nan nanoe oemu muls lsii F2 F2 pada pada 6 mi ming nggu gu penyimpanan suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.16 4.16 Rata Rata-r -rat ataa uku ukura ran n par parti tike kell nan nanoe oemu muls lsii F2 F2 pada pada 12 mi ming ngg gu penyimpanan suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.17 4.17 Ra Rata ta-r -rat ataa uku ukura ran n part partiike kell nan nanoemul emulssi F3 pa pada da 0 ming mingg gu penyimpanan suhu kamar

48 Universitas Sumatera Utara

 

Gamb Ga mbar ar 4.18 4.18 Rata-rat ataa ukuran partikel nan ano oemulsi F3 pada 6 minggu penyimpanan suhu kamar

Gamb Ga mbar ar 4.19 4.19 Rata Rata-r -rat ataa uku ukura ran n par parti tike kell nan nanoe oemu muls lsii F3 F3 pada pada 12 mi ming ngg gu penyimpanan suhu kamar

Tabel Tab el 4.8

Data pen Data enen entu tuan an rat ataa-rrat ataa uku ukura ran n pa part rtik ikeel na nan noemul emulsi si miny minyak  ak  zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol pada penyimpanan penyimpanan selama 12 minggu minggu pada suhu suhu kamar

Formula F1 F2 F3

Rata-Rata RataRata Ukuran Ukuran Partikel (nm) 0 Minggu 6 Minggu 293,68 306,11 475,44 516,41 553,48 676,86

Keterangan : F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% F2 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 5% F3 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 7,5%

12 Minggu 321,19 630,73 717,61

49 Universitas Sumatera Utara

 

Gambar 4.20 Pengaruh lama penyimpanan terhadap ukuran partikel nanoemulsi F1, F2, dan F3

Berdasarkan hasil hasil pengukuran pengukuran partikel partikel tersebut dapat disimpulkan bahwa bahwa peningkatan konsentrasi retinol pada sediaan nanoemulsi menyebabkan terjadinya peningkata penin gkatan n ukuran partik partikel el sediaan sediaan nanoemulsi. nanoemulsi. Menuru Menurutt Yuliasri Yuliasri dan Hamdan Hamdan (2012) semakin sedikit fase minyak yang digunakan dalam penyiapan larutan nanoemulsi, maka ukuran diameter droplet menjadi semakin kecil, jika jumlah fase minyak semakin besar, menyebabkan ukuran droplet nanoemulsi menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan kurangnya konsentrasi surfaktan yang digunakan. Penggunaan konsentrasi tween 80 yang semakin meningkat akan menurunkan globul nanoemulsi, hal ini disebabkan adanya peningkatan absorbsi surfaktan diantara permukaan minyak-air, dan penurunan tegangan permukaan dalam sistem sehingga mendukung terbentuknya sistem nanoemulsi dengan ukurun droplet lebih kecil (Salim, dkk., 2011). Penyimpanan sediaan nanoemulsi selama 12 minggu pada suhu kamar  juga menyebabkan ukuran partikel meningkat, hal ini dikarenakan peningkatan

50 Universitas Sumatera Utara

 

ukuran partikel nanoemulsi yang disebabkan oleh agregasi butiran karena sifat alami minyak yang cenderung membentuk butiran berukuran berukuran besar di dalam fase air (Fingas, 2008). Berdasarkan Berdas arkan nilai rata-rata rata-rata ukuran ukuran partik partikel el pada pada Tabel Tabel 4.8 diketahui diketahui bahwa bahwa ukuran ukur an masing-masing masing-masing globul globul berbeda, namun ukuran ukuran tersebut masih dalam range yang diterima diterima untuk untuk ukuran ukuran nanoemuls nanoemulsi. i. Menurut Menurut Patel, dkk., dkk., (2013), (2013), nanoemuls nanoemulsii m/a secara termodinamika stabil, transparan, dan memiliki ukuran kurang dari 1000 nm. 4.2.10 4.2. 10 Analisa Analisa TEM

Penentuan analisa TEM dilakukan menggunakan alat Transmission  Electron microscope (TEM), serta dilakukan pada sediaan yang memiliki ukuran

partikel paling kecil dan stabil diantara ketiga formula tersebut. Berdasarkan penelitian ini analisa TEM dilakukan pada formula sediaan nanoemulsi F1 dengan penambahan retinol 2,5%.

Gamb Ga mbar ar 4.21 4.21 Hasil analisa analisa partikel partikel ssediaan ediaan nanoemulsi nanoemulsi F1 dengan dengan TEM (Transmision Electron Microscope)

51 Universitas Sumatera Utara

 

Gamba Gam barr 4. 4.21 21 menun menunju jukk kkan an ba bahw hwaa sed sedia iaan an na nano noem emul ulsi si F1 memi memili liki ki  –  200 nm. morfologi partikel yang berbentuk  spheris de deng ngan an uk ukur uran an parti partike kell 20 20 –  TEM digunakan untuk mengkarakterisasi suatu material, biasanya untuk material berukuran nanometer dengan resolusi yang amat tinggi (Albar, 2010).

4.3 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi menggunakan sediaan nanoemulsi yang paling stabil serta memiliki ukuran partikel partikel yang paling kecil. kecil. Pengujian efek iritasi kulit kulit dari bahan baku atau produk akhir merupakan elemen penting dari prosedur keamanan (Robinson dan Perkins, 2002). Uji iritasi dilakukan untuk memeriksa kepekaan kulit terhadap suatu suatu bahan yang dilakukan terhadap sukarelawan. Pada uji iritasi ini mengguna menggunakan kan sediaan sediaan nanoemulsi nanoemulsi F1 dengan dengan konsentras konsentrasii retinol retinol 2,5%. 2,5%. Data hasil has il uji iritas iritasii kulit kulit ter terhad hadap ap sukar sukarelaw elawan an pada pada sediaan sediaan nano nanoemu emulsi lsi F1 dapat dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.22. Tabel Tab el 4.9 Data uji iritasi iritasi sediaan nanoemulsi nanoemulsi F1 terhadap sukarelawan

Pernyataan Kemerahan Gatal Pengkasaran Kulit

1 -

2 -

Sukarelawan 3 4 -

Gambar 4.22 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan

5 -

6 -

52 Universitas Sumatera Utara

 

Berdasarkan Berda sarkan hasil uji uji iritasi iritasi pada Tabel Tabel 4.9 4.9 yang dilakukan dilakukan terhadap terhadap sukarelaw sukarelawan an mengguna meng gunakan kan sediaan sediaan nanoemu nanoemulsi lsi F1, tidak terlihat terlihat adany adanyaa reaksi reaksi iritasi iritasi seperti seperti kemerahan, gatal, dan dan pengkasaran p pada ada kulit. Oleh karena itu dapat dapat disimpulkan bahwa bah wa for formul mulaa nanoem nanoemuls ulsii F1 tid tidak ak menye menyebab babkan kan irit iritasi asi pada pada kulit kulit sehing sehingga ga aman digunakan. Kulit dikatakan teriritasi apabila terjadi kemerahan, pengkasaran atau gatal-gatal pada kulit sukarelawan. Retinol memiliki efek iritasi yang rendah terhadap kulit jika konsentrasinya tidak terlalu tinggi sehingga aman digunakan pada kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.4 Uji Efekti Efektivitas vitas Skin Anti-Aging

Uji efektivitas skin anti-aging dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan menggunakan sediaan nanoemulsi F1. Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit menggunakan skin analyzer  yang meliputi pori ( pore), noda (spot ), ), kerutan (wrinkle) serta kadar air (moisture) menggunakan moisture checker . Pen Pengu guku kura ran n skin anti-a anti-agin ging g dimulai dengan dengan mengukur kondisi awal kulit efektivitas skin

sukarelawan yang mempunyai tujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh sediaan sediaa n nanoemulsi nanoemulsi tersebut tersebut dalam memulih memulihkan kan kulit kulit yang mengala mengalami mi penuaan penuaan dini. Data formu formula la F1 yang yang diperol diperoleh eh pada pada setiap setiap parameter parameter skin skin ant anti-a i-agin ging g ini akan dibandingkan dengan data formula sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murnii tanpa retinol murn retinol yang telah dilakuk dilakukan an pada penelitian penelitian sebelumny sebelumnyaa oleh Hakim (2017), (201 7), kemudian kemudian data ini akan dianalisis dianalisis dengan dengan program program statistik mengguna menggunakan kan Whit itne neyy U  dilakukan untuk melihat efek  uji  Mann-Whitney U . Pengujian  Mann-Wh

sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai tebesar dari kedua formula tersebut. Pengujian ini dilakukan dari minggu ke-1 sampai sampai dengan minggu ke-4.

53 Universitas Sumatera Utara

 

4.4.1 4.4 .1 Kada Kadarr ai airr ( moisture  moisture)

Pengukuran

kadar

air

(moisture)

dilakukan

pada

ba bagian

wa wajah

sukarelawan dan diukur menggunakan alat moisture checker  yang terdapat dalam perangkat skin analyzer  (Aram (Aramo, o, 2012). 2012). Data hasil hasil pengu pengukuran kuran kadar air (moisture) formula formula F1 pada kulit wajah sukarelawan sukarelawan dapat dapat dilihat dilihat pada pada Tabel Tabel 4.10. Tabel Tab el 4.10 4.10

Hasil pengukuran kadar air (moisture) formula formula F1 pad padaa kulit wajah sukarelawan

Formula

F1

Rata-rata Rata-rat a P emuliha n (% )

  0 27 28 27 29 29 28 28,0± 8,0±0 0,9 0

Lama La ma pemakaian pema kaian se sedi diaa aan n (minggu (minggu)) 1 29 31 29 32 31 30 30,3± 0,3±1 1,2 2,3

2 32 35 33 35 35 33 33, 33,8± 8±1 1,3 5,8

3 35 39 36 38 39 36 37, 37,2± 2±1 1,7 9,2

4 39 41 39 41 42 39 40, 40,2± 2±1 1,3 12,2

Keterangan: Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% Berdasarkan hasil yang diperoleh dari formula F1 pada Tabel 4.10 dapat dilihat terjadinya terjadinya kenaikan kadar air pada kulit wajah sukarelawan untuk untuk tiap minggunya. Perubahan kondisi kadar air terjadi setelah 1 minggu pemakaian sediaan dari kondisi kadar air yang dehidrasi menjadi kondisi kadar air yang normal. Jika dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi tanpa retinol yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Hakim (2017), juga terjadi perubahan kondisi kadar air pada kulit wajah sukarelawan dari kondisi kadar air yang dehidrasi menjadi kondisi kadar air yang normal setelah 1 minggu pemakaian sediaan. Formula F1 lebih banyak menaikkan menaikkan kadar air dibandingkan dibandingkan sediaan

54 Universitas Sumatera Utara

 

nanoemulsi tanpa retinol, terlihat bahwa persentase kenaikan kadar air dari pemakaian sediaan F1 selama 4 minggu sebesar 12,2%, sedangkan sediaan nanoemulsi tanpa tanpa retinol pada penelitian penelitian sebelumnya sebelumnya persentase kenaikan kadar airnya sebesar 10,5%. Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji  MannWhitney, dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan (p > 0,05) antara

formula F1 dan formula nanoemulsi tanpa retinol selama 4 minggu pemakaian. Grafik Gra fik persen persentas tasee pemuli pemulihan han serta serta hasil hasil peng penguku ukuran ran kadar kadar air (moisture) form formul ulaa F1 pada kulit wajah sukarelaw sukarelawan an untuk tiap mingguny minggunyaa dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Gambar 4.23 Grafik persentase pemulihan kadar air ( moisture) selama 4 minggu

Keunggulan dari retinol dalam produk kosmetik yaitu dapat dengan mudah diserap oleh kulit dan mampu mampu meningkatkan kandungan air kulit kulit (Tranggono dan dan Latifah, Latifa h, 2007). 2007). Minyak Minyak zaitun dipercaya dipercaya dapat dapat membantu memperta mempertahank hankan an kelembapan kulit sehingga kulit tidak mudah kering. kering. Salah satu kandungan kandungan yang terdapat dalam minyak zaitun ekstra murni yaitu vitamin vitamin E (Fajriyah, dkk., 2015). 2015).

55 Universitas Sumatera Utara

 

Pendapat yang yang sama juga dikemukakan dikemukakan oleh oleh Sorg, Sorg, dkk., (2001), yang menyatakan bahwa retinol dan vitamin E juga membantu dalam menambah keseimbangan kelembapan alami kulit. 4.4.2 4.4. 2 Pori Pori ( pore  pore)

Pengukuran besar pori ( pore) dilakukan dilakukan pada bagian bagian wajah sukarelaw sukarelawan an dan diukur diukur menggunakan menggunakan perangkat perangkat skin analyzer  yang sama dengan perbesaran lensa 60x (normal lens) sensor sensor biru (Aramo (Aramo,, 2012). 2012). Data hasil hasil pengukur pengukuran an besar  pore) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel pori ( pore

4.11.  pore) formula F1 pada kulit wajah Tabel 4.11 Hasil pengukuran pori ( pore sukarelawan

Formula

Lama pemakaian sediaan (minggu) 0

1

2

3

4

47

37

32

21

11

64

54

45

33

11

61

49

33

24

13

46

40

35

29

10

49

43

34

23

8

63

51

40

26

16

Rata-rat Rat a-rata a

55, 55,0± 0±8 8,5

45, 45,7± 7±6 6,7

36, 36,5±5 5±5,0

26, 26,0±4, 0±4,4 4

11,5 11,5± ±2, 2,7 7

Pemulihan (%)

0

16,9

33,6

52,7

79,1

F1

Keterangan: Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012) F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% Berdasarkan hasil yang diperoleh dari formula F1 pada Tabel 4.11 dapat dilihat terjadinya perubahan kondisi pori pada kulit wajah sukarelawan untuk tiap minggunya. Perubahan Perubahan kondisi pori pori terjadi setelah 2 minggu minggu pemakaian sediaan dari kondisi kondisi yang sangat sangat besar menjadi menjadi beberapa beberapa besar dan menjadi menjadi kecil setelah setelah 4 minggu pemakaian sediaan. Jika dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi tanpa retinol yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Hakim (2017), terjadi

56 Universitas Sumatera Utara

 

perubahan kondisi pori pada kulit wajah sukarelawan dari kondisi pori yang sangat besar menjadi beberapa beberapa besar setelah 1 minggu pemakaian pemakaian sediaan dan menjadi kecil setelah 4 minggu pemakaian sediaan. Formula F1 lebih baik dalam pemulihan kondisi pori dibandingkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol, terlihat bahwa persentase pemulihan dari pemakaian sediaan F1 selama 4 minggu pada kulit wajah sukarelawan sebesar 79,1%, sedangkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol pada penelitian sebelumnya persentase pemulihannya sebesar 73,3%. Berdasarkan hasil analisa statistik  menggunakan uji Mann-Whitney, dinyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan (p > 0,05) antara formula F1 dan formula nanoemulsi tanpa retinol selama 4 minggu pemakaian. Grafik Gra fik persen persentas tasee pemuli pemulihan han serta serta hasil hasil penguku pengukuran ran besar besar pori pori ( pore) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan sukarelawan untuk tiap minggunya minggunya dapat dilihat pada pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Grafik persentase pemulihan pori ( pore) selama 4 minggu

57 Universitas Sumatera Utara

 

Kulit wajah yang berminyak cendrung memiliki pori-pori yang besar. Pori-pori membesar akibat penumpukan sel sel kulit mati (Noormindhawati, 2013). Pori-pori adalah lubang yang yang melebar luas dari kelenjar sebaceous tempat keringat muncul di permukaan kulit. Kelenjar ini ditemukan di dalam folikel rambutt (Igarashi, rambu (Igarashi, dkk., 2005). 2005). Pori-pori tidak melewati kulit sepenuhnya dan selalu diakhiri dengan kelenjar keringat pada tingkat dermis. Banyak pori-pori dapat terbentuk di daerah yang kaya-sebum seperti wajah, karena pori-pori terhubung ke kelenjar sebasea (Igarashi, dkk., 2005). Pori-pori berfungsi sebagai saluran yang membawa zat tertentu ke lapisan dermal yang lebih dalam. Inilah alasan mengapa bahan yang diaplikasikan pada permukaan kulit dengan rambut bisa menembus lebih dalam ke dalam kulit daripada pada kulit yang yang tidak berbulu (Igarashi, dkk., 2005). 2005). Menurut Flament, dkk., (2015), pori-pori pori-pori membesar seiring dengan pertambahan pertambahan usia. Salah satu manfaat penting dari retinol bagi kulit yaitu dapat melepaskan sel kulit mati dan merangsang pembentukan sel baru. Begitu juga minyak zaitun yang dapat dapat bermanfaat melepaskan sel-sel kulit kulit mati (Muliyawan dan Suriana, 2013), sehingga retinol dan minyak zaitun dapat mengecilkan pori-pori yang terdapat pada wajah. 4.4.3 4.4 .3 Noda Noda ( spot  spot)

Pengukuran banyaknya noda (spot ) dila dilaku kuka kan n pa pada da bag bagian ian waja wajah h sukarelawan sukar elawan dan diukur diukur menggu menggunakan nakan perangkat perangkat skin analyzer dengan perbesaran  polarizing lens) sensor jingga (Aramo, 2012). Data hasil pengukuran lensa 60x ( polarizing

banyaknya noda (spot ) formula formula F1 pada kulit kulit wajah sukarelaw sukarelawan an dapat dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.12. 4.12.

58 Universitas Sumatera Utara

 

Tabel 4.12 Hasil pengukuran noda ( spot ) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan

Formula

Lama pemakaian sediaan (minggu) 0

1

2

3

4

53 56

43 44

33 35

27 27

16 18

48

39

30

21

16

54

42

36

28

18

42

39

32

23

19

52

46

36

26

16

Rata-rata Rata-r ata

50, 50,8±5 8±5,1

42, 42,2±2 2±2,8

33, 33,7± 7±2 2,4

25, 25,3± 3±2, 2,7 7

17,2 17,2±1 ±1,,3

Pemulihan (%)

0

16,9

33,7

50,2

66,1

F1

Keterangan: Sedikit 0-19; Beberapa noda noda 20-39; Banyak nod nodaa 40-100 (Aramo, 201 2012) 2) F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5% Berdasarkan hasil yang diperoleh dari formula F1 pada Tabel 4.12 dapat dilihat terjadinya perubahan kondisi noda pada kulit wajah sukarelawan untuk tiap minggunya. Perubahan Perubahan kondisi noda noda terjadi setelah 2 minggu minggu pemakaian sediaan sediaan dari kondisi kondisi banyak noda noda menjadi menjadi beberapa noda noda dan menjadi menjadi sedikit noda setelah 4 minggu pemakaian pemakaian sediaan. sediaan. Jika dibanding dibandingkan kan dengan dengan sediaan nanoemulsi nanoemulsi tanpa retinol yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Hakim (2017), terjadi perubahan kondisi noda pada kulit wajah sukarelawan dari kondisi banyak  noda menjadi beberapa noda noda setelah 1 minggu minggu pemakaian sediaan dan menjadi sedikit noda setelah 4 minggu pemakaian sediaan. Formula F1 lebih baik dalam pemulihan kondisi noda dibandingkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol, terlihat bahwa persentase pemulihan dari pemakaian sediaan F1 selama 4 minggu pada kulit wajah sukarelawan sebesar 66,1%, sedangkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol pada penelitian sebelumnya persentase pemulihannya sebesar 61,4%. Berdasarkan hasil analisa statistik   Mann-Whitney itney, dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan menggunakan uji  Mann-Wh

59 Universitas Sumatera Utara

 

signifikan (p > 0,05) antara formula F1 dan formula nanoemulsi tanpa retinol selama 4 minggu pemakaian. Grafik Gra fik persen persentas tasee pemuli pemulihan han serta serta hasil hasil penguku pengukuran ran banyak banyakny nyaa noda (spot ) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan sukarelawan untuk tiap minggunya minggunya dapat dilihatt pada Gambar diliha Gambar 4.25. 4.25.

Gambar 4.25 Grafik persentase pemulihan noda (spot ) selama 4 minggu

Noda atau flek-flek flek-flek adalah adalah bekas/tand bekas/tandaa berwarna berwarna coklat tua yang bisa ditemukan di permukaan kulit. Mereka tidak memiliki bentuk yang spesifik  namun biasanya memiliki kontur yang sangat jelas. Semua fitur ini adalah endapan pigmen pigmen melanin. melanin. Salah satu penyebab timbulnya noda atau flek-flek  hitam pada pada wajah wajah yaitu karena karena paparan paparan sinar matahari matahari yang yang berlebih berlebih (Igarashi, (Igarashi, dkk., 2005). Paparan sinar UV akan menstimulasi aktivitas enzim tirosinase dan meningkatkan jumlah melanosit yang memproduksi melanin. Akibatnya transfer melanosome dari melanosit ke keratinosit akan meningkat, demikian pula p ula melanin

60 Universitas Sumatera Utara

 

akan meningkat. Dalam kasus tersebut, melanin tidak dapat dihilangkan sepenuhny sepenu hnyaa dan cenderung cenderung tetap berada di epidermis. epidermis. Pembentuk Pembentukan an melanin akibat paparan radiasi ultraviolet berlebihan akan menyebabkan noda atau flek  (Igarashi, dkk., dkk., 2005; Sofiana, dkk., dkk., 2017). Vitamin A dapat mengganggu transfer melanin ke keratinosit dan mempercepat pengelupasan epidermis. Sehingga vitamin A akan berefek  mengurangi pigmentasi pada kelainan-kelainan pigmentasi yang berupa bercak  (Bandem, 2013). 2013). Menurut Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), (2013), minyak zaitun juga dapat berfungsi untuk menghilangkan flek hitam di wajah. 4.4.4 4.4. 4 Keruta Kerutan n atau atau keripu keriputt (wrinkle)

Pengukuran keriput atau kerutan (w rinkle) dil dilak akuk ukan an pada pada kuli kulitt mat mataa bagian bagia n lateral lateral sukarelawa sukarelawan n dan diukur diukur menggunak menggunakan an perangkat perangkat skin analyzer  dengan perbesaran lensa 10x sensor biru (Aramo, 2012). 2012). Data hasil pengukuran pengukuran keriput atau kerutan (wrinkle) formula formula F1 pada kulit kulit wajah sukarel sukarelawan awan dapat dapat dilihatt pada Tabel diliha Tabel 4.13. 4.13. Tabel 4.13 Hasil pengukuran kerutan (wrinkle) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan

Lama pemakaian sediaan (minggu)

Formula 0 46

1 39

2 27

3 19

4 12

49

39

26

19

11

45

39

27

18

11

47

39

28

13

6

39

29

23

16

5

43

39

25

16

5

RataRa ta-rat rata a

44,8±3,5

37,3±4,1

26,0±1,8

16,8±2,3

8,3±3,3

Pemulihan (%)

0

16,7

42

62,5

81,5

F1

Keterangan: Tak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012) F1 : Nanoemulsi konsentrasi retinol 2,5%

61 Universitas Sumatera Utara

 

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari formula F1 pada Tabel 4.13 dapat dilihat terjadinya perubahan kondisi kerutan atau keriput pada kulit wajah sukarelawan untuk tiap minggunya. Perubahan kondisi kerutan atau keriput terjadi setelah 3 mingg minggu u pemakaian pemakaian sediaan sediaan dari kondis kondisii berkeriput berkeriput menjadi menjadi tak  berkeriput. Jika dibandingkan dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi nanoemulsi tanpa retinol yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Hakim (2017), juga terjadi perubahan kondisi kerutan atau keriput pada kulit dari kondisi berkeriput menjadi tak  berkeriput setelah 3 minggu pemakaian sediaan. Formula Formu la F1 lebih baik dalam pemulih pemulihan an kondisi kondisi kerutan kerutan atau keriput keriput dibandingkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol, terlihat bahwa persentase pemulihan dari pemakaian sediaan F1 selama 4 minggu pada kulit wajah sukarelawan sebesar 81,5%, sedangkan sediaan nanoemulsi tanpa retinol pada penelitian sebelumnya persentase pemulihannya sebesar 75,0%. Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji  Mann-Whitney, dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan (p > 0,05) antara formula F1 dan formula nanoemulsi tanpa retinol selama 4 minggu pemakaian. Keriput adalah lipatan kulit yang terbentuk melalui proses deformasi kulit. Keriput bisa dikelompokkan menjadi dua jenis: keriput dangkal dan keriput dalam. Keriput dangkal biasanya merupakan hasil akhir dari distorsi (perubahan bentuk) epidermis yang disebabkan oleh kehilangan kehilangan air. Keriput dalam terutama terutama terbentuk oleh distorsi (perubahan bentuk) dermis karena hilangnya elastisitas yang disebabkan oleh penurunan penurunan serat kolagen dan elastin (Igarashi, dkk., 2005). 2005). Grafik persentase persentase pemu pemulihan lihan serta serta hasil pengukuran pengukuran keriput keriput atau kerutan (wrinkle) formula F1 pada kulit wajah sukarelawan untuk tiap tiap minggunya minggunya dapat dilihat pada Gambar 4.26

62 Universitas Sumatera Utara

 

Gambar 4.26 Grafik persentase pemulihan kerutan (wrinkle) selama 4 minggu minggu

Kulit yang sering terbuka (tidak tertutup pakaian) akan cepat keriput akibat terpapar sinar UV matahari, karena sinar matahari dapat menimbulkan kerusakan kerus akan struktur struktur kulit, kulit, sehingga sehingga menyebabkan menyebabkan hilangny hilangnyaa elastisitas elastisitas yang disebabkan diseb abkan oleh penurun penurunan an serat kolagen kolagen dan elastin (Igarashi, (Igarashi, dkk., dkk., 2005; Tranggono dan Latifah, 2007). Radikal bebas juga dilansir sebagai penyebab penuaan karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak  dan menghilangkan elastisitas sehingga kulit menjadi keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013). Vitamin A yang diberikan secara topikal telah menunjukkan perubahan yang signifikan signifikan pada kandung kandungan an kolagen dermis. dermis. Retinol Retinol akan masuk lebih lebih dalam kedalam kulit dan membantu merangsang pertumbuhan sel-sel baru serta menstimulasi produksi produksi kolagen sehingga sehingga kolagen kolagen meningkat. meningkat. Vitamin A juga dapat meningkatkan elastisitas kulit (Atmaja, dkk., 2012; 2012; Kretz dan Moser, Moser, 2001). Selain itu retinol mampu menangkap menangkap dan melindung melindungii kulit dari radikal bebas yang sangatt reaktif yang menjadi sanga menjadi penyebab penyebab utama kerusakan kerusakan kulit. kulit. Vitamin Vitamin A memiliki memiliki

63 Universitas Sumatera Utara

 

peran sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan elektron dari atomnya kepada radikal bebas untuk berikatan dengan elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari radikal bebas tanpa menjadi radikal bebas baru. Selain itu vitamin A juga berfungsi untuk mempertahankan stabilitas membran sel terhadap radikal bebas. Sehingga retinol retinol dapat digunakan digunakan untuk untuk mengurangi mengurangi kerutan pada kulit yang terbentuk akibat radikal bebas (Fitriana, dkk., 2014; Tranggono dan Latifah, 2007). Selain itu vitamin E yang terkandung dalam minyak zaitun merupakan salah satu sumber antioksidan alami yang berkontribusi dalam pertahan kulit dan dapat mencegah kerusakan kulit yang disebabkan disebabkan oleh sinar UV matahari (Sorg, dkk., 2001), 2001), sehingga minyak zaitun juga dapat digunakan untuk mengurangi mengurangi kerutan pada kulit. Vitamin E menunjukkan efek sinergis dengan retinol dalam produk  gabungan, memberikan perlindungan terhadap cahaya dan kekuatan antioksidan yang cukup besar yang menunjukkan efek potensial dalam perlindungan terhadap  photoaging (penuaan karena paparan sinar UV) (Sorg, dkk., 2001).

Sediaan nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang sangat kecil, tidak toksik dan tidak mengiritasi sehingga dapat diaplikasikan dengan mudah melalui kulit maupun membran mukosa serta memiliki efisiensi dan penetrasi yang cepat (Shah, 2010; Devarajan dan dan Ravichandran, 2011). Oleh karena itu teknologi nano sangat cocok dan efektif dalam pembuatan sediaan kosmetik  skin anti-aging.

64 Universitas Sumatera Utara

 

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Minya Minyak k zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan retinol

dapat

diformulasikan

sebagai

sediaan

nanoemulsi

dengan

menggunakan variasi konsentrasi retinol yaitu F1(2,5%), F2 (5%), dan F3 (7,5%). Semua sediaan nanoemulsi yang dihasilkan bewarna kuning dan transparan serta semua sediaan nanoemulsi yang dihasilkan masih tetap stabil hingga 12 minggu pada penyimpanan suhu kamar. 2. Sediaan n nanoem anoemulsi ulsi minyak minyak zaitun zaitun ekstra murni murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan retinol (2,5%) mempunyai aktivitas skin anti-aging yang lebih baik pada kulit dibandingkan dengan sediaan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni ( extra virgin olive oil ) tanpa retinol. Hal ini ditandai dengan hasil persentase pemulihan setelah pemakaian sediaan selama 4 minggu pada tiap-tiap parameter aging kulit yaitu kadar air  pore), noda (spot ), (moisture), pori ( pore ), kerutan (wrinkle) pada sukarelawan.

5.2 Sa Saran ran

Pada penelitian selanjutnya dapat dibuat sediaan dalam bentuk lain seperti nanoemulgel atau nano spray dari minyak minyak zaitun zaitun ekstra ekstra murni murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol.

65 Universitas Sumatera Utara

 

DAFTAR PUSTAKA

Albar, M.E. (2010). Transmission Electron Microscopy (TEM). Review Assignment. Yogyakarta: Department of Metallurggical and Material Engineering Gajah Mada University. Halaman 6. Ansel, H. C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Edisi keempat. Jakarta : UI Press. Halaman 493-494. Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnostic System. Sugnam: Aram Huvis Korea Ltd. Halaman 1-10. Ariyanti, P. R., R., dan Aditya, Aditya, M. (2016). (2016). Manfaat Gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai Antioksidan. Majority. 5(3) : 129. Atmaja, N. S., Marwijah., dan Setyowati, E. (2012). Pengaruh Kosmetika AntiAging Wajah Terhadap Hasil Perawatan Kulit Wajah.  Journal of Beauty and Beauty Health Education. 1(1) : 8. Bandem Ban dem,, A.W. A.W. (2013) (2013).. Analisis Analisis Pemi Pemilih lihan an Hiperpigmentasi. Medicinus. 26(20) : 50.

Terapi Terapi

Kela Kelainan inan

Kulit Kulit

Bhatt, P., dan Madhav, S. (2011). A Detailed Review on Nanoemulsion Drug Delivery System.  International Journal of Pharmaceutical Sciences and   Research. Vol 2 : 2482-24 2482-2489. 89. Bernadi, S.D., Pereira, T. A., Maciel, N. R., Bortoloto, J., Viera, G. S., Oliveira, G. C. dan Filho, P. A. R. (2011). Formation and stability of oil-in-water nanoemulsions containing rice bran oil:in vitro and in vivo assessments.  Journal of Nanobiotechnology. Nanobiotechnology. 44(9) : 4. and Acidity Acidity IIn n Mi Microbia crobiall Biology Biology Of  Corlett, D. A. dan Brown, M. H. (1980). pH and Food . Volume I. New York. Academic Press. Halaman 101.

Devarajan , V., dan Ravichandran, V. (2011). Nanoemulsion Nanoemulsion As Modified Drug Delivery Tool.  International Journal Of Comprehensive Pharmacy . 4 (01) : 2. Devasagayam, T. P. A., Tilak, J. C., Boloor, K. K., Sane, K. S., Ghaskadbi, S. S., dan Lele, R. D. D. (2004). Free Radicals and Antioxidants in Human Human Health Current Status and Future Prospects. Japi. Vol 52 : 794. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Formularium Indonesia Ditjen POM. (1985). . Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Kosmetika Halaman Halaman 22, 29. 29.

66 Universitas Sumatera Utara

 

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ezerskaia, Ezers kaia, A., Pereira, Pereira, S., S., Urbach, Urbach, P., dan Varghese, Varghese, B. (2016). (2016). Infrared Infrared spectroscopic measurement of skin hydration and sebum levels and comparison to corneometer and sebumeter. DOI. Vol 9887. Halaman 2. Fajriyah, N. N., N., Andriani, A., A., dan Fatmawati. (2015). Efektivitas Minyak Zaitun Untuk Pencegahan Kerusakan Kulit Pada Pasien Kusta.  Jurnal Ilmiah Kesehatan. 3 (1) : 2. Fanun, M. (2010). Colloids in Drug Delivery. Florida: CRC Press. Halaman 221. Fingas, M. (2008). Oil spil dispersion stability and oil re-surfacing.  International Oil Spill Conference Proceedings. Vol 2008 (1). Fitriana, A., Rosidi, A., dan Pakpahan, T. R. (2014). Gambaran Asupan Vitamin Sebagai Sebag ai Zat Antioksida Antioksidan. n. Jurnal Gizi. 3(1) : 18. Flament, F., Francois, G., dan Chardon, S. C. (2015). Facial Skin Pores Multiethnic Study. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology . 8 : 85. Hakim, N.A. (2017). (2017). Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Nanoemulsi Nanoemulsi Minyak Zaitun Ekstra Murni (Extra Virgin Olive Oil) Sebagai Anti-Aging. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. Igarashi, T., Nishino, K., dan Nayar, S. K. (2005). The Appearance Of Human Skin. Columbia : Department Of Computer Science. Halaman 20-21. International Agency for Research on Cancer. (1998). IARC Handbooks of Cancer  Cancer  Prevention : Vitamin A. International Agency for Research on Cancer. France : Lyon. Halaman 24. Kadam, A. S., Ratnaparkhi, M. P., dan Chaudhary, S. P. (2014). Transdermal Drug Drug Deli Delive very ry..  International Journal of Research and Development in Pharmacy and Life Sciences. 3(4): 1043. Kelmann, R. G., Kuminek, G., Teixeira, H. F., dan Koester, L. S. (2007). Carbamazepine Parenteral Nanoemulsions Prepared by Spontaneous Emulsificati Emulsi fication on Prosess. Prosess. International Journal of Pharmaceutics. 342, 231239. Kretz, A., dan Moser, U. (2001). Vitamins dalam buku Handbook Of Cosmetic Science and Technology. New York : Marcell Dekker, Inc. Halaman 466. Lachman, Lachm an, L., L., Lieberman, Lieberman, Herber Herbert, t, A., Kanig, Kanig, dan Joseph, Joseph, L. (1994). (1994). Teori dan Praktek Industri Farmasi 1. Edisi III. Terjemahan dari The Theory and  Practise of Industrial Pharmacy, oleh Suyatmi, Siti. Jakarta. UI-Press. Halaman 1081-1083.

67 Universitas Sumatera Utara

 

Maksum, I.P., Indrayati, L., dan Enus, S. (2016). Stabilitas Vitamin A (Retinol) Pasa Serum Otologus Sediaan Serbuk Kering Menggunakan Lioprotektan Sukrosa . Chemica er Natura Acta. 4 (2) : 110. Martin Mar tin,, A., James, James, S., dan dan Arthur, Arthur, C. (1983 (1983). ).  Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam  Ilmu Farmasetik . Terjemahan dari Physical Pharmacy. ol oleh eh Josh Joshit ita. a. Jakarta Jaka rta:: UI-Pre UI-Press. ss. Halama Halaman n 1077-1 1077-1120 120.. Maryam, S. (2013). Formulasi Dan Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen Dengan Menggunakan Carbopol 934 Sebagai Bahan Pensuspensi.  Jurnal Publikasi. Halaman 6. Masluhiya, S., Widodo., dan Widyarti, S. (2016). Formulasi Masker Alami Berbahan Dasr Bengkoang Dan Jintan Hitam Untuk mengurangi Kerutan Pada Kulit Wajah. Jurnal Care. 4(2) : 30-31. Maulina, L., dan Sugihartini, N. (2015). Formulasi Gel Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dengan Variasi Gelling Agent Sebagai Sediian Luka Bakar. Pharmaciana. 5(1) : 46.  New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Mitsui, Halaman T. (1997). 19-21.

Muliyawan, D., dan Suriana, N. (2013).  A-Z Tentang Kosmetik . Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 21-25, 312-313. Noormindhawati, L. (2013).  Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 5-6. Patel, H. C., Parmar, G., Seth, A. K., Patel, J. D., dan Patel, S. R. (2013). Formulation And Evaluation Of O/W Nanoemulsion Of Ketoconazole.  International Journal Of Pharmaceutical Pharmaceutical Sciences. 4 (4) : 338-339. th

Rawlins, E.A. (2003). Bentleys Of Pharmaceutics 18   Edition. London : Baillierre Tindall. Halaman 22. Robinson, M.K., dan Perkins, M.A. (2002). A Strategy for Skin Irritation Testing.  American Journal of Contact Contact Dermatitis. 13(1) : 21. Rowe, Row e, R.C., R.C., Sheske Sheskey, y, P.J., P.J., dan Quin. Quin. (2009) (2009)..  Handbook of Pharmaceutical th  Excipient 6   Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association. Salim, N., Basri, M., Rahman, M. B., Abdulah, D. K., Basri, H., dan Saleh, A. B. (2011). Phase Behaviour, Formation and Characterization of Palm Based Esters Nanoemulsion Formulation Containing Ibuprofen.  J Nanomedic  Nanotechnol. 2(4) : 4. Sari, N. R., dan Setyowati, E. (2014). Pengaruh Masker Jagung Dan Minyak  Zaitun Terhadap Perawatan Kulit Wajah.  Journal of Beauty and Beauty  Health Education. 3(1) : 2.

68 Universitas Sumatera Utara

 

Shah, M.R., Imran, dan M., Ullah, S. (2017). Lipid Based Nanocarriers For Drug  Delivery And Diagnosi. Kidlington : William Andrew. Halaman 121. Shah, P., Bhalodia, D., dan Shelat, P. (2010). Nanoemulsion A Pharmaceutical Review. Sys Rev Pharm. 1 (1) : 24. Shinde,K. U. P., Chougule, S. eS., Tension Dighavkar, B. S., dan Halwar, D. (2015). (2015) . Surface Surfac Ten sion as as C.aG.,Function FuJagadale, nction of Tempera Temperature ture and Concentration of Liquids.  International Journal of Chemical and Physical Sciences. 4(3) : 6. th

Sinko, P.J. (2011). Martin’s (2011).  Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6  edition. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins. Halaman 469-473.

Sofiana, R., Wiraguna, Wiraguna, A., dan dan Pangkahila, W. (2017). Krim Ekstrak Etanol Etanol Biji Mengkudu ( Morinda  Morinda citrifolia) Sama Efektifnya Dengan Krim Hidrokuinon Dalam Mencegah Peningkatan Jumlah Melanin Kulit Marmut (Cavia porcellus) Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B.  Jurnal e Biomedik. 5(1) : 2. Sorg, O., Tran, C., dan Saurat, J. H. (2001). Cutaneous Vitamin A and E In The Context Of Ultraviolet Or Chemically-Induced Oxidative Stress. Skin Pharmacol Appl Skin Physiol. 14 (72) : 363. Sudarmadji. (2012). Mempelajari Pengaruh Jenis Inisoator, Jenis Surfaktan dan Waktu Feeding Monomer terhadap Kinerja Pressure Sensitive Adhesive Berbasis Air. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia. Halaman 25. Suparni., dan Wulandari, A. (2013). Sehat Dan Cantik Natural Dengan Bahan Bahan Alami. Yogyakarta : Rapha Publishing. Halaman 53. Talegaonkar, S., Azeem, A., Ahmad, F.J., Khar, R.K., Pathan, S.A. dan Khan, Z.I. (2008).  Microemulsions: A Novel Approach to Enhanced Drug Delivery.  Recent Patents on Drug Delivery & Formulation. Halaman 238-257. Tiwari, A. (2014).  Bioengineered Nanomaterials. Boca Raton : CRC Press. Halaman 131-132. Tr Tran angg ggon ono, o, I. I.R R., dan Lat atif ifah ah,, F. (20 2007 07)).  Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Gramedia Pustaka Utama. Halaman 30-32, 118-119, 198-200. Waluyo, S., dan Putra, B.M. (2010). The Book Of Anti Aging Rahasia Awet Muda  Mind Body Spirit . Jakarta : PT Gramedia. Halaman 2. Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik . Depok: Universitas Indonesia. Halaman 3-6. Yuliani, S. H., Hartini, M., Stephanie., Pudyastuti, B., dan Istyastono, E. P. (2016). Perbandingan Stabilitas Fisis Sediaan Nanoemulsi Minyak Biji Delima Dengan Fase Minyak Long Chain Triglyceride Dan Medium Chain Triglyceride. Traditional Medicine Journal. 21(2) : 94.

69 Universitas Sumatera Utara

 

Yuliasari, S., dan Hamdan. (2012). Karakterisasi Nanoemulsi Minyak Sawit   Merah Yang Disiapkan dengan High Pressure Homogenizer. Bengkulu : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Halaman 27.

70 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 1. Gambar bahan

a

b

c

d

e



Keterangan : a. b. c. d. e. f.

Min Minya yak k zai zaitu tun n eks ekstr traa mur murni ni (extra virgin olive oil) Retinol Sorbitol Tween 80 Meti Metill par parab aben en Pro Propi pill parab araben en

71 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 1. (Lanjutan)

g

 j

Keterangan : g. h. i.  j.

Aqua Aqua dest destil ilat ataa Dapa Daparr pH pH net netra rall Dapar p pH H as asam Metilen blue

h

i

72 Universitas Sumatera Utara

 

Lampi Lam piran ran 2. Gambar alat

a

b

c

d

e



Keterangan : a. b. c. d. e. f.

Nera Neraca ca anal analit itik  ik  Nera Neraca ca anal analit itik  ik   Hotplate  Magnetic stirrer  Sonikator Particle size analyzer 

73 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 2. (Lanjutan)

g

h

i

 j



l

Keterangan : g. h. i.  j. k. l.

Visk iskometer Brookfield DV-E  Te Tens nsio iom met eter er Du Nouy pH meter Alat sentrifugasi  Moisture checker  Skin analyzer 

74 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 2. (Lanjutan)

m

n

o

p

q

r

Keterangan : m. n. o.  p. q. r.

Transmission electron microscope (TEM) Piknometer Obje Object ct gla lass ss Beaker glass Cawa Cawan n peng pengua uap p Gelas u uk kur

75 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 2. (Lanjutan)

s Keterangan : s. Bata Batang ng peng pengad aduk  uk 

76 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 3.

Bagan alir pembuatan nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil) dengan penambahan retinol

Minyak zaitun ekstra murni

Aqua destilata

Ditimbang dalam cawan

Ditimbang Ditimb ang dalam gelas gelas beker

Ditamb Dit ambahk ahkan an denga dengan n ret retino inoll

Dilarutkan metil paraben dan

sedikit demi sedikit

propil paraben dalam aqua destilata

dengan

batang pengaduk hingga larut

dipanaskan

diatas

sempurna

hingga larut sempurna

Diaduk

homogen

dengan

Di Didi diam amka kan n

lar larut utan an

cara hotplate

hi hing ngga ga

dingin Ditambahkan tween 80, lalu diaduk

homegen

dengan

batang

pengaduk

hingga

massa

kental

terbentuk

bewarna putih Dihomogenkan

dengan

magnetic

stirrer 

dengan

kecepatan

3000-4000

rpm

dengan penambahan sorbitol sedikit demi sedikit hingga larut sempurna Fase minyak 

Fase air

Ditambahkan fase minyak kedalam fase air sedikit demi sedikit dengan pipet tetes Dihomogenkan dengan magnetic stirrer  dengan kecepa kec epatan tan 3000-4 3000-4000 000 rpm selama selama 6 jam pada pada suhu kamar hingga homogen dan terbentuk  larutan laruta n yang transparan transparan

77 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 3. (Lanjutan)

Disonifikasi larutan menggunakan sonikator selama 30 menit Nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni dengan penambahan retinol

78 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. Distribusi ukuran partikel partikel nanoemulsi minyak zaitun ekstra murni (extra virgin olive oil ) dengan penambahan retinol

1.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F1 pe peny nyim impa pana nan n 0 min mingg ggu u pad padaa suhu kamar

79 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

2.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F1 pe peny nyim impa pana nan n 6 min mingg ggu u pad padaa suhu kamar

80 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

3.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F1 pe peny nyimp impan anan an 12 12 min mingg ggu u pad padaa suhu kamar

81 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

4.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F2 pe peny nyim impa pana nan n 0 min mingg ggu u pada pada suhu kamar

82 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

5.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F2 pe peny nyim impa pana nan n 6 min mingg ggu u pad padaa suhu kamar

83 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

6.

Distr Distrib ibus usii ukur ukuran an par partik tikel el nan nanoe oemu muls lsii F2 pe peny nyimp impana anan n 12 12 min mingg ggu u pad padaa suhu kamar

84 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

7.

Distr Distrib ibus usii uk ukur uran an pa part rtik ikel el na nano noem emul ulsi si F3 pe peny nyimp impan anan an 0 mingg minggu u pa pada da suhu kamar

85 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

8.

Distr Distrib ibus usii uk ukur uran an pa part rtik ikel el na nano noem emul ulsi si F3 pe peny nyimp impan anan an 6 mingg minggu u pa pada da suhu kamar

86 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 4. (Lanjutan)

9.

Distr Distrib ibus usii uku ukura ran n par partik tikel el na nano noem emul ulsi si F3 pe peny nyim impa pana nan n 12 ming minggu gu pa pada da suhu kamar

87 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 5. Data hasil uji statistik   Moisture) - Kadar Air ( Moisture Uji Normalitas

Uji Mann-Whitney U 

88 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 5. (Lanjutan)

- Pori (Pore) Uji Normalitas

Uji Mann-Whitney U 

89 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 5. (Lanjutan)

- Noda (Spot ) Uji Normalitas

Uji Mann-Whitney U 

90 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 5. (Lanjutan)

- Kerutan an//Ker eriiput (Wrinkle) Uji Normalitas

Uji Mann-Whitney U 

91 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 6. Sertifikat analisis retinol

92 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 7. Sertifikat analisis minyak zaitun ekstra murni ( extra virgin olive oil)

93 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 8. Surat pernyataan persetujuan (informed consent )

94 Universitas Sumatera Utara

 

Lampiran 9.

Contoh sediaan dipasaran yang mengandung retinol 2,5% sebagai skin anti-aging

95 Universitas Sumatera Utara

 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF