Foram Bentonik Dan Planktonik

March 23, 2018 | Author: Calon Geologist | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Foram Bentonik Dan Planktonik...

Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambungmenyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi. B. Maksud dan Tujuan Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam. Oleh karena itu perlu dipelajari fosil-fosil berukuran mikro guna tercapainya maksud dan tujuan. Karena keterdapatan mikrofosil relatif banyak maka pada makalah ini lebih di fokuskan pada mikro fosil, antara lain foraminifera.

1

BAB II PEMBAHASAN Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas, sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas. A. Pendeskripsian Foraminifera Mempelajari mikrofosil (foraminifera) ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah : 1. Susunan kamar Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi tiga yaitu:  Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.  Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama.  Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral

menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina

2

2. Bentuk test dan bentuk kamar Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera, sedangkan

bentuk

kamar

merupakan

bentuk

masing-masing

kamar

pembentuk test.

Gambar 2.1. Bentuk Test Penghitungan kamar foraminifera dimulai dari bagian dalam dan pada again terkecil dimana biasanya mendekati aperturenya.

3

Gambar 3.2. Bentuk kamar 3. Septa dan Suture Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut foramen. Septa tidak dapat terlihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture. Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test, merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang khas

4

Gambar 2.3. Suture 4. Aperture Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada kamar terakhir.

5

Gambar 2.4. Aperture Pengamatan foraminifera mikro (plankton dan benthos ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Langkah-langkahnya sebagai berikut: -

Menyiapkan Alat dan bahan berupa mikroskop, lampu, serta alat tulis untuk mendeskripsikan dan menggambar fosil yang diamati.

-

Meletakkan fosil pada mikroskop yang ada pada plate fosil dan lamp dinyalakan.

-

Mengatur letak fosil dan perbesaran lensa mikroskop.

-

Mengamati dan menggambar bentuk fosil serta bagian-bagiannya.

6

-

Mendeskripsikan berdasarkan literatur yang ada.

B. Aplikasi Dari Pemanfaatan Foraminifera Foraminifera dapat digunakan untuk menentukan umur batuan serta untuk mengetahui struktur geologi apa aja yang terjadi pada suatu daerah seperti sesar, lipatan dan kekar. Berikut ini adalah contoh penggunaan foraminifera dalam menetukan umur batuan. Contoh : Dari sampel batuan diperoleh fosil plankton sebagai berikut:

Gambar 2.5. Peta satuan batuan Keterangan: A. Satuan Batu pasir dengan kandungan fosil sebagai brerikut: Fosil a N2 – N8

7

Fosil b N5 – N7 Fosil c N6 – N11 No Fosil 1 2 3

Umur N1

N2

N3

N4

N5

N6

N7

N8

N9

N10

N11

N12

a b c Tabel 2.1. Penentuan umur satuan batuan batu pasir

Umur batuan adalah N6 – N7 B. Satuan batu lempung dengan kandungan fosil sebagai brerikut: Fosil d N1 – N12 Fosil e N8 – N 10 Fosil f N6 – N9 No Fosil 1 2 3

Umur N1

N2

N3

N4

N5

N6

N7

N8

N9

N10

N11

N12

d e f Tabel 2.2. Penentuan umur satuan batu lempung

Umur satuan batu lempung tersebut adalah N8 – N9 C. Satuan batu gamping dengan kandungan fosil sebagai brerikut: Foisil g N8 – N10 Fosil h N7 – N15 Fosil i N9 – N14 No Fosil 1 2 3

Umur N6

N7

N8

N9

N10

N11

N12

N13

N14

g h I Tabel 2.3. Penentuan umur satuan batu gamping

8

N15

N16

Umur satuan batu gamping tersebut adalah N9 – N10 Selaian menggunakan tabel diatas dalam menentukan umur batuan dapat menggunakan cara umur fosil paling akhir mucul dan punah awal.

Gambar 2.6. satuan batuan yang disayat dengan umur batuannya Dengan sayatan sebagai berikut:

9

Gambar 2.7. sayatan satuan batuan Dari uraian di atas maka dapat didisimpulkan sebagai berikut: - Sesuai dengan hukum superposisi yaitu lapisan yang berda paling bawah merupakan lapisan batuan yang paling tua dan lapisan yang paling muda berada di paling atas. - Satuan batuannya selaras karena susunan lapisan batuannya dari yang tua sampai yang muda berurutan - Tidak terjadi gap(waktu yang terputus).

10

Nama Foraminifera

Umur

NO 1

Clavigerinella jarvisi

P13 – P15

2

Cribrohantkenina bermudesi

P16

3

Hastigerina aequilateralis

N14 – N23

4

Cassigerinella chipolensis

P18 – N13

5

Globoratalia (G) tumida

N18 – N23

6

Globoratalia (T) siakensis

N2 – N14

7

Truncorotaloides rahri

P13 – P14

8

Globigerinoides primordius

N4

9

Pulleniatina obliquiloculate

N19 – N23

10

Spaeroidinella dehiscens

N19 – N23

11

Orbulina universa

N9 – N23

12

Orbulina bilobata

N9 – N23

13

Candeina nitida

N17 – N23

14

Catapsydrax dissimilis

N1 – N8

15

Genus Ammobaculites Chusman 1910

Karbon - resent

16

Genus Ammodicus Reuss 1861

Silur - resent

17

Genus Bathysiphon Sars 1972

Silur - resent

18

Genus Bolivina

Kapur - resent

19

Genus Nodogerina Chusman 1927

Kapur - resen

20

Genus Nodosaria Lamark 1812

Karbon - resen

21

Genus Nonion Monfort 1888

Yura - resent

22

Genus Saccamina M. Sars

Silur - resent

23

Genus Textularia Derance 1824

Devon - resent

24

Genus Uvigerina d’Orbigny 1826

Eosin - resent

Tabel 2.4. Tabel umur fosil

BAB III 11

FORAMINIFERA PLANKTONIK A. Genus dan Spesies Foraminifera Plankton Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara hidupnya mengambang atau melayang di air, sehingga fosil ini sangat baik untuk menentukan umur dari suatu lingkungan pengendapan (umur dari suatu batuan). Secara umum foraminifera dibagi berdasarkan family, genus, serta spesies yang didasarkan antara ciri-ciri yang nampak. Ciri-ciri beserta pembagiannya antara lain : a. Family Globigerinidae

Family globigerinidae terdiri dari beberapa genus antara lain:  Genus Cribohantkenina Ciri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir sangat gemuk dan mempunyai “CRISRATE” yang terletak pada plular apertural face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi  Genus Hastigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture berbentuk parabola, terbuka lebar dan terletak pada apertural face. Contoh: Hastigerina aequilateralis.  Genus Clavigerinella Dengan ciri-ciri morphologi dinding test hyaline. Bentuk test pipih panjang, susunan kamar involute, “radial elongate” atau “clavate”. Contoh: Clavigerinella jarvisi  Genus Pseudohastigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture terbuka lebar, berbentuk parabol dan terletak pada apertureal face. Genus ini dipisahkan dari Hastigerina karena testnya yang lebih pipih.  Genus Cassigerinella Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline. Susunan kamar pada permulaan planispiral dan seterusnya tersusun secara biserial. Aperture berbentuk parabol dan terletak didasar apertural face. Contoh: Cassigerinella chipolensis b. Famili Globorotaliidae

Family ini umumnya mempuyai test biconvex, bentuk kamar subglobular, susunan kamar trochospiral , Aperture memanjang dari umbilicus ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pinggir test ada yang mempunyai keel dan ada yang tidak. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, aperture dan keel, maka family ini dapat dibagi atas dua genus, yaitu :  Genus Globorotalia

12

Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjangdari umbilicus ke pinggir test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak. Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dapat dibagi menjadi dua sub genus, yaitu : • Subgenus Globorotalia Subgenus ini mencakup seluruh glabarotalia yang mempunyai keel. Membedakan subgenus ini dengan yang lainnya maka dalam penulisan spesiesnya, biasanya diberi kode sebagai berikut : Contoh : Globorotalia a b c a Menrangkan genus. bMenerangkan subgenus. cMenerangkan species. • Subgenus Turborotali Subgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki keel. Membedakannya, maka subgenus turborotalia dalam penulisan spesiesnya diberi kode. Contoh : Globorotalia  Genus truncorotaloides Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate, bentuk kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Ciri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahas lebih lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen Tengah. Contoh Truncorotaloides rahri c. Family Globigeriniidae

Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau hemispherical, bentuk kamar glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah atau tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan kamar maka family ini dapat dibagi atas 14 genus yaitu:  Genus Globigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini disebut umbilical aperture.  Genus Globigerinoides Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah Globigerina yang mempunyai supplementary aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius.  Genus globoquadina 13











 

Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar dan terletak pada umbilicus dengan segi empat yang kadang-kadang empunyai bibir. Contohya: Globoquadrina alrispira Genus Globorotaloides Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi umbilicusnya tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup). Genus Pulleniatina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 –N23). Genus Sphaeroidinella Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar globural dengan jumlah kamar tiga buah yang saling berangkuman (embracing). Aperture terbuka lebar dan memanjang didasar sutura. Pada dorsal terdapat supplementary aperture. Salah satu spesies yang termasuk genus ini beserta gambar dan keterangan. Spaeroidinella dehiscens Test trochospiral, equatorial peri-peri lobulate sangat ramping, sumbu peri-peri membulat. Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar subglobular menjadibertambah melingkupi pada saat dewasa, tersusun dalam tigaputaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah ukurannya secara cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer interiomarginal umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang terdapat pada kamar terakhir. Genus Sphaeroidinellopsis Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak mempunyai supplementary aperture. Genus Orbulina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical, serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar. Urbulina universal, Orbulina bilobata Genus Biorbulina Ciri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi gandeng dua. Genus Praeorbulina Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau agak lonjong.Bentuk lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture utama tidak terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture saja yang berbentuk stripstrip.

14

 Genus Candeina Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang sutura terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya: Candeina nitida  Genus Globigerinatheca Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan bentuk kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan terdapat secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadangkadang tertutup bulla.  Genus Globigerinita Ciri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan bulla.  Genus Globigerinatella Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat sutural secondary aperture bullae dengan infralaminal aperture.  Genus Catapsydrax Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa “bulla” pada catapsydrax dissimilis dan “tegilla” pada catapsydrax stainforthi. Dengan memiliki accessory aperture yaitu “infralaminal accessory aperture” pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax dissimilis B. Susunan Kamar Foraminifera Plankton Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi : • Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina • Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya : Globigerina. • Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.

15

Gambar 3.1. Penampang Ventral, Dorsal dan Sentral Foraminifera 16

BAB IV FORAMINIFERA BENTHONIK A. Family, Genus Dan Spesies Foraminifera Benthonik Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan. Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah :       

Kedalaman laut Suhu/temperature Salinitas dan kimiaair Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen) Makanan yang tersedia Tekanan hidrostatik dan lain-lain.

Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :  Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, 17

Quingueloculina,Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dindingcangkangnya dibuat dari pasiran.  Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina danTriloculina.  Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides danTextularia.  Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C),Ø dijumpai Listellera,Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai :  Genus Ammobaculites Chusman. Termasuk famili Lituolidae,dengan cirriciri test pada awalnya terputar, kemudian menjadiuniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan terletakpada puncak kamar akhir. Muncul pada karbon resen.  Genus Amondiscus Reuses 1861.Termasuk famili Ammodiscidae dan ciri – ciri test monothalamus,terputar palnispiral, kompisisi test pasiran, aperture pada ujunglingkaran. Muncul Silur Resent.  Genus Amphistegerina d’ Orbigny 1826.Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventralterlihat surture bercabang tak teratur, komposisi test gampingan,berpori halus, aperture kecil pada bagian ventral kecil pada bagianventral  Genus Bathysiphon Sars 1972.Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang–kadang lurus, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul Silur – Resent.  Genus Bolivina.Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agakruncing, beserial, komposisi gampingan, berposi aperture padakamar akhir, kadang berbentuk lope, muncul Kapur – Resent.  Genus d’ Orbigny 1826ü.Termasuk famili Buliminidae, test memanjang, umunya triserial,berbentuk kamar sub globular, komoposisi gampingan berpori.  Genus Cibicides Monfortü 1808. Termasuk famili Amonalidae, dengan ciri – ciri test planoconvexrotaloid, bagian dari dorsal lebih rata, komposisi gampingan berporikasar, aperture di bagian ventral, pemukaan akhir sempit danmemanjang.  Genus Decalina d’ Orbigny 1826. Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus,uniserial, curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampinganberpori halus, aperture memancar, terletak pada ujung kamar akhir.  Genus Elphidium Monfortü 1808. Termasuk famili Nonionidae dengan ciri – cirri test planispiral,bilateral simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture bridgedan umbilical, komposisi test gampingan berpori, aperturemerupakan sebuah lubang/lebih pada dasar pemukaan kamarakhir.

18

 Genusü Nodogerina Chusman 1927. Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamartersusun uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus,aperture terletak di puncak membulat mempunyai leher dan bibir.Muncul Kapur – Resen.  Genus Nodosaria Lamark 1812. Termasuk famili Lagenidae degan test lurus memajang, kamartersusun uniserial, suturenya tegak lurus, terhadap sumbu, padapemulaaan agak bengkok kemudian lurus, komposisi gampinganberpori, aperture di puncak berbentuk radier, muncul Karbon – Resent.  Genus Nonion Monfort 1888. Termasuk famili Nonionidae dengan test cenderung involute, bagiantepi membulat, umumnya dijumpai umbilical yang dalam, komposisigampingan berpori , aperture melengkung pada kamar akhir.Muncul Yura – Resent.  Genus Rotalia Lanmark 1804. Umumnya suture menebal pada bagian dorsal, bagian ventralsuturenya tertekan ke dalam, komposisi test gampingan berpori,aperture pada bagian ventral membuka dari umbilical pinggir.  Genus Saccamina M. Sars 1869. Termasuk famili Sacanidae degan test globular, komposisi test darimaterial kasar, biasanya oleh khitin berwarna coklat, aperture dipuncak umumnya degan leher. Muncul Silur – Resent.  Genus Textularia Derance 1824. Termasuk famili Textularidae test memanjang kamar tersusunbiserial, morfologi kasar, komposisi pasiran, aperture sempitmemanjang pada permukaan kamar akhir. Muncul Devon – Resent.  Genus Uvigerina d’ Obigny 1826. Termasuk famili uvigeridae degan test fusiform, kamar triserial,komposisi berpori, aperture di ujung dengan leher dan bibir. MunculEosen – Resent. B. Susunan Kamar Foraminifera Benthos

Susunan kamar foraminifera benthonik memiliki kemiripan dengan foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya dapat dibedakan menjadi : a. Monothalamus Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminiferayang hanya terdiri dari satu kamar. Macam-macam dari bentuk monothalamus antara lain adalah :  Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada kebanyakan subfamily saccaminidae. Contohnya: Saccammina

19

Gambar 4.1. Saccammina  Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan subfamily proteonaniae. Contoh: Lagena.

Gambar 4.2. lagena  Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily Hyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.

Gambar 4.3. Hyperammina  Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung. Contohnya : Lagena

20

Gambar 4.4. Lagena  Cyclical atau annular chamber Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur. Contoh : Orthovertella, Psammaphis.

Gambar 4.5. Orthovertella

21

 Planispiral kemudian lurus (uncoiling). Contoh : Rectocornuspira.

Gambar 4.6. Rectocornuspira  Cabang (bifurcating). Contohnya : Rhabdamina abyssorum.

Gambar 4.7. Rhabdamina abyssorum  Zig-zag. Contohnya Lenticulina sp.

22

Gambar 4.8. Lenticulina sp.  Stellate  Fistoluse  Arburescent. Contohnya : Dendrophyra crecta.



Gambar 4.9. Dendrophyra crecta Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.

23



Gambar 4.10. Astroshizalimi colasandhal Tak teratur (irregular). Contohnya : Planorbulinoides reticnaculata.

24





Gambar 4.11. Planorbulinoides reticnaculata Setengah lingkaran (hemispherical) contoh : Pyrgo murrhina.

Gambar 4.12. Pyrgo murrhina Inverted v-shaped chamber (palmate). Contohnya : Flabellina rugosa.

25

Gambar 4.13. Flabellina rugosa  Dishotomously branched.  Milioline  Close coliled.  Seperti kerucut. Contohnya : Textularia cretoa.

26



Gambar 4.14. Textularia cretoa Fusiform. Contohnya : Vaginulina laguman.

 

Gambar 4.15. Vaginulina laguman Pyriform. Contohnya : Elipsoglandulina velascoensis. Semicircular. Contohnya : Pavanina flabelliformis.

Gambar 4.16. Pavanina flabelliformis b. Polythalamus Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya uniserial saja atau biserial saja. Macam-macam polythalamus antara lain : 27

 Uniformed yang terbagi menjadi:  Uniserial yang terbagi lagi mejadi:  Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri ataskamar-kamar bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atauneck. Contohnya : Siphonogerina, Nodogerina.

Gambar 4. 17. Siphonogerina Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama laintidak dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria. 

28

Gambar 4.18. Nodosaria Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memilikileher tetapi sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehinggamenutupi sebagian yang lain. Contohnya : Glandulina. 

Gambar 4.19. Glandulina Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi sedikitmelengkung dan garis batas kamar satu dengan yang lain atausuture membentuk sudut terhadap sumbu panjang.Contohnya: Dentalina. 

29

Gambar 4.20. Dentalina

 

Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher. Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya antara lain :  Involute yaitu test yang terputar dengan putaran akhir menutupi putaran yang sebelumnya, sehingga putaran akhir saja yang terlihat. Contoh : Elphidium.

Gambar 4.21. Elphidium  Evolute yaitu test yang terputar dengan seluruh putarannya dapat terihat. Contohnya : Anomalia

30

 Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamrkamar dibagian umbirical (ventral) menumpang satu sama lain. Sehingga kelihatan kamar-kamarnya lebih besar dibagian peri-peri dibandingkan dibagian umbilicus. Contoh : Nonion.

Gambar 4.22. Nonion  Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak padasatu bidang dengan posisi pada dorsal seluruh putaranterlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran terakhirterlihat. Contoh : Rotalia.

31

Gambar 4.23. Rotalia  Helicoids test merupakan test yang terputar meninggidengan lingkarannya cepat menjadi besar. Terdapat padasubfamily Globigeriniidae (plankton) contoh:Globigerina.

32

Gambar 4.24. Globigerina.  Biserial Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yangterletak berselang-seling. Contoh : Textularia.

Gambar 4.25. Textularia  Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yangterletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.

33

Gambar 4. 26. Uvigerina c. Biformed test

Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangatberbeda satu dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserialpada awalnya kemudian menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh :Bigerina Gambar 4. 27. Bigerina.

d. Triformed test Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah testmisalnya permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnyamenjadi uniserial. Contohnya : Vulvulina.

Gambar 4.28. Vulvulina e. Multiformed test Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunankamar, bentuk ini jarang ditemukan.

34

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang

mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). 2. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi. 3. Fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foil-fosil makro

35

serta bagian-bagian

tubuh. 4. Dalam membedakan foraminifera yang satu dengan yang lainnya harus memperhatikan bentuk test, susunan kamar, bentuk kamar, ornament , suture dan aperturenya. 5. Dalam menentukan suatu umur batuan menggunakan fosil dapat dilakukan

dengan melihat fosil muncul akhir dan punah awal. 6. Masalah – masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat. B. Saran Praktikum yang akan datang diharapkan lebih ditingkatkan lagi dalam penyajian materi serta literatur yang disediakan agar mahasiswa lebih paham sehingga tujun dari dilaksanakannya praktikum dapat tercapai secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA

Blow, W.H. 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigraphy Cont. Planktonic Microfossil, Geneva, 1967, Pro. Leiden, E.J Bull v. Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their Classification and Economic Use, Cambridge, Massachusets, USA Harvard University Press Kennett, J.P Srinivasan, M.S 1983. Neogene Planktonic Foraminifera. Hutchinson Ross Publishing Company, h.265 Maha M. 1995. Biozonasi, Paleobatimetri dan Pemerian Sistematis Foraminifera Kecil Sumur TO- 04, Sumur TO- 08 dan Sumur -95, Daerah Cepu dan sekitarnya, Cekungan Jawa Timur Utara, Thesis, ITB, Bandung Phleger, F.B. 1951 Ecology of Foraminifera, Northwest Gulf of Mexico, The

36

Geological Society of America, Memorial 46 Postuma, J.A 1971 Manual of Planktonik Foraminifera, Amsterdam, London, New York, Elsevier Publishing Company. Pringgopawiro H, 1984. Diktat Mikropaleontolgi Lanjut, Mikropaleontologi Jur. T Geologi, ITB, Bandung

Laboratorium

Subandrio, A. 1994. Study Paleobathimetry Cekungan Sumatera Utara, Subcekungan Jambi dan Cekungan Barito, Thesis ITB, Bandung

37

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF