Fix Preeklamsia Kelompok 2

July 28, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Fix Preeklamsia Kelompok 2...

Description

 

BAB I PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah Preeklamsia dan eklamsia masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia menjadi penyebab kematian ibu hamil dan  perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Sampai saat ini  preeklamsia dan eklamsia masih merupakan ”the disease of theories”, theories”, karena

angka

kejadian

preeklampsia-eklampsia

tetap

tinggi

dan

mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal yang tinggi (Manuaba, 2010). Sampai saat ini terjadinya pre eklamsi belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa pre eklamsi dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai mempunyai faktor penyebab pen yebab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeeklampsia,

obesitas, dan

kehamilan kembar. kehamilan kembar. (Sitomorang dkk, 2016). Biasanya  preeklamsia ditemukan pada waktu kehamilan yang ditandai dengan  berbagai gejala klinis, yang biasanya terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 48 jam setelah persalinan. Preeklamsia pada kehamilan berdampak pada maternal dan perinatal.  plasenta previa 10 kasus (4,3%), solusio plasenta 1 kasus (0,4%),  perdarahan postpartum 5 kasus (2,1%), eklamsia eklamsi a 7 kasus (3%), impending eclamsia 19 kasus (8,1%), sindrom HELLP 4 kasus (1,7%), sindrom HELLP parsial 26 kasus (11,1%), edema paru 24 kasus (10,3%), gagal ginjal akut 4 kasus (1,%), kematian maternal mat ernal 5 kasus (2,1%). Dampak pada  perinatal yaitu Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) 91 kasus (37%),  pertumbuhan janin yang terhambat 17 kasus (6,9%), kelahiran preterm 70

1

 

kasus (28,3%), asfiksia neonatorum 38 kasus (16,7%), dan kematian  perinatal 23 kasus (9,3%). (Raras. A.A, 2011) 2011) Komplikasi yang terjadi karena kasus preeklamsia dapat mengakibatkan gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2  yang cukup, sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam jangka waktu lama atau akut. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin lebih dari 160x/ menit, denyut jantung tidak teratur, atau keluarnya meconium yang kenval pada awal persalinan (Nugroho,2012). Gawat janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup, denyut jantung janin abnormal juga dapat disebut fetal distress (Dewi.A.h. dan Cristine.C.P.,2010). Jumlah kasus AKB dan AKI di Indonesia turun dari 33.278 ditahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016, dan ditahun 2017 sebanyak 10.294 kasus. Demikian juga dengan AKB turun dari 4.999 tahun 2015 menjadi 49.12 ditahun 2016 dan ditahun 2017 sebanyak 1712 kasus (Depkes RI, 2017). AKI di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 turun dibandingkan pada tahun 2016. AKI pada tahun 2017 sebesar 72,85 / 100.000 kelahiran hidup yaitu sejumlah 9 kasus, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 12 kasus sebesar 97,65 / 100.000 kelahiran hidup. Hasil audit maternal perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab AKI pada tahun 2017 adalah perdarahan sebesar 17% (2 kasus) dan lainya lain ya Preeklamsi berat, sepsis, hipertiroid, ssyok, yok,  paripartum, infeksi paru dan lainnya 11% (1 kasus). Penyebab AKI di Kabupaten Bantul dari tahun 2012 sampai 2017 Preeklamsia menempati kasus AKI nomor dua setelah kasus perdarahan (Dinkes Kabupaten Bantul, 2018). AKB menurukan kenaikan ditahun 2017 sebesar 8,74 /1.000 kelahiran hidup naik jika dibanding ditahun 2016 sebanyak 7,65 / 1.000 kelahiran hidup. Perkembangan AKB di Kabupaten Bantul dari tahun 2017 terdapat 108 kasus, dan terjadi hampir di semua wilayah Kabupaten Bantul. Penyebab AKB terbesar adalah karena BBLR sebanyak 20 kasus. ( Depkes,2017)

2

 

Kasus banjir yang terjadi di Bantul, pada 16 maret 2019 yang disebabkan oleh hujan dan cuaca ekstrem di DIY yang mengakibatkan sejumlah wilayah terjadi banjir dan tanah longsor yang terjadi tidak hanya di Bantul tetapi di beberapa titik di Yogyakarta, sejumalh titik bencana banjir dan longsor itu tersevar di kabupaten Bantul, kabupaten Bantul, Gunung Kidul, dan Kulon Progo. Dalam bencana banjir dan tanah longsor yang menerjang  beberapa wilayah di Bantul dan Yogyakarta tak hanya merendam m erendam ratusan rumah tetapi juga menelan korban jiwa dan luka dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) bantul, dua warga ditemukan tewas akibat longsor, dan dua lainnya dinyatakan hilang hil ang dan beberapa warga lainnya mengalami luka ringan.

B.  Tujuan 1.  Tujuan umum Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan preeklampsia ringan di posko pengungsian pada tahun 2019 menggunakan metode pola pikir SOAP. 2.  Tujuan khusus a.  Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan di posko kesehatan desa Pundong Kabupaen Bantul tahun 2019.  b.  Melakukan pemeriksaan umum dan fisik pada ibu hamil dengan  preeklamsia ringan di posko kesehaan desa Pundong Kabupaen Bantul tahun 2019. c.  Menegakkan diagnose yang terjadi pada ibu hamil dengan  preklampsia ringan di posko kesehatan desa Pundong Kabupaen Bantul tahun 2019. d.  Menyusun rencana tindakan dan evaluasi indakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada ibu hamil dengan  preeklampsia ringan di posko kesehatan desa Pundong Kabupaen Bantul tahun 2019.

3

 

C.  Manfaat a.  Bagi pasien Mendapat pertolongan awal yang tepat dan penanganan yang benar.  b.  Bagi Instansi pelayanan kesehatan sarana dan prasarana yang memadai dan memiliki tenaga kesehatan yang professional untuk menangani kegawatdaruratan. c.  Bagi tenaga kesehatan Dapat meningkatkan skill, potensi, dan penanganan kegawatdaruratan terutama pada saat genting dan terjadinya terjadin ya bencana.

4

 

BAB II TINJAUAN TEORI A. Menejemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengukur dan menilai risiko dan membuat strategi untuk menangani risiko tersebut. Proses tersebut dilakukan dengan cara: mengidentifikasi, mengontrol dan memonitor serta meminimalisasi semua aspek risiko dalam suatu bidang melalui lingkaran atau siklus sehingga terwujud sistem yang aman dan efektif. Manajemen risiko dalam pelayanan obstetri merupakan proses yang terencana dan sistematik untuk mencegah, menurunkan dan atau mengendalikan kemungkinan kerugian akibat segala risiko yang ada dalam proses pelayanan tersebut. Prinsip Menejemen Risiko 1.  Manajemen risiko meliputi ancaman dan peluang (maksimalisasi peluang, minimalisasi kehilangan, dan meningkatkan keputusan dan hasil) 2.  Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang logis dan sistematis sistemati s untuk meningkatkan kinerja yang efektif dan efisien 3.  Manajemen risiko memerlukan pemikiran kedepan 4.  Manajemen

risiko

mensaratkan

akuntabilitas

dalam

pengambilan

keputusan 5.  Manajemen risiko mensaratkan komunikasi 6.  Manajemen risiko memerlukan pemikiran yang seimbang antara biaya untuk mengatasi risiko (dan meningkatkan peluang perbaikan) dengan manfaat yang diperoleh Untuk melaksanakan manajemen risiko setiap petugas kesehatan dituntut mengambil tanggung jawab untuk Mengenali kesalahan atau kekeliruan  pengobatan atau tindakan sebelum terlambat. Mengidentifikasi prosedur atau

5

 

 pengobatan yang berisiko tinggi. Menyadari keterbatasan pengetahuan dan keterampilan. Menerapkan mekanisme fail-safe. Membuat standar pelayanan. B. Birth Stool For The Midwife Kursi Persalinan untuk Bidan. Sebuah teori bagi bidan dalam mengahadapi risiko dan meningkatkan keselamatan dalam pelayanan kebidanan. Unsur yang terpenting adalah being With women atau Bersama perempuan, Menjadi  pendamping Perempuan. Memberikan Memberikan waktu dan tempat untuk bidan mengenal  perempuan,

Memahami

perspektif

atau

pandangan

perempuan

dan

Mengantisipasi kebutuhan perempuan. Ada 3 penyanggannya yaitu : 1)  Being professional atau Bekerja secara Profesional Mempunyai atau menguasai ilmu pengetahuan. Mempunyai atau menguasai ketrampilan asuhan kebidanan yang baik,khususnya untuk mengkaji risiko. Memberikan waktu dan tempat untuk bidan mengenal  perempuan, Memahami perspektif atau pandangan perempuan dan Mengantisipasi kebutuhan perempuan. 2)  Working the system atau Bekerja dan menjalankan sistem Bidan tidak bekerja sendiri, namun memberikan pelayanan dalam system kesehatan, dan penting kiranya memahami bagaimana bidan  berpartisipasi dalam system s ystem tersebut. kolaborasi dengan orang lain dalam sebuah system dimana dimana system system ini berada

guideline guideline dan kebijaka kebijakan, n,

menjadi bagian dari masyarakat dan lebih peka terhadap sumberdaya masyarakat 3)  Working with complexcity atau Memahami kompleksitas peran dan tugas  bidan Bekerjasama dengan perempuan atau ibu di sepanjang masa reproduksinya adalah hal yang kompleks dan kadang tidak jelas. Bidan dapat menerima bahwa risiko dan ketidakpastian adalah hal yang normal terjadi dalam asuhan kebidanan

6

 

Storytelling atau Bercerita adalah Berbagi cerita antar bidan berharga untuk pembelajaran dan pengembangan asuhan kebidanan. Berbagi cerita dapat memberikan gambaran kompleksitas masalah dalam asuhan kebidanan dan senantiasa menjaga hubungan baik antar bidan dan dapat merefleksi asuhan untuk meningkatan keamanan dan keselamatan dalam asuhan kebidanan C. Pengertian Preeklamsia 1.  Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi,  proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam  postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012). Sedangkan menurut Chapman (2006) preeklampsia adalah merupakan me rupakan kondisi khusus dalam kehamilan ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD) dan  proteinuria. 2.  Menurut Skenna dan Kappel (2001) dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran (2006), preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubung atau berlanjut menjadi kejang (eklampsia), sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrapsio  plasenta / solusio plasenta (Maryunani, dkk, 2012). 2012). 3.  Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012). 4.  Penderita preeklamsia berat yang tidak dapat penanganan yang memadai atau terlambat pertolongan bisa mendapat serangan kejang-kejang yang disebut eklamsia.

7

 

D.  Etiologi Preeklamsia Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih  besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016). Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara  pasti, tetapi pada umum nya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya  preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk, 2012) Penyebab preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti,  bukan hanya satu faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia akan menimbulkan komplikasi yang dapat  berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat (Manuaba, 2008). E.  Tanda Gejala Preeklamsia Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014). Gambaran klinik  preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati, 2016 ). Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh  perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-

8

 

kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo, dkk 2015). Menurut Rozikhan (2007) tanda dan gejala preeklampsia adalah sebagai  berikut: 1)  Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila  peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan  bahwa penderita penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin  penderita menderita preeklampsia. Peningkatan tekanan sistolik sekurangkurangnya 30 mmHg, atau peningkatan Universitas Sumatera Utara tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurangkurangnya 90 mmHg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat 2)  Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam  jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau  pembengkan pada ektrimitas dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan preeklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan, mungkin merupakan tanda  preeklampsia. Bertambahnya berat badan disebabkan retensi air dalam  jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak hilang dengan

9

 

istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre eklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH (Hipertensi dalam kehamilan) tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general. 3)  Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif kualitat if menunjukkan 1+ atau 2 + (menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih dalam air Universitas Sumatera Utara kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan tambah berat badan. Proteinuri sering ditemukan pada preeklampsia, karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. F.  Klasifikasi Preeklamsia Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, berikut ini adalah penggolongannya (Rukiyah dan Yulianti, 2010): 1.  Preeklampsia Ringan Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation   syndrome” akibat vasospasme general dengan segala “maladaptation akibatnya (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Gejala preeklampsia ringan meliputi: a.  Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110 mmHg  b.  Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam c.  Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

10

 

d.  Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ 2.  Preeklampsia Berat Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Gejala klinis preeklampsia berat meliputi: a.  Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg  b.  Trombosit 3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada  pemeriksaan kuantitatif bisa disertai dengan Oliguria (urine < 400 ml/24 jam), keluhan serebral, gangguan pengelihatan, nyeri abdomen, gangguan fungsi hati, gangguan perkembangan Intrauterine G.  Faktor yang Berhubungan dengan Penyebeb Preeklamsia Faktor yang berhubungan dengan terjadinya preeklampsia yaitu faktor usia dan paritas. Sedangkan berdasarkan penelitian Rozikhan RS. Soewando Kendal  pada tahun 2007 beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan terjadinya  preeklampsia adalah faktor pengetahuan, usia, usia , paritas, riwayat preeklampsia, genetik dan pemeriksaan kehamilan (ANC). Walaupun penyebab preeklampsia  belum dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki hubun hubungan gan dengan terjadinya preeklampsia. 1.  Umur Ibu Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan (Nursalam, 2001). Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya Universitas Sumatera Utara

11

 

meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka kematangan dalam berfikir semakin baik. Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil  berkisar antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah  berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil. Karena kehamilan pada usia ini memiliki ini memiliki resiko tinggi, seperti terjadinya keguguran atau kegagalan persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas 35 tahun, selain fisik mulai melemah, juga kemungkinan munculnya berbagai risiko gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes, dan berbagai penyakit lainnya termasuk preeklampsia (Gunawan, 2010). Tinggi rendahnya usia seseorang memengaruhi terjadinya preeklampsia (Sarwono, 2006). 2.  Usia Kehamilan Menurut (Royston, 1994) dalam (Dollar, 2008) preeklampsia biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20 minggu, masih dikategorikan hipertensi kronis. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua kehamilan makin berisiko untuk terjadinya preeklampsia. 3.  Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu. Sucheilitif paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan  jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Menurut Manuaba (1999) paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah: a.  Primigravida: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kali

12

 

 b.  Multipara: adalah seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali c.  Grande multipara: adalah wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali. Pada primigaravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingankan dengan multigaravida, terutama primigaravida muda (Sarwono, 2006). 4.  Bad Obstetric History Seorang wanita yang pernah memiliki riwayat preeklampsia, kehamilan molahidatidosa dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun (Apotik Online, 2005). H.  Dampak Preeklamsia 1.  Dampak preeklamsia pada ibu Perubahan anatomi patologi a.  Plasenta Pada preelamsi terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat menurunnya aliran darah keplasenta perubahan plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium, memnebalnya dinding pembulu darah vili karena vibrosis dan konfersi moderen menjadi jaringan fibrotik, dipercepat prosesnya pada  preeklamasia dan hipertensi. Pada preelamsia yang jelas ialah atrovi sinsitium, sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama  perubahan pada pembuluh darah dan stoma. Alteriasoirali Alteriasoiraliss mengalami konstriksi dan penyepitan akibat aterosis akut disertai necrotizink arteriopathy.

13

 

 b.  Ginjal Alat ini sebenarnya normal atau dapat membengkak pada simpai ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan perdarahan kecil. Pada preeklamsia ditemukan adanya gagal ginjal c.  Hati Alat ini sebenarnya normal pada permukaan dan pembelahan tampak tempat perdarahan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobulus, disertai trombosis pada pembuluh darah kecil,terutama disekitar venaporta. Walau umumnya lokasi ialah periportal, namun  perubahan tersebut dapat ditemukan ditempat - tempat te mpat lain. l ain. Rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat penyakit dan luas perubahan  pada hati d.  Otak Pada penyakit yang belum lanjut ditemukan odem dan anemia  pada korteks selebri pada keadaan lanjut dapata dapata ditemukan perdarahan e.  Retina Kelainan yang sering ditemukan diretina ialah spasmus pada arteriola terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena tampak lekuk  pada persimpangan dengan arteriola. Dapak terlihat odem odem pada diskus optikus dan retina. Ablasio ratina juga dapat terjadi, terjadi , tetapi komplikasi ini prognossnya baik, karea retina akan melekat lagi beberapa minggu  post partum. Perdarahan dan ekssudat jarang ditemukan pada  preeklamsia, bisanya kelainan tersebut menunjukan menunjukan adanya hipertensi menahun. f.  Paru-paru

14

 

Paru-paru menunjukan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopeneomonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru g.  Jantung Pada sebagian besar penderita yang meninggal karena preklamsia  jantung biasanya mwngalami mwngalami perubahan degeneratif pada pada miokardium. miokardium. Sering ditemukan degenerasi dan lemak an cloudy awelling serta nekrolis dan perdarahan sheehan (1985) menggambarkan perdarahan subendokardina disebelah kiri septum interventrikula pada kira-kira 2/3 penderita preeklasi yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit h.  Klenjar adrenal Klenjar adrenal dapat menunjukan kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat (Hanifah Wiknjosastro,2005) Perubahan Patofisiologi a. Perubahan pada plasenta dan uterus Menurunnya aliran darah keplasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangannya oksigennasi kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering di dapatkan  pada preeklamsia dan eklamsi, sehingga mudah terjadi partus  prematurus.  b. Perubahan pada ginjal Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah kedalam ginjal meurun, sehingga menyebabkan viltrasi glomerulus mengurang. Kelainan pada gijal yang penting ialah yang berhubungan dengan

15

 

 protein urine dan mungkin sekali dengan dengan retensi garam dan air. Fungsi ginjal pada preeklamsia tampaknya agak menurun bila dilihat dari clearanc asam urik. Flitrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normalnya, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria (Hanifah Wiknjosastro,2005). Waktu Tanggap Untuk Stabilisasi Komplikasi Preeklamsia Berat  No.

Kasus

Bidan

di

desa

Puskesmas

Rumah

Rumah

PONED

sakit

sakit

PONEK

PONEK + ICU

1

PEB/Eklamsia

Segera

Persalinan

Persalinan

dalam 6 jam

dalam

untuk

 jam

Persalinan

24 dalam  jam

eklamsi dan 12

jam

untuk PEB 2.  Akibat Pada Janin Janin yang dikandung pada ibu hamil mengalami preeklamsi akan hidup dalam rahim degan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembulu darah yang menyalurkan darah keplasenta menyempit (Riesnawati Soelaeman,2005). Karena buruknya nutris, pertumbuhan janin akan terlambat sehingga akan terjadi berat bayi rendah, kelahiran prematur, atau bayi lahir meninggal (stillbirth). Bisa juga bayi lahir prematur,niru saat dilahirkan (Asfiksia) dan sebagainya pada kasus preeklamsia yang berat janin harus segerah dilahirkan jika sudah menunjukan kegawatan (Riesnawati Soelaeman,2005).

16

24

 

I.  Penanganan preeklamsia Kejang (eklamsia), eklamsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil,  persalinan atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala  preeklampsia (Prawirohardjo, 2010). Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (Natiqotul, 2016). a.  Stabilisasi komplikasi maternal 1)  Di Bidan Desa Identivikasi tanda bahaya, kolaborasi bidan. MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit. 2)  Puskesmas NON-PONED Diagnosa klinik, dosisi awal MgSO4 (40%) 4 gr IV 5 menit, lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc ringer lactat/ringer acetat 15 menit kejang beri 2 gr selama 5 menit, nifedipin nifedipi n jk TD ≥140/90 5-10mg 5-10mg  bisa diulang 8x/24 jam, pasang infus RL dengan jarum ukuran 16 atau lebih maintenance MgSo4 1gr selama 24 jam. Pasang peralatan  penangan kejang keja ng goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O2 4-6 liter/menit. 3)  Puskesmas PONED Diagnosis klinik, dosis awal MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit, lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc RL/ringer acetat 15 menit kejang beri 2 gr selam 5 menit. Nefedipin jk TD ≥ 140/90 5-10 5-10 mg bisa di ulang 8x/24  jam. Pasang infus RL dengan jarum ukuran 16 atau lebih maentenence MgSO4 1 gr selama 24 jam. Rujuk bila memburuk  pasang peralatan penanganan kejang goedel, penghisap lendir, masker O2 dan O2, 4-6 liter/menit

17

 

 b.  SOP Maternal komplikasi selama transportasi 1) Bidan desa Jaga jalan nafas, jaga dari trauma, MgSo4 IV 1 gr/jam melalui infus RL atau ringer acetat, nifedipin 5mg sublingual. 2) Puskesmas PONED Jaga jalan nafas, jaga dari trauma, MgSo4 IV 1 gr/jam melalui infus RL atau ringer acetat, nifedipin 5mg sublingual. 3) RS PONEK Jaga jalan nafas dan jaga dari trauma J.  Sistim rujukan preeklamsi Sistem rujukan dibangun dengan membuat jejaring antar fasilitas dan  pemangku kepentingan agar pelayanan rujukan kegawat-daruratan kegawat -daruratan ibu dan BBL/Neonatus dapatmenjadi

efektif, efisien dan berkeadilan. erdapat

dua prinsip yang perlu diperhatikan agar dapat dihasilkan suatu sistem  jejaring

pelayanan

rujukan yang

efektif, efisien dan berkeadilan,

yaitu kolaborai dan pertukaran informasi. Prinsip Kolaborasi Mengingat Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia  berjenjang dari tingkat kompetensi terendah di tingkat bidan di desa atau Bidan Praktik Swasta sampai tingkat tertinggi yaitu Rumah Sakit tersier yang melibatkan pelayanan sektor pemerintah maupun swasta serta mempunyai tingkat kewenangan yang berbeda maka prinsip kolaborasi antar fasilitas yang berbeda tersebut menjadi sangat penting khususnya bagi komplikasi Ibu dan BBL (Neonatus) yang merupakan keadaan gawat darurat. Sangat penting pula untuk bersama- sama memahami peran dokter spesialis di Kabupaten/jejaring rujukan sebagai pembina fungsional dalam kolaborasi ini. Kolaborasi antar fasilitas baik publik maupun swasta diharapkan akan membentuk suatu jejaring sistem rujukan pelayanan

18

 

kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir/neonatus di dalam suatu wilayah tertentu misalnya suatu kabupaten atau kota tertentu. Hal ini telah diakomodasi dalam RPJMN dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan yang tertera dalam Permendagri/Permenkes yang keluar setiap tahunnya dan terdiri dari Panduan Operasional Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Puskesmas - Rumah Sakit. a.  Pelayanan ibu hamil, bayi dan KB.  b.  Pelayanan persalinan olehtenaga kesehatan kesehatan terampil. c.  Penyediaan

pelayanan PONED minimal di empat

puskesmas

 perawatan terpilih dan Rumah Sakit PONEK. Panduan Operasional Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) Puskesmas - Rumah Sakit Merupakan kewajiban minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah setempat bagi  pemenuhan hak kesehatan rakyatnya. Di tingkat Kabupaten/Kota terdapat 3 tingkat kemampuan pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir seperti yang terlihat pada gambar di halaman sebelumnya, yaitu: a. Rumah Sakit PONEK (Pedoman RS PONEK dan RSIA)  b. Puskesmas PONED (Pedoman Puskesmas PONED) c. Bidan di Desa atau BPS yang mampu memberikan PPGDON (Pedoman PPGDON). Pertukaran Informasi Agar rujukan yang

dapat

terbangun

suatu

jejaring

sistem

efektif dan efisien, maka antar pemberi layanan di semua

fasilitas yang telah berjejaring sebagianya harus terjadi suatu pertukaran informasi yang tepat dan sama. Hal ini harus secara berkesinambungan disosialisasikan agar semua pemberi layanan dalam suatu jaringan bisa saling berkomunikasi dengan  baik, tepat sasaran karena memiliki informasi dan pemahaman yang sama. Pertukaran informasi bisa berbentuk

media

19

cetak

berupa surat,

 

 pedoman,

leaflet, poster, buku saku maupun elektronik berupa SMS, email,

atau dalam pertemuan, magang, pembinaan, pelatihan dan lain-lain. Undang-undang sistim rujukan Beberapa dasar hukum terkait, yaitu: 1.  UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2.  UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 3.  UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. 4.  UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 5.  UU No. 11 tahun 2008 tentang Telekomunikasi. 6.  Permenkes RI No. 1464 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. 7.  PP terkait Kesehatan Ibu dan Bayi. 8.  PERDA Terkait Kesehatan Ibu dan Bayi. K.  Pendokumentasian dengan SOAP Pada asuhan kebidanan ini penulis menggunakan pendokumentasian 4 langkah yang menggunakan SOAP. Metode ini merupakan inti sari proses  pemikiran penatalaksanaan kebidanan 7 langkah Varney (JHPIEGO,2003). (JHPIEGO,2003). Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP yaitu: Data Subyektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien pas ien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,

20

 

 pemeriksaan laboratorium laboratorium atau diagnostic lain. Catatan medic dan dan informasi darikeluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Analysis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam  pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analysis atau assessment (A) merupakan  pendokumentasian manajemen manaj emen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-2, ke-3 dan ke-4 sehingga mencakup hal-hal berikut ini : diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosis atau masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien. Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain antara lain dokter. Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6 dan ke-7. Dalam planning ini  juga harus mencantumkan evaluasi atau evaluation evaluatio n yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau hasil

21

 

 pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan focus ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun, 2009). SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Adapun SOAP digunakan untuk pendokumentasian karena : 1)  Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan. 2)  Metode ini merupakan penyaringan dari intisari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian asuhan. 3)  SOAP merupakan urut-urutan yang membantu dalam mengorganisir  pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh. (Pusdiknas, 2003).

22

 

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI  NY. P USIA 28 TAHUN G1P0O0 HAMIL 30 MINGGU DENGAN PRE EKLAMSI BERAT DAN FETAL DISSTRES

Tanggal pengkajian : 10 Mei 2019 Waktu pengkajian

: 13.25 WIB

Tempat pengkajian

: Posko Bencana Bantul I

IDENTITAS  Nama Umur

: Ny.P : 28 tahun

Tn.R 32 tahun

Agama

: Islam

Islam

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SLTA

SLTA

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Pleret, Bantul

 No. Telp

:

Karyawan Swasta

Tabel 1 S

1.  Ibu bernama Ny.P berumur 28 tahun. 2.  Ibu berada di posko bencana setelah terjadi banjir yang menimpa desanya. 3.  Ibu mengeluh pusing, nyeri kepala hebat, penglihatannya kabur dan nyeri pada ulu hati 4.  Ibu mengatakan saat ini sedang hamil anak pertama, dan belum  pernah keguguran.

23

 

5.  Ibu menarche pada usia 13 tahun, siklus haid 28 hari, dan lama haid 5-6 hari. 6.  Ibu menikah 1 kali saat usia 27 tahun, lama pernikahan ±1 tahun, status sah. 7.  Ibu mengatakan saat ini umur kehamilannya adalah 30 minggu. 8.  Ibu mengatakan HPHTnya tanggal 10 Oktober 2018 dan HPLnya tanggal 19 Juli 2019. 9.  Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin sejak umur kehamilan 20 minggu sekitar 10-15 kali. 10. Obat yang dikonsumsi ibu selama hamil adalah obat yang diberikan bidan, seperti Fe (60mg) 1x1 tablet, Kalk (500mg) 1x1 tablet, dan vitamin C (25mg) 1x1 tablet. 11. Keluhan pada trimester I ibu mengalami mual muntah, pada trimester II ibu merasa sering BAK, trimester III ibu merasa mudah pusing. 12. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit DM, TBC, asma, asma ,  jantung, hepatitis, hipertensi dan HIV/AIDS. 13. Ibu mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, heapatitis, TBC, DM, dan HIV/AIDS. 14. Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. 15. Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan dan da n minuman.

16. Ibu mengatakan pola eliminasinya normal seperti biasa, BAB 1 kali sehari dan BAK ±5 kali sehari. 17. Ibu mengatakan setiap hari mandi 2 kali dan keramas 2-3 kali seminggu. 18. Ibu mengataka kehamilannya saat ini mendapat dukungan dari suami dan keluarganya, namun ibu merasa khawatir dengan kondisinya saat ini. O

1.  Pemeriksaan umum Keadaan umum : lemah

24

 

Kesadaran : composmentis BB/TB : 47kg/155cm LILA : 24 cm TTV : TD: 150/100 mmHg  N: 80 x/menit  S: 36,4 oC R: 18 x/menit  HPL : 19 Juli 2019 UK : 30 minggu 2.  Pemeriksaan fisik a.  Kepala : mesochepal, rambut hitam, bersih  b.  Muka : tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak oedem. c.  Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. d.  Mulut : simetris, tidak ada caries, tidak ada stomatitis. e.  Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol. f.  Abdomen : TFU: 28cm, TBJ: 2480 gram. Leopold 1: teraba bokong Leopold 2: teraba punggung kiri Leopold 3: teraba kepala Leopold 4: belum masuk PAP (konvergen) DJJ : 160 x/menit  g.  Ekstremitas : atas-bawah simetris, hiper refleksia 3.  Pemeriksaan penunjang Protein urin : +2 A

Ny. P usia 28 tahun G1P0O0 hamil 30 minggu dengan Pre Eklamsi Berat dan Fetal Disstres.

P

1.  Profesional

25

 

a.  Memberitahu ibu dan keluarga mengenai kondisi ibu saat ini mengalami pre eklamsi berat dengan hasil pemeriksaan TD: 150/100  mmHg, N: 80 x/menit, S: 36,4 oC, R: 18 x/menit. Ibu mengeluh pusing, sakit kepala, dan hiper refleksia serta hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan protein urin +2. (Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan).  b.  Memberikan dorongan mental pada ibu dan keluarga agar tetap tenang dan tidak panik. (Kesadaran ibu mulai apatis dan keluarga paham dengan yang dijelaskan oleh bidan). c.  Memberitahu keluarga mengenai kemungkinan yang terjadi dengan kondisi ibu, yaitu bila kita segera mendapat pertolongan atau kalau lebih cepat tiba di Rumah Sakit akan cepat memeperoleh pertolongan dan ibu dan janin dapat ditolong dan selamat. Bila lebih lama atau kita menunda kemungkinan terjadi kejang pada ibu, dan bila terjadi kejang yang akan mengancam nyawa ibu dan janin. Tindakan yang akan dilakukan kemungkinan memerlukan dukungan tambahan darah. (Keluarga paham dengan penjelasan yang diberikan). d.  Memberitahu keluarga bahwa ibu mengalami tekanan darah yang tinggi, hasil pemeriksaan laboratorium bahkan rasa nyeri oada ulu hati merupakan suatu keadaan yang tidak baik dan kemungkinan sangat membahayakan nyawa ibu dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu keadaan seperti ini harus memperoleh pertolongan yang cepat dan tepat maka hanya dengan membawa ibu ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas yang cukup untuk segera mendapat  pertolongan. Apabila kita menunggu atau menunda ibu bisa mngalami kejang dan kejang sangat membahayakan. Maka dari itu

kami akan

melakukan

rujukan

kemungkinan yang tidak diinginkan.

26

untuk

mengantisipasi

 

(Keluarga paham dengan penjelasan yang diberikan dan menyetujui tindakan selanjutnya / rujukan ke Rumah Sakit). e.  Melakukan oksigenasi yaitu dengan memasangkan nasal kanul ukuran 16 dan mengalirkan Oksigen 3 liter. (Telat terpasang nasal kanul dan aliran oksigen 3 liter). f.  Memasangkan infus pada tangan kiri ibu, memasang abocath ukuran 18 dan transfusi set. (Terpasang infus RL 20 tpm). 2.  Sistem (kewenangan) a.  Peraturan Menteri 3.  Complexity a.  Melakukan rujukan ke Rumah Sakit dengan menggunakan kendaraan posko (Ambulance) dengan menjaga jalan nafas dan menjaga pasien dari trauma. (Terpasang oksigen dan infus serta mengikutsertakan bidan kedalam proses rujukan).

27

 

BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan kebidanan yang dilakukan Bidan terhadap  Ny.P umur 28 tahun G1P0A0 hamil 30 minggu dengan Pre-Eklamsi Berat. Menurut skena dan kappel bahwa pengertian dari preeklamsia adalah salat satu kondisi khusus dalam kehamilan yang ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah (TD) dan Protein Urine. Yang didapat dalam pemeriksaan bidan pada tanggal 10 Mei 2019 di Balai bencana yaitu ibu mengeluh pusing, nyeri kepala hebat, penglihatan kabur, hiper refleksia dan nyeri ulu hati serta hasil pemeriksaan juga ditandai dengan vital sign TD: 150/100 mmhg, Nadi: 80x/menit, pernafasan: 18x/menit, Suhu: 36,4C, TFU: 28 cm, Palpasi janin tunggal, punggung kiri, bagian terendah  belum masuk PAP, DJJ: 160x/menit, 160x/menit, dan protein urine (++). Menurut

Maryunani faktor atau penyebab terjadinya preeklamsia pada ibu

hamil dikarenakan ibu yang primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia, faktor tersebut dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diingikan atau bisa merenggut nyawa ibu dan janin. Maka dari itu sebagi tenaga kesehata atau bidan perlu melakukan pemantauahn sedini mungkin untuk mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia menjadi lebih berat. Sebelum Di karenakan fasilitas yang berada di dalam posko  becana tidak cukup membantu ibu, maka tenaga kesehatan melakukan rujukan agar ibu mendapatkan tindakan atau penangan yang lebih baik. Berdasarkan teori bahwa dalam melakukan rujukan terhadap pasein dengan  preeklamsia bersat bers at yaitu dengan memberikan dosis awal MgSo4 (40%) 4 gr IV 5 menit, lanjutkan dengan 6 gr dalam 15 cc RL/ringer acetat 15 menit kejang beri 2 gr selam 5 menit. Nefedipin jk TD ≥ 140/90 5 -10 mg bisa di ulang 8x/24 jam. Pasang infus RL dengan jarum ukuran 16 atau lebih maentenence MgSO4 1 gr selama 24 jam. Rujuk bila memburuk pasang peralatan penanganan kejang goedel,

28

 

 penghisap lendir, masker O2 dan O2, 4-6 liter/menit akan tetapi pada Posko Balai Bencana tidak melakukan sesuia teori dikarenakan fasilitas-fasilatas yang akan digunakan tidak mecukupi untuk diberikan. Sehingga tenaga Kesehatan atau bidan mengarahkan pasien agar dilakukan rujukan Sebelum pasien dirujuk,langkah awal yang dilakukan bidan atau tenaga kesehatan di dalam posko bencana yaitu menstabilkan kondisi pasien dengan cara memasang oksigenasi nasal kanul ukuran 16 dengan aliran oksigen 3 liter, memasang infus Rl dengan 20 tpm selama ± 12 jam. Walaupun sedikit berbeda dari teori yaitu Setelah itu melakukan mel akukan rujukan ke Rumah Sakit dengan mengikutsertakan  bidan menggunakan kendaraan posko (Ambulance) dengan menjaga jalan nafas dan menjaga pasien dari trauma. Sebuah teori bagi bidan dalam mengahadapi risiko dan meningkatkan keselamatan dalam pelayanan kebidanan. Ada 3 penyanggannya yaitu : Being  professional atau Bekerja secara Profesional ialah Mempunyai Mempunyai atau menguasai ilmu  pengetahuan. Mempunyai atau menguasai ketrampilan ketrampilan asuhan kebidanan yang yang baik baik khususnya untuk mengkaji risiko. Seorang bidan yang yang mampu mengkaji risiko yang terjadi apabila tidak segera dirujuk dapat menyebabkan hal yang tidak di inginkan merupakan bidan yang bekerja secara profesional. Working the system atau Bekerja dan menjalankan sistem sis tem ialah Bidan tidak  bekerja sendiri, namun memberikan pelayanan dalam system kesehatan, dan  penting kiranya memahami bagaimana bidan berpartisipasi dalam system tersebut. Bidan yang melakukan kerja sama dengan merujuk pasien yang sekiranya pasien tersebut harus dilakukan rujukan sesuai dengan sistemnya merupakan working the system dan working with complexity. Management penatalaksanaan resiko dari kasus tersebut jika dilihat dari teori being with women termaksuk dalam working with complexcity (Bekerja dan menjalankan system). Seorang bidan yang memberikan pertolongan awal dengan memberikan oksigen dan infus RL telah sesuai dengan teori. Hanya saja keterbatasan alat, alat , tempat, dan obat-obatan diposko yang membuat tindakan keselamatan pada pasien kurang maksimal sehingga di

29

 

 perlukan rujukan. Keterampilan bidan dalam memberikan pelaksanaa tersebut merupakan suatu proses yang sudah sesuai dengan system oprasionanya yang melakuakn tindakan tidak hanya bekerja sendiri melainnkan berkejasama atau  berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya agar dalam meningkatkan mutu keselamatan pada pisien dapat mengurangi angka AKI dan AKB salah satunya satu nya saat  pasie

tersebut dilakukan rujukan. Dalam proses merujuk ibu hamil dengan preeklamsia tenaga kesahatan

harus menentukan rumah sakit tipe c yang dituju dan mengirimkan informasi pada rumah sakit yang dituju seta mempersiapkan BAKSOKUDA agar proses rujukan dapat berjalan lancar.

30

 

BAB V PENUTUP A.  Kesimpulan Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa bidan mampu menerapkan asuhan kebidanan

pada pasien gawat darurat berdasarkan sistem

manejemen resiko melalui metode SOAP. Sesuai dengan kompetensi bidan mampu melakukan keterampilan asuhan kebidanan untuk menghadapi kasus preeklamsi berat dengan fetaldistress. Salah satunya

being

 professional  atau  atau bekerja secara profesional. Selanjutnya asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. P umur 28 tahun G1P0A0AH0 hamil 30 minggu dengan pre eklamsi berat dan fetal dissstress di Posko bencana bantul I. Diagnosa dilakukan dengan mengumpulkan data secara akurat sehingga didapatkan diagnosa kebidanan Ny. P umur 28 tahun G1P0A0AH0 dengan pre eklamsi dan fetal disstress

yaitu : pengkajian pengkajian

 pada kasus didapatkan data dat a subjectif yaitu mengeluh men geluh pusing, nyeri kepala hebat, penglihatannya kabur dan nyeri pada ulu hati sedangkan data objectifnya didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, TTV : TD:150/100mmhg, N: 80x/menit, S:36,4c , R: 18x/menit, TFU: 28CM, DJJ:160x/menit, protein urine : +2 dan penanganan atau  pelaksanaan yang dapat dilakukan bidan yaitu memberikan dorongan mental pada ibu, melakukan oksigenasi yaitu dengan memasangkan nasal kanul, ukuran 16 dan mengalirkan oksigen 3liter dan memasang infus RL 20tpm serta melakukan rujukan ke Rumah Sakit dengan menggunakan kendaraan posko (ambulance).

B.  Saran a.  Bagi pasien Diharapkan khususnya untuk ibu hamil hendaknya dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin dan sedini mungkin , sehingga dapat

31

 

mendeteksi dini kelainan komplikasi pada kehamilan maupun  persalinan yang mungkin dapat terjadi sehingga dapat segera dilaksanakan tindakan .  b.  Bagi pelayanan kesehatan Diharapkan pada pelayanan kesehatan khususnya PMB dapat menyediakan sarana yang memadai dalam upaya memmberikan  pelayanan yang bermutu dan berkualitas berkualitas sesuai dengan standar. c.  Bagi tenaga kesehatan Diharapkan untuk melanjutkan asuhan kebidanan yang sudah dikelola oleh penulis yang bertujun untuk pemulihan kesehatan pasien dalam menangani kebutuhan pasien

32

 

DAFTAR PUSTAKA

Adha, N.W., Situmorang, M., dan Muchtar, Z., (2016), Pengembangan (2016), Pengembangan Bahan Ajar  Kimia Berbasis Multimedia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada  Pengajaran Termokimia, Jurnal Jurnal Pendidikan Kimia 8(3): Kimia 8(3): 19-27 Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Balita . Jakarta: Trans Info Medika. Chapman, V. 2006. Asuhan 2006. Asuhan kebidanan persalinan persalinan dan kelahiran. kelahiran. Jakarta: EGC Dewi. A.h., Cristine. C.P. 2010.  Asuhan Persalinan Normal . Yogyakarta: Nuha Medika Manuaba, Ida Bagus. 2010. Ilmu 2010.  Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk  Pendidikan Bidan. Jakarta Bidan. Jakarta : EGC. Manuaba,I.B.G., Chandra, M.I.A., Fajar, M.I.B.G. 2008. Pengantar Kuliah. Obstetri. Jakarta: EGC. Maryunani, A, dkk, 2012, Asuhan 2012,  Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan, Kebidanan, Trans Info Media, Jakarta. Muslihatun. 2009. Dokumentasi 2009. Dokumentasi Kebidanan. Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya  Nugroho, Taufan, dkk. 2012.  Buku Ajar Obstetri dan Mahasiswa Kebidanan. Kebidanan. Yogyakrta: Nuha Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2010.  Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan  Maternal dan Neonatal . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu  Ilmu Kebidanan Kebidanan.Jakarta .Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Raras, A. A. 2011.  Pengaruh Preeklamsia Berat Pada Kehamilan Terhadap  Keluaran Maternal dan Perinatal di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010. 2010. Semarang: Universitas Diponegoro. Rozikhan. 2007. Faktor 2007. Faktor –  Faktor  Faktor Risiko Terjadinya Pre-eklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal . Semarang: UNDIP (Thesis) Saraswati, N., & Mardiana. (2016 ). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan  Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil (Studi Kasus di RSUD Kabupaten Kabupaten Brebes  Brebes   Tahun 2014). Unnes Journal of Public Health, 5(2).

33

 

Sarwono, S.W. 2006. 2006. Psikologi Remaja. Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tigor H. Situmorang., Yuhana Damantalm., Afrina Januarista., Sukri. 2016. Faktor 2016. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di  Poli KIA RSU Anutapura Anutapura Palu. Jurnal Kesehatan Tadulako. 2 Tadulako. 2 (1). 1-75 Wibowo . (2015) .  Perilaku Dalam Organisasi. Organisasi. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wiknjosastro, Hanifa. 2010.  Ilmu Kandungan. Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf   https://dinkes.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2018/05/Profil%20Kesehatan %202018.pdf  

34

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF