Fisiologis Kala I Persalinan

October 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Fisiologis Kala I Persalinan...

Description

 

 A. Fisiologis Kala I Persalinan Persalinan terbagi menjadi 4 kala. Kala I persalinan dimulai ketika ada kontraksi yang adekuat serta adanya dilatasi serviks, dan berakhir saat pembukaan lengkap. Kala I persalinan terdiri atas 2 fase. Yaitu fase laten dan fase aktif. Sejumlah perubahan fisiologis terjadi pada ibu selama persalinan. Sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan-perubahan ini agar dapat membedakan tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan abnormal. 1. Sistem Reproduksi Kala I persalinana dalah awal kontraksi persalinan nyata, seperti ditunjukan oleh perubahns evriks secara progresif, dan diaakhiri dengan serviks yang terdilatasi sempurna. (Varney Midwifery, 2004). Menurut Syaifudin (2004), Kala I persalinan terjadi jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Jadi kesimpulannya, kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks lengkap. Pada kala I persalinan terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita. Diataranya adalah sebagai berikut : a.

Segmen Atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim Uterus terdiri atas dua bagian yaitu segmen atas rahim yang dibentuk oleh corpus uteri dan segmen bawah rahim yang dibentuk oleh istmus uteri. Hal ini berhubungan dengan kontraksi rahim yang mempunyai sifat khas, antara lain :

1)

2)

3) 4)

5)

6)

Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi (Retraksi). Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur-angsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim (SBR). Sebagian dari dari iisi si rahim keluar dari segmen atas rahim (SAR) dan diterim diterima a oleh segmen bawah rahim (SBR). Jadi, segmen atas makin lama lama makin mengecil sedangkan segmen segmen bawah bawah makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas dan bawah menjadi jelas (lingkaran retraksi yang fisiologis). Jika segmen segmen bawah bawah san sangat gat diregang maka lingkaran lingkaran retraksi lebih jelas dan dan naik mendekat pusat (lingkaran retraksi yang patologis atau lingkaran bandle).

b.

Bentuk rahim Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun muka belakang berkurang. Hal ini terjadi karena ukuran melintang berkurang, artinya tulang punggung menjadi lebih lurus dan dengan demikian kutup atas janin tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam PAP.

c. 1)

Serviks Agar bayi dapat keluar dari rahim maka perlu terjadi pembukaan dari serviks.

 

2) 3)

4)

5) -

Pembukaan dari serviks ini biasanya didahului oleh pendataran dari serviks. Pendataran serviks adalah : pendekatan dari kanalis servikali servikalis s berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pembukaan dari dari serviks adalah pembesaran dari OUE yang yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang dapat dilalui janin kira-kira 10 cm diameternya. Perubahan serviks selama kala I, dibagi menjadi 2 fase, yaitu:   Fase laten Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.   Fase aktif Dari pembukaan (4 (4 –  – 10)  10) cm. Akan terjadi kecepatan rata-rata 1cm per jam (nullipara/ primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

d. Vagina dan dasar panggul 1) Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina yang sejak kehamilan mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh janin. 2) Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dinding yang tipis. 3) Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva mengahadap ke depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka. 2.

Sistem Kardiovaskular a. Tekanan Darah Tekanan darah meningkat selama selama kontraksi uterus, vistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg Antara kontraksi tekanan darah kembali normal seperti sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari telentang menjadi miring dapat mengurangi peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan darah ini juga dapat disebabkan oleh rasa takut dan khawatir Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi. diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer Timbul tahanan Perifer, sehingga tekanan darah meningkat dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistol dengan rata-rata 15 mmHg (10-20mmHg dan kenaikan diastol dengan rata-rata 3-10 mmHg. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah di antara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Akan tetapi, baik tekanan sistol maupun diastol akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi wanita yang memang memiliki hipertensi kini risikonya meningkat untuk mengalami komplikasi seperti perdarahan otak Selain itu, dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan d selama kontraksi dapat dihindari. b. Detak Jantung Jantung Berhubungan dengan peningkatan metabolisme detak  jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi. detak  jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan. c. Jantung Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10-15%. d. Hematologi 1) Hemoglobin akan meningkat 1.2 mg 100 ml selama selama persalinan dan kembali sebelum persalinan pada hari pertama postpartum, asalkan tidak ada seperti kehilangan darah yang abnormal

 

2)

3)

3.

Waktu koagulasi darah akan berkurang berkurang dan terjadi peningkatan plasma. Sel-sel darah putih secara progresif akan meningkat selama kala u persalinan sebesar 5.000-15.000 WBC pada pembukaan lengkap. Gula darah akan berkurang, kemungkinan besar disebabkan karena peningkatan kontraksi uterus dan otot-otot tubuh.

Sistem Pencernaan a.

b.

c. d.

Metabolisme. Selama Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob anaerob akan meningkat secara terus-menerus. Kenaikan ini seba disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot tubuh. Kenaikan tercermin dengan kenaikan suhu tubuh, denyut jattung, pernapasan, ka output, dan kehilangan cairan. Peningkatan kardiak output serta ket cairan akan memengaruhi fungsi renal. sehingga diperlukan perhatian d tindakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansialberis sangat banyak selama persalinan. Selain itu, pengeluaran getah berkurang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan lambung menjadu sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggakas perut dalam waktu yang biasa. Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan. Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita Bibir dan mulut meried kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respons emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi salurat cerna danmual waktupengosongan lambang menjadi Wanita sering menurun kali merasa dan memuntahkan makanan yanglambat. belum dicerna sebruam bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap duata serviks lengkap Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan Bidan meraba feses yang keras atau tertahan pada tektum.

4.

Suhu Tubuh Suhu tubuh selama peralinan akan meningkat, hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-2 derajat farenhit atau sama dengan 0,5-1 derajat celcius.

5.

Sistem Pernapasan a. Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme Hiperventilasi yang terjadi dalan waktu yang lama menunjukkan kondisi tidak normal dan bisa menyebabkan alakolis. b. Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernapasar karena angka dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, nyeri khawatir, penggunaan teknik-teknik bernapas. c. Observasi pernapasan ibu dan bantulah ia dalam mengendalikan pernapuse tersebut untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu lama. Sistem pernapasan juga beradaptsi. Peningkatan aktivitas fisikdan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (PH meningkat) hipoksia, dan hipokapnea (karbon dioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan; jika ibu tidak diberi abat- obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga bisa meningkatkan pemakaian oksigen.

 

6.

Sistem Perkemihan a. b.

Proteinuri yang sedikit dianggap normal dalam peralinan. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ a abdomem. bdomem. Apabila dterisi, kandung kemih dapat teraba atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteiuiria +1

dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya  jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan. c. Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin daebabkan oleh peningkatan curah jantung, peningkatan fltrasi dalam promelarus dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan. 7.

Perubahan Endokrin Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana terjadi penurunan kadar progerteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.

8.

Perubahan integumen  Adaptasi intergumen khususnya distensibilitas yang b besar esar pa pada da introitus intro itus vagina yang terbuka. Derajat distensibilitas bervariasi pada bu yang melahirkan. Walaupun tanpa episotomi atau laterasi, robekan kecil pada kalit sekitar introitus vagina mungkin terjadi.

9.

Perubahan Muskuloskeletal Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan asam basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah terjadinya kram pada kaki. Sistem muskeloskeletal mengalami stress selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menretai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan psosisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sediri dan gerakkan meluruskan  jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.

 

B. Perubahan Fisiologis Kala I Persalinan Perubahan Fisiologis

Arti Penting

Tekanan Darah   Meningkat selama kontraksi dengan kenaikan sistol ratarata sebesar 10-20 mmHg dan

Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, ukurlah dengan benar diantara dua kontraksi.



kenaikan diastol rata-rata sebesar 5-10 mmHg.  



 



Di antara kontraksi-kontraksi, tekanan darah tersebut kembali ke nilai persalinan. Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring ke samping akan menghilangkan perubahan dalam tekanan darah ini selama satu kontraksi. Rasa nyeri, rasa takut, dan kekhawatrisan bisa menaikkan tekanan darah ini lebih lanjut.

Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut dan sangat khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnyalah (bukan preeklamsia) yang menyebabkan kenaikan tekanan tersebut. Periksalah parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan preeklampsia. Berilah asuhan pendukung dan pengobatan yang akan bisa membuatnya santai sebelum membuat diagnosis akhir jika preeklamsia benar tidak ada.

Metabolisme   Selama persalinan, baik metabolisme karbohidrat secara aerob mau pun anaerob akan naik secara perlahan dan teru menerus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena kecemasan 

serta kerangkaoleh tubuh.kegiatan  



otot

Tanda peningkatan kegiatan metabolisme tubuh : 1) 2) 3) 4) 5)

Kenaikan suhu tubuh Denyut jantung Pernapasan Curah Jantung Kehilangan Cairan

Perubahan Fisiologis

Kenaikan kardiak output serta kehilangan cairan akan memengaruhi fungsi renal dan akan meimbulkan kekhawatiran dan langkah-langkah untuk mencegah terjaidnya dehidrasi. Arti Penting

 

Suhu  

Suhu tubuh akan sedikit naik selama perlinan, tertinggi selama dan segera setelah kelahiran. Untuk bisa dianggap normal, kenaikan ini tidak boleh melampaui 1 sampai 2 derajat fareheit (0,5-1 derajat

Suhu yang naik sedikit ini bisa dianggap normal. Akan tetapi, bila peralinan berlangsung lama, kenaikan suhu bisa mengindikasikan adanya dehidrasi, dan parameter lainnya harus dicel; juga jika selaput ketuban yang pecah secara prematur. Suhu yang

celcius), karena hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Pernapasan   Kenaikan sedikit dalam jumlah pernapasan adalah normal selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan metabolisme yang terjadi

naik bisa merupkan indikasi infeksi dan tidak bisa dianggap normal dalam keadaan seperti ini.





 



Hyperventilasi yang lama merupakan kondisi tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

Perubahan Renal   Poliuri sering terjadi selama persalinan, mungkin diakibatkan oleh kardiak output yang naik selama kenaikan dalam angka filtrasi glomerular serta aliran plasma renal. Poliuri tidak begitu terlihat dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan. 

 



Sedikit proteirunira (trace +1) adalah biasa dalam sepertiga sampain separuh jumlah wanita dalam persalinan. Proteinuria +2 atau lebih sudah  jelas tidak normal.

Sedikit sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernapasan oleh karena angkanya dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan teknik-teknik bernapas.

Kantung kemih harus sering-sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk melihat apakah ada penggelembungan dan harus dikosongkan untuk mencegah hal berikut. 

 

Hambatan terhadap turunnya bagian menyodor



 

Trauma terhadap kantung kemih dari tekanan yang terus berlangsung, yang bisa menyebabkan hipotoni kantung kemih serta retensi urine selama masa segera setelah pascalahir.

Hal ini lebih sering terdapat wanita primipara atau wanita mengalami anemia, bisa juga pada persalinan lama mengindikasikan preeklamsia.

pada yang terjadi yang

 

Perubahan Gastrointestinal Kemampuan pergerakan gastrik dan penyerapan makanan padat sangat berkurang, dikombinasikan dengan pengurangan sekresi gastrik selama persalinan, akan membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus yang lambat.

Medikasi oral dianggap kurang efektif selama persalinan. Perubahan gastrointensinal mungkin adalah merupakan reaksi terhadap salam satu atau kombinasi dari faktor-faktor kontraksi uterus, rasa nyeri, rasa takut, cemas dan medikasi atau komplikasi.

Cairan-cairan ini tidak terkena pengaruh dan akan meninggalkan perut dalam waktu yang biasa. Makanan yang masuk ke dalamm lambung selama segera sebelum persalinan kemungkinan besar akan tetap berada di dalam perut selama persalinan. Rasa mual dan muntah bukanlah hal yang jarang terjadi selama fase transisi, enandai berkahirnya kala I persalinan. Perubahan Hematologi Hemogobin akan meningkat sebear 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke tingkat pascakelahiran asalkan tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

Jangan sampai terkecoh dengan menanggapi ibu tidak kekurangan darah jika hasil tes darahnya berada pada garis batas dan dengan demikian terlena mengakibatkan risiko yang meningkat dari kekurangan darah pada saat ibu berada pada masa inpartu.

Waktu koagulasi darah akan berkurang dan akan dapat penambahan plasma ini akan selanjutnya selama persalinan. Hitung Perubahan-perubahan risiko perdarahan sel-sel darah putih secara progresif mengurangi akan meningkat selama kalam I pascapersalinan pada wanita normal. persalinan sebesar 5.00 sampai Hitung sel darah putih yang meningkat rata0rata sejumlah 15.000 WBC pada tidak selalu berindikasi adanya proses akhir opembukaan lengkap. Setelah itu nfeksi pada tingkat ini. jika terdapat tidak akan ada lagi peningkatan dalam  jauh di atas tingkat ini, maka periksalah parameter-parameter lainnya untuk  jumlah tersebut. mengetahui apakah ada infeksi. Gula darah akan berkurang selama persalinan dan turun secara mencolok. Penggunaan uji laboratorium untuk Perslainan yang lama atau sulir, menapis wanita yang menderita kemungkinan besar disebabkan diabetes selama masa inpartum akan peningkatan kegiatan uterus dan otot memberikan hasil yang paling tidak tepat dan tidak dapat diandalkan. kerangka tubuh.

 

C. PENGKAJIAN AWAL/ANAMNESA  Apabila ada seorang ibu akan melahirkan, pengkajian awal pelru dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya, serta apakah kondisi ibu dan bayinya normal. Pengkajiana wal tersebut adalah sebagai berikut, Lihat

Tanda-tanda perdarahan, mekonium/bagian organ lahir Tanda bekas operasi seksio sesaria Ibu yang warna kulitnya kuning atau terdahulu kepucatan Kapan waktunya tiba Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan Tanda-tanda denyut penting untuk hipertensi Detak jantung janin terhadap bradikardi

Raba Periksa

Jika menmukan satu dari tanda-tanda tersebut di atas, ibu perlu dikirim ke fasilitas yang mampu memberikan asuhan kegawatdaruratan obstetrik. 1. Mengkaji Riwayat Kesehatan a. Biodata atau identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan, agama, pendidikan, status perkawinan). Biodata sebagai data awal untuk mengetahui identitas ibu. Umur juga dapat digunakan untuk menentukan faktor-faktor predisposisi terhadap sejumlah komplikasi. Misalnya, ibu di abwah usia 16 tahun dan di atas 35 tahun dapat meningkatkan insiden preeklamsia dan usia di atas 35 tahun dapat meningkatkan insiden preeklamsia. Usia di atas 35 tahun meningkatkan insiden diabetes tipe II, hipertensi kronis yang menyebabkan peningkatan insiden pre-eklamsia dan abrupsio plasenta, persalinan yang lama pada nulipara, skesio sesaria, pelahiran preterm, intra-uterine growth retardation (IUGR), anomali kromosom, dan kematian janin. b. Keluhan utama ibu, untuk mengetahui perihal yang mendorong ibu datang kepada bidan.   Apa yang ibu rasakan   Sejak kapan timbulnya keluhan   Ceritakan urutan kejadian   Tindakan apa saja yang sudah dilakukan c. Riwayat menstruasi : umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya darah dana danya dismenor. d. HPHT (Hari Pertama Hari Terakhir Haid). Hari pertama haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau prematur. Namun terkadang hari pertama haid terakhir tidak dapat diingat oleh ibu, oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan penunjang seperti USG. e. Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu). Merupakan data dasar untuk menetukan usia kehamilan menurut taksiran atau perkiraan ibu. Menentukan atau menyamakan persepsi tentang usia kehamilan apakah cukup bulan atau prematur. f. Taksiran persalinan g. Apakah ibu pernah melakukan ANC. Jika ya, periksa kartu ANC ibu (jika mungkin). Hal ini dilakukan untuk mengetahui usia kehamilan, masalah atau komplikasi dengan kehamilan sekarang, serta 







 

riwayat kehamilan terdahulu. Jika ibu tidak pernah ANC atau tidak mempunyai kartu ANC, dapat ditanyakan secara langsung apa komplikasi atau masalah pada kehamilan sekarang dan riwayat kehamilan terdahulu. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan kali ini. 2. Mengkaji riwayat kehamilan. a. Jumlah kehamilan da kelahiran : G (gravida), p (para), A (Abortus). Diperlukan penjelasan tentang jumlah gravida pada ibu untuk mengidentifikasi masalah potensial pada kelahiran kali ini dan periode pascapartum. Paritas/para memengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Jika pada persalinan sebelumnya mengalami pembukaan lengkap, maka pada persalinan kali ini tidak akan mengalami kesulitan, sehingga dapat memperpendek lama persalinan. Selain itu, pada multipara dominasi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang rileks, sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir, dengan demikian dapat mengurangi lama persalinan. Namun pada grande multipara, semakin banyak jumlah janin, maka persalinan secara progresif menjadi semakin lama. Hal ini diduga sebagai akibat dari perubahan otot-ototuterus (suatu kondisi yang sering disebut keletihan otot-otot uterus) merupakan hal yang lazim bahwa seorang wanita bersalin lebih lama setelah sebelumnya melahirkan delapan bayi ukup bulan dibandingkan ia melahirkan pertama kali. Semakin tinggi paritas; insiden abrupsio plasenta, plasenta previa, b.

perdarahan uterus, mortalitas ibu, dan mortalitas perinatal juga meningkat. Riwayat persalinan.   Jarak antara dua kelahiran   Tempat kelahiran   Cara melahirkan (spontan, vakum, forsep atau operasi)   Masalah atau gangguan yang yang timbul pada saat hamil dan melahirkan seperti perdarahn, letak sungsang, preeklamsia, eklamsia, dan lainlain.   Kapan ibu mulai merasakan nyeri/kontraksi, berapa lama, seberapa kuat, serta lokasi nyeri/kontraksi yang ibu rasakan. Informasi ini snagat pentung untuk menetapkan awal persalinan, biasanyadimulai sejak kontraksi menjadi teratur dan untuk membedakan antara kontraksi persalinan palsu dan persalinan sejati. Pada persalinan palsu, frekuensi, durasi dan intensitas 









 



kotraksi tidak meningkat, tidak teratur dan durasinya pendek. Kontraksi pada persalinan sejati pada awalnya tidak teratur dan durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur disertai peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada persalinan palsu biasanya di abdomen bagian bawah dan lipat paha, akan menghilang jika ibu berjalan atau bergerak. Sedangkan lokasi kontraksi pada persalinan sejati biasanya dirasa sebagai nyeri yang menyebar dari fundus ke punggung. Berikut adalah pernyataan yang umum ditanyakan untuk mengetahui tanda-tanda perslainan. Apakah sudah terjadi penegluaran air ketuban dari jalan lahir? Pecahnya ketuban merupakan tanda menjelang persalinan, karena pecahnya ketuban merupakan predisposisi, baik bagi ibu mau pun

 

bayi dapat terjadi peningkatan risiko infeksi intrauteri. Jika ada riwayat ketuban pecah, maka bidan harus memeriksa keadaan ketuban apakah sudah pecah atau belum. Ibu tidak selalu menyadari ketuban pecah atau belum karena umumnya mengira air ketuban yang bocor sebagai inkontinensia urine. Laporan penyemburan air yang dapat tiba-tiba mengalir di tungkai ibu sehingga membasahi alas kakinya (sehingga ia perlu menggunakan pembalut bersih) atau

 



 



bahkan membuat pakaiannya menjadi basah, merupakan alasan yang kuat bahwa ketuban sudah pecah. Apakh ibu memperhatikan adanya lendir darah? Lendir darah menandai akan terjadinya persalinan. Apakah lendir darah meningkat, maka dapat ditafsirkan bahwa ibu akan memasuki kala II. Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina? Perdarahan per vaginam merupakan suatu keadaan yang abnormal dan dapat menjadi faktor penentu prioritas masalah pada persalinan. Penting diketahui bahwa perdarahn per vaginam merupakan suatu hal yang kontraindikasi untuk dilakukannya pemeriksaan dalam. Jika terdapat aliran darah, dapat ditanyakan kembali berapa lama semburan darah itu terjadi dan seberapa banyak darah yang keluar, sehingga dapat diputuskan untuk melakukan tindakan selanjtunya

atau tindakan rujukan. Apakah bayi bergerak? Gerakan janin yang dirasakan ibu diperlukan untuk mengkaji kesejahteraan janin.   Metode pada persalinan sebelumnya, berapa berat badan bayi? Untuk mengidentifikasi kelahiran dengan SC atau per vaginam pada perslainan yang lalu. Ukuran bayi terbesar yang dilahirka per vagina oleh ibu dapat memastikan keadekuatan panggul wanita untuk bayi pada saat ini. informasi ini juga menajdi dasar untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi yang disebabkan oleh berat atau ukuran  janin.   Kapan terakhir ibu makan dan tidur? Hal ini ditanyakan untuk mengkaji informasi yang diperlukan anstesi  jika akan dilakukan pembedahan, selain itu juga digunakan untuk

 







mengkaji cadangan energi dan status cairan. Riwayat Kelahiran Bayi. Berat dan panjang badan waktu lahir, jenis kelamin, kelainan yang menyertai, bila bayi meninggal apa penyebab kematiannya. d. Riwayat KB. Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai, efek samping, alasan berhentinya penggunaan alat kontrasepsi, dan lama penggunaan kontrasepsi. 3. Riwayat ginekologi. Infertilitas, penyakit kelamin, tumor, atau kanker sistem reproduksi, operasi ginekologis. 4. Riwayat medis. a. Riwayat medis saat ini. c.

 

 Apakah ibu mengalami sakit kepala hebat, pandangan berkunang kunang atau nyeri epigastrium. Hal ini digunakan utnuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan dan kehamilan, sehingga badan dapat mempersiapkan bila terjadi kegawatan pada persalinan. b. Riwayat medis lainnya. Riwayat medis lainnya yang perlu ditanyakan adalah apakah ibu mempunyai penyakit yang berbahaya seperti jantung, paru-paru, pernapasa, atau perkemihan; karena hal itu juga dapat mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan dan kehamilan, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin.

 

D. Pemantauan kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu serta janin janin selama pesalinan dengan Pantograf. 1. Pemantauan Kemajuan Persalinan Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement   dan dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, ada tandadari gejala kala 2). Selain effacement   dan dilatasi  dan cerviks, kemajuan persalinandan dapat dinilai penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin. Penurunan kepala dapat diketahui dengan pemeriksaan abdomen (palpasi) dan atau pemeriksaan dalam. 2.

Pemantauan Kesejahteraan Ibu

Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau, karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi. Pemantauan kesejahteraan ibu selama kala 1 disesuaikan dengan tahapan pesalinan yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah masih dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi: frekuensi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir. a) Frekuensi Nadi Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik umum ibu. Frekuensi nadi normal berkisar antara 60  –   –  90 kali per menit. Apabila frekuensi nadi meingkat lebih dari 100 kali denyutan per menit, maka hal tersebut dapat mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri, infeksi, ketosis dan atau perdarahan. Frekuensi nadi pada kala 1 fase laten dihitung setiap 1 – 1 – 2  2 jam sekali, dan pada kala 1 fase aktif setiap 30 menit. b) Suhu Tubuh Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap dalam kondisi normal (36,50  – 37,5 – 37,50 C). Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi indicator terjadinya infeksi, ketosis, dehidrasi, atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural. Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada kala 1 (fase laten dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali. c)

Tekanan Darah Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau dengan sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural. Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya his. Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau anestesi epidural. Pada ibu yang mengalami preeklamsi atau hipertensi esensial selama kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga pemantauan tekanan darah ibu

 

harus lebih sering dan lebih cermat. Pada kondisi normal, tekanan darah selama kala 1 (fase laten dan fase aktif setiap 2 – 2  – 4  4 jam sekali. d) Urinalisis Urin yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau, meliputi: volume, glukosa urin, keton dan protein. Volume urin berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton berkaitan dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua energi yang ada telah terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan dengan pre-eklamsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah ketuban pecah dan atau adanya tanda infeksi urinaria. e) Keseimbangan Cairan Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme dalam tubuh ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik. Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk (oral dan atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan urin). Semua urin yang keluar harus dicatat dengan baik, untuk memastikan bahwa kandung kemih benar-benar dikosongkan. Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang menjadi catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika kantong infuse diganti dan hanya sebagian yang digunakan. f)

Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu datang ke bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan his/kontraksi. Pemeriksaan abdomen dilakukan berulang kali pada interval tertentu selama kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan penurunan kepala. Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi. Untuk itu, pada pemeriksaan kontraksi, tangan bidan tetap berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10 menit). Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada kala 1 persalinan, hampir selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan bagian per lima-an (ke-lima tangan pemeriksa), yang masih dapat dipalpasi di atas pelvis. Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami engagement sebelum persalinan dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati pintu atas panggul dengan bantuan kontraksi yang baik atau tidak. Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan oksipital sekalipun sulit masih bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke depan.

 

g) Pemeriksaan Jalan lahir Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk mengetahui kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement   dan dilatasi cerviks, serta penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin. Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama perslinan. Tetapi intervensi ini dapat

3.

menimbulkan distress pada ibu, sehingga pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala kala 2, dan pecah ketuban) dan atau dilakukan setiap 4 jam sekali. Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan baik. Pemantauan Kesejahteraan Janin

Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan informasi mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotic. Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung janin. Frekuensi denyut  jantung janin dapat dikaji secara intermiten dengan stetoskop Pinard atau alat Dopler atau dengan menggunakan electronic fetal monitoring   (EFM) secara kontinu, setiap 30 menit. Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung janin diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin monoaural (Pinard) atau alat Dopler. Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu menit penuh untuk mendengarkan variasi dari denyut ke denyut. Batasan normal antara 110 – 110  – 160  160 kali denyutan per menit. Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi uterus berlangsung, atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk mendeteksi adanya pemulihan lambat frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar. Normalnya frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi dan segera sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal ini merupakan suatu keadaan yang normal. Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat dilekatkan pada abdomen di tempat jantung janin terdengar dengan intensitas yang maksimal. Dengan layar modern dan hasil yang dapat direkam dan dicetak, alat ini cukup adekuat untuk memantau kesejahteraan janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.

4. Penggunaan Pantograf Pantograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksan fisik ibu dalam persalinan; hal tersebut sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan. a. Kegunaan utama pantograf 1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dnegan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam. 2) Memnetukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan persa linan lama, lam a, sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka pantograf akan membantu penolong persalinan untuk melakukan hal-hal berikut: 1) 2)

Mencatat kemajuan persalinan Mencatat kondisi ibu dan janinnya

 

3)

4)

Mencatat asuhan yang diberikan diberikan selama persalinan dan kelahiran. Menggunakan informasi yang tercatat untuk mengidentifikasi secara dini adanya penyulit. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Pantograf harus pada konsisi sebagai berikut : 1)

2) 3)

Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai lemen penting asuhan persalinan. Pantograf harus digunakan, baik dengan atau tanpa penyulit. Pantograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik, bidan swasta dan rumah sakit). Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (spesies kandungan, bidan, dokter umum, residen, dan mahasiswa kedokteran).

Penggunaan pantograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang amn dan tepat waktu. Selain itu juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. Berikut ini adalah komponen dalam halaman depan pantograf :

b.

1) Informasi tentang ibu 2) Kondisi janin 3) Kemajuan persalinan 4) Jam dan waktu 5) Kontraksi uterus 6) Obat-obat dan cairan yang diberikan 7) Kondisi ibu 8) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Pencatatan selama fase laten persalinan Kala I dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif, yang dibatasi oleh pembukaan serviks. 1) Fase laten laten : pembukan serviks kurang dari 4 cm 2) Fase aktif : pembukan serviks dari 4-10 cm Selama fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliksan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara saksama, yaitu sebagai berikut : 1) Denyut jantung janin (DJJ) diperiksa s setiap etiap ½ jam. 2) Frekuensi dan dan lamanya kontraksi uterus diperiksa setiap ½ jam. 3) Nadi diperiksa setiap ½ jam.

 

4) 5) 6) 7)

Pembukaan serviks diperiksa setiap 4 jam. Penurunan diperiksa setiap 4 jam. Tekanan darah dan temperatur temperatur tubuh diperiksa setiap 4 jam. Produksi urine, aseton, dan protein diperiksa setiap 2 sampai 4  jam.

Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau pentulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan di rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk memberitahu penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. c.

Pencatatan selama fase aktif persalinan 1) Informasi tentang ibu. Lengkapi bagian awal (atas) pantograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Catat waktu kedatangan (tertulis sebagai “jam” pada pantogrtaf) dan perhatikan p erhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban. 2) Keselamatan dan kenyamanan janin. (2.1) Denyut jantung janin (DJJ). Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung  janin setiap 30 menit m enit (lebih sering jika ada tanda tanda-tanda -tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ, catat dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ; kemudian hubungkan titik yang satu dengan titk lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada pantograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. (2.2) Warna dan adanya air ketuban. Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuantemuan di dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut :   U : Ketuban utuh (belum pecah)   J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih   M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur bercampur mekonium   D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah   K : ketuban sudah sudah pecah dan tidak ada ada ai airr ketuban 









 

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara saksama untuk tanda gawat janin (denyut jantung janin 180 kali per menit), segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tampat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. (2.3) Molage (penyusun tulang kepala janin). Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan diproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tiap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakkan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukan pemeriksan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut :  

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi.   1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan   2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan.   3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. 3) Kemajuan Persalian. (3.1) Pembukaan serviks. Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada pantograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis 







waspada. Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus). (3.2) penurunan bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi  janin. Akan tetapi, kadangkala turunnya bagian terbawah/presentasi  janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7cm. Kata-kata Katakata “turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, 0 -5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda “O” di nomor 4, hubungkan tanda “O” dari dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus. (3.3) Garis waspada dan garis bertindak.

 

  Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi  jika laju oembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan lain-lain). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan yang mampu menangani penyulit dan kegawatdaruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak melampaui. 4) Jam dan waktu. (4.1) waktu mulainya fase aktif persalinan. Di bagian bawah pantograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. (4.2) waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak wkatu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk ke dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan serviks di garis waspada, kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemerikaan dalam (PD) menunjukkan ibu mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00 WIB, tuliskan tanda “X” di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri). 5) Kontraksi uterus Di bawah lajur wkatu pantograf terdapat lima jalur kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi angka pada kotak satu kali 10 menit, isi 3 kotak. 6) Obat-obatan dan caitran yang diberikan. (6.1) Oksitosin. Jika tetesan (drip) oksitosijn sudah dimulai, dokumentasikan jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit setiap 30 menit. (6.2) Obat-obatan lain dan cairan IV. Catat semua pemberian obatobatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 7) Kesehatan dan kenyamanan ibu.

 

(7.1) Nadi, tekanan darah, suhu.  Angka di sebelah sebe lah kiri bagian partograf ini berkaitan berk aitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.   Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lakukan lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda (.) pada kolom waktu yang sesuai.   Nilai dan catat tekanan darah darah ibu setiap 4 jam selama selama fase 



aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah yang menghadap ke atas dan ke bawah pada partograf di kolom waktu yang sesuai.   Nilai dan catat suhu tubuh ibu (lebih sering jika meningkat atau dianggap ada infeksi) setiap 2 jam, catat dalam koyak yang sesuai. (7.2) Volume urine, protein, atau aseton. Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu minimal setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan, setiap ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urine. 8) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinis lainnya. Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan, dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf; atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan tanggal dan waktu saat membuat 

catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup hal berikut :   Jumlah cairan peroral yang diberikan.   Keluhan skait kepala atau penglihatan kabur.   Konsultasi dengan penolong persalinan (spesialis kandungan, bidan, dokter umum).   Persiapan sebelum melakukan rujukan.   Upaya rujukan. 9) Parameter monitoring persalinan (partograf) 









Parameter Tekanan darah Temperatur Nadi DJJ Kontraksi Serviks Cairan amnion Urine

d.

Temuan Abnormal >140/90 mmHg dengan tanda/gejala preeklamsia. >38 derajat celcius.

sedikitnya

satu

>100x/menit. 180x/menit < 3 dalam 10 menit, berlangsung < 40 detik, ketukan di palpasi lemah. Partograf melewati garis waspada pada fase aktif. Mekonium, darah, berbau. Volume sedikit dan pekat.

Pencatatan pada lembar belakang partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir),

 

itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit atau membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokemntasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klink, terutama pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana persalinan yang bersih dan aman.

telah

dilakukan

pelaksanaan

asuhan

Catatan partograf terdiri atas unsur-unsur berikut :            













1)

Data dasar Kala I Kala II Kala III Bayi baru lahir Kala IV

Cara pengisian patograf Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar partograf ini diisi setelah seluruh proses perslinan selesai,

 

adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut : a) Data Dasar Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan, dan pendampingan pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping  jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai, dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bisa lebih dari satu.

b)

Kala I Kala I terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah yang dihadapi, penatalaksanaan dan hasil penatalaksanaantersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam persalinan. c) Kala II

Kala II terdiri atas episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distoria bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Beri tanda centang atau ceklis pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawabannya “Ya”, tulis indikasinya indikasiny a sedangkan untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya “Ya”, isi jenis tindakan yang telah dilakukan. Untuk pertanyaan nomor 14,  jawaban bisa lebih dari 1, sedangkan untuk ‘masalah lain’ hanya diisi apabaila terdapat masalah lain pada kala II.

 

  d) Kala III Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah plasenta, penatalaksanaan, dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang benar.

 

e) Bayi Baru Lahir Informasi tentang bayi baru lahir terdiri atas berat dan panjang badan,  jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, maslaah penyerta, serta penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi  jawaban pada tempat yang disediakan serta beri ber i tanda tand a pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai; sedangkan untuk nomor 38, jawaban bisa lebih dari satu.

f) Kala IV Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan. 2) Pencatatan rutin adalah penting karena hal-hal berikut ini : a) Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan efektif mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan pada rencana asuhan perawatan. b) Dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses membuat keputusan klinik. Dari aspek metode keperawatan, informasi tentang intervensi atau yang bermanfaat dapat dibagikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lain. c) Merupakan catatan permanen tentang asuhan, petawatan, dan obat yang diberikan.

 

d) Dapat dibagikan di antara penolong persalinan. Hal ini menjadi penting jika ternyata rujukan memang diperlukan, hal ini berarti lebih dari satu penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi baru lahir. e) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan dan penolong persalinan lainnya. tau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui pencatatan rutin, penolong persalinan akan mendapat informasi yang relevan dari setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya. f) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus. g) Diperlukan untuk memberi masukkan data statistik nasional dan daerah. termasuk catatan kematian dan kesakitan iburbayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A. B. (2002) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta. YBP-SP Marisah, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF