October 7, 2017 | Author: Ramadhan Adi Putra | Category: N/A
our mates casuals persib What The F%!K Casuals Persib? Casuals Persib berawal dari sebuah obrolan di salah satu social media yang familiar di kalangan anak muda zaman sekarang kita saling bertukar pendapat tentang sebuah kecintaan terhadap salah satu tim besar di Indonesia, PERSIB BANDUNG. Singkat cerita setelah kita sering bertukar pendapat melalui sosial media tersebut kami memutuskan untuk bertemu untuk menambah saudara, keakraban sesama BOBOTOH. Seiring berjalannya waktu kita menjadi lebih solid dari sebelumnya dan memutuskan untuk mengbangun kembali sebuah sekumpulan BOBOTOH yang mencintai PERSIB dengan background casuals.
Kapan Terbentuknya Casuals Persib? Sebelumnya ada The Finest Flowers City Casuals (R.I.P) yang terlebih dahulu terbentuk, yaitu pada tahun 2005, dari merekalah kami terinspirasi untuk membangun kembali sebuah kelompok BOBOTOH pecinta PERSIB dengan background casuals. Kami memutuskan untuk membuat akun social media asal mulanya @csl_from_bdg , di karenakan dengan adanya berbagai macam pertimbangan, kami memutuskan untuk mengganti dengan menamakan @ Casuals_Persib , kita mulai mengudara pada tanggal 4 April 2013. Dan kita sepakat untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai hari terbentuknya Casuals Persib.
#633 VOICE Terbit Tidak Teratur Seperti Jadwal Liga Dan Gratis Seperti Udara
#3
Siapa sajakah Casuals Persib itu? Kami sekelompok BOBOTOH dari berbagai macam wilayah, di Kota Bandung khususnya. Kita disini ada yang sebagai Student Class, Working Class, dan yang lain sebagainya. Mungkin bisa di jadikan contoh salah satu Student Class yaitu @KCcasuals mungkin teman-teman sudah sering atau pernah mendengar sekelompok Student Class tersebut.
“Aku, Persib, Teman dan Tuhan”. -Casuals Persib Dimana saja dan kapan Casuals Persib suka berkumpul? Bila ada waktu kita selalu kumpul bersama untuk bersilatulahmi dan bertukar pendapat tentang kehidupan sehari-hari, kususnya tentang PERSIB BANDUNG. Biasaya kita suka berkumpul di sekitaran DAGO, Beermart, Beerstore bersama dengan kelompok lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Kegiatan apa sekarang?
saja
yang
rutin
dilakukan
Casuals
Persib
Selain mendukung tim kebanggaan kami PERSIB BANDUNG secara langsung baik itu di kandang maupun tandang kami juga rutin kumpul bersama untuk berdiskusi, sekalian ajang silaturahmi dengan yang lainnya, Fun Futsal, atau hanya sekedar nongkrong bareng. Bila ada kesempatan kami juga selalu memfasilitasi teman-teman BOBOTOH yang tidak dapat menyaksikan pertandingan tandang secara langsung dengan alternatif menyaksikan pertandingan bersama, atau yang biasa di sebut NonBar. Bilamana teman-teman ingin berinteraksi dengan kami, silahkan mention ke akun twitter kami. Inilah sedikit banyak cerita tentang kelompok kami. Tetaplah mendukung PERSIB dengan sepenuh hati.
Budaya Yang Hadir Dari Tribun Sepakbola tak hanya hidup 90 menit saja, tetapi dia bisa merasuki kehidupan penggemarnya diluar waktu tersebut. Selalu ada bahasan setelah dan sebelum pertandingan. Dalam seminggu, beberapa media cetak dan elektronik dapat menyajikan artikel-artikel dan berita seputar sepakbola mulai dari pertandingan hingga kejadian diluar pertandingan yang masih bersangkut-paut dengan sepakbola. Obrolan di bar-bar yang menyediakan minuman keras hingga warung kopi pinggir jalan terjadi dari beberapa pengunjung yang menyukai sepakbola. Lebih dari itu, sepakbola menjadi parts of life bagi orang-orang yang sangat mencintainya. Olah raga yang secara modern lahir di Inggris tersebut menjadi populer dan telah membudaya, diwariskan dari generasi ke generasi, bahkan budaya-budaya atau kultur baru yang berkaitan dengannya pun bermunculan. Mulai dari atas lapangan hingga di tribun penonton.
Kebiasaan pemain saat memasuki lapangan maupun di dalam lapangan pun bertransformasi menjadi budaya tersendiri, seperti misalnya perayaan gol yang dipopulerkan Roger Milla pada awal 90an, mencabut rumput lalu menciumnya saat akan memasuki lapangan, dan kebiasaan lainnya yang tak hanya dilakukan seorang pemain saja namun sudah menular dilakukan banyak pemain. Sementara dari sisi suporter tercipta berbagai kebiasaan bagaimana cara mendukung, bagaimana cara merayakan kemenangan, bagaimana cara berpakaian, yang kesemuanya itu, beberapa telah mendunia, menjadi suatu budaya global. Casual adalah salah satu subkultur yang hadir dari atas tribun stadion sepakbola. Sebuah budaya berpakaian menggunakan merk-merk ternama dunia yang sering disebut clobber. Kemunculannya di akhir dekade 70an setelah suporter Liverpool kembali dari Italia dan Prancis, dalam rangkaian pertandingan liga Champion saat itu, mengenakan pakaian dengan merk yang tak dikenal di Inggris seperti Sergio Tachini, Fila Vintage, Kappa dan
Adidas. Dengan mengenakan pakaian dengan labellabel terkenal tersebut, ternyata berhasil mengelabui para polisi yang hanya mengetahui bahwa pelaku hooliganisme adalah para suporter yang mengenakan sepatu boot Dr. Marten, celana jeans, dan jaket bomber. Terang saja penggunaan paduan label-label terkenal, yang beberapa namanya cukup dikenal di dunia mode semacam Burberry, tersebut menjadi populer. Subkultur casual ini mencapai puncaknya pada akhir 80an dan terus berkembang hingga saat ini, dari vintage casual hingga urban modern casual. Beberapa merk menjadi identik dengan terrace fashion tersebut seperti misalnya Stone Island, CP Company, Paul & Shark, Aquascutum, hingga Prada. Film-film seperti ID, The Firm, Football Factory dan yang Holywood banget yaitu Green Street Hooligan juga ikut mempopulerkan casual. Dari Inggris tak hanya casual, tetapi tindakan kekerasan sekelompok suporter sepakbola yang dipopulerkan oleh media di sana sebagai hooliganisme juga muncul. Sayangnya di Indonesia ada pergeseran makna dari hooligan ini. Istilah hooligan sebenarnya memiliki konotasi negatif, sebuah istilah yang menggambarkan tindakan agresif, ricuh, rusuhnya para suporter dan paling sering digunakan sebagai penggambaran perilaku kekerasan di dunia persuporteran. Sebuah fenomena yang dianggap penyakit di Inggris sendiri. Phil Thorton, penulis buku Casual, dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa tidak semua casual itu hooligan, dengan kata lain perilaku-perilaku buruk hooliganisme tidak selalu ada pada para suporter yang bergaya casual di atas tribun. Selain dari gaya berpakaian dan berperilaku, muncul pula budaya menyanyikan lagu anthem atau lagu penyemangat, yang kerap kali disebut football chant. Maksud dari menyanyikan lagu-lagu tersebut adalah untuk merayakan pertandingan, memberi dukungan, mengintimidasi pihak lawan atau hanya untuk membuat stadion bergemuruh.
Selain berbagai istilah di atas, ada lagi sumbangan istilah dari luar Inggris yang telah membudaya dan meng-global, seperti kelompok ultras. Sebuah kelompok suporter yang identik dengan kefanatikannya dalam mendukung klub sepakbola. Kemunculan kelompok ultras pertama masih diperdebatkan hingga sekarang. Pada tahun 1929 di Honggaria, muncul kelompok suporter bernama Ferencváros ‘s Fradi-szív yang memiliki karakteristik seperti ultras. Tidak hanya di Honggaria, kelompok suporter yang dapat dikomparasi dengan ultras dibentuk juga di Brazil, torcida organizada, pada tahun 1939. Torcida meramaikan tribunnya dengan menabuh drum untuk mengiringi nyanyian mereka selama 90 menit dan juga melemparkan gulungan kertas agar lebih semarak. Aksi hooliganisme juga sering dilakukan, bahkan sampai mengorbankan nyawa dari para rivalnya maupun kelompoknya sendiri. Negara yang paling banyak diasosiasikan dengan ultras adalah Italia. Dalam sejarahnya tercatat bahwa kelompok pertama ultras dibentuk tahun 1951 di Italia. Sedangkan penggunaan nama ultras sendiri muncul dari suporter Samdoria pada tahun 1960an dengan nama Ultras Tito Cucchiaroni. Ultras memberikan sebuah gaya dukungan yang menarik dan penuh hingar bingar dengan tambahan pyro dan smoke bomb. Kreatifitasnya tak hanya sampai di situ saja, muncul kembali sebuah aksi membuat koreografi di atas tribun. Aksi koreografi yang berasal dari ultras benua Eropa tersebut menjadi budaya yang lahir di atas tribun selanjutnya yang akhirnya menjalar ke tribun-tribun stadion beberapa belahan dunia termasuk di Indonesia. Dari kota kita sendiri ada istilah Bobotoh, sebuah kata dari bahasa sunda yang berarti pendukung atau supporter. Sebuah identitas pokok yang melekat pada pendukung PERSIB seperti halnya kata “Tifosi” dari italia, keduanya memiliki makna yang sama namun beda nama. Jaman sekarang, segala budaya tersebut bukan hanya milik negara asalnya saja, tapi telah merambah jauh hingga tribun-tribun stadion di segala penjuru dunia umumnya dan Indonesia pada khususnya. Sehingga bila dikatakan semua hal tersebut adalah budaya luar dan dianggap tabu untuk diimplementasikan beberapa diantaranya, maka boleh dibilang ketinggalan jaman. Tak semua hal yang ada di tribun stadion rumah kita sendiri adalah lahir 100% tanpa pengaruh budaya global, di sana ada akulturasi budaya yang membentuk gaya dukungan, menumbuhkan berbagai perilaku di atas tribun dan membangkitkan gairah dalam menikmati klub sepakbola dalam bertanding. Ditulis oleh: @insureksionist artikel ini juga juga di publish di www.mengbal.com
Tak ada Kuasa yang sanggup mengekang gairah! By. Ikzir Idra Analuam 2 Musim terakhir di teras lokal telah memunculkan fenomena baru, semenjak FCC resmi membubarkan diri. firm2 berbasis wilayah dan sekolah perlahana bermunculan. manusia manusia muda dan merdeka dengan semangat baru dan tulus untuk mendukung klub lokalnya. tak pedulu kultur mana yang mereka adopsi, casuals maupun ultras, poin yang bisa diambil dari fenomena tersebut adalah fakta bahwa tak ada satu pun kuasa yang dapat mengekang gairah! pun dengan intimidasi dengan kekerasan. tak terhitung kini nama komunitas dengan embelembel crew di belakangnya atau menggunakan kata ultras di depannya membentangkan banner kecil mereka di atas tribun. chants yang mereka kumandangkan pun semakin beragam, membahana dari penjuru tribun dan beberapa titik nobar di kota bandung. diatas teras mereka bersuka cita, melebur atas nama besar Persib Bandung. semoga kebebasan berekspresi segera menyertai pergerakan mereka.
Setiap Kali Kami Terbangun Dari Tidur Kami Di Pagi Hari, Kami Tersadar Bahwa Ada Yang Harus Diperjuangkan Untuk Tetap Bertahan Hidup. Bangkit Dan Membunuh Rasa Malas, Berusaha Menjaga Nadi Kami Tetap Berdenyut. Kami Pun Tersadar Bahwa Kami Tak Bisa Hidup Sendiri, Kami Harus Bersosialisasi, Berjejaring Dan Membangun Kekuatan Untuk Dapat Membiarkan Api Semangat Kami Tetap Menyala Walau Terkadang Harus Redup Sekalipun. Tapi Kami Tak Akan Membiarkannya Mati. Harus Tetap Hidup Menyala Abadi. Kami Tak Mencoba Menjadikan Diri Kami Sendiri Sebagai Jawaban Dari Setiap Pertanyaan Yang Dilontarkan, Tetapi Kami Adalah Pertanyaan-Pertanyaan Yang Membutuhkan Jawaban Untuk Berusaha Mengenali Diri Kami Sendiri. Bersama Kalian, Kawan-Kawan Yang Sedang Memegang Kendali Atas Hidup Kalian Sendiri, Kami Ingin Untuk Dapat Saling Menguatkan. Membangun Sebuah Harapan, Mengisi Bahan Bakar, Dan Hidup Bersama. Kalian Pun Memiliki Suara Dan Daya Upaya Yang Sama Dengan Kami Saat Saling Ingin Dikuatkan. Akhirnya Tak Ada Kami Dan KalIan, Melainkan Kita. Kita Adalah Kami Dan Kalian. Semangat!! Media Ini Adalah Perpanjangan Tangan Dari Setiap Pemikiran Kawan-Kawan. Bila Kawan Memiliki Ide-Ide Maupun Ingin Bertukar Kosa-Kata, Menyumbang Artikel Untuk Kawan-Kawan Yang Lain, Silahkan Layangkan Melalui E-Mail:
[email protected].
Tempel logo / stickermu disini kemudian fotocopy dan sebarkan!