Farmakologi Tramadol
March 18, 2017 | Author: Tunjung Wigatiningrum | Category: N/A
Short Description
Download Farmakologi Tramadol...
Description
FARMAKOLOGI TRAMADOL
A. Latar Belakang
Obat adalah unsur aktif secara fisiologis dipakai dalam diagnosis, pencegahan, pengobatan atau penyembuhan suatu penyakit pada manusia atau hewan. Obat dapat berasal dari alam dapat diperoleh dari sumber mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan, atau dapat juga dihasilkan dari sintesis kimia organic atau biosintesis. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat di katakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan bersifat secara obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan, maka akan menimbulkan keracunan. Dan bila dosisnya kecil, maka kita tidak akan memperoleh penyembuhan. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC (Tjay, 2007). Banyak obat-obat yang beredar di pasar Indonesia untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tersebut yang lazim kita sebut dengan analgesik. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007).
Obat analgesik beragam macamnya diantaranya obat analgesik narkotok (opioid) dan obat analgesik non narkotik (non-opioid). Obat analgesik narkotik contohnya morfin sedangkan contoh obat analgesik nonnarkotik adalah parasetamol, aspirin, dan masih banyak yang lain. Dalam penggunaan obat analgesik narkotik harus mempertimbangkan banyak hal, karena obat analgesik narkotik memiliki banyak efek samping yang tidak diinginkan, misalnya depresi pernafasan, dan adiksi (ketagihan). Akan tetapi obat analgesik golongan narkotik memiliki kemampuan analgesik yang cukup kuat untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri derajat sedang ke atas. Dalam hal ini perkembangan dalam bidang farmasi terutama untuk mendapatkan obat analgesik yang ideal masih terus berlanjut, dikatakan ideal apabila mempunyai efek samping yang sedikit, dalam jumlah dosis yang sedikit mempunyai kemampuan analgesik yang cukup kuat dan aman serta harganya murah. Salah satu analgesik yang banyak beredar dan dipergunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri derajat sedang keatas adalah tramadol. B. Tramadol Tramadol merupakan obat analgesik yang bekerja secara sentral dan bersifat agonis opioid (memiliki sifat seperti opium/morfin). Obat golongan opioid sendiri telah banyak digunakan sebagai obat anti nyeri kronis dan nyeri non-maligna. Tarmadol merupakan sintetik 4phenyl piperidine dari kodein yang bekerja sebagai analgesik murni untuk nyeri sedang sampai berat. Tramadol tergolong dalam opioid sintetik lemah, sehingga dapat berikatan dengan reseptor morfin pada tubuh manusia. Obat ini memiliki efektifitas yang sama dengan morfin atau miperidin walaupun reseptor tramadol berjumlah lebih sedikit. Tramadol mengikat reseptor µopiod, sehingga menyebabkan potensi kerja tramadol menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan morfin. Reseptor opioid akan diaktifkan oleh peptide endogen dan juga eksogen ligand. Reseptor-reseptor ini terdapat pada banyak organ, seperti thalamus, amygdala dan juga ganglia dorsalis. Tramadol dapat diberikan peroral, parenteral, intravena, intramuscular, dalam beberapa penelitian menunjukkan efek samping yang ditimbulkan oleh karena pemberian tramadol secara bolus intravena diantaranya adalah mual, muntah, pusing, gatal, sesak nafas, mulut kering dan
berkeringat, selain itu tramadol menunjukkan penggunaannya lebih aman bila dibandingkan dengan obat analgesik jenis morfin yang lain. Dibandingan dengan analgesik NSAID, Tramadol lebih aman untuk digunakan karena tidak memiliki efek yang serius terhadap pencernaan, sistem koagulasi, dan ginjal. Obat ini bermanfaat pada penanganan nyeri kronik karena obat ini tidak menyebabkan toleransi atau adiksi dan tidak berkaitan dengan toksisitas organ utama atau efek sedatif yang signifikan. Obat ini juga bermanfaat pada pasien yang mengalami intoleransi pada obat anti inflamasi non steroid. Kerugian tramadol antara lain interaksinya dengan antikoagulan koumadin dan kejadian kejang. Oleh karena itu pada pasien epilepsi, penggunaan tramadol sebaiknya dihindari. Selanjutnya efek samping tramadol yang paling sering terjadi adalah meningkatnya insidensi mual dan muntah pada pasien perioperatif.
Gambar 1. Rumus Bangun Tramadol
Dalam perkembangan untuk untuk mendapatkan analgesik yang ideal, tramadol menjadi drug of choice sebagai analgesik, tramadol adalah campuran rasemik dari dua isomer, salah satu obat analgesic opiate (mirip morfin), termasuk golongan aminocyclohexanol, yang bekerja secara sentral pada
penghambat pengambilan
neurotransmission,
dapat
kembali
diberikan
noradrenergik
peroral,
dan serotonin
parenteral,
intravena,
intramuscular. C. Farmakokinetika Setelah pemakaian secara oral seperti dalam bentuk kapsul atau tablet, tramadol akan muncul di dalam plasma selama 15 sampai 45 menit, mempunyai onset setelah 1 jam yang mencapai konsentrasi plasma pada mean selama 2 jam. Absolute oral bioavailability tramadol kira-kira sebesar 68% setelah satu dosis dan kemudian meningkat menjadi 90 hingga 100% pada banyak pemakaian (multiple administration).
Tramadol mengalami metabolisme hepatik, secara cepat dapat diserap pada traktus gastrointestinal, 20% mengalami first-pass metabolism di dalam hati dengan hamper 85% dosis oral yang metabolisir pada relawan muda yang sehat. Hanya 1 metabolit, O-demethyltramadol, yang secara farmakologis aktif. Mean elimination half-life dari tramadol setelah pemakaian secara oral atau pemakaian secara intravena yakni 5 hingga 6 jam. Hampir 90% dari suatu dosis oral diekskresi melalui ginjal. Elimination half-life meningkat sekitar dua kali lipat pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hepatic atau renal. Pada co-administration (pemakaian bersam-sama) dengan carbamazepine untuk mempengaruhi enzim hepatic, elimination half-life dari tramadol merosot. Tramadol didistribusikan secara cepat di seluruh tubuh dengan volume distribusi 203 L/Kg pada dewasa muda. Volume distribusi akan berkurang 25% pada usia 75 tahun. Dua puluh persen berikatan dengan protein plasma, dengan konsentrasi 10 µg/mL. Tramadol melewati sawar plasenta dan sawar darah otak. Sejumlah kecil ditemukan dalam ASI (0,1% dari dosis pemberian). Pada wanita hamil dan menyusui, tramadol dapat melintasi plasenta dan tidak merugikan janin bila digunakan jauh sebelum partus, hanya 0,1% yang masuk dalam air susu ibu, meskipun demikian tramadol tidak dianjurkan selama masa kehamilan dan laktasi. Walau memiliki sifat adiksi ringan, namun dalam praktek ternyata resikonya praktis nihil, sehingga tidak termasuk dalam daftar narkotika dikebanyakan negara termasuk Indonesia. D. Farmakodinamika Tramadol mempunyai 2 mekanisme yang berbeda pada manajemen nyeri yang keduanya bekerja secara sinergis yaitu agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan kembali monoamine neurotransmitter. Tramadol mempunyai bioavailabilitas 70% sampai 90% pada pemberian peroral, serta dengan pemberian dua kali sehari dapat mengendalikan nyeri secara efektif. Tramadol termasuk analgesik opioid sintesis golongan amino sikloheksanol yang bekerja pada sentral dan berefek pada neurotransmitter noradregenik dan serotogenik. Aktivitas seperti opioid disebabkan karena daya ikat lemah terhadap komponen reseptor µ-opioid dan daya ikat yang kuat metabolit aktif, O-desmethyltramadol terhadap reseptor µ-opioid. Tramadol mempunyai efek merugikan yang paling lazim dalam penggunaan pada waktu yang singkat dan biasanya hanya pada awal penggunaannya saja yaitu pusing, mual, sedasi,
mulut kering, berkeringat dengan insidensi berkisar antara 2,5 sampai 6,5%. Tidak dilaporkan adanya depresi pernafasan yang secara kllinis relevan setelah dosis obat yang di rekomendasikan. Depresi pernafasan telah ditunjukkan hanya pada beberapa pasien yang diberikan tramadol sebagai kombinasi dengan anastesi, sehingga membutuhkan nalokson pada sedikit pasien. Pada pemberian tramadol pada nyeri waktu proses kelahiran, tramadol intravena tidak menyebabkan depresi pernafasan pada neonates. E. Efikasi Terapi Tramadol dapat dikombinasikan dengan NSAIDs, karena mekanisme kerjanya tidak saling tumpang tindih, dosis yang dianjurkan untuk dewasa adalah 50-100 mg setiap 4-6 jam dan maksimal 400 mg/hari, efek samping dapat dikurangi dengan pengurangan dosisnya serta dengan pemberian yang perlahan pada intravascular atau intramuscular. Pada pasien dengan nyeri derajat sedang sampai berat pasca operasi, tramadol yang diberikan intravena atau intravascular mempunyai kemampuan sama dengan petidin (meperidine), namun secara klinis dengan dosis yang sama tramadol lebih efektif sepuluh kali bila dibandingkan dengan petidin,(10) 1-5% sama dengan nalbuphine, intravena tramadol 50-150 mg pada pasien dengan nyeri pasca operasi mempunyai potensi analgesik sama dengan morfin 515 mg, tetapi apabila tramadol diberikan pada epidural, 1-13% sama kemampuannya dengan morfin, dalam beberapa studi tramadol telah menunjukkan efikasinya pada waktu yang singkat pada nyeri kronis yang beragam macamnya. Dosis harian tramadol 250 mg sampai 600 mg yang diberikan secara oral ternyata merupakan analgesic efektif pada langkah kedua menurut panduan World Health Organization (WHO) untuk pengobatan pasien yang mengalami nyeri kanker. F. Dosis Tramadol tersedia untuk pemakaian oral, parenteral, intramuscular, rectal dan subkutan. Dosis tramadol hendaknya dititrasi menurut intensitas rasa nyeri dan respon masing-masing pasien dengan 50 sampai 100 mg 4 kali sehari biasanya untuk memberikan penghilangan rasa nyeri yang memadai. Pada pemberian oral, untuk mengatasi nyeri sedang tramadol 50-100 mg dapat diberikan 2-3 kali sehari. Untuk nyeri sedang-berat, 100 mg diberikan dan dapat diulang setiap 4-6 jam. Sedangkan pada pemberian parenteral, dapat diberikan secara injeksi intravena, infuse intravena
atau intramuscular. Untuk nyeri pasca operasi, dosis yang dianjurkan adalah 100 mg. Dosis selanjutnya 50 atau 100 mg, dapat diulangi 4-6 jam kemudian. Total dosis yang dapat diberikan dalam sehari adalah 600 mg. Suntikan intravena harus diberikan secara perlahan-lahan guna mengurangi potensi kejadian yang merugikan, terutama rasa mual. Berdasarkan data farmakokinetik, perlu hati-hati pada pasien dengan disfungsi ginjal atau hepatik karena potensi tertundanya eliminasi dan akumulasi obat yang ada. Pada sejumalah pasien ini, interval dosis harus diperpanjang. Tramadol dapat digunakan pada anak-anak dengan dosis sebesar 1-2 mg/kg berat badan. Beberapa contoh hasil interaksi tramadol dengan obat lain diantaranya : 1) Karbamazepin : Meningkatkan metabolisme tramadol sehingga menurunkan efek analgesik secara signifikan. 2) SSRIs & MAO inhibitor : Tramadol dapat meningkatkan resiko terjadi efek samping, seperti serotonin sindrom (nyeri dada, takikardia, tremor, bingung) dan kejang. 3) Warfarin oral : Efek warfarin meningkat. 4) Depresan sistem saraf pusat (alkohol, anestetik, fenotiazin, agonis opioid, sedatif, hipnotik, analgesik yg bekerja di pusat) : potensiasi efek depresi pernapasan dan depresi saraf pusat. 5) Digoksin : Dilaporkan terjadi toksisitas digoksin (jarang) G. Metabolisme Pada hakikatnya, tramadol dimetabolisasi oleh liver dan diekskesi melalui ginjal. Setelah pemakaian secara oral tramadol pada manusia, sekitar 90% tramadol dieksresi melalui ginjal dengan 10% yang muncul pada feses. Ekskresi tramadol yang tidak berubah pada relawan sehat yakni sebesar 16% setelah pemakain intravena dan sebesar 13% setelah pemakaian secara oral, yang menunjukkan bahwa sekitar 85% dosis mengalami metabolisasi. Ekskresi ginjal secara kumulatif pada relawan sehat yang muda sekitar 7,5%. Hanya 0,1% dosis tramadol didapati terekskresi pada ASI wanita, suatu jumlah yang tidak mungkin menghasilkan efek signifikan pada bayi. Tramadol dimetabolisme oleh dementilasi N dan O via sitokrom P450 Isoenzim CY3A4 dan CYP2D6 serta glukoronidasi atau sulfas di hepar (85%). Hanya O-desmethyltramadol (M1) yang aktif secara farmakologis. Produksi M1 tergantung pada ikatan isoenzim CYP2D6 pada sitokrom P450. Demetyhlasi Nitrogen dikatalisasi oleh isoenzim CYP3A4 pada sitokrom P450.
Efek samping yang sering timbul adalah sakit kepala dan mulut terasa kering. Efek samping yang jarang timbul adalah takikardi, depresi pernafasan, dyspepsia, pusing kepala. Tramadol merupakan obat dengan kategori C, yaitu tidak menyebabkan efek teratogenik dan toksis pada penggunaan dosis terapeutik. H. Kesimpulan Anti nyeri atau analgetik terdiri atas golongan nonnarkotik dan golongan narkotik. Tramadol merupakan salah satu analgetik golongan narkotik. Tramadol bekerja sebagai agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan kembali neurotransmitter monoamine. Absorbsi oral tramadol antara 15 - 40 menit dengan bioavailabilitas oral untuk pemberian pertama sekitar 68% dan untuk pemberian berulang bioavailibilitas mencapai 100%. Kadar puncak plasma dapat dicapai dalam waktu 1,6 - 2 jam. Efektifitas tramadol 100 mg melalui jalur masuk intramuscular (IM).
DAFTAR PUSTAKA
Indra, Imai. 2013. Farmakologi Tramadol. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Ajartha, Ronny. 2007. Efek Pemberian Tramadol Intramuskular Terhadap Nyeri Persalinan Pada Primigravida. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Permatasari, Riski. 2014. Laporan Praktikum Farmakologi II Analgetik. Samarinda: Akademi Farmasi Samarinda. http://eprints.undip.ac.id/44446/3/ALAN_ANDERSON_BANGUN_22010110120053_BAB2 TI.pdf. (Diakses pada tanggal 24 Mei 2016). http://infoobat.blogspot.co.id/2011/02/tramadol.html. (Diakses pada tanggal 24 Mei 2016).
MAKALAH BIOFARMAKOLOGI FARMAKOLOGI TRAMADOL
DISUSUN OLEH : TUNJUNG WIGATININGRUM NIM 133112620150023
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2016
View more...
Comments