Farmakognosi Flavonoid Word

December 21, 2018 | Author: S'nakDecade | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Farmakognosi Flavonoid Word...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat  pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid bersumber pada kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Berbagai hasil  penelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam pada berbagai jenis sereal, sayuran dan buah buahan.(Jurnal  buahan.(Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196  –  202)  202)

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memilki sturuktur inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C,  biasanya dengan ikatan atom O yang berikatan dengan Oksigen Heterosiklik. Senyawa

ini

dapat

dimasukkan

sebagai

senyawa

polifenol

karena

mengandung 2/lebih guugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. umumnya flavonoid ditemukan berikatan dengan gula membentuk glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut dalam pelarut polar, seperti : methanol, etanol, butanol, etil asetat. Bentuk glikosida memiliki warna yang lebih pucat dibandingkan bentuk aglikon. Dalam bentuk aglikon, aglikon, sifatnya kurang polar, cenderung lebih mudah larut dalam pelarut kloroform dan eter. (Prof. Dr .Endang Hanani MS, Apt. :  ANALISIS FITOKIMIA Hal 103). Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatic. Senyawa-senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkan warna pada bunga, kayu pohon tropis, bermacam-macam kapang dan lumut termasuk zat alizarin.

Senyawa aromatik ini mengandung cincin karboaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen. Cincin karboaromatik ini biasanya tersubstitusi oleh satu atau lebih gugus hidroksil atau gugus lainnya yang ekivalen ditinjau dari biogenetiknya.

Oleh karena itu senyawa bahan alam aromatic ini sering disebut sebagai senyawa-senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas.

Dalam makalah ini akan diuraikan tentang sejarah flavonoid, macam-macam flavonoid dari yang sederhana sampai ke senyawa kompleks flavonoid, gugus fungsi yang terdapat pada flavonoid, sintesis dan isolasi flavonoid, sifat-sifat flavonoid, serta tumbuhan-tumbuhan yang mengandung flavonoid.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini : a. Apa yang dimaksud dengan flavonoid  b. Bagaimana sifat kimia dan fisika dari flavonid c. Pada simplisia tanaman apa sajakah flavonoid berada

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dangen flavonoid  b. Untuk mengetahui sifat kimia dan fisika dari flavonoid c. Unruk mengetahui simplisia yang mengandung flavonoid

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, untuk menambah

wawasan

dan

sebagai

mendeskripsikan senyawa flavonoid.

bahan

pelajaran

untuk

dapat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat  pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidatif flavonoid bersumber pada kemampuan mendonasikan atom

Hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam. Berbagai hasil  penelitian menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan yang beragam pada berbagai jenis sereal, sayuran dan buah buahan (Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196  –  202).

(Prof. Dr. Endang Hanani MS, Apt. : ANALISIS FITOKIMIA. 2015) Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memilki sturuktur inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C,  biasanya dengan ikatan atom O yang berikatan dengan Oksigen Heterosiklik. Senyawa

ini

dapat

dimasukkan

sebagai

senyawa

polifenol

karena

mengandung 2/lebih guugus hidroksil, bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. umumnya flavonoid ditemukan berikatan dengan gula membentuk glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut dalam pelarut pola , seperti : methanol, etanol , butanol, etil asetat. Bentuk glikosida memiliki warna yang lebih pucat dibandingkan bentuk aglikon. Dalam bentuk aglikon, sifatnya kurang polar, cenderung lebih mudah larut dalam pelarut kloroform dan eter.

Gambar 1: Kerangka C6 –  C3 –  C6 Flavonoid

Gambar 2 :

Struktur kimia senyawa flavonol, flavones, flavanone, flavanol, isoflavone, anthocyabidine

Gambar 3 : struktur pemisahan atau tata namanya

Flavonoid khususnya dalam bentuk glikosida akan mengalami dekomposisi oleh enzim jika dalam bentuk masih segar atau tidak dikeringkan. Untuk mengekstraksinya flavonoid , harus diperhatikan polaritas dan tujuan yang dikehendaki . beberapa flavonoid yang bersifat kurang polar (isoflavon, flavanon, flavon termetilasi dan flavonol) dapat diekstraksi menggunakan pe;aurt dengan  polaritas rendah seperti kloroform dan eter. Dalam tumbuhan biasanya flavonoid terdapat dalam bentuk glikosida baik sebagai flavonoid O-Glikosida atau Flavonoid C-Glikosida. Flavonoid O-Glikosida merupakan flavonoid yang satu atau lebih gugus hidroksilnya berikatan dengan satu atau lebih gula dengan ikatan hemiasetat, lebih mudah terurai dengan adanya asam contohnya posisi C-3 dan C7. Jenis gula yang terikat paling umum adalah glukosa dan dapat merupakan mono-, di-, atau trisakarida, sedangkan, flavonoid C-Glikosida merupakan flavonoid yang memiliki gula yang terikat langsung pada atom karbon pada inti

 benzena, berupa ikatan karbon dengan sifat tahan terhadap asam. Ikatan ini biasa terjadi pada C-6 dan C-8 ; dan jenis gula yang terikat lebih terbatas.

Gambar 4 : flavonoid o-glikosida

Gambar 5 : flavonoid c-glikosida

Tabel 1. Kandungan Flavonoid pada Beberapa Sayuran dan Buah Produk  Lettuce ( Lactuca sativa L) Leek ( Allium porrum L) Onion ( Allium cepa L) Cranberry (Vaccinium macrocarpon Ait) Endive (Chicorium endivia L) Seledri ( Apium graveolens L)

Senyawa Flavonoid

Quercetin Kaempferol Quercetin Kaempferol Quercetin Kaempferol Myricetin Kaempferol Apigenin Luteolin

Kandungan (mg/kg berat segar)

9 31 2 544 < 2,5 172 77 18 108 22

2.2 Macam-macam Flavonoid (Adam dan rui, 2013)

a. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai  berikut : 1. Antosianin Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan.

Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.

Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin.  Nama ini berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80 persen dari  pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari  bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH  bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower  biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah  proton dari salah satu gugus fenolnya. Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa.

Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.

Dalam pengidentifikasian antosianin atau flavonoid yang kepolarannya rendah, daun segar atau daun bunga jangan dikeringkan tetapi harus digerus dengan MeOH. Ekstraksi hampir segera terjadi seperti terbukti dari warna larutan. Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang-kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan, paling baik diisolasi hanya dengan merendam bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa menit.

2. Stabilitas Antosianin Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada  pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim

menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang mengoksidasi sehingga antosianin mengalami perubahan warna. Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai  pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang pentosa). Sewaktu  pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru. Pada umumnya, zat-zat warna distabilkan dengan  penambahan larutan buffer yang sesuai. Jika zat warna tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan larutan buffer asetat, demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda maka harus dilakukan penyesuaian larutan buffer. Warna merah bunga mawar dan  biru pada bunga jagung terdiri dari pigmen yang sama yaitu sianin. Perbedaannya adalah bila pada bunga mawar pigmennya berupa garam asam sedangkan pada bunga jagung berupa garam netral. Konsentrasi  pigmen juga sangat berperan dalam menentukan warna. Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Adanya tanin akan banyak mengubah warna antosianin. Dalam  pengolahan sayur-sayuran adanya antosianin dan keasaman larutan  banyak menentukan warna produk tersebut. Misalnya pada pemasakan  bit atau kubis merah. Bila air pemasaknya mempunyai pH 8 atau lebih (dengan penambahan soda) maka warna menjadi kelabu violet tetapi  bila ditambahkan cuka warna akan mejadi merah terang kembali. Tetapi  jarang makanan mempunyai pH yang sangat tinggi. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).

 b. Flavonol Flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7  – tri-hidroksiflavon; sedangkan yang  paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6 (A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan  phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3glikosida. Meskipun flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin, tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.

c. Flavonon -

d. Khalkon Polihidroksi

khalkon

terdapat

dalam

sejumlah

tanaman,

namun

terdistribusinya di alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4hidroksil atau gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.

1)

Struktur khalkon Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga  berwarna

kuning,

kebanyakan

terdapat

dalam

tanaman

Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea.

e. Auron (Cincin A – COCO CH2 –  Cincin B) Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut : 1)

Dihidrokhalkon Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae juga terdapat dalam jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang farmasi, ia memiliki

kesanggupan

menghasilkan

kondisi

seperti

diabetes.

Phlorizin merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh

alkali

kuat

menjadi

phloroglusional

dan

asam

p-

hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.

2)

Flavon Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan  pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon (persamaan 1). Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 2).

Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi  pada kondisi yang cocok, sehingga 5- hidroksi- polimetoksiflavon mudah dibuat. a) Flavon alam

f. Isoflavonoida atau 1, 2-diarilpropana. Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk keperluan kesehatan antara lain: 1) Anti-inflamasi Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas „radical scavenging’ suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.

2) Anti-tumor/Anti-kanker Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/ antikanker adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat pada k edelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein, melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan pembelahan/ proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel, khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II; (3)  penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat antioksidan dan antiangiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif terhadap senyawa radikal  bebas; (5) sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor  pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM. 3) Anti-virus Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut  berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk  pengobatan penyakit liver masih terus berlangsung. 4) Anti-allergi Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut : (1)  penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel „mast‟, yaitu sel yang mengandung

granula,

histamin,

serotonin,

dan

heparin;

(2)

 penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3‟,5‟  siklik monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca; (3) berinteraksi

dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang

digunakan

sebagai

anti-allergi

antara

lain

terbukronil,

 proksikromil, dan senyawa kromon. 5) Penyakit kardiovaskuler Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek  berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti  berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga berpotensi menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap  penurunan tekanan darah dan resiko CVD (cardio vascular deseases)  banyak dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon. 6) Estrogen dan Osteoporosis Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja  berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang,  jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon, khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya

 proses kalsifikasi. Dengan kata lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan masif. 7) Anti kolesterol Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada  penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat m eningkatkan HDL (high density

lipoprotein)

(Amirthaveni

dan

Vijayalakshmi,

2000).

Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui  pengaruh peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.

g.  Neoflavonoida atau 1,1-diari lpropana  Neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan : 1) Flavonoid O-Glikosida Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadangkadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain. 2) Flavonoid C-Glikosida Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.

3) Flavonoid Sulfat Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida  bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air. 4) Biflavonoid Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.  biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya. Hingga kini jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,

amentoflavon,

morelloflavon,

robustaflavon,

hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa yaitu 5, 7, 4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda  pada sifat dan letak ikatan antar flavanoid.

(Prof. Dr. Endang Hanani MS, Apt. : ANALISIS FITOKIMIA . 2015) Berikut beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid : 1. Kembang Sepatu

 Nama simplisia

: Hibiscus

rosa-sinensidis

Folium,

Hibiscus rosa-sinensidis Radix  Nama Tanaman Asal

:  Hibiscus rosa-sinensis L.

Keluarga

: Malvaceae

Zat berkhasiat

: Lendir, flavonoid dan zat samak 

Penggunaan

: Akar : Batuk, bronkitis, demam, haid tidak teratur, infeksi saluran kemih, keputihan,

pelembut

kulit, radang

kemih dan sariawanbisul (obat luar), radang kulit radang

bernanah

(obat

luar),

payudara (obat luar) Anti

inflamasi, diuretik, analgesik, sedatif, dan ekspectoran.

2. Mahoni

 Nama simplisia

: Swieteniae Radix

 Nama Tanaman Asal

: Swietenia mahaboni Jacq.

Keluarga

: Meliaceae

Zat berkhasiat

: Saponin dan flavonoida

Penggunaan

: Tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing

manis

(diabetes militus),

kurang nafsu makan, masuk angin, demam, rematik 

3.  Nangka

 Nama simplisia

: Artocarpi Lignum

 Nama Tanaman Asal

:  Artocarpus integra Merr. Thumb.

Keluarga

: Moraceae

Zat berkhasiat

: Morin, flavon, sianomaklurin (zat samak) dan tannin

Penggunaan

: Anti spasmodik dan sedative

4. Remak Daging

 Nama simplisia

: Hemigraphis coloratae Folium

 Nama Tanaman Asal

:  Hemigraphis colorata Hall.

Keluarga

: Euphorbiaceae

Zat berkhasiat

: Flavonoid, natrium, senyawa kalium

Penggunaan

: Disentri, wasir, perdarahan sesudah melahirkan Diuretik dan hemostatik 

5. Temu Putih

 Nama simplisia

: Zedoariae Rhizoma

 Nama Tanaman Asal

: Curcuma zedoaria Berg. Roscoe

Keluarga

: Zingiberaceae

Zat berkhasiat

: Minyak

atsiri

 prokurkumenol, kurkumol

zingiberin,

sineol,

kurkumenol, isofuranolgermakrena,

kukumadeol, hars, zat pati lendir, minyak lemak, saponin, polivenol

danf lavonoid. Penggunaan

: Kanker

rahim,

kanker

kulit,

 pencernaan tidak baik, nyeri hamil rahim membesar, sakit maag, memar (obat

luar),

pelega

perut.

Antineoplastik, kholeretik, stomakik, antiflogostik, dan antipiretik.

6. Kulit kina

 Nama simplisia

: Cinchonae Cortex

 Nama Tanaman Asal

: Cinchona succirubra

Keluarga

: Rubiaceae

Zat berkhasiat

: alkaloida kinina, saponin, flavonoida dan politenol

Penggunaan

: anti malaria

7. Gandarusa

 Nama simplisia

: Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix

 Nama Tanaman Asal

:  Justicia gendarussa Burm. F.

Keluarga

: Acanthaceae

Zat berkhasiat

: Alkaloid,

saponin,

 polifenol Alkaloid

flavonoid,

yustisina

dan

minyak atsiri Penggunaan

: Haid tidak teratur, bisul (obat luar), memar (obat luar), patah tulang (obat luar), radang kulit bernanah (obat luar),

rematik (obat luar) dan sakit

kepala (obat luar) Analgesik,antipiretik, diaforetik, diuretik dan sedative

8. Sidaguri

 Nama simplisia

: Sidae Folium

 Nama Tanaman Asal

: Sida rhombifolia L.

Keluarga

: Acanthaceae

Zat berkhasiat

: flavonoid, sterol Alkaloid hipaforina, gula, triterpenoid.

Penggunaan

: Batuk keremi,

darah,

batu

ginjal,cacing

demam, disentri,

malaria,

sakit perut, rematik, radang amandel, selesma, usus

buntu,

Bisul

(obat

luar), Eksem (obat luar), gatal (obat luar),

ketombe

(obat

luar) Anti

inflamasi, diuretik, dan analgesic

2.3 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida

yang

terikat

pada

gugus

flavonoid

menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

sehingga

cenderung

Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam  berbagai macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai  berikut : a. Flavonoid bebas dan aglikon, dalam eter .  b. O-Glikosida, dalam etil asetat. c. C-Glikosida dan leukoantosianin dalambutanol dan amil alkohoI.

Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam. Flavonoidmerupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakansebagai pigmen tumbuhan.

Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi( gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida

yang

terikat

pada

gugus

flavonoid

sehingga

cenderung

menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Beberapa contoh simplisia yang mengandung falavonoid a. Hibiscus rosa-sinensidis Folium, Hibiscus rosa- sinensidis Radix  b. Swieteniae Radix c. Artocarpi Lignum d. Hemigraphis coloratae Folium e. Zedoariae Rhizoma f. Cinchonae Cortex g. Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix h. Sidae Folium

DAFTAR RUJUKAN

Blumea, 1970, Thewinteraceae of Old World I, Vol XVIII,No 2, 315-354Eduardo, R., Fuentes, G., Becerra, J., Gonzales F. & M. Harborne, J. B.1987, Metode Fitokimia Penutun dan Cara Modern Menganaisis Tumbuhan, a.b. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.  Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 Sep. 2010: 196  –  202.  Jurnal Chem. Prog. Vol. 6, No.1. Mei 201.3 Markham, K. R. 1988, Cara mengidentifikasi Flavonoid, a.b. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung. Parubak, A. S. & Murtihapsari, 2005, Isolasi dan Identifikasi Alkaloid dari Kulit Kayu Akway ( Drimys beccariana. Gibbs) Asal Manokwari, Laporan Penelitian, (Proseding Seminar Nasional SPMIPA 2006) Undip Semarang. Parubak, A. S. 2007. Isolasi Senyawa aktif dan Uji Antibakteri dari Ekstrak Daun Akway ( Drimys beccariana.Gibbs), Makalah Hasil-Hasil penilitian DIKTI 2007, Seminar FMIPA 6-7 Nopember 2007. Manokwari  Prof. Dr. Endang Hanani MS,Apt.:ANALISIS FITOKIMIA Hal 103 Ardiansyah, 2005, Daun Beluntas Sebagai Antibakteri dan Antioksidan, Artikel Iptek Bidang Biologi Pangan dan Kesehatan, http//www.beritaiptek.com (31 Mei 2005) Silva. 2002. flavonoida As Chemosystematic Maekers in Cilean Species of Drimys J.R Forst. ET.G.Forst. (Winteraceae),  Bol Soc. Chil. Quim, 47, 273-278.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan mepelajari Farmakognosi tentang  Flavonoid . Selain itu tujuan dari  penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang Farmakognosi secara meluas.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen Farmakognosi, yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

Banjarmasin,

Oktober 2017

Penyusun,

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL..................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI .................................................................................................

i ii iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan ........................................................................................ 1.4 Manfaat ......................................................................................

1 1 2 2 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2.1 Pengertian ................................................................................ 2.2 Macam-Macam Flavonoid . ...................................................... 2.3 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid . ...........................

3 3 6 22

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 3.1 Kesimpulan . .............................................................................. DAFTAR RUJUKAN.

24 24

MAKALAH FLAVONOID

DOSEN PENGAMPU : NITA TRIADISTI, M. Farm., Apt

DI SUSUN OLEH : RAWANDI RINA MAULIDA RIZKY ALFIANOR JAMIATUL HUSNA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI D.3 FARMASI BANJARMASIN, 2017

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF