Executive Summary.pdf

July 7, 2019 | Author: Dio Dika Adhistana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Executive Summary.pdf...

Description

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

1.1.

LAHAN DAN HUTAN Seiring pertumbuhan ekonomi, permintaan terhadap penggunaan lahan wilayah

perkotaan akan terus berkembang untuk pembangunan pendidikan, kemajuan teknologi, fasilitas umum kota, transportasi, pemukiman penduduk dan industri. Tingginya permintaan sektor-sektor bisnis akan pemenuhan kebutuhan lahan kosong menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan, dimana masing-masing kecamatan memiliki lahan yang dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat. Penggunaan lahan di Kota Surabaya sebagian besar digunakan oleh sektor non pertanian dengan luasan sebesar 30.076,30 ha (82,4%) dari luas total lahan kota yaitu 36.508,39 ha. Sisanya, sebesar 5,3% untuk lahan persawahan, 0,3% untuk perkebunan dan 12% untuk sektor lainnya. Pembagian wilayah menurut penggunaan lahan/ tutupan lahan di Kota Surabaya digambarkan seperti diagram pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan P enggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kota Surabaya

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2011

Hutan di Kota Surabaya memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sifat dan karakteristik hutan pada umumnya. Hutan produksi sebagai penghasil komoditi kayu dan hutan konversi sebagai cadangan guna

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

memenuhi kebutuhan diluar bidang kehutanan sudah tidak ada lagi. Di Kota Surabaya kawasan hutan yang ada hanyalah kawasan hutan yang memiliki fungsi dan status sebagai kawasan konservasi dan hutan kota. Luas kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah sebesar 2.490,95 Ha, sedangkan luas hutan kota Surabaya adalah sebesar 3,14 Ha. Salah satu bentuk kawasan konservasi di Kota Surabaya adalah hutan mangrove, yang tersebar di sekitar kawasan Pantai Utara dan Pantai Timur Surabaya dengan luasan total 624,73 ha. Kualitas tanah dan lahan di beberapa kawasan di Kota Surabaya semakin memburuk dari waktu ke waktu sehingga banyak terbentuk lahan kritis. Pembentukkan lahan kritis tersebut diakibatkan oleh penggunaan lahan secara berlebihan tanpa disertai dengan pengelolaan yang terpadu dan sesuai. Luas lahan kritis di Kota Surabaya telah mencapai 21,7% dari luas Kota Surabaya, dimana statusnya masih dalam taraf agak kritis dan potensial kritis. Luas lahan agak kritis adalah sebesar 8,1% dari luas total Kota S urabaya, sedangkan sedangkan lahan potensial kritis sebesar 13,6% dari luas total Kota Surabaya. Surabaya.

1.2.

KEANEKARAGAMAN HAYATI Seiring

semakin

pesatnya

pertumbuhan

suatu

kota

maka

kapasitas

pemanfaatan sumber daya alam juga akan meningkat, sehingga dapat menurunkan  jumlah populasi dan ekosistem dari flora dan fauna yang ada. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya perlindungan dari Pemerintah, agar tidak terjadi pengurangan tak terkendali dari jumlah flora dan fauna atau bahkan hingga terjadi kepunahan. kepunahan. Kota Surabaya memiliki beberapa jenis fauna yang telah terancam punah (critically endangered ) yaitu Kera Sulawesi Jambul, Cikalang Christmas, Jalak Bali, Jalak Putih, Kakaktua Jambul Kuning Kecil, Kakatua Jambul Oranye, dan Kura-Kura Tungtong. Peristiwa tersebut diakibatkan oleh kegiatan manusia serta kompleksitas makhuk hidup yang dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Pemerintah Kota Surabaya telah bekerja sama dengan pihak Kebun Binatang Surabaya untuk mengkonservasi flora dan fauna yang dianggap memiliki potensi punah. Langkah lainnya adalah dengan membuat beberapa tempat konservasi bagi flora dan fauna dengan bantuan dari pihak terkait seperti Dinas Pertanian Kota Surabaya. Tempat-tempat konservasi yang telah disediakan oleh pemerintah adalah Kebun Bibit Wonorejo, Taman Flora, Hutan Mangrove Wonorejo, Wonorejo, dan lain-lain. Surabaya merupakan kota yang memiliki kelimpahan flora dan fauna di beberapa wilayah konservasi terutama mamalia, burung ( aves), aves), ikan ( pisces),  pisces), reptil dan vegetasi tumbuhan yang telah masuk dalam daftar daerah IBA ( Important Bird

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

 Area). Daerah IBA (Important Bird Area) merupakan daerah perlindungan bagi burung terutama burung air dan migran. Salah satu wilayah konservasi burung adalah daerah Wonorejo. Wilayah tersebut memiliki luas kurang lebih 50 Ha dan digunakan sebagai tempat singgah lebih dari 10.000 burung air tiap tahunnya. Salah satu upaya dari Pemerintah Kota Surabaya adalah dengan melakukan pengembangan Kawasan Wonorejo sebagai MIC (Mangrove Information Center ) menjadi ekowisata bakau. Upaya

pengembangan

kawasan

Wonorejo

memiliki

dampak

terhadap

ekosistem lingkungan sekitar terutama habitat asli flora dan fauna. Selama tahun 20072008 tercatat sekitar 140 jenis burung berdomisili di Wonorejo. Jenis burung tersebut meliputi burung air, migran maupun burung lain. Sebanyak 31 jenis burung diantaranya memiliki status dilindungi oleh Perundang - undangan Indonesia.

1.3.

AIR

A. Air Permukaan Sumber air permukaan utama yang digunakan oleh Kota Surabaya adalah air sungai. Kota Surabaya memiliki sebanyak 6 sungai, 28 saluran primer, dan 141 saluran sekunder. Dari beberapa sungai tersebut, masing-masing telah digolongkan berdasarkan peruntukannya sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001, diantaranya Kali Surabaya dan Kali Mas tergolong badan air Kelas II; Kali Jeblokan, Kali Dami, Kali Bokor, Kali Kepiting, Kali Kebon Agung, Kali Wonokromo, dan Saluran Dinoyo tergolong badan air Kelas III; serta Kali Pegirian, Kali Banyu Urip, Kali Greges, Kali Wonorejo, Saluran Darmo, dan Saluran Kenari tergolong badan air Kelas IV. Dari hasil pemantauan kualitas air dari sungai-sungai tersebut, masih terdapat beberapa parameter yang belum memenuhi baku mutu, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 sampai Tabel 1.3 berikut. Tabel 1.1. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas II (Januari-November 2011) Titik Monitoring Kali Surabaya di Kedurus

Parameter Kualitas Air (mg/L) pH Memenuhi Baku Mutu

DO

BOD

COD

TSS

Deterjen

TM (Bulan 3)

TM (Bulan 1-10)

TM (Bulan 1)

TM (Bulan 1,2,4,5)

Memenuhi Baku Mutu

Kali Surabaya di Memenuhi Jemb. Wonokromo Baku Mutu

TM (Bulan 3,4)

TM (Bulan 1-10)

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1-5,10)

Memenuhi Baku Mutu

Kali Mas di Jl. Ngagel

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 4,8,9)

TM (Bulan 1-11)

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1,2,4,5)

Memenuhi Baku Mutu

Kali Mas di Jemb. Keputran

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1,4,7,8,11)

TM (Bulan 1-11)

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1-5)

Memenuhi Baku Mutu

Kali Mas di Jemb. Kebon Rojo

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 9)

TM (Bulan 1-10)

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1-5)

Memenuhi Baku Mutu

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Tabel 1.2. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas III (Januari-November 2011) Parameter Kualitas Air (mg/L)

Titik Monitoring

pH

DO

BOD

COD

TSS

Deterjen

Kali Jeblokan di Jl. Petojo

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1,9)

TM (Bulan 1-4,79)

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Kali Jeblokan di Jl. Kedung Cowek

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1-6)

TM (Bulan 16,8,9,11)

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Kali Dami di Jemb. Jl. Kali Dami

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 1,2,4,6-11)

TM (Bulan 1,2,4,6-11)

TM (Bulan Memenuhi 7,8,10) Baku Mutu

TM (Bulan 6)

Kali Bokor di Jemb. Memenuhi Jl. Pucang Baku Mutu

TM (Bulan 2,4,5)

TM (Bulan 25,7,11)

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Kali Kepiting di Jl. Sutorejo

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 2, 4, 6, 8, 9, 11)

TM (Bulan 1,2,411)

Memenuhi TM (Bulan 1) TM (Bulan 2) Baku Mutu

Kali Kebon Agung di Jl. Rungkut Madya

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 4)

TM (Bulan 1-4)

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

TM (Bulan 5)

Kali Wonokromo di Memenuhi Jemb. Merr C II Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Saluran Dinoyo di Pompa Air Dinoyo

TM (Bulan 1-11)

TM (Bulan 1-11)

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

TM (Bulan 2,4-7,9-11)

Memenuhi Baku Mutu

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011

Tabel 1.3. Pemenuhan Baku Mutu Kualitas Air Sungai Badan Air Kelas IV (Januari-November 2011) Titik Monitoring

Parameter Kualitas Air (mg/L) pH

DO

BOD

COD

TSS

Deterjen

Kali Pegirian di Jl. Undaan

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Kali Pegirian di Jl. Pegirian

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 3,8,11)

Kali Banyu Urip di Jemb. Balongsari

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 7,9,11)

Kali Greges di Jemb. Jl. Memenuhi Dupak Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Memenuhi Baku Mutu Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 2,7-9,11)

Kali Wonorejo di Jemb. Kedung Baruk Utara Saluran Darmo di Pompa Air Darmo Kali Saluran Kenari di Jl. Simpang Dukuh

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 8,9,11) TM (Bulan 7,10) TM (Bulan 7,10)

TM (Bulan 9) Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu

Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu Memenuhi Baku Mutu

TM (Bulan 2,46,8,11) TM (Bulan 5-8,10) TM (Bulan 5)

Keterangan: TM   Tidak memenuhi Baku Mutu Kelas Air Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011

Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga dipengaruhi oleh keberadaan beberapa danau, waduk, situ atau embung. Pada tahun 2011 terdapat sebanyak 21 sistem hidrologi (Danau/ Waduk/ Situ/ Embung) masuk dalam rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik Kota Surabaya.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

1.4.

UDARA Pengukuran kualitas udara di Kota Surabaya dilakukan pada 5 titik, yaitu

Taman Prestasi, Perak Timur, Sukomanunggal, Gayungan, dan Gebang Putih. Pengukuran dilakukan secara kontinyu dengan interval pengambilan data setiap 30 menit, selama 24 jam, dan setiap hari selama satu tahun. Kualiatas air hujan dipengaruhi oleh kualitas udara di suatu wilayah. Dalam proses jatuhnya air hujan ke bumi, terlebih dahulu melalui lapisan udara yang terdiri dari beberapa jenis gas yang dapat larut dalam air hujan. Pemantauan kualitas air hujan di Kota Surabaya dilakukan di 6 (enam) titik yaitu: Titik I

: Surabaya Timur

Titik II

: Stasiun Perak

Titik III

: Surabaya Selatan

Titik IV

: Surabaya Utara

Titik V

: Surabaya Barat

Titik VI

: Surabaya Pusat (Jalan Jimerto 25-27) Baku mutu kualitas air hujan yang dipakai sebagai acuan disini adalah baku

mutu kualitas air hujan yang berlaku di seluruh dunia mengikuti Weather Link , hal ini dikarenakan di Indonesia belum ada baku mutu untuk kualitas air hujan. Namun demikian, di dalam baku mutu ini hanya terdapat baku mutu untuk parameter pH saja, sedang untuk parameter lainnya tidak ada baku mutu yang diacu. Hasil pemantauan di Surabaya Selatan menunjukkan ± 40 % hasil analisa pH air hujan tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 5,4. Di Surabaya Utara ± 25 % hasil analisa pH air hujan tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 4,5. Untuk Surabaya Barat hasil analisa pH air hujan yang tidak memenuhi baku mutu ± 30 % dari data yang didapatkan, dengan pH terendah 4,6. Sedangkan hasil pemantauan di Surabaya Pusat ± 35 % yang tidak memenuhi baku mutu, dengan pH terendah 4,5. Dari hasil pemantauan yang menunjukkan bahwa kualitas air hujan belum memenuhi baku mutu pH yaitu 5,6 dapat disimpulkan adanya potensi terjadinya deposisi basah di Kota Surabaya. Deposisi basah adalah turunnya asam dalam bentuk hujan.

1.5.

LAUT, PESISIR, DAN PANTAI Kegiatan monitoring pengelolaan pesisir yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Surabaya melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya secara periodik dilakukan di 3 (tiga) kawasan perairan. Lokasi pemantauan kualitas air di kawasan pesisir Kota Surabaya dilakukan pada 8 (delapan) titik sampling dengan parameter kondisi fisik,

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

kimia dan biologi perairan laut. Kegiatan pemantauan dilakukan dalam rangka pengendalian pencemaran kawasan pantai dan pesisir. Lokasi titik sampling tersebut meliputi: 

Uji sampling air laut (wisata bahari) Lokasi : Kenjeran gunung pasir dan Kenjeran pengasapan ikan



Uji sampling air laut (perairan pelabuhan) Lokasi : Nilam barat dan Nilam timur



Uji sampling air laut (biota laut) Lokasi : Gunung anyar 1 kali UPN, Gunung anyar 2 kali Wonorejo, Kali Lamong 1, dan, Kali Lamong 2 Secara umum kualitas air laut di Kota Surabaya tidak sesuai dengan baku

mutu, hanya ada 5 (lima) titik yang hasil pengujiaannya memenuhi baku mutu, dimana hasil tersebut diperoleh pada waktu pengujian yang berbeda. Kualitas air laut yang memenuhi baku mutu terdapat pada: 





Uji Sampling Air Laut di Perairan Pelabuhan Lokasi

: Nilam Barat

Periode

: Triwulan III

Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut Lokasi

: Gunng Anyar 1 Kali UPN

Periode

: Triwulan III

Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut Lokasi

: Gunng Anyar 1 Kali UPN

Periode

: Triwulan III Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut



Lokasi

: Gunung Anyar 2 Kali Wonorejo

Periode

: Triwulan I dan III Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut



Lokasi

: Kali Lamong 1

Periode

: Triwulan I dan III Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut



1.6.

Lokasi

: Kali Lamong 2

Periode

: Triwulan III dan IV

IKLIM Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas

permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 m di atas permukaan

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

air laut. Suhu udara di Kota Surabaya yang dipantau dari bulan Januari 2010 hingga bulan Februari 2011 menunjukkan rata-rata sebesar 28,5 oC, maksimum 35,8 oC, dan minimum 21,6 oC. Suhu udara rata-rata Kota Surabaya cenderung naik dari bulan Januari hingga Agustus 2010, dan turun dari bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011 dan kemudian naik lagi pada bulan Februari 2011. Sedangkan temperatur maksimum dan minimumnya berfluktuasi dengan pola yang tidak beraturan. Curah hujan Kota Surabaya pada tahun 2010 secara umum cenderung lebih besar dibanding dengan curah hujan pada tahun 2011, sehingga pada tahun 2011 cenderung lebih kering. Curah hujan tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada bulan Maret, dimana curah hujan tertinggi terukur di Stasiun Gunungsari/ DAM dengan curah hujan sebesar 512 mm. Curah hujan terndah terjadi pada bulan Mei yang terukur pada stasiun Stamet Perak I Surabaya dengan curah hujan sebesar 70 mm.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

BAB II TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

2.1.

KEPENDUDUKAN Berdasarkan hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dispenduk dan

Capil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Kota Surabaya, didapatkan jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2011 adalah sebanyak 2.956.569 jiwa. Jumlah ini meningkat sebesar 0,23% dari jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2010 yaitu 2.949.745 jiwa. Dengan luas wilayah Kota Surabaya yang sebesar 32.636 Ha, maka kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 adalah sebesar 91 jiwa/Ha. Rasio jenis kelamin (P/L) penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 ini tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu mendekati 100%, artinya jumlah penduduk

laki-laki

dan

perempuannya

hampir

sama.

Sedangkan

angka

ketergantungan penduduk usia tidak produktif (usia 0-16 tahun dan 60+) terhadap penduduk usia produktif (17-59 tahun) adalah sebesar 48,7 %. Hal ini berarti pada tahun 2011 ini, sekitar 49 penduduk tidak produktif ditanggung oleh 100 penduduk produktif. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan urbanisasi, maka lahan yang tersedia sebagai tempat permukiman masyarakat semakin sempit. Oleh karena itu, saat ini daerah pesisir menjadi salah satu alternatif tempat domisili masyarakat. J umlah penduduk yang bermukim di wilayah pesisir Kota Surabaya pada tahun 2011 tercatat sebanyak 714.790 jiwa yang tersebar di 36 desa di 7 kecamatan. Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, peran pendidikan sangat penting dan menentukan. Pendidikan di sekolah mutlak diperlukan dalam upaya membentuk kepribadian dan karakter yang tepat untuk mayarakat. Jumlah seluruh fasilitas pendidikan berupa sekolah di Kota Surabaya secara keseluruhan, mulai dari jenjang SD hingga SLTA, berjumlah 1.278 sekolah. Namun persebaran fasilitas pendidikan di Kota Surabaya tersebut belum merata di seluruh kecamatan.

2.2.

PERMUKIMAN Pada tahun 2011 jumlah rumah tangga (RT) di Kota Surabaya adalah 806.794

RT. Dari jumlah ini, sebanyak 37.199 RT merupakan rumah tangga miskin. Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu kota dapat dilihat dari lokasi tempat tinggalnya. Lokasi permukiman masyarakat dapat berada di lokasi yang tergolong

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

mewah, menengah, sederhana, ataupun kumuh. Pada tahun 2011 ini tidak tersedia data mengenai jumlah rumah tangga menurut lokasi tempat tinggalnya, namun diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, jumlah rumah tangga yang berada di kawasan yang tergolong mewah sekitar 8%, sederhana dan menengah sekitar 80%, serta kawasan kumuh dan liar sekitar 12%. Salah satu indikator baik atau tidaknya suatu permukiman untuk ditinggali adalah terpenuhinya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air bersih dan sarana sanitasi lingkungan. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minumnya, masyarakat Kota Surabaya saat ini sebagian besar menggantungkan pada PDAM Kota Surabaya. Sekitar 84% rumah tangga di Kota Surabaya memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum dengan mengandalkan suplai dari PDAM. Hal ini dikarenakan air tanah di Kota Surabaya sebagian besar sudah tidak layak lagi untuk kebutuhan seharihari. Meskipun demikian, masih ada sekitar 16% rumah tangga di Kota Surabaya yang masih memanfaatkan sumur dangkal untuk kegiatan mandi, cuci, kakus. Sanitasi lingkungan yang baik merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi agar diperoleh kehidupan masyarakat yang sehat. Salah satu sarana sanitasi yang seharusnya dimiliki oleh semua rumah adalah sarana tempat buang air besar yang dilengkapi dengan tangki septic dan tangki peresapan. Dari Laporan Puskesmas di Kota Surabaya tahun 2011, diketahui bahwa seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, dimana sebagian besar adalah fasilitas tempat buang air besar bersama. Sebanyak 13,6 % rumah tangga di Kota Surabaya menggunakan tempat buang air besar milik pribadi, 84,5 % rumah tangga menggunakan tempat buang air besar bersama, dan sisanya sebanyak 2,9 % rumah tangga menggunakan tempat buang air besar umum. Meskipun seluruh rumah tangga di Kota Surabaya telah memiliki fasilitas tempat buang air besar, namun tidak semua fasilitas tersebut dilengkapi dengan tangki septik dan tangki peresapan. Pada pendataan tahun 2009, jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas buang air besar ada sekitar 571.542 RT, dan sekitar 1.852 diantaranya tidak dilengkapi dengan tangki septik. Pada tahun 2011 data mengenai  jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas tempat buang air besar tanpa tangki septik tidak tersedia, namun diperkirakan jumlahnya telah menurun karena adanya program Pemerintah Kota dalam membangun sarana sanitasi yang sehat bagi masyarakat. Selain pengelolaan yang baik terhadap air limbah, bentuk perbaikan sektor sanitasi juga harus mencakup pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Sistem pengelolaan sampah meliputi pengelolaan terhadap timbulan sampah yang berasal dari sumber, sistem pengumpulan, transportasi, pengolahan dan

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

pemulihan sumber daya serta penimbunan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, dengan asumsi jumlah timbulan sampah per kapita sebesar 3 L/orang/hari, maka jumlah timbulan sampah rata-rata per hari Kota Surabaya pada tahun 2011 adalah 8.904,82 m 3. Tidak semua sampah kota dapat terkelola, oleh karena itu semakin lama semakin banyak tumpukan sampah yang tercecer dan menimbulkan masalah baru. Dari jumlah timbulan sampah rata-rata per hari Kota Surabaya, hanya sebesar 3.942 m3 yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada awal tahun 2001, terjadi masalah besar pada sektor persampahan di Kota Surabaya. Kota Surabaya yang pada awalnya memiliki 2 TPA yaitu TPA Sukolilo dengan luas 40,5 Ha dan TPA Lakarsantri dengan luas 8,5 Ha, harus menutup kedua TPA tersebut. Penutupan kedua TPA tersebut dilakukan karena adanya protes dari warga sekitar TPA akibat pencemaran dan ketidaknyamanan dengan adanya TPA tersebut. Pada saat ini, seluruh sampah dari Kota Surabaya yang dapat dikelola, dibuang ke TPA Benowo yang berada di Kecamatan Benowo.

2.3.

KESEHATAN Program pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kualitas

kesehatan

warga

Kota

Surabaya,

sedangkan

sasarannya

adalah

meningkatnya pelayanan kesehatan dasar. Hasil pelaksanaan program tersebut dapat ditunjukkan pada pencapaian kinerja sasaran pembangunan di bidang kesehatan yaitu meningkatnya

kondisi

status

kesehatan

warga

kota

sesuai

dengan

indikator

pembangunan kesehatan. Jumlah kematian selama tahun 2011 di Kota Surabaya mencapai 1.849 jiwa yang terdiri atas 970 penduduk laki-laki dan 879 penduduk perempuan. Kematian tertinggi terjadi pada rentang umur > 44 tahun dan < 1 tahun. Angka kematian penduduk pada umur < 1 tahun cukup mengindikasikan besarnya kematian bayi dan balita di Kota Surabaya. Menyikapi permasalahan tersebut pemerintah Surabaya mencanangkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) gratis, KB (Keluarga Berencana), dan lain-lain. Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang menjadi penderita dari beberapa jenis penyakit mencapai 1.583.914 jiwa. Jenis penyakit paling mendominasi yang diderita oleh 650.217 jiwa masyarakat Kota Surabaya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas). Selain penyakit ISPA, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat berada di posisi kedua dengan jumlah 190.341 penderita. Prosentase jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kota Surabaya ditampilkan pada Gambar 2.1 berikut.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Gambar 2.1. Prosentase Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk Kota Surabaya

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2011

2.4.

PERTANIAN Kota Surabaya memiliki potensi yang cukup besar untuk sektor pertanian,

namun sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Pada tahun 2011 luas lahan pertanian di wilayah Kota Surabaya adalah sebesar 1.686 ha dan menghasilkan komoditas tanaman pangan yaitu berupa padi, jagung, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar dengan jumlah produksi total sebanyak 12.890 ton pada tahun 2011. Frekuensi penanaman pada lahan pertanian di Kota Surabaya bergantung pada  jenis lahan serta jenis tanaman yang akan dibudidayakan. Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui sawah-sawah yang tergenang, pemanfaatan pupuk urea dalam pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa pertanian serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini terbentuk emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yaitu karbaondioksida (CO 2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N 2O). Gas CH4 merupakan salah satu faktor terjadi pemanasan global ( global warming ). Dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena terjadi pemanasan global di bidang pertanian adalah terjadi keterlambatan musim tanam atau panen padi, bencana banjir yang dapat

menyebabkan

kegagalan

penanaman

atau

panen,

tanah

longsor

dan

kekeringan. Berdasarkan perhitungan emisi kabon yang diperoleh dari data Dinas Pertanian tahun 2010 yang telah diolah oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

diketahui bahwa telah terbentuk emisi CH 4  dari lahan pertanian di Kota Surabaya sebesar 2.528,75 ton/tahun. Gas rumah kaca tidak hanya ditimbulkan oleh kegiatan pertanian, namun juga sektor peternakan. Hewan ternak yang memberikan kotribusi gas methan terbesar adalah sapi perah yaitu sebesar 12.757,85 ton CH 4/tahun. Hewan lain yang menghasilkan gas methan yang cukup besar berasal dari jenis unggas yaitu ayam sebesar 466,38 ton CH 4/tahun.

2.5.

INDUSTRI Industrialisasi pada kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan

yang sangat signifikan. Sekarang sektor industri telah mengambil alih secara struktural kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian yang sebelumnya mendominasi. Di wilayah Surabaya bagian selatan telah dibentuk sebuah kawasan industri yaitu daerah Rungkut atau Brebek Industri dan SIER, sedangkan di wilayah utara terdapat kawasan industri dan pergudangan Tambak Langon - Kalianak  – Margamulyo. Kawasan ini cukup strategis karena dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol dan Pusat Grosir (Kembang Jepun dan Pasar Turi). Sektor industri di Kota Surabaya terbagi atas 3 (tiga) golongan yaitu skala besar, menengah, dan kecil. Industri besar dan menengah yang ada di Kota Surabaya berjumlah 101 industri. Sedangkan jumlah industri kecil sebanyak 124 industri. Industri-industri tersebut menghasilkan limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan, diketahui bahwa limbah yang dihasilkan beberapa industri belum memenuhi baku mutu yang berlaku, diantaranya: 

pH

 Industri

yang memiliki kualitas pH air limbah kurang dari baku mutu sebesar

6 - 9 yaitu industri tahu. pH pada pabrik tahu berkisar antara 4,7 hingga 5,5 sehingga bersifat asam. 

BOD (Biological Oxygen Demand )

  Industri

yang memiliki BOD tertinggi adalah

industri tahu dengan konsentrasi mencapai 3.409 mg/L, dimana baku mutu yang berlaku mensyaratkan BOD maksimal adalah sebesar 50 mg/L. Industri lain yang limbahnya belum memenuhi baku mutu diantaranya adalah bengkel, industri kertas, industri pakan ternak, pengrajin emas, industri baja, dan pencucian jeans. 

COD (Chemical Oxygen Demand )

 

nilai COD tertinggi mencapai 7.250 mg/L

yaitu pada pabrik tahu, sedangkan batas baku mutu yang ditetapkan adalah 100 mg/L. Namun industri lain juga masih banyak yang limbahnya tidak memenuhi

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

baku mutu diantaranya bengkel, industri kertas, industri pakan ternak, pengrajin emas, industri baja, dan pencucian jeans. 

TSS (Total Suspended Solid )

 Industri

pembuatan tahu menghasilkan air limbah

dengan konsentrasi TSS di atas baku mutu yaitu 442 mg/L, 420 mg/L, 556 mg/L, dan 410 mg/L. Industri lain yang menghasilkan air limbah dengan konsentrasi TSS di atas baku mutu adalah industri pakan udang dan pencucian jeans.

2.6.

ENERGI Transportasi menjadi sektor utama yang menjadi konsumen terbesar dalam

pemakaian minyak bumi. Kondisi tersebut disebabkan oleh semakin tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Surabaya. Seiring meningkatnya sarana transportasi di Kota Surabaya, para investor mendapatkan celah untuk

membuka

usaha Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU). Tercatat sebanyak 91 perusahaan SPBU beroperasi di Kota Surabaya. Jumlah konsumsi rata-rata minyak bumi Kota Surabaya adalah sekitar 48.000 Kiloliter per bulan. Penggunaan energi di beberapa sektor dapat menimbulkan emisi CO 2  yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan Tabel 2.1 di bawah, dapat dilihat bahwa energi yang menghasilkan emisi CO2 adalah transportasi berupa sepeda motor, kendaraan penumpang, truk/ bus kecil, truk besar, dan bus besar. Tabel 2.1. Perkiraan Emisi CO 2 dan Konsumsi Energi Menurut Sektor Pengguna Tipe emisi

Sepeda Motor Bensin

CO NOx HC SO2 SPM

19,2 0,13 3,99 0,017 0,078

Kendaraan Penumpang Bensin Diesel 23,5 6,87 2,23 0 0

5,15 1,26 0,49 0,59 0

Truk/bus kecil Bensin Diesel 41,4 9,14 3,93 0 0

5,32 1,48 0,51 0,68 0

Truk

Bus

2,51 10,7 1,58 0,85 0,36

2,57 10,4 1,57 0,86 0,37

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011.

2.7.

TRANSPORTASI Dalam rangka meningkatkan minat masyarakat dalam penggunaan transportasi

massal sebagai pilihan moda transportasi mereka, peningkatan kualitas pelayanan serta perbaikan sarana dan prasarana transportasi umum mutlak harus dilakukan. Pada tahun 2011, Kota Surabaya telah memiliki 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang terletak di beberapa kecamatan. Dari 13 sarana terminal kendaraan penumpang umum yang ada di Kota Surabaya 2 terminal merupakan Tipe  A, 1 terminal Tipe B, dan 10 terminal sisanya merupakan Tipe C.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Selain sektor transportasi darat, sektor transportasi laut dan udara di Kota Surabaya juga memiliki peran yang sangat penting dan strategis yakni sebagai pintu masuk dan keluar manusia dengan berbagai jenis kegiatan yang dilakukannya. Sektor transportasi laut di Kota Surabaya memiliki peran yang cukup strategis mengingat sebagian ekspor maupun impor Indonesia akan melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak. Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan Kota Surabaya yang terletak pada posisi 112 o43’22” BT dan 07 o11’54” LS, tepatnya di Selat Madura sebelah utara Kota Surabaya yang meliputi daerah perairan seluas 1.574,3 Ha dan daerah daratan seluas 574,7 Ha. Berbagai kegiatan yang terjadi di berbagai lokasi sarana transportasi baik di terminal, maupun pelabuhan laut akan berpotensi menyumbang limbah padat/ sampah bagi Kota Surabaya. Perkiraan jumlah limbah padat dari sarana transportasi tersebut dapat d ilihat pada Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2. Perkiraan Jumlah Limbah Padat dari Sarana Transportasi Kota Surabaya No. 1. 2. 3. 4.

Sarana Transportasi

Jumlah Sarana

Terminal Angkutan Umum Pelabuhan Sungai dan Danau Pelabuhan Laut Pelabuhan Udara TOTAL

Volume Limbah Padat (m3 /hari)

3 1 -

19,3 780 799,3

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, 2011.

2.8.

PARIWISATA Potensi Kota Surabaya dalam sektor pariwisata saat ini terus dikembangkan

agar dapat menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Kota ini. Kota Surabaya memiliki cukup banyak potensi wisata yang menarik, mulai dari obyek wisata museum atau monumen, obyek wisata rekreasi, obyek wisata religi, sampai wisata alam atau ekowisata. Sebagai penunjang pariwisata, keberadaan penginapan atau hotel merupakan suatu hal yang krusial. Di Kota Surabaya terdapat 129 hotel yang dapat dijadikan rujukan sebagai tempat menginap sementara para wisatawan, mulai dari kelas hotel melati hingga hotel berbintang. Dengan adanya berbagai obyek wisata d an sarana penginapan ini, dapat dipastikan akan berpotensi menyumbangkan beban pencemaran bagi Kota Surabaya, baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Perkiraan volume limbah padat yang dihasilkan dari obyek wisata di Kota Surabaya dapat dilihat pada Tabel 2.3. Sedangkan perkiraan volume limbah padat total dari hotel di Kota Surabaya adalah sebesar 23,37 m 3/hari.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Tabel 2.3. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata di Kota Surabaya No

Objek Wisata

Luas Kawasan

+ 6.730 m2

1. 2. 3. 4.

MUSEUM/ MONUMEN Museum 10 Nopember 1945 Museum Kesehatan Museum TNI AL Jala Crana Museum House Of Sampoerna Monumen Tugu Pahlawan Joko Dolog Monumen Kapal Selam Monumen Jalesveva Jayamahe Museum WR. Soepratman RELIGI Masjid Cheng Hoo Masjid Al Akbar Masjid Ampel Taman Sunan Bungkul

1. 2. 3.

REKREASI Pantai Ria Kenjeran (Kenpark) THR Taman Prestasi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 1. 2.

THP Kenjeran Balai Pemuda GNI Taman Remaja SBY Kebun Binatang SBY Ciputra Waterpark Gedung Cak Durasim Kawasan Wisata Religi Ampel Taman Flora EKOWISATA Mangrove Kecamatan Gunung Anyar Mangrove Kec. Wonorejo Rungkut

1.366 m2 755,82 m2

Jumlah Pengunjung

Volume Limbah Padat (m3 /hari)

1.446 20.002 7.621 6.855 408 18.623 33.282 984

4,63 64,01 24,39 21,94 1,31 59,59 106,50 3,15

+ 1.035 m2  + 10 ha + 4 ha + 1 ha

8.617 58.465

27,57 187,09

+100 ha + 6500 m2

802.831 30.329 1.659

2.569,06 97,05 5,31

4,6 ha 17.403 m2 6.780 m2

59.095 178.008

189,10 569,63

501.247 1.531.402 256.198

1.603,99 4.900,49 819,83

1.693.227

5.418,33

1358 m2  2.5 ha

15 ha + 5 ha + 800 m2

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Surabaya, 2011.

Sedangkan perkiraan volume limbah cair total dari hotel di Surabaya adalah sebesar 1.460,80 m 3/hari, dengan beban BOD diperkirakan sebesar 533,19 ton/tahun, beban TSS sebesar 639,83 ton/tahun, beban Total N sebesar 93,31 ton/tahun, dan beban Total P sebesar 26,66 ton/tahun.

2.9.

LIMBAH B3

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Sesuai hasil pendataan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, pada tahun 2010 diketahui sebanyak 943 industri di Kota Surabaya menghasilkan limbah B3. Berbagai jenis kegiatan penghasil limbah B3 ini diantarnya adalah percetakan dengan limbah yang dihasilkan berupa tinta bekas, kaleng bekas tinta, cucian tinta, dan sebagainya; bengkel kendaraan dengan limbah B3 yang dihasilkan berupa oli bekas, accu kering, kaleng bekas oli, dan sebagainya; laboratorium kesehatan, rumah sakit, farmasi dengan limbah B3 yang dihasilkan berupa limbah medis, obat kadaluarsa, bahan kimia, dan sebagainya; serta industri penghasil limbah B3 lainnya. Pada tahun 2011 belum ada data terbaru mengenai industri penghasil limbah B3, namun diperkirakan tidak berbeda dari tahun sebelumnya. Dari berbagai industri di Kota Surabaya yang menghasilkan limbah B3, ada 2 industri yang telah mendapatkan izin untuk melakukan penyimpanan sementara limbah B3 yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk dan PT. Lotus Indah Textile Industries. Selain itu, ada sebanyak 25 perusahaan telah mendapatkan rekomendasi dan izin dari Dinas Perhubungan untuk melakukan pengangkutan limbah B3.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

BAB III UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

3.1.

REHABILITASI LINGKUNGAN Pemanfaatan lahan yang terbatas di Surabaya untuk berbagai kepentingan

yang lebih bersifat komersial serta tidak sesuai dengan peruntukannya akan menyebabkan perubahan kualitas lingkungan menjadi lebih buruk. Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau Hutan Kota merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi masalah tersebut melalui fungsi dan peranannya yang sangat beragam. Pada tahun 2010, jumlah luasan RTH di Kota Surabaya adalah sebesar 6.670,42 ha atau 20,18 % dari luas total Kota Surabaya. Luasan ini telah memenuhi target luasan RTH sesuai Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, dimana ditetapkan RTH diupayakan 20 % dari luas kota. Luas dari masing-masing jenis RTH di Kota Surabaya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1. Luasan RTH Kota Surabaya No.

Jenis RTH

Luas (Ha)

1

RTH makam

178,45

2

RTH lapangan dan stadion

220,68

3

RTH telaga/waduk (BTKD)

11,37

4

RTH di kawasan boezem

132,96

5

RTH dari fasum dan fasos yang diserahkan

113,93

6

RTH kawasan lindung (Pamurbaya, Benowo, Pakal)

7

RTH hutan kota di KBS

15,36

8

RTH hutan kota (Pakal, Lakarsantri, Balas Klumprik)

25,80

9

RTH pada TPA dan bekas TPA

78,00

10

RTH di sempadan saluran dan kali

249,37

11

RTH taman dan jalur hijau (JH)

197,69

12

Buffer zone jalan Tol dan Interchange

13

Buffer zone untuk kawasan industry (waru gunung)

14

RTH jalur tepian jalan (berm jalan) Jumlah Luasan RTH total

3.852,60

62,34 263,30 1.275,13 6.676,99

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

No.

Jenis RTH LUAS KOTA SURABAYA PROSENTASE LUAS RTH TERHADAP LUAS KOTA (%)

Luas (Ha) 33.048,00 20,18

Sumber: Bappeko Surabaya, 2010.

Pada tahun 2011, di Kota Surabaya direncanakan dilakukan kegiatan penghijauan pada lahan seluas 408,77 ha dengan perkiraan jumlah pohon sebanyak 16.258 pohon. Namun dari rencana tersebut, yang dapat terealisasi adalah penghijauan seluas 388,79 ha dengan jumlah pohon sebanyak 8.662 batang pohon. Jika dilihat dari luasannya maka rencana penghijauan telah terealisasi sekitar 95 %, namun jika dilihat dari jumlah pohon yang ditanam maka penghijauan hanya terealisasi sekitar 53 % dari rencana. Kegiatan penghijauan ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan masyarakat. Salah satu kegiatan penghijauan yang terlaksana pada tahun 2011 ini adalah pembangunan Hutan Kota Balas Klumprik dan Hutan Kota Pakal. Hutan Kota Balas Klumprik dibangun di Kelurahan Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung dengan luas 4,3 ha. Sedangkan Hutan Kota Pakal terletak di Kelurahan Pakal, Kecamatan Pakal dengan luas 10,5 ha. Selain program penghijauan dengan pembangunan Hutan Kota, berbagai kegiatan penanaman tanaman juga dilakukan oleh masyarakat dari berbagai kecamatan di sekitar wilayahnya masing-masing. Dari bulan Januari hingga November 2011 tercatat sebanyak 3.143 batang pohon dari berbagai jenis telah ditanam pada lahan seluas 7,858 ha oleh masyarakat Kota Surabaya. Berbagai kegiatan penanaman tanaman bakau (mangrove) juga dilakukan di beberapa wilayah di Kota Surabaya seperti di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar dan Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Kegiatan ini diprakarsai oleh berbagai instansi seperti PLN, Pertamina, dan banyak instansi lainnya serta berbagai kelompok masyarakat seperti HMI Surabaya, Karang Taruna, mahasiswa dari berbagai universitas, dan sebagainya. Tercatat ada 43 kegiatan penanaman tanaman mangrove yang dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2011, dengan jumlah pohon mencapai 226.602 batang pohon, yang ditanam pada lahan seluas 24,790 ha. Kota Surabaya tidak memiliki hutan alami sehingga kegiatan reboisasi tidaklah dilakukan. Namun kegiatan fisik lain dalam upaya pengelolaan lingkungan seperti kegiatan kerja bakti 2 kali seminggu, pemberdayaan dan pendampingan masyarakat, lomba kebersihan Green and Clean, penyuluhan sampah mandiri, dan sebagainya

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

telah dilakukan dibawah tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

3.2.

AMDAL Dari banyak kegiatan di Kota Surabaya, pada tahun 2011 banyak dokumen

lingkungan yang dihasilkan, yang berarti bahwa kepedulian pelaku usaha terhadap lingkungan di Kota Surabaya semakin meningkat. Selama tahun 2011 saja, mulai dari Januari hingga Desember, jumlah dokumen UKL-UPL mencapai sebanyak 1431 dokumen yang semuanya telah disetujui. Sedangkan untuk dokumen AMDAL, tercatat ada 17 dokumen yang telah disidangkan, namun yang telah mencapai final hanya ada 2 dokumen yaitu untuk kegiatan DELH PT Kedawung Setia dan DELH Intiland Tower. Sebuah dokumen AMDAL untuk kegiatan Pembangunan Hotel Harris n Pop diganti menjadi UKL-UPL setelah dilakukan Sidang KA-ANDAL karena dinilai sekupnya hanya perlu dokumen UKL-UPL saja. Sedang dokumen AMDAL lainnya masih dalam tahap revisi.

3.3.

PENEGAKAN HUKUM Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, salah satu tugas dan

wewenang pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat. Untuk itu, berdasarkan Keputusan Walikota Surabaya Nomor: 188.45/71/436.1.2/2004 Tanggal 6 April 2004 dibentuklah Pos Pengaduan Lingkungan Kota Surabaya. Pengaduan lingkungan adalah jenis pengaduan yang meliputi pencemaran atau kerusakan lingkungan diarahkan ke BLH Surabaya Bidang Penangulangan Dampak Lingkungan. Pada tahun 2011, jumlah pengaduan masalah lingkungan yang diterima oleh Pos Pengaduan Lingkungan Kota Surabaya adalah sebanyak 92 pengaduan. Tabel 3.2  di bawah ini menunjukkan jumlah pengaduan masalah lingkungan menurut jenis masalahnya.

Tabel 3.2. Jumlah Pengaduan Masalah Lingkungan Menurut Jenis Masalah No.

Masalah Yang Diadukan

Jumlah Pengaduan

1

Asap

22

2

Bau

17

3

Bau pada limbah cair

8

4

Keberatan warga adanya keberadaan kegiatan usaha

8

5

Kebisingan

14

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

No.

Masalah Yang Diadukan

Jumlah Pengaduan

6

Pencemaran tanah akibat sampah

1

7

Limbah cair

8

Tanah ambles

1

9

Pencemaran udara akibat debu

6

10

Pencemaran udara akibat uap panas

2

13

TOTAL

92

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2011.

Berbagai pengaduan permasalahan lingkungan di atas diperoleh dari laporan masyarakat maupun laporan hasil pemantauan dari staff BLH Kota Surabaya. Status penanganan dari semua pengaduan tersebut ada yang telah tuntas dan ada yang masih dalam pengawasan.

3.4.

PERAN SERTA MASYARAKAT Salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya persoalan lingkungan yang

terkait dengan sumber daya alam dan masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Berbagai upaya penguatan masyarakat perlu dilakukan melalui cara pandang dan pola pikir kritis terhadap lingkungan. Hal ini tidaklah mungkin dilakukan sendiri oleh pemerintah, sudah tentu harus melibatkan komponen komponen masyarakat lainnya. Salah satunya adalah dengan melibatkan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam proses penguatan masyarakat sipil dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Jumlah LSM yang terdaftar di Bakesbang Propinsi Jawa Timur adalah sebanyak 290 LSM, dimana 7 (tujuh) diantaranya merupakan LSM Lingkungan yang berada di Kota Surabaya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah dengan memberikan penghargaan lingkungan. Hampir setiap tahun Kota Surabaya selalu meraih penghargaan Kalpataru yang merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada perorangan maupun organisasi yang melakukan tindakan penyelamatan atau pelestarian lingkungan. Pada tahun 2011, Kota Surabaya kembali meraih penghargaan Kalpataru untuk tingkat nasional. Penghargaan ini diraih oleh Lulut Sri Yuliani yang merupakan warga dari Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Lulut Sri Yuliani merupakan seorang aktivis lingkungan dan pendesain motif batik mangrove. Penghargaan yang diterima Lulut Sri Yuliani adalah penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Presiden RI pada tanggal 7 Juni 2011 di Istana Negara.

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

Peningkatan peran serta masyarakat juga diupayakan melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, workshop, dan seminar lingkungan. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya pada tahun 2011 ini diantaranya: 1. Rapat Teknis Green Building , diikuti oleh para pengelola gedung bertingkat sebanyak 434 peserta. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 21 November 2011. 2. Pelatihan Kinerja Service AC, diikuti oleh para teknisi AC Rumah Sakit sebanyak 25 peserta. 3. Focus Group Discussion (FGD) Penghapusan Bahan Perusak Ozon Sektor Aerosol, Foam, AC/Chiller/Refrigerasi, yang diikuti oleh dosen-dosen di Kota Surabaya sebanyak 40 peserta. Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 25 Desember 2011 dengan tujuan menjaring masukan dari berbagai pihak untuk rencana aksi penghapusan BPO dan sinkronisasi antara rencana aksi nasional, provinsi dan kota. 4. Kampanye

Stop

Global

Warming ,

yang

diikuti

oleh

masyarakat

umum.

Diselenggarakan pada tanggal 11 November 2011.

3.5.

KELEMBAGAAN Dalam kelembagaannya, di Kota Surabaya telah dibentuk Badan Lingkungan

Hidup Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Beberapa produk hukum bidang pengelolaan lingkungan yang dihasilkan Kota Surabaya dari tahun 2007 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Produk hukum ini digunakan sebagai payung pelaksanaan kegiatan lingkungan di wilayah Kota Surabaya.

Tabel 3.3. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Kota Surabaya No.

Jenis Produk Hukum

Nomor

Tahun

1

Keputusan Walikota Surabaya

188.45/ 63/ 436.1.2/ 2011

2011

2

Peraturan Walikota Surabaya

26

2010

3

Keputusan Walikota Surabaya

188.45/ 259/ 436.1.2/ 2010

2010

4

Keputusan Walikota Surabaya

188.45/ 306/ 436.1.2/ 2010

2010

5

Keputusan Walikota Surabaya

188.45/ 410/ 436.1.2/ 2009

2009

6

Keputusan Gubernur Jawa Timur

188/ 224/ KPTS/ 013/ 2008

2008

Tentang Tim Monitoring Kualitas Udara Ambien di Kota Surabaya Tata Laksana Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Tim Pengendalian Pembuangan Limbah Cair Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kota Surabaya Penetapan Pemenang Lomba Kebersihan Surabaya Green and Clean Tahun 2009 Tim Kerjasama Pengelolaan Sampah Terpadu di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Surabaya

Ringkasan Eksekutif

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (SLHD) KOTA SURABAYA 2011

No. 7

Jenis Produk Hukum Perda Kota Surabaya

Nomor

Tahun

Tentang

3

2007

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

Sumber: Instansi Terkait di Kota Surabaya

Ringkasan Eksekutif

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF