Executive Summary Drainase Bogor
April 23, 2019 | Author: Saepul Amri | Category: N/A
Short Description
Masterplan Drainase...
Description
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-6 APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-9
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-7 EKIVALENSI LUAS PERMUKAAN SUMUR DAN KOLAM RETENSI DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-10
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-8 EKIVALENSI LUAS SUMUR RESAPAN TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-11
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-9 EKIVALENSI LUAS BIOPORI TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
Executive Summary| Halaman 4-12
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Konsep sumur resapan yang dibahas pada sub-bab ini adalah penurunan debit yang terjadi pada kondisi Wilayah Kota Bogor yang memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 25% dari wilayah kota dan 1% dari RTH dapat digunakan untuk pembuatan sumur resapan. Namun pada kenyataannya akan sulit untuk mengaplikasikan sumur resapan di setiap 1% bagian dari RTH. Cara lain dalam mengatasi tidak bertambahnya limpasan akibat perubahan tataguna lahan adalah dengan mengaplikasikan konsep Zero Delta Q Policy seperti yang tercantum dalam PP RI No. 28 tahun 2008 ttg. RTRW Nasional Pasal 106 ayat 1 huruf c.
Zero delta Q adalah keharusan agar tiap bangunan yang terbangun disuatu wilayah tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit dari limpasan air hujan ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai diwilayah tersebut
Berdasarkan prinsip Zero Delta Q maka setiap bangunan yang terbangun di suatu wilayah tidak bolah mengakibatkan pertambahan debit. Konsep ini dihubungkan dengan aplikasi sumur resapan, sehingga dengan pembangunan sebesar 1 Ha berapakah jumlah sumur resapan yang diperlukan agar tidak terjadinya penambahan limpasan ke sistem yang sudah ada. Dengan besarnya intensitas hujan kota bogor rata-rata sebesar 50 mm/jam, setiap pembangunan bangunan sebesar 1 Ha maka akan menghasilkan limpasan tambahan seperti pada hidrograf disamping. Volume limpasan yang perlu ditampung adalah sebesar 1501.2 m3.
Limpasan Tambahan setiap 1 Ha 0.12 0.1 ) s 0.08 / 3 m ( 0.06 t i b e 0.04 D
0.02 0 0
2
4
6
Waktu (jam)
8
10
TABEL 4-2 KEBUTUHAN SUMUR RESAPAN/HA
Kebutuhan Sumur Resapan (Sumur/Ha)
Sumur Individu 599
Sumur Komunal 17 Dimensi
Parameter
H (m) Apermukaan (m2) Vol. Tampungan (m3)
Sumur Individu 1.5
Sumur Komunal 3
1
25
2.508
87.24
Executive Summary| Halaman 4-13
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Selain pembuatan sumur resapan individu atau komunal disetiap pembangunan, pembangunan sumur resapan di sepanjang saluran dra inase juga dapat menjadi masukan yang bagus dalam perencanaan drainase Kota Bogor kedepannya. Salah satu aplikasi sumur resapan di sepanjang saluran drainase adalah di Jogja dengan memasang sumur resapan disetiap 10-15 meter dengan diameter sumur 1 – 1.5 m dan kedalaman sumur 2.5.
GAMBAR 4-10 CONTOH APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA DRAINASE PERKOTAAN
Jika pembangunan sumur resapan di setiap 10 m dapat diekivalensikan dengan terjadinya perubahan lahan dari jalan beraspal (paved) yang bersifat inpervious berubah menjadi lahan yang pervious maka dengan panjang jalan 5 km dan sumur resapan diaplikasikan di setiap 10 m dengan dimensi luas permukaan 1 m2 dan kedalaman 2.5 m, dengan debit awal sebesar 50 m3/s dapat turun sebesar 6% menjadi 47 m3/s.
Sumur resapan setiap 10 m
Debit awal 50 m3/s
Terjadi penurunan 6% menjadi 47 m3/s Executive Summary| Halaman 4-14
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.3.3 Perkiraan Biaya Pengerjaan
Perkiraan biaya yang diperlukan untuk konstruksi pengerjaan sumur resapan dapat dilihat pada tabel 4.3. TABEL 4-3 PERKIRAAN BIAYA PENGERJAAN SUMUR RESAPAN
Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3 Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Pekerja 0.015 Mandor 0.007 Dump Truck 0.120 Excavator 0.051 Total
Total Galian Sumur (m3) Total Galian Kolam (m3) Biaya Sumur (Rp) Biaya Kolam (Rp) Sumur +PPN (Rp) +DESAIN (Rp)
106,000.00 187,000.00 596,300.00 207,400.00
Harga (Rp/m3) 1,540.03 1,362.43 71,556.00 10,550.47 85,008.93
DAS Ciliwung DAS Cisadane 90,574 461,207 1,244,838 6,404,295 Total 46,906,256,463.81 7,699,559,960.20 39,206,696,503.61 105,822,352,078.60 544,422,237,197.21 650,244,589,275.81
51,596,882,110.19 54,176,726,215.70
Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3 Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Pekerja 0.015 Mandor 0.007 Dump Truck 0.120 Excavator 0.051 Total
Total Galian Sumur (m3) Biaya Sumur (Rp)
Seluruh Zona 1,126,799 95,787,972,451.45
Harga (Rp/m3) 1,540.03 187,000.00 1,362.43 596,300.00 71,556.00 207,400.00 10,550.47 85,008.93 106,000.00
Total
95,787,972,451.45 Sumur +PPN (Rp) +DESAIN (Rp)
105,366,769,696.60 110,635,108,181.43
Kolam
+PPN (Rp) +DESAIN ( Rp)
715,269,048,203.39 751,032,500,613.56
Executive Summary| Halaman 4-15
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4 Kebijakan 4.4.1 Masalah Sampah
Masalah sampah pada saluran drainase merupakan masalah yang terjadi hampir diseluruh sistem drainase kota di Indonesia. Permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan secara sendiri, melainkan harus diseleikan secara komprehensif karena masalah sampah dapat berhubungan dengan banyak hal. Salah satu cara dalam menyelesaikan permasalahan drainase adalah dengan menegakkan hukum atau kebijakan yang berlaku di Kota Bogor sesuai dengan Perda Kota Bogor No 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah yang disusun oleh pemenrintah daerah sesuai dengan Pasal 5 dalam Perda No 2 Tahun 2014 paling sedikit memuat:
Kebijakan dan Strategi • Arah kebijakan pengurangan dan penangan sampah • Program pengurangan dan penanganan sampah Dimana program yang dimaksud pada poin kedua diatas harus memuat sebagai berikut:
Program Pengurangan dan Penanganan Sampah • Target pengurangan timbunan sampah dan prioritas jenis sampah secara vertahap • Target penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan Peraturan Walikota
Pengelolaan Sampah
• Perencanaan • Pelaksanaan • Penanganan • Pemilihan • Pengumpulan • Pengangkutan • Pengolahan • Pemrosesan Akhir Sampah • Penyediaan TPS atau TPST dan TPA
Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah wajib membentuk lembaga pengelolaan sampah. Masing-masing lembaga memiliki tugasnya masing-masing.
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4.2 Tata Guna Lahan
Salah satu penyebab permsalahan Sumber : mediatataruang.com banjir di Bogor adalah perubahan tatagguna lahan yang tidak terkendali. Perubahan tataguna lahan dari lahan yang dapat menyerah air menjadi lahan yang tidak dapat menyerap air akan berpengaruh terhadap besarnya debit banjir yang dihasilkan. Oleh karena itu salah satu solusi untuk mengurangi masalah banjir di Kota bogor yaitu mengatur kebijakan mengenai tataguna lahan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bogor No 8 Tahun 2011, dalam pasal 47. (1) RKetentuan syarat minimum RTH dalam berbagai kawasan dijelaskan sebagai berikut: Kawasan
Ketentuan
Perumahan
Setiap kawasan perumahan wajib menyediakan RTH minimal 20% (dua puluh persen) dari luas kawasan perumahan dan tidak bisa dialihkan fungsinya menjadi peruntukan lain;
Lokasi Industri
Perdagangan dan Jasa
Penyediaan RTH pada lokasi industri paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan;
Fasilitas Umum Kawasan Pemerintahan Kawasan Pertanian
Koefisien dasar hijau minimum 10% (sepuluh persen); Koefisien dasar hijau minimum 20% (dua puluh persen);
Jaringan Jalan Jalur Kereta Api
Garis sempadan saluran, sungai dan situ disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sumber daya air; Melarang pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang menyebabkan kerusakan kawasan resapan air;
Ketentuan pelarangan konversi lahan sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan sawah berkelanjutan; dan Ketentuan pengendalian secara ketat konversi lahan sawah beririgasi non teknis, untuk kegiatan budidaya dan keperluan infrastruktur strategis.
Penyediaan jalur hijau di sepanjang jalan. Pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalulintas kereta api;
Executive Summary| Halaman 4-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.4.3 Sempadan Saluran
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Garis sempadan saluran, sungai dan situ disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sumber daya air; Penataan kawasan tepi sungai harus disesuaikan dengan karakter visual sungai yang bersangkutan, yang dibuat berdasarkan keadaan geografi dan topografi daerah aliran sungai, dimana di dalam klasifikasi karakter visual sungai terdapat perbedaan penanganan antara tepi sungai dan badan sungai. 1.
Di tepi sungai pemanfaatan air, lahan dan tanaman masih saling berhubungan.
2.
Di badan sungai aliran air tergantung pada debit air, kualitas air dan laju alirannya.
Beberapa aturan dan petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan dalam penataan di Kawasan Tepi Sungai adalah sebagai berikut: 1. Garis Sempadan Sungai Garis sempadan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer telah ditetapkan dalam beberapa peraturan. 2. Akses (Dirjen Cipta Karya,2000) Akses berupa jalur kendaraan berada diantara batas terluar dari sempadan tepi air dengan areal terbangun. Jarak antara akses masuk menuju ruang publik atau tepi air dari jalan raya sekunder atau tersier minimum 300m Jaringan jalan terbebas dari parkir kendaraan roda empat. Lebar minimum pedestrian way di sepanjang tepi air adalah 3 m 3. Guna Lahan (Dirjen Cipta Karya, 2000) Peruntukan bangunan diprioritaskan atas jenjang pertimbangn: penggunaan lahan yang bergantung dengan air (ater-dependent uses), penggunaan lahan yang bergantung dengan adanya air )water-related uses), penggunaan lahan yang sama sekali tak berhubungan dengan air (independent and unrelated to water uses). Kemiringan lahan yang dianjurkan untuk pengembangan area publik yaitu antara 0-15%. Sedangkan untuk kemiringan lahan lebih dari 15% perlu penanganan khusus. Jarak antara satu areal terbangunan yang dominan diperuntukkan pengembangan bagi fasilitas umum dengan fasilitas umum lainnya makimum 2 km. 4. Bangunan (Dirjen Cipta Karya, 2000) Kepadatan bangunan di kawasan tepi air maksimum 25 % Tinggi bangunan ditetapkan maksimum 15 m dihitung dari permukaan tanah rata-rata pada areal terbangun. Orientasi bangunan harus menghadap tepi air dengan mempertimbangkan posisi bangunan terhadap matahari dan arah tiupan angin. Bentuk dan desain bangunan disesuaikan dengan kondisi dan bentuk tepi air serta variable lainnya yang menentukan penerpannya.
Executive Summary| Halaman 4-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Warna bangunan dibatasi pada warna-warni alami. Ta,mpak bangunan didominasi oleh permainan bidang transparan seperti tampilan elemen teras, jendela dan pintu Bangun-bangunan yang dapat dikembangkan pada areal sempadan tepi air berupa taman atau ruang rekreasi adalah fasilitas areal bermain, tempat duduk dan atau sarana olahraga. Tidak dilakukan pemagaran pada areal terbangun. Bila pembatasan atau pemagaran diperlukan, maka tinggi pagar yang diijinkan maksimum 1 meter dengan menggunakan pagar transparan atau dengan tanaman hidup.
4.4.4 Alih Fungsi Saluran Irigasi
Tidak dapat dibantah bahwa kota bogor memiliki sejarah sebagai kota agraris. Hal ini dibuktikan dengan ekstensifnya pembangunan infrastruktur irigasi di kota hujan ini. 2 sungai sejajar, yang memberikan nama pajajaran, yakni ciliwung dam cisadane, serta didukung tanah subur membuat lokasi kota bogor menjadi sangat strategis untuk pemenuhan kebutuhan pangan mulai dari zaman penjajahan belanda. Namun demikiam, seiring dengam berjalannya waktu, bogor telah berubah menjadi kota satelit dki jakarta yg berfokus pada kegiatan komersial dan pembangunan perumahan. Alhasil kini tersisa sangat sedikit wilayah pertanian yang dulu menjadi tonggak perekonomian kota ini. Salah satu dampak dari transformasi ini ialah terbengkalainya beberapa ruas jaringan irigasi sehingga beralih fungsi menjadi drainase perkotaan tanpa diiiringi dengam desain yg memadai. Hal ini menyebabkam terjadinya genangan di beberapa lokasi di bogor daerah utara. Mengingat bahwa kewenangan dalam hal managemen jaringam irigasi di kota bogor merupakan milik balai psda jabar hingga pada trase sekunder, maka penanganan secara langsung melalui masterplan sulit utk dilaksanakan. Selain terkendala masalah lingkup pekerjaan, penanganan permasalahan ini juga membutuhkan kajian yg lebih mendalam baik dsri aspek teknis maupu permasalahn legalitas utk bisa didapatkan solusi yg paling optimal. 4.4.5 Pendanaan
Mekanisme pembiayaan pemerintah daerah
program
Pada dasarnya pembiayaan program pembangunan pemerintah daerah tidak mesti dibiayai melalui APBD sepenuhnya. Selain dikarenakan sangat terbatasnya APBD, hal ini juga perlu dipertimbangkan mengingat adanya wilayah kerja yang berada di luar kewenangan pemerintah daerah khususnya kota, sehingga tanggungjawab dari pendanaannya pun tidak dibebankan pada APBD kota. Sebagai
Executive Summary| Halaman 4-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
contoh, pekerjaan normalisasi sungai Ciliwung merupakan program yang menjadi kewenangan BBWS Ciliwung cisadane, sehingga harus dibiayai oleh APBD Provinsi, sekalipun lokasi normalisasi berada di wilayah administrasi Kota Bogor. Selain itu pembiayaan infrastruktur drainase juga dapat dilakukan dengan menggunakan dana hibah dari pihak lain seperti pemerintah daerah lain, ataupun swasta. Berbagai macam sumber dana yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah terkait untuk program pembangunan di daerahnya tersebut diatur di dalam UU No. 33 Tahun 2005, yang diantaranya adalah DAU, DBH, PAD, dan DAK. Selain itu pendanaan pembangunan daerah juga dapat dilakukan dengan menggunakan Pinjaman Daerah yang diatur dalam PP 30 pasal 10: a. b. c. d. e.
Pemerintah Pemerintah daerah lain Lembaga Keuangan Bank Lembaga Keuangan Non Bank Masyarakat
Pinjaman Daerah di atas harus mengikuti syarat yang dituangkan dalam pasal 15 PP No. 54 tahun 2005, yakni a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintahl c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman. Di luar PP No 54, persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah ialah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, khususnya pinjaman jangka panjag dari Pemerintah dan khusus pinjaman jangka menengah dan panjang, serta pemerintah daerah wajib mendapatkan surat persetujuan dari DPRD setempat.
Executive Summary| Halaman 4-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5 RENCANA SISTEM DRAINASE Rencana sistem drainase ini bukan merupakan perencanaan sistem drainase secara menyeluruh, melainkan usulan-usulan terhadap sistem drainase yang sudah ada untuk mengatasi masalah drainase di Kota Bogor. Diharapan dengan usulan ini, genangan yang terjadi dikota Bogor dapat berkurang atau bahkan hilang. Salah contoh solusi yang diusulkan adalah pada masalah limpasan di Kali Johar.
5.1 Limpasan Kali Johar
Dimensi Sungai Lebar :3m Kedalaman : 4 m
GAMBAR 5-1 LIMPASAN PADA KALI JOHAR
Limpasan yang terjadi di kali johar disebabkan karena adanya persimpangan saluran dengan belokan yang cukup tajam, sehingga dengan aliran debit yang besar dan kencang diperlukan bak penampung sementara yang berfungsi sebagai peredam limpasan dari kali johar agar air tidak tumpah ke luar saluran dan melimpas ke jalan. Desain bak penampung diperhitungkan berdasarkan besarnya debit yang dibawa dari kali johar, besar lahan yang tersedia dan juga kapasitas saluran terusan dari kali johar. Selain dibuat sebuah bak penampung sementara direncanakan juga biopori di sepanjang saluran, sebagai salah satu aplikasi eco-drainage. Dari Gambar 5-1 dapat dilihat bahwa lahan yang tersedia tidak banyak karena sudah terdapat bangunan disekitar saluran, Saluran terusan dari kali johar didesain dengan dimensi baru yang sesuai dengan kapasitas bak tampungan sementara. TABEL 5-1 PERENCANAAN BAK PENAMPUNG SEMENTARA
TABEL 5-2DIMENSI SALURAN RENCANA
Kategori
Desain Bak Penenang Tinggi (m)
1.5
Lebar (m)
1.5
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Kedalaman (m) Lebar (m)
Saluran Rencana 1.50 1.50
n
0.03
S
0.00
Q (m3/s)
12.55
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5. 2 Perkiraan Pembiayaan Rencana sistem drainase direncanakan menggunakan dua alternatif, yaitu saluran dengan material batu pecah dan menggunakan sal uran u-ditch. Perkiraan biaya konstruksi untuk perencanaan saluran untuk kedua alternatif dapat dilihat pada tabel 5.1. dan tabel 5.2 TABEL 5-3 PERKIRAAN BIAYA UNTUK PERENCANAAN SALURAN BATU PECAH
No.
1
Nama Kawasan
Waduk Taman Sari Persada Saluran A Saluran B Saluran Output Waduk Saluran C
2
3
Kedung Badak
Panjang Saluran (m)
Lebar Saluran [m]
Tinggi Saluran [m]
Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana Rencana
800 800 200 100 100 550
2.5 5 2 2.2 5 5
2 3 2 1.5 3 3
Eksisting Rencana
324 324
1.8 2
0.65 2
Sudetan Eksisting Rencana
1714 846 846
1.5 1.5 2.5
1.5 0.9 2.5
Eksisting Rencana
1.5 1.5
1 1.5
1.5 1.5
Keterangan
Biaya Konstruksi
Biaya Konstruksi (pembulatan)
perbaikan penambahan
14,382,872,899.52 980,669,499.97
14,380,000,000.00 980,000,000.00
perbaikan perbaikan
473,231,784.74 10,113,154,218.42
470,000,000.00 10,110,000,000.00
perbaikan
1,557,678,726.96
1,550,000,000.00
penambahan
4,727,439,908.28
4,720,000,000.00
perbaikan
6,388,197,376.31
6,380,000,000.00
perbaikan
23,883,266.29
20,000,000.00
Mekarwangi RW 14 RW 8
4
Kondisi Saluran
Kali Johar
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5
6
Kebon Pedes
Cibadak
7
Sukaresmi
8
Sukadamai
9
Kencana Sudetan A
Sudetan B
Rencana
474
0.5
0.5
penambahan
145,261,669.68
140,000,000.00
Eksisting A Rencana A Rencana B1 Rencana B2 sudetan A sudetan B
811 811 720 800 172 165
4.5 5 6 8 2 2.1
2 3 3.5 4 2 1.8
perbaikan perbaikan perbaikan penambahan penambahan
4,315,302,856 18,534,653,549 31,381,423,999 843,375,770 764,554,459
14,310,000,000 18,530,000,000 31,380,000,000 840,000,000 760,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
penambahan
735,502,125
730,000,000
perbaikan penambahan
1,871,202,221 122,583,687
1,870,000,000 120,000,000
11,999,460,251 120,360,448,269 12,036,044,827 6,619,824,655 139,016,317,750
11,990,000,000 120,280,000,000 12,028,000,000 6,615,400,000 138,923,400,000
Sudetan Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana
600 250 250 400 700 700 Total PPN 10 % Desain Sub Total
1 1.8 2.5 0.5 0.6 3.5
1 1.2 2.5 0.5 0.4 4
perbaikan
Executive Summary| Halaman 5-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 5-4 PERKIRAAN BIAYA UNTUK PERENCANAAN SALURAN U-DITCH
No.
1
Nama Kawasan
Waduk Taman Sari Persada Saluran A Saluran B Saluran Output Waduk Saluran C
2
3
Kedung Badak
5
6
Panjang Saluran (m)
Lebar Saluran [m]
Tinggi Saluran [m]
Keterangan
Biaya Konstruksi
Biaya Konstruksi (pembulatan)
Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana Rencana
800 800 200 100 100 550
2.5 5 2 2.2 5 5
2 3 2 1.5 3 3
perbaikan penambahan
63,589,422,540.00 5,108,542,676.00
63,580,000,000.00 5,100,000,000.00
perbaikan perbaikan
3,011,901,919.85 43,942,657,096.25
3,010,000,000.00 43,940,000,000.00
Eksisting Rencana
324 324
1.8 2
0.65 2
perbaikan
8,244,833,272.13
8,240,000,000.00
Sudetan Eksisting Rencana
1714 846 846
1.5 1.5 2.5
1.5 0.9 2.5
penambahan
27,290,612,279.99
27,290,000,000.00
perbaikan
31,479,153,386.65
31,470,000,000.00
Eksisting Rencana
1.5 1.5
1 1.5
1.5 1.5
perbaikan
23,883,266.29
20,000,000.00
Rencana
474
0.5
0.5
penambahan
1,493,489,076.38
1,490,000,000.00
Eksisting A
811
4.5
2
Mekarwangi RW 14 RW 8
4
Kondisi Saluran
Kali Johar
Kebon Pedes
Cibadak
Executive Summary| Halaman 5-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Rencana A Rencana B1 Rencana B2 sudetan A sudetan B 7
Sukaresmi
8
Sukadamai
9
Kencana Sudetan A
Sudetan B
811 720 800 172 165
5 6 8 2 2.1
3 3.5 4 2 1.8
perbaikan perbaikan perbaikan penambahan penambahan
64,198,442,554 78,147,345,776 128,102,101,632 4,393,346,701 3,989,586,949
64,190,000,000 78,140,000,000 128,100,000,000 4,390,000,000 3,980,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
Rencana
normalisasi
500,000,000
500,000,000
penambahan
5,074,928,007
5,070,000,000
perbaikan penambahan
46,750,873,823 1,260,328,335
46,750,000,000 1,260,000,000
perbaikan
53,377,668,158 570,479,117,449 57,047,911,745 31,376,351,460 658,903,380,654
53,370,000,000 570,390,000,000 57,039,000,000 31,371,450,000 658,800,450,000
Sudetan Eksisting Rencana Sudetan Eksisting Rencana
600 250 250 400 700 700 Total PPN 10 % Desain Sub Total
1 1.8 2.5 0.5 0.6 3.5
1 1.2 2.5 0.5 0.4 4
Executive Summary| Halaman 5-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
6 PRODUK GIS Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) adalah suatu kumpulan teknik dan system informasi yang bekerja dengan data yang berdasar pada spasial atau koordinat geografis. GIS dapat berperan dalam menjadi bagian pemecahan masalah system drainase suatu perkotaan, yaitu menemukan solusi atas masalah yang berbasikan geografis, seperti visualisasi kawasan rawan genangan, menentukan area terkena dampak banjir, dan menemukan kawasan yang berpotensi menjadi kolam resisten. 1. Penentuan batas kawasan yang tergenang oleh air
Produk GIS ini berguna untuk mengetahui batasan kawasan yang tergenang oleh lokasi titik banjir setelah diketahui luasan genangan. Sehingga dapat ditentukan kerugian yang dialami dan objek bangunan yang terkena dampak oleh genangan air.
Legenda
9
Lokasi Genangan 50 100 150 GAMBAR 6-1 PRODUK GIS: KAWASAN YANG TERGENANG DI LOKASI TITIK BANJIR
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2. Penentuan lokasi yang berpotensi menjadi kolam
Lokasi potensi kolam retensi ditentukan dari kontur kota bogor yang diolah dari data DEM. Selain itu, lokasi potensi kolam juga mengacu pada lokasi titik banjir yang sudah disebutkan di bagian sebelumnya, agar genangan air yang berada lokasi tersebut dapat mengalir ke lokasi potensi kolam.
Legenda
9
GAMBAR 6-2 KONTUR KOTA BOGOR
Lokasi Genangan Lokasi Potensi Kolam
Gambar 6-3 Produk GIS: Lokasi kolam untuk menangani titik genangan Gambar 6-3 menunjukan lokasi potensi kolam yang akan dijadikan penampungan air untuk mengatasi genangan yang terjadi di Kota Bogor. Contoh di atas adalah Kolam 1 dan Kolam 2 yang merupakan kolam yang akan dijadikan penampungan air untuk lokasti titik banjir di Kelurahan Mekarwangi dan Kayumanis. Lokasi potensi kolam berada pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi titik genangan air, sehingga air berpotensi mengalir ke lokasi kolam tersebut. 3. Pelampiran informasi attribute seperti: Foto dan File Solusi
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu alat yang dapat mempermudah secara analisis dan visualisasi dalam suatu masalah yang berbasiskan spasial, contohnya evaluasi masterplan drainase Kota Bogor. Produk GIS ini berupa pelampiran informasi tambahan untuk mempermudah pemahaman pengguna dalam melihat review masterplan drainase ini.
Executive Summary| Halaman 6-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Untuk membuka file solusi tersebut dapat menggunakan simbol Hiperlink Sehingga file solusi yang sudah masuk dapat ditampilkan dalam perangkat lunak Arcmap menjadi informasi attribute untuk mempermudah visualisasi lokasi genangan seperti pada Gambar . sebagai berikut: GAMBAR
6-4
SIMBOL UNTUK MEMBUKA FILE SOLUSI
HIPERLINK
GAMBAR 6-5 PRODUK GIS: LAMPIRAN FILE SOLUSI DI SETIAP LOKASI GENANGAN
Executive Summary| Halaman 6-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
7 KESIMPULAN Dari hasil uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik analisis sementara sebagai berikut : 1. Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya 2. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis kontur 5 m, dalam review masterplan kali ini dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey. Perbaikan zona drainase dilakukan dengan menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan bantuan software ArcSWAT. 3. Terjadi perubahan besar koefisien pengaliran dari hasil analisa masterplan 2007 dengan analisa sekarang. Perubahan cenderung meningkat dari nilai sebelumnya. Perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 7-1 PERBANDINGAN KOEFISIEN PENGALIRAN TAHUN 2007 DENGAN SEKARANG
Zona Drainase
Koef. Pengaliran (C) Masterplan 2007
Review Masterplan
1
0.42
0.45
2
0.54
0.56
3
0.59
0.56
4
0.39
0.42
5
0.41
0.42
6
0.42
0.47
7
0.48
0.54
8
0.39
0.46
9
0.51
0.63
10
0.41
0.64
11
0.52
0.59
12
0.54
0.53
13
0.51
0.59
14
0.57
0.57
15
0.45
0.45
4. Secara garis besar, penyusunan sistem jaringan drainase di Kota Bogor tetap direkomendasikan untuk mengikuti rencana pada masterplan tahun 2007.
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Mayoritas dari drainase yang direncanakan mengikuti jaringan jalan eksisting untuk mempermudah konstruksi serta akses dalam melakukan perawatan dan perbaikan apabila diperlukan. Dari hasil tinjauan ke lapangan, masih terdapat ruas-ruas jalan yang belum dilengkapi dengan saluran drainase yang memadai. Kriteria desain yang harus digunakan dalam perencanaan drainase di atas adalah sebagaimana yang telah dipaparkan di dalam masterplan drainase kota bogor 2007. 5. Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah). 6. Selain mengatasi permasalahan drainase kota Bogor dalam bidang infrastruktur, penanganan juga dilakukan dengan menegakkan regulasiregulasi yang sudah ada.
Executive Summary| Halaman 7-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-3 CURAH HUJAN WILAYAH
Tahun 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Curah Hujan Wilayah Setiap Zona Drainase (mm)
1 112.2 95.3 100 87.6 157 113.5 127.1
149.6 93.8 107.5 127 123.3 141.6 126.5
2 110.27 159.86
123.8 116.3 137.9 112.7 128.9 117.2
169
79.626 147.87 144.6 118.18 117.91 144.61 117.64 122.29 127.01 153.6 116.53 144.33 146.73 146.12
156
153.42
136.4
105 115
145 98
123 137
3 110.74 149.78 113.44 108.96 137.54
4 98
5
134
126.6
110.93
95
100.16
128.7
144
114.5
120.84
112
129.68
154.8
166
113
109.48
101
89.215
140.1
140
103.2
145.63
145
104.49
143
127
118.2
6 145.89 144.74 125.61 144.14 153.68 101.76 134.23 100.09 78.644 91.94 132.13 148.69 88.22 123.85 99.201 111.65 132.36 103.39 87.497 97.287 98.913 116.89
162.77
201
126.61
109.87
112 127.6 113.3 80.09 134 141.4 115.1 114.2 137.3
157
105 96
136.3 147.42
124.2 135.8 150.4 102.2 133.5 97.97
129 108.5 126.5 89.5 74.5 77.814 125 97.748 132 129.79 99 140.25 93 87.844
7 150 143.11 120.8 145.12 151.79 103.33 132.9 101 79 91.104 137.87 149.24 91.099 121.12 95.127 117.75 130.68 105.31 88.769 100.2 103.97 117.88 105.76
8 150 140.1 85.78 128.37 130.48 114.75 122.24
101 79 101.8 168.3 129.4 108.6 111.2
9 150 140
10 149.9 140.13 85 85.183 128 128.03 130 130.02
115 122 101
127.8
79 102 169 129 109 111 71 166 112 145 102 136 153 128
125.56
126
71.527
164.9 112.41
144.1 101.71
135.2 151.93
11 133.3
12
152.99
151.4
143.41
128.1
139.8
160.2
13 113.95 127.24 115.66 105.95 149.72 114.05 128.52 139.91 88.046 132.08 138.29 125.01 135.55 137.61 132.25 108.64 124.1 146.46 110.38 134.29 142.1 162.08
125.99
126.38
141.37
144.35
115 122 101.1 79 102.2 169 129 109.1 111.1
157.73
112.2 130.8 134.36 114.94 126.33 113.15 79.181 135.61 162.16
128.3 117.7 132.7
114.52 135.25
119.4 110.6 147.8 114.2 128.8 137.4 86.577 138.1 141.22 125.45 133.95
140.3
71.171
98.502
130.98
165.8
140.1
109.8
112.09
124.93
126.33
145
146.8
146.8
102.09
115.54
113.44
136.1
143.7
137.1
14 113.34 116.07 110.18 99.537 152.26 113.86 128.02 143.3 90.058 123.49 134.34 124.41 137.67 133.72 133.7 107.37 120.92 145.95 106.05 130.34 140.32 164.5
15 112.2 95.3 100
148.42
156
87.6 157 113.5 127.1
149.6 93.8 107.5 127 123.3 141.6 126.5 136.4
105 115
145 98
123 137
169
Executive Summary| Halaman 3-6
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total 150
140
Rata-rata 2008 – 2015 : 130.67 mm 130
) 120 m m (
Rata-rata 1992 – 2015 : 123.85 mm Rata-rata 1992 – 2007 : 120.21 mm
n a j u 110 H h a r u C100
90
80
70 1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
Tahun GAMBAR 3-4 CURAH HUJAN MAKSIMUM WILAYAH DAS TOTAL
Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya. Executive Summary| Halaman 3-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.1.3 Analisa Curah Hujan Rencana
Analisa curah hujan rencana menggunakan bantuan software Easyfit 5.5, aplikasi ini dapat menentukan distribusi yang cocok untuk setiap curah hujan wilayah dan juga dapat menentukan curah hujan dengan periode ulang tertentu. Analisis curah hujan menggunakan beberapa distribusi yang sudah banyak digunakan, yaitu distribusi Gumbel, Log-Normal, Normal, Log Pearson III, dan Frechet. Pemilihan metode berdasarkan uji kecocokan dengan metode Kolmogorov-Smirnov, Anderson-Darling dan Chi-Kuadrat. Penjelasan lebih jauh mengenai software Easyfit akan dijelaskan pada sub-bab 4.3.1. 3.1.3.1 CURAH HUJAN RENCANA SETIAP ZONA DRAINASE Curah hujan rencana dicari dengan melakukan analisis frekuensi yang dilakukan dengan bantuan software Easyfit 5.5. Curah hujan periode ulang yang akan dicari yaitu periode ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 tahun. Curah hujan rencana dihitung berdasarkan curah hujan wilayah yang sudah dihitung sebelumnya untuk setiap zona drainase. Tahap pertama adalah menentukan kesesuaian distribusi untuk setiap sampel data curah hujan wilayah, kemudian dilakukan uji kecocokan dengan metode Kolmogorov-Smirnov, distribusi dengan kecocokan yang paling tinggi berdasarkan metode ini adalah distribusi yang akan dipilih. Setelah distribusi yang cocok telah ditentukan, curah hujan rencana ditentukan dengan bantuan aplikasi StatAssist dari software Easyfit . Nilai probabilitas dimasukkan ke dalam pilihan Invers CDF untuk setiap periode ulang. Semua tahap ini dilakukan untuk setiap zona drainase karena memiliki sampel data yang berbeda-beda. Hasil analisis frekuensi dan curah hujan rencana untuk salah satu zona drainase adalah sebagai berikut:
Zona Drainase 1 250 ) 200 m m ( n 150 a j u H h 100 a r u C
50 0
Regional
Darmaga
Empang
GAMBAR 3-5 CURAH HUJAN UNTUK ZONA DRAINASE 1
Uji kecocokan dilakukan dengan bantuan software Easyfit, dan didapatkan distribusi yang paling sesuai dari beberapa metode:
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-4 UJI KECOCOKAN ZONA DRAINASE 1
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa distribusi yang paling cocok berdasarkan uji kecocokan Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi Gumbel. Hasil uji kecocokan dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 3-6 KOLMOGOROV-SMIRNOV ZONA DRAINASE 1
TABEL 3-5 ANALISIS FREKUENSI ZONA DRAINASE 1
Tr
P
XTr (mm)
2
0.500
122.0
5
0.800
142.1
10
0.900
153.9
25
0.960
167.4
50
0.980
176.8
100
0.990
185.6
200
0.995
194.0
(years)
3.1.4 Intensitas Hujan
Durasi dan distribusi hujan penting kaitannya dengan perhitungan hidrograf banji r dan penelusuran (routing) banjir. Untuk memperkirakan debit tertinggi yang mendekati kenyataan maka perlu adanya curah hujan tiap jam (hasil pengamatan/ pencatatan hujan dari stasiun hujan terkait). Karena tidak adanya pencatatan data pada lokasi pekerjaan, untuk membuat kurva IDF, maka digunakan data yang ada, yaitu intensitas hujan harian 24 jam. Dengan data ini, maka digunakan pendekatan intensitas hujan dengan menggunakan metode Mononobe. Metode Mononobe mempunyai rumus : It
=
I24 24
(24/t) 2/3
Dimana Rt merupakan Intensitas hujan dan I24 merupakan intensitas hujan harian. Perhitungan intensitas hujan berdasarkan hujan rencana yang sudah ditentukan untuk setiap zona drainase pada sub-bab
sebelumnya.
Executive Summary| Halaman 3-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
ZONA DRAINASE 1 TABEL 3-7 INTENSITAS HUJAN ZONA DRAINASE 1
t (Menit) 5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 300 360
I 2thn 221.60 139.60 87.94 67.11 55.40 47.74 42.28 38.15 34.90 32.26 30.08 28.22 26.63 25.25 24.03 22.95 21.99 21.11 20.33 19.61 18.95 18.34 17.78 17.26 16.78 14.46 12.80
I 5thn 258.27 162.70 102.49 78.22 64.57 55.64 49.27 44.46 40.67 37.60 35.05 32.89 31.04 29.43 28.01 26.75 25.62 24.61 23.69 22.85 22.08 21.37 20.72 20.12 19.55 16.85 14.92
I 10thn 279.62 176.15 110.97 84.68 69.90 60.24 53.35 48.14 44.04 40.71 37.95 35.61 33.61 31.86 30.32 28.96 27.74 26.64 25.65 24.74 23.91 23.14 22.44 21.78 21.17 18.24 16.16
I 25thn 304.22 191.65 120.73 92.13 76.06 65.54 58.04 52.37 47.91 44.29 41.29 38.75 36.56 34.66 32.99 31.51 30.18 28.99 27.90 26.92 26.01 25.18 24.41 23.70 23.03 19.85 17.58
I 50thn 321.19 202.34 127.47 97.27 80.30 69.20 61.28 55.29 50.58 46.76 43.59 40.91 38.60 36.60 34.83 33.27 31.87 30.60 29.46 28.42 27.46 26.58 25.77 25.02 24.32 20.96 18.56
I 100thn 337.20 212.42 133.82 102.12 84.30 72.65 64.33 58.05 53.11 49.10 45.77 42.95 40.53 38.42 36.57 34.93 33.45 32.13 30.93 29.83 28.83 27.91 27.06 26.27 25.53 22.00 19.48
I 200thn 352.50 222.06 139.89 106.76 88.13 75.94 67.25 60.68 55.52 51.32 47.84 44.90 42.37 40.16 38.23 36.51 34.97 33.59 32.33 31.19 30.14 29.17 28.28 27.46 26.69 23.00 20.37
IDF Curve 400.00 I 2thn
350.00
) 300.00 m a j / 250.00 m 200.00 m ( s150.00 a t i 100.00 s n 50.00 e t n 0.00 I
I 5thn I 10thn I 25thn I 50thn I 100thn I 200thn
0
100
200
300
t (menit)
GAMBAR 3-6 KURVA IDF ZONA DRAINASE 1
Executive Summary| Halaman 3-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.2 Pembagian Zona Drainase
GAMBAR 3-7 PEMBAGIAN ZONA DRAINASE
Executive Summary| Halaman 3-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3.3 Analisis Debit Banjir 3.3.1 Analisis Debit Banjir
Untuk keperluan analisis pekerjaan perencanaan drainase diperlukan debit banjir. Debit banjir ini dihitung secara empiris menggunakan curah hujan rencana. Analisis debit banjir rencana dilakukan dengan metode yang sesuai dengan lokasi daerah studi, tergantung dari ketersediaan data serta kecocokan untuk digunakan pada daerah studi, serta memberikan hidrograf banjir yang sesuai dengan kondisi lapangan. Metoda yang digunakan terdiri dari tiga metode yaitu metode Nakayashu, Snyder dan SCS. Pemilihan metode hidrograf dilakuakn dengan memilih metode yang menghasilkan debit puncak paling besar untuk mendapatkan hasil yang lebih konservatif
ZONA DRAINASE 1 Luas Daerah Aliran Sungai Panjang Sungai Kemiringan Sungai Jarak Outlet - Titik Berat DPS
6.58 5.14 3% 3.08
Koef. Pengaliran
0.45
Parameter Time Lag Time to Peak Puncak Hidrograf Satuan Waktu Hujan Effektif Koefisien 'ct' Koefisien 'cp' Koefisien 'n' Alpha
Metode Hidrograf SCS Snyder Nakayashu 0.54 1.29 0.66 3.54 4.23 1.03 0.39 6.00 -
1.11 4.00 0.75 0.90 0.30 -
0.36 0.462 3
Hidrograf Banjir Debit Q 25thn Zona Drainase 1
50
40.21 40
39.37 36.1
Nakayashu
) t e d / 30 3 m ( t i 20 b e D
Snyder SCS
10 0 0
5
10 Jam
15
20
GAMBAR 3-8 DEBIT BANJIR ZONA DRAINASE 1
Debit banjir yang digunakan adalah hasil analisis dengan menggunakan Metode SCS karena memiliki nilai debit paling besar diantara metode yang lainnya. Perhitungan debit banjir untuk zona yang lainnya dapat dilihat pada table 4-1.
Periode
Metode
Metode
Metode
Ulang (tahun)
SCS (m3/det)
Snyder (m3/det)
Nakayasu (m3/det)
2
26.27
28.68
27.05
5
30.62
33.43
34.44
10
33.15
36.19
37.12
25
36.07
39.37
40.21
50
38.08
41.57
42.34
100
39.98
43.64
43.92
200
41.79
45.62
45.86
Executive Summary| Halaman 3-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3. 4 Skala Prioritas TABEL 3-8 PRIORITAS PENANGANAN BERDASARKAN KATEGORI RESIKO
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3. 5 Penyusunan Rencana Implementasi Dengan mengasumsikan waktu pengerjaan zona priortias selama 5 tahun, maka urutan pengerjaan berdasarkan priortias resiko genangan beserta pembiayaannya dapat dilihat pada tabel di ba wah ini: TABEL 3-9 PRIORITAS IMPLEMENTASI RENCANA PERENCANAAN
Urutan Prioritas
Nama Kawasan
1
Sukaresmi
2
Mekarwangi
3
Kali Johar
4
Cibadak RW 14
5
Kedung Badak
5
Kebon Pedes
6
Sukadamai
7
Waduk Taman Sari Persada
8
Kencana Total
2017
2018
2019
2020
2021
2022
577,500,000 12,838,561,064 27,585,173 14,910,667,408.18
28,164,593,993
32,969,142,380
Pembebasan Lahan 0.7 Ha
1,799,118,930 167,777,228 577,500,000.000
28,354,313,644
28,164,593,993
32,969,142,380
19,981,444,870
9,990,722,435
5,663,350,000
11,326,700,000
28,189,191,028
21,317,422,435
Berdasarkan kategori resiko setiap lokasi, kita dapat menentukan urutan prioritas penanganan yang akan dilakukan. Implementasi perrencanaan juga dilakukan berdasarkan urutan prioritasnya. Sehingga pada tahun pertama diperlukan pengeluaran sebesar Rp 30,748,711,410 untuk mengatasi ke empat masalah drainase utama di kota Bogor. Selanjutnya untuk tahun kedua dilakukan penanganan untuk wilayah lainnya seusai dengan prioritas penanganan masalah dengan biaya Rp 30,596,971,924. Demikian selanjutnya untuk tahun berikutnya pelaksanaan mengikuti urutan prioritas berdasarkan tingkat ketegori resikonya dengan mengatur agar pengeluaran biaya yang sama setiap tahunnya.
Executive Summary| Halaman 3-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4 REKOMENDASI ALTERNATIF 4.1 Perbaikan Zona Drainase Wilayah Kota Bogor terdiri atas jaringan drainase yang cukup rumit, diantaranya terdapat jaringan saluran drainase yang secara hidraulik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran drainase yang berhubungan satu sama lain. Selain jaringan drainase yang rumit, masih terdapat jaringan irigasi yang berfungsi sebagai saluran drainase sehingga kapasitasnya tidak mencukupi untuk menahan beban hujan yang terjadi. Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal. Untuk mempermudah penanganan sistem drainase dalam perencanaan dan dalam pengelolaannya nanti, maka dalam studi terdahulu beberapa sistem situ dan sistem drainase lokal telah dikelompokkan kedalam beberapa Zona Drainase. Pengelompokan didasarkan atas kesamaan daerah dipandang dari sudut topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu sebagai saluran makro dari jaringan drainase. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis kontur yang cukup jauh jaraknya, dalam review masterplan kali ini akan dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey.
Perbaikan zona drainase dilakukan dengan menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan bantuan software ArcSWAT.
Dari data kontur tersebut kemudian diolah menjadi data yang menggambarkan geo-metri dari bentuk permukaan bumi sehingga dapat diketahui alur-alur sungai yang ada di kota bogor. Dari alur sungai tersebut lah kita dapat mendefinisikan zona-zona drainase dengan menyesuaikan dengan zona drainase pada masterplan sebelumnya. Zona drainase baru berjumlah sama dengan masterplan sebelumnya, namun memiliki batas antar zona yang baru. Perbedaan zona drainase ini akan memperngaruhi besarnya curah hujan wilayah dan juga karakteristik perzona. Pembagian zona dan juga masing-masing karakteristiknya akan dijabarkan sebagai berikut: GAMBAR 4-1 PETA KONTUR HASIL SURVEY
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4. 2 Perubahan Beban Hujan
Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total 150 140
Rata-rata 2008 – 2015 : 130.67 mm 130
Rata-rata 1992 – 2015 : 123.85 mm ) m120 m ( n a j u 110 H h a r u C100
Rata-rata 1992 – 2007 : 120.21 mm
90 80 70 1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
Tahun GAMBAR 4-2 CURAH HUJAN MAKSIMUM WILAYAH DAS TOTAL
Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya. 4-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Perubahan beban hujan diakibatkan oleh banyak faktor, seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa perubahan beban hujan diakibatkan akibat adanya penambahan data hujan, perubahan tataguna lahan dan perubahan zona drainase. Akibat adanya perubahan dari keduanya, terjadi perubahan pada curah hujan wilayah rata-rata, curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit limpasan. Penambahan data hujan terdiri dari penambahan data hujan tahun 2008-2015. TABEL 4-1 PERBANDIGAN NILAI KOEFISIEN PENGALIRAN DAN DEBIT BANJIR
Zona Drainase
Koef. Pengaliran (C)
Zona Drainase
Masterplan 2007
Review Masterplan
1
0.42
0.45
1
2
0.54
0.56
3
0.59
0.56
4
0.39
5
0.41
6 7
Debit Banjir(m3/s) Masterplan 2007
Review Masterplan
57.33
40.21
2
34.88
36.71
3
101.59
91.47
0.42
4
50.43
56.14
0.42
5
90.56
41.20
0.42
0.47
6
94.94
72.41
0.48
0.54
7
20.04
25.14
8
0.39
0.46
8
85.73
73.10
9
0.51
0.63
9
31.26
27.86
10
0.41
0.64
10
60.74
54.14
11
0.52
0.59
11
39.12
57.57
12
0.54
0.53
12
55.67
44.05
13
0.51
0.59
13
47.13
58.62
14
0.57
0.57
14
68.91
73.70
15
0.45
0.45
15
89.42
29.74
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Dengan adanya update data dan juga perhitungan pada review masterplan ini, dapat dilihat dampaknya pada berubahnya nilai debit banjir dengan periode ulang 25 tahunan. Terdapat beberapa zona yang debit limpasannya meningkat dan ada juga yang menurun. Perubahan nilai debit banjir ini diakibatkan oleh nilai koefisien tataguna lahan yang sebagian besar meningkat dan juga perubahan karakterisitk das seperti luas, panjang sungai, kemiringan, dan panjang sungai. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan pada zona drainase 15 dari debit banjir sebesar 89.42 m3/s turun menjadi 29.74 m3/s, hal ini disebabkan adanya perubahan karakteristik DAS yang signifikan, luas zona yang pada masterplan sebelumnya sebesar 9.43 km2 berubah menjadi 3.1 km2.
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4. 3 Solusi Permasalahan Banjir 4.3.1 Konseptual Sumur Resapan
Sesuai dengan semangat yang dibawa pada Peraturan Mentri (PERMEN) No 12/PRT/M/2014 perencanaan sistem drainase secara komprehensif sudah seharusnya menggantikan perencanaan sistem drainase menggunakan paradigma lama.
Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah). S ECARA UMUM, KONSEP
INI DIKENAL JUGA DENGAN KONSEP E CO -D RAINAGE, ATAU DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN.
On Site
Penyimpanan
Pengelolaan limpasan permukaan
Off Site Peresapan
-Retarding Basin - Kolam Regulasi
-Taman -Halaman rumah/Sekolah -Lahan terbuka antar blok rumah -Lahan Parkir -Sumur resapan -Parit resapan -Kolam Resapan -Perkerasan resapan/Permeable Pavement
GAMBAR 4-3 KONSEP PENGLOLAAN LIMPASAN PERMUKAAN
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
Daftar dari fasilitas terkait konsep drainase berwawasan lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4-3 disamping ini. Salah satu fasilitas yang akan diaplikasikan pada perencanaan masterplan ini adalah fasilitas sumur resapan dan kolam retensi. Fasilitas ini dipilih karena ketersediaan lahan di lokasi eksisting dan cenderung zero-maintenance terutama untuk fasilitas sumur resapan. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai aplikasi suur resapan di setiap zona drainase.
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-4 KONSEP PERENCANAAN SUMUR RESAPAN
Executive Summary| Halaman 4-6
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
GAMBAR 4-5 APLIKASI SUMUR RESAPAN PADA ZONA 15
Executive Summary| Halaman 4-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4.3.2 Ekivalensi Luas Permukaan Serapan dan Volume Tampungan
Ekivalensi luas permukaan serapan dan volume dilakukan untuk membandingkan kedua fasilitas eco-drainage ini dengan beberapa parameter. Ekivalensi luas permukaan serapan adalah membandingkan luas permukaan yang diperlukan untuk kedua fasilitas dengan kapasitas luas permukaan serapan air yang sama. Sedangkan ekivalensi volume adalah membandingkan luas permukaan untuk kedua fasilitas dengan tampungan volume yang sama sesuai dengan besar volume penurunan debit.
Ekivalensi Luas Permukaan Serapan
Ekivalensi Volume Tampungan
Executive Summary| Halaman 4-8
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................... ............................................ ............................................. ............................................ ............................................. ......................... I DAFTAR GAMBAR ...................... ............................................ ............................................ ............................................ ................................. ...........III DAFTAR TABEL .................... .......................................... ............................................ ............................................ ....................................... ................. IV 1
PENDAHULUAN ................... ......................................... ............................................ ............................................ .............................. ........ 1-1
1.1 1.2 1.3 2
Latar Belakang ........................................................................................................... Belakang ...........................................................................................................1-1 1-1 Maksud dan Tujuan................................................................. Tujuan ................................................................. ...................................1-1 ...................................1-1 Ruang Lingkup Kegiatan........................................................ Kegiatan ........................................................................................... ...................................1-1 1-1
DESKRIPSI DAERAH STUDI .................... ........................................... .............................................. ................................. .......... 2-3
2.1 Lokasi ............................................................................................................................ Lokasi ............................................................................................................................2-3 2-3 2.2 Kondisi Fisik Kota Bogor......................................................... Bogor............................................................................................ ...................................2-4 2-4 2.3 Tata Guna Lahan Kota Bogor.......................................................... Bogor.......................................................... ........................2-5 ........................ 2-5 2.3.1 Kondisi Sistem Drainase Yang Ada................................................................ Ada ................................................................ ...2-6 ...2-6 2.3.2 Identifikasi Permasalahan Spesifik Drainase Kota Bogor ............................ Bogor ............................ 2-8 2.4 Perkiraan Pengembangan yang Akan Datang .................................................... Datang ....................................................2-8 2-8 2.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah.............................................................. Wilayah .............................................................. .............2-8 .............2-8 2.5 Skema Irigasi................................................................. Irigasi ................................................................. ............................................ ............................................2-10 2-10 3
ANALISIS DAN PERENCANAAN .................... .......................................... ............................................. .......................... ... 3-2
3.1 Analisis Hidrologi.......................................................... Hidrologi .......................................................... .............................................. ..............................................3-2 3-2 3.1.1 Ketersediaan Data............................................................ Data ............................................................ ...................................3-2 ...................................3-2 3.1.2 Analisa Curah Hujan Regional ........................................................................... Regional ...........................................................................3-3 3-3 3.1.3 Analisa Curah Hujan Rencana............................................................... Rencana ............................................................... .............3-1 .............3-1 3.1.4 Intensitas Hujan........................................................ Hujan...................................................................................................... ..............................................3-2 3-2 3.2 Pembagian Zona Drainase............................................................... Drainase ............................................................... ........................3-4 ........................3-4 3.3 Analisis Debit Banjir ................................................................................................... Banjir ...................................................................................................3-5 3-5 3.3.1 Analisis Debit Banjir........................................................... Banjir........................................................... ...................................3-5 ...................................3-5 3.4 Skala Prioritas............................................................... Prioritas ............................................................... .............................................. ..............................................3-6 3-6 3.5 Penyusunan Rencana Implementasi............................................................ Implementasi ............................................................ .............3-7 ............. 3-7 4
REKOMENDASI ALTERNATIF ..................... ........................................... ............................................. .............................. ....... 4-2
4.1 Perbaikan Zona Drainase................................................................ Drainase ................................................................ .........................4-2 .........................4-2 4.2 Perubahan Beban Hujan ........................................................ ........................................................................................... ...................................4-3 4-3 4.3 Solusi Permasalahan Banjir............................................................... Banjir............................................................... ........................4-5 ........................4-5 4.3.1 Konseptual Sumur Resapan......................................................... Resapan................................................................................. ........................4-5 4-5 4.3.2 Ekivalensi Luas Permukaan Serapan dan Volume Tampungan.................... Tampungan.................... 4-8 4.3.3 Perkiraan Biaya Pengerjaan................................................................ Pengerjaan ................................................................ ............4-15 ............4-15 4.4 Kebijakan............................................................. Kebijakan ............................................................. ........................................................ ........................................................4-1 4-1 4.4.1 Masalah Sampah............................................................... Sampah ............................................................... ...................................4-1 ...................................4-1 4.4.2 Tata Guna Lahan............................................................... Lahan ............................................................... ...................................4-2 ...................................4-2 4.4.3 Sempadan Saluran............................................................ Saluran............................................................ ...................................4-3 ...................................4-3 4.4.4 Alih Fungsi Saluran Irigasi........................................................... Irigasi ........................................................... ........................4-4 ........................ 4-4 4.4.5 Pendanaan............................................................... Pendanaan ............................................................... .............................................. ..............................................4-4 4-4
Executive Summary| Halaman i
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
5
RENCANA SISTEM DRAINASE ................... ......................................... ............................................ .............................. ........ 5-1
5.1 5.2
Limpasan Kali Johar................................................................ Johar................................................................ ...................................5-1 ...................................5-1 Perkiraan Pembiayaan ............................................................................................. Pembiayaan .............................................................................................5-1 5-1
6
PRODUK GIS .................... ........................................... ............................................. ............................................ ................................. ........... 6-1
7
KESIMPULAN ................... .......................................... ............................................. ............................................ ................................. ........... 7-1
DAFTAR PUSTAKA ..................... ........................................... ............................................ ............................................ .............................. ........ 7-1
Executive Summary| Halaman ii
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
DAFTAR GAMBAR Gambar 2-3 penggunaan lahan kota bogor.....................................................................2-5 Gambar 2-2 upaya penyelsaian masalah drainase berdasarkan analisis masterplan 2007 ...........................................................................................................................................2-6 Gambar 2-3 Skema Irigasi Kota Bogor dan Permasalahannya ..................................2-10 Gambar 3-1 Ketersediaan data curah hujan.....................................................................3-3 Gambar 3-2 luas pengaruh setiap stasiun............................................................. .............3-4 Gambar 3-3 pembagian zona drainase................................................................ .............3-4 Gambar 3-4 Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total ..............................................3-7 Gambar 3-5 Curah Hujan untuk Zona Drainase 1............................................................. 3-1 Gambar 3-6 Kurva IDF Zona Drainase 1............................................................... .............3-3 Gambar 3-7 Pembagian Zona Drainase ............................................................................3-4 Gambar 3-8 debit banjir zona drainase 1 ........................................................................3-5 GAMBAR 4-1 PETA KONTUR HASIL SURVEY .....................................................................4-2 Gambar 4-3 Curah Hujan Maksimum wilayah DAS Total ................................................4-3 Gambar 4-4 Konsep Penglolaan Limpasan Permukaan ..................................................4-5 Gambar 4-5 Konsep Perencanaan Sumur Resapan..........................................................4-6 Gambar 4-6 Aplikasi Sumur Resapan Pada Zona 15 ......................................................4-7 Gambar 4-7 Aplikasi Sumur Resapan Pada DAS Cisadane ...........................................4-9 Gambar 4-8 Ekivalensi Luas Permukaan Sumur dan Kolam Retensi DAS Cisadane.4-10 Gambar 4-9 Ekivalensi Luas Sumur Resapan Terhadap Volume Tampungan Pada DAS CISADANE ................................................................................................................................4-11 Gambar 4-10 Ekivalensi Luas Biopori Terhadap Volume Tampungan Pada DAS Cisadane ..................................................................................................................................4-12 Gambar 4-11 Contoh Aplikasi Sumur Resapan pada Drainase Perkotaan...............4-14 Gambar 5-1 Limpasan pada Kali Johar................................................................ .............5-1 Gambar 6-1 Produk GIS: Kawasan yang tergenang di lokasi titik banjir ................... 6-1 Gambar 6-2 Kontur Kota Bogor ...........................................................................................6-2 Gambar 6-5 Produk GIS: Lokasi kolam untuk menangani titik genangan .................... 6-2 Gambar 6-4 Simbol Hiperlink untuk membuka File Solusi ................................................6-3 Gambar 6-5 Produk GIS: Lampiran File Solusi di setiap lokasi genangan .................. 6-3
Executive Summary| Halaman iii
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Kemiringan Lereng ............................................................. ...................................2-4 Tabel 2-2 tata guna lahan bogor................................................................ .........................2-5 Tabel 2-3 tata guna lahan untuk setiap zona drainase ...................................................2-5 Tabel 3-1 Data Stasiun Curah Hujan Daerah Kajian ........................................................3-2 Tabel 3-2 luas pengaruh tiap stasiun hujan di setiap zona drainase (Ha) ................... 3-5 Tabel 3-3 curah hujan wilayah........................................................... ...................................3-6 Tabel 3-4 Uji Kecocokan Zona Drainase 1 ............................................................ .............3-2 Tabel 3-5 Analisis Frekuensi Zona Drainase 1 ...................................................................3-2 Tabel 3-6 Kolmogorov-Smirnov Zona Drainase 1 .............................................................3-2 Tabel 3-7 Intensitas Hujan Zona Drainase 1.......................................................... .............3-3 Tabel 3-8 Prioritas Penanganan Berdasarkan Kategori Resiko ..................................... 3-6 Tabel 3-9 Prioritas Implementasi Rencana perencanaan .................................................3-7 TABEL 4-1 Perbandigan nilai koefisien pengaliran dan debit banjir ............................ 4-4 Tabel 4-2 Kebutuhan Sumur Resapan/Ha.........................................................................4-13 Tabel 4-3 Perkiraan Biaya Pengerjaan Sumur Resapan ...............................................4-15 Tabel 5-1 Perencanaan Bak Penampung Sementara Tabel 5-2Dimensi Saluran Rencana 5-1 Tabel 5-3 Perkiraan Biaya untuk Perencanaan Saluran Batu Pecah ............................. 5-1 Tabel 5-4 Perkiraan Biaya untuk Perencanaan Saluran U-Ditch .................................... 5-3 Tabel 7-1 Perbandingan Koefisien Pengaliran tahun 2007 dengan Sekarang.......... 7-1
Executive Summary| Halaman iv
Sumber : delittlejournal.files.wordpress.com REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan banjir dan genangan air dikawasan perkotaan di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan buruknya sistem jaringan drainase. Namun meningkatnya permasalahan banjir, genangan air, dan pencemaran air di kawasan perkotaan serta sedimentasi sampai saat ini belum dapat diatasi dan terus meningkat seiri ng dengan perkembangan kota. Pengendalian permasalahan diatas belum dapat diatasi meskipun telah dilaksanakan berbagai upaya pembangunan infrastruktur drainase. Pemulihan kualitas aliran saluran drainase perkotaan dapat dilakukan jika masyarakat dilibatkan didalam pengelolaan saluran drainase. Sesuai dengan sasaran pembangunan nasional bidang drainase, yaitu terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga mampu meningkatkan fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan dan berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75 % dari kondisi saat ini, maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar sasaran pembangunan nasional tersebut dapat terwujud. Pada tahun 2007 sudah dilakukan kegiatan penyusunan Masterplan Drainase yang berisikan 15 Zona dari sungai dan anak sungai. Lalu pada tahun 2014 dilakukan Review Masterplan Drainase pada Bappeda Kota Bogor dan menghasilkan dokumen hingga laporan pendahuluan, sehingga perlu dilanjutkan dalam review Masterplan Drainase hingga selesai. Untuk mengantisipasi dampak lanjut masalah kependudukan maupun perkembangan tata ruang kota, maka Pemerintah Kota Bogor memandang perlu segera dilakukan upaya penanggulangan menyeluruh permasalahan genangan air hujan akibat belum memadainya infrastruktur jaringan drainase khususnya pada kawasan pemukiman diwilayah perkotaan, yaitu dengan melaksanakan kegiatan ”Penyusunan Review Masterplan Drainase Kota Bogor”.
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Bogor adalah untuk mendapatkan rumusan perencanaan pengelolaan sumberdaya air dengan indikator yang jelas, difokuskan dalam perencanaan sistem jaringan drainase saluran induk/primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran lokal, bangunan peresapan, bangunan tampungan beserta sarana pelengkapnya yang berhubungan secara sistemik yang dapat mengakomodir perkembangan pembangunan kota hingga 20 tahun kedepan. Tujuan kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Kota Bogor yaitu guna memperoleh rumusan alternatif solusi kebijakan strategis dibidang optimalisasi penatagunaan sumberdaya air berkelanjutan mewujudkan Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan yang memenuhi persyaratan tertib administrasi, ketentuan teknis, ramah lingkungan dan memenuhi keandalan pelayanan, menciptakan lingkungan permukiman yang sehat dan bebas genangan, meningkatkan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian air.
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan a. Melakukan Revisi Masterplan Drainase Kota Bogor,khususnya diwilayah pelayanan drainase zona 12,13,14 dan 15 (peta terlampir)
1-1
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
b. Mengevaluasi semua kajian dan menganalisis semua laporan yang berhubungan, peta, informasi baik yang berhubungan dengan kebijakan berskala nasional, regional maupun lokal, strategi dan rencana untuk drainase perkotaan yang termasuk dalam pembangunan perkotaan terintegrasi di Kota Bogor. c. Pengumpulan data skunder berupa: Pengumpulan peta geografi daerah kerja dan sekitarnya yang masih terkait; Pengumpulan data lahan ruang terbuka dan daerah lahan kritis; Pengumpulan data daerah genangan di Kota Bogor; Mengumpulkan peta sistem drainase, jaringan sungai, jaringan dan bangunan irigasi dan sistem jaringan jalan yang ada; Mengumpulkan peta hasil survey topografi; Mengumpulkan data hidrologi (curah hujan) ; Mengumpulkan data hidrolik (muka air banjir, debit saluran, laju sedimentasi, dsb) ; Mengumpulkan laporan, informasi atau catatan yang mengenai banjir atau genangan yang pernah terjadi pada daerah kerja; Mengumpulkan data dan informasi tentang rencana umum (masterplan) kota dan atau rencana umum (masterplan) prasarana perkotaan lainnya; d. Survei Lapangan, secara garis besar meliputi : - Sistem drainase maupun badan penerima. - Identifikasi penyebab genangan, banjir lokal dan sebagainya; e. Mengevaluasi menganalisa dan menyajikan (dilengkapi dengan gambar) permasalahan drainase dan sumber penyebabnya secara lengkap dan rinci; f. Melakukan analisis peta dasar, survei dan investigasi kondisi lapangan, penyebab kondisi sungai dan anak sungai, kondisi bantaran sungai dan anak sungai dan banjir/genangan air hujan yang berhubungan dengan drainase; g. Membuat jalur air dan luasan daerah tangkapannya untuk semua DAS yang melalui kota Bogor; h. Mengembangkan satu set kriteria hidrologis dan hidrolis yang sesuai untuk drainase kota Bogor dalam periode pengulangan yang bervariasi dan jangka waktu yang didasarkan pada analisis curah hujan; i. Mengembangkan sistem non teknis drainase perkotaan yang mendukungan terhadap sistem teknis drainase perkotaan terkait dengan pembiayaan, peran masyarakat, peraturan perundang-undangan, institusi, sosial ekonomi dan budaya, dan kesehatan lingkungan permukiman; j. Rencana pembiayaan dari program yang diusulkan; k. Biaya operasi dan pemeliharaan tahunan untuk program yang diusulkan; l. Penyusunan indikator program 20 (dua puluh) tahun berikut action plan pengelolaan drainase kota tahunan untuk setiap 5 (lima) tahun; m. Menetapkan wilayah kerja yang disesuaikan dengan tupoksi SKPD teknis yang akan menangani baik perencanaan detail, pembangunan fisik, operasi dan pemeliharaan drainase; n. Menghitung debit dan dimensi arah aliran pada saluran induk/primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran lokal, bangunan peresapan, bangunan tampungan di perumahan dan permukiman;
Executive Summary| Halaman 1-2
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
o. Melakukan kajian/analisa atas perubahan fungsi saluran irigasi yang berubah menjadi drainase; p. Melakukan analisa besaran aliran permukaan (run off) pada saat debit maksimal untuk menentukan dimensi saluran drainase yang optimal; q. Merencanakan wilayah/area yang efektif untuk menampung air sementara/kolam rentensi sebagai pengurang dampak banjir diarea rawan genangan.
2 DESKRIPSI DAERAH STUDI 2.1 Lokasi Kota Bogor merupakan daerah yang beriklim sejuk dengan suhu rata-rata tiap bulannya berkisar antara 250 – 26 0 C serta memiliki kelembaban udara harian ratarata sebesar 70 %. Angka curah hujan cukup besar setiap tahunnya berkisar antara 3.500 – 4.000 mm (luas 4.992,30 Ha), 4.000 – 4.500 mm (luas 6.424, 65 Ha), dan 4.500 – 5.000 mm (luas 433,05 Ha). Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari.Secara geografis wilayah administratif kota Bogor terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, 68 Kelurahan, mencakup areal seluas ± 1.141.336 Ha dengan posisi astronomis terletak antara 106o 43′ 30″ – 106 o 51′ 00″ Bujur Timur dan 6 o 30′ 30″ – 6 o 41′ 00″ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut: o
o
o
o
Disebelah Utara, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja (Kabupaten Bogor). Disebelah Barat, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas (Kabupaten Bogor). Disebelah Timur, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi (Kabupaten Bogor). Disebelah Selatan, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin (Kabupaten Bogor).
Bentuk medan dicirikan umumnya merupakan lahan pedataran berlereng landai hingga bergelombang, dengan posisi ketinggian berada antara + 190 meter hingga + 350 meter diatas permukaan laut. Morfologi tanah dibedakan atas areal perbukitan kecil terletak dibagian Selatan dan dominasi areal pedataran terletak dibagian Utara. Wilayah kajian studi penyusunan masterplan drainase kota Bogor mencakup 2 (dua) sub-DAS Ciliwung yang menempati bagian Timur dan sub-DAS Cisadane menempati bagian Barat wilayah administratif kota Bogor. Aliran sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane bersumber dari dataran tinggi kawasan pegunungan di bagian tengah Propinsi Jawa Barat mengalir kearah Utara melewati dataran relatif landai, hingga bermuara di Laut Jawa di sekitar pusat kota Jakarta dan kota Tangerang DAS Ciliwung - Cisadane mencakup areal seluas ± 1.141.336 Ha atau 11.413,36 km2 secara geografis mencakup kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang terletak pada posisi astronomis antara : 06o 00’ Lintang
Selatan - 06o 50’ Lintang Selatan, dan 106o 25’ Bujur Timur –106o 55’ Bujur Timur.
Executive Summary| Halaman 2-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2.2 Kondisi Fisik Kota Bogor Kota Bogor merupakan daerah yang bervariasi atau bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 200 – 350 m diatas permukaan laut. Berdasarkan data topografi tahun 2007 titik tertinggi berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 350 meter di atas permukaan laut dan titik terendah berada di sebelah Utara dengan ketinggian 190 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data topografi tahun 2016 titik tertinggi berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 450 meter diatas permukaan laut pada daerah Kelurahan Rancamaya dan Kelurahan Kertamaya, titik terendah berada di sebelah Utara dengan ketinggian 150 meter di atas permukaan laut pada Kelurahan Kayumanis dan Kelurahan Kencana. Secara geografis Kota Bogor terletak diantara 106o43’30’’ 106o51’00’’ Bujur Timur dan 6o30’30’’ - 6o41’00’’ Lintang Selatan. Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah Selatan relatif berbukit-bukit kecil dan di sebelah Utara merupakan daerah dataran dengan kemiringan lereng berkisar antara kelompok 0 – 2 % (datar) dengan luas 1.763,94 Ha, kemiringan lereng 2 – 15 % (landai) dengan luas 8.091,27 Ha, kemiringan lereng 15 – 25 % (agak curam) dengan luas 1.109,89 Ha, kemiringan lereng 25 – 40 % (curam) dengan luas. 746,96 Ha, dan kemiringan lereng > 40 (sangat curam) dengan luas 119,94 Ha. Data kemiringan lereng tahun 2007 dan 2016 tidak mengalami banyak perubahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2-1 dan Gambar 1.1. TABEL 2-1 KEMIRINGAN LERENG
No
Kecamatan
0 – 2 % Datar
1
2
Bogor Utara
137.85
1,565.65
Persentase
7.78%
88.35%
Bogor Timur
182.3
722.7
17.96%
Bogor Selatan
4
5
0.5
3.84%
0.03%
56
44
10
71.20%
5.52%
4.33%
0.99%
169.1
1,418.40
1,053.89
350.37
89.24
Persentase
5.49%
46.04%
34.21%
11.37%
2.90%
Bogor Tengah
125.44
560.47
-
117.54
9.55
Persentase
15.43%
68.94%
14.46%
1.17%
618.4
2,502.14
153.81
10.65
Persentase
18.82%
76.17%
4.68%
0.32%
6
Tanah Sareal
530.85
1,321.91
31.24
-
Bogor Barat
Persentase 28.18% Jumlah 1,763.94 Persentase 14.89% Sumber : Hasil Analisis
-
> 40 % Sangat Curam
68
Persentase 3
Kemiringan Lereng (Ha) 15 – 25 25 – 40 2 – 15 % % % Agak Landai Curam Curam
-
-
70.17% 8,091.27 68.28%
Jumlah (Ha)
1,772.00
1,015.00
3,081.00
813
3,285.00
1,884.00
1.66% 1,109.89 9.37%
764.96 6.46%
119.94 1.01%
11,850.00
Executive Summary| Halaman 2-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2.3 Tata Guna Lahan Kota Bogor Secara garis besar di Kota Bogor terdapat jenis penggunaan lahan diantaranya yaitu jenis penggunaan untuk permukiman, industry, bisnis, taman, dan badan air. Penggunaan lahan di Kota Bogor pada tahun 2012 dilihat Tabel 5.1. TABEL 2-2 TATA GUNA LAHAN BOGOR
Tata Guna Lahan Business District and Shopping Centre Industrial Parks Residential Waterbody Luas Total
Luas 289.67 115.63 5936.79 5143.67 221.75 11707.51
Persen 2% 1% 51% 44% 2% 100%
Dilihat dari proporsinya, pada tahun 2012 permukiman dan taman mendominasi penggunaan lahan mencapai 40 %, setiap tahunnya sektor permukiman terus mengalami peningkatan karena adanya tuntutan kebutuhan yang tinggi dari masyarakat Kota Bogor. Penggunaan lahan lainnya terdistribusi dengan proporsi ratarata dibawah 5 %. Analisis tata guna lahan ini juga berfungsi untuk menentukan koefisien pengaliran yang akan mempengaruhi besarnya debit banjir di setiap zona drainase. TABEL 2-3 TATA GUNA LAHAN UNTUK SETIAP ZONA DRAINASE
Zona Drainase 1
Koef. Pengaliran (C) 0.446132
2
0.556487
3
0.558301
4
0.421572
5
0.421197
6
0.471637
7
0.539971
8
0.462618
9
0.629421
10
0.636006
11
0.592172
12
0.53028
13
0.585136
14
0.568091
15
0.445563
Executive Summary| Halaman 2-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2.3.1 Kondisi Sistem Drainase Yang Ada
2.3.1.1 ANALISA SISTEM DRAINASE DALAM MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR 2007 Analisis masterplan drainase kota bogor tahun 2007 menghasilkan beberapa alternatif solusi permasalahan banjir berupa alternative normalisasi, pembuatan saluran drainase baru, penanganan draianse local serta optimalisasi situ dan kolam retensi. Perkembangan pembangunan sarana perkotaan telah menyebabkan, berkurangnya lahan penyerapan air hujan (infiltrasi) karena lahan yang dulunya terbuka menjadi tertutup sehingga menambah lahan kedap air. Akibatnya volume air limpasan meningkat. Demikian juga adanya penambahan aktifitas dalam sarana perkotaan volume air limbah akan meningkat. Sarana drainase yang ada mungkin tidak mampu lagi menampung air limpasan dan air limbah.
Untuk mengurangi dampak lebih lanjut akibat hal-hal tersebut diatas perlu ada upaya sebagai berikut :
Upaya
• Mempertahankan lahan terbuka • Mengawasi secara ketat penyimpangan Koefisien Dasar Bangunan • Meningkatkan kemampuan lahan menyerap air hujan pada kawasan terbangun • Mengurangi air limpasan dengan membangun kolam tandon sementara
GAMBAR 2-2 UPAYA PENYELSAIAN MASALAH DRAINASE BERDASARKAN ANALISIS MASTERPLAN 2007
Alternatif penanganan banjir di Kota Bogor pada dasarnya terbagi menajdi enam alternatif, yaitu : 1.
Normalisasi Saluran Drainase a. Pengerukan Sungai/saluran b. Pelebaran Sungai/saluran
2.
Pengamanan dan Pemeliharaan Saluran Drainase
3.
Pembuatan Saluran Drainase Baru
4.
Pembuatan Sistem Penampungan Air Hujan
5.
Rehabilitasi Situ dan Pembangunan Kolam Retensi
6.
Kombinasi dari beberapa alternatif
Executive Summary| Halaman 2-6
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Masing-masing alternatif mempunyai kekurangan dan kelebihan sehingga perlu dipertimbangkan alternatif lain yang mampu menekan dampak dan biaya yang seminim mungkin, serta mampu memberikan manfaat yang optimal. Penanggulangan banjir tidak sepenuhnya menghilangkan bencana, tetapi semaksimal mungkin mengurangi potensi kerugian yang mungkin timbul akibat banjir. Upaya penanggulangan genangan yang diusulkan adalah kombinasi antara normalisasi sungai (terutama saluran irigasi), pembuatan saluran drainase baru, pengamanan dan pemeliharaan saluran drainase dan pembuatan sistem penampungan air hujan. Pada beberapa saluran drainase permasalahan pada saat banjir adalah terganggunya aliran masuk ke sungai akibat muka air sungai yang lebih tinggi. Penataan sistem drainase dimaksudkan untuk pengaturan sistem saluran yang ada dan peningkatan kapasitas saluran pada beberapa lokasi prioritas.
2.3.1.2 ANALISA SISTEM ECO-DRAINAGE 2.3.1.2.1 Pengertian/definisi
Pengelolaan drainase perkotaan dan perdesaan di Indonesia saat ini dapat dikatan belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kejadian – kejadian yang melanda hamper semua kota seperti banjir, genangan, pencemaran air, berkembangnya penyakit yang berasal dari peraira, kerugian ekonomi dan lain-lain. Beranjak dari permasalahan diatas, maka Pemerintah melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Ditjem Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mencoba mengembangkan konsep Eco-Drain, yang sampai saat ini telah diujicobakan di Bali pada DAS Tukad Badung (Denpasar) dan DAS Tukad Mati (Kab. Badung), Kota Surabaya di Bozem Morokembangan dan Kota Bandung. Maryono (2001), mengusulkan konsep Eco-Drainage, yaitu merupakan konsep pengelolaan saluran drainase secara terpadi berwawasan lingkungan. Eco-Drain juga diartikan suatu usaha membuang atau mengalirkan air kelebihan ke sungai atau badan air yang lain dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir dan pemendekan waktu mancapai debit puncak. Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam konsep Eco-Drain yakni pendekatan eko-hidraulik, yaitu pengelolaan drainase yang dilakukan dengan memperhatikan fungsi hidraulik dan fungsi ekologi, serta pendekatan kualitas air, yakni upaya meminimalkan dan atau meniadakan pencemaran air yand dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan flora-fauna.
Executive Summary| Halaman 2-7
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2.3.2 Identifikasi Permasalahan Spesifik Drainase Kota Bogor
Berdasarkan pengamatan lapangan dan referensi laporan & kajian, artikel dan informasi sumber lainnya, diidentifikasikan terdapat beberapa permasalahan dan faktor penyebab yang terkait dengan kondisi sistem drainase di kota Bogor saat ini, yaitu antara lain : a) Belum terintegrasinya sistem drainase satu wilayah dengan wilayah lain disekitarnya. b) Meningkatnya intensitas curah hujan c) Pendangkalan dan penyempitan jaringan drainase makro. d) Berubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, khususnya di kawasan Bogor Utara. e) Mix Drain,
2.4 Perkiraan Pengembangan yang Akan Datang 2.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah
Rencana tata ruang wilayah kota bogor terdiri dari perencanaan kawasan strategis, pola ruang, sistem transportasi dan struktur ruang. Perencanaan struktur ruang terdiri dari: a. pengembangan sistem pusat pelayanan
Pengembangan 5 wilayah pelayanan (WP) Pengembangan Pusat Kota, Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan
b. pengembangan sistem transportasi
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Perkeretaapian.
c. pengembangan utilitas kota
Rencana jaringan sumber daya air; Rencana pengembangan sistem jaringan air minum; Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah; Rencana pengembangan sistem pengelolaan persampahan; Rencana pengembangan sistem drainase; Rencana pengembangan jaringan energi listrik; Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi; Rencana pengembangan jaringan gas.
Rencana transportasi terdiri dari:
Rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan rencana penataan, Pengembangan sarana transportasi kota Bogor,
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Rencana pengembangan angkutan umum, Rencana pengembangan prasarana dan sarana pejalan kaki, Konsep pengembangan koridor untuk pejalan kaki
Rencana pola runag terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya:
Kawasan Lindung
Kawasan perlindungan setempat Kawasan pelestarian alam Kawasan perlindungan plasma nutifah Kawasan cagar budaya dan iptek Ruang terbuka hijau (RTH)
Kawasan Budidaya
Perumahan Industri Perdagangan jasa Militer PSU Pemerintahan Pariwisata Pertanian
Executive Summary| Halaman 2-9
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
2. 5 Skema Irigasi
GAMBAR 2-3 SKEMA IRIGASI KOTA BOGOR DAN PERMASALAHANNYA
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
3 ANALISIS DAN PERENCANAAN 3.1 Analisis Hidrologi 3.1.1 Ketersediaan Data
Salah satu tahapan perencanaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah perhitungan hidrologi yang meliputi : curah hujan rata-rata daerah, analisa curah hujan rata-rata daerah, analisa curah hujan rata-rata daerah dan intensitas curah hujan. Salah satu data sekunder yang diperlukan dalam analisis hidrologi ini adalah data hidroklimatologi yang dapat mewakili Daerah Aliran Sungai (DAS). Data-data hidroklimatologi yang diperlukan untuk perhitungan hidrologi adalah data curah hujan. Data curah hujan telah diupdate dari data sebelumnya, yaitu penambahan data curah hujan dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Data hujan yang digunakan dalah analisis ini diperoleh dari stasiun BMKG sebagai berikut: TABEL 3-1 DATA STASIUN CURAH HUJAN DAERAH KAJIAN
No
Nama Stasiun/No. Sta
Kecamatan
Elevasi
Koordinat
Periode
1
Ciawi/59 A
Ciawi
495 m
6.66239 LS 1992 – 2015 106.85286 BT
2
Pondok Gedeh / 63
Cigombong
517 m
6.73675 LS 1992 – 2015 106.81511 BT
3
Katulampa / 56
Ciawi
361 m
6.60061 LS 1992 – 2015 106.80575 BT
4
Empang / 46A
Bogor Selatan
266 m
6.61169 LS 1992 – 2015 106.79114 BT
5
Kebun Raya / 46C
Bogor Tengah
280 m
6.59881 LS 1992 – 2015 106.79561 BT
6
Darmaga / 44
Bogor Barat
190 m
6.55358 LS 1992 – 2015 106.74983 BT
7
Gadog / 56 B
Mega Mendung
517 m
6.65629 LS 1996 - 2015 106.8638 BT
Sumber : Data BMKG Darmaga
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Data Hujan Maksimum 1992 - 2015 250 200
) m m (
n 150 a j u H h 100 a r u C
50 0 1992
1997
2002
2007
2012
Tahun Ciawi Lama Empang Lama Gadog Lama Katulampa Baru Darmaga Baru
Pondok Gedeh Lama Kebun Raya Lama Ciawi Baru Empang Baru Gadog Baru
Katulampa Lama Darmaga Lama Pondok Gedeh Baru Kebun Raya Baru
GAMBAR 3-1 KETERSEDIAAN DATA CURAH HUJAN
3.1.2 Analisa Curah Hujan Regional
3.1.2.1 ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH
Analisis curah hujan wilayah perlu dilakukan untuk mengetahui hujan wilayah yang terjadi akibat dari beberapa stasiun. Dari beberapa stasiun hujan yang ada, hanya beberapa stasiun saja yang memiliki luas pengaruh terhadap kota Bogor. Stasiun yang yang memiliki luas pengaruh adalah stasiun Darmaga, Kebun Raya Bogor, Katulampa, Empang, dan Ciawi. Luas pengaruh setiap stasiun hujan dicari untuk setiap zona drainase. Zona drainase di kota bogor dibagi menjadi 15 zona. Analisis curah hujan wilayah dilakukan dengan metode poligon Thiessen.
Executive Summary| Halaman 3-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Pembagian zona drainase terbagi menjadi 15 zona, zona ini terbagi berdasarkan luas daerah aliran sungaisungai yang ada di Kota Bogor. Sebelum dapat mengetahui luas pengaruh stasiun hujan terhadap zona-zona drainase perlu dilakukan pembuatan polygon thiessen dari beberapa stasiun terdekat. Dapat dilihat bahwa tidak semua stasiun memiliki luas pengaruh terhadap zona drainase di kota Bogor.
GAMBAR 3-3 PEMBAGIAN ZONA DRAINASE
GAMBAR 3-2 LUAS PENGARUH SETIAP STASIUN
3-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-2 LUAS PENGARUH TIAP STASIUN HUJAN DI SETIAP ZONA DRAINASE (HA)
Zona Drainase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Grand Total
CIAWI KEC
DARMAGA
EMPANG
6576080 567985 2923050
15.2382 1027630 5492800 10838700 1803980 871637
5043610 9350730 2139740 242115
16776195
67.4854 384447 3850640 5749000 8318610 3093110 31462989.49
20034762.24
KATULAMPA
1051250
798287 609493 14000800 3573280 5337230 4459510 26908.2
29856758.2
KEBUN RAYA BOGOR 1711510 3910260
16858.2 4078600 3218960 3292950 2581680 18810818.2
Total 6576095.238 3307125 13377360 10838700 6847590 11020654 2749233 14242915 3573280 5354155.685 8922557 7096508.2 9041950 10900290 3093110 116941523.1
Dengan mengetahui luas pengaruh stasiun hujan terhadap zona drainase, dapat dicari curah hujan wilayah dengan menggunakan metode Poligon Thiessen. Curah hujan wilayah untuk setiap zona drainase menggunakan Poligon Thiessen adalah sebagai berikut:
Executive Summary| Halaman 3-5
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-3 CURAH HUJAN WILAYAH
Tahun 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Curah Hujan Wilayah Setiap Zona Drainase (mm)
1 112.2 95.3 100 87.6 157 113.5 127.1
149.6 93.8 107.5 127 123.3 141.6 126.5
2 110.27 159.86
123.8 116.3 137.9 112.7 128.9 117.2
169
79.626 147.87 144.6 118.18 117.91 144.61 117.64 122.29 127.01 153.6 116.53 144.33 146.73 146.12
156
153.42
136.4
105 115
145 98
123 137
3 110.74 149.78 113.44 108.96 137.54
4 98
5
134
126.6
110.93
95
100.16
128.7
144
114.5
120.84
112
129.68
154.8
166
113
109.48
101
89.215
140.1
140
103.2
145.63
145
104.49
143
127
118.2
6 145.89 144.74 125.61 144.14 153.68 101.76 134.23 100.09 78.644 91.94 132.13 148.69 88.22 123.85 99.201 111.65 132.36 103.39 87.497 97.287 98.913 116.89
162.77
201
126.61
109.87
112 127.6 113.3 80.09 134 141.4 115.1 114.2 137.3
157
105 96
136.3 147.42
124.2 135.8 150.4 102.2 133.5 97.97
129 108.5 126.5 89.5 74.5 77.814 125 97.748 132 129.79 99 140.25 93 87.844
7 150 143.11 120.8 145.12 151.79 103.33 132.9 101 79 91.104 137.87 149.24 91.099 121.12 95.127 117.75 130.68 105.31 88.769 100.2 103.97 117.88 105.76
8 150 140.1 85.78 128.37 130.48 114.75 122.24
101 79 101.8 168.3 129.4 108.6 111.2
9 150 140
10 149.9 140.13 85 85.183 128 128.03 130 130.02
115 122 101
127.8
79 102 169 129 109 111 71 166 112 145 102 136 153 128
125.56
126
71.527
164.9 112.41
144.1 101.71
135.2 151.93
11 133.3
12
152.99
151.4
143.41
128.1
139.8
160.2
13 113.95 127.24 115.66 105.95 149.72 114.05 128.52 139.91 88.046 132.08 138.29 125.01 135.55 137.61 132.25 108.64 124.1 146.46 110.38 134.29 142.1 162.08
125.99
126.38
141.37
144.35
115 122 101.1 79 102.2 169 129 109.1 111.1
157.73
112.2 130.8 134.36 114.94 126.33 113.15 79.181 135.61 162.16
128.3 117.7 132.7
114.52 135.25
119.4 110.6 147.8 114.2 128.8 137.4 86.577 138.1 141.22 125.45 133.95
140.3
71.171
98.502
130.98
165.8
140.1
109.8
112.09
124.93
126.33
145
146.8
146.8
102.09
115.54
113.44
136.1
143.7
137.1
14 113.34 116.07 110.18 99.537 152.26 113.86 128.02 143.3 90.058 123.49 134.34 124.41 137.67 133.72 133.7 107.37 120.92 145.95 106.05 130.34 140.32 164.5
15 112.2 95.3 100
148.42
156
87.6 157 113.5 127.1
149.6 93.8 107.5 127 123.3 141.6 126.5 136.4
105 115
145 98
123 137
169
Executive Summary| Halaman 3-6
View more...
Comments