EVALUASI PENGGUNAAN SCADA PADA KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) AREA PALU
September 4, 2017 | Author: Juan Elektro | Category: N/A
Short Description
MENGANALISA DAN MENGEVALUASI INDEKS KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PLN KOTA PALU SEBELUM DAN SESUDAH TERIN...
Description
1
BAB I
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keandalan penyaluran energi listrik ke konsumen sangat dipengaruhi oleh
sistem pendistribusiannya. Untuk itu diperlukan sistem distribusi tenaga listrik
dengan keandalan yang tinggi. Keandalan pada sistem distribusi yang dimaksud adalah ukuran tingkat ketersediaan pasokan listrik dan seberapa sering sistem
mengalami pemadaman serta berapa lama pemadaman terjadi (berapa cepat waktu
yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi pemadaman yang terjadi) dan kualitas energi listrik yang dihasilkan dalam hal ini tingkat kestabilan frekuensi dan tegangan (Hartati, 2007).
Dalam penyaluran tenaga listrik, tingkat keandalaan Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) sangat diperlukan karena ini merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kesinambungan penyaluran energi listrik sampai ke
konsumen. Untuk mendapatkan keandalan yang tinggi, penerapan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Aquisition) pada jaringan distribusi tenaga listrik sangatlah diperlukan, dimana kelebihan dari sistem SCADA yang diterapkan
an
pada jaringan ditribusi jika dibandingkan dengan sistem yang telah ada
ju
sebelumnya (konvensional) sangat berpengaruh signifikan terhadap efisiensi dari sistem pendistribusian tenaga listrik, adapun kelebihan dari sistem SCADA yaitu dapat memantau, mengendalikan, mengkonfigurasi dan mencatat kerja sistem secara real time (setiap saat), serta mampu menangani gangguan yang bersifat
1
2
permanen ataupun yang bersifat sementara/temporer dalam waktu yang singkat
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
secara remote (jarak jauh) dari pusat kontrol. Sehingga diharapakan dengan diterapkannya integrasi sistem SCADA
dengan jaringan distribusi tenaga listrik dapat memberikan kualitas pelayanan
yang lebih baik (efektif dan efesien) kepada konsumen listrik, dan dari pihak penyedia tenaga listrik sendiri (dalam hal ini PT.PLN persero) bisa meminimalisir terjadinya kerugian finansial akibat keandalan sistem yang rentan gangguan.
Di samping itu, pemeliharaan jaringan secara rutin terjadwal dan evaluasi
kerja sistem melalaui data-data harian yang ada, baik data gangguan maupun data
pembacaan metering dari peralatan sistem juga sangat diperlukan karena hal ini dapat membantu meningkatkan keandalan pada jaringan distribusi tenaga listrik.
Pada jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu sebagian besar
penyulang-penyulang yang ada sudah terintegrasi dengan sistem SCADA, namun jika ditinjau dari segi infrastruktur pendukung terintegrasinya sistem SCADA
dengan jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu masih belum maksimal,
oleh karena itu dalam skripsi ini akan membahas mengenai evaluasi kinerja sistem SCADA terhadap peningkatan keandalan jaringan distribusi PT. PLN (Persero)
Area Palu dengan parameter indeks yaitu nilai keluaran SAIDI (system average
ju
an
interruption duration index) atau rata-rata gangguan sistem distribusi tenaga
listrik dalam indeks durasi, SAIFI (system average interruption frequency index ) atau rata-rata gangguan sistem distribusi tenaga listrik dalam indeks frekuensi dan CAIDI (customer average interruption duration index) atau rata-rata gangguan pada pelanggan dalam indeks durasi.
3
1.2 Rumusan Masalah
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai beikut:
1. Berapa besar pengaruh penggunaan sistem SCADA terhadap keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu.
2. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam memaksimalkan peningkatan indeks keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu setelah terintegrasi dengan sistem SCADA.
1.3 Batasan Masalah
Analisis indeks tingkat keandalan Jaringan Distribusi yang diteliti pada
skripsi ini berada di wilayah Kota Palu dengan pengambilan data pada penyulangpenyulang prioritas yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
sistem SCADA terhadap peningkatan indeks keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (Persero) Area Palu dengan parameter indeks nilai SAIDI (system average
ju
an
interruption duration index), SAIFI (system average interruption frequency index)
dan CAIDI (customer average interruption duration index), kemudian mengevaluasi hasil dari keluaran parameter indeks tersebut dengan standar yang ditetapkan oleh PT. PLN (Persero). .
4
1.5 Manfaat Penelitian
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Manfaat secara akademik yaitu dapat dijadikan sebagai referensi mata kuliah sistem ketenagalistrikan.
2. Sedangkan secara praktis manfaat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dan evaluasi dalam perencanaan jaringan distribusi yang belum menggunakan sistem SCADA .
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan memahami permasalahan yang akan dibahas maka
proposal skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka dan landasan teori atau teori pendukung dari pembuatan skripsi ini.
BAB III Bab ini yang membahas tentang bahan dan alat penelitian serta cara
an
penelitian.
ju
BAB IV Bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan. BAB V
Pada bab ini, terdapat kesimpulan yang dapat diambil penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, serta saran-saran yang diharapkan berguna untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan skripsi ini.
5
BAB II
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Jaringan distribusi tenaga listrik akan bekerja lebih efektif dan efisien jika
telah terintegrasi dengan sistem SCADA, yaitu suatu sistem yang mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem pendistribusian tenaga listrik
yang masih konvensional. Adapun kelebihan dari penerapan sistem SCADA pada jaringan distribusi tenaga listrik yaitu, sistem SCADA dapat memantau kerja dan
performa pendistribusian tenaga listrik secara real time (setiap saat), serta mampu menangani gangguan dalam waktu yang singkat secara remote control (jarak jauh) dari pusat kontrol/pusat pengaturan beban (Hartati, 2007).
Penelitian mengenai pengaruh penggunaan sistem SCADA
terhadap
keandalan jaringan distribusi tenaga listrik telah banyak dilakukan, akan tetapi
tempat dan pola jaringan distribusi yang diteliti serta metode yang digunakan
berbeda-beda. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berkaitan
dengan pengaruh penggunaan SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi
ju
an
tenaga listrik akan dijelaskan pada beberapa paragraf selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fardiana (2003) membahas mengenai
sistem operasi jaringan distribusi loop yang menggunakan teknologi SCADA di PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang. Penerapan sistem SCADA untuk gardu induk membuat efisiensi waktu pengendalian jaringan listrik, menjadi lebih baik yaitu dapat memperkecil area pemadaman dan meningkatkan pelayanan 5
6
penyaluran listrik kepada konsumen, terutama sangat berguna pada operasi
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
jaringan distribus loop. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fardiana dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis terletak pada pola jaringan distribusi yang diteliti, yakni
Fardiana melakukan penelitian pada jaringan distribusi dengan pola loop di PT. PLN (Persero) Area Pendistribusian Jakarta Raya dan Tanggerang, sedangkan
penulis akan melakukan penelitian pada jaringan distribusi dengan pola spindel di PT. PLN (Persero) Area Palu.
Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan oleh Fardiana dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada jaringan distribusi yang diteliti, yakni masing-masing telah terintegrasi dengan sistem SCADA.
Penelitian mengenai analisa keandalan sistem distribusi PT. PLN (Persero)
Wilayah Kudus pada Penyulang KDS 2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5.
Menggunakan metode Section Technique dan running keandalan pada Software ETAP oleh Wicaksono (2012). Penelitian ini lebih mengkosentrasikan pada analisa keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik dengan cara manual
menggunakan metode Section Technique kemudian di simulasikan pada software
ju
an
ETAP (Electric Transient Analysis Program).
Persamaan penelitian yang dilakukan Wicaksono dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis mempunyai kesamaan pada analisa yang dilakukan yakni menganalisa keandalan jaringan distribusi tenaga listrik PT. PLN (Persero). Sedangkan perbedaannya adalah pada metode yang digunakan dalam masingmasing penelitian, yakni penulis menganalisa keandalan jaringan distribusi
7
dengan cara membandingkan indeks nilai SAIDI,SAIFI dan CAIDI sebelum dan
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
sesudah menggunakan sistem SCADA, sedangkan Wicaksono menganalisa keandalan jaringan distribusi dengan cara mengunakan metode Section Technique yang disimulasikan pada software ETAP.
Penelitian yang dilakukan oleh Wildawati (2011), Analisis Dampak
Pemasangan SCADA Terhadap Penyelamatan Energi dan Kulitas Pelayanan di Jaringan Distribusi PT. PLN (persero) APJ Yogyakarta. Dengan diterapkannya
sistem SCADA pada jaringan distribusi, usaha penyelamatan energi listrik dan
kualitas pelayanan ke konsumen menjadi lebih efektif dan efesien (meningkatnya keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik).
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Wildawati dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada analisa yang dilakukan, yakni menganalisa pengaruh penggunaan SCADA
terhadap keandalan jaringan
distribusi tenaga listrik. Adapun perbedaannya adalah Wildawati lebih mengkosentrasikan
pada
dampak
penggunaan
SCADA
terhadap
usaha
penyelamatan energi listrik dan kualitas pelayanan ke konsumen, sedangkan
penulis lebih berorientasi pada evaluasi penggunaan SCADA terhadap
ju
an
peningkatan indeks keandalan jaringan distribusi secara umum.
Dalam tinjauan pustaka yang telah di lakukan banyaknya penelitian-
penelitian Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro yang meneliti tentang keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik yang menggunakan sistem SCADA , masih berorientasi pada jaringan distribusi loop yang kompleks dengan metode Section Technique atapun simulasi pada software ETAP. Oleh karena itu penulis
8
melakukan penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan SCADA Terhadap
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Peningkatan Indeks Keandalan Jaringan Distribusi PT. PLN Area Palu, dengan cara membandingkan indeks nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI Sistem Distribusi Area Kota Palu, sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA .
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pendistribusian Tenaga Listrik
Pada dasarnya energi listrik dibangkitkan oleh beberapa pusat-pusat
pembangkit (PLTA, PLTD, PLTU, PLTGU, dan pembangkit lainnya) dengan
tegangan keluaran yang bervariasi 6-20 KV. Umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat pengguna listrik (pusat beban) oleh karena itu
diperlukan sebuah sistem transmisi tenaga listrik dengan tegangan tinggi, mulai dari 70 KV – 500 KV, tergantung besar daya dan jarak antara pusat pembangkit dengan gardu induknya (Marsudi, D. 2006).
Tujuan menaikan tegangan generator dari pusat pembangkit melalui trafo
step up menjadi tegangan tinggi dan disalurkan pada sistem transmisi adalah untuk efisiensi penyaluran tenaga listrik, efisiensi yang dimaksud antara lain
pengunaan penampang penghantar, karena arus yang mengalir akan menjadi lebih
ju
an
kecil apabila tegangan transmisi dinaikan.
Setelah sampai pada gardu induk (GI) tegangan transmisi kemudian
diturukan kembali melalui trafo step down menjadi tegangan 20 KV. Sebuah gardu induk (GI) pada dasarnya adalah pusat beban suatu pembangkit tenaga listrik, dimana energi listrik yang ada pada gardu induk (GI) akan disuplai ke
9
pengguna beban melalui jaringan distribusi tegangan menengah 20 KV untuk
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
industri-industri besar dan diturunkan kembali menjadi tegangan rendah 220/380 V untuk pengguna beban sedang dan kecil. Ilustrasi penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit hingga sampai ke jaringan tegangan menengah di tunjukan pada Gambar 2.1 .
Gambar 2.1. Penyaluran tenaga listrik (Sumber : Siregar, D. : 2011)
2.2.2 Komponen- Komponen Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi tenaga listrik secara umum jika dilihat dari urutan jalur
ju
an
komponen terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: a.) Gardu Induk
b.) Jaringan Distribusi Primer c.) Gardu Distribusi d.) Jaringan Distribusi Sekunder
10
a.) Gardu Induk induk
merupakan
tempat
instalasi
peralatan
listrik
yang
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Gardu
menghubungkan sistem transmisi dengan sistem distribusi tenaga listrik untuk
disalurkan ke konsumen. Adapun urutan letak peralatan-peralatan listrik yang ada pada gardu induk, dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah.
Gambar 2.2. Urutan Letak Peralatan-Peralatan Listrik di Gardu Induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Keterangan: 1. Incoming 150 kV 2. Kawat pentanah (ground) 3.Overhead lines 4. Trafo instrumen (potential transformer) 5.Sakelar Pemisah (Disconnect switch ) 6. Pemutus Tebaga/PMT (Circuit breaker) 7. Current Transformer 8.Lightning arrester , 9.Main transformer 10. Gedung kontrol, 11. Pagar pengaman 12. Saluran ke area lain
Pada Gardu Induk, komponen-komponen utama yang ada saling terintegrasi
dan bekerja sesuai dengan fungsinya, adapun komponen-komponen utama Gardu Induk yang dimaksud antara lain yaitu:
ju
an
Rel (Busbar)
Rel atau busbar adalah titik pertemuan/hubungan tranformator tenaga,
saluran udara tegangan tinggi/saluran kabel tegangan tinggi dan peralatan tenaga listrik lainnya yang ada pada switch yard untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
11
Gambar 2.3. Busbar Gardu Induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Untuk memperoleh fleksibilitas dan keandalan operasi, maka berdasarkan
konstruksi hubungan busbar dengan peralatan tenaga listrik lainnya terdapat beberapa busbar yaitu;
1. Busbar Rel Tunggal
Saluran Keluar
ju
an
Rel
PMS Seksi
GI
G2
G3
Tr
G4 Rel PS
Gambar 2.4. Busbar Rel tunggal dengan PMS Seksi (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
G5
12
2. Busbar Ganda PMT Tunggal
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Saluran Keluar
Rel
1
2
PMT Kopel
G1
G2
G3
Trafo Pemakaian Sendiri
Gambar 2.5. Busbar Ganda PMT Tunggal (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
3. Busbar Ganda PMT Ganda
ju
an
1
Rel
Saluran Keluar
2 G1
G2
G3
Transformator Pemakaian Sendiri
Gambar 2.6. Busbar Ganda PMT Ganda (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
13
Transformator Tenaga
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Fungsi utama transformator tenaga adalah untuk mentransformasikan (merubah) tegangan system dari satu level tegangan ke level tegangan lainnya.
Transformator tenaga harus mampu mengalirkan daya listrik ke suatu lokasi
pembebanan dalam suatu system tenaga listrik pada berbagai kondisi operasi.
Karena peranan transformator tenaga yang sangat penting dalam suatu sistem tenaga listrik, sehingga perlu perlakuan dan penanganan khusus dalam penentuan jenis dan spesifikasi teknis yang sesuai dengan aplikasinya.
Pemilihan kapasitas (kVA) Transforamator harus didasarkan pada pengaruh
siklus pembebanan, factor beban dan temperature sekeliling. Umumnya transforamator tenaga dirancang untuk penggunaan pada suhu lingkungan
ju
an
maksimum 400 C.
Gambar 2.7. Transformator Tenaga dan Komponen Utama (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
14
Hukum utama yang mendasari prinsip kerja transformator adalah hukum
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
induksi Faraday. Menurut hukum ini apabila jumlah garis gaya magnet (fluks) yang melalui kumparan berubah, maka akan diinduksi suatu gaya gerak listrik pada belitan. Besar gaya gerak listrik induksi yang dibangkitkan berbanding lurus
dengan kecepatan perubahan jumlah garis gaya magnet yang melalui belitan tersebut.
Sebuah transformator pada dasarnya terdiri dari inti besi lunak yang
dilaminasi sebagai lintasan magnet, belitan primer dan sekunder yang terisolasi dari inti besi maupun antara belitan, tangki, minyak, minyak transformator dan bushing sebagai terminal belitan.
Disamping itu dilengkapi pula dengan peralatan lain untuk lebih
mengoptimalkan kinerja dan melindungi transformator dari kerusakan jika terjadi gangguan di dalam maupun diluar transformator.
Pemutus Tenaga (CB/Circuit Breaker)
Pemutus tenaga merupakan peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyambung dan memutuskan suplai tenaga
listrik melalui pemisahan/atau
penutupan kontak dalam kondisi operasi normal maupun dalam kondisi gangguan.
ju
an
Berdasarkan media yang digunakan sebagai media isolasi dan pemadam busur
api, terdapat beberapa jenis pemutus tenaga seperti; Minyak, Udara, Hampa Udara, SF6
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
15
Gambar 2.8. Pemutus Tenaga (PMT/CB) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Konstruksi pemutus tenaga ini biasanya diklasifisikan kedalam Pemutus
Tenaga Live Tank dan Dead Tank. Tanki mati artinya bahwa tanki dan seluruh aksesori peralatan ini ditanahkan untuk menjaga tegangan pada tegangan tanah. Berdasarkan
media
pemadaman
busur
api,
pemutus
tenaga
diklasiikasikan ke dalam beberapa tipe;
ju
an
1. Pemutus Tenaga Udara (Air Circuit Breaker)
2. Pemutus Tenaga Minyak (Oil Circuit Breaker) 3. Pemutus Tenaga Udara Hembus (Air Blast Circuit Breaker) 4. Pemutus Tenaga Hampa Udara(Vacuum Circuit Breaker) 5. Pemutus Tenaga SF6 (SF6 Circuit Breaker)
ini
16
Pemutus tenaga harus mempunyai kapasitas hantar arus nominal pada
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
tegangan nominal, juga mampu memutuskan arus pada kondisi gangguan. Disamping itu, dapat mengalirkan arus gangguan untuk waktu singkat serta mampu menahan gaya elektromagnetik yang timbul pada kondisi arus gangguan yang besar.
Pemisah (PMS/Disconnect Switch)
Pemisah adalah peralatan yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian
listrik dalam kondisi tidak berbeban, dimana dalam suatu gardu induk peralatan
pemisah ni dipasang pada Transformator Bay (TR Bay), Transmission Line Bay
ju
an
(TL-Bay), Rel (busbar) dan pada Bus Couple.
Gambar 2. 9. Pemisah (DS/Disconnecting Switch) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
17
Oleh karena pemisah hanya dapat dioperasikan pada kondisi jaringan tidak
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
berbeban, maka yang terlebih dahulu dioperasikan adalah Pemutus Tenaga (PMT/CB)
baru
pemisah
ini
dioperasikan,
Sebaliknya
pada
operasi
penyambungan, maka pemisah yang dimasukkan terlebih dahulu baru pemutus tenaga dimasukkan.
Transformator Arus (CT/ Current Transformer)
Adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk merubah besaran arus
dari arus besar (arus beban) ke arus yang lebih kecil yang akan menyuplai alat ukur dan proteksi. Peralatan ini juga berfungsi mengisolasi rangkaian sekunser
terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi
tegangan tinggi. Bentuk transformator arus untuk tegangan tinggi disajikan pada
ju
an
gambar berikut.
Gambar 2.10. Transformator Arus (CT) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
18
Transformator Tegangan (PT/Potential Transformer)
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Transformator Tegangan merubah besaran tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi. Disamping itu mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer yang bertegangan
tinggi dengan memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi. Bentuk Transformator Tegangan disajikan pada gambar berikut.
ju
an
Gambar 2.11. Transformator Tegangan (PT) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Penangkal Petir (LA/Lightning Arrester) Merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk melindungi
(peralatan tenaga listrik lainnya di dalam gardu induk dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (Ligtning Surge) pada kawat transmisi maupun
19
tegangan lebih karena surja hubung (switching Surge). Bentuk dari arester petir
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.12. Arester Petir (Lightning Arrester) (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Salah satu terminalnya dihubungkan dengan konduktor bertegangan dan
terminalnya dihungkan dengan tanah. Pada kondisi normal, maka Arester bersifat isolatif dan tidak menyalurkan arus listrik.
Tetapi pada saat terjadi gangguan petir atau surja hubung, dimana terjadi
kenaikan tegangan secara drastis (tegangan yang timbul melampaui rating tegangan arrester), maka arester tersebut bersifat konduktif dan mengalirkan arusarus petir atau surja hubung ke tanah (bumi). Dengan demikian kenaikan tegangan
ju
an
akan dibatasi sehingga tidak melampai batas ketahanan isolasi (tegangan tembus) peralatan tenaga listrik yang terpasang.
20
Tahanan Pentanahan Netral (NGR/Neutral Grounding Resistance)
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Netral Grounding Resistor (NGR) merupakan salah satu peralatan proteksi yang fungsinya adalah untuk membatasi besar arus hubung singkat ke tanah. Alat
ini dipasang antara titik netral transformator tenaga dengan tanah. Besar tahanannya akan mempengaruhi besar arus gangguan tanah yang terjadi dan karakteristik rele gangguan tanah. Bentuk neutral grounding resistor ini disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.13. Neutral Grounding Resistance (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
ju
an
Transformator Pemakaian Sendiri
Transformator ini berfungsi sebagai sumber listrik untuk melayani
kebutuhan internal gardu induk seperti, Kebutuhan catu daya gedung kontrol, penerangan di switchyard, halaman gardu induk dan penerangan di sekeliling gardu induk. Juga untuk melayani alat penyejuk udara (ac), penyearah (rectifier)/
21
pengisi baterai, pompa air dan motor-motor listrik serta peralatan lain yang
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
memerlukan listrik tegang rendah.
Gambar 2.14. Transformator Pemakaian Sendiri (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Bangunan Kontrol
Bangunan kontrol merupakan bangunan yang menjadi pusat pengoperasian
gardu induk. Di dalam ruangan pada bangunan ini, para operator mengontrol dan mengendalikan serta mengoperasikan seluruh perlatan tenaga listrik yang ada
pada gardu induk. Juga sebagai tempat panel-panel proteksi dan panel pengukuran
ju
an
serta panel (cubicle) untuk feeder.distribusi.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
22
Gambar 2.15. Bangunan Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Panel Kontrol
Berfungsi untuk mengontrol kondisi gardu induk dan merupakan pusat
pengendali lokal gardu induk. Didalamnya berisi peralatan; saklar, indikatorindikator, meteran-meteran ukur, tombol-tombol komando operasional dari
Pemutus Tenaga (PMT/CB), Pemisah (PMS/DS), alat ukur besaran listrik serta
ju
an
announciator.
, Gambar 2.16. Panel Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
23
Panel Proteksi
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Panel ini merupakan lemari rele-rele proteksi yang dikelompokkan dalam bay sehingga memudahkan dalam pengontrolannya
Gambar 2.17. Panel Proteksi (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Sumber Arus Searah (Direct Current Power Suply)
Sumber energi listrik arus searah disimpan melalui proses kimiawi. Sumber
energi ini merupakan perangkat penyimpan tenaga listrik yang berfungsi untuk menggerakkan peralatan kontrol, rele proteksi, motor penggerak Circuit Breaker
(CB), Disconnecting Switch (DS) dan penggerak mekanik peralatan tenaga listrik
ju
an
lainnya.
Rectifier/penyearah, Peralatan listrik yang berfungsi untuk mengkonversi
(merubah) arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC) untuk pengisian baterai. Oleh karena peraatan kontrol dan rele proteksi sangat fital, sehingga sumber DC ini harus dirawat dan dijaga sehingga kegagalan operasi pengaman dan pemutus tenaga dapat dihindari.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
24
Gambar 2.18. Sumber DC gardu induk (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Cubickle 20 KV
Lemari atau cubicle 20 kV merupakan sistem switchgear untuk tegangan
menengah (TM) yang berasal dari keluaran (output) transformator daya. Lemari
ini menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke daerah pelayanan listrik melalui feeder-feeder/penyulang.
Komponen atau pealatan yang terpasang di dalam cubicle antara lain; Panel
penghubung (couple), Incoming cubicle, pemutus tenaga, koponen/peralatan
proteksi dan pengukuran, bus sections dan feeder/penylang. Gambar cubicle 20
ju
an
kV disajikan berikut ini.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
25
Gambar 2.19. Cubicle 20 kV pada Gedung Kontrol (Sumber: Sarjan, M. : 2013)
Komponen Proteksi
Peralatan atau komponen proteksi merupakan suatu sistem pengamanan
peralatan dan komponen tenaga listrik dari kerusakan yang diseebabkan karena
adanya gangguan teknis, gangguan alam (petir), kesalahan operasi atau penyebab lain. Gangguan ini dapat berakibat fatal bagi manusia, harta benda dan lingkungan
jika tidak segera diputuskan dan dikeluarkan dari rangkaian sistem tenaga listrik.
Beberapa peralatan dan komponen tenaga lisrik yang harus dilindungi dan
ju
an
diamankan dari kerusakan karena terjadinya gangguan antara lain adalah; 1. Transformator Daya 2. Rel (busbar) 3. Penghantar (konduktor) 4. Saluran udara tegangan tinggi (SUTT).
26
5. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
6. Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 7. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
b.) Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk (GI) ke pusat-pusat beban. Penyaluran tenaga listrik pada jaringan
distribusi primer dapat menggunakan saluran udara tegangan menengah (SUTM) atau melalui saluran kabel tegangan menengah (SKTM) dengan tegangan 20 KV.
Jaringan distribusi primer berada antara sisi primer trafo distribusi dan sisi
sekunder trafo gardu induk (GI), dan direntangkan sepanjang daerah pusat beban
ju
an
seperti pada Gambar 2.21.
Gambar 2.20. Jaringan distribusi primer (Sumber : Siregar, D. : 2011)
Berdasarkan pola penyalurannya (Siregar, D. : 2011) ada beberapa jenis jaringan distribusi primer antara lain sebagai berikut;
27
Pola radial
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Sistem distribusi dengan pola radial, seperti ditunjukan pada Gambar 2.22 adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini
terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi tetapi
penyulang ini tidak saling berhubungan. Kelemahan type jaringan ini yaitu ketika
jalur utama pasokan terputus maka seluruh penyulang akan padam dan mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling akhir kurang baik, hal ini dikarenakan
besarnya rugi-rugi pada saluran, sehingga tingkat keandalan jaringan distribusi
dengan pola ini dikategorikan dengan keandalan sistem yang rendah (low reliability system).
ju
an
Gambar 2.21. Jaringan distribusi pola radial (Sumber : Siregar, D. : 2011)
Pola loop
Pada pola jaringan seperti ini terdapat penyulang yang terkoneksi
membentuk loop atau rangkaian tertutup untuk menyuplai gardu distribusi (Gambar 2.23). Gabungan dari dua struktur radial menjadi keuntungan pada pola loop karena pasokan daya lebih terjamin dan memiliki keandalan yang cukup,
28
sedangkan kelemahan dari sistem ini yaitu bila beban yang dilayani semakin
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
bertambah maka kualitas pelayanan akan semakin buruk, yakni drop tegangan yang terjadi akan semakin besar pula, sehingga tingkat keandalan jaringan distribusi dengan pola ini dikategorikan dengan keandalan sistem yang menengah (medium reliability system).
Gambar 2.22. Jaringan distribusi pola loop (Sumber : Siregar, D. : 2011)
Pola spindel
Sistem spindle merupakan suatu pengembangan dari pola konfigurasi
ju
an
jaringan pola radial dan loop. Pada pola ini terdiri dari beberapa penyulang (Gambar 2.24), yang tegangannya diberikan dari gardu induk dan tegangan tersebut berakhir pada gardu hubung (GH). Pada sebuah spindle biasanya terdiri
dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung, kelebihan dari pola ini yaitu sederhana
29
dalam hal teknis pengoperasiannya seperti pola radial, kontinuitas pelayanan lebih
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
baik dari pada pola radial maupun pola loop, serta sangat cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang tinggi. Sehingga pola jaringan ini
bisa dikategorikan sebagai sistem dengan keandalan yang tinggi (high reliability system).
Gambar 2.23. Jaringan distribusi pola spindle (Sumber : Siregar, D. : 2011)
Pola interkoneksi
Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga
Listrik yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga
an
listrik dapat berlangsung terus-menerus, walaupun daerah kepadatan beban cukup
ju
tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perenacanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu Pusat Pembangkit Tenaga Listrik mengalami kerusakan, maka penyaluran
30
tenaga listrik dapat dialihkan ke Pusat Pembangkit lain. Untuk Pusat Pembangkit
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
yang mempunyai kapasitas kecil dapat dipergunakan sebagai pambantu dari Pusat Pembangkit Utama (yang mempunyai kapasitas tenaga listrik yang besar).
Apabila beban normal sehari-hari dapat diberikan oleh Pusat Pembangkit Tenaga
Listri tersebut, sehingga ongkos pembangkitan dapat diperkecil. Pada sistem
interkoneksi ini Pusat Pembangkit Tenaga Listrik bekerja bergantian secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga tidak ada Pusat
Pembangkit yang bekerja terus-menerus. Cara ini akan dapat memperpanjang umur Pusat Pembangkit dan dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan, sehingga pola jaringan seperti ini termasuk dalam kategori sistem dengan
ju
an
keandalan yang tinggi (high reliability system).
Gambar 2.24. Jaringan distribusi pola interkoneksi (Sumber : Siregar, D. : 2011)
31
c.) Gardu Distribusi
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Gardu distribusi merupakan tempat instalasi tenaga listrik yang didalamnya terdapat beberapa perlatan listrik seperti pemutus tenaga, pengaman dan trafo distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan tegangan
konsumen. Peralatan-peralatan ini digunakan untuk menunjang pendistribusian tenaga listrik agar terjaganya kontinuitas pasokan tenaga listrik sampai ke konsumen. Adapun secara umum fungsi gardu distribusi adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan tegangan menengah (20 KV) menjadi tengan rendah (380/220 V)
2. Menyalurkan atau mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan rendah
3. Menyalurkan atau mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu distribusi lainnya atau ke gardu hubung.
Gardu distribusi secara umum mempunyai beberapa type yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan suplai energi listrik dan area dimana gardu distribusi itu ditempatkan, adapun type-type gardu distribusi tersebut adalah sebagai berikut:
ju
an
Gardu Hubung
Gardu hubung adalah gardu yang berfungsi untuk membagi beban pada
sejumlah gardu atau untuk menghubungkan satu penyulang tegangan menengah dengan penyulang tegangan menengah yang lain, oleh karena itu pada gardu ini hanya dilengkapi peralatan hubung serta alat pembatas dan pengukur.
32
Gardu Portal
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Gardu Portal adalah gardu yang berfungsi untuk mendistribusikan energi listrik pada konsumen tegangan rendah. Pada gardu trafo terdapat beberapa
peralatan-peralatan listrik seperti Light Aresster, Cut Out, Panel Distribusi, Konduktor pembumian serta peralatan lainnya.
Gardu Cantol
Gardu Cantol mempunyai kemiripan dengan gardu portal yakni sama-sama
dipasang pada tiang distribusi 20 KV dengan perlengkapan perlatan yang sama,
hanya berbeda dari segi kapasitas beban yang ditanggung oleh kedua Gardu tersebut, yakni Gardu Portal biasanya memikul beban yang lebih besar dibandingkan dengan Gardu Cantol.
Gardu Beton
Sesuai dengan namanya, konstruksi gardu ini terbuat dari beton. Type dari
gardu ini bermacam-macam sesuai dengan lokasi dan kebutuhannya. Sedangkan kapasitas transformator yang dipasang pada gardu ini lebih besar dibandingkan
dengan gardu trafo. Jumlah transformator yang dapat ditampung pada gardu ini
ju
an
dapat lebih dari satu buah, dimana hal ini bargantung dari kebutuhan dan lokasi yang ada. Kapasitas transformator maksimal untuk gardu ini adalah 400 KVA s/d 630 KVA, tetapi pada tempat-tempat tertentu seperti kawasan industri bisa mancapai 1000 KVA.
33
d.) Jaringan Distribusi Sekunder
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Jaringan distribusi ini digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari trafo distribusi ke beban-beban yang ada pada konsumen dengan tegangan 220 V untuk 1 fasa dan 380 V untuk 3 fasa. Gambar 2.9 memperlihatkan keadaan jaringan distribusi sekunder, yang terletak antara sisi sekunder trafo distribusi sampai ke titik penyambungan tenaga listrik konsumen.
Gambar 2.25. Jaringan distribusi sekunder (Sumber : Siregar, D. : 2011)
2.2.3 Gangguan Pada Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi merupakan jaringan pangkal yang berada paling dekat
dengan beban atau konsumen, pada jaringan ini juga rentan terhadap gangguangangguan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar sistem yang berdampak
ju
an
pada kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang di salurkan.
Gangguan pada jaringan distribusi tenaga listrik dapat bersifat temporer dan
permanen. Pada gangguan temporer sifatnya hanya sementara hal ini biasanya diakibatkan oleh flash over antara penghantar dan tiang, sambaran petir ataupun flash over dengan pohon-pohon yang berada di sekitar jaringan distribusi. Saat
34
gangguan temporer terjadi dispatcher atau operator distribusi tidak perlu
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
melakukan tindakan recovery (pemulihan) yang signifikan, karena gangguan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan sistem distribusi tenaga listrik akan kembali berjalan normal.
Sedangkan pada saat gangguan permanen terjadi, dispatcher atau operator
distribusi harus melakukan tindakan recovery (pemulihan) jaringan untuk menjaga
stabilitas, kontinyunitas dan kualitas tenaga listrik yang disalurkan kepada konsumen. Gangguan permanen dapat disebabkan oleh banyak faktor, adapun
diantaranya adalah menurunnya ketahanan isolasi minyak trafo akibat overload yang mengakibatkan kerusakan permanen pada trafo tersebut, gangguan permanen
juga dapat disebabkan oleh hubung singkat antar fasa yang menyebabkan
terbukanya pemutus daya (PMT), dan gangguan permanen yang disebabkan oleh faktor lainnya.
2.2.4 Keandalan Jaringan Distribusi
Menurut Hartati (2007), keandalan jaringan distribusi tenaga listrik dapat
dilihat dari ukuran ketersediaan atau penyediaan pasokan energi listrik dari sisetm
ke pengguna. Ukuran tingkat keandalan dapat dinyatakan dalam seberapa sering
ju
an
sistem mengalami pemadaman, berapa lama pemadaman terjadi, dan berapa cepat
waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi dari pemadaman yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Pabla (2007), mendefenisikan keandalan sebagai kemungkinan dari satu atau kumpulan benda akan memuaskan kerja pada keadaan
35
tertentu pada waktu yang ditentukan. Serta menurut Momoh (2008), keandalan
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
jaringan distribusi tenaga listrik adalah kemampuan dari jaringan tersebut untuk menyalurkan tenaga listrik secara kontinyu ke pelanggan pada satu standar yang telah ditetapkan sesuai dengan mutu dan jaminan keamanannya.
Berdasarkan dari beberapa defenisi mengenai keandalan diatas, maka
dapat dikatakan bahwa keandalan jaringan distribusi tenaga listrik secara umum
adalah suatu sistem yang bekerja pada keadaan tertentu (dalam hal ini sistem
distribusi tenaga listrik) yang dituntut untuk mampu menyalurkan tenaga listrik secara kontinyu ke pelanggan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan jaminan keamanan dan mutu tenaga listrik yang disalurkan.
Tingkatan keandalan dalam pelayanan penyaluran tenaga listrik menurut
Hartati (2007), dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: Keandalan sistem yang
tinggi (High Reliability system), Keandalan sistem yang menengah (Medium Reliability System) dan Keandalan sistem yang rendah (Low Reliability System ). Menurut Yulius (2007) indeks keandalan dapat diukur pada suatu sistem baik dari
sisi Gardu Induk (substasion) maupun dari sisi penyulang (Feeder). Tingkat keandalan dalam suatu sistem dapat ditentukan dengan menghitung SAIFI
an
(System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI (System Average
ju
Interruption Duration Index). Menurut standar IEEE std 1366-2000, SAIFI menyatakan karakteristik banyak gangguan dan SAIDI menyatakan karakteristik lama gangguan yang diukur selama periode tertentu (per tahun)
36
Indeks keandalan berbasis sistem dengan parameter banyaknya gangguan
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (per tahun) pada sisi pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan atau yang lebih dikenal dengan istilah SAIFI dapat di hitung dengan menggunkan persamaan berikut;
...........................................................................................(1)
SAIFI =
dimana :
Ci = Jumlah Pelanggan Padam N = Jumlah Pelanggan
Sedangkan untuk Indeks keandalan berbasis sistem dengan parameter
lamanya gangguan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu (per tahun) pada sisi pelanggan dalam suatu sistem secara keseluruhan atau yang lebih dikenal dengan istilah SAIDI dapat di hitung dengan menggunkan persamaan berikut;
SAIDI=
dimana :
.
...................................................................................(2)
Ci = Jumlah Pelanggan Padam N = Jumlah Pelanggan ti = Durasi padam
dan untuk mengetahui perbandingan tingkat keandalan berdasarkan
an
banyaknya gangguan dan lamanya gangguan dalam suatu sistem yang berdampak
ju
pada kualitas pelayanan ke konsumen atau yang lebih dikenal dengan istilah CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index), dapat dihitung dengan menggunkan persamaan berikut;
CAIDI=
SAIDI
...................................................................................(3)
37
2.2.5 Sistem SCADA Jaringan Distribusi PT. PLN Kota Palu
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Di era teknologi sekarang ini, sistem komputerisasi pada operasi sistem tenaga listrik dituntut untuk mampu menangani permasalahan-permasalahan yang ada baik dari segi pembangkitan tenaga listrik sampai pada proses pendistribusian
dan pengaturan beban tenaga listrik ke konsumen. Komputer yang digunakan untuk operasi sistem tenaga listrik mempunyai tugas utama menyelengarakan
supervisi dan mengendalikan operasi ini, komputer mengumpulkan data dan
informasi dari sistem yang kemudian diolah menurut prosedur dan protokol
tertentu, prosedur ini akan diatur oleh software komputer, dan fungsi semacam ini
disebut Supervisory Control and Data Aquisition (SCADA ), (Andrian, R. C. :
ju
an
2013).
Gambar 2.26. Arsitektur SCADA (Sumber: Andrian, R. C. : 2013)
Gambar 2.27 diatas menjelaskan bahwa SCADA merupakan suatu sistem pengawasan, pengendalian dan pengolahan data sistem tenaga listrik secara real time. Komponen SCADA meliputi Master Station, media telekomunikasi, dan
38
Remote Station/Remote Terminal Unit (RTU). SCADA mendapatkan data secara
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
real time baik dari Remote Terminal Unit (RTU) atau sumber komunikasi lainnya yang ada di lapangan, sehingga operator (dispatcher) memungkinkan untuk melakukan pengawasan (supervisory) operasi jaringan tenaga listrik dan pengendalian peralatan pemutus beban jarak jauh (remote controle operation).
Sistem SCADA pada jaringan distribusi PT. PLN (Persero) Area Palu
mulai terintegrasi pada akhir tahun 2010, dimana sebagian besar PMT yang ada
pada unit-unit pembangkit dan Gardu Induk serta Gardu Hubung yang ada sudah terintegrasi dengan sistem SCADA, namun disisi jaringan distribusi primer 20 KV peralatan-peralatan listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA masih sangat
minim, yakni hanya ada satu unit Load Break Switch (LBS) yang sudah bisa di operasikan secara remote control atau kontrol jarak jauh melalui sistem SCADA
(LBS TMP Jln.Basuki Rahmat, Penyulang Anggrek), dan tiga unit Load Break Switch (LBS) dalam tahap pengembangan dan uji coba untuk terintegrasi dengan sistem SCADA, yakni LBS Jakarta (Jln. Kartini Atas, Penyulang Tulip), LBS
Moh. Hatta (Jln. Moh Hatta, Penyulang Aster) dan LBS Hasrat ( Jln. Diponegoro, Penyulang Express 4), sedangkan LBS lainya masih beroperasi secara
ju
an
konvensional.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
39
Gambar 2.27. LBS Remote Control Motorized SCADA PT. PLN (Persero) Area Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012)
Kelebihan dari LBS yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA via
Remote Control Motorized yakni mempunyai kemampuan kontrol jarak jauh
dengan prinsip kerja yaitu ketika terjadi gangguan pada jaringan distribusi maka
LBS tersebut akan mengirim signal ke pusat kontrol via frekuensi radio (110-200 MHz untuk frekuensi kerja LBS SCADA Palu), sehingga pihak dispatcher akan segera mengetahui bahwa telah terjadi gangguan dan segera melakukan tindakan
ju
an
recovery, yakni dengan cara mengirim perintah dari server SCADA ke penerima
di LBS SCADA untuk melakukan open/close di jaringan distribusi tanpa datang langsung ketempat dimana LBS berada, sehingga waktu recovery gangguan akan lebih cepat dibandingkan dengan LBS konvensional.
40
Adapun konfigurasi sistem SCADA di PT. PLN (Persero) Area Palu dapat
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
dilihat pada gambar 2.29, dimana pada gambar tersebut menjelaskan bahwa peralatan-perlatan listrik yang terhubung dengan RTU sistem SCADA mengirim
data metering (nilai frekuensi, tegangan, arus, daya) ke server SCADA melalui
media komunikasi data fiber optic (FO), kemudian data tersebut diolah dan di
tampilkan ke komputer-komputer dispatcher (operator SCADA), begitu pula sebaliknya komputer dispatcher dapat mengirim perintah ke RTU, yang kemudian akan di teruskan ke peralatan-peralatan listrik yang di kontrol, misalnya untuk melakukan open/close peralatan akibat trip/gangguan.
Server SCADA sistem palu sendiri sudah dilengkapi dengan intergrasi
perangkat seluler, dimana fungsi dari fitur ini adalah untuk mendapatkan data terkini dan tersebar ke semua operator SCADA, pripsip kerjanya yaitu, apabila
peralatan listrik yang dikontrol (PMT,LBS) mengalami trip/ganggunan, maka
akan ada pemberitahuan ke perangkat seluler/Hand Phone (HP) masing-masing operator SCADA dalam bentuk Short Message Service (SMS), namun sebelumnya nomor perangkat seluler tersebut harus di register terlebih dahulu pada server SCADA. Selain server untuk menerima data, pada pusat kontrol
an
sistem SCADA Palu juga dilengkapi dengan server history, yakni fungsi dari
ju
server ini adalah untuk mencatat semua kejadian yang terjadi pada perlatan listrik yang dikontrol dan disimpan secara otomatis di Hard Drive komputer HIS Server.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
41
Gambar 2.28. Konfigurasi Sistem SCADA PT. PLN (Persero) Area Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012)
Pada pusat kontrol sistem SCADA palu juga terdapat logger atau pencatat
kejadian yang langsung tercetak oleh sebuah mesin printer otomatis yang sudah terintegrasi dengan sistem SCADA. Logger pada pusat kontrol ini pada dasarnya
ada dua jenis yakni, logger pencetak otomatis dan logger pencetak manual, untuk logger pencetak manual hanya digunakan untuk keperluan-keperluan tertentu, dalam hal ini logger pencetak manual tidak bekerja secara real time, namun hanya
ju
an
bekerja saat dispatcher membutuhkan catatan data gangguan, dalam hal ini bisa
juga dikatakan logger pencetak manual berfungsi sebagai back up dari logger pencetak otomatis. Selain terdapat logger pencetak data gangguan, pada pusat kontrol sistem SCADA palu juga dilengkapi dengan fitur voice logger, dimana fungsi dari voice
42
logger ini adalah untuk menyadap atau merekam semua komunikasi suara
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
(percakapan lewat telepon resmi pusat kontrol atau radio handy talky) antar dispatcher, baik dari pusat kontrol ke gardu induk, gardu hubung, unit-unit pembangkit yang ada ataupun tempat-tempat strategis lain yang terintegrasi
dengan sistem SCADA. Catatan rekaman tersebut tersimpan secara otomatis di Hard Drive komputer pusat kontrol, dan kemudian nantinya akan digunakan
sebagai bahan evaluasi dalam usaha peningkatan keandalan sistem distribusi tenaga listrik di PT. PLN (Persero) Area Palu.
Selain beberapa fitur diatas, pusat kontrol sistem SCADA palu juga
dilengkapi dengan fitur Motorized Screen, fungsi dari fitur ini adalah menampilkan semua informasi yang berkaitan dengan sistem SCADA palu, yang
ditampilkan kedalam sebuah wide screen room. Dari bererapa fitur yang ada pada
pusat kontrol sistem SCADA palu, terdapat juga fitur Closed Circuit Television (CCTV), namun masih dalam tahap perencanaan dan pengembangan. Dimana
nantinya akan digunakan sebagai kamera pengintai atau pengawasan terhadap semua aktivitas yang terjadi di ruang pusat kontrol sistem SCADA palu.
Komunikasi data pada sistem SCADA palu dari pusat kontrol ke Gardu
an
induk, Gardu hubung atau ke unit-unit pembangkit begitu juga sebaliknya, sudah
ju
menggunakan komunikasi data via Fiber Optic (FO). Sedangkan untuk komunikasi data dari pusat kontrol ke LBS ataupun sebaliknya masih menggunakan frekuensi radio. Adapun konfigurasi komunikasi data fiber optic sistem SCADA palu dijelaskan pada gambar 2.30. di bawah ini.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
43
Gambar 2.29. Konfigurasi Fiber Optic Sistem SCADA Palu Sumber : (Sumber : PT. PLN (Persero) Area Palu, 2012)
Pada sistem SCADA palu semua data-data yang di terima dari RTU yang
terpasang pada perlatan listrik yang dikontrol akan dikirimkan ke pusat kontrol melalui komunikasi data FO begitu juga sebaliknya, pusat kontrol dapat mengirim
perintah ke semua RTU yang ada. Adapun kelebihan menggunakan komunikasi
data FO dibandingkan dengan menggunakan komunikasi data frekuensi radio
yakni waktu dan tingkat transfer data menggunakan FO jauh lebih cepat dan lebih besar serta lebih akurat.
ju
an
2.2.6 Pengaruh Penggunaan SCADA Pada Sistem Distribusi
Gangguan yang besifat permanen pada sistem distribusi dapat menyebabkan
terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Untuk memperbaiki jaringan listrik agar dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan perbaikan (recovery) dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Proses perbaikan ini terkadang memerlukan
44
waktu yang relatif lama, sehingga terpaksa melakukan pemadaman di belakang
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
titik gangguan. Untuk sistem distribusi loop yang masih konvensional, proses manuver manual ini memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini menyebabkan
suplai tenaga listrik ke beban di belakang titik gangguan dari sumber menjadi
terhambat dan terjadi pemadaman. Proses produksi pun tidak dapat dilakukan
secara optimal karena tidak tersedianya suplai tenaga listrik. Kerugian yang dialami oleh perusahaan listrik sangatlah besar karena adanya pemadaman listrik, yang mengakibatkan banyaknya energi listrik yang hilang dan tidak dapat disalurkan/dijual kepada konsumen. Penerapan sistem SCADA
pada jaringan distribusi tenaga listrik
diharapkan dapat mengefesiensikan waktu pengendalian dan pemulihan jaringan listrik, dapat memperkecil area pemadaman dan meningkatkan pelayanan
penyaluran listrik kepada konsumen. Dengan sistem SCADA dapat dilakukan manuver beban apabila terjadi gangguan. Beban yang dibelakang titik gangguan
dari arah gardu induk yang semula mensuplai kearah gangguan dapat dipindahkan
ke gardu induk lainnya, sehingga suplai energi listrik ke beban yang bebas gangguan tetap dapat di distribusikan.
an
Tanpa adanya pemadaman listrik maka kualitas pelayanan konsumen
ju
menjadi lebih baik karena suplai tenaga listrik dapat dilakukan. Konsumen tidak lagi mengalami kerugian, produksi tetap berjalan, produktivitas meningkat, quota terpenuhi dan kontinuitas pelayanan energi listrik menjadi lebih baik. Dari segi ekonomis energi listrik yang hilang akibat pemadaman dapat terselamatkan dan perusahaan listrik tidak mengalami kerugian.
45
BAB III
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian “Evaluasi
Penggunaan SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (persero) Area Palu” adalah sebagai berikut a. Bahan Penelitian
Single line Jaringan Distribusi Kota Palu
Peta jalur penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi kota palu
Data detail penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi kota palu
Data gangguan jaringan distribusi kota palu sebelum dan sesudah menggunakan SCADA.
b. Alat Penelitian
Notebook Acer intel atom CPU N450 1.67GHz, OS Windows 7 Ultimate RAM 1 GB, Hard Drive 250 GB beserta software pendukung untuk
ju
an
kalkulasi data.
45
46
3.2. Cara Penelitian
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, berlokasi di jaringan distribusi PT. PLN kota palu spesifik pada penyulang-penyulang prioritas yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA.
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu:
1. Penulis melakukan studi literarur yang berkaitan dengan pengaruh penggunaan
SCADA terhadap keandalan jaringan distribusi tenaga listrik dari berbagai
sumber, baik dari materi kuliah dan kepustakaan maupun artikel-artikel jurnal online.
2. Setelah studi literatur dianggap cukup, penulis melakukan observasi terhadap
objek yang akan penulis teliti (dalam hal ini penyulang-penyulang prioritas pada jaringan distribusi PT. PLN kota Palu yang telah terintegrasi dengan sistem SCADA).
3. Tahap selanjutnya yaitu pengambilan data, dimana data yang diambil meliputi
jalur jaringan distribusi, berapa kapasitas beban yang ditanggung oleh masing-
masing penyulang prioritas, jumlah Load Break Switch (LBS) yang
dioperasikan, jumlah pelanggan yang dibebani pada masing-masing penyulang
ju
an
prioritas, jumlah trafo distribusi sepanjang jalur distribusi penyulang prioritas, dan data-data gangguan sebelum dan sesudah menggunakan SCADA serta data-data lain penunjang penelitian skripsi ini. Data-data observasi bersumber dari data primer maupun dari data sekunder.
4. Pengolahan data-data hasil observasi. Tujuan dari pengolahan data-data ini adalah untuk membandingkan indeks SAIDI (System Average Interruption
47
Duration Index) dan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
serta CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index) Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu, sebelum dan sesudah menggunakan SCADA,
sehingga bisa disimpulkan seberapa besar pengaruh penggunaan SCADA pada keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Kota Palu.
5. Tahap terakhir yaitu penulisan laporan dari hasil penelitian yang telah
ju
an
dilakukan.
48
Adapun diagram alir rencana penelitian yang akan dilakukan pada
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
penyulang-penyulang prioritas jaringan distribusi PT. PLN Cabang Palu dapat
ju
an
dilihat pada Gambar 3.1 .
Gambar 3.1 Diagram alir Rencana Penelitian
49
BAB IV
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada jaringan distribusi Rayon Kota
Palu mengenai Evaluasi Penggunaan SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi
PT. PLN (Persero) Area Palu, maka didapat data-data yang menggambarkan kondisi sistem kelistrikan kota palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan
sistem SCADA. Adapun data-data yang dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1,
dimana pada data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 6 unit penyulang prioritas yang ada pada Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu, penyulangpenyulang yang dimaksud adalah Penyulang Anggrek, Mawar, Tulip, Cempaka,
Aster dan Penyulang Raflesia, penyulang-penyulang tersebut dikategorikan
sebagai penyulang prioritas karena menanggung beban yang lebih besar dari penyulang-penyulang lainya, serta berada pada wilayah pusat kota dan juga melayani pusat-pusat perkantoran strategis yang ada di Kota Palu.
Dari data 6 unit penyulang tersebut juga menunjukan bahwa terjadi
peningkatan jumlah pelanggan dari tahun 2011 – 2013 sebanyak 380 sambungan
ju
an
baru. Pada jaringan ini juga terdapat 10 unit LBS (Load Break Switch), 6 Main Line (Jalur Utama), 3 unit CO (Cut Out) dan 1 unit ABS (Air Break Switch) serta 176 trafo distribusi. Sedangkan untuk intensitas pemadaman yang terjadi pada 6 unit penyulang prioritas pada Jaringan Distribusi Area Kota Palu sebelum dan sesudah
49
50
terintegrasi dengan sistem SCADA dapat dilihat pada Lampiran 2-7, dimana tabel
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
tersebut memperlihatkan bahwa intensitas pemadaman yang terjadi sangat bervariasi, namun cenderung lebih mengalami penurunan pemadaman setelah
diintegrasikannya sistem SCADA. Data yang penulis gunakan adalah data gangguan jaringan distribusi rayon kota palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA periode oktober 2011 – september 2013 .
4.2 Pembahasan
Indeks keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu secara garis besar
ditentukan oleh banyaknya gangguan yang terjadi pada jaringan tersebut dalam
kurun tempo waktu tertentu, yang meliputi lamanya gangguan terjadi, frekuensi
gangguan, dan jumlah pelanggan yang mengalami gangguan, selain itu ketersediaan pasokan energi listrik yang mencukupi juga mempunyai peran dalam
menjaga kontinunitas penyaluran tenaga listrik yang berimplikasi pada indeks keandalan suatu jaringan distribusi tersebut. Dengan adanya sistem SCADA yang telah terintegrasi dengan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu maka diharapkan mampu meningkatkan indeks tingkat keandalan jaringan distribusi tersebut.
an
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka indeks tingkat
ju
keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu dapat dilihat dengan cara membandingkan tingkat keandalan jaringan distribusi sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA, dimana parameter yang digunakan adalah indeks nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI.
51
Untuk menghitung indeks nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI digunakan
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
persamaan (1), (2) dan (3) yang ada pada landasan teori BAB II skripsi ini. dari persamaan tersebut beserta data-data gangguan pada jaringan distribusi yang ada pada Lampiran 2-7, maka dapat ditentukan seberapa besar indeks keandalan
Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA. Adapun perhitungan nilai SAIDI,SAIFI, dan CAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu adalah sebagai berikut:
Indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan Sistem SCADA
Indeks nilai SAIFI bulan oktober 2011
SAIFI =
=
Jumlah Pelanggan Padam
=
26.523
Jumlah Pelanggan
29.345
= 0,903834 Kali Padam/Bulan oktober 2011
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat
ju
an
indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi
dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2011 – bulan September 2012, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.1 dibawah ini.
52
Tabel 4.1 Indeks nilai SAIFI Sebelum terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2011-September 2012)
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Jumlah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12
Bulan
Jumlah pelanggan (N)
Oktober
26.523
29.345
0,903834
Nopember
27.265
29.391
0,927665
Desember
25.567
29.391
0,869892
Januari
24.121
29.446
0,81916
Februari
25.434
29.446
0,863751
Maret
13.466
29.471
0,456924
April
25.845
29.502
0,876042
Mei
26.037
29.561
0,880789
Juni
16.660
29.613
0,562591
Juli
22.363
29.625
0,754869
Agustus
26.878
29.625
0,907274
September
13.207
29.629
0,445746
an
INDEKS TOTAL NILAI SAIFI SEBELUM SCADA
ju
SAIFI (Ci/N)
Pelanggan padam (Ci)
9,268537
Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIFI pada tabel 4.1 diatas maka
dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami 9,268537 kali padam/ tahun.
53
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA
Indeks nilai SAIFI bulan oktober 2012 SAIFI =
=
Jumlah Pelanggan Padam
=
10.830
Jumlah Pelanggan
29.629
= 0,36552 Kali Padam/Bulan oktober 2012
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat
indeks nilai SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi
dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2012 – bulan September 2013, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Indeks nilai SAIFI Sesudah terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2012-September 2013)
Jumlah
No
an
1
ju
2 3 4 5
Bulan
SAIFI (Ci/N)
Pelanggan padam (Ci)
Jumlah pelanggan (N)
Oktober
10.830
29.629
0,36552
Nopember
28.121
29.632
0,949008
Desember
18.509
29.632
0,624629
Januari
9.718
29.635
0,327923
Februari
9.048
29.640
0,305263
54
6
24.746
29.642
0,834829
April
11.800
29.693
0,3974
Mei
17.167
29.835
0,575398
Juni
10.417
29.895
0,348453
Juli
12.760
29.913
0,42657
Agustus
21.325
29.944
0,712163
September
12.189
30.009
0,406178
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
7
Maret
8 9
10 11 12
INDEKS TOTAL NILAI SAIFI SESUDAH SCADA
6,273334
Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIFI pada tabel 4.2 diatas maka
dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit
penyulang-penyulang prioritas sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami 6,273334 kali padam/tahun
Indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIDI bulan oktober 2011 SAIDI =
ju
an
=
. 26.523 . 1,03333 29.345
= 0,933961 Jam/ Bulan Oktober 2011
55
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2011 – bulan September 2012, seperti yang dilampirkan pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Indeks nilai SAIDI Sebelum terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2011-September 2012)
Jumlah
No
1 2 3 4 5 6 7 8
an
9
ju
10 11 12
Bulan
(Pelanggan padam) x (Durasi padam) (Ci . ti)
Jumlah pelanggan (N)
Oktober
27407,1
29.345
0,933961
Nopember
21357,58
29.391
0,726671
Desember
27697,58
29.391
0,942383
Januari
22914,95
29.446
0,778202
Februari
41118,3
29.446
1,396397
Maret
11894,97
29.471
0,403616
April
47382,5
29.502
1,606078
Mei
31678,35
29.561
1,071626
Juni
24157
29.613
0,815757
Juli
64107,27
29.625
2,163958
Agustus
25982,07
29.625
0,877032
September
19590,38
29.629
0,661189
INDEKS TOTAL NILAI SAIDI SEBELUM SCADA
SAIDI (Ci.ti/N)
12,37687
56
Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIDI pada tabel 4.3 diatas maka
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sebelum terintegrasi dengan sistem SCADA mengalami pemadaman selama 12,37687 jam/tahun
Indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA
Indeks nilai SAIDI bulan oktober 2012 .
SAIDI =
=
10.830 . 0,9 29.629
= 0,3289 Jam/ Bulan Oktober 2012
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat
indeks nilai SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sesudah terintegrasi
dengan sistem SCADA periode bulan Oktober 2012 – bulan September 2013,
ju
an
seperti yang dilampirkan pada tabel 4.4 dibawah ini.
No
1
Tabel 4.4 Indeks nilai SAIDI Sesudah terintegrasi sistem SCADA (Periode Oktober 2012-September 2013)
Jumlah Bulan
(Pelanggan padam) x (Durasi padam) (Ci . ti)
Jumlah pelanggan (N)
Oktober
9747
29.629
SAIDI (Ci.ti/N)
0,3289
57
2
15466,55
29.632
0,521954
Desember
49974,3
29.632
1,686497
Januari
13443,23333
29.635
0,453626
Februari
5881,2
29.640
0,198421
Maret
24333,56667
29.642
0,820915
April
15733,33333
29.693
0,529866
Mei
14305,83333
29.835
0,479498
Juni
5902,966667
29.895
0,197456
Juli
11058,66667
29.913
0,369694
Agustus
29855
29.944
0,997027
September
19705,55
30.009
0,65665
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
3
Nopember
4 5 6 7 8 9
10 11 12
INDEKS TOTAL NILAI SAIDI SESUDAH SCADA
7,240581
Berdasarkan perhitungan indeks nilai SAIDI pada tabel 4.4 diatas maka
dapat dilihat bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu yang diwakili 6 unit penyulang-penyulang prioritas sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA
ju
an
mengalami pemadaman selama 7,240581 jam/tahun
Indeks nilai CAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum dan sesudah terintegrasi dengan Sistem SCADA
CAIDI Sebelum SCADA = = `
,
,
= 1,335 jam/tahun
58
=
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
CAIDI Sesudah SCADA
=
, ,
= 1,154 jam/tahun
Tabel 4.5 perbandingan indeks nilai SAIDI,SAIFI dan CAIDI sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA SAIDI SAIFI CAIDI Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 12,376 7,240 9,268 kali 6,273 kali 1,335 1,154 jam/tahun jam/tahun padam/tahun padam/tahun jam/tahun jam/tahun
Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa Jaringan Distribusi Rayon Kota
Palu mengalami peningkatan indeks keandalan setelah terintegrasi dengan sistem SCADA, yakni sebesar:
Untuk indeks SAIDI
,
x 100% =
,
,
x 100 = 41,49 %
Untuk indeks SAIFI
ju
an
x 100% =
,
,
,
x 100 = 32,31 %
,
x 100 = 13,55 %
Untuk indeks CAIDI x 100% =
,
,
59
Tabel 4.6 Perbandingan indeks nilai SAIDI,SAIFI dan CAIDI setelah terintegrasi SCADA dengan standar PLN (Luar pulau jawa)
SAIFI
CAIDI SCADA Standar Palu PLN 1,154 0,57 jam/tahun jam/tahun
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
SAIDI SCADA Standar Palu PLN 7,240 4,7 jam/tahun jam/tahun
SCADA Standar Palu PLN 6,273 8,3 padam/tahun padam/tahun
14 12 10
8
SAIDI SAIFI
6
CAIDI
4 2 0
Sebelum SCADA
Setelah SCADA
Standar PLN
Gambar 4.1 Grafik perbandingan indeks keandalan Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sebelum dan setelah terintegrasi SCADA dan menurut Standar PLN
Namun jika dibandingkan dengan indeks SAIDI, SAIFI dan CAIDI yang
an
ditetapkan menurut standar PLN (luar pulau jawa), yakni untuk indeks SAIDI
ju
yaitu 4,2 jam padam per pelanggan dalam satu tahun dan indeks SAIFI yakni 8,3 kali padam per pelanggan dalam satu tahun sedangkan untuk indeks CAIDI yakni 0,57 jam per tahun, maka indeks nilai keluaran SAIDI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu belum mencapai target yang diharapkan, sedangkan untuk indeks nilai keluaran SAIFI Jaringan Distribusi Rayon Kota Palu sudah mencapai target dan
60
melampaui standar yang ditetapkan oleh PT.PLN (Persero) dan untuk indeks nilai
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
keluaran CAIDI masih dibawah standar yang ditetapkan oleh PT.PLN (Persero). Ada beberapa faktor yang menyebabkan indeks SAIDI Jaringan Distribusi
Rayon Kota Palu tidak mengalami peningkatan sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh PT.PLN (Persero) setelah terintegrasi dengan sistem SCADA antara lain yaitu, infrastruktur sistem SCADA yang terintegrasi dengan jaringan
distribusi rayon kota palu belum sepenuhnya memadai, dalam hal ini masih banyaknya LBS (load break switch) serta peralatan listrik lain pada jaringan
distribusi rayon kota palu yang dioperasikan secara manual/konvensional. Dimana pada jaringan distribusi tenaga listrik yang telah terintegrasi dengan sistem
SCADA seharusnya sebagian besar infrastruktur pendukung sudah bisa
dioperasikan secara remote control (kontrol jarak jauh). Selain faktor tersebut, pemeliharaan dan sterilisasi jaringan distribusi secara rutin terjadwal juga
mempunyai andil dalam membantu usaha peningkatan indeks keandalan jaringan
ju
an
distribusi area kota palu.
61
BAB V
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan mengenai Evalusai Penggunaan Sistem
SCADA pada Keandalan Jaringan Distribusi Area Kota Palu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu secara umum mengalami peningkatan indeks keandalan setelah terintegrasi dengan sistem SCADA
dengan parameter indeks SAIDI, SAIFI dan CAIDI. Adapun presentase
peningkatan keandalan Jaringan Distribusi Area Kota Palu berdasarkan hasil
perhitungan dan analisis, yaitu sebesar 41,49 % untuk indeks SAIDI , dan 32,31 % untuk indeks SAIFI, sedangkan untuk indeks CAIDI terjadi peningkatan sebesar 13,55 %.
2. Jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh PT. PLN (persero)
untuk indeks SAIDI, SAIFI dan CAIDI diluar pulau jawa, maka dapat dilihat bahwa indeks SAIDI Jaringan Distribusi Area Kota Palu masih dibawah
ju
an
standar yang ditetapkan, yakni dengan indeks nilai SAIDI sebesar 7,240
jam/tahun, sedangkan menurut standar PT. PLN (Persero) adalah 4,7 jam/tahun. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu tidak maksimalnya infrastruktur pendukung terintegrasinya sistem SCADA dengan Jaringan Distribusi Area Kota Palu, dalam hal ini adalah masih banyaknya peralatan-peralatan listrik yang ada pada main line (jalur utama) Jaringan 61
62
Distribusi Area Kota Palu, seperti Load Break Switch (LBS), Cut Out (CO),
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
dan Recloser yang masih beroperasi secara konvensional, yakni hanya ada satu unit Load Break Swicth (LBS) yang sudah beroperasi secara remote control oleh sistem SCADA, sedangkan Cut Out dan Recloser yang terpasang pada Jaringan Distribusi Area Kota Palu sepenuhnya masih beroperasi secara
konvensional. Selain itu juga, faktor pola jaringan distribusi di PT. PLN (Persero) Area Kota Palu juga berperan dalam membantu memaksimalkan peningkatan indeks keandalan jaringan distribusi setelah terintegrasi dengan
sistem SCADA, yakni dengan pola jaringan spindel yang diterapkan pada Jaringan Distribusi Area Kota Palu, mempunyai tingkat keandalan yang lebih rentan terhadap gangguan jika dibandingkan dengan pola jaringan distribusi
yang sudah saling terinterkoneksi, dan hal ini berdampak pada indeks SAIDI Jaringan Distribusi Area Kota Palu. Faktor lain yang juga mempunyai peran dalam memaksimalkan indeks keandalan jaringan distribusi area kota palu
adalah maintenance (pemeliharaan) jaringan distribusi secara rutin terjadwal
ju
an
setiap bulannya.
63
5.2. Saran
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
Diharapkan kedepannya penelitian mengenai Evaluasi Keandalan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Area Kota Palu yang terintegrasi dengan sistem SCADA
lebih memperhatikan tentang infrastruktur pendukung dari sistem SCADA itu
sendiri, dimana untuk saat ini Sistem Distribusi Kelistrikan Kota Palu belum
sepenuhnya terintegrasi dengan sistem SCADA atau dalam hal ini masih semi SCADA. Dengan kondisi sistem SCADA seperti ini maka peningkatan indeks
keandalan Jaringan Distribusi Area Kota Palu tidaklah maksimal. Untuk itu kedepannya, faktor ini diharapkan bisa dijadikan pokok permasalahan dalam
ju
an
penelitian-penelitian mengenai Keandalan Jaringan Distribusi Area Kota Palu.
64
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, R. C. 2013. Seminar Aplikasi SCADA pada Kelistrikan, Teknik Elektro Universitas Tadulako, Palu.
Fardiana, D. 2003. Sistem SCADA Pada Operasi Jaringan Spindle PT.PLN (persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang, Universitas Gunadarma, Jakarta. Hartati, R. S. 2007. Penentuan Angka Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Universitas Udayana, Denpasar
Marsudi, D. 2006. Operasi Sistem Tanaga Listrik, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Momoh, A. J. 2008. Electric Power Distribution, Automation, Protection, and Control. CRC Press Taylor and Francis Group Boca Raton, London.
Nurmalitasari, W. 2011. Analisis dampak pemasangan SCADA terhadap penyelamatan energi dan kualitas pelayanan di jaringan distribusi PT.PLN (persero) APJ Yogyakarta, Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pabla, A.S. 2007. Electric Power Distribution Fifth Editor. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi
Pirade, Y.S. 2009. Studi Keandalan Kelistrikan Kota Palu 2007 berdasarkan System Average Interruption Duration Index (SAIDI) dan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI). Teknik Elektro Universitas Tadulako, Palu.
ju
an
Pulungan, A.B. 2012. Keandalan Jaringan Tegangan Menengah 20 KV di Wilayah Area Pelayanan Jaringan (APJ) Padang PT.PLN (Persero) Cabang Padang. Teknik Elektro, Universitas Negeri Padang.
Sarjan, M. 2013. Presentasi Gardu Induk Talise Palu. Asosiasi Profesionalis Elektrikal-Mekanikal Indonesia, Palu. Siregar, D. 2011. Studi Pemanfaatan Distributed Generation (DG) Pada Jaringan Distribusi. Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara, Medan.
65
SPLN No.59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV, Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.
el HA ek K tro C 08 ze IPT 53 ro A 41 eig [K 89 ht . J 47 @f U 32 ac LIA eb N oo TO k. ] co m
SPLN S6.001. 2008. Perencanaan dan Pembangunan Sistem SCADA , Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta.
ju
an
Wicaksono, H. P. 2012. Analisa Keandalan Sistem Distribusi PT.PLN (Persero) Wilayah Kudus Pada Feeder KDS 2, KDS 4, KDS 8, PTI 3 dan PTI 5. Menggunakan metode Section Technique dan Running Keandalan Software ETAP, Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
View more...
Comments