Etika Kristen UKI Press
March 29, 2019 | Author: darsonmanullang | Category: N/A
Short Description
pdf...
Description
BAB I KONSEP DIRI
A. SIAPAKAH AKU? Seseorang yang hanya melihat keluar dan tidak mencermati diri sendiri, tidak akan pernah menjadi seorang manusia yang manusiawi dan berkarakter agung. Introspeksi (koreksi) diri dan pengenalan diri merupakan salah satu tugas penting di dalam membentuk kehidupan, sebab pengenalan terhadap diri sendiri merupakan prinsip kemanusiaan yang penting dan mendasar. Hal ini diujarkan oleh seorang filsuf besar dari Yunani bernama Sokrates kurang lebih 4 abad SM, pernyataannya: “Ketahuilah “Ketahuilah dirimu, karena disitulah permulaan pengetahuan. ” Makna Makna pernyataan tersebut sangat mendalam bagi manusia dan kehidupannya, apa gunanya mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak mengetahui diri sendiri. Pengetahuan bukan di luar, tetapi pengetahuan dimulai dari pengenalan tentang diri sendiri. Maka untuk mengetahui, harus dimulai dari pengenalan akan diri sendiri.1 Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang untuk melihat k ekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan respon yang tepat terhadap tuntutan yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya. Pengenalan diri adalah langkah awal yang diperlukan seorang manusia untuk dapat menjalankan kehidupan ini secara efektif, berdaya guna, dan bermakna. Dengan demikian sejauh apa anda mengenal diri anda sejauh itulah anda memperlakukan diri anda dan lingkungan dimana anda berada. Dalam situasi kehidupan sehari-hari sering ditemui orang yang terlalu percaya diri hasilnya adalah menjadi manusia sombong, sulit menghargai orang lain, dan egosentris; atau terlalu rendah menilai dirinya sehingga menjadi manusia minder, kehilangan identitas diri, sulit menghargai dirinya sendiri, bahkan hanya bisa mengasihani diri. Disisi lain, ada juga yang lebih mampu melihat kesalahan-kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya, hasilnya menjadi kritikus yang destruktif. Hidupnya hanyalah berpikir bahwa keadaan buruk yang terjadi pada dirinya merupakan akibat dari kesalahan orang lain, sementara dirinya selalu benar. Seperti yang dinyatakan oleh pepatah pepatah kuno bahwa: “Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak.” Mengapa terjadi demikian? Hal tersebut terbentuk dari cara manusia mengenal dirinya yang sering disebut konsep diri. Pemahaman terhadap konsep diri akan menghantarkan manusia menjawab pertanyaannya sendiri mengenai “Siapakah Aku?” 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif (pengetahuan) dari diri sosial secara keseluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana seorang manusia memahami perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Hal ini merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan individu tentang dirinya sendiri. 2 Lebih jelas lagi Calhoun dan Acocella menuliskan bahwa konsep diri adalah pandangan manusia tentang diri sendiri, yang meliputi dimensi: pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik secara fisik, psikis, sosial, intelektual, moral, maupun spiritual. Pandangan ini diperoleh manusia dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. 3 Pada dasarnya, konsep diri bukan merupakan faktor hereditas (bawaan/keturunan), tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman manusia secara individu berhubungan dengan orang lain, sebab persepsi (cara pandang) seseorang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya, melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Jadi konsep diri adalah cara 1
Albret Denise & Peterfreund Albert, Great Tradition in Ethics, Ethics , (New York: D.VanNostrand Company, 1980), p.v-vi. Elizabeth B. Hurlock, Personality Development , (New York: McGraw-Hill Book Company, 1974), p. 24. 3 J.F. Colhoun & J.R. Acocella, Psychology of Adjustment and Human R elationship, elationship , (New York: McGraw-Hill Book Company, 1990), p. 65. 2
1
bagaimana seseorang menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini dan dilakukan dalam seluruh segi hidupnya. Konsep diri mempunyai arti yang lebih mendalam dari sekadar gambaran deskriptif. Konsep diri adalah aspek yang penting dari fungsi-fungsi manusia karena sebenarnya manusia sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa baik seorang manusia merasa tentang dirinya, seberapa efektif fungsi-fungsinya atau seberapa besar pengaruh dirinya terhadap orang lain. Inilah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap dirinya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran, pandangan atau penilaian seseorang tentang dirinya sendiri yang mencakup enam segi kehidupan, yaitu fisik, psikis, sosial, intelektual, moral, dan spiritual yang didapat dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan mengetahui dan memahami konsep diri, seseorang dapat belajar dengan baik, bergaul dengan ligkungannya, penuh persahabatan dan ditunjang oleh lingkungan fisik maupun non fisik. Orang tersebut akan memiliki konsep diri yang benar, sehingga dapat melaksanakan fungsi dan tugas dirinya ditengah-tengah lingkungannya secara baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu konsep diri manusia dapat dipelajari dan dikembangkan sebagai suatu makna dan aksi sehingga menghasilkan aksi yang bermakna. Makna Konsep Diri Konsep diri merupakan faktor penting dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep dirinya. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Makna konsep diri dibahas secara ontologi (hakikat) keberadaan manusia, yang dibatasi pada dua bagian, yaitu: 1) Makna konsep diri menurut menurut perspektif perspektif umum Seorang manusia pada usia sebelum 30 tahun belum mempunyai arti apaapa, dikarenakan individu dengan usia di bawah 30 tahun belum melewati tahap perkembangan psikis yang signifikan (penting/berarti) dan belum dapat mengintegrasikan (menyatukan) tiga aspek kehidupan dalam dirinya, yaitu aku dan diriku, aku dan lingkunganku, serta aku dan impianku. 4 Tiga aspek tersebut menjadi makna konsep diri menurut perspektif umum. a. Aku diri: Aku yang seperti aku pahami Pada bagian ini individu mempersepsi dirinya sesuai kehendaknya sendiri, sebab setiap individu memiliki pemahaman tentang dirinya berdasarkan siapa dan apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang ditentukan oleh diri manusia tersebut. Ada pemahaman yang terbentuk secara tidak sadar, tetapi setiap individu mengetahui bahwa ia seperti yang ia pahami. b. Aku sosial: Aku seperti yang dipahami oleh orang lain yang ada di sekitar aku Cara orang lain memahami diri seseorang turut mempengaruhi orang tersebut. Sikap atau respon terhadap sesuatu selalu dipengaruhi komentar orang-orang di sekelilingnya. Perlakuan seperti ini akan mempengaruhi pola perkembangan orang tersebut dan secara perlahan-lahan akan membentuk persepsi individu tentang dirinya. c. Aku ideal: Aku yang aku inginkan Ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya. Hal ini dilandasi pada pola pikir yang digabungkan dengan harapan atau keinginan sebagai suatu impian. Komulasi dari ketiga makna konsep diri inilah yang membentuk cara seseorang mengenal dan memahami dirinya. Ada orang yang kuat ‘aku diri’ atau kuat 2.
4
Makna konsep diri ini dilandaskan kepada sosiologi filsafati (ilmu sosial yang berlandaskan pada pengkajian filsafat). Jenny Teichman, Etika Sosial , (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 15. Band. J.F. Colhoun & J.R. Acocella, Op.Cit ., ., p. 67-72.
2
‘aku sosial’ namun di sisi lain ada juga orang yang kuat ‘aku ideal.’ Kadang -kadang seseorang memiliki sifat yang terlalu ideal karena tidak mendasari aku idealnya dengan aku dirinya, atau karena tidak mengetahui subjek apa yang ada dalam aku diri ini untuk dikembangkan menjadi aku ideal. Ada juga orang yang hanya memiliki aku diri tanpa memiliki aku ideal, contoh: “Saya adalah saya, ya begini saja..., saya hanya ingin jadi orang biasa-biasa biasa-biasa saja.” Akhirnya saja.” Akhirnya jadilah jadilah ia orang orang yang biasa-biasa biasa-biasa saja. 5 Jika tidak berhati-hati terhadap ketiga hal tersebut, maka manusia bisa salah mengenali orang lain begitu sebaliknya. Jadi menurut pandangan umum pemahaman dan pemaknaan konsep diri merupakan proses yang fluktuatif (kurang mantap/turunnaik) dan berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi jaman. Oleh karena itu pengenalan diri seseorang tidak terjadi secara sekaligus tetapi perlahan-lahan, maka dalam proses yang bertahap itu dibutuhkan kesadaran intelektual yang berkesinambungan dan proses analisis (penyelidikan) (penyelidikan) diri yang terus berlanjut. 2) Makna konsep diri menurut menurut perspektif perspektif Kristen Berdasarkan pandangan Kristen makna dan pemaknaan mengenai konsep diri memiliki pengertian yang lebih mendalam dibandingkan dengan kajian apapun di dalam sejarah. Seseorang tidak mungkin mengenal diri, kecuali orang tersebut mengenal Allah terlebih dahulu. Pernyataan iman Kristen dalam Amsal 1:7 tertuliskan: “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” didikan.” Mengenal dan menghormati Allah menghormati Allah merupakan titik awal dari hikmat, bijaksana yang tertinggi. Baru dari situlah ada bijaksana untuk manusia dapat mengenal dirinya. Kalau tidak tahu Tuhan, tidak tahu diri; kalau tidak takut Tuhan, tidak ada bijaksana, yang mengakibatkan manusia salah bahkan tidak akan pernah mengenal dirinya sendiri apalagi sesamanya dan alam ciptaan lainnya. 6 Melalui anugerah Tuhan yang mewahyukan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan manusia, maka ketika mengenal Tuhan, manusia menemukan pengertian mengenai siapakah aku berdasarkan maksud dan tujuan Sang Pencipta bagi dirinya. Maka berdasarkan landasan berpikir teosentris makna konsep diri manusia menurut iman Kristen 7 adalah sebagai berikut: a. Manusia adalah hasil ciptaan Allah Ciptaan yang unik Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang belum pernah ada dan Ia belum pernah membentuk suatu makhluk lain seperti manusia dalam susunan alam semesta ini. Manusia merupakan satu-satunya ciptaan yang berbeda dengan ciptaan lainnya. Inilah keunikan manusia, yaitu makhluk ciptaan yang khususuntuk maksud yang khusus. Maka manusia berkebudayaan, bersejarah, berlinguistik, berbicara, berpikir, berasa, dan berkarsa. Allah menaruh potensi dalam diri manusia yang tidak ada pada binatang atau ciptaan lainnya dan membuat manusia unik dari semua ciptaan-Nya. Ciptaan yang terakhir The final creation of God is existence of man . Manusia diciptakan pada urutan terakhir dalam proses penciptaan. Bila dilihat dari urutan, yang terakhir itu biasanya yang paling kecil dan paling tidak penting. Tetapi dalam hal ini terbalik. Manusia sebagai ciptaan dalam urutan terakhir itu paling penting. Karena manusia diciptakan dengan tujuan berkuasa (mengelola/mengatur) dan menikmati segala sesuatu yang telah diciptakan sebelumnya. Segala sesuatu telah selesai tercipta barulah manusia tiba untuk menikmati semuanya itu. Berarti manusia diciptakan lebih tinggi daripada dunia materi. Itu sebabnya manusia harus berjuang dalam kasih karunia Allah untuk menemukan
5
Lihat J.F. Colhoun & J.R. Acocella, Op.Cit., Op.Cit., p. 75. Band. Albret Denise &Peterfreund Albert, Op.Cit ., ., p. x. Mary Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen: Hikmat Guru & Ayah Bunda , (Surabaya: Momentum, 2010), hlm. 102. 7 Stephen Tong, Peta Tong, Peta Dan Teladan Allah: Potensi dan Krisis Sifat Manusia , (Surabaya: Momentum, 2009), hlm. 1-24. Band. J.L.Ch. Abineno, Manusia Abineno, Manusia Dan Sesamanya Di Dalam Dunia, Dunia , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 35-47. 6
3
kehormatan (dignity ) sebagai makhluk yang diciptakan dalam urutan terakhir karya penciptaan Allah. b. Manusia adalah gambar dan rupa Allah Dalam Kejadian 1:26-27 dinyatakan secara jelas bahwa konsep diri manusia berlandaskan gambar dan rupa Allah. Secara terminologi gambar dan rupa Allah mengacu juga kepada kata peta dan teladan Allah. Artinya Allah menganugerahkan kuasa dan kemampuan sebagai representatif (perwakilan) Allah untuk mengusahakan dan mengelola alam ciptaan-Nya sepanjang sejarah manusia. Lebih dalam lagi, terdapat empat cakupan makna konsep diri manusia sebagai gambar dan rupa Allah, yaitu: Allah adalah Sumber Keberadaan manusia di dalam susunan alam semesta bersumber dari Allah. Hanya ada satu Sumber bagi manusia sepenjang sejarahnya yaitu Allah. Dapat dikata manusia mempunyai satu induk atau satu asal yaitu Allah. Kehormatan manusia berpusat pada Allah, sebab Allah menaruh gambar dan rupa-Nya dalam manusia. Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa. Maka manusia tidak seharusnya berpusat pada diri sendiri atau kekuatan sendiri, tetapi berorientasi hanya kepada Allah dan mengandalkan-Nya. Allah adalah tujuan hidup manusia Gambar dan rupa Allah dalam manusia mengacu kepada makna ‘seperti Tuhanku,’ berarti Ia bukan hanya Sumber tetapi juga Tujuan manusia. God is the starting point and God is the ending point. God is our Source and God is our Telos. Allah itu titik permulaan dan titik akhir manusia. Allah itu Sumber manusia dan Ia adalah Tujuan manusia.Sehingga dari awal manusia berasal dari Dia dan berlangsung proses hidup untuk menyenangkan hati Tuhan. No matter what are you doing to do, you should glorify God. Whatever you want to do, glorify God . Manusia harus memuliakan Allah dalam seluruh aspek hidupnya. Contoh: Saya melakukan itu diperbolehkan Allah atau tidak? Saya mengerjakan ini mempermuliakan Allah atau tidak? Sebab kehormatan manusia terletak juga pada perlakuan manusia dalam memuliakan Allah. Manusia harus meneladani Allah sendiri Pada bagian ini, makna konsep diri manusia adalah mengikuti teladan Allah atau menjadikan Allah sebagai pusat dan gaya hidupnya. Untuk memungkinkan terjadinya hal ini, Allah mendagingkan diri-Nya datang ke dalam dunia menjadi teladan yang sempurna, Dialah Yesus Kristus. Dalam Matius 11:28-29 dengan jelas dan tegas Yesus berkata: “Ikutlah Aku, pikullah kuk dan belajarlah dari -Ku dan terimalah teladan-Ku.” Manusia diminta untuk mengikuti peta d an teladan Allah yang mewujudkan diri-Nya dalam rupa manusia. Di dalam Yesus Kristus manusia melihat: kesempurnaan yang utuh, sukacita yang sungguh berkemenangan, ketabahan menghadapi segala macam kesulitan dan penganiayaan. Yesus Kristus tetap tekun menggenapi tujuan keberadaan-Nya di dunia dengan tidak mengeluarkan kalimat yang mencela atau mencaci maki. Di dalam Yesus Kristus manusia melihat kerendahan hati yang murni dan tulus. Konsep diri manusia bertumpu pada Yesus Kristus, sebab di dalam Dia manusia melihat segala yang paling tinggi mutunya, yang disebut moral, kesucian, kasih, serta segala sesuatu yang mulia. Jadi hanya di dalam Yesus Kristus teladan Allah manusia terima secara sempurna, sehingga manusia tersebut menjadi contoh atau teladan bagi sesamanya. Yesus Kristus menjadi standar hidup konsep diri manusia. Manusia seperti Allah tetapi bukan Allah Gambar dan rupa Allah menyatakan bahwa manusia wakil Allah, tetapi manusia bukanlah Allah. Maka konsep diri yang benar adalah saat manusia mewakili Allah atau menyatakan kasih, keadilan, dan kekudusan Allah dalam setiap tingkah lakunya. Sebagai pemegang gambar Allah ( God’s image bearer ), manusia diciptakan dengan kemampuan untuk kreatif. Tentu saja, kreativitas
4
3.
manusia sepatutnya digunakan untuk mengabdikan diri kepada sesamanya bagi kemuliaan Tuhan. Sementara konsep diri yang salah saat manusia mengganti posisi Allah dan berperan atau menganggap diri sebagai Allah dengan cara tidak bersedia tunduk pada otoritas Allah dan tidak mau berdisiplin dan hidup tertib sebagaimana diatur oleh firman Allah, sehingga hidup hanya mengikuti kehendaknya sendiri atau keinginan hatinya. Pola Konsep Diri 8 1) Konsep diri yang salah Orang yang memiliki konsep diri yang salah menunjukkan karakteristik sebagai berikut: a. Negatif terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri. Sebaliknya, mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain. b. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan. c. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subjektif bahwa setiap orang disekitarnya memandang dirinya dengan negatif. d. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang lain. Dasar konsep diri yang salah terbentuk dari dua hal: Antroposentris, yaitu manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, dimana manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya. Egosentris, yaitu cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri, memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri. 2) Konsep diri yang benar a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. b. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar, bekerja sepanjang hidup, dan karunia pemberian Tuhan. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain. Ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain. c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan citra diri yang bersahaja, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai pribadi dan perasaan orang lain. e. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna bagi lingkungannya. Dasar konsep diri yang benar adalah: Teosentris, yaitu menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada otoritas Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.
8
W.D. Brooks& Philip Emmert, Interpersonal Community, (Iowa: Brow Company Publisher, 1976), p. 103-106, Band. FritzRidenour, How To Be A Christian Without Being Religious, (Yogyakarta: Gloria Graffa, 2008), hlm. 122-130.
5
Penerimaan diri sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia dan terhormat. Kualitas ini lebih mengarah kepada kerendahan hati dan pengabdian diri. Setelah seseorang mengenal dasar keberadaan dirinya dan pribadi agung yang berada di balik semua keberadaan dirinya, orang tersebut akan menyadari kesiapaan dirinya. Hal itu bukan akhir dari apa yang akan dilakukan dalam hidup ini. Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab pertanyaan “Siapa saya?” Maka pertanyaan selanjutnya adalah “Saya ingin menjadi siapa?” Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran yang dimainkan, namun dapat dicermati dalam salah satu aspek peran manusia yaitu sebagai manusia pembelajar.
B. HAKIKAT MANUSIA PEMBELAJAR Nilai terbesar di dalam kebudayaan manusia adalah manusia itu sendiri. Potensi terbesar di dalam sejarah manusia adalah manusia itu sendiri. Bahaya terbesar di dalam masyarakat adalah manusia itu sendiri. Masalah terbesar di dalam hidup manusia juga adalah manusia itu sendiri. Manusialah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan memiliki rasio, kehendak bebas, moral, dan hati nurani. Inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk pembelajar ( man of learner ). Mengenai manusia dan kehidupannya, Harefa menuliskan: “Tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi manusia pembelajar. Sedangkan pembelajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya adalah belajar menjadikan dirinya semanusiawi mungkin.” 9 Mengacu kepada pemahaman inilah, maka manusia pembelajar adalah setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni: Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial (keberadaan manusia) seperti: Siapakah aku ini? Dari mana aku datang? Kemanakah aku akan pergi? Apa yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini? dan Kepada siapa aku harus percaya? Kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya serta mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya untuk berdaya guna bagi lingkungannya termasuk bangsa dan negara. Seorang manusia pembelajar tidak pernah fanatik atau berdendam. Ia tidak akan mengejar pengukuhan diri oleh orang lain. Ia berani berpendirian dan tidak takut mengaku salah atau keliru kalau memang demikian. Ia tidak pernah khawatir kehilangan gengsi atau wibawa. Berkat pendidikan dan pengalamannya menjadi seorang yang terbuka kepada seluruh kenyataan. Ia mampu dan sanggup bergaul dengan golongan manapun, bebas, hormat kepada orang berkedudukan tinggi dan tidak kurang hormat kepada orang biasa. Ia tidak merasa rendah diri terhadap orang lain, sebaliknya bersyukur karena telah menjadi pribadi dewasa.Untuk itu, manusia muda (mahasiswa) wajib dengan kerelaan dibentuk menjadi manusia pembelajar yang dewasa dan terampil; meskipun tidak perlu semua orang menjadi ahli, tetapi mutlak perlu semua orang menjadi dewasa. Pembelajaran merupakan jembatan penghubung antara teori ( knowledge) dan praktik (skill ). Pembelajaran menghantarkan seorang pembelajar menjadi manusia dewasa dan mandiri. Pembelajaran memungkinkan seorang pembelajar berubah dari tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak berdaya menjadi sumber daya. Tanpa pembelajaran semua itu tidak mungkin. Menjadi manusia pembelajar sangatlah penting, sebab manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang dibekali kemampuan untuk belajar tentang (pengajaran) agar ia dapat belajar menjadi (pembelajaran) dengan cara belajar (berlatih). 10 Jelaslah bahwa konsep diri manusia pembelajar berlaku penuh bagi mereka yang telah berhasil menyaturagakan pembentukan intelektualitas dan spiritualitas dengan kehidupan yang menghasilkan karakter mulia. Dengan memiliki karakter mulia dalam kehidupannya melalui pembelajaran ilmu pengetahuan dan kerohanian, disitulah letak kebermaknaan hidup manusia, sebab manusia tersebut memancarkan (bertanggung jawab menjalankan dan menyatakan)
9
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar , (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2006), hlm. 20. Ibid., hlm. 25-26, 36. Band. J. Drost, Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Sampai Manajemen Berbasis Sekolah , (Jakarta: Kompas, 2005), hlm. 5. Band. Mary Setiawani dan Stephen Tong, Op.Cit., hlm. 105-107. 10
6
kemuliaan Sang Pencipta bagi dirinya, sesamanya (lingkungan pembelajaran), dan masa depannya. C. ANTARA AKU, KAMPUSKU, DAN MASA DEPANKU Suatu kesenangan tersendiri ketika mendengar kata mahasiswa atau disapa sebagai mahasiswa. Dengan semangat yang berkobar memasuki perguruan tinggi (kampus) disertai rasa optimis, berharap dalam tiga atau empat tahun mendatang akan berhasil menyelesaikan studi dan menyandang gelar sarjana. Bagi mahasiswa baru sebagai manusia pembelajar, kampus merupakan dunia baru. Dikatakan baru karena kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan suasana belajar yang dialami sewaktu SMA. Disamping itu, mahasiswa dihadapkan pada pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan disiplin ilmu tertentu baik secara teoritis maupun aplikasi dengan pola pembelajaran yang berbeda-beda. Kehidupan kampus hanyalah suatu tahap transisi untuk mempersiapkan tanggung jawab dan tantangan karir seumur hidup. Namun jika salah menyikapi tahap transisi ini, maka pribadi tersebut siap untuk memasuki dunia karir tanpa perbekalan ilmu pengetahuan yang cukup, apalagi kompetensi (kemampuan dan keterampilan) pribadi. Maka dengan sendirinya pribadi tersebut akan tergeser dari kemajuan peradaban dan akan tersesat dalam rimba persaingan kreativitas hidup. Hasilnya adalah keterhilangan dalam menjawab panggilan Tuhan untuk mengelola alam semesta secara bijaksana dan bajik.11 Untuk itu, pada bagian ini ada beberapa hal yang mendasar yang disampaikan sebagai suatu acuan berpikir etis Kristen. 1. Tujuan Berkuliah Mengetahui alasan dan tujuan berkuliah, merupakan salah satu hal yang prinsip bagi setiap mahasiswa. Jika tidak, kemungkinan mahasiswa tersebut belum memiliki arah atau tujuan yang jelas. Tanpa tujuan, manusia tidak akan memiliki passion (gairah) untuk menjalani suatu aktifitas (dalam hal ini kuliah) dan hasilnya tentu tidak akan maksimal. Tujuan kuliah adalah bukan semata-mata memburu ijasah atau gelar akademik, bukan pula ingin menyenangkan orang tua atau keluarga, bahkan bukan untuk meningkatkan prestise (wibawa) dan gengsi. Tujuan berkuliah yang benar perlu didasarkan pada penghormatan kepada Sang Pencipta melalui upaya pribadi secara sadar untuk menjalankan, mengerjakan, dan mengembangkan potensi sebagai ciptaan Tuhan yang mulia supaya dapat mengelola alam semesta dengan tepat dan benar.Kemudian diabdikan bagi kemanusiaan, kerakyatan dan peradaban yang bersifat menyeluruh. 12 Berkenaan dengan uraian di atas, maka tujuan akhir dari berkuliah adalah menghasilkan hidup sebagai manusia pembelajar yang berintegritas dan berkepribadian. Integritas dan kepribadian tumbuh ketika mahasiswa mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas setiap mata kuliah dengan bersungguh-sungguh. Mahasiswa mampu mengembangkan materi daripada sekadar menerima materi, mampu bersikap terbuka, berpikir dan berperilaku demokratis, berpandangan luas, mengembangkan kreativitas dan inisiatif. Mahasiswa mampu peka dan tanggap terhadap permasalahan hidup masyarakat dan menyadari bahwa menjadi mahasiswa merupakan kesempatan yang sangat berharga dan tidak dapat dirasakan oleh semua orang. 2. Tugas dan Tanggung Jawab Mahasiswa Pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademis dan non-akademis yang berbeda. Mahasiswa memperoleh kebebasan untuk menetapkan target sendiri dalam belajar, menentukan kapan akan lulus, mata kuliah yang akan diambil, dan waktu belajar. Selain itu, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan kemahasiswaan yang akan diikuti. Namun ia juga dituntut untuk bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya kepada dosen yang berperan sebagai fasilitator. Pada sisi non-akademis, mahasiswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan rekan-rekan yang heterogen dalam usia, minat, kebutuhan, dll. 11
Kim Hong Hazra, Menjadi Berkat di Kampus: Seri Pegangan Praktis Mahasiswa Kristen, (Jakarta: PerkantasDivisi Literatur, 2002), hlm. 7. Band. J.L.Ch. Abineno, Op.Cit ., hlm. 23-24. 12 Lihat Fritz Ridenour, Op.Cit ., hlm. 134-135. Band. Tunggul Sirait, “Implementasi Visi d an Misi Pendidikan dalam Masyarakat Majemuk dan Perkembangan Teknologi” dalam Weinata Sairin (Peny.) Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 119. Band. Andrias Harefa, Op.Cit., hlm. 24, 29.
7
Kampus (perguruan tinggi) adalah tempat dimana sejumlah orang dari latar belakang (suku bangsa, status sosial ekonomi, dll.) yang berbeda bertemu dan berinteraksi. Dalam rangka berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mahasiswa baru dimotivasi untuk menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang ditemuinya tersebut agar tidak merasa terisolasikan atau terpinggirkan. Selain itu, dengan sistem pendidikan yang menerapkan pendekatan yang berpusat pada mahasiswa ( student centered learning ), mahasiswa juga diharapkan mampu bekerjasama dengan rekan-rekannya agar dapat berkolaborasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Di perguruan tinggi, teman tidak diperlakukan sebagai saingan, namun sebagai mitra dan salah satu sumber pembelajaran.Selain mampu bekerjasama, mahasiswa diharapkan mampu belajar secara mandiri. Hal ini dimulai dari merencanakan (menentukan tujuan, target, strategi dan waktu) belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai menjalankan rencana tersebut secara teratur. Mahasiswa juga diharapkan mampu bertahan mengerjakan tugas dan mengatasi hambatan yang ditemui tanpa mengandalkan bimbingan dan dukungan dari pihak lain secara berlebihan. Sebab tidak selamanya ada dosen dan teman-teman yang mendampingi. Dalam perkuliahan terdapat batas waktu yang harus dipenuhi agar nantinya mahasiswa tersebut dapat meraih kesarjanaannya tepat waktu. Salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil adalah yang memiliki kemampuan manajerial waktu yang baik dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya. Maka mahasiswa perlu belajar membedakan antara hal yang penting dan hal yang mendesak berdasarkan derajat kepentingan (penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak, tidak penting dan tidak mendesak). Membuat perencanaan bagi langkah-langkah mencapai target (menemu-kenali konflik dan krisis yang potensial serta meminimalisir tugas-tugas yang mendesak). Menjadwalkan kembali tugas-tugas yang akan diselesaikan dan mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu sendiri. Hal yang tak kalah penting adalah disiplin sebagai salah satu syarat mutlak untuk dapat mencintai dan menghargai orang lain. 13 3. Nilai-nilai Hidup Mahasiswa di Kampus Kristen Dari seluruh penjelasan pada bagian pertama ini, dapat direfleksikan (digambarkan) dalam nilai etik mahasiswa sebagai manusia muda yang sementara berproses menjadi manusia pembelajar di kampus Kristen. Nilai-nilai hidup atau nilai etik tersebut terumuskan dalam tujuh kebiasaan efektif yang wajib dilaksanakan, yaitu: Kebiasaan pertama, “memulai dengan tujuan akhir .” Mahasiswa memikirkan, membuat dan memperjelas v i s i dan tujuannya saat berkuliah bertumpu pada Allah sebagai tujuan hidupnya (berkarya bagi Allah). Kebiasaan kedua: “ jadilah proaktif.” Para mahasiswa diajarkan untuk bertanggung jawab atas masa depan mereka. Inilah hal mendasar yang seringkali sulit untuk dikerjakan. Dengan kebiasaan ini, mahasiswa baru tidak akan mengeluh dan tidak akan mudah menyerah ketika menghadapi dinamika perkuliahan yang sesungguhnya.Dampak dari kebiasaan yang pertama ini adalah menciptakan inisiatif, karena keadaan tidak bisa dipilih, maka mahasiswa dituntut untuk pandai menentukan keputusan. Kebiasaan ketiga, “dahulukan yang utama.” Mahasiswa belajar cara mengatur waktu dan diajak untuk menentukan prioritas. 14 Kebiasaan keempat, “berpikir menang-menang.” Mahasiswa baru belajar untuk selalu berpikir menang-menang ketika berhubungan dengan orang lain. Untuk dapat berpikir menangmenang, mahasiswa diajak untuk mendengarkan dan memahami orang lain terlebih dahulu, baru kemudian meminta untuk dipahami. Kebiasaan kelima, “berusaha menger ti terlebih dahulu baru dimengerti.” Kebiasaan ini berkaitan dengan kebiasaan keempat, mahasiswa belajar untuk memahami orang lain, baru meminta orang lain untuk memahami dirinya.
13
Lihat Kim Hong Hazra, Op.Cit., hlm. 8-15. Band. J. Drost, Op.Cit .,hlm. 26-27 Poin pertama sampai dengan ketiga adalah kebiasaan yang dapat menciptakan kemandirian dalam diri setiap mahasiswa baru. Sebab setelah mahasiswa baru dapat mandiri, maka kemudian akan terbentuk visi yang kuat ketika memulai masa kuliahnya. Kebiasaan ini adalah 3 in 1. Jika sudah dijalankan, maka tidak akan ada hal yang dapat menghentikan mahasiswa baru untuk terus kuliah. 14
8
Kebiasaan keenam, “sinergi.” Mahasiswa baru belajar untuk meningkatkan dan menumbuhkan kerjasama. Selain itu, sadar akan kewajibannya untuk menghargai perbedaan dengan menyatukan visi. 15 Kebiasaan ketujuh, “sadar akan pentingnya pengembangan diri .” Mahasiswa baru belajar sadar akan pentingnya pengembangan diri, menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan kehidupan kampus dan situasi perkuliahan. Kebiasaan ini sangat penting dan terkait dengan empat dimensi kehidupan yang harus terus diasah, yaitu, kecakapan intelektual, kecakapan fisik, sosial emosional dan kecakapan spiritual yang harus terus dipelihara secara berkesinambungan. Tujuh kebiasaan yang efektif ini turut membantu mahasiswa baru mewujudkan dirinya sebagai manusia muda yang memiliki integritas, prestasi dan kemitraan. Dengan demikian, setiap mahasiswa baru akan siap menghadapi dunia kampus sebagai mahasiswa dengan segala aktivitas dan suka dukanya. Diimbangi dengan pembentukan karakter sebagai calon pemimpin yang cerdas (intellectual leader ) bagi masa depan yang cerah, penuh damai sejahtera, bermakna, dan bernilai kekal bagi sesama dalam rancangan Sang Empunya Hidup. “Live in the moment and make it so beautiful that it will be worth remembering; it’s the meaningful of life” (Fanny Crosby)
15
Tujuan dari kebiasaan keempat sampai dengan keenam adalah agar orang lain mau mengerti tentang apa yang akan kita sampaikan. Tapi untuk itu kita harus mengerti dan menampung aspirasi orang lain terlebih dahulu. Tanpa memahami, kita akan makin sulit dipahami. Itulah rahasia kepemimpinan, menyampaikan pendapat dengan cara yang tepat.
9
BAB II ETIKA KRISTEN
Kita semua adalah “ahli” etika. Mengapa? Karena setiap hari dalam kehidupan ini kita diperhadapkan dengan masalah dimana kita diharuskan mengambil kebutusan dan bagaimana seharusnya kita hidup. Saat kita melakukannya, kita sadar bahwa banyak pilihan yang telah kita buat sebenarnya tanpa makna. Lebih lagi, kadang-kadang entah bagaimana dan dengan cara seperti apa kita melakukan sesuatu yang hanya kita anggap penting bagi kepentingan kita sendiri. Pendek kata, kita seumur hidup akan terus-menerus membuat keputusan yang pada dasarnya adalah sebuah keputusan etis. 16 Keputusan etis yang kita buat adalah keputusan etis yang seharusnya sesuai dan berdasarkan keputusan etika Kristen yang selalu dan berorientasi pada pengajaran Alkitab. 17 1. Terminologi Etika berasal dari kata Yunani, “ethos” (adat, kebiasaan, praktek). Bagi Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter” dan “disposisi” atau kecenderungan. 18 Etika adalah “ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). ”19. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa etika berkaitan dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh manusia setiap hari dan bagaimana mereka mengerjakannya. Apakah semua itu berdasarkan nilai-nilai kebenaran objektif dan nilai-nilai ajaran moral yang universal. 2. Tugas Etika Ditelaah dalam sudut pandang iman Kristen, kita dapat mengatakan, “etika adalah studi tentang bagaimana seharusnya hidup berdasarkan apa yang diajarkan oleh Alkitab dan keyakinan orang Kristen.” 20 Namun perlu kita sadari bahwa sebenarnya etika itu sendiri adalah sebuah konsep yang lebih luas. Artinya kita perlu memahami banyak hal tentang teori dan konsep yang ada dalam masyarakat agar kita benar-benar tahu bagaimana mengambil keputusan etis yang benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana membuat atau mengambil keputusan secara tepat dan benar 3. Perbedaan Etika dan Moral Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral mempunyai pengertian yang sama, tetapi tidak persis sama dengan moralitas. Etika semacam penelaah terhadap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, sedangkan moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai benar atau tidak. Beberapa perbedaan etika dan moral adalah: a. Moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang kebenaran. b. Moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral c. Moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan dalam “rel” kehidupan d. Moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika menaati rambu-rambu kehidupan
16
Stanley J. Grenz, The Moral Quest: Foundations of Christian Ethics, (Downers Grove, Illinois: InterVarsiy Press, 1997), p. 13. 17 Paul Ramsey, Basic Christian Ethics, (New York: Charles Scribner’s Sons, 1952), p. 1. 18 Lorens Bagus, Kamus Filsafat , (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 217. 19 Hasan Alwi, (et.al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 309. 20 Stanley J. Grenz, Ibid., p. 13.
10
e. Moral memberikan arah hidup yang harus ditempuh sedangkan etika berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah) f. Moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika memperkatikan dan mengikuti arah kompas dalam menjalani kehidupan. g. Moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti peta kehidupan h. Moral itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengikuti pedoman i. Moral tidak bisa dimanipulasi sedangkan etika bisa dimanipulasi j. Moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering berorientasi pada sikon, motif, tujuan, kepentingan dsb k. Moral adalah idealisme hidup sedangkan etika adalah mempraktekkan idealisme dalam kehidupan setiap hari. l. Moral adalah seperangkat sedangkan etika sekumpulan konsep ajaran yang telah ada dan tersimpan dalam akal budi kita (mind set), yang diterima dan terbentuk dari pola didik, asuh sejak manusia dilahirkan dari orangtua, lingkungan dan pendidikan. m. Moral lebih bersifat teori bagaimana hidup sedangkan etika lebih bersifat mempraktikan teori hidup Tanpa pedoman moral manusia tidak mempunyai dasar bagaimana berperilaku dalam dunia yang multi arah. Manusia tidak akan mampu mengambil keputusan etis yang baik, tepat dan benar. Pada dasarnya hidup manusia akan cenderung salah arah tanpa acuan moral. 4. Dua Macam Etika 4.1. Etika Deskriptif Etika deskriptif adalah etika yang berusaha melihat secara kritis, rasional dan logis tentang sikap dan prilaku manusia. Dimana di dalamnya ingin mengetahui: Apakah sebenarnya yang menjadi tujuan dan motifasi manusia ketika bertindak? Memberikan fakta-fakta sebagai dasar seseorang dalam mengambil keputusan? Memberikan gambaran secara utuh dan kritis tentang tingkah laku etis manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari dalam kehidupan masyarakat.
Jadi etika deskriftif memberikan kepada kita suatu analisa yang berisikan sejumlah indikator fakta yang aktual, tajam dan terpercaya. Tentang perilaku manusia dimana semuanya itu terjadi dan merupakan suatu situasi dan realita budaya yang berkembang di masyarakat. Hal itu berkaitan dengan adat istiadat, kebiasaan, anggapan baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Etika Deskriptif hanya membahas dan memberikan analisa penilaiannya atas kejadian tertentu tentang perilaku yang terjadi dalam masyarakat. Etika deskriptif yang bersifat penggambaran yang melukiskan sebuah peristiwa yang terjadi dan berkembang di masyarakat. 4.2. Etika Normatif Etika normatif adalah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku yang ideal, dimana itu seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Para ahli etika normatif melibatkan diri dengan kajian penilaian tentang perilaku manusia. Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan individu atau kelompok masyarakat tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan nilai-nilai moral yang normatif, yang dijadikan acuan untuk menuntun seseorang dalam bertindak secara baik dan benar, sehingga dirinya terhindar dari hal hal yang buruk, sia-sia, merugikan dan berbahaya. Etika normatif selalu memberikan argumentasi dan alasan yang mengemukakan latar belakang mengapa suatu perilaku dianggap baik atau buruk, bear dan salah, yang tentunya disertai penilaian yang dalam dan tepat. Tindakan etis selalu berdasarkan apa yang dianggap benar dan salah yang bertumpu kepada norma atau prinsip moral yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan maupun empiris. Memberikan penilaian 11
objektif dengan mempertimbangkan seluruh situasi dan kondisi dari individu dan kelompok masyarakat yang melakukan suatu tindakan didasari pedoman-pedoman yang meliputi kondisi fisik, psikologi, pendidikan , budaya dan sebagainya. Nilai Normatif memerintahkan kita supaya menaati nila-nilai tersebut, tidak dapat ditawar-tawar karena memberlakukan suatu kondisi dan akibat yang mengikuti jika dilanggar. 21 5. Klasifikasi Etika Cakupan etika menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, tidak ada bidang kehidupan manusia yang tidak tersentuk oleh etika. Jika diklasifikasikan cakupan etika seperti gambaran di bawah ini.
Etika Umum Etika terhadap sesama
Etika Individual
Etika Etika Keluarga
Etika Khusus
Etika Sosial
Etika Politik
Etika Teologis
Etika Bisnis
Etika Hukum
Etika Lingkungan Hidup
Etika Biomedis
Etika Pendidikann
Etika Profesi
Etika Media
16
21
Penjelasan Mengenai Etika Deskriptif, Etika Normatif, Etika Umum, Etika Khusus, Etika pribadi dan Etika Sosial beserta Contoh”, http://blog.unsri.ac.id/destyrodiah/etika-profesi/penjelasan-mengenai-etika-deskriptif-etika-normatif-etikaumum-etika-khusus-etika-pribadi-dan-etika-sosial-beserta-contoh/mrdetail/17177/, diakses pada tanggal 31 Juli 2012
12
BAB III SUMBER ETIKA
Manusia sejak kecil mempunyai sifat meniru apa yang dilihat, dengar dan pelajari dari orang-orang di sekitarnya. Semua itu membentuk pola pikir, intelektual, emosi, moral, sosial dan spiritual. A. Etika umum a. Keluarga Bayi yang baru lahir tanpa memiliki moral dan etika. Dia belum mempunyai kemampuan mempertimbangkan sesuatu dan memutuskan sesuatu. Bagaimana perilaku anak dikemudian hari sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan pendidikan moral si anak.22 Singgih D. Gunarsa mengatakan: “Ketika dilahirkan, anak belum dan tidak membawa aspek moral. ..... aspek moral adalah sesuatu yang dikembangkan dan diperkembangkan.” 23 “Bayi tidak memiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong nonmoral, tidak bermoral maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat laun ia akan mempelajari kode moral dari orang tua dan kemudian dari guru-guru dan teman-teman bermain dan juga ia belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral ini.” 24 Peran orangtua sangat mempengarungi perkembangan moral seorang anak manusia, dan sistem pendidikan moral dalam keluarga akan menjadi seperti “software” yang akan terprogram dalam jiwa si anak untuk mengatur perilaku dan perbuatannya di masa yang akan datang. b. Agama Agama merupakan salah satu sumber moral dan etika bagi anak yang dibesarkan dalam satu keluarga. Tidak dapat disangkal bahwa dalam lingkungan keluarga yang beragama, nilai-nilai agama sangat mempengaruhi pola didik dan ajar orang tua terhadap anak-anak mereka. Timotius mendapatkan pendidikan moral dari nenek dan orangtuanya sejak kecil. Firman Tuhan mengatakan: “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” 2 Timotius 3:15 c. Lingkungan Ketika anak semakin besar, dia akan mulai berinteraksi dengan lingkungan di luar lingkungan keluarga dimana dia dibesarkan. Anak mulai berinteraksi dengan lingkungan terdekat yakni tetangga yang mana mereka mempunyai system nilai yang sama atau berbeda. Semakin besar sang anak maka dia akan memasuki lingkungan sekolah (TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi). B. Sumber Etika Kristen
22
A.E. Sinolungan, Perkembangan Peserta Didik , (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997), hlm. 131. Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak , (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1997), hlm. 195. 24 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (edisi kelima), (Jakarta; Penerbit Erlangga, 2000), hlm. 91. 23
13
Etika Kristen mempunyai tiga sumber yaitu, Tuhan Allah, Alkitab dan Yesus Kristus. Karena sumber etika Kristen berasal dari Tuhan Allah maka dapat dikatakan dan diyakini bahwa etika Kristen bersifat normatif. Artinya bahwa norma-norma etis yang diajarkan Alkitab bersifat mutlak benar dan harus diwujud nyatakan dalam kehidupan sehar-hari (dalam kata dan perbuatan). Etika Kristen yang normatif harus dipakai untuk merevisi, mengoreksi dan memperbaiki etika umum yang terdapat dalam masyarakat (suku, budaya dan kepercayaan). a. Tuhan Allah
Tuhan Allah adalah pencipta langit, bumi dan segala isinya, dan segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik, Kejadian 1 dan 2. Kita juga mengetahui berdasarkan Alkitab bahwa Tuhan Allah mempunyai sifat-sifat dan karakter yang sempurna, dan semua itu seharusnya kita jadikan pedoman dan landasa etika Kristen dan dijadikan acuan dalam mengambil keputusan etis. Sifat-sifat Allah yang kekal harus kita refleksikan dalam perilaku kita sehari-hari. a.
Allah adalah Suci/Kudus
Suci artinya terpisah dari segala yang kotor dan najis. Allah adalah Allah yang mahasuci, artinya di dalam Dia sama sekali tidak ada dosa. Dia adalah terang segala terang. Menyadari akan hal ini betapa kita sebagai orang Kristen dalam kata dan perbuatan sehari-hari harus juga bebas dari segala kenajisan. "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TU HAN, Allahmu, kudus.” Imamat 19:2 Tanpa kehidupan yang kudus manusia tidak dapat bersekutu dengan Tuhan. Menyadari akan hal ini setiap kita harus memisahkan diri dari cara hidup yang duniawi dan kehidupan yang menuruti semua keinginan daging (nafsu yang selalu ingin dipuaskan) dengan segala cara. b.
Allah adalah adil dan benar
Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah adalah adil dan benar. “Engkau adil, ya TUHAN, dan hukum-hukum-Mu benar.” Mazmur119:137 Tuhan senantiasa bertindak berdasarkan keadilan dan kebenaran. Firman Tuhan mengatakan: “ Engkau telah turun ke atas gunung Sinai dan berbicara dengan mereka dari langit dan memberikan mereka peraturan-peraturan yang adil, hukum-hukum yang benar serta ketetapan-ketetapan dan perintah- perintah yang baik.” Nehemia 9:13 Saat ini banyak orang hanya menuntut keadilan, tapi tanpa menuntut kebenaran. Ini tentunya kurang tepat, mengapa? Karena berbuat adil bisa tanpa kebenaran, tapi berbuat benar pasti adil. Banyak orang hanya menuntuk hak, tapi lupa kewajibannya. Hak dan kewajiban berjalan bersama sama secara harmoni. Meneladani Sifat Tuhan maka kita juga harus hidup dan bertindak berdasarkan keadilan dan kebenaran. Adil artinya memelihara norma-norma, sedangkan benar artinya berbuat sesuai dengan norma-norma. Kita juga mempunyai hak dan kewajiban, hal ini mendatangkan kehidupan yang damai dan sejahtera. c.
Allah adalah kasih
Allah adalah kasih, hal ini berkali-kali dinyakan-Nya dalam perbuatan-Nya kepada umat yang percaya dan menyembah Dia. Kasih Allah itu sangat besar, sehingga Dia menyelamatkan manusia yang berdosa. Firman Tuhan mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 Karena itu kita sebagai orang percaya kepada Tuhan yesus harus hidup di 14
dalam kasih. Firman Tuhan mengatan: “ Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” 1Yohanes 4:16 d.
Allah Berbelaskasihan
Salah satu sifat Allah yang sangat menonjol adalah belaskasihannya terhadap manusia. Allah berbelaskasihan terhadap manusia yang berdosa, terhadap manusia yang menderita, terhadap mereka yang gagal, terhadap manusia yang susah dan dilanda bencana. Allah merasa iba, sedih, kasian, miris dan turut merasakan apa yang sedang dialami oleh manusia ciptaan-Nya. Belaskasihan Allah membuat Dia bertindak memberikan kebaikan dan menolong manusia. Arthur Schopenhauer mengatakan: “Compassion is the basic of all morality” e.
Allah adalah pengamp un
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa terjadi distorsi relasi dengan Allah, diri, sesama dan lingkungan. Dosa tidak mempunyai jalan ke luar dengan segala usaha, misalnya dengan kebaikan diri. Segala kebaikan manusia sudah dicemarkan oleh dosa, karena itu tidak mungkin berkenan di hadapan Tuhan Allah yang mahasuci. Namun Alkitab bukan hanya menyatakan fakta dan realita dosa manusia, menyatatakan fakta dan realita hukuman Tuhan terhadap manusia berdosa, tetapi juga fakta dan realita pengampunan Allah yang sangat agung dan indah. Firman Tuhan mengatakan: “ Marilah, baiklah kita berperkara! firman TUHAN Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Yesaya 1:18 b. Alkitab
Secara tegas dan jelas firman Tuhan mengatakan: “Segala tulisan diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” 2 Timotius 3:16. Jadi paling tidak ada empat manfaat Alkitab dalam kehidupan kita sehari-hari: a. Mengajar Alkitab sebagai sumber etika Kristen yang normative mengajarkan kepada orang percaya tentang banyak hal, misalnya tentang penciptaan, manusia, dosa, akibat dosa, jalan keluar dari dosa, keselamatan, hidup kekal, dan sebagainya. b. Menyatakan kesalahan Alkitab dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa manusia telah berdosa dan bersalah dihadapan Tuhan sang Pencipta. Kesalahan manusia begidu banyak dan secara specifik dinyatakan, misalnya kesombongan, iri hati, zinah, serakah, pembunuhan, konspirasi, penyembahan berhala, okultisme, dan sebagainya. c. Memperbaiki kelakuan Alkitab ukan hanya menyatakan dosa dan kesalahan manusia di hadapan Tuhan, tetapi juga bagaimana memperbaiki kelakuan. Kelakuan manusia yang sudah rusak disebabkan oleh dosa harus diperbaiki dan diubah. Jika tidak diubah sesuai dengan firman Tuhan maka setiap kelakuan kita akan dipertanggungjawabkan. Karena itu, sebagai orang Kristen kita harus dan terus membaca dan mempelajari Alkitab agar kelakuan kita mengalami perubahan, dengan demikian kita mengetahui dengan baik dan benar seperti apa seharusnya kita hidup di tengah-tengah dunia ini.
15
d.
Mendidik dalam kebenaran Dunia di mana kita hidup mempunyai sistem nilai sendiri. Mempunyai kebenaran sendiri. Kebenaran yang dikembangkan oleh dunia bukan kebenaran yang benar-benar benar atau objektif. Dunia yang telah jatuh ke dalam dosa tidak lagi taat kepada kebenaran Allah yang sudah diwahyukan lewat wahyu umum (alam semesta) dan Wahyu khusus (Alkitab dan Yesus Kristus). Sebagai anak-anak Allah, kita harus selalu sadar dan waspada agar tidak terjebak dengan kebenaran yang ditawarkan oleh dunia ini. Segala sesuatu harus kita kritisi apakah kebenaran tersebut sesuai dengan kebenaran Alkitab. Jika sesuai kita boleh mengikuti dan melakukannya, tetapi jika tidak kita harus dengan tegas menolak dan mengoreksinya. Karena itu betapa pentingnya kita belajar dan terus dididik oleh kebenaran dan hidup di dalam kebenaran.
c. Tuhan Yesus
Jika kita membaca ke empat Injil, secara nyata Tuhan Yesus memberikan banyak sekali ajaran dan teladan moral, yang dapat menjadi acuan bagi orang percaya. Ajaran Tuhan Yesus merupakan etika Kerajaan Allah. Jika kita mengaku percaya kepada Tuhan Yesus maka kita harus berusaha taat dan melakukan apa yang dikatakan-NYA. Pelajaran yang sangat penting dari kehidupan Tuhan Yesus yang harus kita pakai dan jadikan sebagai pedoman dalam beretika adalah:
a.
Kasih Pengajaran moral yang dapat kita jadikan sebagai acuan dalam kehidupan kita setiap hari dari Tuhan Yesus adalah kasih-NYA yang begitu besar terhadap kita orang yang percaya kepada-NYA. Kasih adalah norma etis terbesar yang terlihat dalam diri Tuhan Yesus, dan itu harus juga kita jadikan sebagai acuan dalam setiap kata dan perbuatan kita. Tanpa kasih semuanya sia-sia dan tidak ada faedahnya, 1 Korintus 13:1-3.
b.
Kejujuran Kejujuran Tuhan Yesus dalam menjalankan karya Bapa di surga selama di dalam dunia ini terlihat secara nyata dan diakui oleh banyak orang. Markus 12:15 mengatakan: Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang ju ju r , dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak m e n c a r i m u k a , melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran……” Mengapa orang-orang mengatakan Tuhan Yesus seorang yang jujur? Karena Dia mengatakan dan melakukan kebenaran (truth). Karena itu kita sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus harus meneladani kejujuran Tuhan Yesus dalam setiap perbuatan kita.
c.
Keberanian Tuhan Yesus adalah Tuhan atas segala sesuatu, Dia lebih tinggi dan besar dari apa yang ada dalam dunia ini, karena itu Dia tidak takut kepada siapa pun (setan dan manusia). Matius 22:16 Mengatakan: Mereka menyuruh muridmurid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga , sebab mengajar Engkau tidak mencari muka. ” Keberanian hanya mungkin jika kita hidup berdasarkan kebenaran. Pepatah mengatakan “berani karena benar dan takut karena salah”.
16
d.
Pengurbanan Tuhan Yesus mengurbankan nyawa-Nya untuk menebus manusia berdosa. Dia mati supaya kita hidup. Kematian-Nya mematikan kematian kita. Ini adalah wujud nyata kasih Allah yang begitu besar atas dunia yang berdosa. Yohanes Pembaptis ketika melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yohanes 1:29. Menyadari bahwa Tuhan Yesus karena kasihnya yang begitu besar atas dunia ini, dan khusunya atas kita orang yang percaya kepada Dia, maka sudah seharusnya dan selayaknya kita rela berkorban bagi sesama kita. Memang hal ini sangat sulit apa lagi di zaman kita hidup saat ini dimana egoism semakin berekembang dalam segala aspek kehidupan. Memang manusia setelah mencintai dirinya biasanya mencaintai uang. Namun kita percaya bahwa masih ada anak-anak Allah yang dengan kasih tulus ikhlas dan secara suka rela membagi dan mengorbankan waktu, pikiran, tenaga dan hartanya bagi orangorang lain yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.
17
BAB IV REALITA HIDUP MANUSIA
Pendahuluan Salah satu pertanyaan terbesar dalam diri manusia umumnya berkaitan dengan realitas kehidupannya di dunia ini. Pertanyaan ini bukan hanya dibahas oleh kelompok tertentu, misalkan para akademisi saja melainkan juga oleh semua manusia di muka Bumi dan di segala zaman. Pertanyaan universal yang terus menerus ditanyakan tersebut, hendak mengatakan bahwa ternyata realitas manusia memiliki konsep makna maupun maksud tujuannya. Bila konsep tersebut intrinsic dan objektif baginya, pada gilirannya mewujud sebagai worldview nya. Dengan kata lain konsep yang telah mewujud tersebut, secara langsung akan mempengaruhi gaya, perilaku dan nilai hidup manusia itu. Sebab perspektif hidup yang diyakini seseorang inilah yang akan menjadi standar etis dalam menjalani, memutuskan dan merencanakan hidupnya. Kendatipun demikian perlu disadari bahwa konsep akan realitas hidup tersebut ternyata diwarnai dengan berbagai pemahaman (makna) yang berbeda 25, sehingga mempengaruhi hidupnya. 26 Mengapa demikian, karena klaim manusia untuk mengatur takdirnya sendiri. 27 A. Realita Hidup Sebagai Ciptaan Presaposisi dasar etika Kristen adalah manusia mengakui Tuhan Allah sebagai penciptanya. Pengakuan ini menunjukkan kemahatinggian Allah yang bebas dan berdaulat serta ketergantungan segala ciptaan pada-Nya. Pernyataan ini memimpin kepada pemahaman bahwa keberadaan manusia tidak dapat bereksistensi secara otonom atau independent, melainkan eksistensi tersebut ada karena diciptakan oleh Allah 28. John Calvin dalam bukunya, The Institutes of the Christian Religion, yang disebut Institutio 29, menjelaskan manusia dapat mengerti realita hidupnya hanya di dalam terang siapa Allah itu. Allah adalah Sang Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya. Tanpa memandang dirinya melalui terang ini, manusia tidak akan pernah dapat memahami apa arti dan tujuan hidupnya sebagai manusia. Pada saat yang sama, juga manusia hanya dapat mengerti siapa Allah sebagai penciptanya sebagaimana manusia mengerti akan dirinya. Menyadari sebagai makhluk yang mulia dari karya ciptaan-Nya, manusia menyatakan dan memuliakan Allah secara 25
Natur pemahaman tersebut umumnya subjektif atau objektif? Jika natur jawaban adalah subjektif, maka arti dapat berubah sesuai dengan definisi setiap individu. Ini sama dengan mengatakan bahwa makna, tujuan, da n hidup boleh berarti apa saja yang kita suka. Namun jika natur jawabannya adalah objektif, ada suatu prinsip pakem yang mutlak yang tidak akan berubah bagaimanapun orang-orang ingin memberi definisi mereka sendiri. Meskipun tidak ada jaminan untuk Prinsip mutlak tersebut setiap orang menyetujuinya, Misalkan, ‘matahari terbenam di sebalah barat , pernyataan ini bukanlah suatu pernyataan yang dihasilkan oleh interpretasi bersama atau sama-sama menginterpretasikannya demikian, tidak. Karena pernyataan tadi sifatnya objektif dan adalah sesuatu realitas. Setuju atau tidak, itu tetap real. Jadi realitas kehidupan manusia itu bernatur objektif seumpama realitas yang pasti, ataukah bernatur subjektif sesuai definisi dari manusia itu sendiri? Demikianlah perbedaan pemahaman yang ada. 26 Ada yang memaknai realita hidup sebagai piknik, gambling atau perjudian, perjuangan . (lebih lanjut baca Pranata Santoso, Magdalena., ETIKA KRISTEN , 9 - 11 27 The confident individual who says, 'I am the master of my fate, I am the captain of my soul.' Secondly, there was certainty about the world and about our objective knowledge of it. We can look at the world and know things, and that is objective knowledge. Lebih lanjut lihat Paper, Wright, N. T., THE BIBLE FOR THE POSTMODERN WORLD,. Orange Memorial Lecture, 1999 ). 28 LAI TB : Kejadian 1: 26-27 29 Calvin, Yohanes, INSTITUTIO, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal. 7 - 10 ’
18
lebih menakjubkan dibandingkan dengan ciptaan lain. Karena alasan inilah, manusia harus dapat mengerti realitanya jika dia belajar tentang Allah, dan dia akan mengerti Allah bila dia mengerti realita hidupnya. Dengan kata lain dari presaposisi ini menjelaskan realitas hidup manusia sebagai ciptaan seutuhnya selain takluk kepada Allah, juga manusia harus berelasi atau bergantung kepada Allah. Kedua hal inilah yang membuat manusia berarti, tanpa keduanya manusia sesungguhnya adalah debu tanah saja. B. Realita Hidup Sebagai Pribadi Yang Bebas Di sisi lain keadaan manusia tidak saja diciptakan hanya sekedar suatu ciptaan, seperti ciptaan yang lain (misalkan tumbuhan, hewan, dlsb) melainkan juga sebagai suatu pribadi yang . Artinya menjadi suatu pribadi berarti memiliki natur bentuk ke – aku – an. Menjadi satu bebas pribadi berarti bebas membuat keputusan, menetapkan tujuan dan bergerak ke arah tujuan-tujuan tersebut .30 Menjadi suatu pribadi yang bebas agar tujuan Allah mencipta dapat terpenuhi, yakni agar manusia dapat menikmati hidup yang Tuhan anugrahkan baginya di dalam rangkulan kemurahan kasih-Nya, dan agar dalam hidup manusia tersebut dapat memuliakan DIA. Jadi tanpa kebebasan ini sulit kedua hal itu dapat dipahami. Namun, kebebasan yang diberikan kepada manusia tidak dimaksudkan untuk sepenuhnya mengungkapkan arti kebebasan yang sebebas-bebasnya. Bukan demikian maksudnya. Ibarat ikan yang berenang di kolam, sungai atau air laut memang bebas. Namun, habitatnya yang memberinya suasana kebebasan itu sekaligus menjadi pembatas. Jika ikan itu keluar dari habitatnya berarti dia tidak bebas lagi melainkan mati. Hanya jika ikan berada di dalam batas-batas habitat yang menopang hidupnyalah, baru dimungkinkan terjadinya hidup dan kebebasan. Realita hidup manusia sebagai pribadi yang bebas (terbatas) mengandaikan manusia itu harus takluk dan bertanggung jawab untuk menjalani hidupnya, dengan kata lain tindakan dan keputusannya berasal dari dirinya dan secara moral dia harus mempertanggungjawabkannya kelak kepada Allah. Inilah makna kebebasannya. Jadi dalam rancangan-Nya yang sempurna, Allah telah mendesain kemampuan pada diri manusia yang luar biasa yang dapat dimanfaatkan serta dinikmati bagi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia tidak diciptakan Allah seperti boneka atau robot belaka yang kemudian dikendalikan dengan remote kontrol. Tidak, bukan demikian maksud tujuan penciptaan manusia. Dengan kata lain, manusia adalah ciptaan yang takluk kepada Penciptanya sekaligus satu pribadi yang diciptakan menunjukkan kualitas hidupnya yang berbeda dengan ciptaan lainnya. Presaposisi Realitas hidup ini seharusnya patut dipahami dan dipatuhi oleh setiap manusia. Meskipun tampaknya paradoks, bahwa sebagai ciptaan berarti patuh dan taat total kepada Tuhan Allah dan di sisi lain adanya ke – aku-an : pribadi yang memiliki otoritas kehendak sendiri. Namun harus disadari bahwa menjadi ciptaan sesungguhnya manusia tidak bisa melakukan satu hal pun tanpa melibatkan Allah.31 Karena natur dan jangkauan pengetahuan manusia ada limitasinya (infinite), sedangkan Allah unlimited (finite). Natur limitasi manusia tampak pada alat-alat intelektual yang dimiliki. Misalnya, ada lima indera. Dengan kelima ini manusia dapat pengetahuan dari rabaan, penglihatan, pendengaran, dan mencium dan membaui asap di udara. Indera tersebut memberikan informasi. Kendatipun demikian manusia tidak memiliki pengetahuan dari gaung untuk menentukan jarak. Manusia juga tidak bisa melihat batasan spektrum cahaya diluar kemampuan matanya dalam melihat, seperti infra merah dan ultra ungu. Jadi natur manusia itu terbatas. Anjing bisa mendengar lebih baik dari manusia, dan ikan hiu bisa mencium lebih baik dari manusia. Maka dari itu patutlah manusia harus takluk kepada Allah sebagai Pencipta. Faktor lain limitasi manusia yaitu realitanya hidup di dalam ruang waktu. Sesungguhnya manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kepekaan akan waktu dan sejarah, serta memiliki dorongan untuk memiliki hidup yang bernilai. Kepekaannya menajam pada waktu yang terus mengalir. Di dalam waktu yang mengalir tersebut dimaknai oleh manusia pada momen30
Hoekema, Anthony, MANUSIA:CIPTAAN MENURUT GAMBAR ALLAH, Surabaya: Momentum, 2008, hal. 8 Seperti saya sedang berpikir mengenai alam semesta atau ciptaan, mengenai manusia atau diri sendiri dan juga mengenai Allah. Namun sebagai pribadi , jika saya berpikir, saya bekerja maka saya sendirilah sesungguhnya yang melakukannya. Apa yang saya lakukan harus saya pertanggungjawabkan kepada pencipta saya, yaitu Allah. 31
19
momen khusus, seperti kelahiran, kematian, ulang tahun, atau juga tutup tahun. Jadi, setiap manusia menyadari waktu yang terus mengalir. Mengalirnya waktu, seharusnya menyadarkan manusia akan kefanaannya. Akan tiba suatu saat masa hidupnya dalam ruang dan waktu di dunia ini akan berakhir. Inilah yang dimaknai bahwa manusia itu adalah makhluk yang fana. Manusia akan pasti mati. Kematian. Sebagai realita hidup yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Pada akhirnya meskipun manusia dapat dengan bebas dan berani menentukan pilihan hidupnya, pada akhirnya semua akan berakhir dengan kematian. Sebab kematian datang dalam hidup manusia tanpa memandang bulu, tidak memandang usia, pangkat dan jabatan. Kematian datang setiap saat sesuai waktu 'penentuan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindar atau mengendalikan kematian. Semua manusia pasti akan mengalami kematian satu kali, sesudah itu memasuki dunia kekekalan untuk mempertanggung jawabkan hidupnya di hadapan Tuhan Allah." Sama seperti manusia telah ditentukan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi . "(Ibrani 9:27) Kalaupun manusia dengan sombong menganggap dirinya mampu mengatur jalan hidupnya, pasti suatu saat nanti akan mengakui ketidakmampuan mengendalikan kematiannya. Seorang dapat mengeraskan hati menolak mempercayai Allah pada waktu dia hidup. Tetapi dapatkah dia menyangkali keberadaan Allah saat dia mati? Sangat disayangkan bila manusia baru sadar dan mau 'mengakui keberadaan Allah setelah dia mati. It is too late. Ada perbedaan antara kematian binatang dan kematian manusia. Bila binatang mati, itu akhir segalanya. Tidak demikian dengan manusia, sebab setelah mati, manusia akan memasuki dunia rohani yang bersifat kekal. Keadaan manusia dalam kekekalan, ditentukan oleh pilihan semasa hidup. Bila manusia memilih hidup menurut tujuan Allah yang menciptakannya, langkah pertama dan terutama adalah bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Demikianlah manusia akan tinggal dalam persekutuan dengan AIlah untuk selama-lamanya, inilah yang dimaksud dengan Kerajaan Surga. Namun bila sebaliknya manusia memilih hidup berdasarkan keinginan hawa nafsu dosa, dan menolak mentaati Allah, dia akan memasuki dunia kekal tanpa kehadiran Allah. Inilah yang dimaksudkan dengan kerajaan maut (neraka) 32. Realitas hidup manusia sebagai ciptaan Allah dan pribadi yang takhluk kepada Allah terlihat dalam sikap etis hidupnya 33: 1. Menghargai hidup sebagai sebuah kesempatan . Ada tugas penting yang Tuhan percayakan untuk manusia melakukannya selama hidup di dunia ini. Ini yang disebut sebagai tujuan dan panggilan hidup. Bila kita mempercayai bahwa hidup ini adalah pemberian Tuhan, kita akan menghargainya dengan serius memikirkan apa tujuan dan makna hidup kita di dunia ini. Kita akan menjalani hidup dengan rasa tanggung jawab dan mengisinya dengan hal-hal yang membangun dan berharga. 2. Menghargai hidup sebagai sebuah kepercayaan yang berharga dari Tuhan. Hidup yang dipercayakan Tuhan kepada manusia adalah hidup yang bernilai kekal dan diberikan oleh Tuhan sendiri. Sang Pencipta mempercayakan kepada kita hal yang berharga, antara lain : kecerdasan, ketrampilan, potensi, talenta, harta dan waktu. Sepatutnya kita menghargai pemberian Tuhan bagi pribadi kita dengan memanfaatkan dan mengembangkannya secara bertanggung jawab, bagi hidup kita dan sesama kita. 3. Menghargai hidup sebagai sebuah kekayaan. Karena hidup adalah pemberian Tuhan, hidup sangat berharga. Hidup adalah berkat Tuhan, dan itulah k ekayaan sejati. Meskipun kita tidak memiliki harta yang berlimpah, hidup kita hayati sebagai sesuatu yang bernilai tinggi. Karena hidup itu sendiri sangat berharga, seharusnya kita menjalani dengan rasa syukur kepada Tuhan Sang Pencipta. Ketika dengan sukacita kita menghayati hidup sebagai kekayaan sejati, kita memiliki memotivasi untuk mengisi hidup dengan hal-hal yang berarti. Tuhan yang memberikan hidup bagi kita, adalah Tuhan yang senantiasa menyertai kita, ciptaan yang berharga dan dikasihi-Nya. Dengan demikian kita dapat menghargai sesama ciptaan dan melakukan hanya hal yang baik terhadap sesama. 32
Pendalaman : Kematian adalah realita terakhir dalam hidup kita di dunia ini. Karena itu setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kematiannya. Sudah siapkah kita memberi pertanggung jawaban hidup di hadapan Allah Hakim yang Adil dan Benar? Renungkan 33 Pranata Santoso, Magdalena., ETIKA KRISTEN, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008, hal. 12 - 13
20
4. Menghargai hidup untuk memancarkan kemuliaan Allah . Manusia diciptakan dengan desain khusus untuk hidup memancarkan kemuliaan Tuhan Allah, Sang Pencipta. Itu berarti semua pengalaman dalam hidup yang kita jalani, mempunyai tujuan untuk memproses pembentuan karakter dan kepribadian kita, agar kita dapat semakin memancarkan kemuliaanNya. Penting bagi kita untuk dapat menghayati semua peristiwa suka dan duka dalam hidup sebagai ujian dan proses membentuk kita semakin indah di hadapanNya. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. LAI TB: Galatia 2:20
21
BAB V NILAI-NILAI KRISTIANI
A. Pengertian Nilai Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai, memberikan penilaian terhadap satu objek sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang masing-masing orang yang menilai. Berdasarkan pandangan filsafat, nilai (value) sering dihubungkan dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Nilai itu ideal, bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat disentuh oleh panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau laku perbuatan yang mengandung nilai itu. Dibawah ini, kita akan melihat beberapa pandangan tentang nilai: 1. Budiyanto dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan, menuliskan ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu 34 : a. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada objek itu sendiri (objektif), merupakan suatu hal yang objektif dan membentuk semacam “dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia (menurut filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman). b. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan dan perasaan orang (subjektif). Menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, sering ditata menurut susunan tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu: nilai hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan), nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (sosialis), dan yang paling atas adalah nilai religius (kesucian). Nilai sendiri memiliki banyak arti bagi beberapa tokoh. Diantaranya adalah sebagaimana uraian berikut ini: Kamus Ilmiah Populer : Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana, dan apa yang berguna sifatnya lebih abstrak dari norma. Laboratorium Pancasila IKIP Malang: Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan hakikat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nursal Luth dan Dainel Fernandez : Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu, Nilai bukanlah soal benar atau salah, tetapi soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak. Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperlihatkan melalui perilaku oleh manusia. Kluckhoorn: Nilai adalah suatu konsepsi yang eksplisit khas dari perorangan atau karakteristik dari sekelompok yang orang mengenai sesuatu yang didambakan, yang berpengaruh pada pemilihan pola, sarana, dan tujuan dari tindakan. Nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya, nilai itu bukan hanya diharapkan tetapi diusahakan sebagai sesuatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengatasi kemauan pada saat dan situasi tertentu itulah yang disebut dengan nilai. 2. Max Scheler dalam bukunya yang berjudul Formalisme dalam Etika dan Etika Nilai Material memberikan pandangan tentang etika nilai yang sangat penting. Scheler mengemukakan pendapatnya yang mengkritik etika formal dari Imanuel Kant, yang mengatakan suatu tindakan 34
Budiyanto. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Erlangga. 2007
22
adalah baik secara moral, jika tindakan baik itu dilakukan karena kewajiban. Baginya seorang bertindak bukan karena perbuatan itu merupakan kewajiban seperti yang dikatakan oleh Kant, melainkan tindakan seseorang pasti dilakukan demi nilai-nilai yang ada. Scheler mengemukakan bahwa nilai etika menurutnya dapat ditemukan melalui pengalaman indrawi manusia, dan secara apriori ditangkap oleh manusia melalui perasaan emosinya. Ungkapan inilah yang mendasari seluruh etika Scheler. Ia membagi empat aspek nilai: 35 Nilai pertama adalah nilai tentang tidak nikmat atau nikmat dan nilai ini berhubungan dengan kenikmatan yang didapat dari kenikmatan indrawi. Nilai kedua adalah nilai vital yang berhubungan dengan kondisi kesehatan manusia juga menyangkut kebesaran hati dan keberaniannya Nilai ketiga dinamakan nilai rohani yang berhubungan dengan sikap kita terhadap keadilan dan estetika. Nilai keempat, Scheler menyebutnya nilai objek absolut yang berhubungan dengan sesuatu yang dianggap kudus. Di samping keempat aspek nilai di atas, scheler juga membagi nilai menjadi beberapa jenis diantaranya: 36 Nilai Sosial Nilai sosial adalah sebuah patokan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya dengan orang lain. Nilai sosial ini diyakini memiliki kemampuan untuk memberi arti dan memberi penghargaan terhadap orang lain. Nilai sosial ini dibedakan lagi menjadi dua macam yaitu, pertama, nilai yang pada hakikatnya bersifat sosial dan nilai ini meliputi ikatan keluarga, persahabatan, dan cinta terhadap negeri, kemudian yang kedua adalah nilai yang mendukung nilai pertama (hakikat sosial).??? Nilai kedua inilah yang dipakai manusia untuk berelasi dengan dunia sosialnya. Nilai Budaya Nilai budaya merupakan bentuk nyata dari usahanya untuk memanusiakan manusia (civilization). Nilai budaya adalah proses kemajuan manusia pada masa lampau kemudian menjadi titik tolak untuk melanjutkan kehidupannya pada masa sekarang dan masa depan. Nilai Religius Nilai religius ini memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Scheler mengungkapkan bahwa dalam hubungan dengan Tuhan, manusia mendapatkan pengalaman mengagumkan yang tak terhapuskan mengenai Personalitas Luhur yang digambarkan secara metaforis dalam dogma-dogma agama, ritus-ritus, dan mitos. Untuk memahami nilai religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Mahatahu, dan Hakim bagi dunia ini. Melalui nilai religius ini, manusia berhubungan dengan Tuhannya melalui kebaktian, pujian dan doa, kesetiaan dan kerelaan berkurban bagi Tuhan. Nilai Moral Nilai moral merupakan sistem nilai utama antara nilai-nilai yang ada dalam diri manusia dengan nilai-nilai yang ditemukan dalam sebuah era atau bangsa. Nilai moral ini adalah nilai yang menjadikan manusia berharga, baik, dan bermutu sebagai manusia. Nilai moral untuk masyarakat tertentu meliputi nilai yang memajukan manusia, antara lain internasionalisme dan kerjasama antarbangsa.
35
A. Mangunhardjana, Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z (Yogyakarta: Kanisius. 1997), Hlm.11-15.
36
Paulus Wahana, Nilai Etika Sosiologis Max Scheler , (Yogyakarta: Kanisius, 2004), Hlm.17-47.
23
Nilai Intrinsik Nilai intrinsik adalah nilai yang dikejar demi kepentingan diri sendiri. Yang termasuk dalam nilai ini adalah keinginan manusia dalam memenuhi kesehatan tubuh dan jiwanya, ilmu pengetahuan, kedamaian batin, persahabatan, dan kebutuhan religius. 3. Menurut pandangan Prof. Dr. Notonegoro, nilai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 37 1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia. 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. 3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai rohani dapat dibedakan atas empat macam, antara lain: a. Nilai kebenaran / kenyataan yang bersumber dari unsur akal manusia (ratio, budi, cipta). b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan estetis). c. Nilai moral/kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/kemauan (karsa dan etika). d. Nilai religius, yaitu merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak yang bersumber dari keyakinan manusia Dari beberapa referensi yang dapat kita lihat, maka secara umum nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga, sesuatu yang indah, sesuatu yang berguna, sesuatu yang memperkaya batin, sesuatu yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku. Oleh karena memegang atau memiliki nilai-nilai yang luhur akhirnya seseorang acapkali disebut sebagai memiliki budi pekerti yang luhur.
37
Kun Maryati dan Juju Suryawati. Sosiologi Jilid 1, Erlangga. Hal: 37 (kurang lengkap kota, tahun)
24
BAB VI CAKUPAN NILAI KRISTIANI
Nilai-nilai Kristiani tentunya tidak lepas dari sifat-sifat Allah. Firman Tuhan mengatakan hendaklah kamu sempurna seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna. Paulus mengatakan ‘ikutlah aku seperti aku mengikut Kristus’. Bukankah kita memang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah agar bisa mencerminkan kemuliaan Allah? Ketika manusia jatuh dalam dosa, gambar itu rusak, tetapi di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru. Sebagai ciptaan baru dimampukan untuk mencerminkan Kristus melalui kehidupan kita. Paulus merindukan hati dan pikiran kita meneladani Kristus (Fil 2). Ayat berapa? Iman di dalam memuliakan Allah merupakan iman yang hidup, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:17). Sikap dan tindakan tersebut disebut dengan nilai-nilai (values) yang merupakan standard yang ditetapkan Allah sendiri dalam firman-Nya, dan bukan standard yang ditetapkan oleh manusia. Beberapa nilai Kristiani yang harus ditanamkan kepada generasi berikutnya: (a) Kebenaran (Truth) – di mana kita harus memegang kebenaran dan mengajarkannya, yaitu kebenaran berdasar kepada Alkitab. Dalam kebenaran ini juga terletak integritas dan kejujuran, di mana ada keselarasan antara apa yang dikatakan dan dilakukan (Mat. 5:37). (b) Kesalehan (Righteousness) – di sini setiap orang percaya harus hidup berfokus dan berpusat pada Allah Bapa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kesalehan berbicara tentang hubungan atau relasi antara kita dengan Allah dan kesederhanaan hidup. Ayub telah hidup dalam kesalehan, bergaul karib dengan Allah, sejak ia berusia remaja (Ayub 29:4). (c) Kekudusan (Holiness) – ini merupakan syarat seseorang dapat melihat Allah, dan masuk menghadap hadirat-Nya (Mat. 5:8). Orang Kristen telah dipisahkan dari dunia yang gelap ini untuk tujuan khusus, yaitu sebagai garam dan terang. Kekudusan mencakup baik pikiran, perkataan, maupun perbuatan. (d) Kesetiaan (Faithfulness) – sifat setia sangat diharapkan dimiliki oleh setiap orang percaya. Kesetiaan orang Kristen harus didasarkan kepada kesetiaan Allah sendiri dengan senantiasa menyertai kita. Hanya orang yang setia sampai mati yang akan memperoleh mahkota kehidupan (Why. 2:10b). Kesetiaan kepada Tuhan ini juga harus ditunjukkan dengan kesetiaan atau loyalitas dalam gereja lokal, kepada pasangan, dan hal lain yang dikehendaki Tuhan. (e) Keutamaan (Excellency) – semangat untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan sesama tentunya diilhami oleh Allah sendiri yang telah memberikan pemberian yang terbaik, yaitu Anak-Nya Yang Tunggal bagi dunia (Yak. 1:17). Kaidah Emas (Golden Rule) yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri harus terus kota pegang. (f) Kasih (Love) – ini merupakan ciri kehidupan umat Kristiani yang selalu dinantikan oleh orangorang di sekitar kita. Kasih yang dinyatakan dengan kesediaan untuk menerima orang lain, mengampuni yang bersalah, dan menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang membutuhkan. Semua orang percaya diperintahkan untuk menyatakan kasih ini, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama (Mat. 22:37-39). Dari cakupan nilai kristiani di atas, jelaslah bahwa nilai kekristenan adalah nilai yang memperjuangkan nilai-nilai dari ajaran Yesus Kristus sendiri, seperti; nilai perdamaian, kerukunan, kasih, kepedulian, keadilan, kebersamaan dan kebenaran serta nilai-nilai yang kesemua itu bersumber pada Alkitab, Firman Allah. Firman Allah berfungsi untuk mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang agar bisa mempertahankan kelakuan bersih ketika ia menjaganya dengan Firman Allah, sehingga ia mengaku juga bahwa Firman Allahlah pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya. Berikut ini adalah nilai-nilai Kristiani yang tertulis dalam Alkitab (Galatia 5:22); 1. Kasih
25
Istilah “Kasih” dalam ingkapan keseharian dapat dipahami sebagai kasih tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, balasan. Kasih Allah kepada manusia. Allah mengasihi, menyelamatkan manusia tanpa mengharapkan balasan sedikitpun. Kasih seperti inilah yang diberikan Allah kepada manusia. (Contoh: ketika Anda memberikan pertolongan atau apapun namanya maka Anda sebagai manusia yang telah menerima kasih Allah secara Cuma-cuma, maka Anda pun wajib mengasihi dengan Cuma-Cuma) Oleh sebab itu, manusia yang telah menerima kasih Allah itu mestinya mewujudkan kasih itu kepada sesama manusia dan dunia ini. Nilai kasih yang diberikan oleh Allah kepada manusia bukanlah sebuah opsi, artinya boleh dilakukan atau boleh tidak dilakukan. Nilai kasih merupakan suatu keharusan yang perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan yang nyata, oleh siapa dan dimanapun, tua muda, anak-anak, pekerja, maupun pelajar. Inti dari seluruh iman Kristen adalah kasih. Kasih kepada Tuhan maupun kasih kepada sesama (Matius 22:37-40). Dengan mewujudkan kasih, itu berarti kita juga peduli dengan sesama manusia bahkan dengan seluruh isi dunia. Itu sebabnya rasul Paulus menegaskan bahwa inti dari segala sesuatu adalah kasih . tanpa kasih sia-sialah segala sesuatu yang kita lakukan, tanpa kasih sia-sialah apapun yang kita miliki (baca: 1 Korintus 13:1-13). 2. Sukacita Pada saat kapan biasanya Anda bersukacita? Apakah saat dapat nilai A, ketika mendapatkan bonus atau hadiah, ketika pacar Anda memberi perhatian yang luar biasa terhadap Anda dll. Bagaimana kalau hal-hal seperti itu tidak memihak pada kita? Mungkin Anda berkata bersukcita? Mana bisa? Dalam pemaparan ini kita akan membahas tentang sukacita. Kata sukacita berulang kali disinggung dalam Alkitab. Bahkan dalam kitab Filipi saja kata ini ditulis lebih kurang 16 kali. Itu artinya sukacita sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam bahasa aslinya kata sukacita diambil dari kata khara. Kata ini tidak mengandung sukacita duniawi, atau sukacita karena berhasil. Sukacita ini hanya berdasar pada Allah saja. Tuhan Yesus menginginkan agar setiap umatnya bersukahati. Itu sebabnya 1 Tesalonika 5:16 mengatakan “bersukacitalah senantiasa”. Sukacita umat Kristen bukan karena ia mempunyai deposit yang berlimpah atau karena ia mempunyai jabatan yang tinggi. Sukacita Kristen didasarkan pada janji Tuhan yang akan selalu menyertai dan melindungi umat Nya yang percaya dan setia kepadaNya. Karena itu Firman Tuhan berkata : bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! (fil 4:4) 3. Damai Sejahtera Secara umum damai berarti, aman, tidak ada peperangan, kebencian, perselisihan dll. Dengan demikian semua manusia yang ada dipermukaan bumi ini pasti merindukan kedamaian. Istilah damai sejahtera dalam bahasa Ibrani dipakai kata “syalom” yang biasanya digunakan untuk menyapa, menanyakan kabar, ucapan salam perpisahan. Istilah “ syalom” bisa juga menyangkut setiap hal yang membawa kebaikan tertinggi bagi manusia. Istilah dalam bahasa Yunani adalah “eirene” . dalam perikop istilah ini berarti ketenangan hati yang bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Allah. Tuhan Yesus Kristus telah mengadakan damai sejahtera bagi kita, karena dengan kematianNya Ia telah melenyapkan perseteruan manusia dengan Allah. Itu sebabnya Tuhan Yesus menyatakan “berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak -anak Allah” (Matius 5:9). Tuhan Yesus menginginkan supaya umatNya tetap hidup damai dengan semua orang karena itu setiap umatNya wajib menjauhi segala bentuk perselisihan, pertengkaran yang dapat memicu perkelahian dan permusuhan.
26
4. Kesabaran Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian seperti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hatihati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi, mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi. Dalam bahasa Yunani “sabar” megandung 2 pengertian: pertama, semangat tak kenal menyerah sampai akhir (dalam penderitaan). Kedua, masalah hubungan dengan sesama, contoh, menahan diri untuk tidak memanfaatkan hasrat ingin membalas dendam karena perbuatan orang lain yang menyakitkan, seperti kesabaran Allah supaya kita bertobat. Kesabaran Kristus pada Paulus yang berdosa (1 Tim 1: 16), kesabaran Allah menanti Nuh mempersiapkan bahtera (1 Pet 3: 20). Betapa mudah kita berkata sabar dan betapa sulit melakukannya. Kesabaran adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Rasul Paulus berulang kali mengimbau umat Kristen untuk saling bersabar satu sama lain. Bahkan, kesabaran sebenarnya adalah sebuah tes keorisinilan umat Kristen. Karakter Kristen yang sejati, tanda utama kelahiran baru, terlihat dalam kesabaran yang sejati. Sabar adalah satu bukti yang menunjukkan bahwa seseorang benar-benar pengikut Yesus orang yang. Sabar membuat ia tetap bersyukur walau hidup serba sederhana. Sabar membuat ia tidak bersungut-sungut apalagi pesimis dan putus asa. Karena ia percaya akan pengasihan dan pertolongan Tuhan Yesus. 5. Kemurahan dan Kebaikan Kemurahan dan kebaikan adalah dua kata yang hampir sama artinya, bahkan dalam bahsa aslinya kemurahan sering juga diartikan kebaikan. Kemurahan dan kabaikan suatu sikap hidup seseorang yang dengan rela hati memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa mengharapakan imbalan apapun. Dalam iman Kristen, dasar kemurahan dan kebaikan dipahami sebagai tanggapan manusia terhadap kemurahan dan kebaikan Allah, yang terlebih dahulu mengasihi manusia (Yohanes 3:16). Allah adalah pribadi yang penuh dengan kemurahan dan kebaikan, itu sebabnya hidup kita sebagai umat Kristen tidak lepas dari kemurahan dan kebaikanNya yang tidak henti-hentinya membagikan berkatNya hari lepas hari. Ia yang selalu bermurah hati memenuhi kebutuhan hidup kita menurut kekayaan dan kemuliaannya adalah Kristus Yesus. Karena itu Tuhan Yesus memberikan perintah kepada kita supaya meneladani kemurahan dan kebaikanNya dengan kita selalu berbaik hati kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita. Tuhan Yesus Berfirman : demikian lah kehendaknya terangmu bercahaya didepan orang supaya mahluk hidup melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Mat 5:16). 6. Kesetiaan Kesetian dalam bahasa aslinya diambil dari kata “ pistis” Kata ini sangat umum dalam dalam bahasa Yunani sehari-hari yang berarti: “layak untuk dipercaya”. Istilah in menunjuk pada ciri khas orang yang dapat diandalkan. Istilah setia juga berarti “melakukan segala sesuatu dengan tekun. Contoh ketika kita ingin berhasil dalam mengerjakan suatu usaha yang kita inginkan, maka yang sangat kita butuhkan adalah kesetiaan untuk mengerjakannya dengan tekun sampai berhasil. Kesetiaan seseorang akan kelihatan di dalam proses menyelesaikan upayanya, dari awal sampai akhir. Tuhan Yesus adalah tokoh yang ideal ketika kita ingin mewujud-nyatakan kesetian dalam hidup keseharian kita, karena Ia pun telah menyelesaikan tugas-tugasnya bahkan sampai rela mati dikayu salib. Oleh karena itu pula setiap umatNya dituntut supaya setia kepada Tuhan, setiap apa yang dilakukan apa yang diperintahkan Nya, setia terhadap iman kepercayaannya, walau menghadapi berbagai tantangan dan godaan. 27
Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang setia dalam perkara yang kecil akan Tuhan percayakan perkara-perkara yang besar (Matius 25:14-30). Oleh sebab itu marilah kita memiliki gaya hidup setia. 7. Kelemah Lembutan Salah satu ucapan bahagia yang diucapkan oleh Tuhan Yesus adalah “ berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi." Matius 5:5. Ditengah-tengah kehidupan manusia yang penuh dengan kekejaman, kesadisan, kekasaran, kekerasan, penyiksaan, ketersinggungan dan penuh emosional, maka nilai kelemah lembutan pun sudah mulai pudar, padahal nilai ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Itu sebabnya dalam pelajaran ini TUHAN mengingatkan kepada kita akan prinsip hidup dari Kerajaan Surga tentang Kelemahlembutan, yang akan memiliki berkat-berkat bumi. Kelemah lembutan menjadi sesuatu yang sulit dijumpai karena kerasnya kehidupan dan banyaknya pergumulan yang menjadikan manusia kurang sabar, kurang tenang dalam jiwanya. YESUS sendiri memberitahukan dan menunjukkan bahwa diri-Nya adalah seorang yang lemah lembut (Matius 11:29 "Aku lemah lembut …."). Dalam situasi yang terjadi dewasa ini, anak TUHAN dituntut untuk memiliki sikap lemah lembut. Sikap ini bisa kita praktikkan dalam hidup kita sehari-hari, terhadap teman, kelaurga, lingkungan dan lain sebagainya. Berikut ciri-ciri orang yang lembut hatinya: Pribadi yang terbuka terhadap tegoran TUHAN. Firman TUHAN dalam (Yakobus 1:21), Pribadi yang mudah dibentuk. (Yeremia 18:4-6), Pribadi yang rela untuk dilukai atau diperlakukan dengan tidak adil (1 Korintus 6:7). 8. Penguasaan Diri Sementara nilai penguasaan diri adalah suatu sikap dimana seseorang mampu mengontrol dirinya secara baik dan benar. Memang kita sadar bahwa manusia memiliki yang namanya keinginankeinginan. Namun, pada kenyataannya tidak semua keinginan itu dapat membahagiakan sesamanya bahkan dirinya sendiri. Seringkali keinginan manusia dikuasai oleh nafsu dan emosi yang tidak terkontrol, akibatnya manusia menjadi korban dari keinginannya sendiri. Berikut beberapa tokoh yang dapat kita teladani dalam hal penguasaan diri: Yusuf, dia mampu menguasai dirinya ketika istri Potifar mengajak dia melakukan persetubuhan (Kejadian 39), Tuhan Yesus,. Ketika Tuhan Yesus ditangkap pengawal-pengawal imam besar di taman Getsemani, Tuhan Yesus tetap, tenang penuh penguasaan diri. Salah seorang muridNya mencabut pedang dan menebas telinga salah seorang yang menangkapnya hingga putus tetapi Tuhan Yesus bukannya memuji muridNya itu. Tuhan Yesus bahkan menegur perbuatannya karena ia bertindak keras dan emosional. Tuhan Yesus kemudian memungut telinganya dan menyembuhkanya. Tuhan Yesus yang lemah lembut dan penuh penguasaan diri hendaknya kita teladani dan kita jadikan pedoman hidup kita dalam meng hadapi segala bentuk tantangan yang kita hadapi.
28
BAB VII TATA NILAI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Untuk mengakhiri pembahasan tentang nilai-nilai kekristenan, maka dalam pembahasan ini akan disampaikan tata nilai Universitas Kristen Indonesia. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan visi dan misi universitas, yaitu; “Menjadi universitas unggulan dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang antisipatif dalam era globalisasi berdasarkan nilai-nilai kristiani”, yang mengandung pengertian (1) Menjadi universitas unggulan, dapat diterjemahkan memiliki ‘dayasaing’, (2) Antisipatif artinya mampu melihat perkembangan/perubahan jaman. (3) Berdasarkan nilai-nilai kristiani, berarti bahwa seluruh pekerjaan dan pendidikan UKI dijalankan dalam kesetiaan pada Injil Yesus Kristus untuk memuliakan Allah dan mengasihi serta melayani sesama. Adapun Tata Nilai UKI adalah sebagai berikut; a. Rendah hati (Surat Filipi 2:3b) Sikap rendah hati akan memberikan rasa senang (comfort) bagi orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang ramah, baik, murah senyum, sabar, siapmenolong, komunikatif, pengertian, respek, dan melayani dengan hati. b. Berbagi dan Peduli (Surat Ibrani 10:24) Sikap berbagi dan peduli dapat dirasakan orang lain dalam bentuk empati (emphaty), dan tercermin dalam perilaku yang bersedia untuk mendengar, menghargai orang lain, penuh pengertian, murah hati, bersedia memberikan waktu dan perhatian, dan bersedia member informasi yang diperlukan (informative). c. Disiplin (Surat Efesus 5:16) Sikap disiplin akan membangun konsistensi, dan tercermin dalam perilaku kerja yang tepat waktu, taat pada peraturan (compliance), dan konsisten. d. Profesional (Injil Matius 25:21) Sikap professional akan memberikan rasa puas (satisfaction) bagi orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang cepat dan tepat waktu dalam memberi respon, akurat, dapat bekerjasama, ahli dan kompeten, member pelayanan yang terbaik, dapat dijamin (assurance), membawa terobosan-terobosan, dan membawa perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). e. Bertanggung-jawab (kitab bilangan 4:49) Sikap bertanggung-jawabakan membangun kepercayaan, dan tercermin dalam perilaku yang dapat dipercaya, transparan, adil, taat pada peraturan (compliance), mampu mempertimbangkan risiko, dan terbuka terhadap masukan (open to suggestions). f. Kejujuran (Injil Matius 5:37) Kejujuran adalah kesadaran. Kejujuran merupakan dimensi dari pikiran dan perbuatan yang baik dalam merespons panggilan Allah. Kejujuran menyertakan pikiran-pikiran, kata-kata, perbuatanperbuatan yang memperlihatkan suatu harmoni antara kepercayaan mendasar seseorang & manifestasi-manifestasinya. Kejujuran memperlihatkan kebenaran, keterlibatan, menghindari ketidak jujuran. Kejujuran memberitahukan bukti-bukti yang ada, apapun hasilnya, tidak memanipulasi/ membatalkannya untuk keamanan intelektual/keuntungan pribadi, dan harus akurat. Kejujuran berasal dari hati nurani dan tidak bisa dipaksakan.
29
Sebagai bentuk manivestasi yang kongkrit dalam mengejawantahkan nilai-nilai kejujuran, maka sivitas akademika UKI telah mencanangkan maklumat bersama dalam IKRAR CAWANG, yang berisi : UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (UKI) “IKRAR CAWANG” Kami segenap Sivitas Akademika Universitas Kristen Indonesia, dengan ini menyatakan IKRAR: 1. Bahwa kami mendukung setiap upaya pencegahan, pemberantasan, penindakan, serta upaya2 pelenyapan korupsi lainnya dari bumi Indonesia. 2. Bahwa kami, dalam menjalankan tugas dan kewajiban kami, dan dalam perilaku hidup kami sehari hari, di dalam maupun diluar lingkungan kampus, menolak dan tidak akan melakukan praktik suap, korupsi, dan manipulasi. 3. Bahwa kami, selaku DOSEN UKI, akan senantiasa mengajarkan, mendidik, dan memberikan teladan kepada mahasiswa kami untuk selalu setia menjalankan nilai-nilai yang sejalan dengan semangat anti korupsi. 4. Bahwa kami selaku KARYAWAN UKI, akan selalu menjunjung tinggi nilai nilai kejujuran dan kebenaran dan mengamalkannya dalam karya dan karsa kami. 5. Bahwa kami selaku MAHASISWA UKI, akan terus memupuk dan memelihara idealisme kami, menghayati dan mengamalkan nilai nilai kejujuran dan kebenaran yang diajarkan kepada kami, demi membangun generasi baru yang bersih dari korupsi , yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia. Cawang, 31 Januari 2012 Atas nama sivitas akademika UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA Rektor: Ir. Maruli Gultom Pembantu Rektor Akademik: Prof. WBP Simanjuntak, M.Ed., Ph.D. Pembantu Rektor Non Akademik: Robert P.L.Tobing, SE, Ak. Dekan FKIP: Dr.E.Handayani Tyas,SH.,MPd. Dekan Fakultas Sastra: Fajar S. Roekminto SS., MH. Dekan Fak Hukum: Dr. Barita LH Simanjuntak, SH, MH Dekan Fakultas Ekonomi: D. Robert Tambunan, SE., MT., M.Min. Dekan Fak Kedokteran: dr. Angkasa Sebayang, MS Dekan Fakultas Teknik: Dr. Ir. James E.D. Rilatupa, Msi. Dekan Fisipol: D. Parlindungan Sitorus, SH., MS. Direktur Pascasarjana: Dr. Dhaniswara K.H.,SH, MH, MBA. Direktur Akfis: Dr.(Med). Abraham Simatupang Atas nama Mahasiswa: Edward Wirawan Disaksikan Wakil KPK: Abdullah Hehamahua
Demikianlah rumusan Tata Nilai UKI, yang akan menjadi pedoman dan spirit segenap sivitas akademika dalam menjalankan dan mengemban tugas ataupun pelayanannya melalui motto “melayani dan bukan dilayani”. B. Kesimpulan Banyak hal yang telah kita pelajari dalam memahami bab ini, yang berkaitan dengan tema nilai-nilai Kristiani. Baik itu konsep tentang nilai ataupun pengertian nilai itu sendiri. Kiranya melalui penjabaran yang telah kita pelajari ini, kita dapat semakin terbuka dalam memahami pentingnya mengembangkan relasi yang didasarkan pada pemahaman nilai sosial yang ada. Akhirnya, marilah kita melihat dan memahami aspek nilai yang merupakan suatu kualitas ketentuan yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, dan negara. Kehadiran nilai dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan aksi dan reaksi, sehingga manusia akan menerima atau menolak kehadirannya. Konsekuensinya, nilai akan menjadi tujuan hidup yang ingin diwujudkan dalam realitasnya.
30
BAB VIII PANGGILAN HIDUP MANUSIA SESUAI RENCANA ALLAH Tulisan ini membahas tentang makan panggilan hidup manusia yang sesuai dengan kebenaran Alkitab. Berbicara mengenai panggilan hidup yang bermakna pada zaman ini dapat dikatakan sungguh menyedihkan. Manusia menjalani kehidupannya cenderung tidak lagi mendasarkan pada norma-norma kebenaran etis dan moral. Nilai-nilai kebenaran telah direduksi. Dampak reduksi ini membuat banyak orang merasa prihatin karena telah mempengaruhi sendisendi kehidupan pada diri manusia itu sendiri dan disekitar manusia tersebut. 38 Apa sebenarnya yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini sering terdengar dan mencoba untuk dijawab. Namun kecenderungan jawaban yang muncul hanya bersifat fenomena yang solusinya tidak menyelesaikan persoalan, karena tidak menyentuh substansi yang sebenarnya. Sesungguhnya ketidak mengertian dan ketidaksadaran akan standar etika kehidupan dalam perspektif Kebenaran Allah mengakibatkan manusia seringkali jatuh dalam tindakan-tindakan yang memprihatinkan. A. MENYADARI AKAN NATURNYA Manusia terdiri dari Tubuh, jiwa dan roh. Jiwa adalah bagian yang lebih mulia dalam diri manusia, sesuatu yang kekal, karena esensinya adalah ciptaan Allah 39. Bodohlah orang yang berpikir bahwa ia menjadi tidak ada lagi setelah kematian. Hati dan akal budi manusia yang mengetahui antara baik dan jahat harus disadari bahwa ia harus menghadapi penghakiman Allah, bahwa setiap orang akan mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Allah sesuai dengan apa yang diputuskan oleh hati dan akal budinya. Inilah alasan mengapa jiwa tersebut dikatakan mulia dan kekal. Sebagaimana juga dijelaskan bahwa manusia adalah ciptaan menurut gambar dan rupa Allah (Created in God’s image) 40 yang artinya citra Allah ada di dalam diri manusia. 41 Gambar Allah dalam diri manusia meliputi semua sifat unggul yang menjadikannya memiliki natur yang melampaui semua spesies binatang. Inilah yang terlihat dalam integritas yang terlihat pada Adam, ketika ia memiliki pengertian yang benar, dan mengendalikan perasaannya dengan akal budinya, dan menata seluruh inderanya atau keinginannya berdasarkan rencana Allah. Sifat kekekalan yang melekat pada jiwa manusia ini mendorongnya mengarahkan diri ke atas dan menghargai kebenaran Allah. Jiwa manusia dimaksudkan untuk terarah kepada Allah, sehingga semakin seorang manusia mendekatkan diri kepada Allah semakin ia makhluk yang rendah hati sekaligus rasional. Jiwa manusia yang kekal ini memiliki dua kemampuan yaitu pengertian dan kehendak . Pengertian untuk membedakan mana yang harus diterima dan yang harus ditolak. Sedangkah kehendak membuat keputusan dan mengikuti apa yang oleh rasio dinyatakan sebagai hal yang baik 38
Fakta Kemerosotan nilai-nilai kehidupan dapat di baca lebih lanjut pada buku Blamires, Harry, The Post Christian Mind , Michigan, Servant Ministries, 199. 39 Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kata ‘jiwa’ yang diterjemahkan dari bah. Yunani dari kata ‘psyche’. Leksikon Yunani Perjanjian Baru Arndt-Gingrich mendaftarkan sejumlah makna untuk kata ini, beberapa diantaranya adalah ‘prinsip hidup’ , ‘kehidupan duniawi itu sendiri’, (earthly life it self) ‘temp at kehidupan rohani manusia (seat of inner life of mean), termasukperasaan dan emosi’, ‘tempat dan pusat kehidupan ya ng melampui hal -hal duniawi’. Yang memiliki kehidupan makhluk hidup. Lebih lanjut lihat William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, A Greek-English Lexicon of The New Testament and Other Early Christian Literature, (Chicago, Univ. Of Chicago Press, 1975) 40 LAI TB: Kejadian 1: 26-27 41 Kalimat dalam Kejadian 1: 26 "menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita " mempunyai arti bahwa Allah membuat manusia "menjadi" gambar dan rupa-Nya .
31
dan menolak apa yang tercela. Allah telah memperlengkapi jiwa manusia dengan akal budi sehingga ia dapat membedakan antara yang benar dan jahat dan untuk menemukan dengan terang akal budinya apa yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Dan kehendaknya bertugas untuk membuat pilihan. Keadaan manusia sebelum jatuh dalam dosa, berada dalam kemuliaan karena kemampuannya – akal budi, pengertian, kebijaksaan, dan pertimbangan. Dari komponen ini ditambahkan lagi pilihan untuk mengarahkan nafsunya sehingga kehendak sepenuhnya menyesuaikan dengan pertimbangan rasio. Manusia juga diberikan kehendak bebas sehingga jika ia memilih ia dapat memiliki hidup kekal. Karena itu, Adam memiliki kebebasan untuk memilih apa yang baik dan buruk. Tetapi setelah kejatuhannya yang disebabkan oleh pilihannya yang salah, dimana manusia mau seperti Allah, mengakibatkan keunggulan pada dirinya menjadi rusak. Sebagaimana Richart L. Pratt jelaskan ‘oleh bujukan maut dari si iblis yang meyakinkan Hawa bahwa semua kemampuan yang ia dapatkan sebagai anugrah ilahi dari Allah ternyata belum cukup untuk bisa membuatnya disebut sebagai mahkota ciptaan yang mulia. Kemudian Hawa memandang dirinya di bawah pengaruh Setan, ia tidak lagi mengindahkan keindahan rancangannya, dan ia mulai berpaling dari Penciptanya. Dia membrontak dan menjadi angkuh. 42 Sejak itu, manusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk memilih apa yang baik, karena kecendrungan hatinya sekarang hanya tertuju kepada apa yang jahat. Namun syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena di dalam anugerah penebusan-Nya, Roh Kudus membaharui manusia, sehingga manusia dimungkinkan melakukan, menyuarakan kebenaran Allah menjadi norma kebenaran dan etika hidup manusia. 43 B. PANGGILAN ALLAH Kata ‘panggilan’ yang dimaksudkan pada tulisan ini bukanlah berasal dari istilah ‘calling’, melainkan ‘vocation’ yang berasal dari bahasa latin yang artinya ‘suara yang memanggil’. Dalam Meriam Webster Dictionary Online 44 ‘vocation’ juga disebutkan sebagai panggilan khusus ‘especially : a divine call to the religious life atau ‘panggilan ilahi untuk hidup secara religius’. D i balik aktifitas manusia sehari-hari sesungguhnya terkandung makna sebuah “panggilan dari Allah”. Orientasi hidupnya tidak lagi terarah kepada hal-hal yang sifatnya fisik, ekonomis dan menguntungkan secara duniawi. Sebab mata batinnya terbuka untuk mengalami ‘spiritual awareness; (kesadaran rohani) yang mendorongnya untuk melakukan karya Allah. Kesadaran rohani tersebut bukan sekedar suatu dorongan dari perasaan religiusitas, tetapi suatu dorongan untuk melakukan tindakan yang diyakini dikehendaki oleh Allah; yaitu panggilan hidup (vocation) yang diyakini sungguh suci. Bagaimana manusia dapat memahami panggilan (vocation) Tuhan dalam kehidupannya? Ada dua hal yang patut di pahami untuk menjalani panggilan (vocation) Tuhan bagi setiap orang selama di dalam dunia: (1) Konteks hidup masing-masing ("for everything there is a season..."). Ibarat setiap rangkaian pertumbuhan manusia ada 'tugas' nya masing-masing. Misalnya saat usia dini, dia mempunyai tugas untuk berjalan, usia remaja, usia pemuda, usia umur pertengahan, masingmasing ada 'tugas' yang perlu di selesaikan. Demikian juga dalam konteks masing-masing setiap orang, (saat dia sedang sekolah panggilannya adalah mempertanggungjawabkan sekolahnya dengan baik). Jikalau orang tersebut lalai maka 'tugas' akan membebani perjalanan hidup selanjutnya. Demikian sebelum menikah dan sesudah menikah, atau sebelum dan sesudah mempunyai anak, dst. Dari keseluruhan atau totalitas kehidupannya di Bumi ini setiap orang juga harus melakukan tugasnya sebagai ciptaan Tuhan, yakni takut akan Tuhan serta memuliakan Tuhan dalam hidupnya. (2) Misi dan visi kehidupan. Ini merupakan 'jiwa' perjuangan setiap manusia di muka bumi ini. Keduanya berpadu dalam kehidupan manusia. Tantangannya adalah jikalau setiap orang tidak memahami akan hidup dan konteks dimana dia hidup, sesungguhnya dia terperangkap, dan hanya mengikuti arus jaman tanpa daya. Jikalau kita tidak memahami 'season' hidup kita dan memenuhi ’
42
Pratt, L, Richard, DIRANCANG BAGI KEMULIAAN , Surabaya: Momentum, hal. 52 LAI TB : Efesus 4: 21-24 44 http://www.merriam-webster.com/dictionary/vocation 43
32
'tugas' nya, maka kita bisa terperangkap dalam pergumulan diri yang rumit. Jikalau kita tidak mempunyai visi maka hidup kehilangan arah, nilai dan makna yang sebenarnya. Maka dari itu Allah berkehendak agar manusia dapat selalu hidup menurut rencana-Nya. Dia berkenan memimpin kita sehingga dapat mengerti rencana-Nya. Bagi manusia yang terpenting dalam mengelola kemampuannya – akal budi, pengertian, kebijaksaan, dan pertimbangan yang ada pada dirinya dalam menjalankannya haruslah dengan rendah hati. 45 Dengan demikian rencana Tuhan yang khusus bagi setiap manusia disebut sebagai panggilan hidup. Untuk menolong kita mengerti akan panggilan Allah, perhatikan tiga hal di bawah ini: 1. Kebenaran sejati bersumber dari Allah sendiri Manusia bukanlah sumber kebenaran, karena manusia sendiri masih mencari kebenaran, dan manusia sendiri sadar bahwa tingkat pengetahuan kebenarannya tidaklah absolut (banyak kesalahan yang masih kita lakukan di dalam hidup kita). Karena itu, jika kita mau mencari kebenaran, haruslah kembali kepada Allah sendiri, yang menjadi sumber kebenaran dan dirinya kebenaran. Secara inkarnasi, maka di sepanjang sejarah, hanya satu 'manusia' saja yang berhak mengklaim diri sebagai Kebenaran, yaitu Yesus Kristus sendiri, Anak Allah yang Tunggal (Yoh 14:6). 2. Allah mewahyukan kebenaran di dalam Alkitab. Allah menyatakan kebenaran-Nya kepada manusia melalui firman-Nya, yaitu Alkitab. Dengan kata lain, Alkitab merupakan satu-satunya sarana untuk manusia bisa kembali mengerti kebenaran yang paling hakiki. Inilah yang ditekankan dengan proklamasi: Sola Scriptura (Hanya Alkitab Saja). Dengan demikian, maka seluruh kebenaran harus berpresuposisi pada Alkitab. Dengan lebih kritis lagi, bahwa setiap kebenaran yang bisa kita dapat dan mengerti, jika memang benar, maka ia tidak bisa bertentangan dengan Alkitab. 3. Alkitab merupakan satu kebenaran yang utuh dari Allah yang satu. Karena Allah yang sama mewahyukan seluruh bagian Alkitab, maka seluruh bagian Alkitab tidak bertentangan satu sama lain. Jika terjadi pertentangan, maka bukan pengertian Alkitab itu sendiri, tetapi kesulitan pikiran manusialah yang memang mempertentangkannya. Maka kembali lagi, presuposisi manusia di dalam menghadapi Alkitab adalah presuposisi keutuhan, bukan dekonstruktif.
45
LAI TB : Yeremia 2:11-14
33
BAB IX REFLEKSI PENGENALAN DIRI MANUSIA
MELALUI KEHADIRAN KERAJAAN-NYA, Yesus menjawab berbagai kebutuhan terdalam dari kepribadian manusia atas kebenaran, pemeliharaan, dan tujuan. Jika kita mengesampingkan Dia, kita masih menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dihindarkan: Apa yang membuat kehidupan kita berjalan? Apa yang dapat membuat kehidupan kita berjalan sebagaimana seharusnya? Ketidakmampuan untuk menemukanjawaban yang memadai membiarkan kita tanpa kemudi di tengah lautan peristiwa di sekitar kita dan di tengah kekuasaan pikiran dan kekuatan apa pun yang melanda untuk kita tanggung. Pada dasarnya, demikianlah situasi manusia. Anda dapat melihat hal itu hari demi hari di sekitar Anda. Meskipun demikian, orang-orang bijak di sepanjang zaman telah mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, dan mereka dengan suara bulat telah menemukan, sebagaimana telah dinyatakan, bahwa yang terpenting mengenai bagaimana kehidupan berjalan dan seharusnya berjalan adalah siapakah 'di bagian dalam' diri kita. Tentunya hal-hal yang baik dan buruk akan terjadi pada kita. Namun, yang menjadi sesuatu yang berarti dalam hidup kita-setidaknya bagi mereka yang sudah mencapai usia akil balik-sebagian besar, bisa juga sepenuhnya, adalah masalah mengenai bagaimana bagian dalam dari diri kita. ‘Bagian dalam’ ini merupakan arena formasi spiritual yang selanjutnya akan menjadi arena transformasi spiritual. Di dalam diri kita terdapat pikiran, perasaan, maksud-dan sumber-sumber yang lebih dalam, apa pun kemungkinannya. Kehidupan yang kita jalani di dalam momen, jam, hari, dan tahun, muncul dari suatu kedalaman yang tersembunyi. Apa yang ada di dalam ‘hati’ kita lebih berarti dari apa pun karena hati itu menunjukkan siapa dan bagaimana kita. ‘Engkau berada di dalam rengkuhanku di sini ,’ demikian bunyi lirik sebuah lagu lama, ‘tetapi, di manakah hatimu?’ ltulah yang benar-benar berarti, bukan hanya untuk relasi individual, tetapi juga untuk kehidupan secara menyeluruh. Penulis Oscar Wilde pernah mengatakan bahwa pada umur empat puluh setiap orang memiliki wajah yang selayaknya mereka terima. lni merupakan kebenaran mendalam yang sesungguhnya meski menyakitkan. Tetapi hal ini sungguh berlaku bagi 'bagian dalam' diri seseorang yang diekspresikan oleh wajah-sampai ke hati dan juga jiwa, dan bukannya untuk wajah belaka sebagai suatu daerah permukaan tubuh. Jika tidak demikian, maka hal ini tidak akan banyak berarti. Sekarang, tepat di permukaan alam sadar ‘dunia bagian dalam’ kita terletak beberapa pikiran, perasaan, maksud, dan rencana kita. Semua ini merupakan hal-hal yang kita sadari. Hal-hal tersebut mungkin tampak jelas bagi orang lain, juga bagi kita. Berkenaan dengan semua itu, dengan sadar kita mendekati dunia kita dan tindakan-tindakan kita di dalamnya. Namun, aspek-aspek permukaan ini juga merupakan indikasi yang baik tentang natur umum "kedalaman spiritual bagian dalam" yang tidak disadari dan tentang hal-hal macam apa yang menyusunnya. Bagaimanapun juga, pikiran, perasaan, dan maksud yang kita sadari hanya merupakan satu bagian kecil dari hal-hal yang sungguh ada di dalam diri kita, dan yang sering kali bukan merupakan hal-hal yang paling meng ungkapkan tentang siapa kita sebenarnya dan mengapa kita melakukan sesuatu perbuatan. Apa yang benar-benar kita pikirkan, bagaimana perasaan kita yang sebenarnya, dan apa yang benar-benar akan kita lakukan di dalam keadaan-keadaan yang dapat diketahui sebelumnya ataupun tidak, mungkin tidak diketahui sama sekali oleh diri kita sendiri atau orang terdekat kita. Kita mungkin berpapasan begitu saja dengan sesama-bahkan berpapasan begitu saja dengan diri
34
kita sendiri, jika Anda dapat membayangkan hal itu seperti "kapal-kapal di malam hari." Kita berpapasan begitu saja sepanjang waktu. Dimensi yang tersembunyi dari setiap kehidupan manusia tidak dapat dilihat orang lain, bahkan juga tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh diri kita sendiri. Biasanya kita tahu sangat sedikit tentang hal-hal yang bergerak di dalam jiwa kita sendiri, tingkatan terdalam dari hidup kita, atau apa yang menggerakkannya. "Bagian dalam" dari diri kita itu secara mengherankan bersifat kompleks dan tidak kentara bahkan berliku-liku. ltulah yang menjalankan kehidupan sebagai miliknya sendiri. Hanya Allah yang mengetahui kedalaman kita, siapa kita, dan apa yang akan kita lakukan. Oleh karena itulah pemazmur berseru memohon pertolongan Allah dalam menghadapi-dirinya sendiri! "Selidikilah aku, ya Allah." "Biarlah Engkau berkenan akan ... renungan hatiku, ya Tuhan." "Perbaruilah batinku dengan roh yang teguh !" Pada suatu titik tertentu dari bagian diri yang "berada jauh di bagian dalam" (hati saya) telah terbentuk dan kemudian saya berada di dalam belas kasihannya. Hanya Allah yang dapat menyelamatkan saya.
35
BAB X MANAJEMEN DIRI
Pendahuluan Kejadian 1:26-2846 dengan jelas menyatakan bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah. Manusia diciptakan segambar dengan Allah, manusia menjadi makhluk yang tidak sama dengan ciptaan lain dan memampukan manusia menjalankan “kekuasaan” se bagaimana direncanakan Allah (Kejadian 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya. Kemampuan berpikir, manusia dapat menimbang yang baik dan yang jahat dalam mengambil keputusan, Dalam kemampuan moral, manusia memiliki sikap murah hati, suka berdoa, kemampuan memelihara. Karena dosa manusia tidak lagi menjadi pemimpin atas alam semesta dan atas dirinya sendiri. TUHAN tidak membiarkan manusia berada dalam dosa, Kejadian 3-4 memperlihatkan tindakan Allah dalam menyelematkan manusia. Sebagai ciptaan Allah yang sangat berharga, kehidupan manusia berkembang baik secara fisik, mental maupun spiritual. Lukas 2:52 " Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia". Kejadian 11:6 “Apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak terlaksana”. Manusia adalah mahluk rasional dengan kemampuan membuat keputusan dan kecerdikan yang kreatif. Sehingga dapat menjalankan hidup seperti perintah Tuhan Yesus dalam Matius 10:16, Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, dan melakukan dengan hikmat seperti dalam Amsal 9:10, Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. Otak manusia merupakan sumber daya organisasi yang sangat berharga. Howard Gardner, 47 beliau Professor bidang pendidikan di Harvard University penggagas Multiple Inteligences, mengemukakan bahwa kecerdasan otak manusia diukur dengan: a). kemampuan untuk menyelesakan masalah, b.) kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, c). kemampuan untuk mencipakan sesuatu atau memberkan penghargaan dalam budaya seseoang. Gardner mengemukakan definisi yang lebih luas, potensi manusia, baik anakanak maupun orang dewasa, ia membaginya dalam delapan jenis kecerdasan. 48 Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan bodily-kinestetetik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. 1. Kecerdasan linguistik memperlihat kan kemampuan manusia untuk menggunakan bahasa/komunikasi secara efektif (word smart), baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan linguistik meliputi kemampuan berbicara, merangkai cerita dan mampu menyusunnya dengan baik dan indah, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca, menulis, berdiskusi, bermain peran, kemampuan menterjemahkan arti kata, tata bahasa, mendengar lagu/bunyi, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Hal tersebut termasuk kemampuan untuk mengerti perasaan, mengendalikan emosi, mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Kecerdasan linguistik kerap dihubungkan dengan fungsi otak kiri. Jean Paul Sartre filsuf dan 46
LAI TB : Kejadian 1: 26-28 Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences), (Batam: Interaksara, 2003), hlm. 31-48 48 Immanuella F. Rachmani dkk, Seri Ayahbunda Multiple Intelligencest , (Jakarta: PT Aspirasi Pemuda 2003), hlm. 6-8, 19-21, 25-27, 40-44, 50-56, 70-74, 82-86, 96-100, 108-115 47
36
sastrawan Perancis, di usia 5 tahun mencapai kematangan berbicara seperti orang dewasa, pada usia 9 tahun dapat menyelesaikan sebuah buku. 2. Kecerdasan logika-matematika memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi, suka bertanya berbagai fenomena, menuntut penjelasan yang logis dari setiap pertanyaan, suka megklasifikasikan benda dan mampu menggunakan/menghitung angka dengan baik, melakukan penalaran dengan benar, peka pada pola dan hubungan antar hal serta fungsi logis. Kecerdasan tersebut pada dasarnya melibatkan kemampuan untuk menganalisis, mengkonsep masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Kecerdasan ini terkait erat dengan kecerdasan linguistik. Tokoh-tokoh dengan kecerdasan logika-matematika adalah Archimedes, Pytagoras, Copernicus, Kepler, Galileo, Sir Isaac Newton, Einstein. 3. Kecerdasan visual- spasial memperlihatkan kecenderungan berpikir secara visual, kaya internal imagery (kayalan internal), sehingga cenderung imajinatif dan kreatif, mampu untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Kecerdasan ini meliputi kepekaan memecahkan masalah dan menghasilkan bentuk, merupakan sarana magaimana pikiran manusia mengoperasikan isi dunia, baik itu orang, objek atau suara, ini kerap dihubungkan dengan fungsi otak kanan, memiliki kekuatan pada warna, garis, bentuk, ruang, menggambar, membuat prakarya, merancang. Kecerdasan visual-spasial membuat seseorang mampu melihat dan mengamati informasi visual, mengirim informasi ini dan menciptakan kembali bayangan visual dari memori. Perkembangan kapasitas spasial yang baik diperlukan untuk bekerja sebagai arsitek, pelukis, pemahat, ahli anatomi dan topologi juga ahli mesin. Contoh tokoh: Walt Disney 4. Kecerdasan bodily-kinestetik/gerak tubuh memperlihatkan kemampuan dalam menggunakan seluruh tubuh secara terampil, memiliki control terhadap gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keangunan dalam bergerak, mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya seperti acting juga olah raga. Otak memegang peranan sangat penting, dengan beratnya 100 gram dan volume ssekitar 250 cm3, merupakan pusat pengendalian berbagai aktivitas fisik maupun mental, tersusun dari bermilyar-milyar neuron (sel saraf), terbagi menjadi 2 baian yakni otak besar (cerebrum) dan otak kecil (cerebellum). Semua gerakan yang dilakukan manusia diatur oleh otak. Setiap belahan otak (hemisphere) mengontrol gerakan sisi tubuh yang berlawanan. Belahan otak kiri akan mengatur badan, mata, dan telinga bagian kanan. Sementara belahan otak kanan akan mengontrol badan, mata dan telinga bagian kiri. Otak bagian kanan dominan untuk hal-hal yang intuitif, merasakan, bermusik, menari, kreatif dsb. Contoh tokoh-tokoh: Brad Pitt, Angelina Jolie, Michael Jordan, Leonel Mesi, Martina Sarapova 5. Kecerdasan musikal adalah memperlihatkan kemampuan mengenali dan mengingat nada-nada, irama, melodi, warna suara, mentransformasi kata-kata menjadi lagu, dan meciptakan berbagai permainan musik. Dapat dengan pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar, cepat menghafal lagu dan menggunakan musik untuk menghafal pelajaran. Kecerdasan musik juga berkaitan dengan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan linguistik dan kecerdasan logikamatematika. Musik juga melatih kepekaan emosi. Ditemukan bahwa mahasiswa-mahasiswa Hungaria yang diakui dunia memiliki rangking tertinggi di bidang ilmu pengetahuan, ternyata dididik oleh sekolah-sekolah yang mengintegrasikan music ke dalam kurikulum pendidikan sejak tingkat prasekolah hingga universitas. Contoh tokoh-tokoh: Mozart, Bach, Bethoven 6. Kecerdasan interpersonal memperlihatkan kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi, ampu membaca suasana hati, maksud, motivasi, dan persaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi, sikap empati sehingga dapat jadi tempat curhat yang baik, karena dapat bersosialisasi dengan baik ,maka dapat bekerjasama dengan orang lain dan memimpin kelompok. Pada umumnya individu dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi akan tumbuh
37
menjadi pribadi yang memiliki partisipasi akti dalam lingkungan sosialnya. Contoh: Martin Luher King Jr, Franklin D. Roosevelt. 7. Kecerdasan intrapersonal memperlihatkan kemampuan yang berhubungan dengan kepekaan perasaan dan situasi ang tengah berlangsung, memahami diri sendiri (gambar diri, citra diri), dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Seseorang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral, sehingga mengetahui apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social, tahu kepada siapa harus meminta bantuan disaat memerlukan. Pada umumnya individu dengan kecerdasan intrapersonal yang baik, akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki sikap kerjasama yang baik, dapat menemukan jalan keluar, mampu membangun dan hidup dengan system nilai-nilai etika yang dianut masyarakat di lingkungan sosialnya seperti agama. Contoh tokoh-tokoh: Helen Keller, Neil Amstrong, Columbus 8. Kecerdasan Naturalis memperlihatkan ketertarikan yang t inggi terhadap ingkungan alam sekitar, mampu untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori spesies di lingungan sekitar seperti tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta, peka pada fenomena alam, mampu membedakan benda hidup dan tak hidup, serta mampu memprediksi gejala alam dengan situasi yang ada di alam seperti petani maupun nelayan. Contoh tokoh: George Mendel, ia memiliki kemampuan melihat perbedaan, mengidentifikasi dan mengklasifikasi sistem kehidupan. Dari paparan diatas, bagaimana menjadi pribadi yang cerdas dan berhikmat, yakni dengan melakukan manajemen diri yang baik. A.
Manajemen Diri Manusia yang telah mengalami penebusan dari dosa, melaksanakan visi, tujuan hidupnya dengan manajemen diri yang bertanggungjawab. Pada dasarnya manajemen diri adalah belajar menemukan apa yang menjadi kepedulian, apa yang menginspirasi dan hargai, serta apa yang menantang. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan mewujudkan hidup bermakna dan berhasil adalah keberhasilan memaksimalkan manajemen diri. Menurut Paul R. Timm, manajemen diri adalah proses memaksimalkan pemanfaatan waktu dan talenta, sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan yang bermanfaat berdasarkan sistem nilai hidup yang baik dan benar. 49 Strategi mencapai manajemen diri adalah melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan visi dan tujuan hidup. Visi merupakan gambaran pikiran (mental picture) yang jelas tentang hari esok yang lebih baik, diberi oleh Tuhan, yang meyakinkan seseorang bahwa hal itu bukan saja dapat dilakukan, tapi juga harus dilakukan.
John C. Maxwell memberikan contoh Yusuf yang memiliki impian, visi tentang masa depan yang lebih baik (Kejadian 37:1-36, 39:1-42:6, 47:13-26). Yusuf sang pemimpi, dalam prosesnya harus bekerja keras tanpa ada yang memperhatikan dalam kurun waktu tertentu, dijual menjadi budak di usia 17 tahun, mengalami cobaan-demi cobaan, namun berkat Allah tetap menaunginya, ketika bekerja sebagai budak di rumah Potifar, masuk penjara sampai dipercaya menjadi mangkubumi di Mesir dan membuat ketetapan di negeri tersebut. 50 Yesus Kristus menjalankan visi dengan jelas : “Hari ini, besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalananKu, sebab tidaklah semest inya seorang nabi dibunuh, kalau tidak di Yerusalem.” (Lukas 49
Magdalena , Etik a, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008, hlm. 81 John C. Maxwell, 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati , (Batam: Interaksara, 2003), hlm. 55-57 50
38
13:33). “Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh 12:24). Visi Yesus lebih besar dari diri sendiri, sen diri, kepada nelayan Yesus berkata: “ikutlah aku, dan aku akan menjadikan kalian penjala manusia.” Mereka menjatuhkan jala dan mengikutinya. Kepada wanita di tepi sumur Yesus berkata : “ikutlah aku, dan kau tidak akan pernah haus lagi.” …dia jatuhkan embernya dan lari menemui teman2nya. Yesus memberi visi yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Visi hidup yang jelas, membuahkan tujuan hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Rick Warren, penulis Purpose Driven Life memaparkan bagaimana orang percaya memandang kehidupan dari sudut pandang Allah, menggunakan hidup sesuai kehendak Allah, menjelaskan lima tujuan Allah bagi setiap orang Kristen. 51 1. Kita direncanakan bagi kesenangan Allah. Sesungguhnya mereka akan disebut “pohon terbantin kebenaran, “Yang kuat dan da n indah, yang telah ditanam untuk kemuliaanNya sendiri (Yesaya 61:3). Mendatangkan kegembiraan bagi Allah, hidup bagi kesenangan-Nya adalah tujuan pertama hidup kita. Tugas terpenting adalah bagaimana melakukannya, yakni dengan mengasihi Dia diatas segalanya, mempercayai Dia sepenuhnya dan menaati Dia dengan sepenuh hati, menggunakan kemampuan kita memuji dan bersyukur kepada-Nya. Mengakui keterbatasan-keterbatasan kita, beserah diri, menjadi sahabat karib Allah melalui percakapan terus menerus, dekat dan jujur serta taat dengan Allah. Hidup manusia bertujuan untuk kemuliaan Allah. 2. Kita dibentuk untuk menjadi menjadi keluarga Allah. Allah. Akulah pokok anggur dan kamulah kamulah rantingrantingnya (Yohanes 15:5). Yesus mengajar kita berdoa dengan berkata: “Bapa kami yang di surga ...”. Kata Bapa sebagai sebutan untuk Allah merupakan gambaran kerinduan Allah akan hubungan kita dengan-Nya sebagai hubungan Bapa dengan anak. Allah ingin kita sekeluarga dengan-Nya (1 Yohanes 3:1). Karena Allah itu kasih, Dia menghargai hubungan. Keluarga-keluarga kita dibumi merupakan pemberian Allah yang mengagumkan. Keluarga rohani yaitu hubungan dengan orang-orang percaya merupakan kesatuan yang kuat menuju kekekalan. 3. Kita diciptakan untuk menjadi serupa dengan Kristus. Hendaklah saudara berakar di dalam Dia dan memperoleh kekuatan dari Dia. Berusahalah agar terus menerus tumbuh di dalam Tuhan, dan menjadi kuat serta bermanfaat dalam kebenaran (Kolose 2:7). Allah mengunakan Firman-Nya, orang-orang dan keadaan-keadaan untuk membentuk kita. Begitu kita hidup berhubungan dengan Allah, kita dibentuk Tuhan. Karakter kita diubahkan menjadi seperti Kristus melalui pencobaan. Berbahagialah yang tidak berbuat salah pada saat ia menghadapi cobaan kerena sebagai hadiahnya ia akan memperoleh mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada mereka yang mengasihi Dia (Yakobus 1:12). 4. Kita dibentuk untuk untuk melayani Allah. Allah. Kami hanya pelayanpelayan-pelayan pelayan Allah …. Kami hanya menjalankan pekerjaan yang ditugaskan Tuhan kepada kami masing-masing. Saya menanam dan Apolos menyiram, tetapi Allah yang membuat tanamannya tumbuh (1 Korintus 3:5-6). Kita diciptakan, diselamatkan, dipanggil untuk melayani Allah. Kapanpun Allah member kita sebuah tugas, Dia selalu memperlengkapi memperlengkapi kita dengan apa yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya. Kombinasi kemampuan yang memiliki tujuan ini diseput SHAPE (spiritual gift/karunia rohani, Heart/hati, Abilities/kemampuan, personality/kepribadian, personality/kepribadian, dan experience/pengalaman) experience/pengalaman).. 5. Kita diciptakan untuk suatu misi. Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa yang memenangkan jiwa adalah adalah bijak (Amsal 11:30). 11:30). Kata misi berasal berasal dari kata Latin untuk untuk “mengutus”. Misi kita merupakankelanjutan misi Kristus, misi kita merupakan hak istimewa yang mengagumkan, misi kita member makna bagi kehidupan kita. Berubah pola piker yang berpusat pada diri sendiri menjadi pola piker yang berpusat pada orang lain, berubah pola piker “waktu sekarang” ke pola piker kekal. Kita sebagai orang percaya mempunyai misi 51
Rick Warren, The Purpose Driven Life, Life , (Malang: Gandum Gandum Mas, 2004), hlm. hlm. 69-106, 132-137, 191-221, 248-265, 305-327
39
agung yaitu pergi memberitakan Injil (Matius 28:19-20 2. Menyusun perencanaan Myron Rush dalam bukunya yang berjudul Manajemen Menurut Pandangan Alkitab, 52 Perencanaan meliputi menentukan tujuan dari sesuatu proyek, kegiatan yang akan dilakukan, urutan pelaksanaannya dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakannya. Bila salah satu diantara keempat unsure ini tidak ada, maka kesempatan kesempat an untuk berhasil berhasil kurang. Alkitab mengatakan banyak hal tentang proses perencanaan , dan memberikan banyak prinsip tentang bagaimana perencanaan harus dilakukan. Rumah yang dibangun oleh kebijaksanaan diteguhkan oleh pengertian dan diperkaya oleh pengertian (Amsal 24:3-4). Titik tolaknya adalah pada kesadaran bahwa Allah mempunyai rencana dan tujuan bagi kehidupan manusia. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan -rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Allah juga mengatakan mengatakan “Aku hendak mengajar mengajar dan menunukkan kepadamu kepada mu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak member member nasihat, nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu kepadamu (Mazm. (Mazm. 32:8). Kepada Yeremia Allah berkata, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengambil engkau, dan sebelum sengkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” bangsa- bangsa” (Yeremia 1:5). Disini menunjukkan dengan jelas bahwa Allah mempunyai suatu rencana bagi umat-Nya. Jadi langkah pertama dalam proses perencanaan adalah mengakui kenyataan ini dengan mencari petunjuk Allah. Seseorang harus menyadari bahwa tugasnya adalah menentukan tindakan yang Allah ingin dan lakukan, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Sebagaimana dikatakan oleh Alkitab, “Banyaklah rancangandi hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana” (Amsal 19:21). Setelah seseorang mengakui bahwa Allah mempunyai rencana, langkah berikutnya adalah menyadari bahwa Allah adalah sumber kekuatan untuk mewujudkan rencana itu.Prinsip ini tercermin dalam Ibrani 11: 32-34. “Aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa, memadamkan api yang dahsyat. Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kelemahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur pasukan-pasukan pasukan- pasukan tentara asing.” Semua prestasi diatas pasti telah memakan banyak waktu dalam perencanaannya, Tuhanlah yang akan membuatnya berhasil. “Hati manusia memikir memikir mikirkan jalannya, tetapi Tuhan yang menentukan arah langkahnya (Amsal 16:9). Begitu rencana telah dirumuskan dan dijalankan, harus mempercayakan hasilnya kepada Tuhan. B. Langkah-langkah perencanaan Menentukan tujuan: Membuat rencana adalah sesuatu pekerjaan yang sulit. Tujuan yang yang jelas akan membantu membangkitkan keyakinan dan komitmen yang perlu bagi pekerjaan membuat rencanatersebut. rencanatersebut. perwujudan rencana, seperti seperti tujuan tujuan atau alasan, alasan, bayangan bayangan membangkitkan membangkitkan b. Membayangkan perwujudan motivasi kuat untuk membuat komitmen dalam sebuah perencanaan. Sebelum bertempur melawan Goliat, Daud membayangkan hasil akhir dari pertempuran itu. Membayangkan hasil akhir sebelum bertempur membantu Daud merencanakan serangannya dan menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mewujudkan rencananya. c. Menetapkan sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur menyatakan secara pasti apa yang akan dicapai, seberapa banyak yang akan dicapai dan kapan akan a.
52
Myron Rush. Manajemen Rush. Manajemen Menurut Pandangan Alkitab. Alkitab . Malang: Gandum Mas, 2002, hlm. 81-99
40
d. e. f.
terlaksana. Metode penetapan sasaran ini membantu seseorang untuk menyusun rencana secara spesifik, mengesampingkan gagasan yang tidak jelas arah dan tujuannya dan memperkirakan apa yang akan terjadi dalam suatu jangka waktu tertentu. Sasaran yang dapat diukur member arti pada iman yang harus didoakan secara terus menerus. Sasaran yang baik selalu realistis. Menentukan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran, kuncinya adalah melakukan inovasi dan kreativitas. Menyusun kegiatan-kegiatan menurut urutan yang benar dan waktu yang tepat. Menjelaskan dimana tempat kegiatan dalam keseluruhan rencana. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana.
3. Manajemen waktu Octavianus dalam bukunya Manajemen dan Kepemimpinan menurut W ahyu Allah, . 53 Terdapat tiga macam waktu Tuhan yaitu: a. Waktu Kronos, yaitu waktu waktu yang biasa, yang yang selalu ada. Kronos Kronos menunjukkan jangka waktu tertentu, siklus waktu biasa, biasa, entah itu waktu yang yang singkat (bnd, “sekejap mata”, Lukas 4:5) atau waktu yang lama lam a (bnd. Lukas 8:27; 20:9). Kata Yunani “Kronos” dipakai berhubungan dengan jam, bulan, tahun. Kronos Kronos dapat juga dimengerti sebagai deretan peristiwa dan kemungkinan yang terjadi dalam hidup manusia. Oleh sebab itulah kita sering mendengar kata kronologi. b. Waktu Aion, dipakai untuk untuk menunjukkan waktu waktu yang lama sekali atau waktu waktu yang tanpa batas. Seperti di 1 Timotius 1:17 “Raja “Raja segala Zaman” Zaman” adalah Raja atas atas waktu kini dan waktu yang akan datang. c. Waktu Kairos, yaitu berbicara berbicara tentang tentang periode tertentu. tertentu. Kalau waktu itu sudah sudah lewat, tidak akan kembali lagi (band. Roma 5:6). Kairos berbicara tentang kesempatan dan momentum yang ada pada waktu-waktu tertentu. Kairos Kairos juga dapat menunjuk kepada waktunya Tuhan bertindak untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia (Pengkhotbah 3: 11). Will Rogers pernah mengatakan, “Yang penting bukanlah seberapa banyak yang engkau lakukansetiap lakukansetiap hari, melainkan apa yang telah engkau selesaikan”. Paulus menegaskan, “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Efesus 5:15-16). 5:15-16). “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang -orang luar, pergunakanlah waktu yang ada (Kolose 4:5). Semua kutipan diatas menekankan betapa penting dan berharganya waktu. Waktu adalah sumber daya yang paling berharga. Waktu adalah unik, karena berbeda dengan sumber daya lainnya, waktu tidak dapat disimpan atau dihemat untuk digunakan kapan-kapan. Seseorang harus memakainya ketika menerimanya. Rahasia manajemen waktu adalah mengetahui bagaimana memakai secara bijaksana waktu yang kita terima (Myron Rush, 2002) Orang yang bijaksana memanfaatkan setiap kesempatan yang dimiliki. Yesus memiliki manajemen waktu yang baik, Yesus tahu bahwa Dia hanya memiliki waktu tiga tahun untuk melatih para muridNya. Selama masa pelayanannya , Yesus selalu menyadari pentingnya melakukan segala sesuatu menurut waktu Allah. Dia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan waktu yang ditentukan Allah (Lukas 9:51, Yohanes 2:4). Pada akhir pelayanannya pelayanannya Dia berkata pada para murid-Nya “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakanlah kepadanya: Pesan Guru Waktu -Ku hampir tiba: di dalam rumahmulah Aku mau merayalkan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku (Matius 26:18). Di Taman Getsemani, Yesus berkata kepada para murid- Nya, “Lihatlat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa (Matius 26:45). John C Maxwell dalam bukunya Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda, 54 disiplin untuk memprioritaskan waktu yang menentukannya dalam memilih prioritas aktivitas, yaitu: 53
Octavianus, P. Manajemen P. Manajemen dan Kepemimpinan menurut menurut Wahyu Allah . Batu: YPPII, 1997, hlm. 33-54
41
1. Sangat Penting/Sangat Mendesak: Tangani lebih dulu, tidak dapat ditunda, harus segera dilaksanakan. 2. Sangat Penting/Kurang Mendesak: Tetapkan batas waktu untuk penyelesaiannya dan usahakan untuk mengerjakan dalam rutinitas sehari-hari. 3. Kurang Penting/Sangat Mendesak: Temukan cara yang cepat dan efisien untuk menyelesaikan tanpa banyak keterlibatan pribadi. Jika memungkinkan delegasikan kepada seorang asisten yang mampu melakukannya. 4. Kurang Penting/Kurang Mendesak: ini adalah waktu yang disia-siakan mengerjakan hal-hal yang tidak penting, tidak mendesak, jangan menyibukkan diri dengan mengerjakan hal seperti ini. Firman Tuhan mengajak kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Waktu merupakan sumber daya yang paling penting, ia tidak dapat dihemat atau disimpan, hanya dipakai. Waktu adalah perjalanan hidup, jika seseorang mempunyai masalah dengan mengatur waktu berarti memiliki masalah dalam mengatur hidupnya. Manusia diciptakan Allah dengan memiliki keunikan, berbeda dengan mahluk lainnya, diberi karunia akal budi sehingga dapat memanage, mengekspolarsikan dan menumbuh-kembangkannya, serta belajar menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, dan bijaksana dengan memaknai ayat di Mazmur 90:12, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian rupa sehingga kami mempunyai hati yang bijaksana .” Sumber motivasi terbesar adalah Imanuel. Manajemen diri mengungkapkan identitas diri dari manusia yang sudah menerima penebusan untuk menghasilkan buah, seperti dalam Galatia 5:22-23: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Refleksi/Tugas: 1.
Melalui pengertian bahwa kita diciptakan serpa gambar Allah, diberi karunia 8 kecerdasan, buatlah ucapan syukur betapa cerdasnya saudara, buat dalam 100 kata 2. Apa yang menjadi Visi saudara, tuliskan dengan jelas dan tampilkan secara kreatif serta ucapkan terus-menerus 3. Membuat perencanaan dengan mengikuti langkah-langkah perencanaan. 4. Membuat daftar inventaris waktu untuk mengetahui sejauh mana menggunakan waktu secara efisien efektif Daftar inventaris Waktu Apa yang saya rencanakan untuk dilakukan esok
Apa yang sesungguhnya saya lakukan 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00
54
Elizabeth B. Hurlock, John C. M axwell. Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda . Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1995, hlm. 19-35
42
17.00 Berapa banyak waktu yang dipakai sesuai jadwal? Yang tidak sesuai dengan jadwal? Apa saja kegiatan penyita waktu yang membuat saya menyimpang dari daftar? 5. Melakukan analisis SWOT diri (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment). SWOT berarti mengenal kekuatan dari dalam diri (Strength), kelemahan dari dalam diri (Weakness), kesempatan yang datang dari luar (Opportunity), dan hambatan yang berasal dari luar (Threatment): SW0T Strength Weakness adalah situasi atau kondisi yang adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan yang dimiliki merupakan kelemahan yang dimiliki oleh seseorang, saat ini yang bisa oleh seseorang, saat ini yang bisa berpengaruh positif di masa yang berpengaruh negative di masa yang akan datang. akan datang. Opportunity Threat adalah situasi atau kondisi yang adalah situasi yang merupakan merupakan peluang atau ancaman atau hambatan yang kesempatan di luar diri pribadi, dan datang dari luar diri pribadi, dan memberikan peluang berkembang dapat mengancam eksistensi dimasa dimasa depan. depan Melakukan analisa Strategis: STRENGTH OPPORTUNITY THREAT
WEAKNESS
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
43
BAB XI CINTA, SEKS, DAN PACARAN A. Pendahuluan Ketiga bagian ini merupakan kegiatan mahkluk hidup (manusia), karena ketiga bagian ini sudah melekat dan tidak bisa terpisahkan lagi dari kegiatan dan perilaku manusia pada umumnya. Bicara tentang Cinta, Seks, dan Pacaran atau dalam istilah popularnya Love, Sex, and Dating (LSD) merupakan kebutuhan semua orang baik pria maupun wanita, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, bahkan orangtua. Banyak orang berpikir bahwa cinta, seks, dan pacaran hanyalah sebagai sarana untuk memuaskan hawa nafsu belaka manusia sehingga muncullah berbagai akibat negatif dari pemikiran dan tindakan tersebut seperti: hubungan seks bebas, pacaran yang putus nyambung dan berujung pada pergaulan bebas, perselingkuhan, hamil di luar nikah, aborsi, bunuh diri, dan tingginya perceraian dalam rumah tangga Kristen. Dalam perspektif iman Kristiani, “Cinta, Seks, dan Pacaran” (CSP) adalah karunia Tuhan yang indah, yang kudus, yang luhur, dan oleh karena itu, harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan dijaga kehormatan dan kekudusannya. Mengapa? Karena CSP itu ada pada ranah orde penciptaan (“order of creation”). Jadi, CSP sekaligus merupakan sentralitas dari tata formasi dan tata desain Tuhan Allah selaku Sang Desainer dalam rangka mengelola dan merawat bumi agar tetap aman, damai, dan lestari. Manusia diperlengkapi dengan perasaan (untuk mencintai dan dicintai), dilengkapi seks (beda jenis kelamin, Kejadian 1:27), seksualitas (Kejadian 1:25, 2:25), dan diperlengkapi juga dengan waktu (termasuk untuk pacaran). Hasil karya Tuhan akan CSP, wajib dihormati, dijaga, dipelihara, dan dipakai pada rel-rel yang benar. Artinya, agar CSP pada tubuh yang insani tersebut, sanggup berdaya guna, berhasil guna, tetapi juga tepat guna (Kejadian 1:31 “Ia melihat bahwa segala yang dijadikan- Nya itu sungguh amat baik”). CSP dengan alasan apapun, tidak dapat dijadikan objek permainan birahi, atau dieksploitasi hanya untuk mencapai kenikmatan fisik dan sensasi tubuh, apalagi kenikmatan fisik yang sembrono, egoistis, dangkal, dan sesaat. “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Korintus 10:23). Manusia memang diberi kebebasan, tetapi harus diingat bahwa tidak semua yang boleh dan dapat dilakukan manusia, lalu berguna bagi diri sendiri dan sesamanya (band. Galatia 5:13). B. CINTA 1. Pengertian cinta secara umum Cinta adalah suatu perasaan yang biasa ditandai secara fisik tidak dapat tidur karena membayangkan terus pada seseorang yang dicintainya. Perasaan itu menimbulkan suatu sensasi yang luar biasa. Sensasi tersebut bisa menimbulkan hal-hal positif. Namun sebaliknya, bisa berakibat pada hal yang negatif kalau seseorang tersebut kurang mampu untuk mengontrolnya dan mengatur dalam kehidupannya dengan baik Cinta bisa dikatakan oleh orang muda sebagai perasaan tergila-gila dan kadang membuat imajinasi yg membuat seseorang terbayang-bayang akan orang yang dimiliki. Cinta kadang tanpa disadari ada rasa dan keinginan untuk memiliki. Dalam cinta juga ada pengenalan, kerinduan untuk membuat orang lain mengenal keberadaan kita yang sesungguhnya, bahkan mengenal wilayah pribadi dengan cara halus dan apresiatif Cinta juga merupakan suatu proses pendidikan, hasrat belajar pada pasangan seperti hasrat untuk belajar dan mencintai pengetahuan. Oleh kalangan tertentu cinta juga dikatakan sebagai perpaduan yang sempurna dan kerinduan dari belahan (jiwa) untuk menemukan pasangan aslinya dan mengembalikan wujud aslinya.
44
2. Makna Cinta dalam Kehidupan Sebenarnya cinta itu timbul setelah kita memiliki rasa ingin untuk berpasangan dan ketika kita mencoba merasakan suatu sentuhan lembut dari wanita (bagi pria) dan dari pria (bagi wanita) maka kita akan mencari siapa dan bagaimana, namun perlu kita ketahui apa sebenarnya cinta, dan apa sebenarnya rasa sayang ketika itu kita belum pernah sekalipun merasakan belalian dari lawan jenis kita masing-masing, tentu sangat sulit sekali untuk merasakan dan mengartikan dari cinta itu sendiri. Kita belum mengetahui sebenarnya apa yang kita rasakan, yang lebih kuat menimbulkan ketakutan dan gemetar. Sebenarnya, di saat kita merasakan ketakutan dan keinginan saling beradu di dalam diri kita itu baru kita menyentuh namanya rasa cinta, belum kita menikmati cinta, dan setelah berjalan beberapa waktu kemudian baru kita merasakan tidak ingin jauh, dan tidak ingin kehilangan. Jadi, disinilah kita telah memasuki tahapan kedua dari perasaan cinta, namun baru masuk tahapan pertama dalam perasaan saling membutuhkan. Ketika pada tahapan ini kita memupuk dengan baik dan merasakan apa maknanya ketika kita takut akan kehilangan inilah baru kita memasuki tahapan ketiga dari rasa cinta itu sendiri.
3. Dasar Cinta Menurut Firman Tuhan Dalam memandang suatu cinta ukuran kita tidak lepas dari standar cinta Allah yang terdapat di dalam 1 Kor 13:4-8. Dalam cinta itu ada satu rasa sabar: nafsu tidak sabar (Kej.29:18, 20) Tidak cemburu (envy): nafsu itu posesif. Tidak melakukan yang tidak sopan (respek): Nafsu itu biasa diwujudkan dalam sikap merayu dan bahkan kadang memaksa bahkan mengancam. Tidak cari untung sendiri: nafsu itu egois untuk kesenangan atau kepuasan kita Tidak berkesudahan kasih dan setianya: Sebaliknya kalau hanya sebatas nafsu tak akan bertahan lama . 4. Model cinta menurut Alkitab Kata cinta secara etimologis dari bahasa Sansekerta yaitu citta yang berarti cita-cita dan diartikan sebagai pikiran yang jauh ke depan. Ada juga yang mengartikan sebagai cipta yaitu hasil buah pikiran, sedangkan cinta itu sendiri diterjemahkan sebagai pikiran yang tinggi dan menumbuhkan suatu semangat cinta yang berfase dalam kehidupan manusia yaitu a. Agape : dikatakan sebagai kasih Ilahi. Kasih ini merupakan suatu cinta kasih yang tidak melihat pada pertimbangan apapun. Cinta ini ada suatu pengorbanan,walaupun apapun yang terjadi tetap mencintai. Cinta ini dikatakan cinta pengorbanan. b. Phileo: dikatakan sebagai kasih yang berkait dengan kasih persaudaraan, karena cinta berdasarkan pertimbangan merasa cocok satu dengan yang lain. Selain itu, ada rasa saling pengertian dengan prinsip “oleh karena’ c. Eros : Kasih ini biasa dilakukan antara pria dan wanita karena ada rasa ingin memiliki. Biasa dengan prinsip ‘oleh’ karena” sehingga cenderung agak mementingkan diri sendiri dan kadang menimbulkan rasa cemburu. Cinta ini berpusat pada diri sendiri. Dalam cinta ini untuk menumbuhkan hubungan antara suami dan istri. d. Storge: Kasih ini biasanya terjadi karena ada hubungan darah . Kasih yang terjadi antara orangtua dan anak, antara saudara kandung , kasih yang ada karena keterikatan keluarga. 5. Memahami model cinta Sebuah hubungan yang berlanjut dalam pernikahan harus mempunya paling tidak tiga komponen seperti yang dikemukan oleh Robert Steinberg yang biasa disebut dengan “ triangular model of love” . Ketiga komponen cinta tersebut adalah: a. Intimacy adalah kedekatan melalui kata-kata, sikap dimengerti dan diterima untuk saling mendekat dan saling mengisi. b. Passion adalah dorongan untuk mendekat, menyatu, dan memuaskan insting seksual .
45
c. Commitment adalah keputusan untuk mengikatkan diri dengan pasangan dalam bentuk yang resmi. Komitmen menentukan besarnya tanggung-jawab, kesetiaan, dan keseriusan untuk melanggengkan hubungan
C. SEKS 1. Pengertian Seks Seks dijelaskan oleh BKKBN thn 2006 adalah perbedaan badani atau biologis pria dan wanita yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk pria dan vagina untuk wanita. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi biologis, psikologis, social dan cultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan erat dengan organ reproduksi dan alat kelamin termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjelaskan fungsi sebagai mahkluk seksual identitas peran, atau jenis. Dimensi sosial dilihat dari bagaimana hubungan antar manusia,dan bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku/psikologis: mengenalkan seksualitas menjadi perilaku seksual, perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan/hasrat seksual. Dimensi Kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian budaya yang ada yang dimasyarakat. 2. Fenomena seks di masyarakat Kenyataan dalam kehidupan seks sering disalahgunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kita hidup dalam masyarakat Indonesia yang ‘berkepribadian ganda’: menabukan sekaligus menggandrungi seks dan hasil pengkomoditian seksualitas dalam berbagai rasa, aroma, dan kemasan. (Menebus Eros, PPA 2004 ) Karena itu, wajar (atau malah tidak wajar) bila banyak orang Kristen di Indonesia yang seksualitasnya juga ‘berkepribadian ganda’: rindu makin dekat dengan Tuhan walaupun diam-diam terus mencandu pada ‘kenikmatan semu’ dosa -dosa seksual tanpa bisa melepaskan diri. Seksual dilakukan untuk menjadi kepuasan dalam kehidupan dan kadangkala menjadi ‘lifestyle’. a. Pleasure needs no justification, kenikmatan tidak memerlukan dasar kebenaran. b. Tidak perlu kuatir, yang penting suka sama suka, toh kita sudah mau menikah, yang penting tidak hamil. c. Kenikmatan yang dikembangkan dari pengalaman panca indra ( senses), terutama kontak fisik. (1)Penglihatan: visual memory , (2) Rabaan: rangsangan, (3) Penciuman: parfum, wangi, (4)Pengecapan: sensitivitas bibir, (5) Pendengaran: kata-kata yg lembut, bujuk rayu, dan sebagainya. 3. Pandangan Negatif Terhadap Seks a. Seks dianggap sebagai dorongan jasmani saja b. Seks sering dianggap kotor atau tabu c. Seks dilihat hanya dari aspek kenikmatan saja 4. Fakta Seks dalam Masyarakat Fakta yang ada dalam kehidupan kaum muda berkait dengan seks pranikah: a. Penelitian di Yogyakarta, tahun 2002 oleh LSCK, untuk 1660 responden, 16 PT, Juli 1999Juli 2002. Hasilnya: 97,5% mengaku tidak perawan lagi. b. Penelitian di Surabaya pada April 2002 – Konas I ASI untuk 180 mahasiswa PTN, usia 1923, 40% melakukan seks pranikah. c. Synovate Research tahun 2004 – perilaku seks remaja di 4 kota: Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan untuk 450 responden berusia 15-24 tahun, hasilnya: sudah pernah punya pengalaman seks, 44% di usia 16-18 tahun dan 16% di usia 13-15 tahun. Kondisi peta remaja di Indonesia (Data BKKBN tahun 2006) 46
a. 15 % (10 juta) remaja pernah melakukan hubungan seks pranikah b. Setiap tahun, 15 juta remaja usia c. 15-19 tahun melahirkan d. Sekitar 2,3 juta kasus aborsi pertahun, e. 20 % dilakukan oleh remaja remaja usia 10-24 tahun, berjumlah 62 juta orang. 5. Pemahaman Seks menurut Alkitab a. Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk seksual (Kejadian 1:27) b. Tuhan mempunyai rencana ketika Ia menciptakan organ tubuh c. Tuhan mempunyai tujuan ketika Ia menjadikan seks itu bagi manusia d. Hubungan seksual hanya diperbolehkan dalam konteks pernikahan. e. Kej 2: 24-25, simbol kesatuan dan keterbukaan f. Kor 7: 4, simbol penyangkalan diri g. Kej 1: 28, prokreasi dan kenikmatan (Ams 5:18-19) h. Seks dikaitkan dengan seluruh rencana penciptaan dan keselamatan Allah bagi keluarga (Kejadian 2:24) i. Seks adalah Mulia dan Suci (I Timotius 4:4-5) 6. Mitos tentang perilaku sesual di luar nikah a. Tidak akan terjadi kehamilan jika kamu hanya melakukannya sekali saja. b. Memilih pasangan seksual yang terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit seksual. c. Membersihkan alat kelamin setelah melakukan hubungan seksual 7. Akibat buruk secara umum terhadap perilaku seksual yang tidak aman a. Akibat secara psikologis rerhadap pria 1) merasa kehilangan harga diri 2) Dalam keadaan terjepit tidak rasional lagi 3) Mentalnya menjadi lemah sehingga sering tidak bisa mengendalikan dorongan seksnya 4) Tumbuh rasa kurang percaya (paranoid) pada wanita/pasangannya kelak pria b. Akibat secara psikologis terhadap wanita 1) Kehilangan rasa terjamin, tumbuh rasa gamang, dan kecewa yang mendalam 2) Perasaan bersalah yang tidak ada habisnya 3) Depresi 4) Mudah tersinggung, sensitif, rendah diri 5) Kehilangan kepercayaan dalam bergaul dengan laki-laki 6) Perasaan takut ketahuan sudah “tidak gadis” lagi 7) Perasaan terikat dan “menyerah” yang dalam sehingga apapun yang diminta pasangannya diberikan. 8. Pandangan Alkitab tentang pelanggaran seks sebelum menikah a. Melanggar 1 Korintus 6:19-20 b. Tidak sesuai dengan Roma 12:2 Cara Mengatasi pelanggaran seks dengan selalu berpegang pada firman Tuhan: a. Renovation of the heart. ( pemulihan hati ) b. Amsal 4:23, Roma 12:1, c. Ibrani 12:14 d. Spiritual formation strategies ( strategi dalam membentuk spiritual yang selalu dalam ketaatan pada Tuhan) e. 2 Petrus 1:3-9 f. Life skill improvement ( Selalu menambah ketrampilan –ketrampilan dalam hidup sehingga tidak terfokus dalam seks) 9. Tujuan yang tepat dalam penggunaan seks
47
a. Untuk kehidupan pernikahan Kristen yang bertujuan dalam memperkuat kesatuan hubungan suami istri, ungkapan kasih sayang terdalam, melanjutkan keturunan (Kejadian 1:28), dan untuk kenikmatan yang kudus b. Seks bukan di dalam pacaran, tetapi dalam pernikahan 10. Dosa Seks Dalam 1 Korintus 6:18 dipaparkan bahwa :" Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri ." Memberikan pengertian bahwa segala bentuk dosa (mencuri, membunuh, merampok, berbohong, mencari muka, Korupsi, dll) yang dilakukan manusia atau seseorang selain dosa seks/percabulan adalah tindakan yang biasanya terpaksa dilakukan karena desakan-desakan/tekanan-tekanan dari kebutuhan hidup manusia atau orang lain di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, ketika seorang perampok tertangkap dalam melakukan kejahatannya, biasanya alasan dia melakukannya karena telah di-PHK oleh perusahaan dan sudah beberapa bulan ini menganggur dan tidak ada penghasilan yang diperoleh. Ditambah lagi dengan kebutuhan keluarganya (istri dan anak) yang juga membutuhkan biaya untuk dicukupi. Akhirnya dia terpaksa ikut melakukan perampokan. Misalnya dia ada pekerjaan dan mendapatkan gaji dalam pekerjaannya maka untuk melakukan tindakan kriminal dengan merampok tidak akan terpaksa dilakukannya. Prinsip yang sama juga berlaku dengan dosa mencuri, membunuh, dsb. Tetapi dosa seks/percabulan tidaklah demikian, sebab dorongan melakukan tindakan seksualitas yang tidak berkenan bukan karena dorongan/tekanan/tawaran dari luar dirinya. Tetapi justru karena keinginan berasal dari dalam diri sendiri dari seseorang. Karena Seks adalah kebutuhan DASAR manusia. Dan jika ada tawaran/godaan seks dari luar jika tidak kuat iman/menahan nafsu, maka justru mempercepat terjadinya Dosa seks/percabulan, ibarat percabulan terjadi seperti ANAK PANAH yang telah dilepaskan dari BUSUR-nya. Artinya anak panah yang telah dilepaskan tidak akan bisa untuk kembali atau berhenti di tengah jalan dan anak panah tersebut akan melesat dengan cepat kepada sasaran dan tak akan terhentikan. Inilah ciri dari dosa Percabulan. Dalam Galatia 5:19 :" Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,....". Memberikan pengertian bahwa perbuatan daging/dosa yang paling pertama disebut dan dipaparkan adalah DOSA PERCABULAN/SEKS. Dan ini bukan kebetulan, tetapi jelas DOSA SEKS/PERCABULAN berbeda dengan dosa yang lain yang dilakukan manusia. Dosa percabulan menjadi PERHATIAN SERIUS oleh Kristus. Dan ini sesuai dengan DEFINISI dari kekuatan SEKS/CINTA (nafsu birahi) dalam Kidung Agung Salomo 8:6 :" ....., karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! " Betapa kuat dan dahsyat dorongan seksualitas manusia itU. D. PACARAN 1. Definisi Pacaran Definisi pacaran menurut kamus besar bahasa Indonesia dari kata dasar pacar yang berarti teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk jadi tunangan atau kekasih. Jadi, berpacaran berarti bercintaan (make love) atau berkasih-kasihan (?) Tujuannya agar mahasiswa memahami dengan benar cara berpacaran yang baik tidak seperti yang menjadi fenomena di masyarakat saat ini. Agar cara berpacaran seturut dengan kehendak Tuhan. a. Agar kita tahu dengan benar tujuan berpacaran itu dengan benar b. Agar bisa jadi kesaksian dalam berpacaran c. Agar tidak salah langkah dalam berpacaran d. Untuk menghindari pacaran yang menjatuhkan dalam ikatan dosa e. Tidak jatuh dalam sebuah risiko keterikatan pada sebuah pernikahan yang terpaksa sebelum waktunya f. Agar menolong kita dalam persiapan pernikahan yang baik g. Dalam situasi dan proses pacaran yang baik seturut dalam kehendak Tuhan. 48
2. Pacaran yang baik Pacaran yang baik tentunya kebaikan tersebut standarnya mengarah pada hal yang positif untuk kemajuan kehidupan kita sebagai mahasiswa yang akan menuju pada kedewasaan diri dalam menapak masa depan. Dalam masa pacaran ini seseorang masih terpisah dan belum menjadi satu daging sehingga belum ada prinsip yang mengatakan milikmu milikku dan milikku milikmu. Dalam masa pacaran adalah masa penjajakan untuk akan lebih baik yang kita lakukan diantaranya sebagai berikut: a. Saling bertukar pikiran: bisa melalui surat, email, sms, dan telepon b. Saling mencari tahu secara bijak keberadaan masing-masing sehingga lebih saling mengenal secara mendalam. c. Mengenal lebih mendalam karakter, sifat-sifat, teman-teman, keluarga, kesukaan, hal-hal yang ia tidak disukai, kelebihan, kelemahan, buku-buku, musik, dan harapan maupun pemikiran ke depan. d. Lihat reaksinya terhadap: (Kenali “the real him/her ”) e. Sikap dan kata-kata orang f. Hal-hal yang tidak enak yang ia alami g. Orang yang menyakitkan dia h. Kelemahan atau kejelekan kita 3. Pacaran yang Kurang Baik kalau kita setuju dengan pernyataan bahwa pacaran merupakan suatu persiapan menuju pernikahan maka pacaran bukanlah suatu sikap iseng semata, hanya spekulasi melampiaskan hawa nafsu , ataupun untuk uji coba. Kita bisa mengatakan bahwa pacarannya dikatakan kurang baik kalau dalam pacaran hanya bergaul untuk berdua saja dan saling membatasi untuk pergaulan yang lain sehingga ada kesan sangat menguasai antara satu dengan yang lain dan berakibat pada rasa ingin menguasai dan memiliki yang kuat Rasa menguasai biasanya juga mengarah pada intimasi yang menjurus kekontak fisik dan pada akhirnya lama kelamaan merasa memiliki secara fisik dan akibatnya terus dibuai dengan fantasi yang muluk dan kebutuhannya biasanya terus meningkat. Padahal belum satu daging sesuai dengan prinsip pernikahan kudus. Untuk mendapatkan secara utuh sebelum pernikahan terjadi biasanya pasangan tersebut saling mengikat diri sebelum waktunya melalui janji-janji yang kadang hanya dibibir saja . Hal ini membuktikan agar masing-masing tidak saling meninggalkan sehingga kadang terucaplah janji sehidup semati. Hal lain yang dilakukan pasangan yang sedang berpacaran adalah dalam kehidupan berpacaran mereka karena adanya rasa ketergantungan yang tinggi biasanya ada rasa takut kehilangan pasangan sehingga konsekuensinya masing-masing kadang kehilangan akal sehat untuk mempertahankan hubungan tersebut. Apapun dilakukan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Mereka sudah kehilangan tujuan pacaran mereka secara sehat. Seharusnya pacaran suatu usaha yang serius dan dengan kosep yang mendasar dan jelas dan dalam hubungan keduanya masing-masing merasakan suatu rasa damai sejahtera (saya 32 : 17, Amsal 13 : 12), bukan sebaliknya suatu kondisi neraka. Untuk menuju pada suatu hubungan yangserius dan mempunyai tujuan yang jelas pada suatu pernikahan kudus ada beberapa ujian yang harus dilewati dalam proses tersebut . Ada 6 hal yang harus disesuaikan dalam suatu proses bepacaran seperti yang ditulis dalam buku Walter Trobisch: “I Married You yaitu: a. Ujian merasakan sesuatu bersama : Mereka yang ingin bahagia dengan menikahi si dia, jangan menikah, sebab menikah itu yang menjadi hal utama adalah ingin membuat pasangan kita juga bahagia” . “Mereka yang hanya ingin dimengerti oleh si dia, jangan menikah, sebab menikah berarti kita juga harus mau mengerti dia” Di sini kita menguji motivasi kita untuk diri kita atau bersama .Kebahagiaan kita yaitu jika kita bisa membuat pasangan kita juga bahagia
49
b. Ujian Perspektif atau ketahanan mental : Cinta menempatkan dorongan seksuil ke dalam perspektif pernikahan. Dalam situasi ini perlu diuji kesabaran dan penguasaan diri untuk sesuatu yang lebih baik.Kesabaran untuk tidak memetik bunga yang belum mekar sepenuhnya. Kesadaran rasa cinta saja tidak cukup untuk menikah, perlu kedewasaan c. Ujian kebiasaan : Harus perlu dilihat calon pasangan hidup kita punya kebiasaan yang baik maupun buruk. Disini kita perlu uji apakah kebiasaan dan sifat- sifat kita saling melengkapi? Demikian juga perlu diuji komitmen kita untuk menerima dan mengasihi dia apa adanya . Serta perlu diuji kesediaan kita untuk berdoa: “Ubahlah partner saya melalui perubahan saya sendiri” d. Ujian perselisihan : Dalam ujian ini pelu dipertanyakan dalam hubungan kita selama ini apakah sudah pernah berselisih dan bahkan bertengkar, serta mampukah menyelesaikan perselisihan atau pertengkaran secara baik? bisakah belajar memaafkan dan mengampuni partner kita dalam perselisihan yang terjadi? Kalau dalam proses pacaran tersebut ternyata belum mampu akan lebih baik rencana untuk menikah secepatnya ditunda dahulu. e. Ujian penghargaan ; Dalam hal ini Cinta akan bermuara ke pernikahan dan pernikahan itu seumur hidup .Untuk itu perlu pengenalan akan calon pasangan kita seumur hidup apakah ia menghargai saya, menghargai pendapat, sikap-sikap dan nilai2 saya, Tidak menodai saya sebelum pernikahan ,Menghargai budaya, keluarga, keyakinan saya , Menahan diri untuk tidak menguasai saya , dan apakah saya juga menghargai dia serta saling membantu dalam menjaga kesucian g. Ujian waktu dan ruang ;dalam situasi ini akan melihat bahwa cinta tidak terbatas oleh waktu dan ruang sehingga ujian ini sangat sesuai untk melihat apakah cinta yang ada dalam diri kita ini merupakan cinta pada pandangan pertama?, serta untuk menguji kesetiaan pada pasangan meski tidak didalam satu kota/tempat atau bahkan sebaliknya tidak tahan dengan keadaan yang ada dan harus tidak setia.Dalam ujian ini sangat tepat untuk menguji apakah dalam masa pacaran ini benar-benar cinta atau nafsu yang ada dan demikian pula cinta yang ada ini sejati atau sekedar hanya kasmaran sesaat dan tergila-gila
4. Pergaulan Prapacaran Pada masa sekarang ini para remaja banyak menghadapi tantangan untuk menentukann sikap dalam pergaulan pra pacaran. Tanpa sikap yang jelas dan benar, mereka akan memasuki masa pacaran dengan kebingungan peran dan ketidakpastian arah. Bahkan bisa terjadi mengisi masa pacaran dengan hal-hal yang merugikan sehingga mereka tidak mempunyai kesiapan pernikahan kristen yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Memang setiap manusia termasuk remaja mempunyai kebutuhan sek dan kebutuhan sosial. Tetap akan sangat membahayakan bila remaja melihat dan menginginkan teman lawan jenisnya semata-mata sebagai objek pemuasan seksuilnya saja. Hal ini bisa terjadi karena rusaknya hubungan kita dengan Allah karena dosa (Lihat Kej. 2:25 dan 3:7). Fase Pra Pacaran adalah fase yang sangat kritis di mana tanpa bimbingan dan pengenalan yang benar akan kebenaran Firman Tuhan, remaja akan tergelincir dalam kesalahankesalahan yang bisa membawa pengaruh buruk sepanjang umur hidup mereka. Oleh karena itu, sebagai remaja kristen mereka harus menyadari bahwa hidup mereka milik Tuhan dan Tuhan mempunyai rencana atas hidup mereka. Ada dua hal yang harus mereka sadari: a. Insting harus dapat dikontrol. Rasa tertarik pada beberapa teman lawan jenisnya dengan alasan apapun juga harus dikenali sebagai insting yang tidak identik dengan kehendak Tuhan. b. Kita membutuhkan pimpinan Tuhan, artinya : 1). Menyadari bahwa “keinginan hati” kita tidak selaman ya baik dan benar. Oleh karena itu kita dapat bergaul dengan siapa saja. 2). Menyadari bahwa hidupnya milik Tuhan dan sedang berada dalam proses penyucian.
50
Contoh : Si A bergaul dengan B,C,D,dan E sebagai saudara seiman. Melalui proses pergaulan yang benar inilah Tuhan bekerja ikut campur, sehingga satu demi satu dinyatakan olehnya apakah dia orang tepat atau tidak. 5. Mulai tertarik dengan Lawan Jenis Ciri-cirinya : a.Pipi yang memerah : Pria tertarik pada wanita (sebaliknya) ketika saling pandang akan mengencangkan otot-otot perutnya, berdiri lebih tegak dan sedikit membusungkan dada yang mengalir ke bagian wajah disebabkan karena pembuluh-pembuluh darah yang agak melebar sehingga wajah terlihat kemerah-merahan (juga terjadi ketika sedang marah atau malu). b.Kontak Mata Seorang yang tertarik pada kita akan memandang mata kita lebih lama. Cara mengetahui : Pria/wanita memandang lawan jenisnya, bila dia tertarik, dia memandang agak lama atau mencuri pandang mungkin juga ditambah dengan senyum. c. Jamahan. Jika kita mulai tertarik pada seseorang, kita ingin dekat pada orang itu dan ingin menjamahnya. Jamahan ini juga digunakan seseorang untuk mentest dan bertanya pada kita, “aku naksir kamu, apakah ada balasan?”. Misal: Berjabat tangan lama. d. Cara berbicara Karena dipengaruhi oleh emosi kita, sehinga kita gugup karena berada dekat dengan orang yang manerik hati kita, cara berbicaranya menjadi terbata-bata, kacau, ragu, tidak bisa berkosenterasi dengan baik. Hal ini disebabkan karena kita tertarik dengan orang itu. Catatan : Di dalam Kekristenan, kita tidak boleh mempermainkan perasan orang lain, apalagi dengan sengaja “memberi hati” kepada banyak orang. Kita sadar bahwa patah hati sungguh sungguh sakit rasanya. Oleh karena itu, bila kita tidak menaksir orang yang menaksir kita, maka kita harus mengambil langkah-langkah untuk menetralkan perasaannya dengan mengatur respon kita sesuai dengan kehendak kita. Berilah sinyal-sinyal bahwa ia tidak lebih istimewa dibanding dengan teman lain. Peringatan : a. Jangan berani memasuki fase pacaran, kalau belum berani bertekad mengerjakan “rasa simpati” dan “rasa mantap” menjadi trust. b. Tetaplah dalam fase “menjalin hubungan sebagai sahabat saja” kalau punya rasa simpati dan belum jelas pimpinan Tuhan. 6. Bagaimana Menemukan Pasangan Hidup dari Allah a. Ada beberapa syarat yang penting dalam memilih pasangan hidup, yaitu: 1) Harus yang seiman (II Kor. 6:14-7:1) yaitu yang sudah mengenal Yesus Kristus secara benar sebagai Juru Selamat dalam hidupnya.. 2) Memiliki kedewasaan: Dewasa Jasmani - Apakah siap untuk berdiri sendiri baik secara finansil maupun secara tanggung jawab. - Apakah siap untuk menghadapi gesekan-gesekan yang terjadi karena perbedaan temperamen, latar belakang budaya, kebiasaan, dsb. - Apakah dengan memperoleh pasangan hidup akan dapat membantu saya mencapai keberhasilan atau sebaliknya (dalam kuliah, pekerjaan dan pelayanan). Dewasa Rohani - Memiliki roh yang takut akan Tuhan serta bertumbuh secara rohani. - Memiliki karakter yang baik. - Pria harus yang bertanggung jawab dan dapat memimpin. - Wanita harus ada penundukan diri serta hati yang lembut. 3) Waktu Tuhan (Pkh 3:11) – beri waktu untuk berdoa. 51
4) Pribadi yang bersangkutan harus yakin bahwa pasangannya dari Tuhan. 5) Syarat –syarat lain yang perlu diperhatikan : - Pendidikan - Status Sosial - Latar Belakang 6) Carilah Kehendak Allah dengan Benar. Cara yang Salah - Menggunakan Alkitab sebagai buku Nujum - Pergi pada orang-orang yang bernubuat untuk minta dinubuatkan. - Minta tanda dengan cara yang salah. Dengan Cara Benar - Kehendak Allah dinyatakan di di dalam FirmanNya. - Hanya kalau Allah diberi tempat yang benar saja, maka semuanya akan mendapat tempat yang benar. - Doa tidak boleh merupakan usaha untuk membelokkan kehendak Allah agar sesuai dengan kehendak kita. - Doa harus selalu menjadi usaha untuk menyerahkan kehendak dan keinginan kita kepada kehendak dan keinginan Allah. 7. Pacaran orang Kristen yang benar selalu ditandai dengan : a. Cinta yang objektif : 1) Butuh waktu untuk tumbuh dan berkembang 2) Selalu memikirkan kebaikan orang yang dicintai karena dasar cintanya adalah kasih 3) Didasari dengan komitmen atau janji untuk hidup kudus 4) Subyeknya : orang yang dikasihi. b. Cemburuan yang positif : artinya mereka tidak boleh menuntut “sesuatu” yang bukan atau belum menjadi haknya (hubungan sek, wewenang mengatur hidup pacarnya). Tetapi mereka harus menuntut apa yang menjadi haknya, misalnya : kesempatan untuk dialog. c. Kasih yang realistis bukan kasih romantis. Artinya, muda-mudi yang berpacaran biasanya terjerat pada cinta yang romantis yaitu kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa kehidupan ini manis semata-mata. Ujilah Apakah kata-kata dan janji-janjinnya dapat dipercaya ?, Apakah dia memang orang yang begitu sabar, perhatian, penuh tanggung jawab seperti yang selama ini ia tampilkan ? Apakah realita hidup akan seperti ini terus (penuh cumbu rayu, rekreasi, jalan jalan, cari hiburan ? d. Dialog Center/ menekankan dialog Banyak orang yang berpacaran berpusat pada aktivitas belaka (nonton, jalan-jalan, duduk berdampingan, dsb) sehingga pacaran 10 tahun pun tetap merupakan dua pribadi yang tidak saling mengenal.
8. Keterlibatan Seks dalam Masa Pacaran Banyak orang berpikir bahwa seks adalah alat k elamin dalam arti semata-mata hubungan badan. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan yang berbeda satu dengan yang lain (Kej. 2:18-25). Jadi Seks bukan cuma alat kelamin dan emosi yang menyertainya tetapi seutuhnya termasuk perannya, cara berpikirnya, tingkah lakunya, ekspresi dirinya. (Bndk. Matius 5:27-28). Dalam masa berpacaran orang sering terlalu bebas (free seks) sampai tidak terkendali yang berdampak secara negaif yang sangat membahayakan kehidupan kita. Ada suatu penelitian dari para ilmuwan yang meneliti akibat dari seks sebelum menikah. a. Seks sebelum nikah ternyata biasanya tidak jadi menikah. Jadi jangan percaya dengan rayuan gombalnya. 52
b. Seks sebelum nikah senderung mengalami pernikahan yang kurang bahagia. c. Seks sebelum nikah lebih besar kemungkinannya untuk melakukan penyelewengan, alias gampang serong/selingkuh, setelah mereka menikah. d. Seks sebelum nikah ternyata lebih banyak yang bercerai setelah menikah, daripada mereka yang memilih menjaga kekudusan. e. Seks sebelum nikah sering dihantui dengan perasaan bersalah, rasa takut dan rendah diri sehingga mengganggu kehidupan seks mereka ketika mereka sudah menikah. f. Pria-pria yang melakukan Seks sebelum nikah selalu ingin berhubungan dengan seks dengan wanita baru. g. Banyak orang yang merasa harus menikah dengan siapa dia sudah berhubungan seks , tetapi akhirnya mereka tidak bahagia. h. Wanita yang sudah melakukan Seks sebelum nikah biasanya akan lebih sulit untuk menemukan pasangannya 9. Saran-saran Praktis yang perlu diperhatikan : a. Cara menjaga kekudusan dalam masa Pacaran : 1) Persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara, jangan kendor. 2) Hindari hubungan/kencan yang terlalu intim (tambah lama tambah dekat) 3) Perhatikan tempat dan waktu 4) Hindari: selalu berduaan saja, Rumah yang kosong, Tempat-tempat yang gelap/sepi/kamar, Pergi ke luar kota berdua tanpa ada orang lain yang ikut. 5) Jangan merangsang pasangan anda, pakailah pakaian yang sopan serta hindarilah sentuhan-sentuhan yang mengakibatkan rangsangan. 6) Jauhkan benda-benda bacaan dan tontonan yang merangsang nafsu seks. 7) Jangan bereksperimen dalam petualangan roman dan seks. 8) Arahkan pembicaraan pada hal-hal yang menyangkut masa depan bersama. 9) Mintalah pengarahan pada hamba-hamba Tuhan. b. Hal-hal yang boleh dilakukan 1) Pegangan Tangan, jikalau diperlukan jika tidak jangan. 2) Memberi ucapan terima kasih. 3) Saling memperhatikan 4) Saling memuji dan membangun. 5) Berdoa bersama 6) Sharing hal-hal rohani 7) Refresing bersama 8) Keterbukaan pada masalah-masalah kehidupan. c. Jangan bertengkar secara berlarut-larut.
53
BAB XII PERNIKAHAN
1. Pendahuluan Pernikahan merupakan suatu tujuan akhir dari suatu hubungan pengenalan antara seorang lakilaki dan perempuan. Untuk itu, setiap orang harus ambil keputusan tentang hal ini dan banyaknya ketidakjelasan yang menyebabkan salah langkah dalam menikah. Pernikahan perlu kita bicarakan dan menjadi suatu materi akhir dari proses hubungan tersebut karena masih merupakan titik kelemahan banyak orang Dan sangat berpengaruh terhadap masa depan hidup kita; Apakah pasangan kita menjadi penolong atau perongrong? atau pernikahan kita jadi kesaksian atau batu sandungan? dan pernikahan kita bahagia atau seperti neraka 2. Arti Pernikahan Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya merekaberkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berf irman: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26-28). Manusia diciptakan sebagai makhluk yang bertanggung jawab. Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia harus mempunyai hubungan yang penuh tanggung jawab dengan Tuhan,dan sesamanya dengan diri sendiri dan dengan alam lingkungan hidupnya. Perbendaan laki-laki dengan perempuan bukanlah perbedaan kualitatif, hanya eksistensinya. Harus digarisbawahi: laki-laki dan perempuan itu sederajat (setara), keduanya saling melayani, saling membantu, saling koreksi, dan saling mengisi, saling melengkapi. Pernikahan ialah persekutuan hidup dari dua orang yang bersedia tolong-menolong (saling melayani) secara timbal balik dan sejumlah karakteristik khusus yang mendekatkan pasangan dalam saling berbagi yang kreatif dengan penekanan pada keintiman yang benar dan pertumbuhan yang terus menerus. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam hidup pernikahan orang Kristen yaitu yakinkanlah bahwa pasangan Anda adalah orang yang Tuhan telah sediakan bagi Anda. Laki-laki dan perempuan, walaupun datang dari keadaan yang berbeda dari sudut kodrat, latar belakang pendidikan, kemampuan, minat belajar, kemampuan menyerap dan mengutarakan gagasan, adatistiadat, kesengangan, kebiasaan, pergaulan, kondisi keuangan, dan sebagainya. Pada hakikatnya berasal dari satu sumber sehingga dapat menerima satu sama lain sebagai orang yang paling dekat. 3. Tujuan Pernikahan Penikahan adalah persekutuan hidup yang bersifat total, meliputi keseluruhan aspek kehidupan. Dengan demikian dapat dicatat beberapa tujuan pernikahan. Pertama, ialah agar kedua suami istri menyatakan kesetiaan untuk bertolong-tolongan menanggung beban sebagai pelaksanaan hukum Kristus (Galtia 6: 2). Suami maupun istri diharapkan dapat menunjukkan kesetiaan. I Korintus 7: 4 dan Efesus 5: 22-23 menegaskan peranan isitri maupun suami, masing-masing tidak berkuasa atas dirinya sendiri tetapi sebagai milik pasangannya. Kesempatan itu tidak boleh dengan sewenang-wenang, tetapi harus dengan ketulusan: suami harus mengasihi istrinya sama mengasihi dirinya sendiri, dan istri harus menghormati suaminya. Keindahan ini dikaitkan dengan kita kepala dan tubuh antara kristus dengan Gereja.
54
Setiap orang dapat mengembangkan jenis-jenis cinta dalam dirinya secara lengkap; eros, philia, storge, agape; sering kegagalan perkawinan disebabkan tidak adanya agape dan kadang-kadang juga philia sehingga orang menjadi egois dan egosentris Disamping itu ada upaya untuk membedakan love itu dalam tiga bagian emotional love, friendship love, commitment love. Kita mengkomunikasikan emotional love melalui indra kita: melihat, meraba, mencium, merasa dan mendengar. Jatuh cinta (being love) adalah emosi pemberian Tuhan dan menjadi bagian dari perkawinan. Mengandalkan cinta emosi berarti mengandalkan perasaan yang bias berganti-ganti dalam menghadapi badai maka bahtera perkawinan kelihatan kerapuhannya. Oleh karena itu membutuhkan friendship love / cinta persahabatan berbentuk dukungan yang mesra dan timbale balik dalam kesetiaan. Cinta persahabatan adalah degup jantung, kebahagiaan , kesehatan dan berfungsi baik dalam pernikahan. Ketika dua orang aling mengasihi terbentuklah saling asuh. Persahabatan menikmati kebersamaan karena saling percaya sehingga bias berbagi pengharapan , mimpi, sukacita, kemenangan sebagaimana juga keragu-raguan, ketakutan, penderitaan dan kegagalan. Dengan hadirnya teman hidup dan penolong maka terbukalah kesemptan untuk pertukaran pendapat, saling menghibur dan menguatkan hingga saling makin menghargai. Dalam pernikahan tidak semata-mata hanya mengejar kebahagiaan. Karena apabila merasa salah satu tidak bahagia akan mencari kebahagiaan dalam bentuk lain diluar koridor pernikahan tersebut. Namun yang lebih utama dalam pernikahan menuju bersama dalam proses pertumbuhan iman. Selain itu, pasangan suami isteri membutuhkan commitment love ( kasih perjanjian), yaitu ikrar/janji yang mengikat seorang dengan yang lain. Sebuah perjanjian untuk seumur hidup: bersedia memberi dan menerima serta memiliki sense of belonging (rasa memiliki) tetapi tidak kehilangan jati diri dan kepribadian masing-masing. Kekitaan di mata Allah memiliki ciptaan baru dalam perkawinan. Commitment love merupakan kepastian dan stabilitas dalam kehidupan perkawinan. Ketiga bentuk cinta ini diperlukan . Commitment love akan membuat perkawinan itu langgeng, friendship love akan membuatnya kuat dan emotional love akan membuatnya indah dan manis. Ketiganya harus berbagi merata dalam kehidupan rumah tangga. Kedua, pernikahan bertujuan memenuhi panggilan prokreasi: supaya manusia beranakcucu dan bertambah banyak sehingga mereka dapat memenuhi bumi. Artinya supaya anak-anak manusia dapat mengisi setiap sisi dan aspek yang ada dengan kehidupan yang mereka kerjakan. Sebagai anak perjanjian setiap anak diberikan Allah (covenant) setiap anak diberikan Allah kepada paangan orang percaya sebagai “titipan Allah” karena anak tersebut milik Allah. Allah mempercayakan anak untuk dididik dan diersiapkan menjadi rekan sekerja Allah yang akan mengerjakan bumi dengan segala aspek kehidupannya (Mazmur 127: 3, Efesus 2: 10). Ketiga, pernikahan menjadi ajang rekreasi tempat pasangan mengalamai pembaruan dan pertumbuhan terus-menerus.Untuk penyegaran dan pengembangan diri diperlukan kesejukan suasana dalam hubungan intim yang saling memberikan diri untuk kegembiran dan keningmatan teman hidup. Hubungan suami istri yang diungkapkan dengan baik dan benar akan menumbuhkan kesdaran bahwa dirinya sangat dicintai dan ia juga mau terus-menerus mencintai. Olerh karena itu, kita tidak menyebut hubungan suami istri itu sebagai hubungan kelamin karena hubungan intim itu seharusnya mengikutsertakan semua bagian yang dapat menunjang kea rah kepuasan dan kenikmatan, bukan hanya jasmaninya saja, tetapi secara menyeluruh sehingga dapat dilihat dapat terasa keindahannya; bukankah itu karunia dan berkat Tuhan. 4. Prinsip Firman Tuhan dalam Pernikahan a. Seorang pria harus meninkah dengan seorang wanita. Kejadian 1: 26-28. Allah memberikan seorang penolong kepada Adam yakni seorang wanita yang bernama Hawa. Adam tidak diberikan seorang yang sejenis. Prinsip ini menolak dosa homoseksual dan lesbian. Roma 1: 27 berkata, “ Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” 55
b. Pria dan wanita mempunyai kedudukan dan harkat yang sama di hadapan Allah. Kejadian 1: 27 ditulis, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar -Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan- Nya mereka.” Laki0laki dan perempuan sama-sama diciptakan allah menurut gambar Allah. Prinsip ini menolak pendapat bahwa wanita lebih rendah dari pria. c. Seorang pria hanya diperbolehkan untuk menikah dengan wanita, demikian pula sebaliknya. Pernikahan yang Allah ciptakan bersifat monogamy. Pernikahan semula yang Allah ciptakan adalah pernikahan antara seorang yang bernama Adam dan seorang yang bernama Hawa. Jadi, satu pria dan satu wanita (Kejadian 1: 27). Prinsip ini dengan jelas menentang pernikahan poligami dan poliandri. d. Seorang pria hanya boleh bersatu dengan seorang wanita setelah diberkati. Walaupun telah resmi secara hokum menikah di catatan sipil, tetapi sebelum diberkati di Gereja, tetap tidak boleh hidup bersama. Prinsip ini menolak segala faham tentang perkawinan percobaan/hidup bersama tanpa pernikahan. Kejadian 1: 28 mengatakan, “Allah memberkati merek,lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan berambah banyak…”. Dalam ayat ini terdapat urutan yang sangat indah, dimana roh kudus mengilhamkan Musa dalam menulis ayat tersebut. Dengan jelas dikemukakan bahwa yang pertama ialah Allah memberkati, baru Allah berfirman dan memerintahkan untuk beranak cucu. Berati sebelum diberkati, pasangan tersebut tidak boleh bersatu apa pun alasannya. Alkitab dengan jelas tidak memperbolehkan bagi paangan untuk hidup bersama sebelum diberkati. e. Pernikahan itu bersifat kekal dan tidak dapat dibatalkan oleh pihak menapun juga. “Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasn, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat.” (Maleakhi 2: 16). Prinsip ini menolah faham perceraian dengandalih apa pun. Allah membenci perceraian. “…maka jagalah dirimu danjanganlah berkhianat!” Mereka yang melakukan perceraian adalah pengkhianat. Sejak semula allah tidak menghendaki perceraian. Allah hanya memiliki programuntuk mempersatukan, seperti ketika iamembawa Hawa kepada Adam (Kejadian 2: 22). Pernikahan adalah satu “covenant” perjanjian antar tiga pribadi yakni, suami, istri, dan Tuhan (Pengkhotbah 4: 9-12). Pengertian covenant dalam Perjanjian Lama berasa dari kataIbrani :brith: yang memiliki pengertian satu perjanjian yang tidak dapat dibatalkan. Menurut Matius 5: 32; 19: 9, seolah-olah perceraian diizinkan jika disebabkan karena zinah. Namun pengertian ini harus dilihat secara komprehensif (lengkap dan menyeluruh) apa kata Alkitab. Jelas sekali dalam Matius 19: 6, Markus 10:11-12, dan Lukas 16:18. Allah tidak mengizinkan perceraian, “…tetapi sejak semula tidaklah demikian…” (Matius 19:8). Janganlah mengizinkan, kata perceraian pun tidak ada dalam hati Allah. f. Pernikahan yang Allah kehendaki hanya dengan mereka yang seiman. Berbahaya jika rohnya lain. Allah melarang dengansangat keras untuk tidak menikah dengan orang yang tidak seiman (Kejadian 24: 3, II Korintus 6: 14). Untuk mencapai keharmonisan dalam pernikahan ialah jika suami-istri memiliki falsafah hidup yang sama. Dasar falsafah hidup yang sama adalah karena memiliki iman yang sama. 4. Pernikahan Kristen Pernikahan dilembagakan supaya melalui itu manusia boleh menjadi partner/rekan kerja Allah dalam mempesiapkan “anak-anak allah” yang akan mengerjakan bumi dan seluruh pekerjaan yang disediakan-Nya (Ef. 2:10). Sebagai orang tua, mereka menyadari bahwa anak-anak yang dipercayakan Allah kepaa mereka adalah milik allah. Anak-anak diciptakan da diberi bakat atau talenta khusus sesuai dengan kehendak-Nya. Allah adalah Allah yang berencana dan Ia memberikan kepada setiap manusia talenta sesuai denan keunikan dan kesanggupan orang tersebut (Mat. 25: 15). Allah dan bukan manusia atau orang tua, yang menentukan talenta dan apa 56
yang seharusnya ia kerjakan dalam hidup ini. Setiap manusia dipanggil sesuai dengan kejendak Allah. Oleh kaena itu, mereka tidak seharusnya memikikan dan mengerjakan apa yang bukan bidangnya (Roma 12: 3-8), atau sebaliknya apa yang mereka kerjakan justru akan merusak seluruh tatanan kehidupan ini di mana bumi dengan segala isinya tetap terbelenggu dalam kesia-siaan dan tidak dapat memuliakan khaliknya (Roma 8: 19-20). Orang tua tidak berhak menentukan profesi apa yang akan dikerjakan oleh anak mereka di kemudian hari. Tugas dan tanggung jawab mereka hanyalah memberikan kebutuhan-kebutuhan primer anak sesuai dengan fase-fase perkembangan jiwanya yaitu makanan sehat, suasana aman, perasaan dicintai, contoh kehidupan dengan peran yang tepat dan bertanggung jawab. Suasan hidup yang sehat inilah yang akan menjadi lingkungan yang kondusif untuk perkembangan bakat dan talenta anak terebut. Pada saat ia memauki fase remajanya, barulah talenta tersebut dapat dikenali dan menjadi bagian identitas atau jati dirinya.
57
BAB XIII SIKAP ETIS KRISTEN Sebagai orang Kristen seharusnya keputusan etis yang kita ambil di tengah-tengah masyarakat harus tepat dan benar. Etika kehidupan kita harus berpedoman pada nilai-nilai etika yang normative. Artinya etika kehidupan kita seharusnya berdasarkan kebenaran yang benar-benar benar, kebenaran yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral yang bersifat universal, misalnya kejujuran. Keputusan etis k ita tidak tergantung dan bergantung pada situasi dan kondisi yang ada di lingkungan masyarakat. Karena itu supaya keputusan yang kita ambil tidak salah, maka dalam mengambil keputusan etis perlu memahami tiga sikap etis di bawah ini: A.
Deontologis
Etika deontologi adalah etika benar atau salah. Artinya perbuatan atau tindakan etis kita harus sesuai dengan apa yang benar. Sebelum bertindak atau berbuat seseorang seharusnya memikirkan dan mempertimbangkan, apakah tindakan dan perbuatan etis tersebut sesuai dengan norma-norma moral yang benar. Jika tidak keputusan etis yang akan kita buat berpotensi keliru atau salah. Banyak bidang dalam kehidupan kita di era relativisme ini membutuhkan kehati-hatian sebelum membuat keputusan etis. Godaan hidup menurut kebanyakan orang sangat besar. Akibatnya yang menjadi kecenderungan orang saat ini adalah budaya “suka -suka” dalam bertindak, bukannya suka terhadap kebenaran. Misalnya saja semakin sering kita dengar istilah “bohong baik”. Mari kita diskusikan: Apakah ada bohong baik? Baik yang dimaksudkan untuk kepentingan siapa? Apakah ada hasil yang benar dari kebohongan? Apakah baik sama dengan benar? B. Teleologis
Teleologi berasal dari dua kata, kata Yunani “ telos”, yang berarti akhir, tujuan, maksud , dan “logos”, doktrin. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah ini diperkenalkan pada abad ke-18 Christian Wolff, seorang filsuf Jerman. 55 Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. 56 Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan. Sedangkan deontologi sebuah prinsip benar dan salah. Dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan baik dan jahat. Hukum memegang peranan penting dalam deontologi. Sedangkan dalam teleologis yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Kadang kala jika tidak hati-hati, betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar" dan "salah". Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya". C. Kontekstual
Keputusan etis kontekstual adalah bagaimana bertindak berdasarkan pantas atau tidak, layak atau tidak. Orientasi etis semacam ini jika tidak waspada kita bisa jatuh etika situasi. 55
Lorens Bagus, Kamus Filsafat , (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 1085. Ibid.
56
58
Mengapa? Karena lebih mempertimbangkan penilaian orang banyak lebih dari kebenaran. Mementingkan penerimaan lingkungan lebih dipentingkan dari nilai-nilai etika yang objektif.
59
BAB XIV PRINSIP DASAR MENGAMBIL KEPUTUSAN ETIS KRISTEN
Keputusan etis yang kita ambil mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita kini dan nanti. Karena itu secara praktis kita sangat perlu memperhatikan dengan seksama dan bijak sebelum mengambil keputusan etis adalah: 1.
Kasih
Kasih adalah norma etis Kristen yang tertinggi dan terbesar. Segala perbuatan yang kita lakukan harus senantiasa berpedoman dan bertolak berdasarkan kasih. Firman Tuhan mengatakan: “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.” 1 Korintus 13:1-13. Bahkan Kasih itu bersifat abadi jika dibandingkan iman dan pengharapan. Jadi keputusan etis yang kita buat harus berdasarkan kasih, jika tidak segala sesuatu yang kita lakukan sia-sia. 2. Iman
Iman adalah anugerah Tuhan kepada kita supaya dapat percaya kepada Tuhan Yesus. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1. Setelah kita percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus, maka hidup dan berbuat berdasarkan iman. Semua keputusan etis yang kita buat harus berdasarkan iman. Sebagai orang beriman di dalam Tuhan Yesus Kristus, tanpa iman maka segala keputusan yang kita buat adalah dosa, seperti yang dikatakan dalam Roma 14:23: “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” 3.
Motif
Motif sangat mempengaruhi tindakan seseorang. Motif yang mendasari tindakan kita sangat tersembunyi dimana orang lain mungkin tidak mengetahuinya. Mengingat bahwa Tuhan Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang mahatahu, kita jangan pernah berpikir bahwa motifasi kita tidak akan ada yang mengetahuinya. Karena itu maka kita seharusnya menyadari sebelum bertindak harus mempunyai motifasi yang tulus, jujur dan benar. Jika tidak segala perbuatan kita akan dihakimi Tuhan bukan hanya apa yang nampak di luar tetapi juga motifasi yang mendasari perbuatan tersebut. Firman TUhan mengatakan: “ Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembun yi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.” Roma 2:16 4. Meminta Hikmat dan Pimpinan Roh Kudus Yohanes 14:16 mengatakan: “ Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain (ROH KUDUS), supaya Ia menyertai kamu selamalamanya,…..” Roh Kudus adalah Roh penolong, yang tinggal dalam hati setiap anak-anak Tuhan. Roh Kudus senantiasa akan memberikan pimpinan dan hikmat supaya kita tidak salah dalam bertindak dan mengambil keputusan etis setiap hati. Betapa penting kita berdoa dan mengandalkan pimpinan Roh Kudus sebelum mengambil keputusan etis agar tidak salah langkah.
60
View more...
Comments