Etik Dan Statistika
March 14, 2017 | Author: dianmutia | Category: N/A
Short Description
Download Etik Dan Statistika...
Description
•
•
• • • • • • • • • • • •
Office Address: Jakarta : JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan (Belakang Pasar Raya Manggarai) Phone Numbers: 021 8317064 Pin BB 2A8E2925 WA 081380385694 Medan : JlSetiabudi no 65G, Medan Phone numbers : 061 82292290 pin BB : 24BF7CD2 www.optimaprep.com
PEMBAHASAN ETIK STATISTIK Optimaprep Batch II UKDI 2014
dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius
1. Data penelitian Jenis Data
Keterangan
Kualitatif
data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip)
Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika
Data penelitian Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan kategori saja Contoh: Wanita 1, Laki-laki 2
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas. Contoh: Berilah peringkat supermarket berdasarkan kualitas pelayanannya ! Sri Ratu……………………… 1 Moro ………………………… 3 Matahari ………………….. 5 Rita I ………………………. 2 Rita II ……………………… 4 Super Ekonomi …………. 6
IKK dan Forensik Skala Interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, namun belum memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Contoh: 1. Skala Pada Termometer 2. Skala Pada Jam Skala Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan, dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak . Contoh: 1. Berat Badan 2. Pendapatan 3. Hasil Penjualan
IKK dan Forensik Ringkasan Tentang Skala Skala
Tipe Pengukuran
Kategori
Peringkat
Jarak
Perbandingan
Nominal
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ordinal
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Interval
Ya
Ya
Ya
Tidak
Rasio
Ya
Ya
Ya
Ya
METODE PENELITIAN, Dr. Bagus Nurcahyo, SE., MM.
Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Cross Sectional • Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau karakteristik terkait kesehatan lainnya • Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. • Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga survei prevalensi. • Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
Case control
• Case Control • Menganalisa faktor risiko dengan menentukan dua kelompok yang memiliki perbedaan outcome (penyakit), kemudian dihubungkan dengan causal attribute- nya • Keuntungan : Membutuhkan sumber daya, dana yang lebih sedikit, serta waktu yang lebih singkat. Good for rare cases, long latent period, ethical related cases • Useful when epidemiologists investigate an outbreak of a disease • Hasil Odds ratio • Kelemahan : provide less evidence for causal inference
4. Studi Observasional
Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical epidemiology—the essentials. 3rd ed. Baltimore: Williams & Wilkins, 1996
• Cohort • Analisa faktor risiko, dengan mengikuti kelompok yang tidak/belum menderita penyakit dengan faktor risiko dan tidak dengan faktor risiko. • Hasilnya : incidence rate & relative risks • Keuntungan : Dapat menentukan faktor risiko terjadinya penyakit karena bersifat longitudinal observation • Kelemahan : Mahal, memakan waktu yang lama, drop-out rasio yang tinggi
Cohort vs Case Control
Summary of Strengths and Limitations of Prospective Cohort and Case-Control Studies Prospective Cohort
Strengths: Opportunity to measure risk factors before disease occurs Can study multiple disease outcomes Can yield incidence rates as well as relative risk estimates
Limitations: Useful for common disease Relatively inexpensive Relatively quick results
Case-Control
Strengths: Useful for rare disease Relatively inexpensive Relatively quick results Limitations: Possible bias in measuring risk factors after disease has occurred Possible bias in selecting control group Identified cases may not represent exposure of all cases 15
Comparing Odds Ratios and Relative Risks Outcome Exposure
Cases
Controls
Exposed
70
300
370
Not Exposed
30
700
730
100
1000
1100
OR = AD/BC = 5.44
RR= A/(A+B) C/(C+D) = 4.41
16
Stating your results • OR = 5.44 Those with the disease are 5.44 times as likely to have had the exposure compared to those without the disease
• RR = 4.41 Those with the exposure are 4.41 times as likely to develop the disease compared to those without the exposure 17
5. Desain Studi Desain
Keterangan
Deskriptif
mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu
Analitik
menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit
Studi observasional
peneliti tidak sengaja memberikan intervensi, melainkan hanya mengamati (mengukur), mencatat, mengklasifikasi, menghitung, dan menganalisis (membandingkan) perubahan pada variabel-variabel pada kondisi yang alami
Studi eksperimental
peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level intervensi kepada subjek penelitian dan membandingkan efek dari berbagai level intervensi itu
6. Case Control Comparing Odds Ratios and Relative Risks Outcome Exposure
Cases
Controls
Exposed
70
300
370
Not Exposed
30
700
730
100
1000
1100
OR = AD/BC = 5.44
RR= A/(A+B) C/(C+D) = 4.41
19
DIARE MAKAN ES Ya
Ya
Tidak
TOTAL
22
78
100
Tidak
10
80
90
TOTAL
32
158
3160
OR = AD/BC = (22x80)/(10x78)
7. Research Design Cohort study
Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d)
KANKER PARU MEROKOK Ya
Ya
Tidak
TOTAL
20
30
50
Tidak
5
45
50
TOTAL
25
75
100
Relative risks ( RR) = a/(a + b) : c / (c + d) = (20/50) : 5/50 = 20/5 =4
8. Diagnostic Test Condition (by gold standard) Present Absent
Test
Total
Positive
True positive False positive a + b (a) (b)
Negative
False negative (c)
True negative (d)
c+d
d
Total
a+c
b+d
a+b+ c+d
Sensitivity • Proportion of people with the disease who have a positive test • A sensitive test will rarely miss disease in those who have it
• Sn = a / (a +c)
present absent Positive
a
b
a+b
negative c
d
c+d
b+d
a+b+c+d
a+c
Specificity
Positive predictive value
• proportion of patients without • Probability of disease in a patient with a the disease with a negative test positive (abnormal) test That a • A specific test will rarely identify positive test is a true positive disease in someone who does not • Highly specific diagnostic tests have high have it PPV
• Sp = d / b+d
• Ppv = a / a + b
Negative predictive value • Probability that a patient with a negative test (normal) does not have disease • More sensitive tests have higher NPV
• NPV = d / c +d
Penelitian Diagnostik
•
Sensitivitas: bila subyek benar-benar sakit, berapa besar kemungkinan hasil uji diagnostik akan postif atau abnormal
•
Spesifitas: bila subyek tidak sakit, berapa besar kemungkinan hasil uji diagnostik akan negatif
•
Nilai prediksi positif: probabilitas seseorang menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya positif
•
Nilai prediksi negatif: probabilitas seseorang tidak menderita penyakit jika hasil uji diagnostiknya negatif
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
Penyakit Ca Servix Penyakit Ca Servix (+) (-) Hasil Skrinning (+) 95 (a) 15 (b) Hasil Skrinning (-) 5 (c) 85 (d) Total 100 100
NPV = d / c +d = 85/90
Total 110 90 200
9. Variabel • Suatu karakteristik yang membedakan antara satu individu dengan individu lain • Lawan kata “constant”, sesuatu yang tetap sama dan tidak berubah • Variabel bebas (Independent Variable) • Variabel perlakuan oleh peneliti • The “cause”. • Juga disebut “factors”
• Variabel terikat (Dependent Variable) • Variabel yang di ukur, dihitung, dan dicatat. Tergantung pada variabel independen. • The “effect”, outcome.
• Variabel Kategorik vs Numerik • Kategorik : Memiliki kategori variabel. Nominal (kategori sederajat, cth laki-laki-perempuan)/Ordinal (kategori bertingkat, cth baik-sedang-buruk) • Numerik : Dalam angka numerik, rasio (memiliki nilai nol alami, cth tinggi badan)/interval (tidak memiliki nilai nol alami, cth suhu)
• Hipotesis Komparatif vs Korelatif • Komparatif : perbedaan/hubungan (cth. Apakah terdapat/hubungan antara kadar gula darah dengan jenis pengobatam?) • Korelasi : Cth. Berapa besar korelasi antara kadar trigliserida dan kadar gula darah?
• Skala Pengukuran • Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua variabel kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel numerik • Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel numerik
• Berpasangan vs Tidak Berpasangan • Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data berasal dari subyek yang sama atau yang berbeda tapi telah dilakukan matching • Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok subyek yang berbeda, tanpa matching
Variable Independent
Methode Dependent
Nominal
Nominal
Chi-square; Fischer
Nominal (dichotom)
Numeric
T-test (independent, paired)
Nominal (> 2 score)
Numeric
Anova
Numeric
Numeric
Regression – correlation
Variable Independent Nominal (dichotom) PERSALINAN (YA/TIDAK)
Methode Dependent
Numeric BERAT BADAN LAHIR ANAK
T-test (independent, paired)
10. Uji Hipotesis Bivariat • Apakah terdapat korelasi antara peningkatan IMT denan penurunan nilai kapasitas paru? • Variabel yang dihubungkan: IMT (numerik) dengan nilai kapasitas paru (kategorik) • Jenis hipotesis: korelatif • Skala variabel: numerik
Uji Hipotesis Bivariat Korelatif, numerik
11. Uji bivariat Type of data and appropriate hypothesis test (Univariate analysis)
Variable
Independent
Methode
Dependent
Nominal
Nominal
Chi-square (analitik); Fischer (deskriftif)
Nominal (dichotom)
Numeric
T-test (independent, paired)
Nominal (> 2 score)
Numeric
Anova
Numeric
Numeric
Regression – correlation
12. Uji Parametrik vs Non-parametrik • Syarat uji parametrik : Skala numerik, sebaran data normal, untuk >2 kelompok data tidak berpasangan kesamaan varians merupakan syarat mutlak (Uji varians, p>0.05) UJI
Keterangan
Chi-square
Uji statistik terhadap hipotesis. Distribusi data harus normal dan jumlah sampel besar untuk mendekati yang diinginkan. Uji tidak dapat digunakan ketika “expected value” kurang dari 10
Fisher
Test kemaknaan statistik yang digunakan pada analisis tabel kontingensi. Digunakan ketika ukuran sampel kecil. Uji ini dapat digunakan pada semua ukuran sampel
Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas yang membandingkan distribusi data (yang akan diuji) dengan distribusi normal baku. Bila nilai p>=0,05 dikatakan terdapat perbedaan signifikan
reflection-on-presentation-2-sampling.html
13-16. Pengambilan Sample
reflection-on-presentation-2-sampling.html
reflection-on-presentation-2-sampling.html
Cara pengambilan sampel
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
17. Bias dalam Penelitian • Surveillance bias • More likely in case control studies where cases are ascertained through medical clinics, hospitals. If clinical visits are associated with the exposure, sub-clinical cases are more likely to be detected among those with the exposure than those without the exposure • Example: • Case Control Study of Oral Contraceptive Use and Diabetes–OC users more likely to have medical visits, resulting in higher probability of subclinical disease being detected. Any association with OC use and diabetes would be an overestimate of risk because subclinical diabetics with no OC use would have a lower probability of being selected
Bias dalam Penelitian • Recall bias • Bias ini terutama terjadi pada kasus kontrol • Contoh kasus recall bias: pada studi yang mencari hubungan antara asfiksia dengan gangguan belajar, ibu yang anaknya mengalami gangguan belajar akan berusaha dengan keras mengingat apakah anaknya dulu pernah mengalami asfiksia. Sebaliknya, ibu yang anaknya tidak mengalami gangguan belajar, tidak atau kurang berupaya mengingat kembali apakah anaknya mengalami asfiksia atau tidak.
Bias dalam Penelitian • Procedural Bias • Bias ini terjadi apabila pengukuran, prosedur, pengobatan, dan lain-lain pada kelompok-kelompok yang dibandingkan tidak sama • Contoh kasus: pasien yang diberi obat tertentu lebih banyak diperhatikan, lebih sering ditimbang, lebih sering diukur tekanan darahnya.
Bias dalam Penelitian • Detection bias • Bias ini terjadi karena adanya perubahan kemampuan alat ukur dalam mendeteksi penyakit. • Kesintasan pasien tertentu sering dilaporkan menjadi semakin lama; sebagian mungkin disebabkan oleh deteksi yang lebih dini sehingga masa pengamatan menjadi lebih panjang.
Bias dalam Penelitian • Compliance bias • Bias ini terjadi karena ketaatan mengikuti prosedur yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya . • Contoh kasus: regimen untuk kelompok studi (obat baru) hanya diberikan satu kali sehari; sedangkan regimen standar (kontrol), obat harus diminum tiga kali sehari. Maka pasien kelompok kontrol cenderung kurang taat dibandingkan dengan kelompok studi.
18. Experimental Study • Design elements in experimental study • Samples are representative • Randomization or matching are used to produce equivalent groups • Variables to measure are clearly defined • A wide range of variables is measured • The same variables are measured in several different ways (triangulation)to see if they support the same finding • Measures and instruments are validated • Measurement is checked for tester or observer reliability • Both pre-tests and post-tests data collection are given • The experiment is replicated with similar samples and with different samples
• These elements make the data from experiments more valid (accurate), and therefore more believable and useable
Type of Experimental Study based on design element • Pre-experimental designs Have either no comparison groups or comparison groups whose equivalence is indeterminate • One-shot Case Study: no pre-test and no comparison group • One Group Pre-test Post-test: One group is exposed to the presence of X or a change in X and is measured before and after this has occurred • Static-group Comparison. One group is exposed to X and is compared with another group which is not exposed to X. No pre-test.
• True Experimental Designs Provide formal means (pre-tests and/or comparison groups created by random allocation) for handling many of the extraneous variables that weaken internal and external validity
• Quasi-experimental Designs Lack control over exposure to X; i.e., when to expose, to whom, and ability to randomize group assignment
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/
19. Epidemiologi • Bahasa Yunani 3 kata dasar • EPI yang berarti PADA atau TENTANG • DEMOS yang berati PENDUDUK • LOGOS yang berarti ILMU PENGETAHUAN
• EPIDEMILOGI adalah ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG PENDUDUK • Epidemiology is the study of disease occurance in human populations. ( Gary D. Friedman ( 1974 )) • Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.(W.H. Frost)
pidemiolog.wordpress.com/2008/11/05/pengertian-epidemiologi/
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI DITINJAU DARI BERBAGAI ASPEK Aspek Akademik • Analisa data kesehatan, sosial-ekonomi, dan trend yang terjadi • mengindentifikasi dan menginterpretasi perubahan-perubahan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi pada masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu. Aspek Klinik • mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi • penemuan klinis atau laboratorium pada awal timbulnya penyakit baru dan awal terjadinya epidemi Aspek praktis • upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok penduduk atau masyarakat umum. Aspek Administrasi • mengetahui keadaan masyarakat di suatu wilayah atau negara agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Tujuan Epidemiologi: • menggambarkan penyakit secara komprehensif & dinamis, tidak hanya mencakup wabah tetapi juga antara periode terjadinya wabah secara sporadis dan endemis Epidemiologi didefinisikan : • Beberapa penyakit atau cedera • Menggambarkan perbedaan penyakit dalam berbagai keadaan • Mulai dari daerah yang kecil sampai daerah yang luas • Mencakup periode waktu jam, hari, minggu, bulan dan tahun KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes
Pengertian Pokok yang dipelajari Epidemiologi: • Frekuensi masalah Kesehatanbanyaknya masalah kesehatan( kesakitan, kecelakaan dll) pada sekelompok manusia • Penyebaran masalah kesehatan.pengelompokkan masalah kesehatn menurut keadaan tertentu, • Person(manusia) ; Place(tempat) dan Time(waktu). • Faktor-Faktor Yang mempengaruhi • Faktor penyebab suatu maslah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebarannya maupun penyebab timbulnya masalah kesehatan
KONSEP EPIDEMIOLOGI, Suyatno, Ir. MKes
20. Penelitian Epidemiologis • Tujuan dan Ruang Lingkup • • • • • •
Deskripsi penyakit agent, host, lingkungan Mekanisme penyakit Faktor‐faktor determinan suatu penyakit Mencari data diagnostik yang spesifik Mencari cara pencegahan, pengendalian, & pemberantasan penyakit Mengikuti berbagai faktor sbg agent potensial, identifikasi efek potensial agent • Memperoleh data frekuensi dan distribusi penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
http://hmtl.itb.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/epid6-penelitian1.pdf
21. Cara Mengungkapkan Wabah • dideteksi dari analisis data surveilans rutin • adanya laporan petugas, pamong ataupun warga yang cukup perduli
Langkah-Langkah Investigasi Wabah 1. 2. 3. 4.
Persiapan Investigasi di Lapangan Memastikan adanya Wabah Memastikan diagnosis a. Membuat definisi kasus b. Menemukan dan menghitung Kasus 5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang) 6. Membuat hipotesis 7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan penelitian kasus-kontrol) 8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan 9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan 10. Menyampaikan hasil penyelidikan
22. Infant Mortality Rate • Neonatal Mortality • Refers to a death of a live-born baby within the first 28 days of life Neonatal Mortality Rate = number of deaths kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal). • Norma tunggal, isinya larangan Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Non maleficence Contoh tindakan • Tidak melakukan malpraktek etik baik sengaja ataupun tidak, seperti dokter tak mempertahakan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai komoditi. • Tindakan nomaleficence antara lain menghentikan pengobatan yang sia-sia, atau pengobatan luar biasa; yakni pengobatan yang tak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya. • Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia, sengaja malpraktek etis Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice (Keadilan) Treat similar cases in a similar way = justice withinmorality Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni : • Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka • Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien). Jenis keadilan : • Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima) • Distributif (membagi sumber) : sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada • • • • •
Setiap orang andil yang sama Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya Setiap orang sesuai upayanya Setiap orang sesuai kontribusinya Setiap orang sesuai jasanya Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Justice • Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama • Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. • Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social –ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil). • Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu • Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhandan kesamaan).
• Hukum (umum) : • Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. • pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Otonomi • Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
• Tell the truth hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
Beneficence - Autonomy General beneficence • melindungi & mempertahankan hak yang lain • mencegah terjadi kerugian pada yang lain, • menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain Autonomy hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan Penting • Jadi berbuat baik tapi tetap menghormati keputusan pasien Agus Purwadianto. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai tanggung jawab profesi kedokteran
kaidah dasar moral Principle
Definition
Beneficence
A practitioner should act in the best interest of the patient. (Salus aegroti suprema lex.)
Non-Maleficence
"first, do no harm" (primum non nocere).
Justice
Concerns the distribution of scarce health resources, and the decision of who gets what treatment (fairness and equality).
Autonomy
The patient has the right to refuse or choose their treatment (Voluntas aegroti suprema lex)
54. Rahasia pasien Pasal 12 Kode Etik Kedokteran Indonesia Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004
55. Hak pasien Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004
Penjelasan Pasal 45 ayat 1 tentang Persetujuan Tindakan
56. breaking the bad news • Salah satu kewajiban dokter adalah memberikan penjelasan mengenai penyakit pada pasien atau wali pasien • Dalam keadaan duka, dokter harus melakukan “breaking the bad news” kepada keluarga pasien • Hal diatas dilakukan dokter dengan penuh empati sehingga keluarga pasien dapat menerima berita duka dengan lapang dada
57. Komunikasi Efektif • Empati • Mendengar aktif: 1. 2. 3.
Refleksi isi Refleksi perasaan Merangkum Informed Consent
Diwakili bila: Usia
View more...
Comments