Epidemilogi Hiv Aids

July 10, 2019 | Author: ardiyanti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

hiv aids...

Description

ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV/AIDS masih menjadi permasalahan berbagai negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Diperkirakan terdapat 35,3 juta orang di dunia yang mengidap HIV pada tahun 2012 dengan jumlah pertumbuhan kasus baru s ebesar 2,3 juta kasus pada tahun yang sama (UNAIDS, 2013) HIV

(Human

Immunodeficiency

Immunodeficiency Syndrome)

Virus)

/AIDS

(Acquired

merupakan masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan perhatian serius. HIV atau  Human Immunodeficiency Virus  adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau  Acquired Immune Deficiency Syndrome  adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Akibat penurunan sistem imun maka seseorang sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi opurtunistik) yang sering berakibat fatal. Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan  pengobaan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya. Virus HIV berkembang sangat cepat, sehingga dalam kurun waktu yang singkat telah menjadi pandemi di Indonesia. Di Indonesia, HIV AIDS pertama kai ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Setiap tahunnya  jumlah penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/AIDS semakin banyak. Mengingat  besarnya masalah yang dapat ditimbulkan oleh penyebaran virus HIV/AIDS ini, maka pemerintah dalam hal ini Depkes RI telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penularan HIV/AIDS. Upaya tersebut

1

diantaranya melalui kegiatan

2

 pemeriksaan sampel darah secara rutin kepada mereka yang berisiko tinggi mengidap HIV/AIDS, melaksanakan kegiatan penyuluhan serta menyebarluaskan informasi tentang AIDS, penularan dan pencegahannya seperti pemakaian kondom  bagi mereka yang terlibat dengan prilaku hubungan seksual bebas. Untuk mempelajari penyebab yang merugikan penderita , metoda penelitian khusus telah berkembang secara ilmiah, sesuai etika, dan biaya yang efektif. Epidemiologi memperbesar penelitian dasar dan klinis melalui gambaran distribusi HIV/AIDS dan identifikasi suatu penderita dengan risiko dan penularan beberda  pada HIV/AIDS. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2015-2016. 1.2 Tujuan

Untuk lebih mengerti dan memahami mengenai epidemiologi hiv aids di Indonesia tahun 2015-2016 serta untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. 1.3 Manfaat

1. Untuk meningkatkan informasi di dunia ilmu pengetahuan terutama dalam hal studi literatur, baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas. 2. Sebagai tolak ukur bagi penelitian berikutnya. 3. Untuk memberi edukasi pada masyarakat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS

2.1.1

Definisi

HIV (Human Immunodeficiency Virus), adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap berbagai penyakit, seperti TB, TORCH dan lain-lain. Virus menyebabkan AIDS dengan cara meyerang sel darah putih yang bernama CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul tergantung dari infeksi opurtunistik yang menyertainya.2,3 AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat disebabkan oleh infeksi  Human Immunodeficiency Virus (HIV), ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh khususnya menyerang limfosit T CD4 Limfosit T helper. Saat jumlah T helper

turun hingga dibawah 200 sel/mm 3  darah atau mulai

munculinfeksi penyerta. AIDS merupakan tahapakhir dari infeksi HIV. 2,3

2.1.2

Penularan HIV/AIDS

Infeksi HIV/ AIDS merupakan penyakit infeksi yang menular melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV, yaitu air mani (semen), cairan vagina/serviks, dan darah.

Tindakan penularannya dapat melalui hubungan

seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah, dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya (transmisi maternal-fetal). Secara global, ditemukan bahwa proses  penularan melalui hubungan seksual menempati urutan pertama, yaitu 70-80%, disusul pada penggunaan obat suntik dengan jarum suntik bersamaan 5-10%. Infeksi perinatal juga memiliki presentase tinggi yaitu 5-10% dan penularan melalui

3

4

transfusi darah 3-5%. Besarnya resiko ditentukan dari paparan dan derajat viremia dari sumber infeksi. 2,3,4 Penularan melalui ASI dari ibu yang terinfeksi ke bayinya juga dapat terjadi, namun dengan resiko yang lebih kecil karena jumlah virus yang sangat sedikit dalam ASI. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko penularan melalui ASI, yaitu: level virus yang bermakna dalam ASI , adanya mastitis, kadar limfosit T CD4 ibu yang rendah, dan defisiensi vitamin A pada ibu. Di negara berkembang,  pemberian ASI

dari ibu yang terifeksi masih menjadi pro dan kontra karena

walaupun menjadi jalur penularan , ASI merupakan sumber nutrisi utama pada bayi di usia awal kehidupan dan memberi faktor-faktor antibodi yang penting. 3 Menurut Kemenkes RI dalam Laporan Triwulan HIV/AIDS (2014), faktor resiko penularan infeksi HIV yang tercatat selama tahun 1987-2013 di Indonesia adalah antara lain melalui hubungan heteroseksual sebanyak 62,5%, penasun atau  pengguna obat-obatan terlarang dengan jarum suntik sebanyak 16,1%, penularan melalui perinatal sebanyak 2,7%, dan penularan pada homoseksual sebanyak 2,4%. Data epidemiologi menunjukan bahwa Papua merupakan daerah di Indonesia dengan angka kejadian AIDS paling tinggi, diikuti Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, dan Banten. Kecenderungan penularan infeksi HIV di seluruh Indonesia hampir sama, kecuali untuk Papua dimana mayoritas di akibatkan karena hubungan seksual  beresiko tanpa kondom yang dilakukan kepada pasangan tetap maupun tidak tetap. Selain itu, terbatasnya penggunaan obat antiretroviral baik untuk pengobatan maupun pencegahan transmisi dari ibu ke janin menambah situasi penyebaran infeksi HIV sehingga memperburuk situasi epidemi HIV di Indonesia.6 2.2 Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2015-2016

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan  penyakit, serta upaya pengendalian penyakit tersebut. Ilmu epidemiologi telah

5

 berkembang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan, bukan hanya penyakit menular saja tapi aspek sosial perilaku sampai genetik dan histologi molekuler telah menjadi kajian epidemiologi. Subjeknya mengetahui mengapa populasi at au grup yang  berbeda mempunyai risiko berbeda dengan penyakit yang berbeda, dimana pada gilirannya dapat mendukung kesimpulan pada tingkat individu seperti mengapa  perkembangan penyakit pada waktu yang tertentu.

2.2.1

Epidemiologi HIV/AIDS di Dunia

Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocytis Carinii dan dua orang gay muda dengan Sarcoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang ga y muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1980 WHO mengadakan pertemuan yang pertama tentang AIDS. 1,7 Prevalensi AIDS pada tahun 2014 sebesar 36,9 juta orang, sebanyak 17,1 juta orang tidakmengetahui terinfeksi HIV. Insidensi penderita HIV pada ta hun 2014 secara global adalah 2 juta dan angka mortalitasnya 1,2 juta orang. Jumlah penderita HIV terus meningkat tiap tahunnya, walapun terjadi penurunan jumlah insidensi pada akhir tahun 2014.

1,7

Secara global lebih banyak orang yang menggunakan antiretroviral (ARV) sebagai terapi sehingga dapat memperpanjang angka harapan hidupnya. Pada bulan Juni 2015 didapati 15,8 juta orang mendapat pengobatan.  1,7

2.2.2

Epidemiologi HIV/AIDS di Asia Pasifik

Pada tahun 2014, prevalensi infeksi HIV adalah 5 juta orang. Dari angka tersebut, sebanyak 340.000 orang baru terinfeksi HIV pada tahun 2014 terdiri dari anak sebanyak 21000. Pada akhir tahun 2014 terdapat 240.000 kematian akibat HIV/AIDS. Terjadi peningkatan insidensi 31% antara tahun 2000 dan 2014. Insidensi infeksi HIV  pada Asia Pasifik terbanyak terdapat di Cina, Indonesia dan India (78%). Peningkatan angka kejadian HIV pada daerah asia terutama karena adanya  perilaku seks vaginal atau anal tanpa menggunakan kondom atau tanpa pengobatan yang

6

mencegah HIV,atau menggunakan jarum suntk yang sama dengan penderita HIV. Faktor lainnya adalah tidak terdiagnosa HIV pada daerah Asia sebesar 22%, faktor kebudayaan yang mempengaruhi persepsi,stigma dan diskriminasi; keterbatasan  penelitian sehingga terbatasnya program pencegahan seta intervensi pada populasi. Pencakupan pengobatan pada penderita AIDS sebanyak 36% dengan 3,2 juta orang belum dapat terapi ARV. Pengobatan dengan menggunakan ARV yang mencakup ≥ 50% terdapat pada negara Thailand dan Kamboja. 7

2.2.3

Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia

Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIVAIDS tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011. Sementara secara kumulatif sejak 1 Januari 1987 sampai dengan 30 September 2014 telah terjadi kasus HIV sebanyak 150.296 dan kasus AIDS sebanyak 55.799. Dari bulan Juli sampai dengan September 2014 jumlah infeksi HIV yang baru dilaporkan sebanyak 7.335 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun sebesar 69,1%, diikuti kelompok umur 20-24 tahun sebesar17,2%, dan kelompok umur diatas 50 tahun sebesar 5,5%. Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1berbanding1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko  pada heteroseksual sebesar 57%, LSL (Lelaki Seks Lelaki) sebesar 15%, dan  penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (pengguna narkoba suntik) sebesar 4% Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh Pemerintah bekerja sama dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat

dapat

diketahui

melalui

3 metode,

yaitu pada layanan

Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).5,8

7

Berdasarkan estimasi WHO sebanyak 660.000 orang di Indonesia terinfeksi HIV  pada tahun 2014 yang meningkat sebesar 43%. Merupakan orang dewasa (≥ 15 tahun) sebesar 0,5 %., homoseks sebesar 8,5%, pengguna narkoba injeksi 36,4%, dan pekerja seks komersial 9%. Pada tahun 1999 di Indonesia terdapat 635 kasus HIV dan 183 kasus  baru AIDS. Mulai tahun 2000-2005 terjadi peningkatan kasus HIV dan AIDS secara signifikan di Indonesia.Pada Tahun 2015 terjadi penurunan yaitu menjadi 24.791 kasus dengan jumlah kumulatif infeksi HIV sebanyak 184.929. Sementarajumlah A IDS yang dilaporkan tahun 2015 adalah 3127 dengan Jumlah kumulatif AIDS sebanyak 65.197 orang. dijumpai

Setelah

3

tahun

berturut-turut (2010-2012)

cukup stabil,

 perkembangan jumlah kasus baru HIV positif pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami peningkatan secara signifikan.

Gambar 2.1 Diagram Kasus Baru Hiv Positif Sampai Tahun 2014

Insidensi adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai tahun 2013. Namun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi sebesar 3.127 kasus. Diperkirakan hal tersebut terjadi karena jumlah pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2015 sebesar 68. 197 kasus. Terdiri dari 4600 kasus adalah anak-anak

8

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Kasus Baru AIDS sampai tahun 2014 8

Pemetaan epidemi HIV di Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu 440 kasus.Berdasarkan gambar di atas, sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV > 440, meliputi seluruh provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Pulau Papua serta beberapa provinsi di Sumatera (Sumatera Utara dan Riau), Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur), dan satu provinsi di Sulawesi yaitu Sulawesi Selatan. Jumlah kasus HIV di lima belas provinsi tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia. Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (38.464), Jawa Timur (24.104), dan Jawa Barat(17.075), Bali (1.824).

Sebanyak empat provinsi

memiliki jumlah kasus HIV kurang dari 90 kasus yaitu Gorontalo, Sulawesi Barat, Aceh, dan Maluku Utara.. 5

Gambar 2.2 Peta Epidemi Hiv Di Indonesia Tahun 2014 5

9

Bedasarkan data WHO populasi terbanyak pada daerah perkotaan. Angka kejadian kasus AIDS atau  AIDS Case Rate  adalah jumlah kasus AIDS per 100.000  penduduk dalam kurun waktu tertentu.  AIDS Case Rate di Indonesia yang tertinggi adalah Jawa Timur ( 13.043), Provinsi Papua (12.117 kasus), diikuti DKI Jakarta (8.007kasus),Bali (4.813 kasus), dan Jawa Tengah (5.042 kasus). Pada provinsi Papua dan Papuan Barat, terutama disebabkan oleh hubungan seksual yang tidak aman terutama pada rentang usia antara 15-49 tahun. 5,8

Berdasarkan jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2015 pada kelompok laki-laki 1,75 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 54% dan pada perempuan sebesar 31%. Sebesar 4% penderita AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya. Beberapa kasus baru AIDS dari Provinsi DKI Jakarta dan Papua Barat tidak dilaporkan jenis kelaminnya.Pada penelitian  berdasarkan jenis kelamin memiliki pola yang hampir sama dalam 7 tahun terakhir.8

Gambar 2.4 Diagram Kasus Baru Aids Menurut Jenis Kelamin Di Indonesia Tahun 20158

Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa Infeksi HIV terbanyak ditemukan pada kelompok usia produktif 25-49 tahun pada 5 tahun terakhir. Usia muda merupakan populasi dengan faktor resiko yang tinggi. Usia dewasa muda yaitu pada usia 20-29 tahun sebesar 32% pada populasi yang terinfeksi HIV , 30-39 tahun sebesar 29,4%, dan 40-49 tahun sebesar 11,8 %. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif

10

secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Kelompok usia muda yang sedikit berdasarkan tidak lazimnya seks sebelum  pernikahan yang dilarang adat istiadat di Indonesia. Berdasarkan data  Behaviour Surveillance Surveys (BSS) pada 2004-2005 sebanyak 1% pelajar di Jakarta dan Surabaya memakai narkoba suntik, 23% pelajar di Jakarta dan 9% pelajar di Surabaya pernah mencoba menggunakan narkoba suntik dengan jaarum suntik  bergantian, sehingga meningkatkan angka penularan HIV. Sebanyak 40%  pengguna narkoba suntik pada usia 15-24 tahun. Pada kota Jakarta dan Surabayadidapati pekerja seks komersial dengan usia muda dibanding kota lain. 8

Gambar 2.5 Diagram Persentase Kasus Baru Aids Menurut Kelompok Umur Tahun 2015 8

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan

seksual

lawan

jenis

(heteroseksual),

hubungan

sejenis

homoseksual/biseksual, penggunaan alat suntik (penasun)/pengguna narkoba injeksi (IDU) secara bergantian, transfusi darah, dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Kasus baru infeksi HIV di Indonesia terutama pada golongan yanga  beresiko , yaitu injecting drug users (IDUs), female sexworkers (FSWs) dan klien, men who have sex with men. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2015 hubungan

11

heteroseksual merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar 64,5%, diikuti oleh penasun sebesar 12,4%, penularan melalui  perinatal sebesar 3,5%, , homoseksual sebesar(2,7%). Sedangkan penasun yang  biasanya cara penularan tertinggi kedua, pada tahun 2014 turun secara signifikan menjadi 3,3% dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 9,3% . Prevalensi dari kebiasaan penyuntikan yang tidak aman jumlahnya lebih kecil dibandingkan kebiasaan seks yang tidak aman, tetapi tidak menggambarkan prevalensi dari  penguna narkoba suntik terjadi penurunan jumlah penggunaan jarum suntik  bersama, dilaporkan sebanyak 87% pengguna narkoba suntik tidak menggunakan  jarum suntik bersama. Program  Locations of Needle and Syringe Program (NSP) dan  Methadone Maintenance Therapy (MMT) yang dilakukan pemerintah meningkatkan dari 120 dan11 pada 2006 menjadi 194 and 74 pada 2011. Pasangan yang multipel, hubungan seksual yang terlalu sering, kebutuhan kondom, rendahnya angka penggunaan kondom secara bersamaan meningkatkan resiko transmisi dari HIV tidak hanya populasi beresiko, tetapi juga pada tetapijuga wanita sebagia partner seksual atau pekerja seks komersial atau pengguna narkoba. Bersamaan dengan peningkatan angka penularan melalui seks bebas maka dilakukan penyuluhan tentang perilaku seks sehat dengan menggunakan kondom, tetapi terhambat oleh pandangan agama tertentu pada daerah epidemi.

12

Gambar 2.6 Persentase Kasus Aids Menurut Faktor Risiko Di Indonesia Tahun 2010-2015 8

Penyakit AIDS dilaporkan bersamaan dengan penyakit penyerta. Pada tahun 2015 penyakit tuberkulosis, diikkuti kandidiasis dan diare merupakan penyakit  penyerta AIDS tertinggi masing-masing sebesar 275 kasus, 191 kasus, dan 187 kasus.

Menurut jenis pekerjaan pada tahun 2015, penderita AIDS kumulatif di Indonesia paling banyak yang diketahui berasal dari kelompok ibu rumah tangga (sebesar 9.096 orang) diikui tenaga non-profesional (8.267 orang), dan wiraswasta (8.037 kasus). Sementara sebanyak 21.434 orang tidak diketahui jenis  pekerjaannya.8

Gambar 2.7 Diagram Jumlah Kumulatif AIDS yang Dilaporkan Menurut Jenis Pekerjaan8

13

Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) adalah jumlah kematian (dalam persen) dibandingkan jumlah kasus dalam suatu penyakit tertentu. CFR AIDS di Indonesia pada tahun 2001 menunjukan penurunan yang signifikan kemudian naik kembali sampai tahun 2004, selanjutnya sampai tahun 2015 menunjukkan kecenderungan menurun. Pada tahun 2015 CFR AIDS di Indonesia sebesar 0,67%. Sebanyak 22.000 orang meninggal disebabkan oleh tuberkulosis.

Gambar 2.8 Grafik Angka Kematian Akibat Aids Yang Dilaporkan Tahun 2000-2014

Diagnosis HIV melalui beberapa test. Berdasarkan data geografis WHO tahun 2015 di Indonesia menggunakan 3-rapid test algorithm yang diprioritaskan pad populasi yang memiliki faktor resiko, wanita hamil dan pasien yang telah memiliki simptom. Tetapi hanya 6% dari wanita hamil di Indonesia yang teah melakukan tes HIV. Pada tahun 2014 sebanyak 14.000 wanita hamil di Indonesia terinfeksi HIV dengan
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF