Elisabeth Patty - Perbandingan ADHD Dan ASD

March 20, 2018 | Author: mariet ines | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ANAK...

Description

1

REFERAT Perbandingan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan Autism Spectrum Disorder (ASD) Elisabeth E. Patty, S.Ked SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang dr. Fransiskus Taolin, Sp.A; dr. Regina M. Manubulu, Sp.A,M.Kes; dr. Hendrik B. Tokan, Sp.A

PENDAHULUAN

Terdapat berbagai macam gangguan tumbuh kembang anak, diantaranya retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, serta gangguan perilaku dan emosional. Contoh gangguan perkembangan psikologis adalah gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa, gangguan perkembangan belajar khas, gangguan perkembangan motorik khas, dan gangguan perkembangan pervasif. Autisme/ Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah salah satu contoh dari gangguan perkembangan pervasif. Sedangkan contoh dari gangguan perilaku dan emosional adalah gangguan hiperkinetik/ Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan tingkah laku.1,2 ASD dan ADHD sulit dibedakan karena anak autisme cenderung fokus pada dunianya sendiri sehingga tidak ada perhatian/in-atensif ketika diajak komunikasi, sedangkan Anak ADHD cenderung tidak mau diam sehingga tidak ada perhatian/in-atensif ketika diajak komunikasi.1,2 Prevalensi ADHD di dunia berdasarkan The National Resource on ADHD dikatakan 7.2% (129juta) anak di dunia dengan ADHD, 3.4% orang dewasa di dunia dengan ADHD, dan angka kejadian ADHD meningkat dari 7% tahun 19971997 menjadi 10.2% pada tahun 2012-2014.3

2

Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan dengan rasio 3:1 sampai 5:1. Prevalensi GPPH di Indonesia antara 0,4% sampai dengan 26,2%. 3,4 Rasio laki-laki dibandingkan perempuan bervariasi antara 2:1 hingga 9:1.4 Prevalensi ASD di dunia menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah 1 dari 68 anak (1 dari 42 laki-laki dan 1 dari 189 perempuan) mengalami ASD.5 Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan tentang perbandingan ADHD dan ASD, serta sebagai prasyarat untuk mengikuti ujian di SMF/Bagian Kesehatan Anak. I. DEFINISI Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai kurang/ tidak adanya perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas, paling banyak terjadi pada anak-anak, dapat berlanjut sampai remaja bahkan sampai dewasa.1 Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan pervasif, yang ditandai dengan gangguan pada bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang. Tergolong didalamnya adalah autisme klasik, sindrom Asperger, dan pervasive developmental disorder not otherwise specified (PDD-NOS).6, 7 II. ETIOLOGI Penyebab ADHD masih belum diketahui. Banyak bukti yang mendukung bahwa ADHD disebabkan oleh kombinasi banyak faktor yaitu faktor genetik, neurofisiologi, kognitif, familial, dan faktor lingkungan.

3

Etiologi pastinya masih belum diketahui, tetapi ada keterkaitan kuat dengan faktor genetik. HOXA1, merupakan salah satu dari gen yang terlibat dalam autism dan diturunkan secara resesif autosomal. Faktor genetik lain juga terlibat dalam gangguan autism adalah Gen Fragile X. Ada juga hubungan positif dari gen FMR1 dengan autisme. Mutasi pada gen BETIS 2 synaptic scaffolding juga telah didokumentasikan dalam autism. Masih banyak gen-gen lain yang juga berperan dalam kejadian autism. Beberapa teori lain juga menyebutkan bahwa autism dapat disebabkan karena

pengaruh

infeksi

pathogen.

Virus

campak,

cytomegalovirus,dan

herpessimpleks 6, telah ditemukan hidup di dalam monosit pada individu dengan autism. III. EPIDEMIOLOGI Pada tahun 2006, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperkirakan bahwa 4,5 juta anak dibawah usia 18 tahun didiagnosis dengan ADHD, dengan sekitar 2,5 juta anak-anak ini secara teratur mengkonsumsi obat untuk terapi. ADHD paling umum terjadi pada anak-anak, mempengaruhi sekitar 11% dari anak-anak antara 4-17 tahun di Amerika Serikat. Peningkatan kesadaran masyarakat dan peningkatan pengetahuan terhadap faktor risiko mendukung peningkatan diagnosis ADHD dan terapi terhadap penderita ADHD. Insiden di Inggris dilaporkan kurang dari 1%. Kriteria International Classification of Diseases, Revisi ke-10 (ICD-10) untuk ADHD yang digunakan di Inggris dianggap lebih ketat daripada kriteria DSM-IV-TR. Penelitian lain menunjukan bahwa prevalensi di seluruh dunia antara 8-12%. Pada anak laki-laki ADHD 3-5

4

kali lebih sering pada laki-laki daripada anak perempuan, dengan rasio kejadian 5 : 1. Sekitar 15-20% anak dengan ADHD bertahan kondisinya hingga dewasa. Tingkat prevalensi pada orang dewasa diperkirakan 2-7%. Menurut laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang dirlis pada Maret 2012 sampai saat ini prevalensi autism pada anak berumur 8-14 tahun adalah lebih dari 1 %, yakni 11,3 per 1000 anak atau 1 dari 88 anak. Penyekit ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dengan rasio laki-laki dan perempuan sebesar 4:1. Dimana angka kejadiaan autisme diantara laki laki adalah 1 anak dari 54 anak, dan perempuan dengan angka kejadian 1 anak per 252 anak. Pada saat ini, kenaikan prevalensi ini terus meningkat tiga kali lipat sejak 1990, hal ini tidak diikuti dengan kenaikan penyakit gangguan mental lain pada anak, yang artinya angka ini murni kenaikan prevalensi dari autism. IV. PATOFISIOLOGI Patologi ADHD sebenarnya masih belum jelas. Neurotransmitter seperti dopamin dan norepinefrin telah dikaitkan dengan ADHD. Daerah otak yang terlibat adalah bagian frontal dan prefrontal, lobus parietal dan cerebellum juga dapat terlibat. Dalam suatu studi MRI fungsional, anak-anak dengan ADHD yang melakukan tugas atau respon yang lambat memiliki aktivasi yang berbeda di daerah frontostriatal dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Sebuah studi tahun 2010 juga menunjukkan adanya gangguan fungsi frontostriatal dalam etiologi ADHD. Studi terbaru menyebutkan, selain terjadinya perubahan struktural dan fungsional pada sirkuit frontostriatal, dalam studi menunjukkan perubahan lebih lanjut khususnya di otak kecil dan lobus parietalis. Deformasi yang terjadi dalam

5

inti ganglia basalis pada anak dengan ADHD akan terkait dengan gejala, semakin meningkatnya deformasi, tingkat keparahan semakin besar pula. Salah satu teori menekankan bahwa pertumbuhan awal yang berlebihan pada otak dan overkonektivitas saraf, penting dalam patogenesis. Diperkirakan bahwa neuron yang berlebih (menginduksi pertumbuhan berlebih serebral) dapat mempromosikan cacat dalam pola saraf, dengan akibatnya meningkatkan interaksi kortikal jarak pendek, kemudian menghalangi interaksi jarak jauh yang saling berhubungan dengan bagian otak lain yang penting. Anomali neuroanatomical ini memiliki potensi untuk mendasari defisit dalam fungsi sosial-emosional dan komunikasi pada penderita autism. Beberapa studi menunjukkan peran mutasi DNA mitokondria dalam autisme yang mungkin dapat menyebabkan gangguan metabolisme energi di mitokondria, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk jawaban yang pasti. Disfungsi mitokondria telah terlibat di beberapa gangguan neurologis dan mungkin memiliki peran dalam autisme. Mitokondria memiliki kekebalan antibakteri dan akan menjadi penting dalam kasus infeksi terutama pada saluran GI pada anak-anak autism. Patogen intraseluler seperti Virus campak, cytomegalovirus dapat menurunkan hematopoiesis, menurunkan kekebalan perifer, dan fungsi sawar darah otak diubah sering disertai dengan demielinasi. Virus dapat menyebabkan respon imun, sehingga peradangan saraf, reaksi autoimun, dan cedera otak.

6

V. DIAGNOSIS Diagnosis ADHD setidaknya memerlukan setidaknya enam gejala kurangnya perhatian atau enam gejala hiperaktif, dimana gejala ini bertahan selama enam bulan atau lebih sebelum usia tujuh tahun. Pemeriksaan Status Mental dapat dengan memperhatikan kondisi berikut ini : 1. Penampilan, anak dengan ADHD dapat gelisah, impulsif, dan tidak mampu duduk diam, atau mereka mungkin secara aktif berkeliling. Orang dewasa dengan ADHD mungkin teralihkan, gelisah, dan pelupa. 2. Mempengaruhi suasana hati, suasana hati biasanya euthymic, kecuali untuk periode rendah diri dan suasana hati menurun (Dysthymic). Lekas marah sering dikaitkan dengan ADHD. 3. Bahasa dan proses berpikir 4. Halusinasi atau delusi tidak ada. 5. Pemikiran konten/bunuh diri, konten harus normal, dengan tidak ada bukti gejala bunuh diri/membunuh atau psikotik. 6. Kognisi, konsentrasi dan penyimpanan ke dalam memori baru yang terpengaruh. Pasien dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dengan tugas-tugas perhitungan dan tugas memori baru. Orientasi, memori jauh, atau abstraksi seharusnya tidak terpengaruh. Assesment komferhensif pada anak yang dicurigai ADHD yang dapat dilakukan antara lain : a. History : keluarga, riwayat medis terdahulu dan sekarang, psikososial dan perkembangan.

7

b. Medical : pemeriksaan fisik dan neurologi dan investigasi khusus c. Developmental : untuk menyingkirkan masalah khusus atau global, kesulitan mendengar atau berpikir. d. Behavioural : deskripsi berbagai kebiasaan pada kondisi yang berbeda, khususnya di rumah dan di sekolah. e. Family and Relationship Function : pemeriksaan pada anak terkait hubungannya dengan anggota keluarga, dan fungsi pada keluarga. f. Educational : gambaran observasi di kelas dan evaluasi awal, termasuk memperkirakan kapabilitas intelektual, kekuatan dan kelemahan menghitung dalam kegiatan akademis, termasuk perkembangan bahasa.

Kriteria GPPH berdasarkan DSM V8 Salah satu dari (1) atau (2): 1. Tidak dapat memusatkan perhatian Enam atau lebih dari gejala tidak dapat memusatkan perhatian yang menetap paling sedikit 6 bulan sampai pada derajat terjadinya maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan: a. Sering gagal dalam memusatkan perhatian pada hal–hal kecil atau membuat kesalahan/kecerobohan pada pekerjaan sekolah atau aktivitas lain. b. Sukar mempertahankan perhatian pada tugas atau aktivitas. c. Tidak mendengarkan bila diajak berbicara langsung.

8

d. Tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah, tugas atau kewajiban. e. Kesukaran dalam mengatur tugas dan aktivitas. f. Sering menghindari atau enggan terikat pada tugas yang membutuhkan dukungan mental yang terus menerus (pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah). g. Sering menghilangkan benda-benda yang dibutuhkan dalam tugas dan aktivitas. h. Mudah terganggu oleh rangsang luar. i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari. 2.

Enam atau lebih gejala hiperaktivitas–impulsivitas yang menetap selama 6 bulan sampai pada derajat terjadinya maladaptive dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan.

Hiperaktivitas a. Tampak gelisah dengan tangan atau kaki yang menggeliat-geliat di tempat duduk. b. Sering meninggalkan tempat duduk dimana situasinya diharapkan untuk duduk tenang. c. Sering berlari atau memanjat berlebihan dalam situasi dimana hal itu tidak sesuai. d. Sering mengalami kesulitan bila bermain atau bersenang–senang diwaktu senggang dengan kondisi tenang/ diam. e. Selalu bergerak terus atau berlaku bagaikan didorong oleh mesin.

9

f. Sering bicara berlebihan. Impulsivitas a. Sering menjawab dahulu sebelum pertanyaan selesai diajukan b. Sering sulit menunggu giliran. c. Sering menyela dan memaksakan kehendak pada orang lain (memotong pembicaraan atau permainan). 3. Beberapa gejala hiperaktivitas-impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul sampai anak berusia 12 tahun. 4. Beberapa

gangguan dari gejala-gejala terdapat pada dua atau lebih

setting/situasi (misalnya di sekolah atau di rumah) 5.

Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. 6. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (misalnya gangguan mood, gangguan cemas, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian) Kombinasi : Jika kriteria inatensi dan kriteria hiperaktifitas – impulsifitas ditemukan dalam 6 bulan terakhir. Predominan inatensi : Jika hanya ditemukan kriteria inatensi dalam 6 bulan terakhir. Predominan hiperaktifitas – impulsifitas : Jika hanya ditemukan kriteria hiperaktifitas – impulsifitas dalam 6 bulan terakhir.

10

Dalam DSM V dijabarkan mengenai kriteria diagnostik ASD adalah sebagai berikut: 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial timbale balik: a. gangguan yang nyata dalam berbagai tingkah laku non verbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, dan posisi tubuh; b. kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat perkembangan; c. kurangnya spontanitas dalam berbagi kesenangan, minat atau prestasi dengan orang lain; dan d. kurang mampu melakukan hubungan social atau emosional timbal balik. 2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi: a. keterlambatan perkembangan bahasa atau tidak bicara sama sekali; b. pada individu yang mampu berbicara, terdapat gangguan pada kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain; c. penggunaan bahasa yang stereotip, repetitive atau sulit dimengerti; dan d. kurangnya kemampuan bermain pura-pura 3. Pola-pola repetitif dan stereotip yang kaku pada tingkah laku, minat dan aktivitas: a. preokupasi pada satu pola minat atau lebih; b. infleksibilitas pada rutinitas atau ritual yang spesifik dan non fungsional; c. gerakan motor yang stereotip dan repetitif; dan d. preokupasi yang menetap pada bagian-bagian obyek. Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan autistik bila simtom-simtom di atas telah tampak sebelum anak mencapai usia 36 bulan.

11

Tabel Perbandingan Gejala Klinis ADHD dan ASD Gejala ADHD Sangat mudah teralihkan + Sering cepat pindah dari satu pekerjaan ke + pekerjaan lainnya dan gampang bosan dengan pekerjaan yang dilakukan Tidak merespon terhadap rangsangan biasa Sering fokus pada barang aneh Banyak bicara + Hiperaktifitas + Sulit duduk tenang + Menyela pembicaraan dan aktifitas lain + Kurang konsentrasi dan tidak mampu untuk + merespon terhadap perasaan orang lain Perilaku berulang seperti mengayun tangan Menolak tatapan mata Interaksi sosial kurang

ASD

+ +

+ + + +

VI. PENATALAKSANAAN Terapi ADHD9 Tatalaksana dimulai dengan mengenali ADHD sebagai kondisi kronik dan edukasi anak dan orangtua mengenai gejala ADHD dan strategi untuk mengendalikan efeknya terhadap belajar, fungsi di sekolah, hubungan sosial, dan kehiduan keluarga. Anak dengan ADHD mendapat manfaat dari pendekatan prilaku untuk mengakomodasi kondisi mereka. Memberikan struktur, rutinitas dan target prilaku yang sesuai akan membantu memperbaiki perilaku anak. Penatalaksanaa

GPPH

dibagi

menjadi

dua

yaitu

medikamentosa

dan

nonmedikamentosa. 1.

Medikamentosa Obat-obat stimulan efektif dalam tatalaksana gejala inatensi, hiperaktivitas, dan distraktiibilitas pada sebagaian besar anak dengan ADHD. Obat-obatan stimulant tidak mengobati kondisi komorbid dan tidak memperbaiki

12

kecerdasan. Metilfenidat short-acting, intermediate-acting, dan long-acting serta dekstroamfetamin long-acting merupakan obat stimulant yang digunakan secara luas. Obat-obatan nonstimulan (agen noradrenergik) termasuk atomoksetin, dapat membantu pada anak yang tidak berespon terhadap pengobatan stimulan. Agonis alfa (antidepresan) seperti Bupropion, klonidin dan guanfasin hidroklorida juga dapat membantu dengan anak ADDH, khususnya pada anak dengan gangguan tidur. Dosis pengobatan ADDH tercantum dalam tabel. Efek samping pengobatan stimulant yang sering dijumpai adalah penurunan nafsu makan dan gangguan tidur.10 Tabel 1.2 Pengobatan GPPH

2.

Nonmedikamentosa Pendekatan Psikososial

13

a. Pelatihan keterampilan sosial bagi anak dengan GPPH dengan tujuan agar anak dapat lebih mengerti norma-norma sosial yang berlaku sehingga mereka dapat berperilaku serta bereaksi sesuai dengan norma yang ada dan dapat berinteraksi dengan lebih optimal. Terapi dengan obat psikotropika hanya dilakukan oleh dokter. b. Edukasi bagi orang tua agar orangtua dapat mengerti latar belakang gejala GPPH yang ada pada anak mereka sehingga mereka dapat bereaksi dengan lebih sesuai dan memberikan respons yang lebih adekuat (lihat bagian peran orangtua dalam mengembangkan potensi anak dengan GPPH). c. Edukasi dan pelatihan bagi guru, pelatihan dan edukasi ini bertujuan: Mengurangi terjadinya stigmatisasi pada anak dengan GPPH di sekolah, sehingga menghindari adanya anggapan buruk terhadap anak-anak ini, misalnya cap sebagai anak nakal, bandel atau malas, dsb. Meningkatkan kemampuan gurudalam berempati terhadap perilaku dan reaksi emosi anak didik mereka yang mengalami GPPH (lihat peran guru dalam penanganan anak dengan GPPH). Terapi ASD6 Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ASD atau mengobati gejala inti. Namun, ada obat yang dapat membantu beberapa orang dengan ASD berasa lebih baik. Obat mungkin tidak mempengaruhi semua anak dengan cara yang sama. Hal ini penting untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan yang memiliki pengalaman dalam merawat anak-anak dengan ASD. Orang tua dan tenaga

14

kesehatan harus terus memantau kemajuan dan reaksi anak ketika dia sedang minum obat untuk memastikan bahwa efek samping negatif dari pengobatan tidak lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini juga penting untuk diingat bahwa anak-anak dengan ASD bisa mendapatkan sakit atau terluka seperti anak-anak tanpa ASD. Seringkali sulit untuk mengetahui apakah perilaku anak berhubungan dengan ASD atau disebabkan oleh kondisi kesehatan yang lain. Beberapa terapi yang dilakukan seperti latihan pendengaran, pelatihan percobaan diskrit, terapi vitamin, terapi anti-jamur, komunikasi difasilitasi, terapi musik, terapi okupasi, terapi fisik, dan integrasi sensorik. Berbagai jenis perawatan secara umum dapat dibagi ke dalam kategori beriku : 

Pendekatan Perilaku dan Komunikasi Pendekatan perilaku dan komunikasi membantu anak-anak dengan ASD. Pendekatan pengobatan penting untuk orang dengan ASD disebut analisis perilaku terapan/ Applied Behavior Analysis (ABA). ABA telah diterima secara luas di kalangan tenaga kesehatan dan digunakan di banyak sekolah dan klinik pengobatan. ABA mendorong perilaku positif dan menghambat perilaku negatif dalam rangka meningkatkan berbagai keterampilan. Kemajuan anak dilacak dan diukur. Ada berbagai jenis ABA. Berikut adalah beberapa contoh:

-

Pelatihan Percobaan Terpisah (DTT)

15

DTT adalah gaya mengajar yang menggunakan serangkaian uji coba untuk mengajar setiap langkah dari perilaku yang diinginkan atau respon. Pelajaran dipecah menjadi bagian-bagian yang paling sederhana dan penguatan positif digunakan untuk menghargai jawaban dan perilaku yang benar. Jawaban yang salah akan diabaikan. -

Awal Intervensi Perilaku Intensif (EIBI) Ini adalah jenis ABA untuk anak-anak yang muda dengan ASD.

-

Pelatihan Respon Penting (PRT) PRT bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak untuk belajar, memonitor perilaku sendiri, dan memulai komunikasi dengan orang lain. Perubahan positif dalam perilaku ini harus memiliki efek luas pada perilaku lainnya.

-

Verbal Behavior Intervensi (VBI) VBI adalah jenis ABA yang berfokus pada pengajaran keterampilan verbal. Terapi lain yang dapat menjadi bagian dari program perawatan lengkap untuk anak dengan ASD meliputi: Perkembangan, Individual Differences, Pendekatan Hubungan Berbasis (DIR, juga disebut "Floortime"). Floortime berfokus pada pengembangan emosional dan relasional (perasaan, hubungan dengan pengasuh). Hal ini juga berfokus pada bagaimana anak berhubungan dengan pemandangan, suara, dan bau.

16



Terapi okupasi Terapi okupasi mengajarkan keterampilan yang membantu orang hidup sebagai mandiri mungkin. Keterampilan mungkin termasuk berpakaian, makan, mandi, dan berhubungan dengan orang-orang.



Terapi Integrasi Sensory Terapi integrasi sensorik membantu orang kesepakatan dengan informasi sensorik, seperti pemandangan, suara, dan bau. Terapi integrasi sensorik dapat membantu seorang anak yang terganggu oleh suara-suara tertentu atau tidak suka disentuh.



Terapi Bicara Terapi wicara membantu meningkatkan kemampuan komunikasi seseorang. Beberapa orang dapat belajar keterampilan komunikasi verbal. Bagi orang lain, menggunakan gerakan atau papan gambar yang lebih realistis.



The Picture Bursa Sistem Komunikasi (Pecs) Pecs menggunakan simbol gambar untuk mengajarkan keterampilan komunikasi. Orang diajarkan untuk menggunakan simbol-simbol gambar untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memiliki percakapan.



Pendekatan diet Beberapa pengobatan diet telah dikembangkan oleh terapis yang handal. Tetapi banyak dari perawatan ini tidak memiliki dukungan ilmiah untuk rekomendasi luas. Diet perawatan didasarkan pada gagasan bahwa alergi makanan atau kurangnya vitamin dan mineral menyebabkan gejala ASD. Beberapa orang tua

17

merasa bahwa perubahan pola makan membuat perbedaan dalam bagaimana anak mereka bertindak atau merasa. 

Obat Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan ASD atau bahkan mengobati gejala utama. Tetapi ada obat yang dapat membantu beberapa orang dengan gejala terkait. Sebagai contoh, obat-obatan dapat membantu ketidakmampuan untuk fokus, depresi, atau kejang.



Pelengkap dan Pengobatan Alternatif Untuk meringankan gejala ASD, beberapa orang tua dan profesional kesehatan menggunakan perawatan yang berada di luar apa yang biasanya direkomendasikan oleh dokter anak. Jenis perawatan yang dikenal sebagai pengobatan komplementer dan alternatif (CAM). Mereka mungkin termasuk diet khusus, khelasi (pengobatan untuk menghilangkan logam berat seperti timbal dari tubuh), biologi (misalnya, secretin), atau sistem berbasis tubuh (seperti tekanan dalam). VII. PROGNOSIS ADHD terjadi dalam jangka waktu yang lama, merupakan kondisi kronik. Jika tidak ditangani dengan benar maka ADHD akan menuju pada : 1. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan 2. Putus sekolah 3. Sulit mencari pekerjaan 4. Menghadapi masalah dengan hukum 5. Satu dari tiga sampai dengan satu dari dua anak dengan ADHD akan berlanjut memiliki gejala ketidakmampuan berkonsentrasi atau hiperaktifitas dan

18

impulsif sampai dengan dewasa. Orang dewasa dengan ADHD sering mengalami kesulitan dalam mengontrol perilaku sehingga mendapatkan masalah. Prognosa untuk penyandang autis tidak selalu buruk. Bagi banyak anak, gejala autisme membaik dengan pengobatan dan tergantung pada umur. Dukungan dan layanan tetap dibutuhkan oleh penderita eautis walaupun umur bertambah, tetapi ada pula yang dapat bekerja dengan sukses dan hidup mandiri dalam lingkungan yang juga mendukung. Prognosis anak autis dipengaruhi oelh beberapa faktor, yaitu: 1. Berat ringannya gejala atau kelainan otak 2. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil. 3. Kecerdasan, semakin cerdas anak tersebut, semakin baik prognosisnya. 4. Bicara dan Bahasa, 20% anak autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya mempuinyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda. 5. Terapi yang intensif dan terpadu. VIII. KOMPLIKASI Beberapa anak autis tumbuh dengan menjalani kehiduypan normal atau mendekati normal. Anak anak dengan kemunduran kemampuan bahasa di awal kehidupan, biasanya sebelum usia 3 tahun, mempunyai resiko epilepsi atau aktivitas kejang otak. Selama masa remaja, beberapa anak dengan autisme dapat menjadi depresi atau mengalami masalah perilaku.

19

Beberapa komplikasi y ang dapat muncul pada penderita autis antara lain: 1. Masalah sensorik Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input sensorik. Sensasi biasa dapat menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, pasien autis tidak berespon terhadap beberapa sensai yang ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri. 2. Kejang Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme. Kejang sering dimulai pada anak-anak autis muda atau remaja. 3. Masalah kesehatan Mental Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan terhadap depresi, kecemasan, perilaku impulsif, dan perubahan suasana hati. 4. Tuberous sclerosis Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ, termasuk otak. Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak jelas. Namun, tingkat autisme jauh lebih tinggi di antara anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yang tanpa kondisi tersebut. IX. KESIMPULAN 1. Perbedaan ADHD dan ASD yaitu ciri utama ADHD adalah berkurangnya perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas, sedangkan ciri utama ASD adalah terdapat masalah pada interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.

20

2. Kesamaan ADHD dan ASD yaitu terdapat gangguan dalam mempertahankan perhatian dan gangguan interaksi sosial. 3. ADHD dan ASD dapat terjadi bersamaan pada seorang anak. 4. Untuk diagnosa ADHD dan ASD dapat menggunakan DSM V. 5. Terapi ADHD berupa terapi perilaku dan medikasi, sedangkan terapi ASD berupa terapi perilaku

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih, Ranuh G. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Suyono J, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. 387-431 p. 2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya - PT Nuh Jaya; 2013. 122-137 p. 3. The National Resource on ADHD [Internet]. 2016. Available from: http://www.chadd.org/understanding-adhd/about-adhd/data-andstatistics/general-prevalence.aspx#sthash.NEhecjjp.dpuf 4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1524. 2014;82(7). 5. Autism Speaks - Autism Prevalence [Internet]. 2016. Available from: https://www.autismspeaks.org/what-autism/prevalence 6. Autism Spectrum Disorder (ASD). Centers for Disease Control and Prevention

[Internet].

2016;

Available

from:

https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts.html 7. Autism Society. Autism Spectrum Disorder [Internet]. Veracity Media. 2016. Available from: http://www.autism-society.org 8. Hanna N. Attention Deficit Disorder ( ADD ) Attention Deficit Hyperactive Disorder ( ADHD ) Is It A Product Of Our Modern Lifestyles ?. American Journal of Clinical Medicine. 2009;6(4):1–7. 9. The Basics of Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD). National Institute of Mental Health. Bethesda : NIH Publication. 2016;1–8. 10. Karen J. Marcdante, Robert M. Kliegman, Hal B. Jenson REB. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH). Saunders E, editor. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi 6th. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonsesia (IDAI); 2011. 54–5. 11. Cairns. ASD and ADHD Brief Comparison. Everyday With ADHD. Australia.1-2

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF