EKOLOGI-TANAH

May 23, 2018 | Author: Muhammad Hilmi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tes...

Description

EKOLOGI TANAH Bahan kajian MK. Manajemen Agroekosistem Agroekosist em FPUB Junil 2010  Diabstraksikan oleh Prof Dr Ir Soemarno MS Dosen Jur Tanah FPUB

Pendahuluan Soil Soil ecol ecolog ogy y is the the stud study y of the the inter interac acti tion ons s among soil organisms, and between biotic and abio abioti tic c aspe aspect cts s of the the soil soil envi enviro ronm nmen ent. t. It is part partic icula ularl rly y conc concer erne ned d with with the the cycl cyclin ing g of  nutrients, nutrients, formation and stabilization of the pore structure, structure, the spread and vitality of pathogens, and the the biod biodiv iver ersi sity ty of this this rich ich biol biolo ogica gicall community. Pemba Pembaha hasan san ekolog ekologii tidak tidak lepas lepas dari dari pemba pembahas hasan an ekosiste ekosistem m dengan dengan berbagai berbagai kompone komponen n penyusun penyusunnya, nya, yaitu yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembap kelembapan, an, cahaya, cahaya, dan topografi topografi,, sedangka sedangkan n faktor faktor biotik biotik adal adalah ah makh makhlu luk k hidu hidup p yang yang terd terdir irii dari dari manu manusi sia, a, hewa hewan, n, tumb tumbuh uhan an,, dan dan mikr mikrob oba. a. Ekol Ekolog ogii juga juga berh berhub ubun unga gan n erat erat dengan dengan tingkatan tingkatan-ting -tingkatan katan organisa organisasi si makhluk makhluk hidup, hidup, yaitu yaitu populasi, populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Tanah: Sifat dan Karakteristik Tanah (bahasa Yunani:  pedon;  pedon; bahasa bahasa Latin Latin:: solum) solum) adala adalah h bagian bagian kerak kerak bumi bumi yang yang tersus tersusun un dari dari minera minerall dan bahan bahan organik. organik. Tanah Tanah sangat sangat vital vital peranann peranannya ya bagi semua kehi kehidu dupa pan n di bumi bumi kare karena na tana tanah h mend menduk ukun ung g kehi kehidu dupa pan n tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang penopang akar. akar. Struktur Struktur tanah tanah yang yang berongga berongga-rong -rongga ga juga menj menjad adii temp tempat at yang yang baik baik bagi bagi akar akar untu untuk k bern bernaf afas as dan dan tum tumbuh buh. Tan Tanah juga menj enjadi hab habitat tat hid hidup berb erbagai mikroo mikroorga rganis nisme. me. Bagi Bagi sebagi sebagian an besar besar hewa hewan n darat darat,, tanah tanah menj enjadi lah lahan untu ntuk hidup dup dan berg berger era ak. Ilm Ilmu yang ang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai sebagai penyimp penyimpan an air dan menekan menekan erosi, erosi, meskipun meskipun tanah sendiri sendiri juga dapat dapat tererosi tererosi.. Komposis Komposisii tanah berbeda-bed berbeda-beda a pada pada satu satu loka lokasi si deng dengan an loka lokasi si yang yang lain lain.. Air Air dan dan udar udara a merupakan bagian dari tanah. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organi organisme sme,, membe membentu ntuk k tubuh tubuh unik unik yang yang menutu menutupi pi batua batuan. n. Proses Proses pembentu pembentukan kan tanah tanah dikenal dikenal sebagai sebagai ''pedoge ''pedogenesi nesis''. s''. Proses Proses yang yang unik ini membentu membentuk k tanah tanah sebagai sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan prosesproses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Hans Jenny Jenny (1899(1899-19 1992) 92),, seoran seorang g pakar pakar tanah tanah asal asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tana tanah h terb terben entu tuk k dari dari baha bahan n indu induk k yang yang tela telah h meng mengal alam amii modifikas modifikasi/pe i/pelapu lapukan kan akibat akibat dinamika dinamika faktor faktor iklim, iklim, organism organisme e (termasuk (termasuk manusia) manusia),, dan relief relief permukaa permukaan n bumi (topografi (topografi)) seirin seiring g denga dengan n berja berjalan lanny nya a waktu waktu.. Berdas Berdasark arkan an dinami dinamika ka kelima kelima faktor tersebut terbentuklah terbentuklah berbagai berbagai jenis jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Tubuh Tubuh tanah tanah (solu (solum) m) tidak tidak lain lain adalah adalah batua batuan n yang yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tana tanah h yang yang dite ditemu muka kan n saat saat ini ini tida tidak k ada ada yang yang lebi lebih h tua tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleis Pleistos tosen en.. Tubuh Tubuh tanah tanah terben terbentuk tuk dari dari campur campuran an bahan bahan organik organik dan mineral. mineral. Tanah Tanah non-orga non-organik nik atau tanah mineral mineral terb terben entu tuk k dari dari batu batuan an sehi sehing ngga ga ia meng mengan andu dung ng mine minera ral. l. Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi. Tana Tanah h orga organi nik k berw berwar arna na hita hitam m dan dan meru merupa paka kan n pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. bara. Tanah Tanah organi organik k cender cenderun ung g memil memiliki iki keasam keasaman an tingg tinggii

Tanah: Sifat dan Karakteristik Tanah (bahasa Yunani:  pedon;  pedon; bahasa bahasa Latin Latin:: solum) solum) adala adalah h bagian bagian kerak kerak bumi bumi yang yang tersus tersusun un dari dari minera minerall dan bahan bahan organik. organik. Tanah Tanah sangat sangat vital vital peranann peranannya ya bagi semua kehi kehidu dupa pan n di bumi bumi kare karena na tana tanah h mend menduk ukun ung g kehi kehidu dupa pan n tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang penopang akar. akar. Struktur Struktur tanah tanah yang yang berongga berongga-rong -rongga ga juga menj menjad adii temp tempat at yang yang baik baik bagi bagi akar akar untu untuk k bern bernaf afas as dan dan tum tumbuh buh. Tan Tanah juga menj enjadi hab habitat tat hid hidup berb erbagai mikroo mikroorga rganis nisme. me. Bagi Bagi sebagi sebagian an besar besar hewa hewan n darat darat,, tanah tanah menj enjadi lah lahan untu ntuk hidup dup dan berg berger era ak. Ilm Ilmu yang ang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai sebagai penyimp penyimpan an air dan menekan menekan erosi, erosi, meskipun meskipun tanah sendiri sendiri juga dapat dapat tererosi tererosi.. Komposis Komposisii tanah berbeda-bed berbeda-beda a pada pada satu satu loka lokasi si deng dengan an loka lokasi si yang yang lain lain.. Air Air dan dan udar udara a merupakan bagian dari tanah. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organi organisme sme,, membe membentu ntuk k tubuh tubuh unik unik yang yang menutu menutupi pi batua batuan. n. Proses Proses pembentu pembentukan kan tanah tanah dikenal dikenal sebagai sebagai ''pedoge ''pedogenesi nesis''. s''. Proses Proses yang yang unik ini membentu membentuk k tanah tanah sebagai sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan prosesproses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Hans Jenny Jenny (1899(1899-19 1992) 92),, seoran seorang g pakar pakar tanah tanah asal asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tana tanah h terb terben entu tuk k dari dari baha bahan n indu induk k yang yang tela telah h meng mengal alam amii modifikas modifikasi/pe i/pelapu lapukan kan akibat akibat dinamika dinamika faktor faktor iklim, iklim, organism organisme e (termasuk (termasuk manusia) manusia),, dan relief relief permukaa permukaan n bumi (topografi (topografi)) seirin seiring g denga dengan n berja berjalan lanny nya a waktu waktu.. Berdas Berdasark arkan an dinami dinamika ka kelima kelima faktor tersebut terbentuklah terbentuklah berbagai berbagai jenis jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah. Tubuh Tubuh tanah tanah (solu (solum) m) tidak tidak lain lain adalah adalah batua batuan n yang yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tana tanah h yang yang dite ditemu muka kan n saat saat ini ini tida tidak k ada ada yang yang lebi lebih h tua tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleis Pleistos tosen en.. Tubuh Tubuh tanah tanah terben terbentuk tuk dari dari campur campuran an bahan bahan organik organik dan mineral. mineral. Tanah Tanah non-orga non-organik nik atau tanah mineral mineral terb terben entu tuk k dari dari batu batuan an sehi sehing ngga ga ia meng mengan andu dung ng mine minera ral. l. Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi. Tana Tanah h orga organi nik k berw berwar arna na hita hitam m dan dan meru merupa paka kan n pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. bara. Tanah Tanah organi organik k cender cenderun ung g memil memiliki iki keasam keasaman an tingg tinggii

karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air  atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat dapat ditana ditanami mi karen karena a memil memiliki iki sifat sifat fisik fisik gembu gemburr (porus (porus,, sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki memiliki keasaman keasaman tinggi tinggi sebagian sebagian besar besar tanaman tanaman pangan pangan akan akan memb member erik ikan an hasi hasill terb terbat atas as dan dan di bawa bawah h capa capaia ian n optimum. Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, debu, debu, dan liat. Tanah berpasir berpasir didomin didominasi asi oleh pasir, tanah berliat berliat didomina didominasi si oleh liat. Tanah dengan komposisi komposisi pasir, pasir, debu, dan liat yang seimbang dikenal sebagai tanah lempung. Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah tanah dapat dapat memiliki memiliki lapisan-l lapisan-lapis apisan an dengan dengan perbedaa perbedaan n warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa rawa-ra -raw wa. Warn Warna a gela gelap p juga juga dapa dapatt dise diseba babk bkan an oleh oleh kehadi kehadiran ran Manga Mangan, n, belera belerang, ng, dan nitro nitrogen gen.. Warna Warna tanah tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh pengaruh kondisi kondisi proses proses kimia kimia pembentuk pembentukann annya. ya. Suasana Suasana aerobik aerobik / oksidati oksidatiff menghasi menghasilkan lkan warna yang seragam atau perubah perubahan an warna warna bertahap bertahap,, sedangka sedangkan n suasana suasana anaerob anaerobik ik / reduktif reduktif membawa membawa pada pada pola warna yang yang bertotol-to bertotol-totol tol atau warna yang terkonsentrasi t erkonsentrasi.. Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, air, dan dan fasa fasa gas. as. Fasa Fasa cai cair dan gas men mengisi gisi rua ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran keci kecill (mik (mikro ropo pori ri)) teri terisi si air. air. Tana Tanah h yang yang gemb gembur ur (sar (saran ang) g) memili memiliki ki agreg agregat at yang yang cukup cukup besar besar denga dengan n makrop makropori ori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.

Mikrohabitat dalam struktur tanah

Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara maupun air selalu dijumpai mikroba. Umumnya jumlah mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam air  ataupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa anorganik lebih tinggi dalam tanah sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba heterotrof maupun autotrof. Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu, liat dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk struktur tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut, dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan yang diperlukan. Dalam suatu struktur tanah dapat dijumpai berbagai mikrokoloni seperti mikroba heterotrof pengguna bahan organik maupun bakteri autotrof,dan bakteri aerob maupun anaerob. Untuk kehidupannya, setiap jenis mikroba mempunyai kemampuan untuk merubah satu senyawa menjadi senyawa lain dalam rangka mendapatkan energi dan nutrien. Dengan demikian adanya mikroba dalam tanah menyebabkan terjadinya daur unsur-unsur seperti karbon, nitrogen, fosfor dan unsur lain di alam.

Sumber: http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-

mikroba-dan-kesuburan-tanah.pdf ...... diunduh 23/6/2011

Lingkungan rhizosfer   Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Interaksi antara bakteri dan akar  tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane. Sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan rhizosfer antar setiap tanaman. Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya menstimulir pertumbuhan mikroba. Bahan organik yang dikeluarkan oleh akar dapat 1. Eksudat akar: bahan yang dikeluarkan dari aktivitas sel akar hidup seperti gula, asam amino, asam organik, asam lemak dan sterol, factor tumbuh, nukleotida, flavonon, enzim , dan miscellaneous. 2. Sekresi akar: bahan yang dipompakan secara aktif keluar dari akar. 3. Lisat akar: bahan yang dikeluarkan secara pasif  saat autolisis sel akar. 4. Musigel : bahan sekresi akar, sisa sel epidermis, sel tudung akar yang bercampur  dengan sisa sel mikroba, produk metabolit, koloid organik dan koloid anorganik. Enzim utama yang dihasilkan oleh akar adalah oksidoreduktase, hidrolase, liase, dan transferase. Sedang enzim yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfer  adalah selulase, dehidrogenase, urease, fosfatase dan sulfatase. Dengan adanya berbagai senyawa yang menstimulir pertumbuhan mikroba, menyebabkan jumlah mikroba di lingkungan rhizosfer sangat tinggi. Perbandingan jumlah mikroba dalam rhizosfer (R) dengan tanah bukan rhizosfer (S) yang disebut nisbah R/S, sering digunakan sebagai indeks kesuburan tanah. Semakin subur tanah, maka indeks R/S semakin kecil, yang

menandakan nutrisi dalam tanah bukan rhizosfer juga tercukupi (subur). Sebaliknya semakin tidak subur tanah, maka indeks R/S semakin besar, yang menandakan nutrisi cukup hanya di lingkungan rhizosfer yang berasal dari bahan organik yang dikeluarkan akar, sedang di tanah non-rhizosfer nutrisi tidak mencukupi (tidak subur). Nilai R/S umumnya berkisar antara 5-20. Mikroba rhizosfer dapat memberi keuntungan bagi tanaman, oleh karena: 1. Mikroba dapat melarutkan dan menyediakan mineral seperti N,P, Fe dan unsur lain. 2. Mikroba dapat menghasilkan vitamin, asam amino, auxin dan giberelin yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman. 3. Mikroba yang patogenik dengan menghasilkan antibiotik. Pseudomonadaceae merupakan kelompok bakteri rhizosfer (rhizobacteria) yang dapat menghasilkan senyawa yang dapat menstimulir pertumbuhan tanaman. Contoh spesies yang telah banyak diteliti dapat merangsang pertumbuhan tanaman adalah Pseudomonas fluorescens.

Pembentukan Tanah. Tanah merupakan “tubuh-alamiah” yang tersusun atas lapisan (horison tanah) yang beragam ketebalannya, berbeda dengan bahan induk dalam hal sifat-sifat morfologi, fisika, kimia, dan karakteristik mineraloginya. Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer  atmosfer litosfer, dan biosfer. Ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas dan air. Partikel tanah tampak longgar, membentuk struktur  tanah yang penuh dengan ruang pori. Pori-pori mengandung larutan tanah (cair) dan udara (gas). Oleh karena itu, tanah sering diperlakukan sebagai system. Kebanyakan memiliki kepadatan antara 1 dan 2 g / cm ³. Tanah dapat berasal dari batuan induk (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Melalui proses pelapukan, permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan lunak (longgar) yang disebut dengan regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara fisik, biologikmeknik dan kimia.. Faktor pembentukan tanah, atau pedogenesis, adalah efek gabungan proses fisik, kimia, biologi, dan antropogenik pada bahan induk tanah. Genesis tanah melibatkan proses yang mengembangkan lapisan atau horizon dalam profil tanah. Proses ini melibatkan penambahan, kehilangan, transformasi dan translokasi bahan yang membentuk tanah. Mineral yang berasal dari batuan lapuk mengalami perubahan yang menyebabkan pembentukan mineral sekunder dan senyawa lainnya yang larut dalam air, konstituen tersebut dipindahkan (translokasi) dari satu bagian tanah ke daerah lain oleh air dan aktivitas organisme. Perubahan dan pergerakan material di dalam tanah menyebabkan terbentuknya horison tanah yang khas. Pelapukan batuan induk menghasilkan bahan induk tanah. Contoh perkembangan tanah dari bahan induknya terjadi pada aliran lava baru-baru ini di wilayah hangat di bawah hujan lebat dan sangat sering. Dalam iklim seperti itu, tumbuhan sangat cepat berkembang pada lava basaltik, meskipun kandungan bahan organiknya sangat sedikit. Tumbuhan didukung oleh batuan yang porus yang

mengandung air dan unsure hara. Akar tanaman tumbuh berkembang, seringkali bersimbiosis dengan dengan mikoriza, secara bertahap merimbak marterial lava dan bahan organik tanah akan terakumulasi. Lima faktor pembentuk tanah adalah : bahan induk, iklim regional, topografi, potensi biotik dan waktu. Bahan yang membentuk tanah disebut “bahan induk” tanah. Bahan ini meliputi: lapukan batuan dasar primer; bahan sekunder diangkut dari lokasi lain, misalnya colluvium dan aluvium; deposit yang sudah ada tetapi campuran atau diubah dengan cara lain - formasi tanah tua, bahan organik termasuk gambut atau humus alpine; dan bahan antropogenik, seperti timbunan sampah atau tambang. Beberapa tanah langsung dari pemecahan bebatuan yang mendasarinya mereka kembangkan di tempatnya, tanah ini sering disebut "tanah residu", dan memiliki sifat kimia umum yang sama seperti batuan induknya. Kebanyakan tanah berasal dari bahan-bahan yang telah diangkut dari lokasi lain oleh angin, air dan gravitasi. Beberapa di antaranya telah mengalami perpindahan dari jarak yang  jauh, atau hanya beberapa meter. Bahan yang tertiup angin disebut “loess” Pelapukan merupakan tahap pertama dalam mengubah bahan induk menjadi bahan tanah. Pada tanah yang terbentuk dari batuan dasar, dapat terbentuk lapisan tebal bahan lapuk disebut saprolit. Saprolit adalah hasil proses pelapukan yang meliputi: hidrolisis (penggantian kation mineral dengan ion hidrogen), khelasi dari senyawa organik, hidrasi (penyerapan air dengan mineral), solusi mineral dengan air, dan proses fisik yang mencakup pembekuan dan pencairan atau pembasahan dan pengeringan. Komposisi mineralogi dan kimia dari bahan batuan dasar utama, ditambah sifat-sifat fisik, termasuk ukuran butir dan derajat konsolidasi, laju dan jenis pelapukan, semuanya mempengaruhi sifat-sifat bahan tanah yang dihasilkannya. Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan induknya, pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan induk akan menjadi lebih lunak, longgar dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan induk tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.

Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor  tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Profil Tanah

Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad jasad hayati), faktor abiotik berupa bahan organik, faktor abiotik berupa pasir (sand), debu, (silt), dan liat (clay). Umumnya sekitar 5% penyusun tanah berupa biomass (bioti dan abioti), berperan sangat penting karena mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Ekologi tanah mempelajari hubungan antara biota tanah dan lingkungan, serta hubungan antara lingkungan serta biota tanah. Secara berkesinambungan hubungan ini dapat saling menguntungkan satu sama lain, dan dapat pula merugikan satu sama lain.

Organisme Tanah. Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah.

Organisme tanah dapat menguntungkan petani karena mereka memperbaiki kesuburan tanah dan dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman dan membantu pengendalian hama penyakit. • Organisme tanah memerlukan makanan, oksigen, air, dan habitat yang layak untuk tumbuh. • Petani dapat memperkaya organisme tanah dengan jalan menyediakan penutup tanah organic yang cukup, menambah bahan organik ke dalam tanah, memelihara drainase tanah yang baik, dan menghindari pengolahan tanah yang berlebihan. • Di bawah permukaan tanah terdapat satu dunia lain yang penuh dengan jasad hidup atau organisme tanah. Organisme tanah ini berfungsi sebegai tenaga kerja bagi para petani karena mereka membantu menyediakan ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman dan memperbaiki struktur tanah. •

Pengelompokan Organisme Tanah Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah: 1. Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites), kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian kecil. 2. Pembusuk (decomposer) bahan organik seperti jamur  dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular. 3. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar  tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk mendapatkan hara posfor,

sedangkan rhizobium mendapatkan nitrogen.

membantu

tanaman

untuk

4. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah. 5. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi. 6. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman. 7. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai sumber makanan mereka. 8. Occupant / penghuni adalah jenis organisme tanah yang menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara pada tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat (larvae) dan telur cacing.

Klasifikasi organism tanah Micro-organisme Microflora

Macroorganisme

Tumbuhan

2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989). Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur  hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994). Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan molekul organik, kelembaban tanah dan kualitas humus. Rayap berperan dalam pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik. Penentuan bioindikator  kualitas tanah diperlukan untuk mengetahui perubahan dalam sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah.

Populasi, biomasa dan diversitas makrofauna tanah dipengaruhi oleh praktek penggelolaan lahan dan penggunaannya. Sebaliknya, pada lahan terlantar karena kualitas lahannya tergolong masih rendah menyebabkan hanya makrofauna tanah tertentu yang mampu bertahan hidup, sehingga diversitas makrofauna tanah baik yang aktif di permukaan tanah maupun di dalam tanah juga sangat rendah. Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (2001), menjelaskan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dan hewan yang berbeda memiliki kebutuhan akan cahaya, air, suhu, dan kelembapan yang berbeda. Berdasarkan responnya terhadap cahaya, makrofauna tanah ada yang aktif  pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Kebanyakan makrofauna permukaaan tanah aktif di malam hari. Selain terkait dengan penyesuaian proses metabolismenya, respon makrofauna tanah terhadap intensitas cahaya matahari lebih disebabkan oleh akitivitas menghindari pemangsaan dari predator. Dengan pergerakaannya yang umumnya lambat, maka kebanyakan jenis makrofauna tanah aktif atau muncul ke permukaan tanah pada malam hari. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah, khususnya makrofauna tanah, sehingga jenis dan komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya. Makrofauna tanah umumnya merupakan konsumen sekunder yang tidak dapat memanfaatkan bahan organik kasar/seresah secara langsung, melainkan yang sudah dihancurkan oleh jasad renik tanah.

DAFTAR PUSTAKA  Anderson J.M. 1994. Functional Attributes of Biodiversity in Landuse System: In D.J. Greenland and I. Szabolcs (eds). Soil Resiliense and Sustainable Land Use. CAB International. Oxon  Andre. 2010. http://boymarpaung. wordpress. com/ 2009/ 02/ 19/ sifat-biologi-tanah/ 19 Februari 2009. [Diakses pada 17 Maret 2010].  Annisa. 2008. http://www.lihatkita.co.cc/2010/01/filumarthropoda.html. [Diakses pada 20 Juni 2011].  Atkinson, C. F., D.D. Jones and J.J. Gauthier. 1996. Biodegradabilities and microbial activities during composting of municipal solid waste in bench-scale reactors. Compost Science and Utilization. 4,4: 14-23. Baker G.H. 1998. Recognising and responding to the influences of agriculture and other land use practices on soil fauna in Australia. App.Soil Ecol. 9,303-310. Bear, F.E. 1964. Chemistry of the soil, ACS Monograph series No. 160, P. 258. Chefetz, B., F. Adani, P. Genevini, F. Tambone, Y. Hadar, and Y. Chen. 1998. Humic acid transformation during composting of municipal solid waste. Journal of  Environmental Quality 27: 794-800. Crossley Jr. D.A., B.R.Mueller dan J.C. Perdue. 1992. Biodiversity of microarthopds in agricultural soil: relations to processes. Agric. Ecosyst. Environ. 40,3746 Day, D.L., M. Krzymien, K. Shaw, W.R. Zaremba, C. Wilson, C. Botden, and B. Thomas. 1998. An investigation of the chemical and physical changes occurring during commercial composting. Compost Science and Utilization 6 (2): 44-66. Doran J.W. dan Parkin. 1994. Definning and assessing soil quality, in J.W. Doran D.C. Coleman D.F. Bezdick and B.A Stewart (eds). Defining Soil Quality for Sustainable Enironment. SSSA Special Publication 35. SSSA. Madison pp 3 -21 Epstein E. 1997. The science of composting. Technomic Publishing, Inc., Lancaster, Pennsylvania, p. 83. Finstein , M. S., F.C. Miller, P.F. Strom. 1986. Waste treatment composting as a controlled system. pp. 363-398. In: W. Schenborn (ed). Biotechnology. Vol. 8-Microbial degradations. VCH Verlaqsgedellschaft (German Chemical Society): Weinheim F.R.G. Hairiah, K., Widianto., D. Suprayogo., R. H. Widodo., P. Purnomosidhi., S. Rahayu., M. V. Noordwijk. 1986.

Ketebalan Serasah Sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) Sehat. http://fisika.brawijaya.ac.id/bssub/PDF%20FILES/BSS_199_1.pdf. [Diunduh pada 13 Juni 2011]. Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Dika, Go Ban Hong, H. H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar  Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung. Hamoda, M. F., H.A. Abu Qdais and J. Newham. 1998. Evaluation of municipal solid waste composting kinetics. Resources, Conservation and Recycling 23: 209-223. Hanafiah, K. A., A. Napoleon dan N. Ghofar., 2005. Biologi Tanah. Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Haug, R. T. 1993. The practical handbook of compost engineering. Lewis publishers, Boca Raton. Florida. 717 p. Howe, C.A. and C.S. Coker. 1992. Co-composting municipal sewage sludge with leaves, yard wastes and other  recyclables a case study. In: Air Waste Management  Association. 85th Annual Meeting and Exhibition, Kansas City, Missouri, 21-26 June 1992. Iswandi, A. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. I PB. Bogor. Kaiser, J.. 1996. Modeling composting as a microbial ecosystem: a simulation approach. Ecological Modeling, 91 25-37. Kartini, N. L., 2008. Cacing Tanah Indikator Kesuburan Tanah. http://wordpress.com/2008/10/cacing-tanah-indikatorkesuburan-tanah/. [Diakses pada 1 Juni 2011]. Komilis, D. P., R.K. Ham and J.K. Park. 2004. Emission of  volatile organic compounds during composting of  municipal solid wastes. Water Research 38: 1707-1714. Liao, P. H., May, A. C. and Chieng S. T. 1995. Monitoring process efficiency of full-scale in-vessel system for  composting fisheries wastes. Bioresource Technology 54: 159-163. Makalew, A. D. N. 2001. “Keanekaragaman Biota Tanah Pada  Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT)”. Makalah Falsafah sains program pasca sarjana /S3. Bogor:IPB. Mc Kinley, V. L., J.R. Vestal and A.E. Eralp. 1985. Microbial activity in composting. Biocycle 26 (10): 47-50. McKinley V.L., and J.R. Vestal. 1984. Biokinetic analyses of  adaptation and succession: Microbial activity in composting municipal sewage sludge. Applied and Environmental Microbiology. 47 (5). pp.933-941 Naylor, L. M. 1996. Composting. Environmental and Science and Pollution series 18 (69): 193-269.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF