January 28, 2019 | Author: Arif Endotel | Category: N/A
TINJAUAN HASIL PENELITIAN PUSTAKA
Ejakulasi Dini Dito Anurogo Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya / RS PKU Muhammadiyah Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
SINONIM Premature ejaculation (PE), ejakulasi praeco praecox x , zaoxie (bahasa Cina), early release, premature ejaculation (PE), early ejaculation (EE), rapid ejaculation (RE). Di dalam artikel ini, digunakan istilah ejakulasi dini (ED). DEFINISI Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan ejakulat (berupa semen/mani) yang ditandai dengan keluarnya komponen-komponen ejakulat, ejakulasi antegrad , penutupan sfngter uretra interna, dan pembukaan sfnkter uretra eksterna. Ejakulasi terjadi sekitar 2-10 menit dari dimulainya hubungan seksual; sekitar 75% pria berejakulasi 2 menit setelah penis memasuki vagina. Berikut beberapa defnisi ejakulasi dini: Menurut ICD X, kriteria ED ditujukan untuk mereka yang memenuhi kriteria umum disungsi seksual, yaitu ketidakmampuan pasangan seksual dalam mengendalikan ejakulasi secara cukup untuk menikmati hubungan seksual. Bermaniestasi sebagai terjadinya ejakulasi sebelum/segera setelah aktivitas seks dimulai (sekitar 15 detik); tidak cukup ereksi untuk memungkinkan terjadinya hubungan seks. Hal ini bukan akibat dari lama tidak berhubungan seks. Seorang pria didiagnosis ED bila berejakulasi dalam waktu 15 detik setelah penetrasi. 1. Ejakulasi dengan rangsang/stimul rangsang/stimulasi asi minimal yang terjadi mendahului hasrat, keinginan, birahi, sebelum atau segera setelah penetrasi (masuknya penis ke vagina), yang menyebabkan ketidaknyamanan (bother (bother ) atau penderitaan (distress (distress),), sedangkan penderitanya sedikit atau tidak memiliki pengendalian (Second International Consultation on Sexual and Erectile Dysunction D ysunction).). 2. Ejakulasi yang menetap atau berulang dengan sedikit stimulasi/rangsangan sebelum, saat, atau segera setelah penetrasi dan sebelum penderita menghendakinya Alamat korespondensi korespondensi
(sedikit atau tidak memiliki pengendalian); sehingga menyebabkan penderita dan/ atau pasangannya khawatir, menderita, atau tertekan. (International (International Consultation on Urologicall Disease Urologica Disease).). 3. Disungsi seksual pria yang ditandai dengan ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi sekitar satu menit sebelum atau di dalam vagina saat melakukan penetrasi dan ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi di (hampir) semua penetrasi; juga akibat-akibat negati seperti: penderitaan, kekhawatiran, kecemasan, rustrasi dan/atau menghindari hubungan seksual (International (International Society or Sexual Medicine). Medicine). 4. Ejakulasi tak terkendali terkendali dengan dengan ciri ciri khas berupa orgasme berulang atau menetap dengan sedikit rangsangan seksual sebelum, saat, atau setelah penetrasi (masuknya penis ke vagina) dan sebelum seseorang menginginkannya. 5. Keadaan seorang pria sudah sudah mengalami orgasme dan berejakulasi sebelum ia sengaja menghendakinya. Semua defnisi di atas memahami ED dari aspek saat berejakulasi (short (short time interval between penetration and ejaculation ejaculation),), ketidakmampuan mengendalikan atau menunda ejakulasi (lack (lack o control over ejaculation), ejaculation ), dan konsekuensi/ akibat negati dari ED (distress (distress by one or both partners).). partners EPIDEMIOLOGI WHO (W orld (W orld Health Organization ) Organization) menyebutkan hak untuk sehat secara seksual (sexual health) health) merupakan hak asasi manusia. Jadi, memang sebaiknya ada kebebasan dari gangguan organik, penyakit, dan kekurangan yang mengganggu kebebasan seksual dan reproduksi. Bentuk disungsi (gangguan) seksual yang umum dialami pria adalah ejaculatory dysunction, dysunction , ejakulasi dini ,disungsi ,disungsi ereksi, dan penurunan libido.
Ejakulasi dini (ED) merupakan gangguan/ disungsi seksual pria yang paling sering dijumpai. ED memengaruhi sekitar 14-30% pria berusia lebih dari 18 tahun, 30%-40% pria yang akti secara seksual, dan 75% pria di saat tertentu di dalam kehidupannya. Di seluruh dunia, ada sekitar 22-38% penderita ED. Menurut Carson C dan Gunn K (2006), sekitar 25%-40% dari semua pria menderita ED. Beberapa sumber bahkan menyebutkan 30-75% dari semua pria di dunia menderita ED. Ejakulasi dini merupakan problem seksual terutama pada penderita diabetes melitus, di samping impotensi dan hilangnya libido. PENYEBAB Penyebabnya kompleks dan multiaktor, meliputi interaksi interaksi antara aktor psikologis dan biologis. Faktor psikologis meliputi: eek pengalaman dan pengkondisian seksual pertama kali (termasuk pengalaman seks di usia dini, hubungan seks pertama kali, dsb), terburu-buru ingin mencapai klimaks atau orgasme, teknik seksual, rekuensi aktivitas seksual, rasa bersalah, cemas, penampilan seksual, problematika hubungan, dan penjelasan psikodinamika. Faktor biologis meliputi: ketidaknormalan kadar hormon seks dan k adar neurotransmiter, ketidaknormalan aktivitas reeks sistem ejakulasi, permasalahan tiroid tertentu, peradangan dan ineksi prostat atau saluran kemih, ciri (traits (traits)) yang diwariskan, teori evolutionary , sensitivitas penis, reseptor dan kadar neurotransmiter pusat, degree o arousability , kecepatan reeks ejakulasi. Riset terbaru menduga hipersensitivitas penis merupakan salah satu penyebab yang mendasari ED. Faktor lainnya yang dapat juga berperan, seperti: impotensi (disungsi ereksi), kerusakan sistem sara akibat pembedahan atau trauma (luka), ketergantungan narkotika dan obat (triuoperazin) yang digunakan untuk
email:
[email protected]
CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012
823
TINJAUAN PUSTAKA
mengobati cemas dan gangguan mental lainnya. Ejakulasi dini yang dimulai setelah beberapa tahun dapat disebabkan oleh ineksi saluran kemih, konik antar pasangan, atau gangguan neurologis. SIKLUS RESPONS SEKSUAL Bolte mengemukakan model linear untuk menjelaskan siklus respons seksual. Ia mengemukakan lima ase, yaitu:
PROSES EJAKULASI Proses ejakulasi terdiri dari ase emission (pemancaran) dan expulsion (pengeluaran) dua reeks persaraan sequential yang jelas berbeda namun dikoordinasi dan distimulasi oleh input sara sensoris. Serabut sara sensorik n. pudendus di glans penis mengirim inormasi menuju sacral cord dan bagian otak korteks serebral sensoris.
Semen menyebabkan tekanan pada dinding ampullae urethra yang memuncak menuju aferent impulses, yang mencapai tulang belakang (S2–4) melalui sara pudendal dan pelvik. Pengeluaran diperantarai oleh motor neurons di nucleus Onu yang melewati pudendal nerve; mempersiapkan kontraksi harmonis otot bulbo-cavernosus dan ischiocavernosus di dasar panggul.
Reeks ejakulasi dimodulasi oleh otak dan medula spinalis; seseorang dapat berejakulasi dengan stimulasi getaran penis.
Penderita ejakulasi dini primer idiopatik memiliki penile sensory thresholds yang lebih rendah dan/atau cortical penile thresholds yang lebih besar daripada rekannya yang normal. Riset pada hewan dan manusia menghubungkan serotonergic genesis dan penyebab genetik.
1. Fase kehendak/libido seksual ( sexual desire/libido) Fase ini terdiri dari berbagai antasi, imajinasi, khayalan tentang aktivitas seksual dan kehendak/ dorongan yang berhubungan dengannya. 2. Fase perangsangan seksual ( sexual excitement, arousal ) Fase ini terdiri dari perasaan subjekti tentang rangsang seksual, kenikmatan, dan perubahan fsiologis yang menyertai. Perubahan utama pada pria adalah penis mulai berdiri dan menegang. Sedangkan pada wanita, ditandai dengan menyempitnya pembuluh darah di panggul, pelumasan (lubrikasi) dan “pengembangan” vagina, “pembengkakan” organ kelamin luar. 3. Fase plateau Fase menuju orgasme. Testis pria tertarik ke skrotum. Vagina terus “mengembang” karena aliran darah meningkat, klitoris menjadi sangat sensiti. Pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah meningkat secara bertahap. Spasme otot mulai terjadi di wajah, tangan, kaki seiring dengan meningkatnya tegangan otot-otot. 4. Fase orgasme Fase ini merupakan puncak (climax ) kenikmatan seksual yang diiringi kontraksi ritmis dan pelepasan tegangan seksual yang kuat dan mendadak. Pada pria, terjadi kontraksi ritmis otot-otot dasar penis, diikuti dengan ejakulasi. Pada wanita, vagina berkontraksi. 5. Fase resolution (refection, satisaction) Fase terakhir, nal, istirahat, ditandai dengan keintiman/kemesraan yang meningkat, suasana nyaman, relaksasi otot, kelelahan. Kepuasan pasangan merupakan hal penting pada ase ini.
824
Gambar 1 Neurophysiology o ejaculation. Sumber: Wyllie
MG, Hellstrom WJG. (2010) (Keterangan:
OT, oxytocin; 5-HT, 5-hydroxytryptamine
(serotonin); NA, noradrenaline, ACh, acetylcholine; NO, nitric oxide; BC, bulbocavernosus muscle.)
Neurotransmiter 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin) terlibat pada pengendalian ejakulasi. Eek “perlambatan” (retarding efect ) 5-HT pada ejakulasi dikarenakan aktivasi sentral (yaitu: spinal dan supraspinal) reseptor 5-HT1B dan 5-HT2C, sedangkan rangsangan reseptor 5-HT1A menimbulkan ejakulasi. Pendekatan Patofsiologis Respon ejakulasi dipicu oleh stimulasi (rangsangan) genital dan kortikal. Glans penis memiliki reseptor taktil yang dihubungkan melalui penis bagian dorsal dan n. pudendus menuju medula spinalis segmen sakral. Sara simpatis yang terlibat dalam emisi semen berasal dari intermediolateral columns medula spinailis (T10–L2), melintasi rangkaian simpatis dan n. hipogastrikus menuju pelvic plexus dan melalui cavernous nerve menuju vas deerentia. Aktivitas simpatis memproduksi kontraksi otot polos epididymis dan vas deerens yang memindahkan sperma menuju urethra posterior. Vesikula seminalis dan kelenjar prostat berkontraksi mengeluarkan cairan yang bercampur dengan sperma; kemudian bercampur dengan cairan yang berasal dari kelenjar bulbourethral membentuk semen (mani).
Pendekatan Neurobiogenesis Stimulasi di reseptor sensoris mukosa glans penis (Krause nger corpuscles) diteruskan oleh serabut aeren n. pudendus menuju S4, juga menuju pleksus hipogastrik di ganglia simpatetik T10–L2. Inormasi sensoris diteruskan ke otak, dimana tiga pusat ejakulasi terletak; dua di hipotalamus (medial preoptic area dan paraventricular nucleus) dan satu di midbrain ( periaqueductal grey ). Pusat-pusat ini memadukan emisi semen, ejakulasi, dan orgasme. Hasil yang berupa eerent dopamine oleh pusat-pusat ini diatur oleh nucleus paragigantocellularis; memiliki pengaruh menghambat (inhibitory ) dari neuron serotonergik yang terpusat dan menuju lumbar–sacral motor nuclei , yang secara kuat (tonically ) menghambat ejakulasi. Neurotransmiter yang terlibat di pusat-pusat ini termasuk noradrenalin, gamma-aminobutyric acid , oksitosin, nitric o xide, serotonin dan estrogen. Ejakulasi dipicu oleh serabut eeren dopamin yang beraksi di pusat reseptor D2 dan serabut eeren spinal, yang meneruskan inormasi menuju ganglia simpatetik di T10–L2 dan serabut sakral. Hal ini menstimulasi n. pudendus di daerah S2–S4, menghasilkan beberapa tahapan berikut: 1. Tahap Pertama Terjadi kontraksi otot polos prostat, seminal vesicles, vas deerens and epididymis. Kejadian ini meningkatkan volume semen yang didorong menuju uretra posterior dengan kontrol sistem sara simpatetik, memproduksi emisi (pengeluaran/pancaran semen).
CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012
TINJAUAN PUSTAKA
a. Gener alized : terjadi pada semua situasi seksual (kondisi yang mendukung ke arah aktivitas seks) dan dengan semua pasangan. b. Situational : terjadi hanya pada situasi tertentu atau dengan pasangan tertentu.
Neurobiogenesis o ejaculation
Periaqueductal grey Midbrain
Medial preoptic area Paraventricular nucleus
}
Increased dopamine Hyopthalamus
SSRIs act to stop serotonin inhibition, thereby raising serotonin level
D2 receptors
Lumbar spinal cord Serotonergic neurones in nPGi
Spinal cord T10L2 sympathetic ganglia Hypogastric plexus Mucosal sensory (Krause nger Aferent bres receptors corpuscles)
Eferent bres
Pudendal nerve
Sensory neurones Ejaculation then Orgasm
Motor bres
Seminal vesicle Prostate Bulbourethral gland
Vas deerens Epididymis
Smooth muscle contractions Stage I (emission)
Increase in volume and uid content o semen
Sympathetic spinal cord reex
Stage II (ejaculation)
Sperm to posterior urethra
Eferent spinal cord impulse
Rhythmic contractions o the bulboand ischio-cavernous muscles and pelvic oor muscles
Stage III (orgasm)
nPGi – nucleus paragigantocellularis. Diagram 1 Neurobiogenesis o ejaculation
(Sumber: Palmer NR, Stuckey BGA 2008:663)
2. Tahap Kedua Kontraksi ritmis dasar panggul dan otot bulbo-ischiocavernosus dikendalikan oleh sara parasimpatis yang mengesampingkan (override) sara simpatis. Hal ini mendorong cairan semen keluar melalui uretra, menghasilkan ejakulasi. 3. Tahap Ketiga Tahap ini berupa orgasme.
CDK-199/ vol. 39 no. 11, th. 2012
Ejakulasi dini primer karena hiposensitivitas 5-hydroxytryptamine 2c (5-HT2c) serotonin receptors atau hipersensitivitas reseptor serotonin 5-HT1, menyebabkan penurunan ambang ejakulasi dan pemendekan waktu IELT (intravaginal ejaculation latency time). GAMBARAN KLINIS Secara umum, disungsi seksual dibagi menjadi:
ED dapat teridentifkasi saat pria atau pasangannya mengalami kesulitan hubungan. Seringkali pula teridentifkasi saat pasangan wanita mengeluhkan problem atau kesulitan seksual. Saat mengunjungi dokter, beberapa penderita mengeluhkan hal-hal yang terkadang tidak relevan, seperti: ukuran penis yang kecil, penyakit prostat, inertilitas, masalah di punggung atau tulang belakang. ED dapat menyebabkan pria merasa cemas, malu, dan tidak puas, begitu pula pasangannya. Pertanyaan terbuka yang dapat membantu : ”Bagaimana keadaan rumah tangga?” Dahulu ED dianggap sebagai ekspresi konik psikologis yang tidak disadari. Juga pernah dihubungkan dengan gangguan urologis, dengan berbagai terapi. Baru pada tahun 1943, seorang ahli endokrinologi dari Jerman, Bernhard Schapiro, memperkenalkan dua tipe ED (A dan B) berdasarkan penyebab dan terapi. Dua tipe ini sekarang dikenal sebagai ED primer (lielong) dan ED sekunder (acquired ). 1. Primer (lielong, selamanya) ED primer merupakan suatu gangguan ejakulasi neurobiologis dan juga berhubungan dengan gangguan neurotransmisi serotonergik (5-hidroksitriptamin [5-HT]) sistem sara pusat. Dimulai sejak pengalaman seks pertama kali dan menjadi masalah di sepanjang kehidupan. Secara umum ditandai dengan ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi di semua atau di hampir semua aktivitas penetrasi penis ke vagina, sehingga berakibat negati, seperti sedih, tertekan, menderita, menghindari ketertarikan seksual. Ciri khasnya: ejakulasi terlalu cepat, baik sebelum penetrasi (memasuki vagina) atau