EBP-KLP 4 - Fix

September 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download EBP-KLP 4 - Fix...

Description

 

EVIDENCE BASED PRACTICE  EARLY REHABILITATION THERAPY PADA PASIEN PASCA OPERASI JANTUNG Untuk memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Comprehensive Critical Care Analysis

KELOMPOK 4: 1. NI PUT PUTU U WAH WAHYU YU ARIA ARIANI NI

: 220 22012 1201 0180 800 015

2. NENENG HASANAH

: 220120180068

3. M.NUR HIDAYAH

: 220120180031

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019

 

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya  penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “ Evidance Based Practice, Early  Rehabilitation Thera py pada Pasien Pasca Operasi Jantung” sebagai salah satu syarat untuk  menyelesaikan mata kuliah Comprehensive Critical Care Analysis/ Analysis/ Field  Field experience. experience. Penulis Penul is menyadari menyadari dalam menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah ini, penulis mendapatk mendapatkan an banyak  banyak  arahan, masukan, bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dr. Rina Indiastuti Indiastuti,, SE., MSIE, MSIE, selaku Rektor Rektor Universitas Universitas Padjadjara Padjadjaran n yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Pendidikan Magister  Keperawatan Konsentrasi Keperawatan Kritis 2. Henn Henny y Suza Suzana na Medi Median ani, i, S.Kp S.Kp., ., MNg. MNg.,, PhD, PhD, selak selaku u Deka Dekan n Fa Faku kult ltas as Kepe Keperaw rawat atan an Universitas Padjadjaran 3. Yanny Trisyan Trisyani, i, S.Kp., S.Kp., MN., PhD, PhD, selaku Ketua Ketua Program Program Studi Studi Magister Magister Keperawatan Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran 4. Titin Titin Mulyat Mulyati, i, S.Kp., S.Kp., M.Kep M.Kep,, selaku selaku pembim pembimbin bing g klinik klinik General Intensive Care Unit  yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan untuk kesempurnaan dalam menyelesaikan makalah ini. 5. Etika Etika Emaliy Emaliyawat awati, i, S.Kep. S.Kep.,, Ners., Ners., M.Kep, M.Kep, selaku selaku pembimbi pembimbing ng akadem akademik ik yang yang tel telah ah memberikan masukan untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini. 6. Cecep Eli Eli Kosasih, Kosasih, S.Kp, S.Kp, MNS, Ph.D, Ph.D, selaku selaku dosen dosen pembimb pembimbing ing Neurosurgical  Neurosurgical Critical  Care Unit . 7. Aan Nuraen Nuraeni, i, S.Kep., S.Kep., Ners., Ners., M.Kep, M.Kep, selaku selaku dosen dosen pembimb pembimbing ing Cardiac Intensive Care Unit . 8. Ristin Ristinaa Mirwanti, Mirwanti, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing pembimbing  Pediatric Intensive Care Unit. 9. Se Sege gena nap p pemb pembim imbi bing ng kl klin inik ik RS Hasa Hasan n Sa Sadi diki kin n Band Bandun ung g ya yang ng te tela lah h memb member erik ikan an  bimbingan selama field selama field experience. experience. Penuli Pen uliss menyad menyadari ari bahwa bahwa makala makalah h ini belum belum mencap mencapai ai kesemp kesempurn urnaan aan sehing sehingga ga  penulis mengharapkan masukan yang membangun dari para pembimbing demi perbaikan  penulisan kedepannya. Semoga makalah ini dapat diterima, berguna dan bermanfaat bagi

 

 para pembaca khususnya di kalangan petugas kesehatan dan bagi kemajuan ilmu  pengetahuan.  

Bandung, Desember 2019

 

Penulis

 

DAFTAR ISI

KATA PENG KATA PENGAN ANTA TAR R ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …… DAFTAR DAF TAR ISI ………………… ………………………… ……………… ……………… ……………… ……………… ………….. ….... BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….. BAB II ANALISA JURNAL 2.1 Metode Pencarian……….. Pencarian………....… ..………… ………... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ... 2.2 Hasil Pencarian………….………………………………...

i ii 1 3 4

2.3 Diskusi: Konsep Early Konsep Early Rehabilitation Therapy Pada

BAB III

BAB IV

  Pasien Pasca Bedah Jantung ....………………………...... 2.4 2.4 Krit Kriter eria ia ek eksk sklu lusi si…… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… …….. .. 2.5 2.5 Krit Kriter eria ia Term Termin inas asii ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………. …. PEMBAHASAN 3.1 3.1 Kas Kasus us ……. …….…… ………… ………… ………. ….…… ………… ………… ………… ………… …….. .. 3.2 3.2 Kesen Kesenja jang ngan an ………… ……………… ………… …….. ..…… ………… …….. ..…… ………… …….. .. 3.3 3.3 Pe Pera ran n pera perawa wat… t……. …. ………… ……………… ………… ………. …..… .……… ………… …… PENUTUP 4.1 Simpul Simpulan… an………… ……………… ……………… ……………… ………….… ….………… ………... ..... .. 4.2 4.2 Saran Saran ………… ……………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………. …... ..… …

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

4 6 7 10 11 11 13 13

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular diprediksi menjadi penyebab utama kecacatan di dunia pada tahun tah un 2020. 2020. Penyak Penyakit-p it-peny enyaki akitt ini bertan bertanggu ggung ng jawab jawab atas atas seperse sepersepul puluh uh kemati kematian an pada pada individu berusia kurang dari 35 tahun, sepertiga kematian pada individu antara 35 hingga 45 tahun dan tiga perempat kematian kematian pada mereka yang berusia di atas 45 tahun (Borzou (Borzou et al, 2018). Pada tahun 2039, diperkirakan bahwa 24,3% populasi Inggris akan berusia 65 atau lebih. Populasi yang menua ini hadir dengan komorbiditas dan kelemahan lebih besar, yang  pada gilirannya menimbulkan risiko signifikan terhadap keberhasilan pemulihan pasca operasi. Waktu tunggu untuk operasi jantung elektif bervariasi tetapi bukti menunjukkan  bahwa pasien akhirnya memburuk secara fungsional dan psikologis selama periode masa tunggu tun ggu sebelu sebelum m operasi operasi.. Beberap Beberapaa dekade dekade terakhi terakhir, r, frekuen frekuensi si prosed prosedur ur bedah bedah semaki semakin n meningkat, di antaranya revaskularisasi miokard (MR) (Waite, 2017; Sobrinho, 2014). Peny Penyak akit it ka katu tup p jant jantun ung g meru merupa paka kan n pe peny nyak akit it jantu jantung ng ya yang ng masih masih cu cuku kup p ting tinggi gi insidensinya, terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Penyakit katup  jantung dapat berupa stenosis ataupun regurgitasi. Pada stenosis terjadi keterbatasan daun katup untuk bergerak terbuka sehingga menimbulkan hambatan aliran darah dan terjadilah  peningkatan tekanan di belakang katup yang menimbulkan turbulensi aliran darah akibat adany ada nyaa perbed perbedaan aan tekana tekanan. n. Pada Pada regurg regurgita itasi, si, penutu penutupan pan katup katup tidak tidak sempur sempurna na akibat akibat  perubahan struktur daun katup sehingga menimbulkan aliran balik kebelakang. Penyakit katup jantung yang paling sering ditemukan adalah stenosis mitral (Braunwald E, 2012 ; Manurung D, Iwang Gumiwang, 2014). Stenos Ste nosis is mitral mitral paling paling sering sering diakib diakibatk atkan an oleh oleh penyak penyakit it jantun jantung g remati rematik. k. Dimana Dimana diperkirakan 99% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik dan menyerang wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan kira-kira 4:1 dengan gejala biasanya timbul antara umur 20 sampai 50 tahun. Selain penyakit reumatik, penyebab lain yang dapat menimbulkan perubahan bentuk dan malfungsi katup yaitu: destruksi katup oleh endokarditis  bakterialis, defek jaringan penyambung sejak lahir, disfungsi atau a tau ruptur otot papilaris karena aterosklerosis coroner, dan malformasi kongenital. Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva 2004 angka mortalitas untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di 1

 

negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara berkembang. Angka disabilitas  pertahun (The disability-adjusted life years) akibat penyakit jantung reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 penderita di negara maju hingga 173,4 per 100.000 penderita di negara berkembang. Penatalaksanaan pada kasus stenosis mitral dimulai dengan terapi medikamentosa, jika tidak dapat dapat mengurangi mengurangi gejala seperti yang diharapkan diharapkan maka direncanakan direncanakan untuk untuk operasi. operasi.  Mitral valve replacement   (MVR) (MVR) adalah adalah prosed prosedur ur bedah bedah jantun jantung g yang yang dilaku dilakukan kan untuk  untuk  mengganti katup mitral pasien yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi dengan 2 katup jantung  buatan baik itu mekanik maupun bioprostetik (Braunwald, E, 2012). Rehabilitasi medik  memiliki peranan dalam meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit jantung rematik  dengan mencegah terjadinya disabilitas dan handicap. Pada pasien yang menjalani MVR, rehabilitasi medik dapat dimulai sejak pre operasi hingga post operasi sehingga pasien dapat kembali kemb ali berkaktivi berkaktivitas tas secara mandiri dan berpartisipa berpartisipasi si dalam masyarakat (Joanne Watchie, Watchie, 2010). Rehabilitasi jantung pada pasien bedah jantung terdiri dari tiga fase dan semua fase  penting untuk dilakukan. Program ini dimulai dari fase I, yakni rehabilitasi jantung yang dilakukan ketika pasien dirawat sampai keluar dari rumah sakit dengan melakukan tindakan mobilisasi/aktifitas fisik dan pernapasan, pemberian edekuasi mengenai faktor risiko penyakit  jantung, serta manajemen stress, stres s, dan cemas (Mendes, et al., 2010; Winkelmann, et al., 2015). Villa, dan Licker (2016) menyatakan jika intervensi mobilisasi dini pasca operasi jantung aman dilakukan selama status hemodinamik hemodinamik pasien stabil dan dilakukan dilakukan monitoring monitoring selama intervensi berlangsung. Beberapa penelitian mengenai rehabilitasi jantung fase I menyatakan bahwa pasien yang menjalani program tersebut menunjukkan peningkatan sirkulasi darah oksigen dalam tubuh, tub uh, serta serta kapasi kapasitas tas fungsi fungsion onal al (Gh (Ghash ashgha ghaei, ei, Sadegh Sadeghi, i, Marand Marandi, i, & Ghashg Ghashghae haei, i, 2012; 2012; Parvand, Parva nd, Goosheh, & Sarmadi, Sarmadi, 2016). 2016). Penelitian Penelitian sistematik sistematik review lainya juga menyatakan menyatakan  bahwa mobilisasi dini yang dilakukan pasca operasi jantung memiliki dampak positif seperti se perti lama rawat, kapasitas fungsional, dan pencegahan terhadap komplikasi pasca operasi (Santos, Ricci, Suster, Paisani, & Chiavegato, 2016). Rehabilitasi pasien bedah jantung sudah memiliki SOP yang tersedia di departemen rehabilitasi medik RSHS. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang GICU 1B RSHS, setiap pasien yang akan dilakukan operasi jantung sesuai SOP harus masuk  rumah sakit 3 hari sebelum operasi. Pada kasus kelolaan ini Tn. E mengatakan masuk rumah sakit 1 hari sebelum waktu operasi dan hanya diberikan informasi akan dilakukan latihan 2

 

setelah operasi. Rehabilitasi jantung pasca operasi pada Tn. E dilakukan hari kedua setelah operasi (satu hari pasca ekstubasi). Berdasarkan hal tersebut pentingnya edukasi dan persiapan latihan atau rehabilitasi  jantung fase 1 secara dini sebelum dilakukan tindakan operasi jantung, agar kondisi kesehatan pasien dapat pulih dengan cepat dan optimal, pasien dapat beradapatasi dengan cepat dalam mengikuti latihan yang diajarkan oleh therapis, serta perawatan menjadi lebih cepat. Pembuatan makalah Evidence makalah  Evidence Based Practice (EBP) Practice (EBP) ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas efekti fitas intervensi intervensi rehabilitasi rehabilitasi jantu jantung ng fase 1 pada pasien yang menjalani menjalani operasi operasi jantung jantung khususnya Mitral khususnya  Mitral Valve Replacment  (MVR).  (MVR).

3

 

BAB II ANALISA JURNAL 2. 2.1 1 Me Meto tode de pen penca cari rian an

Metodee yang digunakan Metod digunakan dalam tinjauan literatur   adalah critical review full text   dengan rentang rentan g tahun 2014-2019 2014-2019 dalam Bahasa Inggris  pada database database   Ebscohost dan dan   ProQuest . Artikel diseleksi bertahap menggunakan Appraisal menggunakan Appraisal tool  PRISMA  PRISMA ( Preferred  Preferred Reporting Items  for Systematic Reviews and Meta Analyses) Analyses ) dan didapatkan 6 artikel berdasarkan kata kunci: “cardiac rehabilitation, cardiac surgery, early ambulation or early mobilization” Proses pencarian ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Artike Artikell peneli penelitian tian 2014-2 2014-2019 019 2. Artikel RC RCT 3. Artike Artikell peneli penelitian tian dala dalam m Bahasa Bahasa Inggr Inggris is 4. Artikel Artikel peneliti penelitian an akses akses terbuka terbuka dan dan teks lengkap lengkap Sete Setela lah h

menc mencar arii

da dan n meng mengka kate tego gori rika kan, n, dilak dilakuk ukan an ring ringka kasa san n

ar arti tike kell ya yang ng re rele leva van. n.

Pertimbanga Pertim bangan n relevansi relevansi berdasarkan berdasarkan kejelasan sumber artikel artikel dan korelasi korelasi dengan dengan topik. topik. Hasil merangkum dijelaskan dalam gambar dengan analisis (Gambar 1). Enam artikel hasil seleksi, kemudian dianalisa dengan menggunaakan metode analisis konten.     i    s    a     k     i     f     i     t    n    e     d     I

   g    n     i    n     i     i    r     k     S

   n    a     k    a    y    a     l    e     K     i    s    u     l     k    n     I

Penelitian diidentifikasi dengan mencari di database n = 312 Pengecualian artikel: lebih dari 4 tahun, duplikasi artikel temuan n = 216 Hasil temuan di saring berdasarkan  judul dan abstrak n = 86 Pengecualian artikel:, hanya abstrak, literature review, systematic review n = 54 Teks lengkap, dilakukan studi kelayakan (membaca intensif, meringkas) n = 32 artikel teks lengkap dikecualikan, dengan: kriteria inklusi yang tidak sesuai

n = 26 Artikel masuk dalam Literature dalam Literature review n=6

Gambar 1. Skema PRISMA diagram alur proses seleksi untuk tinjauan sistematis

4

 

2.2 Hasil

Total hasil pencarian artikel dengan kata kunci yang dibuat adalah 312 artikel dengan  perincian sebagai berikut: 45 artikel  Ebscohost  dan  dan 66 artikel ProQuest  artikel  ProQuest . Setelah penyaringan  berdasarkan periode publikasi (2014-2019) dan duplikasi artikel temuan diperoleh 86 artikel. Artikel tersebut kriteria inklusi dan eksklusi menurut relevansi yang mungkin (koneksi atau kesesuaian dengan ulasan) dan teks lengkap, diperoleh total 32 artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan studi kelayakan mencapai 6 artikel. Hasil literature review dari review dari 6 artikel tersebut didapatkan bahwa Pelaksanaan rehabilitasi jantung pada pasien yang menjalani operasi bedah  jantung dimulai dari fase praoperasi dan dilanjutkan pasca operasi sampai pasien akan  pulang. Intervensi rehabilitasi jantung, baik pre maupun pasca operasi, terdiri dari latihan/ aktivitas fisik, latihan bernapas, dan respiratory muscle stretch gymnastics..

2.3 Diskusi: Diskusi: Konsep Konsep Early  Early Rehabilitation Rehabilitation Therapy Pada Pasien Pasca Bedah Jantung

Pelaks Pel aksana anaan an rehabi rehabilita litasi si jantun jantung g pada pada pasien pasien yang yang menjal menjalani ani op operas erasii bedah bedah jantun jantung g dimula dim ulaii dari dari fase praope praoperasi rasi dan dilanj dilanjutk utkan an pasca pasca operasi operasi sampai sampai pasien pasien akan akan pulang pulang.. Intervensi Interv ensi rehabilitasi rehabilitasi jantung, baik pre maupun pasca operasi, terdiri dari latihan/ aktivitas fisik, latihan bernapas, dan respiratory muscle stretch gymnastics. gymnastics. 1) Interv Intervens ensii Rehabili Rehabilitasi tasi Jantun Jantung g pre operasi operasi (1) (1) Eduk Edukasi asi Pada Pre operasi operasi dilakukan dilakukan edukasi mengenai rehabilitasi yang akan dilakukan dilakukan setelah operasi (Dong et al, 2016). (2) Latiha Latihan n bernafas bernafas Sebelu Seb elum m operasi operasi dilaku dilakukan kan lat latiha ihan n pernap pernapasan asan (berna (bernapas pas dalam dalam waktu, waktu, napas napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskan napas panjang, inspirasi maksimal dengan apnea 6 detik, pernapasan diafragma terkait dengan mobilisasi tungkai atas, dengan tiga seri dari sepuluh untuk setiap latihan pernapasan) dan latihan  pernapasan dengan Ambang perangkat - IMT. Dilakukan tiga set sepuluh  pengulangan dengan interval dua menit setiap pengulangan, sekali sehari setiap hari sebelum operasi, dengan beban 40% dari MIP awal, yang diperoleh dengan manovacuo mano vacuometry. metry. Penelitian Sobrinho et al (2014) (2014) menunjukka menunjukkan n bahwa latihan  bernafas yang dimulai sebelum operasi dapat meningkatkan kondisi pasien, membangun kembali tekanan pernapasan dini, mengurangi lama rawat inap dan mengurangi biaya rumah sakit selama periode rawat inap. 5

 

2) Intervensi Intervensi Rehabilitasi Rehabilitasi Jantung Jantung Pasca Operasi. Operasi. Intervensi rehabilitasi jantung pada pasca operasi meliputi, latihan fisik, latihan  bernapas, latihan batuk efektif, dan edukasi. (1) Latiha Latihan n fisik. fisik. Penelitian oleh Dong et al (2016) terhadap 106 pasien pasca bedah jantung, dilakukan dilaku kan terapi terapi rehabi rehabilit litasi asi dini dini yang yang terdiri terdiri dari dari 6 langka langkah h yaitu: yaitu: head head up, reposisi dari supinasi ke duduk, duduk di tepi tempat tidur, duduk di kursi, pindah dari duduk ke berdiri, berdiri, dan berjalan berjalan di sepanjang sepanjang tempat tidur. Terapi rehabilitasi rehabilitasi dilakukan dua kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi rehabilitasi dini secara signifikan dapat mengurangi durasi ventilasi mekanik. Moradian Moradi an et al (2017) (2017) melakukan melakukan penelitian penelitian dengan dengan memberikan memberikan latihan fisik   berupa mobilisasi dini secara bertahap dimulai 2 jam pasca ekstubasi pada hari  pertama pasca operasi. Hari 1: pasien ditempatkan dalam posisi duduk, dan kemudi kem udian, an, kaki mereka mereka digantun digantung g sekita sekitarr 15 menit. menit. Hari 2: Pagi Pagi hari hari , duduk  duduk  selama 5 menit, dan dan berjalan di bangsal sekitar 10 meter dengan pemantauan oksimetri nadi. Di sore hari, mereka mengulangi langkah-langkah ini dan berjalan 30 meter. Hari 3:, berjalan 30 meter sebelum dan sesudah chest tube dilepas. Hasil  penelitian tersebut menyatakan bahwa pasien yang dilakukan intervensi memiliki status oksigenasi yang lebih baik serta terjadinya komplikasi (atelektasis dan efusi  pleura) yang lebih kecil dibandingkan dengan kelopok yang tidak dilakukan intervensi. (2) Latiha Latihan n pernaf pernafasan asan Torres, et al (2016) melakukan penelitian terhadap 33 kelompok intervensi dengan memberi latihan pernapasan dan latihan aerobik pada hari pertama pasca ekstubasi hingga ketujuh pasca operasi. Sesi berlangsung dua kali sehari dengan waktu ratarataa 30 menit. rat menit. Hasil Hasil peneli penelitian tian mengid mengident entifik ifikasi asi bahwa bahwa kelompo kelompok k interv intervens ensii mengalami peningkatan dalam jarak berjalan pada 6MWT, yang dinilai selama 7 hari pasca operasi dan 60 hari setelah keluar dari rumah sakit, dan memiliki lebih sedikit waktu di ICU dan prevalensi komplikasi paru yang lebih rendah, jika dibandingkan dengan kelompok control. (3)  Respiratory Muscle Stretch Gymnastics

 Respiratory Muscle Stretch Gymnastics  Gymnastics  (RMSG) (RMSG) merupakan merupakan sekelompok  sekelompok  latihan peregangan yang dilakukan secara berurutan untuk meregangkan otot-otot spesifik spesifi k yang terlibat dalam perna pernafasan. fasan. Teknik fisioterapi fisioterapi dapat meningkatk meningkatkan an 6

 

fungsi fun gsi pernap pernapasan asan,, serta serta pelest pelestaria arian n dan pening peningkat katan an mobili mobilitas tas,, dan promos promosii kekuatan kekua tan selama periode pasca operasi operasi sehingga sehingga untuk untuk mengurang mengurangii komplikasi komplikasi setel set elah ah op oper erasi asi jantun jantung g pa pada da pe perio riode de ru ruma mah h sa saki kitt Pulm Pulman anee et al

(2 (201 018) 8)..

Fisioterapi modifikasi (teknik peningkatan otot inspirasi, otot paha depan dan ke keku kuat atan an otot otot glut gluteu eus). s). Kelo Kelomp mpok ok in inte terv rven ensi si - di dila laku kuka kan n inha inhala lasi si de deng ngan an spirometer spirom eter inspir inspirasi, asi, pening peningkat katan an kekuat kekuatan an pada pada kelomp kelompok ok otot otot besar besar dalam dalam  posisi berbaring, duduk, berdiri, berjalan dan naik tangga dilakukan selama tujuh hari pasca operasi. Hasil Ha sil pe pene neli litia tian n in inii se sejal jalan an de deng ngan an pe pene neli litia tian n Akht Akhtar ar et al (2 (201 015) 5) ya yang ng mengidentif mengi dentifikasi ikasi bahwa pada kelompok kelompok yang mendapatkan mendapatkan tambahan tambahan intervensi intervensi RMSG memiliki nyeri yang lebih rendah dan nilai FEV1 (volume eskpirasi paksa dalam 1 detik) dan FEV6 (volume eskpirasi paksa dalam 6 detik)yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2.4 Kriteria Eksklusi Eksklusi Rehabilitasi Rehabilitasi Pasca Bedah

Pasien yang tidak bisa dilakukan Rehabitasi pasca bedah jantung bila: (Dong, et al ,2016). 1) tidak memiliki memiliki kemampua kemampuan n untuk melakukan melakukan tindakan tindakan fisik fisik seperti kepala, kepala, duduk, duduk,  berdiri dan berjalan; 2) memiliki memiliki gangguan gangguan neurol neurologis ogis yang yang mempeng mempengaruhi aruhi otot; otot; 3) memiliki memiliki gangguan gangguan ireversibe ireversibell (yang mengakib mengakibatkan atkan kematian kematian 6 bulan bulan lebih dari dari 50%); 4) telah telah meningka meningkatkan tkan tekana tekanan n intrakran intrakranial; ial; 5) dirawat dirawat di ICU setelah resusitasi resusitasi kardiop kardiopulmo ulmoner; ner; 6) telah menerima menerima radiote radioterapi rapi atau kemote kemoterapi rapi dalam dalam 6 bulan bulan sebelumnya; sebelumnya; atau atau 7) memiliki memiliki miokarditis miokarditis akut, akut, trombosis trombosis / emboli emboli vaskular vaskular perifer, perifer, kecelakaan kecelakaan serebrovaskular, atau perubahan elektrokardiografi iskemik baru. Sedangkan menurut Torres, et al (2016), kriteria eksklusi adalah sebagai berikut: 1) paru-paru paru-paru sebelumn sebelumnya ya penyakit penyakit dan penyak penyakit it paru-paru paru-paru akut, akut, 2) ventil ventilasi asi mekani mekanis> s> 24 jam, jam, 3) fraksi ejeksi ejeksi ventrikel ventrikel kiri kiri (LVEF) (LVEF) 54%, 54%, 4) inte interv rven ensi si ulang ulang beda bedah, h, 5) kematian kematian intraoperati intraoperatiff atau kontraindi kontraindikasi kasi apa pun untuk untuk penguk pengukuran uran dan / atau atau  perawatan yang diusulkan, 7

 

6) kontraindi kontraindikasi kasi untuk 6MWT 6MWT 6-min 6-min walking test atau atau protok protokol ol yang diusulka diusulkan, n, 7) ga gang nggu guan an or orto tope pedi di,, 8) angin anginaa tid tidak ak stabi stabil, l, 9) Detak jantung jantung> > 120 bpm saat istiraha istirahat, t, dan tekanan tekanan darah sistolik sistolik> > 180mmHg 180mmHg atau diastolic > 100mmHg.

2.5 Kriteria Kriteria Terminasi Terminasi

Kriteria terminasi adalah kriteria pasien dimana rehabilitasi dihentikan, meliputi: 1) setelah itu pasien merasa lelah kepala ke atas, atau 2) pasien tidak bisa duduk selama 20 menit atau berdiri selama 5 menit tanpa bantuan. Selain itu, pelatihan rehabilitasi juga akan dihentikan ketika mereka memenuhi persyaratan  berikut: 1) tekanan darah arteri rata-rata 110 mmHg, 2) denyut jantung 130 denyut / menit; 3) laju pernapasan 40 napas / menit; 4) oksimetri nadi 24 jam, - raksi ejek ejeksi si ventrikel ventrikel kiri (LVEF) (LVEF) 54% 54%,, - inter intervensi vensi ulan ulang g bedah, bedah, - kemati kematian an intraop intraoperatif eratif atau kon kontrain traindikas dikasii apa pun untuk pengukuran dan / atau perawatan yang diusulkan, - kont kontraind raindikasi ikasi untuk untuk 6MWT atau proto protokol kol yang diusulkan, - gan ganggu gguan an ortoped ortopedi, i, - ang angina ina tida tidak k sta stabil bil,, - Denyu Denyutt Jantung> Jantung> 120b 120bpm pm saat isti istirahat rahat,, dan - tekan tekanan an darah sistolik> sistolik> 180mmH 180mmHg g atau diastol diastolik> ik> 100mmHg. N=100 ra random sa sampling Kriteria inklusi: - mereka mereka yang memi memiliki liki ri riwayat wayat n negatif egatif k kelain elainan an gerakan atau cacat pada ekstremitas bawah, - penyakit penyakit paru o obstru bstruktif ktif kr kronik onik,, stroke, ata atau u - gangguan gangguan neuro neurologi logiss bera beratt lain lainnya. nya. Kriteria eksklusi adalah

  Kelompok Intervensi

Kesimpulan

Kelompok intervensi mengalami kelompok intervensi  peningkatan dalam jarak berjalan melakukan latihan di 6MWT, yang dinilai selama 7  pernapasan dan latihan aerobik pada hari pasca operasi dan 60 hari hari pertama pasca setelah keluar dari rumah sakit, ekstubasi hingga dan memiliki lebih sedikit waktu ketujuh pasca operasi, di ICU dan prevalensi komplikasi dua kali sehari.  paru yang lebih rendah, jika Terapi fisik standar dibandingkan dengan CG akan diberikan dari hari pertama ketujuh pascahingga operasi. Hambatan: Karena protokol telah ada, Sesi akan  peneliti tidak dapat mengubah  berlangsung dua kali atau menambahkan variabel apa sehari dengan waktu  pun, misalnya, tingkat rasa sakit rata-rata 30 menit dan kepatuhan pasien terhadap masing-masing. terapi setelah dipulangkan. Kita  perlu mengontrol variabel. Terapis fisik dari tim rumah sakit akan dilatih untuk melakukan evaluasi yang sama dengan semua  pasien, tetapi jelas bagi penulis  bahwa karena ada sejumlah besar terapis fisik di dalam rumah sakit, ini juga bisa menjadi bias. Setiap intervensi akan dikontrol untuk menjamin kualitas penelitian terbaik 

Mobilisasi dilakukan  pada hari ketiga pasca operasi setelah chest tube di lepas

Mobilisasi dini dilakukan 2 jam setelah ekstubasi  pada hari pertama  pasca operasi; H1: pasien ditempatkan dalam

Kejadian efusi pleura dan atelectasis lebih rendah pada kelompok intervensi serta status oksigenasi lebih baik pada kelompok control.

Kelayakan mobilisasi dini tidak dinilai pada pasien kritis. Sebagian besar studi tentang mobilisasi dini dilakukan pada  pasien yang stabil. Dalam periode  pengumpulan data, kami tidak cocok dengan pengaturan ventilator. Seperti disebutkan, ventilator bisa menjadi sumber atelektasis. Disarankan bahwa dalam studi masa depan, peran  pengaturan ventilasi mekanik dikecualikan. Pada beberapa  pasien, jumlah oksigen inspirasi  berubah karena hipoksemia. ini  bisa menjadi sumber perancu.

N= 10 106 rraandom ssaam pl pling Kriteria inklusi: - menunjukk menunjukkan an sten stenosis osis lu luminal minal p parah> arah> 75%; 75%; - ventilasi ventilasi mekanik mekanik yang yang berk berkepanj epanjangan angan ((yang yang didefinisikan sebagai persyaratan selama 72 jam

Pada Pre operasi dilakukan edukasi mengenai

 posisi duduk, dan kemudian, kaki mereka digantung sekitar 15 menit. H2: Pagi hari , duduk selama 5 menit, dan dan berjalan di  bangsal sekitar 10 meter dengan  pemantauan oksimetri nadi. Di sore hari, mereka mengulangi langkah-langkah ini dan berjalan 30 meter. H3:, berjalan 30 meter sebelum dan sesudah chest tube dilepas Pada Pre operasi dilakukan edukasi mengenai rehabilitasi Pada pasca operasi dilakukan terapi

ventilasi mekanik18,24) adalah wajib; - mereka mereka memiliki sat saturasi urasi ok oksigen sigen ya yang ng stab stabil, il, fraksi fraksi oksigen inspirasi ≤ 55%, dan tekanan ekspirasi akhir  positif ≤ 8cm H2O; - mereka mereka menerima d dopami opamin n deng dengan an dosi dosiss 70 mmH mmHg g dan keluaran urin> 1 mL / kg / jam; - penyembuh penyembuhan an luka pas pasca ca operas operasii yang baik d dipero iperoleh; leh; - tidak ada ada riway riwayat at penyakit penyakit men mental tal kro kronis; nis; da dan n - mereka mereka memilik memilikii fungsi fungsi kog kognitif nitif norma normal. l. Kriteria Eksklusi:

rehabilitasi yang akan dilakukan setelah operasi. Pada pasca operasi dilakukan rehabilitasi setelah keluar dari ICU

rehabilitasi yang terdiri dari 6 langkah yaitu: head up, reposisi dari supinasi ke duduk, duduk di tepi tempat tidur, duduk di kursi,  pindah dari duduk ke  berdiri, dan berjalan di sepanjang tempat tidur. Terapi rehabilitasi dilakukan

Keterbatasan waktu menerima midazolam  berbeda secara signifikan antara kelompok. sehingga durasi  pemberian midazolam yang lebih lama dapat menjadi penyebab durasi ventilasi mekanik yang lebih pendek pada kelompok rehabilitasi awal dibandingkan dengan kelompok kontrol. Oleh karena itu, studi lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi

Hambatan:

10

 

- drain drainase ase lebih dari dari 400 mL pad padaa 4 jam pertama sete setelah lah operasi, - ketid ketidaksta akstabilan bilan hemodin hemodinamik, amik, dan dan - kehil kehilangan angan kesadaran, kesadaran, - membu membutuhka tuhkan n ventil ventilasi asi mekani mekanik k lebih dari 24 jam setelah operasi

Dong, et al. (2016) Cina

RC T

Hasil penelitian menunjukkan  bahwa terapi rehabilitasi dini secara signifikan dapat mengurangi durasi ventilasi mekanik 

- tidak memilik memilikii kemampu kemampuan an untuk me melakuk lakukan an tind tindakan akan fisik seperti kepala, duduk, berdiri dan berjalan; - memiliki memiliki gangguan gangguan neuro neurologis logis yan yang g mempenga mempengaruhi ruhi otot;

dua kali sehari.

hasil penelitian ini. Peneliti hanya menyelidiki hasilnya di rumah sakit; tindak lanjut jangka panjang diperlukan untuk menyelidiki

11

 

- memiliki memiliki gangguan gangguan ireve ireversibel rsibel (y (yang ang mengak mengakibatk ibatkan an kematian 6 bulan lebih dari 50%); - telah mening meningkatk katkan an teka tekanan nan intrakr intrakranial anial;; - dirawat dirawat di ICU setelah setelah resu resusitasi sitasi k kardio ardiopulmo pulmoner; ner; - telah menerima menerima radiot radioterapi erapi at atau au kemo kemoterapi terapi d dalam alam 6  bulan sebelumnya; atau - memiliki memiliki miokardit miokarditis is akut, trombosi trombosiss / emboli vaskular  vaskular   perifer, kecelakaan serebrovaskular, atau perubahan elektrokardiografi iskemik baru.

Pulmane et al (2018)

dengan ventilasi mekanik yang  berkepanjangan. Berbagai teknik fisioterapi untuk  peningkatan fungsi pernapasan, pernapasan, serta pelestarian dan peningkatan mobilitas dan promosi kekuatan selama periode pasca operasi adalah setara dan dapat digunakan semuanya sebagai standar model fisioterapi untuk mengurangi komplikasi setelah operasi  jantung di rumah sakit.

RCT

N= 157 random sampling. Kriteria inklusi: - Pasien dengan dengan penya penyakit kit kardio kardiovasku vaskular lar dan katup - Operasi Operasi jantung jantung elekti elektiff ( graft  graft bypass aortacoronary, aortacoronary, operasi penggatian katup dan kombinasi) Kriteria eksklusi: - Pas Pasien ien rawat rawat iinap nap akut akut - Pasien yang yang tid tidak ak dapa dapatt berge bergerak  rak 

Kelompok kontrol dilakukan fisioterapi rutin (teknik  peningkatan nafas dan sirkulasi mikro)

Kelompok intervensi dilakukan fisioterapi modifikasi (teknik  peningkatan otot inspirasi, otot paha depan dan kekuatan otot gluteus). Kelompok intervensi - dilakukan inhalasi dengan spirometer inspirasi, peningkatan Keterbatasan: kekuatan pada Program fisioterapi setelah kelompok otot besar operasi jantung harus dalam posisi distandarisasi, dilakukan hanya  berbaring, duduk,  pada hari kerja atau pada semua  berdiri, berjalan dan naik tangga dilakukan hari dalam seminggu. Teknik selama tujuh hari skrining dilakukan untuk  pasca operasi. mengantisipasi lama rawat di rumah sakit dan disarankan tes  berjalan 5 meter.

RCT

N= 70 random sampling . Kriteria Inklusi: - Berusi Berusiaa 40-7 40-75 5 tah tahun un - Pasien d dengan engan p penyak enyakit it arteri ko koroner  roner 

Kelompok kontrol tidak  menjalani intervensi

Kelompok intervensi menjalani intervensi fisioterapi sekali sehari selama periode

Penelitian ini menunjukkan  bahwa terapi fisik yang dimulai sebelum operasi dapat meningkatkan kondisi pasien,

fisioterapi sebelum operasi hanya menerima  pedoman rutin

sebelum operasi. Intervensi terdiri dari latihan pernapasan (bernapas dalam dengan hitungan, napas dalam dan diikuti menghembuskan napas panjang, inspirasi maksimal dengan apnea 6 detik, dan pernapasan diafragma terkait dengan mobilisasi tungkai atas) dan latihan pernapasan dengan Ambang Batas perangkat –  Inspiration Muscle Trainer /IMT. /IMT. Dilakukan tiga set sepuluh pengulangan

membangun kembali tekanan  pernapasan dini, mengurangi lama rawat inap dan mengurangi biaya rumah sakit selama periode rawat inap. Keterbatasan: - Periode Periode waktu yang si singkat ngkat  pasien menjalani fisioterapi pra operasi - Tidak melakukan melakukan spi spirometr rometrii dapat disebut sebagai batasan  pada analisis parameter ventilasi - Penelitian Penelitian lebi lebih h lanjut disarankan menggunakan alat seperti spirometri, untuk menilai dan mengukur volume dan kapasitas paru-paru lebih akurat.

Latvia

Sobrinho et al. (2014) Brazil

lebih lanjut efek terapi rehabilitasi dini pada hasil klinis setelah meninggalkan rumah sakit. Selain itu, rehabilitasi dini juga dapat  berdampak pada beberapa indeks terkait ventilasi mekanis lainnya (seperti indeks oksigen, volume tidal pada pernapasan spontan,  protein reaksi-C). Studi lebih lanjut harus dilakukan untuk menyelidiki efek lain dari rehabilitasi dini pada pasien

12

 

- Opera Operasi si jantung jantung cardio cardiopulmo pulmonary nary (CPB (CPB)) - Setuj Setuju u berpa berpartisip rtisipasi asi Kriteria Eksklusi: - Pasien yang penggunaan balon balon intra-aorta - Ada p patolo atologi gi paru paru - Gangg Gangguan uan musculoskele musculoskeletal tal - Opera Operasi si neurlogis neurlogis berat tan tanpa pa CPB - Opera Operasi si darurat darurat - Hemod Hemodinamik inamik ttidak idak sta stabil bil - Meng Mengancam ancam integri integritas tas keselamata keselamatan n pasie pasien n

dengan interval dua menit setiap  pengulangan, sekali sehari setiap hari

sebelum operasi, dengan beban 40% dari pengukuran tekanan inspirasi awal yang diperoleh dengan manovacuometry   manovacuometry Akhtar, et al (2015) India

RCT

N= 30 random sampling . Kriteria inklusi: - Pasien dengan dengan usia 4 40-70 0-70 ttahun ahun - Pasien pa pasca sca operas operasii CABG setelah pen penganka gankatan tan drainase dada. - Nye Nyeri ri pasc pasca-CA a-CABG BG

kelompok kontrol hanya menerima komponen  pelaksanaan

Kelompok intervensi menerima komponen latihan rehabilitasi konvensional jantung (1 sesi dari setiap latihan, tiga kali

Penelitian ini menunjukkan  bahwa dengan memasukkan RMSG dalam fase 1 rehabilitasi  jantung dapat secara signifikan mengurangi rasa sakit pasca CABG dan nyeri otot di sekitar

rehabilitasi  jantung konvensiona l untuk frekuensi dan jumlah hari yang sama yaitu 1 sesi dari setiap

sehari) dan  pernapasan senam  peregangan otot (2 sesi lima pola RMSG, 3 kali sehari) dari hari ketiga sampai ketujuh POD. Respiratory POD.  Respiratory  Muscle Stretch  (RMSG) Gymnastics (RMSG) Gymnastics merupakan

scapula. Partisipasi latihan pasien dapat meningkat dengan  berkurangnya rasa sakit. Keterbatasan: Latihan peregangan otot  pernapasan tambahan dalam  bentuk RMSG tidak berdampak  pada jarak berjalan.

latihan, 3 kali sehari, dari hari ketiga sampai ketujuh POD.

sekelompok latihan  peregangan yang dilakukan secara  berurutan untuk meregangkan otototot spesifik yang terlibat dalam  pernafasan.

13

 

- Pasien kooperatif kooperatif d dan an termotivas termotivasii - Fraks Fraksii ejeksi ejeksi 25% atau lebih Kriteria eksklusi: -

14

 

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Kasus

Pada Tn. E dengan pasca operasi Mitral operasi  Mitral Valve Replacment  (MVR)   (MVR) masuk ke CICU dengan kesadaran DPO dan terpasang ventilasi mekanik; mode VCP, RR setting 12 x/menit,

I:E ratio 1:2, TV 425 ml, PEEP 5, FiO2 50%, PS 10 cmH2O. Penggunaan ventilasi mekanik  selama 16 jam, kemudian diweaning/sapih dan diekstubasi, pasca ekstubasi pasien kesadaran compos mentis, tetapi aktivitas gerak masih sangat terbatas dan dibantu oleh perawat. Selain itu juga masih terpasangan alat – alat medis invasif lainnya, seperti CVC, Swanzgan, arteri line, dan drain serta terdapat luka post operasi dengan panjang + 20 x 0,5 cm yang masih tertutup balutan kassa. Tn. E mengatakan takut dan khawatir bergerak karena banyak alat yang terpasang serta takut nyeri karena ada luka didadanya. Menurut Tn. E selama persiapan pre operasi pasien hanya diinformasikan bahwa akan ada latihan setelah selesai operasi, tetapi tidak diajarkan cara latihannya seperti apa. Pada hari  pertama post operasi pasien sudah diekstubasi, dan pada hari kedua pasca operasi pasien dilakukan latihan rehabilitasi jantung oleh therapis. Latihan gerakan yang diajarkan oleh therapis seperti latihan batuk efektif dengan menggunakan bantal yang disimpan di perut dan dada, otot bahu dengan cara mengangkat dan menurunkan bahu, merentangkan kedua tangan dan menurunkannya, menekuk kedua lutut dan menurunkannya, hal ini dilakukan + 10 – 15 menit selama 2 hari. Pada hari ke 4 post MVR atau hari ke 3 latihan, pasien diajarkan untuk   berdiri disamping tempat tidur, duduk dikursi, dan berjalan kurang lebih 5 langkah bolak   balik. Selain itu, pasien mengatakan selama latihan dia merasa mera sa khawatir dan sulit s ulit mengikuti dengan baik arahan dari terapis.

3.2 Kesenjangan a. Interven Intervensi si Rehab Rehabilita ilitasi si Jantung Jantung pre operasi operasi

Menurut Tn. E selama persiapan pre operasi pasien hanya diinformasikan bahwa akan ada latihan setelah selesai operasi, tetapi tidak diajarkan cara latihannya seperti apa. b. Interven Intervensi si Rehabil Rehabilitas itasii Jantung Jantung Pasca Pasca Operasi Operasi

1) Penggu Penggunaa naan n ventil ventilasi asi mekani mekanik k selama selama 16 jam, kemudi kemudian an diwean diweaning ing/sap /sapih ih dan diekstubasi dieks tubasi,, pasca ekstubasi pasien kesadaran kesadaran compos compos mentis, mentis, tetapi aktivitas 15

 

gerak masih sangat terbatas dan dibantu oleh perawat. Tn. E mengatakan takut dan khawatir bergerak karena banyak alat yang terpasang serta takut nyeri karena ada luka didadanya. 2) Rehabilitasi Rehabilitasi jantung jantung pada pada pasien bedah bedah jantung jantung sudah memilik memilikii SOP yang tersedia tersedia di departemen rehabilitasi medik RSHS. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang GICU 1B RSHS, setiap pasien yang akan dilakukan

operasi jantung sesuai SOP harus masuk rumah sakit 3 hari sebelum operasi. Pada kasus kelolaan ini Tn. E mengatakan masuk rumah sakit 1 hari sebelum waktu operasi dan hanya diberikan informasi akan dilakukan latihan setelah operasi. Pasien mengatakan selama latihan dia merasa khawatir dan sulit mengikuti dengan  baik arahan dari terapis.

3.3 Peran Perawat

a. Pe Pemb mber erii Asuh Asuhan an Kep Keper eraw awat atan an Pera Pe ran n se seba baga gaii pe pemb mber erii asu asuha han n ke kepe peraw rawat atan an in inii da dapa patt di dilak lakuk ukan an pe peraw rawat at de deng ngan an memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian  pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diten tukan diagn diagnosis osis kepera keperawatan watan agar bisa diren direncanaka canakan n dan dilak dilaksanaka sanakan n tinda tindakan kan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Perawat mengobservasi: 1) Teka Tekana nan n dara darah h 2) Deny Denyut ut jan jantu tung ng 3) Laju Laju per perna napa pasa san n 4) Oksi Oksime metr trii n nad adii 5) Kondis Kondisii atau atau keadaa keadaan n umum umum pasie pasien n 6) Terjadinya Terjadinya efek samping samping termasuk termasuk jatuh ke lutut, lutut, pengangkata pengangkatan n tabung trakeosto trakeostomi, mi, dan prolaps dari kateter yang tinggal (seperti tabung pemasukan enteral, tabung kemih, tabung drainase, dan kateter arteri atau vena)  b. Advokat Klien Peran

ini

dilakukan

per eraawat

dalam

mem emb bantu

klien

dan

keluarga

dalam

mengin men ginterp terpreta retasik sikan an ber berbag bagai ai inf inform ormasi asi dar darii pem pember berii pel pelaya ayanan nan atau inf inform ormasi asi lai lain n khusunya khusu nya dalam pengambilan pengambilan persetu persetujuan juan atas tinda tindakan kan kepera keperawatan watan yang diberikan

16

 

kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang ya ng me meli lipu puti ti ha hak k at atas as pe pela laya yana nan n se seba baik ik-b -bai aikn knya ya,, ha hak k at atas as in info form rmas asii te tent ntan ang g  penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk  menerima ganti rugi akibat kelalaian. c. Edukator  Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, keseha tan, gejal gejalaa penya penyakit kit bahk bahkan an tinda tindakan kan yang diberikan, diberikan, sehin sehingga gga terjad terjadii perub perubahan ahan

 perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Kola Kolab bora rato tor  r  Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim keseh kesehatan atan lain yaitu fisioterapis fisiot erapis denga dengan n berup berupaya aya mengi mengidenti dentifikasi fikasi pelay pelayanan anan kepera keperawatan watan yang diper diperlukan lukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

17

 

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpul Simpulan an

Rehabilitasi jantung pada pasien bedah jantung terdiri dari tiga fase dan semua fase  penting untuk dilakukan. Program ini dimulai dari fase I, yakni rehabilitasi jantung yang

dilakukan ketika pasien dirawat sampai keluar dari rumah sakit dengan melakukan tindakan mobilisasi/aktifitas fisik dan pernapasan, pemberian edekuasi mengenai faktor risiko penyakit  jantung, serta manajemen stress, str ess, dan cemas. Intervensi mobilisasi dini pasca operasi jantung aman dilakukan selama status hemodinamik hemodinamik pasien stabil dan dilakukan dilakukan monitoring monitoring selama intervensi berlangsung. Rehabilitasi jantung fase I menyatakan bahwa pasien yang menjalani program tersebut menunjukkan peningkatan sirkulasi darah oksigen dalam tubuh, serta kapasitas fungsional. Edukasi dan persiapan latihan atau rehabilitasi jantung fase 1 secara dini penting sebelum dilakukan tindakan operasi jantung, agar kondisi kesehatan pasien dapat pulih dengan cepat dan optimal, pasien dapat beradapatasi dengan cepat dalam mengikuti latihan yang diajarkan oleh therapis, serta perawatan menjadi lebih cepat. Pelaksanaan rehabilitasi jantung pada pasien yang menjalani operasi bedah jantung dimula dim ulaii dari dari fase praope praoperasi rasi dan dilanj dilanjutk utkan an pasca pasca operasi operasi sampai sampai pasien pasien akan akan pulang pulang.. Intervensi Interv ensi rehabilitasi rehabilitasi jantung, baik pre maupun pasca operasi, terdiri dari latihan/ aktivitas fisik, latihan bernapas, dan respiratory muscle stretch gymnastics.

4.2 4.2 Sara Saran n

Makalah ini masih terbatas jumlah jurnalnya, perlu dilakukan literature review lagi review lagi terhadap beberapa jurnal,

18

 

DAFTAR PUSTAKA

Akhtar SA, Ahmed F, Grover S, & Srivastava S. (2015). Effect (2015).  Effect of Respiratory Muscle Stretch Gymnastics on Pain, Chest Expansion, Pulmonary Functions and Functional Capacity in Phase 1 Post-Operative CABG Patient. Journ Journal al of Cardiology Cardiology & Current Current Research Research 2(6): 00084. DOI: 10.15406/jccr.2015.02.00084 Braunwald, E. Valvular Hearth Disease. In Braunwald Hearth Disease: a Text Book of

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF