Earning Management (Scott)

April 15, 2017 | Author: annisa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Earning Management (Scott)...

Description

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT Untuk Memenuhi Tugas Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh: Annisa Sabrina Djunaedy

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MEI 2015

1. Definisi Earnings Management Copeland (1968) dalam Utami (2005) mendefinisikan earnings management sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti earnings management mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba,

termasuk

perataan

laba

sesuai

dengan

keinginan

manajemen.

Scott

(2003) mendefinisikan earning management sebagai sebuah tindakan yang dilakukan melalui pilihan kebijakan akuntansi untuk memperoleh tujuan tertentu, misalnya untuk memenuhi kepentingan sendiri atau meningkatkan nilai pasar perusahaan. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Earning Management merupakan suatu tindakan manajemen yang dapat berupa campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan dalam maksud untuk meningkatkan kesejahteraannya secara peronel (pribadi) maupun untuk meningkatkan nilai perusahaan. Earning Management dipandang dari dua perspektif, yaitu: a. Pelaporan keuangan : untuk mencapai ramalan laba analisis, menciptakan aliran laba yang smooth dan bertumbuh selama waktu tertentu b. Pengontrakan : untuk memproteksi dari konsekuensi atas peristiwa tak diharapkan ketika kontrak sulit dipenuhi dan tak sempurna Earning Management yang terlalu banyak, dapat menurunkan kemampuan investor menginterpretasikan laba neto sekarang, terutama jika Earning Management tersembunyi dalam laba inti atau sebaliknya tidak diungkapkan secara penuh. Memahami Earning Management dapat meningkatkan pemahaman tentang kemanfaatan laba bersih, baik untuk pelaporan kepada investor maupun untuk pengontrakan. Pada hakekatnya praktik manajemen laba menyebabkan reliabilitas dari laba tereduksi, karena di dalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran laba sehingga pelaporan laba menjadi tidak seperti yang seharusnya dilaporkan. Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. 2. Dasar Pemahaman dalam Earnings Management Tiga hipotesis Positive Accounting Theory (PAT) yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986 dalam Scott, 2009) adalah: a) The Bonus Plan Hypothesis Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah

bonus yang akan diterimanya. Manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. b) The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan pada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba perioda mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. c) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis) Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. 3. Tujuan Earning Management Pihak manajemen melakukan Earning Management untuk beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. b. c. d.

Penentuan bonus, jika laba sebagai basis Mencapai ekspektasi laba investor, berpengaruh pada harga saham Penentuan kontrak utang, jika laba bersih sebagai basis IPO, informasi laba mengawali penentuan harga saham.

4. Faktor-Faktor yang Memotivasi Manajer dalam melakukan Earning Management Beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba (Scott: 2009), yaitu: a)

Motivasi Kontraktual Lainnya Manajemen laba adalah contoh dari motivasi kontraktual, dimana insentif untuk manajemen laba timbul dari karakteristik skema bonus, yang merupakan kontrak antara perusahaan dengan manajernya yang menetapkan basis kompensasi manajerial.

b) Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt covenant) Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari kontrak utang jangka panjang. Perjanjian utang bertujuan melindungi peminjam terhadap tindakan manajer. Pelanggaran terhadap covenant mengakibatkan cost yang tinggi

terhadap perusahaan. Oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap covenant. c) Motivasi Politik (Political motivation) Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat mudah untuk diawasi, sehingg perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. d) Motivasi Perpajakan (Taxation Motivation) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Penelitian Maydew (1997) membuktikan bahwa penghematan pajak menjadi insentif bagi manajer (khususnya manajer yang mengalami net operating loss pada tahun 19861991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan menunda pengakuan pendapatan. e) Pergantian CEO (Chief Executive Officer) Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu pergantian CEO. Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu mendekati pengunduran diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka. f) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO) Nampaknya informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan dalam prospektus bermanfaat sebagai sumber informasi. Terdapat kemungkinan bahwa manajer perusahaan go public akan mengelola prospektusnya dengan harapan dapat menaikkan harga saham. 5. Pola Manajemen Laba Menurut menurut Scott (2009), pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: a) Taking a bath -

Selama periode ada tekanan organisasional atau reorganisasi Menghapus (writeoffs) aset demi biaya mendatang harapan

b) Income minimization -

Selama periode profitabilitas tinggi, di U.S pertimbangan pajak Sama dengan di atas hanya kurang ekstrem

c) Income maximization -

Selama laba sebagai ukuran bonus, penyimpangan dari perjanjian kredit Penggunaan akrual

d) Income smoothing

-

Selama manajer berharp kompensasi yang besarnya konstan, untuk pengontrakan

-

kompensasi efisien Meratakan laba dapat mengirimkan informasi pihak dalam perusahaan kepada pasar tentang kekuatan laba

6. Teknik Manajemen Laba Adapun beberapa teknik dalam manajemen laba yang seringkali dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, dan estimasi biaya garansi. b) Mengubah metode akuntansi. Perubahan metode akuntansi yang

digunakan

untuk

mencatat

suatu

transaksi,

contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Strategi manajemen laba dengan pemilihan metode akuntansi dan pengaturan waktu transaksi mempengaruhi manajemen laba dengan proksi akrual kelolaan (Rahmawati dkk., 2010). c) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Beberapa orang menyebut rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan operasional (Fischer dan Rosenzweig: 1995). Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya (Daley dan Vigeland: 1993), mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, kerja sama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai (Bartov: 1993). 7. Sisi “Baik” Earning Management Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari kontraktor dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh mana laba manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk

memberikan manajer beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan. 8. Sisi “Buruk” Earning Management Sisi buruk managemen laba, antara lain : 1. Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja ekonomis perusahaan karena ada kondisi dimana manajer perusahaan memiliki akses informasi secara langsung sementara sebagian stakeholder tidak. Ada sebagian informasi yang tidak tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain, memang dapat menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih informatif, mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai agi penilaian kinerja perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat laporan keuangan lebih informatif kepada pengguna tidak masuk dalam definisi. 2. Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika, apakah tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen penting yang dipantau para pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar karena pemilihan metode akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di samping merupakan kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan dipakai. Menilai etis atau tidaknya manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang pencapaian keseimbangan antara kepentingan individu (manajer) dengan kewajiban terhadap pihakpihak yang terkait dengan perusahaan (stakeholder). Penilaian tersebut hanya dapat dilakukan kalau manajer melakukannya secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka panjang yang ditimbulkan. Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan yang menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer dengan kinerja keuangan yang buruk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah melakukan tindakan tidak etis dibandingkan manajer dengan kinerjakeuangan baik dan perusahaan dengan laba.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF