Dyslexia Dalam Pandangan Islam
October 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Dyslexia Dalam Pandangan Islam...
Description
BAB III KERUSAKAN OTAK PADA ANAK DENGAN
DYSLEXIA
DITINJAU
DARI DITINJAU DARI ISLAM
3.1 Pandangan Islam terhadap Kerusakan Otak pada Anak
Otak merupakan salah satu organ pada tubuh manusia yang mempunyai berbagai fungsi. Otak merupakan pusat aktifitas pikiran manusia berada. Bila berbicara tentang otak, Al-Qur‟an Al-Qur‟an memiliki cak upan upan yang luas tentang otak, seperti pada ayat berikut ini :
Artinya “(Orang yang berakal adalah) orang -orang -orang yang mengingat (yadzkuruna) Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka berpikir (yatafakkaruna) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia -sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka,” [QS. Al -Imraan: -Imraan: 190-191]. 190-191]. Otak pada anak berfungsi untuk belajar dalam perjalanan masa kecilnya (Zulkifli, 2003). Belajar adalah Syari‟at S yari‟at Islam yang menjadi menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam, termasuk anak pada perkembangan hidupnya, melalui firman Allah SWT, yaitu ayat yang pertama kali turun dalam surat Al-„Alaq Al- „Alaq ayat 1-5 1-5 :
47
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” diketahuinya.” (Q.S Al -Alaq -Alaq (96) 1-5).
Berdasarkan ayat diatas, kita sebagai umat Nabi Muhammad harus selalu belajar dan belajar. Terlebih lagi pada usia anak-anak, karena pada masa itu proses pembelajaran sangatlah mudah diterima atau mendapat respon yang baik dari anak-anak. Akan tetapi, banyak sekali proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak-anak yang dibimbing oleh seorang guru, menghasilkan hanya sedikit perubahan yang dialami oleh anak, bahkan tidak ti dak sama sekali. Hal itu disebabkan adanya kesulitan anak tersebut dalam belajar. Tentunya banyak faktor yang dapat mempengaruhinya salah satunya yaitu dengan adanya kerusakan pada otak pada seorang anak. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Adapun kesulitan belajar sendiri, dapat diartikan sebagai hambatan dan gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Dapat dikatakan kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis (Tadjab, 1994 ; Wasty, Wast y, 2006). 48
Macam kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang sangat luas, diantaranya : 1.
Learning disorder atau atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang
terganggu
karena
timbulnya
respons
yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau at au terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya (Tadjab, 1994). 2.
Learning disfunction disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. lai nnya.
3.
Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
4.
Slow learner atau atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.
Learning disabilities atau disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami
49
kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala (Tadjab, 1994).
3.1.1 Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Terjadinya proses belajar, atau apakah suatu aktivitas itu memberikan pengalaman belajar, itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut, dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intern, yang ada dan berasal dari dalam diri pelajar {yang belajar}; dan faktor ekstern, yaitu kondisi dan situasi di luar diri si pelajar (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007). Faktor nya antara lain : 1.
Faktor internal
a. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu. Sebagai halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadahuntuk mencapai hasil belajar tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. b. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan dasar (intelegensia) merupakn wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan.jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007).
50
c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa adanya motivasi yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Persaingan yang sehat s ehat antar individu maupun antar kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. d. Faktor jasmaniah tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya. e. Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti buta warna, kidal, cacat tubuh dan lain sebagainya (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007)
2.
Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan sekolah yang tidak memadai bagi situasi belajar peserta didik, seperti seper ti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman dan sebagianya. b. Situasi keluarga yang kurang mendukung situasi belajar peserta didik, seperti rumah tangga yang kacau (broken (broken home), home), kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya kemampuan orang tua dalam memberikan pengarahan dan lain sebagainya.
51
f. Situasi lingkungan sosial yang menggangu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan, film, bacaan, permainan elektronik dan sebagainya (Hasbullah, 1997 ; Puspasari, 2007).
52
3.2 Pandangan Islam tentang Dyslexia
Dyslexia ialah kesukaran atau ketidakupayaan menguasai kemahiran Dyslexia membaca oleh seseorang individu walaupun telah menerima pendidikan yang mencukupi (Mercer 1997 & Smith 1999). Dyslexia Dyslexia adalah adalah gangguan yang paling sering terjadi pada masalah belajar. Kurang lebih 80% penderita gangguan belajar mengalami disleksia. Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak maupun dewasa yang seharusnya menunjukan kemampuan dan motivasi untuk membaca secara fasih dan akurat. ( IDAI , 2009). Kesulitan membaca dapat muncul dalam berbagai bentuk, ada yang dapat mengeja tetapi tidak dapat membaca dalam kata. Misalnya putih dibaca putu, kaki dibaca kika. Ada juga yang membaca terbalik, topi dibaca ipot, minum dibaca munim. Sulit membedakan huruf b dan d, q dan p, khususnya pada penulisan huruf kecil. Akibatnya, mereka menulis dapak untuk kata bapak. Gangguannya terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur, sehingga sulit dipahami. Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Diluar aspek as pek bahasa, pada anak dengan disleksia seringkali terdapat gangguan perkembangan lain. Misalnya, konsentrasi yang buruk, kontrol diri yang kurang, dan clumsy. Misalnya, terkadang anak mengalami kesulitan dalam permainan melempar tangkap bola atau mengikat tali sepatu (Chairani, 2003). Penyakit gangguan belajar dapat berujung kepada suatu penyakit seperti yang dijelaskan sebelumnya, yaitu dapat menyebabkan gangguan dalam pembelajaran dalam jangka panjang. Menurut pandangan Islam, faktor penyebab
53
penyakit itu ada dua yaitu : Penyakit yang disebabkan karena faktor medis (jasmani atau tubuh) dan faktor non medis. Penyakit karena faktor medis jelas tidak pada kasus ini yang biasanya disebabkan oleh suatu infeksi penyakit. Namun, sakit karena faktor non medis yang dibiarkan lama di dalam tubuh manusia maka efeknya menjadi penyakit medis, padahal apabila penyakit tersebut sudah menyerang jaringan sel-sel organ tubuh maka proses penyembuhannya selain sangat sulit juga membutuhkan waktu yang sangat lama (Assegaf, 2004). Penyebab utama munculnya penyakit non medis adalah jiwa. Allah SWT berfirman:
Artinya : “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” mengotorinya” (QS. As-Syams As-Syams (91) : 7-10).
Segala sesuatu yang ada di alam semesta termasuk segala macam penyakit adalah ciptaan Allah SWT. Sakit bisa dalam bentuk yang paling ringan sampai pada sakit yang berat. Bencana dan musibah yang menimpa manusia semuanya adalah kehendak Allah dan sudah ditentukan Allah sebelumnya, sebagaimana Firman Allah SWT:
54
Artinya : : “Sekali “Sekali-sekali -sekali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang orang-orang yang beriman harus bertawakal” (Q.S. At Taubah {9}: 51).
Dari ayat-ayat di atas jelas bahwa segala yang terjadi adalah karena kehendak Allah SWT, begitu juga dengan ciptaan-Nya. Allah menciptakan manusia dengan segala kekurangan serta kelebihannya. Sebagai hamba yang beriman harus sabar dalam menghadapi penyakit khususnya penyakit yang disebabkan dalam gangguan belajar ini (disleksia), dan berprasangka baik kepada Allah SWT. SWT. Di dalam tubuh manusia diketahui telah ada respon terhadap gangguan dalam perkembangan otak, namun gangguan ini (disleksia) dapat di deteksi dan diobati sedini mungkin. Bila tidak diobati dengan baik penyakit gangguan belajar ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih lanjut pada bagian tubuh yaitu dalam proses berpikir. Dalam menjalani hidup, manusia tidak lepas dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT (Abdurrahman, 2007). 2007). Di antara ayat yang dapat dijadikan dalil, dianggap sebagai upaya menjaga kehidupan dan menghindari dari yang dapat membinasakannya, antara lain dinyatakan dalam Al-Quran :
55
Artinya : “Oleh “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…. (Q.S semuanya…. (Q.S Al-Maidah {5} : 32).
Berdasarkan ayat ini, Allah menghargai setiap upaya mempertahankan kehidupan manusia, menjauhkan diri dari hal yang dapat membinasakannya, berobat dengan obat-obatan yang ada, dalam hal ini terhadap gangguan dalam belajar dilakukan dengan tujuan tersebut. Obat-obatan yang dapat diberikan di atas tidak merugikan bagi manusia, sebaliknya dapat mempertahankan kehidupan manusia. Sehingga dalam ajaran Islam obat-obatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Berobat dengan barang atau obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam Islam, seorang muslim tidak diperbolehkan berobat dengan barang yang haram. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang melarang umatnya berobat dengan barang yang haram dan Islam menganjurkan umatnya untuk berobat apabila sakit, dan berobatlah pada dokter yang menguasai medis sebagai ahlinya, sehingga upaya penyembuhan mendapat hasil yang maksimal (Assegaf, 2004). Hal utama dari sebuah pengobatan terutama terhadap gangguan belajar, tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya berupa kesembuhannya belaka, tetapi lebih
56
karena berobat merupakan suatu proses di mana seorang hamba, berupaya sekuat tenaga untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan berusaha untuk menjaga kesehatan badan yang dititipkan Allah SWT kepadanya dan berupaya menghilangkan penyakit sehingga ia menjadi sehat kembali. Ayat tersebut menekankan bahwa agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama. Al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji (Zuhroni et al , 2003). Kesembuhan penyakit itu sendiri juga atas izin Allah seperti yang terdapat dalam sabda Rasulullah yaitu :
Artinya :“Setiap :“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat untuk penyakitnya, maka kesembuhan itu atas atas izin Allah” Allah” (HR. Muslim). Muslim).
Pengobatan pada gangguan belajar hanyalah sebuah wasilah wasilah (perantara). (perantara). Penggunan obat bisa menyembuhkan, bisa juga tidak menyembuhkan jika Allah belum menghendaki atau menunda suatu penyembuhan. Atau bisa saja terjadi Allah memberikan penyembuhan tanpa menggunakan atau melalui pengobatan apapun. Tanpa kehendak dan izin Allah maka suatu penyakit tidak dapat disembuhkan. Allah SWT berfirman berfirman :
57
Artinya :“Jika :“Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapa tmelenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karunia Nya…” (QS. Yunus {10}: 107).
Seseorang yang ingin sembuh dari suatu penyakit selain berobat, maka harus kembali kepada pelindung dan penolong manusia yaitu Allah SWT. Dalam hal berobat maka dokterlah ahlinya, karena itu ketika seseorang sakit dianjurkan baginya jika mampu untuk memeriksakan diri kepada dokter sebagai ahlinya yaitu dokter spesialis anak. Dalam mencapai tujuan kesehatan menurut Islam maka perlu kiranya dalam hal ini untuk berobat kepada dokter muslim yaitu seseorang se seorang yang mempunyai kualifikasi baik dalam ilmu pengetahuan, keterampilan sesuai dengan agama Islam (Zuhroni et al , 2003).
58
3.3
Kaitan kerusakan Otak dengan Disleksia dalam Islam
Dalam menjalani hidup, manusia tidak lepas dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT, seperti ujian ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa. Telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan Artinya: sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang orang-orang yang sabar” sabar” (Q.S. Al Baqarah {2}:155). {2}:155).
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan kemiskinan, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan serta berdoa kepada-Nya. Apabila seorang muslim sakit, maka hendaknya ia berusaha untuk berobat dan yakin bahwa kesembuhannya hanya karena Allah SWT. Namun dalam menyikapi penderitaan penyakit, disamping dianjurkan berusaha mengobatinya juga disarankan agar bersabar dan bertawakkal. ber tawakkal. Begitu juga halnya pada penderita penyakit yang disebabkan gangguan dalam kesulitan belajar. Untuk menghibur orang yang menderita penyakit, ketika Nabi ditanya tentang penyakit yang
59
menimpa kaum Muslimin, ditegaskan bahwa penderitaan atas penyakit itu merupakan kaffarat (penebus (penebus dosa), meskipun sakitnya ringan (Zuhroni, 2010). Obat-obatan yang dapat diberikan di atas tidak merugikan bagi manusia, sebaliknya dapat mempertahankan kehidupan manusia. Sehingga dalam ajaran Islam obat-obatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Berobat dengan barang atau obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam Islam, seorang muslim tidak diperbolehkan berobat dengan barang yang haram. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang melarang umatnya berobat dengan barang yang haram. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:
Artinya : : “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obatnya, dan diadakan-Nya bagi tiap-tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, namun janganlah berobat dengan yang haram” haram” (HR. Abu Dawud). Dawud).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, demikianlah Islam menganjurkan umatnya untuk berobat apabila sakit, dan berobatlah pada dokter yang menguasai medis sebagai ahlinya, sehingga upaya penyembuhan mendapat hasil yang maksimal. Hal utama dari sebuah pengobatan terutama terhadap gangguan dalam belajar, tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya berupa kesembuhannya belaka, tetapi lebih karena berobat merupakan suatu proses di mana seorang hamba, berupaya sekuat tenaga untuk bertakwa kepada Allah SWT dengan berusaha untuk menjaga kesehatan badan yang dititipkan Allah SWT kepadanya dan
60
berupaya menghilangkan penyakit sehingga ia menjadi me njadi sehat kembali (Zuhroni, et al, 2003). Allah SWT berfirman :
Artinya :” Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Q.S aku” (Q.S Asy-Syu‟ara AsySyu‟ara {26}: 80). 80).
Ayat tersebut menekankan bahwa agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama. Al-Dzahabi menyatakan, bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji (Zuhroni, 2003). Kesembuhan penyakit itu sendiri juga atas izin Allah seperti yang terdapat dalam sabda Rasulullah yaitu :
Artinya :“Setiap :“Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat untuk penyakitnya, maka kesembuhan itu atas atas izin Allah” Allah” (HR. Muslim). Muslim).
Allah SWT berfirman :
Artinya :“Jika :“Jika Allah menimpakan suatu kesusahan kepadamu, maka tidak seorangpun yang dapat melenyapkan kecuali Dia. Jika Allah menghendaki kesentosaan bagimu, tidak ada seorangpun yang mampu menolak karunia Nya…” (QS. Yunus {10}: 107).
61
Seseorang yang ingin sembuh dari suatu penyakit selain berobat, maka harus kembali kepada pelindung dan penolong manusia yaitu Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah” (QS. Allah” (QS. Ash-Shura{42}: 30-31).
Ajaran Islam juga telah mewajibkan tiap-tiap muslim untuk meminta nasehat kepada ahlinya dan mengerjakan nasehat tersebut sesuai dengan kesanggupannya (Djamaludin, 2004). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Al-Qur‟an : :
Artinya :“Dan :“Dan Kami tidak mengutus sebelumnya kamu, kecuali orang orang lelaki yang kami berikan wahyu kepada mereka, bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” mengetahui” (QS. An-Nahl An-Nahl (16): 43).
Anjuran dalam agama Islam, orang yang sakit harus mengupayakan untuk sehat, yaitu dengan cara berobat. Obat-obatan dalam gangguan belajar yang dapat diberikan pada seorang anak yang sakit sakit tidak merugikan bagi nya, sebaliknya
62
dapat mempertahankan kehidupan manusia. Karena tidak membahayakan dan dapat mempertahankan kehidupan manusia, sehingga dalam ajaran Islam obatobatan tersebut halal untuk dikonsumsi. Manusia harus ingat berobat dengan barang atau obat yang halal sangatlah penting, oleh karena dalam ajaran Islam, seorang muslim tidak diperbolehkan berobat dengan barang yang haram. Dalam pandangan Islam, kerusakan otak merupakan salah satu bentuk cobaan dari Allah SWT, kita sebagai umatNya harus dapat menerima segala cobaan yang Dia berikan kepada umatNya. Kerusakan otak yang terjadi pada anak dapat berakibat pada berbagai hal, ada yang menderita penyakit serius maupun yang tidak, salah satu akibatnya yaitu penyakit disleksia. Kerusakan otak yang berakibat disleksia merupakan suatu cobaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Namun cobaan ini hanya cobaan kecil yang Allah SWT berikan kepada umatNya. Tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya anak dengan disleksia mengalami hambatan dalam perkembangan kehidupannya, khususnya dalam membaca dan melihat suatu tulisan, dan kehidupan sehari-harinya, namun tidak semua hambatan tersebut berakibat fatal, bahkan tidak sedikit anak yang mengalami kerusakan otak dan menjadi disleksia menjadi orang yang sukses pada masa depannya. Sebagai orangtua yang memiliki anak dengan disleksia juga diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan untuk menstimulasi kegiatan belajar anak, yaitu dengan cara medical care dan care dan intervensi, baik yang dilakukan orangtua di rumah, atau kegiatan di sekolah. Kegiatan medical care kepada anak dan intervensi berupa pelatihan stimulasi baca bagi anak, kegiatan yang bersifat
63
agama, khususnya agama Islam juga dapat meningkatkan rangsangan ke otak, sehingga diharapkan dengan adanya tindakan-tindakan yang bersifat stimulasi dapat meningkatkan dan mempercepat kesembuhan pada anak dalam melakukan kegiatan membaca dan pemahaman dalam berfikir. Dalam menghadapi segala sesuatu cobaan dari Allah SWT, kita haruslah tetap bersyukur dan berdoa untuk memujaNya, agar terhindar dari marabahaya dan selalu bersyukur terhadap apa yang kita miliki sekarang, sehingga kekurangan yang dialami seorang anak yang menderita kerusakan otak dan disleksia dapat menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dan menggunakan kekurangannya menjadi pribadi yang lebih kuat lagi.
64
View more...
Comments