Drug Related Problems (DRPS) : Teguh Winarko (201451575)
April 29, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Drug Related Problems (DRPS) : Teguh Winarko (201451575)...
Description
Drug related problems (DRPs) TEGUH WINARKO (201451575)
DRUG RELATED PROBLEMs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan pasien. (Strand, et al., 1990)
DRUG RELATED PROBLEMs
Drug Related Problems merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dan pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataannya/potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998).
Komponen-Komponen DPRs
Menurut Cipolle et al,1998 kategori DRP adalah: Membutuhkan obat tetapi tidak menerimanya
Menerima obat salah
Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai
Dosis terlalu tinggi
Dosis terlalu rendah
Kepatuhan
Pasien mengalami ADR
Strand, et al., (1990) mengklasifikasikan DRPs menjadi 8 kategori besar:
1. Pasien mempunyai kondisi medis yang membutuhkan terapi obattetapi pasien tidak mendapatkan obatuntuk indikasi tersebut. 2. Pasien mempunyai kondisi medis dan menerima obat yang tidak mempunyai indikasi medis yang valid. 3. Pasien mempunyai kondisi medis tetapi mendapatkan obatyang tidak aman, tidak palingefektif, dan kontraindikasi dengan pasien tersebut. 4. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benartetapi dosis obattersebut kurang.
Strand, et al., (1990) mengklasifikasikan DRPs menjadi 8 kategori besar:
5. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benartetapi dosis obat tersebut lebih. 6. Pasien mempunyai kondisi medis akibat dari reaksi obat yang merugikan. 7. Pasien mempunyai kondisi medis akibatinteraksi obat-obat, obat-makanan, obat-hasillaboratorium. 8. Pasien mempunyai kondisi medis tetapitidakmendapatkan obat yang diresepkan.
Data yang penting mengenai pasien dapat digolongkan dalam tiga kategori:
Karakter klinis dari penyakit atau kondisi pasien Obat lain yang dikonsumsi pasien Penyakit, keluhan, gejala pasien
Pharmaceutical Care Network Europe (The PCNE Classification V5.01) mengelompokkan masalah terkait obat sebagai berikut (Pharmaceutical Care Network Europe., 2006) :
Reaksi obat yang tidak dikehendaki/ROTD (Adverse Drug Reaction/ADR) Masalah pemilihan obat (Drug choice problem) Masalah pemberian dosis obat (Drug dosing problem) Masalah pemberian/penggunaan obat (Drug use/administration problem) Interaksi obat (Interaction) Masalah lainnya (Others)
Klasifikasi DRP meliputi : Indikasi
Interaksi Obat
Efektivitas
Pemilihan Obat
Keamanan
Kepatuhan
langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan menangani DRPs adalah sebagai berikut : Menentukan klasifikasi permasalahan terapi obat yang terjadi Menentukan penyebab terjadinya DRPs Menentukan tindakan intervensi yang paling tepat terhadap DRPs Melakukan assesmen (penilaian) terhadap intervensi yang telah dilakukan untuk evaluasi
Resep
CONTOH KASUS
R/ Metformin 500 S 3 dd 1 R/ Glibenklamide 5 S 1 dd 1 R/ Captopril 50 S 3 dd 1 R/ furosemid S ½-0-0 R/ BC S 3 dd 1 R/ Amlodipin 5 S 1 dd 1 R/ Na-diklofenak 50 S 0-0-1 R/ Simvastatin 10 S 0-0-1 Pro : Tn. SS (66 tahun)
XLV
XV XLV X XLV XV XXX XV
ANALISA KASUS Anamnesa/ diagnose Pasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.
ANALISA KASUS Analisa resep Dalam kasus ini pasien menerima 8 item obat, sebagai berikut : a. Metformin, antidiabetes golongan biguanid b. Glibenklamide, antidiabetes golongan sulfonylurea c. Captopril, antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI d. Furosemid, antihipertensi golongan loop diuretic e. BC/ vitamin B kompleks, suplemen kekurangan vitamin B f. Amlodipin, antihipertensi golongan pemblok kanal kalsium (CCB) g. Na-diklofenak, antiinflamasi nonsteroid h. Simvastatin, antihiperlipidemia golongan statin
ANALISA KASUS Kombinsai metformin dan glibenklamid pada kasus pasien diagnose lain berupa hipertensi diperbolehkan. Seperti halnya pada kasus resep nomor 2. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).
ANALISA KASUS Penanganan hipertensi dalam kasus ini digunakan kombinasi 3 antihipertensi, yaitu captopril (ACE inhibitor), furosemid (loop diuretik), dan amlodipin (Pemblok kanal kalsium).Kombinasi tersebut diperbolehkan. Perlu diperhatikan pasien telah cukup lanjut usianya (66 tahun), captopril diberikan pada dosis maksimum dikombinasi dengan furosemid, dan amlodipin, akan berpotensi menimbulkan efek hipotensi.
ANALISA KASUS Dalam kasus ini, pasien telah didiagnose sindrome dispepsia,.Sebagaimana AINS nonselektif lainnya, diklofenak dapat menginduksi terjadinya ulkus peptikum, sedangkan dalam diagnosanya dokter telah menyatakan bahwa pasien mengalami sindrom dispepsia. Meskipun efek buruk yang disebabkan diklofenak pada saluran cerna tidak sekuat aspirin, namun pemilihan obat lain yang lebih aman, perlu dipertimbangkan, mengingat pasien telah dinyatakan mengalami sindrom dispepsia. (Dipiro; 1131)
ANALISA Simvastatin dosis tunggal pada malam hari 10 mg, untuk terapi hiperlipidemia.Penggunaan simvastatin pada penderita diabetes diperbolehkan. Pemberian vitamin B kompleks, yang mengandung asam nikotinat, akan membentu menghambat pembentukan kolesterol dan trigliserida, sehingga akan membantu menekan kadar lipid dalam darah. (BNF 57; 539)
ANALISA KASUS Interaksi yang mungkin terjadi: a. Amlodipin (pemblok kanal kalsium) dan captopril (ACE inhibitor) yang digunakan bersama-sama, cenderung berinteraksi menyebabkan efek hipotensif, ACE inhibitor juga akan bekerja pada sistem kanal kalsium, meski tidak secara langsung, begitu pun dengan furosemid. b. Captopril berinteraksi dengan makanan, dan menyebabkan absorpsi captopril menurun.
SARAN Kombinasi captopril, furosemid, dan amlodipin, perlu dipantau efeknya, ada baiknya dosis captopril dikurangi Konsumsi captopril 1 jam sebelum makan, untuk menghindari interaksinya dengan makanan Pasien perlu diberi obat untuk mengatasi sindrome dispepsianya, terlebih dalam resep tersebut terdapat obat-obat yang menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan pada saluran cerna, berupa iritasi lambung (natrium-diklofenak), mual, muntah, diare (metformin dan glibenklamid). Ranitidine dan antiemetic seperti domperidon atau metoklopramid mungkin perlu diberikan.
SARAN Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non farmakologis, berupa diet makanan rendah karbohidrat, lemak, dan garam. Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau alcohol Olah raga ringan secara teratur sangat dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA BNF. 2009. British National Formulary, Edisi 57, British Medical Association Royal Pharmacetical of Great Britain, England. Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York. Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care, McGrawHill, New York. Cipolle, R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1992, Pharmaceutical Care An Introduction Current Concept, McGraw-Hill, New York. PCNE. 2006. Classification for Drug Related Problems V5.01. Europe: Pharmaceutical Care Network Europe Foundation. Strand, MD, Morley, PC, Cipolle, RJ, Ramsey, R, Lamsam, GD 1990, ‘DrugRelated Problems: Their Structure and function’, DICP the Annals of Pharmacotherapy, vol. 24, pp. 1094-1096.
View more...
Comments