DOKKEL Anggriyuni Nur Santi
August 28, 2018 | Author: Rheza Giovanni | Category: N/A
Short Description
fg...
Description
Laboratorium Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Masyarakat
Kedokteran Keluarga
Dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
TUBERKULOSIS PADA ANAK
Oleh : ANGGRIYUNI NUR SANTI 1510029004
Pembimbing : dr. Ronny Isnuwardana, Isnuwardana, MIH dr. Opiansyah dr. Kasiman
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda 2017
1
HALAMAN JUDUL LIMFADENITIS TB PADA ANAK
ANGGRIYUNI NUR SANTI 1510029004
Pembimbing : dr. Ronny Isnuwardana, Isnuwardana, MIH dr. Opiansyah dr. Kasiman
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Puskesmas Palaran Samarinda 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ”. kasus yang berjudul “Tuberkulosis Pada Anak ”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1.
dr. Ronny Isnuwardana, MIH sebagai dosen pembimbing klinik selama stase ilmu kesehatan masyarakat.
2.
dr. Khairul, dr. Rahmat, dr. Oswald, dr. Tumpak, DR. Krispinus, DR. dr. Swandari, dr. Meiliati dan dr. Evi yang telah memberikan bimbingan selama stase ilmu kesehatan masyarakat.
3.
dr. Opiansyah sebagai pimpinan Puskesmas Palaran yang memberikan kami kesempatan untuk pendidikan di Puskesmas Palaran.
4.
dr. Kasiman, dr. Hendy, dr. Resda, dan dr. Miyako yang telah memberikan bimbingan selama pendidikan.
5.
Seluruh bidan, perawat, dan staff Puskesmas Palaran Samarinda yang telah membantu kami selama pendidikan.
6.
Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
7.
An. M A dan keluarga yang telah memberikan ilmu dan waktunya.
8.
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Samarinda,
April 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................... ........................................................... ............................................ ..................................... ............... i KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... i DAFTAR ISI ........................................................ .............................................................................. ............................................. ............................ ..... iii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................. .................................................................... ........................................ .................. 1 BAB 2 LAPORAN KASUS ........................................... .................................................................. ........................................ ................. 2 BAB 3 ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA ............................................. ............................................. 10 BAB 4 PEMBAHASAN ........................... ................................................. ............................................ ...................................... ................ 31 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 36 LAMPIRAN DOKUMENTASI........ DOKUMENTASI.............................. ............................................. .............................................. ....................... 37
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada tahun 1992 World Health Association (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Saat ini, sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis ((PDPI), 2011). Dalam laporan WHO tahun 2015 ditingkat global diperkirakan terdapat 9,6 juta kasus TB baru. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif positi f dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun (Kemenkes RI, 2016). Limfadenitis adalah manifestasi tuberkulosis ekstraparu yang paling sering terjadi. Limfadenitis TB adalah manifestasi lokal dari penyakit sistemik. Limfadenitis TB terjadi pada 35% dari TB ekstraparu. Limfadenitis TB merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. tuberculosis. Limfadenitis TB paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis, kemudian diikuti oleh kelenjar mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, prehepatik dan kelenjar inguinalis. Beberapa studi didapdtkan kelenjar limfe yang terlibat yaitu: 74%-90% pada kelenjar limfe servikalis, 14%-20% pada kelenjar aksila, dan 2%-8% pada kelenjar inguinal. Studi kasus kedokteran keluarga ini dilakukan pada pada pasien An. M A J usia 9 tahun dengan riwayat Limfadenitis TB yang diketahui saat bulan Maret 2017 di Puskesmas Palaran dan mendapat pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT) yang saat ini menjalani pengobatan TB fase intensif. Pasien tinggal dengan kedua orangtua dan kakak kandung nya. Tujuan studi kasus ini untuk mempelajari pelayanan kesehatan primer mengenai keadaan kesehatan dalam hal upaya peningkatan kesehatan individu, keluarga dan kelompok masyarakat. Peranan dokter keluarga adalah berfungsi
1
sebagai gatekeeper (penapisan), yaitu membuat keputusan yang tepat untuk tindakan
penyelesaian
masalah,
dimana
pelayanan
kedokteran
keluarga
merupakan pelayanan yang menyeluruh dan memusatkan pelayanannya kepada keluarga sabagai suatu unit.
2
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama
: An. M A J
Umur
: 9 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: Pelajar SD
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Alamat
: Jl. Pelabuhan RT 32 Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran
2.2.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 21 April 2017 pada pukul 16.00 WITA di Rumah Pasien. Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis terhadap ibu pasien.
2.2.1. Keluhan Utama
Benjolan pada leher sebelah kanan dan kiri
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah pasien rutin kontrol pengobatan TB di Puskesmas Palaran. Awal mulanya pasien mengeluhkan benjolan pada daerah leher kanan dan kiri sejak 8 bulan yang lalu, ukuran sebesar biji jagung, terasa kenyal dan tidak nyeri, setelah beberapa bulan benjolan dirasakan semakin membesar ± satu ruas jari kelingking. Keluhan disertai batuk berdahak yang hilang timbul, dahak berwarna putih kental dan tidak berbau, batuk tidak disertai batuk darah maupun sesak napas. Pasien juga mengalami demam, demam berkurang dengan minum obat, demam tidak tinggi dan hilang timbul. Nafsu makan menurun dan pasien mengalami penurunan berat badan dari 29 kg menjadi 22 kg. Tidak ada keluhan dalam BAK dan BAB pasien.
3
Pasien merupakan pasien yang didiagnosis dengan TB sejak bulan Maret 2017, dan telah melakukan pengobatan rutin di Puskesmas Palaran. Sebelumnya pasien memeriksaan diri di RS Abdul Wahab Sjahranie dengan rujukan dari Puskesmas Palaran untuk dilalukan pemeriksaan foto rontgen dada dan laboratorium terhadap benjolan pada lehernya dan dinyatakan sebagai penderita TB Paru dan Kelenjar. Pasien kemudian dirujuk kembali ke Puskesmas Palaran untuk melakukan pengobatan obat anti tuberkulosis. Saat ini pasien telah menjalani pengobatan TB bulan ke-2. Pasien mendapatkan terapi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) di Puskesmas Palaran. Pasien menjalani pengobatannya secara rutin setiap harinya. Keluhan yang dirasakan jauh berkurang dari sebelumnya, hanya keluhan mengenai efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obat yang dikonsumsi. Pasien hanya mengeluhkan air kencing yang berubah menjadi sedikit kemerahan serta terkadang mual saat mengkonsumsi obat-obatan tetapi masih dapat diatasi. Saat ini pasien telah mengalami peningkatan berat badan yaitu 26 kg.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah pasien minum obat TB selama 6 bulan saat pasien berumur 5 tahun dan sekarang telah dinyatakan sembuh.
2.2.5. Genogram
4
Keterangan :
Laki-laki
+
Laki-laki meninggal
Perempuan
+
Perempuan meninggal
Pasien
2.2.6
Tinggal serumah
Riwayat Tumbuh Kembang
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Lahir secara spontan pervaginam ditolong oleh dukun beranak di Rumah dengan berat dan panjang badan yang tidak diketahui. Selama masa kehamilan ibu pasien tidak pernah periksa kehamilan di fasilitas kesehatan, tidak pernah menderita penyakit tertentu, tidak merokok, konsumsi obat-obatan tertentu maupun alkohol. b. Riwayat Imunisasi Status imunisasi pasien tidak lengkap dan tidak ada bekas jaringan parut BCG di lengan kanan atas pasien. c. Riwayat Tumbuh dan Kembang Tumbuh kembang pasien sesuai dengan usia. Tidak ada keterlambatan dalam berjalan maupun berbicara. Pasien dapat berjalan sejak usia 11 bulan dan berbicara sejak usia 1 tahun. d. Riwayat Makan dan Minum
2.3.
-
0-3 bulan
: ASI on Demand
-
3-6 bulan
: ASI on Demand + Nasi tim
-
6-12 bulan
: ASI on Demand + Nasi tim
-
1 tahun – 2 tahun
: ASI on Demand + Nasi biasa
-
2 tahun – sekarang
: Nasi biasa
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Tampak sehat
5
Kesadaran
: Komposmentis
Status Antropometri
BB
: 26 kg
TB
: 135 cm
Status Gizi
: BB/U : -1 TB/U : 0 BB/TB : Kesan : Gizi Cukup
Tanda vital
Tekanan Darah
:
110/ 70 mmHg
Frekuensi Nadi
: 96 kali/menit
Frekuensi Nafas
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,9o C
Status generalisata
- Kepala
: Normocephale. rambut rambut hitam, tebal, konjungtiva anemis anemis (/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), pernafasan cuping hidung (-)
- Leher
: Pembesaran KGB colli dextra, berbentuk ovale 2 cm, berbatas tegas, mobule, nyeri (-). Pembesaran KGB colli sinistra, berbentuk ovale 1 cm, berbatas tegas, mobile, nyeri (-)
- Mulut
: Mukosa mulut basah, karies (+) faring hiperemi (-), pembesaran tonsil (-), stomatitis (-), perdarahan gusi (-)
- Kulit
: Dermatosis (-), turgor baik
6
- Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), pelebaran ICS (-)
Palpasi : Gerakan dada simetris, fremitus suara (+) D=S
Perkusi :
D
S
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki rhonki (-/-), wheezing wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi
: Ictus Ictus cordis cordis pada pada ICS ICS V di MCL sinistra
Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS V di MCL sinistra
Perkusi
: Batas jantung kanan : ICS III PSL dekstra, batas jantung
kiri : ICS ICS V di MCL sinistra
Auskultasi: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi
: Distensi (-) scar (-)
Palpasi
: Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi
: Timpani di seluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Ekstremitas
Atas
: oedem (-/-) akral hangat, skar BCG (-)
Bawah
: oedem (-/-) akral hangat
Refleks patologis (-)
Refleks fisiologis dalam batas normal
Motorik : 555/555 555/555
Sesorik : baik/baik baik/baik
2.4.
-
Pemeriksaan Penunjang
Tes mantoux
: (+) Positif
7
-
BTA
: (-) Negatif
-
Rontgen thorax : fibroinfiltrat (+) peribronkial / hilus kanan. Kesan : kesan KP
-
FNAB
: Limfadenitis tuberkulosis
2.5. Diagnosa Kerja
TB Paru + Limfadenitis TB 2.6.
Penatalaksanaan
2.6.1. Edukasi
a.
Edukasi mengenai penyakit TB yang dapat menular melalui udara saat batuk, sehingga anggota keluarga lain yang saling berinteraksi mengerti akan resiko dan memiliki kemungkinan penyakit TB. Meminta keluarga pasien untuk memeriksakan diri apabila memiliki keluhan serupa dengan pasien.
b.
Edukasi mengenai cara batuk yang benar, mengenakan masker hidung saat berinteraksi
c.
Edukasi pembuangan limbah dahak yang benar, mempersiapkan tempat tertutup untuk pembuangan dahak yang berisi air sabun/detergent, air bayclin
8
atau air lisol dicampur dengan air. Bersihkan tempat tersebut dengan sabun setiap hari d.
Edukasi mengenai lamanya pengobatan TB dan efek samping dari pengobatan tersebut beserta komplikasinya. Diperlukan ketaatan dalam berobat TB dan kontol rutin untuk memantau perkembangan terapi serta laboratorium (darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati). Saat pengobatan ditunjuk
PMO
bagi
pasien
untuk
mengawasi
keteraturan
pasien
mengkonsumsi obat TB setiap hari, yaitu ibu pasien. e.
Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan rumah, terutama membuka jendela setiap hari untuk membantu pertukaran udara dan selalu mencuci tangan dengan sabun dan menggosoknya.
f.
Edukasi pasien beserta anggota keluarga dianjurkan untuk meningkatkan gizi dan menjaga daya tahan tubuh melalui makanan yang bergizi setiap harinya agar kuman TB tidak berkembang lebih cepat. Memperbaiki pola makan dan membatasi makanan yang terlalu banyak dan terlalu sering dengan menyelinginya menggunakan buah atau memperbanyak konsumsi sayur.
g.
Pentingnya dukungan keluarga, baik masalah motivasi maupun kebutuhan sehari-hari pasien.
2.6.2. Medikamentosa
a.
OAT Kategori 1 Fase Intensif (FDC) kategori anak 4 tablet
2.7.
Prognosis
-
Prognosis ad Vitam : bonam
-
Prognosis ad Functionam : bonam
-
Prognosis ad Sanationam : bonam
9
BAB 3 ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
3.1. Identitas Keluarga No.
Keterangan Keterangan
I. Kepala Keluarga
II. Pasangan
1.
Nama
Tn. B
Ny. M
2.
Umur
33 tahun
28 tahun
3.
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Menikah
Menikah
4.
Status perkawinan
5.
Agama
Islam
Islam
6.
Suku bangsa
Jawa
Jawa
7.
Pendidikan
SMA
SMP
8.
Pekerjaan
Kuli Bangunan
Ibu Rumah Tangga
9.
Alamat lengkap
Jl. Pelabuhan RT 32 Rawa Makmur
3.2. Anggota Keluarga No.
1.
Anggota Keluarga
Tn. B
Serumah
Hub.
Stt.
Klrg.
Nikah
Ya
Tdk
Kdg
Kuli
Kepala
Menikah
Ya
-
-
Bangungan
Keluarga Menikah
Ya
-
-
Belum Belum
Ya
-
-
Ya
-
-
Usia
Pekerjaan
33 th
2.
Ny. M
28 th
IRT
Istri
3.
An. A R
14 th
-
Anak
Menikah 4.
An. M A J
9 th
-
Anak
Belum Menikah
Status Imunisasi di keluarga
Status imunisasi pasien dan kakak kandung pasien tidak lengkap dan tidak ada bekas jaringan parut BCG di lengan kanan atas pasien.
10
Riwayat Penyakit Keluarga di Keluarga
Ayah pasien pernah menjalani pengobatan TB selama 6 bulan dan telah dinyatakan sembuh. Tidak ada yang menderita penyakit seperti DM, gangguan ginjal, ataupun penyakit jantung. Keluarga pasien jarang melakukan pemeriksaan diri untuk kontrol kesehatan ke layanan kesehatan. Mereka berobat hanya saat timbul keluhan.
3.3. Status Fisik, Sosial, Sosial, Ekonomi Ekonomi dan Lingkungan Lingkungan No. Ekonomi Keluarga
Keterangan Keterangan
1.
Luas tanah
4 x 7 meter
2.
Luas Bangunan
4 x 6 meter
3.
Pembagian ruangan
Rumah ini ialah rumah sewaan. Rumah terbuat dari beton, terdiri dari lantai semen dengan alas karpet, dengan 1 ruang tamu sekaligus ruang makan dan ruang keluarga, 1 kamar tidur, 1 dapur, serta 1 kamar mandi/WC. Kamar mandi bergabung dengan WC dan berada di dalam rumah, berdekatan dengan dapur. Pencahayaan dan ventilasi kurang.
4.
Besarnya daya listrik
5.
Tingkat pendapatan keluarga pasien : a. Pengeluaran rata-rata per bulan Rumah
220 Watt
Rp 1.830.000,00 Rp 500.000,00
Bahan makanan : -
Beras
Rp 200.000,00
-
Lauk/ikan, sayur
Rp 400.000,00
-
Air minum
Rp 30.000,00
Diluar bahan makanan -
Belanja Anak
Rp 300.000,00
-
Kesehatan
-
11
-
Listrik dan Air PDAM
Rp 100.000,00
-
Lain-lain
Rp 300.000,00
b. Penghasilan ayah pasien/bulan
Rp 1.500.000,00 – 2.000.000,00 2.000.000,00
No. Perilaku Kesehatan
1.
Pelayanan promotif/preventif
2.
Pemeliharaan
kesehatan
Puskesmas anggota
Puskesmas
keluarga lain 3.
Pelayanan pengobatan
Puskesmas
4.
Jaminan pemeliharaan kesehatan
KIS
No
Pola Makan Keluarga
1.
Pasien
Makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam). Menu terdiri dari nasi, lauk, sayur.
No. Aktivitas Keluarga
1.
Aktivitas fisik a. Pasien
Pasien
adalah
kedua
dari
dua
bersaudara. Keseharian pasien sekolah dan bermain bersama teman-temannya.
b. Tn. D (Ayah)
Sehari-hari
bekerja
sebagai
kuli
bangunan.
c. Ny. N (Ibu)
Merupakan ibu rumah tangga yang baik dengan merawat anaknya dirumah dan melayani suami
d. An. A R (Kakak kandung)
Sehari-hari bersekolah dan bermain bersama teman-temannya.
12
2.
Aktivitas mental
Pasien jarang beribadah
No. Lingkungan
1.
Sosial
Hubungan dengan lingkungan sekitar baik. Pergaulan dengan tetangga baik. Pasien bersekolah dan sehari-hari pasien bermain bersama teman di lingkungan rumahnya.
2.
Fisik/Biologik : Perumahan dan fasilitas
Kurang
Luas tanah
4 x 7 m2
Luas bangunan
4 x 6 m2
Jenis dinding terbanyak
Beton
Jenis lantai terluas
Semen
Sumber penerangan utama
Lampu listrik
Sarana MCK
Kamar mandi tergabung dengan WC. Mencuci pakaian dan alat makan di dalam kamar mandi
Sarana Pembuangan Air Limbah
Melalui saluran air ke selokan belakang rumah
Sumber air sehari-hari
Air PDAM, atau air PDAM yang telah ditampung di drum jika air PDAM mati
Sumber air minum
Air PDAM yang di rebus matang
Pembuangan sampah
Sampah dikumpulkan kemudian dibakar di halaman depan rumah untuk sampah yang dapat dibakar seperti plastik, kertas, daun, dll. Sedangkan sampah basah
dibuang
ke
tempat
dibawah arah ke jalan besar
13
sampah
3
Lingkungan kerja - Tn. D
Risiko kecelakaan kerja (+)
- Ny. N
Risiko kecelakaan kerja (-)
- An. A R
Risiko kecelakaan kerja (-)
- An. M A J
Risiko kecelakaan kerja (-)
14
3.4 PENILAIAN APGAR KELUARGA
Kriteria
Pernyataan
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan sesuai dengan seharusnya
Kemitraan
Pertumbuhan
Kasih sayang
Kebersamaan
Hampir
Kadang
Selalu (2)
Kadang (1)
√
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
√
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki
√
Saya puas dengan kehangatan dan kasih sayang yang diberikan keluarga saya
√
Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan
Total
Hampir tidak pernah (0)
√
9
Keterangan : Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor ≤ 5= Fungsi keluarga sakit Kesimpulan : Nilai skor keluarga ini adalah 9, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga sehat.
15
3.5. Pola Hidup Bersih Bersih dan dan Sehat Keluarga No
Indikator Pertanyaan Pertanyaan
Jawaban
Keterangan Keterangan
Ya
Tidak
A. Perilaku Sehat
1
2
Tidak merokok
Pasien
Apakah ada yang memiliki
Ayah
kebiasaan merokok?
merokok.
ibu
melakukan
persalinan?
4
√
merokok.
pasien
tidak
Persalinan
Dimana
3
tidak
√
Di Rumah dan ditolong oleh dukun beranak.
Imunisasi
Apakah bayi ibu sudah di
Riwayat imunisasi anak
imunisasi lengkap?
tidak lengkap.
√
Balita di timbang
Apakah
balita
ibu
sering
ditimbang? Dimana?
Pasien
ditimbang
√
di
Posyandu setiap bulannya saat kecil dulu.
5
Sarapan pagi
Apakah
seluruh
anggota
Pasien
keluarga memiliki kebiasaan selalu sarapan pagi?
sebelum
dan
keluarga
sarapan
pagi
√
memulai
aktivitas.
6
Dana sehat / Askes
Apakah anda ikut menjadi
Pasien dan keluarga ikut
peserta jaminan kesehatan?
jaminan
√
kesehatan
nasional berupa KIS. 7
Cuci tangan
Apakah keluarga
seluruh
anggota
Seluruh anggota keluarga
mempunyai
mencuci tangan dengan
√
16
kebiasaan
mencuci
tangan air dan sabun sebelum
menggunakan sabun sebelum
makan
dan
sesudah
makan dan sesudah buang air buang air besar. besar ? 8
Sikat gigi
Apakah memiliki
anggota kebiasaan
keluarga
Seluruh anggota keluarga
gosok melakukan
gigi menggunakan odol?
kebiasaan
√
menggosok gigi dengan odol.
9
Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga
Pasien
dan
√
keluarga
melakukan aktivitas fisik atau jarang berolahraga. olahraga teratur? B. Lingkungan Sehat
1
Jamban
Di
rumah
terdapat
Apakah dirumah tersedia
jamban yang bergabung
jamban dan seluruh keluarga
dengan kamar mandi dan
menggunakannya?
seluruh anggota keluarga
√
menggunakannya. 2
Air bersih dan bebas jentik
Di rumah menggunakan
Apakah dirumah tersedia air
sumber air berasal dari air
bersih dengan tempat/tendon
PDAM
air tidak ada jentik ?
Di kamar mandi terdapat 1 drum penampung air menampung air PDAM.
√
Ditempat tersebut tidak terdapat jentik
– jentik
nyamuk.. Menurut pasien bak
penampungan
air
rutin di bersihkan setiap minggu
terutama jika
mandi .
17
3
Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia
Tidak tersedianya tempat
tempat sampah? Dan di
sampah
khusus
lingkungan sekitar rumah
dilingkunan
sekitar,
tidak ada sampah berserakan?
namun terdapat karung karung
yang
√
tersedia
untuk mempung sampah terdapat sedikit sampah yang berserakan depan rumah pasien. 4
SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL
Bagian belakang rumah
disekitar rumah?
tempat untuk cucian dan membersihkan berbatasan
diri
√
langsung
dengan
selokan
selokan
yang
kecil
ada
di
depan rumah pasien. 5
Ventilasi
Apakah ada pertukaran udara
Ukuran ventilasi kurang.
didalam rumah?
Rumah pasien hanya
√
memiliki 1 jendela dan jarang di buka. Pertukaran udara hanya melalui pintu yang terbuka. 6
Kepadatan
Apakah ada kesesuaian
Pengukuran kepadatan
rumah dengan jumlah
dimana 1 orang penghuni
anggota keluarga?
membutuhkan 2x2x2
√
meter.
18
7
Lantai
Apakah lantai bukan dari
Seluruh lantai rumah
tanah?
terbuat dari semen
√
C. Indikator tambahan
1
ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6
Pasien mendapatkan ASI
bulan hanya mendapat ASI
eksklusif hingga usia 6
saja sejak lahir sampai 6
bulan
√
bulan 2
Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu
Semua anggota keluarga
terakhir anggota keluarga
mengkonsumsi sayur dan
mengkonsumsi buah dan
buah setidaknya dalam
sayur?
setiap minggu
Jumlah
√
8
10
Klasifikasi :
SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 1 -5 pertanyaan (merah)
SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 6 -10 pertanyaan (Kuning) SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 11 -15 pertanyaan (Hijau) SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban ”Ya” antara 16-18 pertanyaan (Biru) Kesimpulan :
Dari 18 indikator yang ada ,
yang dapat dijawab ”Ya” ada 8 pertanyaan yang
berarti identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam klasifikasi SEHAT II.
19
3.6. Resume Faktor Risiko Keluarga Faktor Resiko
Bentuk rumah merupakan rumah permanen dengan dinding beton pada seluruh dinding, rumah saling berdempetan dengan yang lain. la in. Berlantai semen s emen dan karpet. Langit-langit rumah dibatasi oleh plapon pada
seluruh
ruangan.
Pencahayaan
matahari
kedalam rumah sangat kurang, hanya terdapat 1 jendela pada ruang tamu dan jarang dibuka. Ukuran 1 kamar tidur berukuran 3x3 m 2, tidak terdapat jendela, dan barang-barang kurang tertata rapi. Penempatan barang kurang beraturan. Lantai kamar mandi dan WC terbuat dari semen. Bentuk jamban
Fisik
jongkok dan terdapat bak penampung air yang merupakan drum plastik yang berukuran besar. Tempat mencuci piring di dalam WC/kamar mandi. Memasak dilakukan didapur yang bersampingan dengan kamar mandi, alat memasak dan alat makan diletakkan di atas meja dapur, dan terdapat tumpukan pakaian kotor dan sampah bahan makanan di dalam dapur.
Di sekitar rumah merupakan lingkungan perumahan dengan menggunakan air PDAM sebagai sumber air mandi dan memasak.
Pasien menderita penyakit TB Paru dan limfadenitis TB.
Biologi
Pasien memiliki status gizi cukup.
Pasien tidak merokok, obat-obatan terlarang atau minum alcohol.
Riwayat penyakit TB pada ayah pasien dan telah dinyatakan sembuh.
20
Pasien saat ini hanya mengeluhkan kencing yang berwarna merah dan terkadang mual.
Kehidupan sosial dengan sekitar tetangga cukup baik.
Psiko-sosioekonomi
Pasien
dan
keluarga
memiliki
kartu
jaminan
kesehatan berupa KIS.
Pasien bersekolah di SD 001 Palaran.
Hubungan sosial dengan teman-teman sekolah baik.
Penghasilan yang didapatkan orang tua pasien dari bekerja cukup untuk keperluan sehari-hari.
Higiene pribadi kurang.
Pasien meminum obat TB secara rutin.
Pasien memiliki status gizi baik, makan 3 kali sehari menu nasi, lauk , dan sayur.
Perilaku
Kesehatan
Pasien berobat jika ada keluhan ke Puskesmas dan kontrol mengambil obat ke puskesmas kalau obat TB habis
Pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat cukup
baik,
namun
masih
kurang
dalam
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup
Aktifitas fisik pasien cukup.
Pasien lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bermain dengan teman-temannya
Lingkungan Kerja
Tidak ada risiko kecelakaan kerja
3.7. Diagnosa Keluarga (Resume Masalah Kesehatan) Status Kesehatan Kesehatan dan Faktor Risiko (Individu, Keluarga dan Komunitas)
Status fungsi keluarga sehat
Kategori PHBS masuk dalam sehat II
Pasien selalu meminum obat TB secara teratur serta kontrol rutin ke puskesmas setiap satu bulan ketika obat TB habis.
21
Pasien memiliki status gizi baik.
Pasien tidak memiliki tempat khusus untuk membuang dahak
Riwayat penyakit TB pada ayah pasien dan telah dinyatakan sembuh.
Status imunisasi pasien dan kakak pasien tidak lengkap, scar BCG ( -)
Selama pengobatan pasien masih tetap sekolah.
Keluarga dan tetangga mengetahui bahwa pasien menderita TB.
Status Upaya Kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)
Pasien memiliki jaminan kesehatan berupa KIS.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan di Puskesmas.
Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat dan memeriksakan kesehatan diri.
Status lingkungan
Rumah tempat tinggal tidak sehat dan tidak memadai untung menampung anggota keluarga.
Ventilasi kurang dan tidak memadai serta pencahayaan pencahayaan matahari kurang.
Kondisi rumah tampak tidak rapi dan relatif kurang bersih, tata letak barang di dalam rumah tidak rapi.
Sumber air minum berasal dari air PDAM yang di masak. Mencuci dan ma ndi berasal dari air PDAM.
SPAL melalui saluran air ke selokan kecil di belakang rumah.
Di sekeliling rumah terdapat pohon kelapa serta tumpukan sampah.
D i agnosis gnosis K eluar luar ga: Sebuah keluarga An. M A J terdiri dari tiga orang anggota keluarga inti. An. M A J merupakan pasien rawat jalan Puskesmas Palaran yang didiagnosis TB paru dan Limfadenitis TB. Keluarga ini memiliki fungsi keluarga sehat dengan kesadaran PHBS yang kurang baik.
22
3.8. Rencana Penatalaksanaan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan No.
Masalah kesehatan
1.
Individu
Pengobatan/Tindakan Pengobatan/Tindakan
Diagnosis
kerja
pada
pasien
ini
adalah
Limfadenitis TB
Memotivasi pasien agar tetap rutin teratur mengkonsumsi obat TB paru, mengatur pola makan, rutin berolahraga, dan menjaga higiene diri dan lingkungan.
Merujuk
pasien
untuk
rutin
melakukan
pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk mengetahui dan memantau efek samping obat TB.
Memotivasi mengenai kesehatan jiwa agar terhindar dari depresi dan ansietas akibat konsumsi obat yang banyak serta memberi kesempatan untuk konsultasi akan masalah masalah
yang
dihadapi
selama
–
masa
pengobatan Limfadenitis TB.
Memotivasi
untuk
segera
berobat
ke
puskesmas/ fasilits kesehatan ada keluhan kesehatan lainnya.
Edukasi pasien untuk selalu menggunakan masker saat bersekolah ataupun dirumah untuk mencegah penularan.
2
Keluarga
Edukasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Anggota keluarga juga dianjurkan untuk meningkatkan gizi dan menjaga daya tahan tubuh terutama terhadap kuman TB.
Edukasi
keluarga
untuk
tetap
memberi
23
semangat kepada pasien agar tetap rutin berobat untuk Limfadenitis TB dan menjadi PMO dan memperhatikan keseharian pasien untuk
menjaga
kebersihan
diri
dan
kesehatannya, serta mengingatkan untuk rutin kontrol kesehatan ke puskesmas. Menganjurkan untuk pemeriksaan kesehatan
rutin guna mengetahui status kesehatan yang dialami
untuk
menghindari
dampak
dari
penularan penyakit Limfadenitis TB yang diderita
pasien,
dan
komplikasi
penyakit
Limfadenitis TB.
3.9. Perawatan Masalah Kesehatan Keluarga Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)
Masalah Kesehatan
Individu
TB
Keluarga
Memotivasi
pentingnya
rutin
perilaku
Edukasi mengenai penularan
hidup
penyakit TB.
mengkonsumsi
bersih dan sehat
obat TB, mengatur
dengan
pola makan, rutin
kebersihan rumah
pemeriksaan
berolahraga,
dan
kesehatan
menjaga
dan
higiene
diri
dan
lingkungan.
Edukasi mengenai
pasien agar tetap teratur
Komunitas
menjaga
rutin
akan
untuk
sekitarnya.
mendeteksi
Edukasi
keluarga
mencegah
tetap
terjadinya
serta
memberi semangat
penyakit
kepada pasien agar
komplikasinya.
melakukan
tetap rutin berobat
pemeriksaan darah
untuk
lengkap,
menjadi PMO dan
fungsi
Edukasi pentingnya
lingkungan
untuk
Menganjurkan untuk
TB
dan
beserta
Edukasi mengenai pentingnya higiene
24
hati, fungsi ginjal
memperhatikan
perorangan
untuk mengetahui
keseharian pasien
sanitasi
Anjuran
bagi
lingkungan, serta
samping obat TB.
anggota
keluarga
pola hidup bersih
Memotivasi
untuk
mengenai
meningkatkan gizi
dan memantau efek
kesehatan
jiwa
dan menjaga daya
agar terhindar dari depresi ansietas
dan akibat
konsumsi
obat
dan sehat.
tahan tubuh.
Anjuran
bagi
keluarga
untuk
melakukan
yang banyak serta
pemeriksaan
memberi
kesehatan.
kesempatan untuk konsultasi
akan
masalah – masalah yang
dihadapi
selama
masa
pengobatan TB.
Memotivasi untuk segera berobat ke puskesmas/ fasilits kesehatan
ada
keluhan kesehatan lainnya.
Edukasi
pasien
untuk
selalu
menggunakan masker
saat
bersekolah ataupun dirumah
untuk
mencegah
25
dan
penularan.
Edukasi
pasien
untuk selalu buang dahak tempatnya
pada untuk
mencegah penularan
26
3.10. Mandala of Health GAYA HIDUP
PERILAKU KESEHATAN
Higiene pribadi kurang. Pasien meminum obat TB secara rutin nanum minum obat diabetes tidak teratur. Pasien memiliki status gizi cukup Pasien rutin kontrol mengambil obat ke puskesmas kalau obat TB habis. Pasien tidak memiliki tempat khusus untuk membuang dahak Pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat cukup baik, namun masih kurang dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
FAMILY
Pasien jarang berolahraga. Sering bermain dengan teman sekolah, tetangga, lingkungan sekitar. Selama pasien sakit tinggal dirumah bersama keluarga dan masih tetap sekolah seperti biasa. Pasien lebih banyak menghabiskan waktunya ditempat dirumah. Pasien tidak menggunakan masker dalam kesehariannya dan buang dahak di sembarang tempat
LINGK. PSIKO-SOSIO-EKON PSIKO-SOSIO-EKONOMI OMI
Pasien tinggal kedua orang tua dan kakak kandungnya. Kehidupan sosial dengan sekitar cukup baik. Pasien dan keluarga memiliki kartu jaminan kesehatan. Penghasilan didapatkan dari penghasilan ayah pasien selaku kepala keluarga.
PASIEN TB Paru dan Limfadenitis TB LINGKUNGAN FISIK
BIOLOGI
Pasien mengungkapkan bahwa ada kontak terhadap pasien TB, yaitu ayah pasien (saat pasien berumur 5 tahun, namun sekarang telah dinyatakan sembuh). Pasien memiliki status gizi cukup
Benjolan pada leher selama ± 8 bulan Keluhan disertai batuk berdahak hilang timbul, demam fan penurunan berat berat badan. Telah didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi obat TB berupa mual dan kencing berwarna merah. Status gizi cukup Evaluasi lab pengobatan : keluhan mulai berkurang, nafsu makan dan berat badan meningkat.
KOMUNITAS
PELAYANAN KESEHATAN
Jarak rumah-pusat pelayanan kesehatan: ± 1 menit, ditempuh dengan kendaraan roda 2
Bentuk rumah merupakan rumah permanen dengan dinding beton pada seluruh dinding, rumah saling berdempetan dengan yang lain. Berlantai semen dan karpet. Langit-langit rumah dibatasi oleh plapon pada seluruh ruangan. Pencahayaan matahari kedalam rumah sangat kurang, hanya terdapat 1 jendela pada ruang tamu dan jarang dibuka. Ukuran 1 kamar tidur berukuran 3x3 m 2, tidak terdapat jendela, dan barang barang kurang tertata rapi. Penempatan barang kurang beraturan. Lantai kamar mandi dan WC terbuat dari semen. Bentuk jamban jongkok dan terdapat bak penampung air yang merupakan drum plastik yang berukuran besar. Tempat mencuci piring di dalam WC/kamar mandi. Memasak dilakukan didapur yang bersampingan dengan kamar mandi, alat memasak dan alat makan diletakkan di atas meja dapur, dan terdapat tumpukan pakaian kotor dan sampah bahan makanan di dalam dapur.
Tidak ada tetangga atau teman kerja yang mengalami keluhan serupa. Banyak berinteraksi dengan keluarga, tetangga dan teman sekolah. Banyak menghabiskan waktu di rumah.
27
3.11.
Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga Masalah
Skor
Upaya
Awal
Penyelesaian
Fungsi Biologis
- Pasien menderita TB paru dan
- Motivasi kepatuhan pengobatan
Limfadenitis TB
TB - Motivasi 4
untuk
pemeriksaan
rutin
kontrol
kesehatan
ke
puskesmas. - Motivasi melakukan
pasien
untuk
rutin
pemeriksaan
darah
lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk mengetahui efek samping obat TB.
3.11.
Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Dalam Keluarga Masalah
Skor
Upaya
Awal
Penyelesaian
Fungsi Biologis
- Pasien menderita TB paru dan
- Motivasi kepatuhan pengobatan
Limfadenitis TB
TB - Motivasi 4
untuk
pemeriksaan
rutin
kontrol
kesehatan
ke
puskesmas. - Motivasi melakukan
pasien
untuk
rutin
pemeriksaan
darah
lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk mengetahui efek samping obat TB. - Memotivasi mengenai kesehatan jiwa agar terhindar dari depresi dan ansietas akibat konsumsi obat yang
banyak
serta
memberi
kesempatan untuk konsultasi akan masalah – masalah masalah yang dihadapi selama masa pengobatan TB. - Memotivasi pasien agar selalu menggunakan
masker
saat
sekolah dan di lingkungan rumah - Memotivasi pasien untuk selalu buang
dahak
pada
tempatnya
untuk mencegah penularan Faktor
Perilaku
Kesehatan
Keluarga
- Kurangnya
kesadaran
akan
pemeriksaan kesehatan - Kurangnnya pengetahuan akan
- Edukasi
tentang
pentingnya
higiene
perorangan
bagaimana
cara
serta
meningkatkan
28
penyakit menular terutama yang di derita oleh pasien
higiene pribadi. 4
- Edukasi pentingnya memeriksa
- Kurangnya higiene dalam seharihari
kesehatan
untuk
mengetahui
kondisi
kesehatan
untuk
mengenali komplikasi penyakit TB - Edukasi
kembali
tentang
cara
pencegahan penularan TB, dan kontrol
ke
puskesmas
untuk
pemantauan pengobatan, minum obat
TB
secara
rutin
untuk
kesembuhan pasien, serta agar tidak terjadi komplikasi. Faktor lingkungan fisik
-
Sanitasi
Lingkungan
kurang
baik,
sekitar
pembuangan
limbah sisa rumah tangga masih
- Motivasi agar dapat menyisihkan 2
belum baik.
sedikit
pendapatnya
untuk
memperbaiki sanitasi lingkungan sekitar rumah.
Faktor ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
(-)
(-)
Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah
Skor 1 Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.
Skor 2 Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan); penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.
Skor 3 Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider.
29
Skor 4 Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.
Skor
5
Dapat
dilakukan
sepenuhnya
oleh
keluarga.
30
BAB 4 PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien An. M A J usia 9 tahun dengan keluhan benjolan pada daerah leher l eher kanan dan kiri sejak sej ak 8 bulan yang lalu, ukuran sebesar biji jagung, terasa kenyal dan tidak nyeri, setelah beberapa bulan benjolan dirasakan semakin membesar ± satu ruas jari kelingking. Keluhan disertai batuk berdahak yang hilang timbul, dahak berwarna putih kental dan tidak berbau, batuk tidak disertai batuk darah maupun sesak napas. Pasien juga mengalami demam, demam berkurang dengan minum obat, demam tidak tinggi dan hilang timbul. Nafsu makan menurun dan pasien mengalami penurunan berat badan dari 29 kg menjadi 22 kg. Tidak ada keluhan dalam BAK dan BAB pasien. Keluhan yang dirasakan jauh berkurang dari sebelumnya, hanya keluhan mengenai efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obat yang dikonsumsi. Pasien hanya mengeluhkan air kencing yang berubah menjadi sedikit kemerahan serta terkadang mual saat mengkonsumsi obat-obatan tetapi masih dapat diatasi. Saat ini pasien telah mengalami peningkatan peningkatan berat badan yaitu 26 kg. Status imunisasi pasien tidak jelas dan tidak ada bekas suntikan BCG di lengan kanan atas. Saat ini pasien tinggal di rumah sewaan yang dihuni oleh 4 orang. Riwayat TB dalam keluarga berupa ayah pasien, telah menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh. Pasien didiagnosis dengan TB paru dan Limfadenitis TB berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan yang didapat, pemeriksaan BTA SPS ditemukan bakteri -/-/-, tes mantoux menunjukkan hasil positif, rontgen thoraks menunjukkan kesan TB paru dan pemeriksaan FNAB menunjukkan Limfadenitis TB. Menurut Pedoman Nasional TB Anak, kriteria penegakan TB anak dengan menggunakan skoring TB anak. Sistem scoring tersebut dikembangkan melalui tiga tahap penelitian oleh IDAI, Kemenkes dan WHO dan disepakati se bagai salah satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak. Adapun scoring TB anak yaitu :
31
Parameter Parameter Kontak dengan penderita
0 Tidak jelas
1 Laporan keluarga, BTA negatif atau tidak tahu
Uji tuberkulin
Negatif
-
Berat badan berdasarkan KMS
-
Demam tanpa sebab jelas Batuk
2 3 Kavitas Kontak (+),BT dengan A penderita BTA tidak positif jelas Positif ≥
10mm atau ≥ 5
Skor
3
3
mm pada keadaan imunosupresan -
Bawah garis merah/riwayat BB turun/ tidak baik dalam 2 bulan berturutturut
Klinis gizi buruk (BB/U < 60%)
-
≥ 2 minggu
-
-
1
1, tidak nyeri kelenjar limfe koli, aksila, inguinal Ada Pembengkakan pembengkakan tulang/ sendi panggul Normal Infiltrat Foto rontgen pembesaran Thorak normal/ / tidak jelas kelenjar tidak jelas konsolidasi segmental/ lobar atelektasis
1
1
-
0
-
1
Total skor
11
Pada pasien dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang menunjukkan scoring TB 11. Pada pasien ditemukan adanya pembesaran kalenjer limfe daerah leher, ini merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang sering terjadi dan terbanyak pada kelenjer limfe leher. Kebanyakan kasus dapat timbul 6-9 bulan setelah infeksi awal M.Tuberkulosis awal M.Tuberkulosis,, tetapi beberapa kasus dapat timbul bertahuntahun. Lokasi pembesaran kelenjer limfe yang sering adalah di servikal anterior,
32
submandibula, supraklavikula, inguinal dan aksila. Kelenjar limfe biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit. Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, discrete, discrete, dan tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan di bawah atau di atasnya. Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik di daerah dada dan leher-bawah saling bersilangan. Uji tuberkulin biasanya menunjukkan hasil positif. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan histologis dan bakteriologis yang diperoleh melalui biopsi, yang dapat dilakukan di fasilitas rujukan dan pada pasien akan direncanakan biopsi untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologis. Pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat cukup baik, namun kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi di masa datang. Pasien juga dianjurkan untuk meningkatkan status gizi, menjaga kebersihan rumah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu pasien juga dijelaskan lama pengobatan, tata cara minum obat, mengenai kepatuhan minum obat, efek samping ringan hingga berat dari pengobatan Limfadenitis TB, serta jadwal pemeriksaan evaluasi ulang penting sekali dari keluarga dalam memotivasi dan melakukan pengawasan minum obat. Sejak tanggal 10 Maret 2017, pasien telah memulai pengobatan TB Kategori 1 Tahap awal kategori anak. Pada pasien diberikan OAT kategori 1 dan diperlukan ketaatan dalam berobat agar tidak terjadi resistensi kuman TB, sehingga motivasi dan dukungan dari keluarga sangatlah penting. Pada pasien juga diberikan edukasi penyakit pasien sehingga anggota keluarga lain yang sering berinteraksi dengan pasien juga perlu
memeriksakan dahaknya, karena memiliki kemungkinan
tertular. Hingga saat ini pasien tetap meminum obat TB secara rutin. Keluhan awal yang dirasakan saat minum obat berupa mual muntah dan air seni berwarna merah. Terapi anti tuberkulosis merupakan terapi yang utama dan pembedahan konservatif dibatasi untuk kasus-kasus tertentu yang mengalami kegagalan terapi, resistensi terhadap obat antituberkulosis, nyeri dan tidak nyaman, nekrosis jaringan yang luas, alasan kosmetik, permintaan pasien, dan komplikasi. komplikasi. Tatalaksana pada pasien sudah tepat dimana pada pasien dengan limfadenitis TB
33
tergolong TB ringan sehingga pengobatan yang diberikan pada fase intensif berupa 2RHZ dan pada fase lanjutan 4HR. Pada fase intensif pasien TB anak kontrol tiap minggu, untuk melihat kepatuhan, toleransi dan kemungkinan adanya efek samping obat. Pada pasien ini menggunakan dosis kombinasi anak, saat ini berat badan pasien 26 kg sehingga pasien minum OAT sebanyak 4 tablet setiap hari. Dosis kombinasi pada tuberkulosis anak BB (kg)
2 bulan
4 bulan
RHZ (75/50/150 mg)
RH (75/50 mg)
5-9
1 tablet
1 tablet
10-14
2 tablet
2 tablet
15-19
3 tablet
3 tablet
20-32
4 tablet
4 tablet
Saat ini pasien memasuki pengobatan bulan kedua, setelah di beri OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien harus dievaluasi. Respon pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis berkurang, nafu makan meningkat, berat badan meningkat, demam menghilang dan batuk berkurang. Apabila respon pengobatan baik maka pemberian pengobatan dapat dilanjutkan sampai sa mpai dengan 6 bulan. Sedangkan bila pengobatan kurang atau tidak baik maka pengobatan kurang atau tidak baik sehingga pengobatan TB dilanjutkan ke sarana yang lebih lengkap. Pada pasien ini telah terjadi pengecilan dari benjolan di leher, nafsu makan yang meningkat dan berat badan meningkat, serta keluhan demam menghilang dan batuk berkurang. Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto toraks. Pemeriksaan tuberkulin tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk pemantauan pengobatan, karena uji tuberkulin yang positif masih akan memberikan hasil yang positif. Meskipun gambaran radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan dan dan pasien dinyatakan selesai.
34
Pasien telah melakukan kepatuhan dalam berobat untuk penyakit TB paru dan Limfadenitis TB. Pasien sudah mulai merasakan adanya perubahan kondisi dengan keluhan yang sudah banyak berkurang. Pasien dapat beraktifitas kembali seperti biasanya. Pada kasus ini pengetahuan tentang informasi kesehatan terutama dalam perilaku hidup sehat dan dukungan moril keluarga sangat perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, pendekatan kedokteran keluarga penting dalam penanganan kasus semacam ini. Hal terpenting dan utama dalam keberhasilan pengobatan TB paru dan Limfadenitis TB adalah kepatuhan akan berobat teratur untuk OAT, kontrol pemantauan terapi serta pemenuhan gizi yang sesuai. Pada pasien ini telah diterapkan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pelayanan kedokteran keluarga melalui pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Menteri Kesehatan RI. Kemenkes RI. (2016). Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Dipetik Mei 2017, dari TB Indonesia: http://www.tbindonesia.or.id PDPI. (2006). Dipetik April 25, 2017, dari Persatuan Dokter Paru Indonesia: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb WHO. (2013). Management (2013). Management of Tuberculosis and HIV Coinfection. Europe: Coinfection. Europe: WHO.
36
LAMPIRAN DOKUMENTASI
37
38
View more...
Comments