Laporan Praktikum Kimia Bahan Alam
June 6, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum Kimia Bahan Alam...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM EKSTRAKSI DAN UJI KUALITATIF GOLONGAN SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI DAUN KENIKIR (Cosmos sulphureus Cav)
OLEH : DELLA NADYA AYU APRILIA K1A015040
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LABORATORIUM KIMIA ORGANIK PURWOKERTO 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia bahan alam yang berjudul
“Ekstraksi Dan Uji Kualitatif Golongan Senyawa
Metabolit Sekunder dari Daun Kenikir (Cosmos sulphureus Cav)” dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Kimia Bahan Alam di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman. Diharapkan dengan disusunnya laporan hasil praktikum ini dapat menjadi media pembelajaran bagi mahasiswa sekaligus menjadi acuan untuk menambah informasi dalam bidang kajian ilmu kimia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi dukungan serta bantuan, baik secara moril dan materi sejak dimulai praktikum hingga tersusunnya laporan, yaitu antara lain: 1. Allah SWT atas segala nikmat, karunia serta kemudahan yang diberikan sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. 2. Kedua orang tua atas segala kasih sayang serta dukungannya. 3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia khususnya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis. 4. Rekan-rekan kimia 2015 yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Serta Ka Mela selaku asisten praktikum kimia bahan alam yang telah mendampingi dan membimbing selama praktikum. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan maupun kajian ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis dalam menambah ilmu pengetahuan. Purwokerto, Juni 2018 Della Nadya Ayu Aprilia ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1. 1.
Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2.
Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3.
Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3 2.1.
Daun Kenikir ............................................................................................ 3
2.2.
Metabolit Sekunder .................................................................................. 5
2.3.
Teknik Analisis......................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAN .............................................................. 10 3.1.
Waktu Pelaksanaan................................................................................. 10
3.2.
Alat dan Bahan ....................................................................................... 10
3.3.
Prosedur Percobaan ................................................................................ 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 14 4.1.
Data Pengamatan .................................................................................... 14
4.2.
Data Perhitungan .................................................................................... 15
4.3.
Pembahasan ............................................................................................ 16
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30 LAMPIRAN .......................................................................................................... 32
iii
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.
Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara megadiversity yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber biomolekul senyawa-senyawa organik yang tidak terbatas jumlahnya. Akan tetapi, hingga saat ini banyak potensi alam di Indonesia yang belum sepenuhnya digali dan dimanfaatkan secara maksimal. Tumbuhan khususnya, di Indonesia memiliki tingkan diversitas tinggi dengan pola penyebaran yang bervariasi tergantung ekologi daerahnya dan dalam jumlah yang banyak. Indonesia dikenal sebagai salah satu dari 7 negara yang keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Hal ini jelas merupakan suatu anugerah yang besar bagi masyarakat Indonesia apabila dimanfaatkan secara optimal (Radji, 2005). Secara harfiah bahan alam dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang bersumber dari alam (natural resources), seperti hasil budidaya pertanian, hasil perikanan darat dan laut, hasil hutan, ataupun hasil tambang atau bahan mineral. Tetapi dalam bidang-bidang ilmu terkait kimia organik, farmasi, dan ilmu pangan, bahan alam (natural products) pada umumnya mengacu pada metabolit-metabolit sekunder baik dalam bentuk sediaan kering, ekstrak, ataupun senyawa tunggal yang bersumber dari makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan (terutama hewan laut), maupun mikroorganisme. Di Indonesia, istilah ‘bahan alam’ lebih umum digunakan daripada ‘produk alam’ atau ‘produk alami’ sebagai padanan untuk natural products (Nugroho, 2017). Tumbuhan dapat menghasilkan beragam senyawa organik, sebagian besar tidak berperan secara langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada umumnya suatu organisme memiliki suatu system metabolism tertentu. Hasil metabolisme suatu organisme hidup (tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit primer dan sekunder. Senyawa metabolit primer umumnya sama untuk setiap organisme, terdiri dari molekul-molekul besar seperti polisakarida, protein, asam nukleat, dan lemak. Fungsi senyawa metabolit primer adalah sebagai sumber
1
energi untuk kelangsungan hidup organisme atau sebagai cadangan energi bagi organisme itu sendiri. Metabolit sekunder berupa molekul-molekul kecil, bersifat spesifik, artinya tidak semua organisme mengandung senyawa sejenis, mempunyai struktur yang bervariasi, setiap senyawa memiliki fungsi atau peranan yang berbeda-beda. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder berfungsi untuk mempertahankan diri atau untuk mempertahankan eksistensinya di lingkungan tempatnya berada. Dalam perkembangannya senyawa metabolit sekunder tersebut dipelajari dalam disiplin ilmu tersendiri yaitu kimia bahan alam (natural product chemistry). Metabolit sekunder merupakan biomolekul yang dapat digunakan sebagai lead compounds dalam penemuan dan pengembangan obat-obat baru (Heyne, 1987). 1.2.
Rumusan Masalah Bagaimana cara mengekstraksi dan menganalisis golongan senyawa
metabolit sekunder dari daun kenikir?
1.3.
Tujuan Mengekstraksi dan menganalisis golongan senyawa metabolit sekunder
dari daun kenikir.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Daun Kenikir Kenikir (Cosmos sulphureus Cav) berasal dari Amerika Latin, tetapi
tumbuh liar dan mudah didapati di Florida, Amerika Serikat, serta di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kenikir adalah anggota dari Asteraceae. Daun kenikir banyak dimanfaatkan sebagai lalapan dan pecel. Tanaman kenikir memiliki bunga berwarna merah, jingga, atau kuning dan sering dijumpai sebagai pengganti pagar tanaman.
Gambar 1. Tanaman Kenikir
Herbal ini berkhasiat sebagai obat lemah lambung, penguat tulang dan penambah nafsu makan. Daun kenikir mengandung 3 persen protein, 0,4 persen lemak dan karbohidrat serta kaya dengan kalsium dan vitamin A. Tanaman ini juga mengandung saponin, flavonoida polifenol dan minyak atsiri. Manfaat lain kenikir yakni mengandung zat antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Radikal bebas dipercaya memicu banyak penyakit karena faktor lingkungan, seperti kanker dan jantung. Bahan-bahan antioksida yang utama disebabkan oleh kehadiran proantosianidin sebagai dimer, melalui heksamer, kuersetin glikosida, asam klorogenik, asam neoklorogenik, dan asam kriptoklorogenik (Sarmin,2011).
3
Gambar 2. Daun Kenikir
Tanaman kenikir memiliki klasifikasi morfologi sebagai berikut: Klasifikasi tanaman kenikir dan kedudukannya dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan yaitu: Divisi
: Plantae
Sub divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Asterales
Suku
: Asteraceae
Marga
: Cosmos
Jenis
: Cosmos sulphureus Cav.
Nama lokal : Kenikir (Cronquist, 1981). Kenikir yang memiliki nama latin Cosmos sulphureus Cav biasa tumbuh di perkebunan atau di tepi sungai. Tumbuhan ini memiliki tinggi 0,6- 2,5 meter. Ciri lainnya berupa batang yang licin atau berbulu tipis, bentuk daun yang menyirip 34 atau menyirip berbagi 3-4, serta memiliki bunga berwarna kemerahan atau ungu. Kenikir merupakan herba yang tersebar di Pulau Jawa dan tumbuh pada ketinggian 10-1400 m dpl. Tumbuhan yang termasuk dalam suku Asteraceae ini
4
berasal dari Amerika Tengah, dan tersebar luas di seluruh wilayah Malaysia (Shui, dkk., 2005). Kenikir merupakan sayuran tradisional yang sering dikonsumsi mentah sebagai lalapan atau dimasak sebagai sayur. Tumbuhan ini memiliki karakter yang unik, dengan aroma yang menarik sehingga menambah cita rasa pada makanan. Kenikir juga digunakan sebagai penyedap makanan dan obat tradisional. Selain itu, beberapa penelitian gizi dan obat menunjukkan bahwa kenikir kaya akan senyawa bioaktif meliputi fenolat, flavonoid, karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin yang dapat meningkatkan nilai gizi (Abas, dkk., 2003).
2.2.
Metabolit Sekunder Metabolit sekunder merupakan senyawa metabolit yang tidak esensial
bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Metabolit sekunder adalah berbagai macam reaksi yang produknya tidak secara langsung terlibat dalam pertumbuhan normal. Dalam hal ini metabolit sekunder berbeda dengan bahan metabolit intermediet yang memang merupakan produk dari metabolisme normal. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini selalu dihasilkan tetapi pada saat dibutuhkan atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolisme sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan misalnya mengatasi dari hama dan penyakit (Saifudin, 2012) Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu. Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk mempertahankan diri dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam proses metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat 5
pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati). Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang lebih komplek dan sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran karena masih sedikit (15%) yang telah berhasil diisolasi sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi (mahal harganya). Jalur Pembentukan Metabolit Sekunder Senyawa metabolit sekunder diproduksi melalui jalur di luar biosinthesa karbohidrat dan protein. Ada tiga jalur utama untuk pembentukan metabolit sekunder, yaitu jalur Asam Malonat asetat, Asam Mevalonat asetat dan Asam Shikimat. Jalur Asam Malonat Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur asam malonat diantaranya: asam lemak (laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenic), gliserida, poliasetilen, fosfolipida, dan glikolipida. Tanaman yang menghasilkan senyawa ini antara lain: Jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, jagung, kacang tanah, zaitun, bunga matahari, kedelai, wijen, kapas, coklat, dan alpukat. Jalur Asam Mevalonat Senyawa metabolit sekunder dari jalur ini diantaranya adalah Essential oil, Squalent, Monoterpenoid, Menthol, Korosinoid, Streoid, Terpenoid, Sapogenin, Geraniol, ABA, dan GA3. Jalur Asam Sikhimat Metabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam shikimat diantaranya adalah Asam Sinamat, Fenol, Asam benzoic, Lignin, Koumarin, Tanin, Asam amino benzoic dan Quinon (Mastuti,2016). Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekumder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- tumbuhan yang digunakan obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian tentang penggunaan tumbuh- tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid dan alkaloid (Saifudin, 2012).
6
2.3.
Teknik Analisis Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen senyawa yang
diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponennya. Pada umumnya ekstraksi akan semakin baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan pelarut semakin luas. Dengan demikian, semakin halus serbuk simplisia maka akan semakin baik ekstraksinya. Selain luas bidang, ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan (Ahmad,2006). Proses pemisahan senyawa dari simplisia dilakukan dengan menggunakan pelarut tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan senyawa berdasarkan kaidah like dissolved like yang artinya suatu senyawa akan larut dalam pelarut yang sama tingkat kepolarannya. Kepolaran suatu pelarut ditentukan oleh besar konstanta dielektriknya, yaitu semakin besar nilai konstanta dielektrik suatu pelarut maka polaritasnya semakin besar (Ahmad, 2006). Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode tergantung dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan, dan senyawa yang diinginkan. Secara umum jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah : 2.3.1. Ekstraksi cara dingin Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi. a) Maserasi Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industry (Agoes, 2007). Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
7
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014). b) Perkolasi Metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014). 2.3.1. Ekstraksi cara panas Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan infusa. a) Metode Reflux Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada
8
uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif (Mukhriani, 2014). b) Metode soxhlet Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux. Ke-untungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehing-ga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiann-ya adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang di-peroleh terus-menerus berada pada titik didih (Mukhriani, 2014). c) Infus Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperature penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperature terukur 99698oC) selama waktu tertentu (Depkes RI,2000).
9
BAB III METODOLOGI PERCOBAN 3.1.
Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan percobaan kimia bahan alam untuk ekstraksi dan uji
kualitatif golongan senyawa metabolit sekunder dari daun kenikir adalah pada bulan 7-22 Mei 2018.
3.2.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pisau, blender, bejana,
gelas piala, tabung reaksi/botol vial, batang pengaduk, corong saring, kertas saring, pipet tetes, dan rotary evaporator. Bahan yang digunakan adalah serbuk sampel bagian tanaman. Pelarut yang dipakai meliputi etanol, n-heksana dan etil asetat. Bahan kimia yang dipakai aantara lain aluminium klorida 1%, ammonia encer, ammonium hidroksida pekat dan encer, asam asetat anhidrida, asam asetat glasial, asam klorida 1%, asam klorida 0,1 N, asam sulfat pekat, butanol, fenol, besi (III) klorida 0, 1%, besi (III) klorida 0,1 M, Kalium heksasianoferat (III) 0,008 M, kloroform, minyak zaitun, pereaksi Meyer dan Wagner serta pelat KLT.
3.3.
Prosedur Percobaan
a) Determinasi tanaman Detrminasi tanaman dilakukan untuk menentukan spesies tanaman yang akan dianalisis. Untuk memudahkan identifikasi sebaiknya digunakan semua bagian tanaman, diantaranya daun, batang, bunga, dan buah. (Determinasi dilakukan di Laboratorium Taksonomi Fakultas Biologi Unsoed). b) Ekstraksi sampel Sebelum dilakukan ekstraksi sampel tanaman dipotong-potong kecil, selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau di oven pada suhu 40-50oC, kemudian dihaluskan dengan blesnder sampai berbentuk serbuk (ditimbang sebelum dan sesudah dikeringkan). Serbuk tanaman selanjutnya dimaserasi
10
selama 2 x 24 jam dengan pelarut metanol dengan cara memasukkan sampel dalam bejana (gelas piala) kemudian ditambahkan pelarut metanol sampai sampel terendam. Biarkan selama 24 jam, kemudian sampel hasil maserasi disaring, dan diambil filtratnya. Residu yang tersisa direndam kembali dengan metanol selama 24 jam, kemudian disaring dan filtratnya diambil. Filtrat yang dihasilkan digabungkan kemudian dipekatkan dengan alat evaporator samapai semua pelarut menguap. Selanjutnya ekstrak ditimbang (dihitung rendemennya dari sampel kering). c) Analisis kualitatif Analisis KLT Sebanyak 100 mg ekstrak methanol pekat dilarutkan dalam 2-3 mL methanol. Pelat KLT disiapkan dengan ukuran 1 cm x 5 cm sebanyak 3 buah/ diberi tanda batas dengan garis (menggunakan pensil) 0,5 cm dari ujung atas dan bawah pelat KLT. Sampel ditotolkan pada batas bawah pelat dengan pipet kapiler (diameter totolan ± 2 mm). selanjutnya salah satu pelat KLT dielusi dalam bejana kecil yang telah diisi dengan eluen n-heksana:etilasetat (9: 1). Diamati noda yang tampak, baik secara visual maupun dengan lampu UV. Dilakukan hal yang sama pada dua pelat lainnya yang telah ditotolkan sampel dengan system eluen yang berbeda yaitu n-heksana:etilasetat (1: 1) dan etilasetat. Analisis golongan senyawa metabolit sekunder -
Tanin Serbuk sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring.Filtrat sebanyak 0,5 mL ditambahkan ferriklorida 0,1% dan diamati perubahan warna yang terjadi.
-
Saponin Serbuk sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan dengan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat diambil dan ditambahkan 5 mL akuades, dikocok kuat hingga terbentuk busa. Busa
11
yang terbentuk ditambahkan 3 tetes minyak zaitun dan dikocok kembali. Emulsi yang terbentuk diamati. -
Flavonoid 1 Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambah 5 mL ammonia encer dan 5 mL asam sulfat pekat, dan diamati.
-
Flavonoid 2 Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah dengan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambahkan 5 tetes aluminium klorida 1% dan diamati.
-
Flavonoid 3 Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan dengan etil asetat 10 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambahkan dengan 1 mL ammonia encer dan diamati perubahannya.
-
Steroid Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah dengan 20 mL etanol yang mengandung 2 mL asam sulfat, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat dan diamati perubahannya.
-
Terpenoid Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah 10 mL etanol, dididihkan dan disaring. Filtrat diambil dan ditambahkan kloroform dan asam sulfat pekat dan diamati perubahannya.
-
Kardiak glikosida Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah 10 mL metanol, dididihkan dan disaring. Sampel kemudian ditambahkan asam asetat glasial yag mengandung 1 tetes FeCl3 1% dan asam sulfat pekat dan diamati perubahannya.
-
Alkaloid Sampel sebanyak 3 gram ditambah 10 mL larutan 0,05 N amonia-kloroform, dikocok selama satu menit, disaring ke dalam tabung reaksi. Filtrat ditambahkan 5 mL H2SO4, dikocok dengan teratur, didiamkan hingga
12
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fasa air) dipisahkan dan diuji dengan pereaksi Meyer.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Data Pengamatan 1. Ekstraksi Daun Kenikir Perlakuan
Pengamatan
- Daun kenikir dipotong kecil-kecil
-
Berwarna hijau tua
- Dikeringkan
-
Berwarna hijau kecoklatan
dengan
diangin-
anginkan - Diblender sampai berbentuk serbuk - Dimaserasi selama 24 jam dengan pelarut metanol - Disaring dan diambil filtratnya - Residu dimaserasi kembali dengan metanol selama 24 jam - Disaring dan diambil filtratnya - Filtrat digabungkan - Dipekatkan
dengan
- Filtrat berwarna hijau pekat alat
rotary
- m ekstrak = 17,3952 g
evaporator
2. Analisis Golongan Senyawa Metabolit Sekunder Senyawa
Hasil
Tanin
Pengamatan (warna, endapan) Sebelum
Sesudah
+
Kuning
Hijau pekat
Saponin
-
Kuning
Kuning
Flavonoid 1
+
Kuning
Kuning kehijauan
Flavonoid 2
+
Kuning
Flavonoid 3
+
Kuning
Coklat
Steroid
+
Hijau
Hijau pekat
Terpenoid
+
Hijau
Hitam
14
Kuning kecoklatan
Kardiak Glikosida
-
Hijau
Alkaloid
+
Hijau
Coklat pekat Mayer : endapan coklat Wagner : endapan merah
4.2.
Data Perhitungan
a) Rendemen
b) Nilai Rf Rf etil asetat : n- heksana (1:1) =
Rf1 etil asetat : n- heksana (1:9) = Rf2 etil asetat : n- heksana (1:9) = Rf3 etil asetat : n- heksana (1:9) =
Rf1 etil asetat = Rf2 etil asetat = Rf3 etil asetat = Rf4 etil asetat = Rf1 etil asetat =
15
4.3.
Pembahasan Indonesia memiliki keragaman hayati yang melimpah. Salah satunya
adalah tanaman kenikir yang biasanya digunakan sebagai bahan lalapan bagi masyarakat Indonesia. Namun ternyata, daun kenikir juga memiliki kandungan metabolit sekunder. Metabolit sekunder terdiri dari berbagai jenis diantaranya flavonoid, alkaloid, saponin, dan sebagainya. Senyawa metabolit sekunder memiliki manfaat bagi manusia. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan ekstraksi dari daun kenikir dan uji kualitatif metabolit sekunder, sehingga dari jenis metabolitnya dapat diketahui manfaatnya. 1. Determinasi Tanaman Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benarbenar tanaman
yang
diinginkan.
Dengan
demikian
kesalahan
dalam
pengumpulan bahan yang akanditeliti dapat dihindari.Dalam praktikum ini dilakukan determinassi terhadap daun dari tanaman kenikir. Hasil determinasi menunjukkan data sebagai berikut: Familia
: Asteraceae
Genus
: Cosmos
Species
: Cosmos sulphureus Cav.
Nama Lokal
: Kenikir
Berdasarkan hasil determinasi di atas dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies Cosmos sulphureus Cav. (kenikir).
2. Ekstraksi Sampel Ekstraksi sampel bertujuan untuk mengambil senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang digunakan yaitu tanaman kenikir. Pertamatama sampel daun kenikir dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan
16
cara diangin-anginkan. Daun yang dipotong kecil-kecil bertujuan untuk mempercepat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung, hal ini bertujuan untuk menjaga kandungan senyawa dari daun kenikir. Proses pengeringan daun kenikir dapat dilihat pada gambar 3. Selanjutnya, daun yang telah kering dihaluskan dengan blender sampai berbentuk serbuk dan selanjutnya ditimbang hingga diperoleh serbuk kering. Penghalusan dengan blender bertujuan untuk memberbesar luas permukaan sehingga ekstraksi senyawa aktif dari daun kenikir dapat berjalan optimal.
Gambar 3. Daun Kenikir yang Dikeringkan
Serbuk tanaman yang diperoleh kemudian dimaserasi selama 2x24 jam dengan pelarut metanol sebanyak 1000 mL sampai sampel terendam. Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan untuk sampel yang tidak tahan panas dengan cara perendaman di dalam pelarut tertentu selama waktu tertentu. Proses maserasi daun kenikir dengan menggunakan pelarut methanol dapat dilihat pada gambar 4. Keuntungan dari penggunaan metode maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, tetapi metode maserasi memiliki kerugian yaitu pengerjaannya membutuhkan waktu lama, membutuhkan cairan penyari yang banyak dan penyarian zat aktif kurang sempurna, karena dimungkinkan terjadinya penjenuhan konsentrasi senyawa kimia dalam pelarut (Shidiq, 2011).
17
Gambar 4. Proses Maserasi Daun Kenikir
Digunakan pelarut berupa methanol dimana secara umum, pelarut methanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organic bahan alam karena dapat melarutkan sebagian besar golongan senyawa (Redha, 2013). Setelah proses maserasi dilakukan evaporasi pada ekstrak methanol daun kenikir agar ekstrak lebih pekat dengan menggunakan rotary evaporator. Hasil evaporasi ektrak daun kenikir dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hasil Evaporasi
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan
ekstraksi,
penguapan
pelarut
yang
efisien
dan
lembut.Komponen utamanya adalah pipa vakum, pengontrol, labu
18
evaporasi, kondensator dan labu penampung hasil kodensasi (Rahayu, 2009). Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Rachman, 2009). Hasil pemekatan adalah berupa ekstrak metanol pekat dari daun kenikir .Ekstrak tersebut kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya. Berdasarkan perhitungan, rendemen dari proses ekstraksi sampel daun kenikir adalah sebesar 1,73952%.
3. Analisis Kualitatif a. Analisi Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis atau KLT merupakan salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu unit kromatografi analitik.KLT sering digunakan untuk identifikasi awal.beberapa keuntungan menggunakan KLT adalah sederhana dan murah. Prinsip KLT adalah adsorbs dan partisi dimana adsorbs adalah penyerapan pada permukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan (Soebagio, 2002). Dalam percobaan ini analisis KLT bertujuan untuk mengetahui kemurnian
dari
ekstrak
daun
kenikir
hasil
percobaan
sebelumnya.Sebanyak 100 mg ekstrak metanol pekat dilarutkan dalam 2-3 mL metanol.Selanjutnya, sampel ditotolkan pada plat KLT dengan ukuran 1cm x 5 cm yang telah diberi tanda batas berupa garis dengan
19
pensil dengan jarak 0,5cm dari ujung atas dan bawah plat KLT.Ukuran totolan ±2mm. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pelebaran pada saat elusi berlangsung sehingga analisis berjalan baik.Hasil analisis KLT ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil Pemisahan dengan KLT
Berdasarkan gambar 6 diatas, ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT di elusi menggunakan tiga eluen. Eluen yang pertama yaitu nheksana : etil asetat (1:1) menghasilkan 3 buah noda yang masingmasing bernilai 0,2; 0,4; dan 0,6. Eluen n-heksana : etil asetat (9:1) memberikan satu noda yang Rfnya bernilai 0,975. Eluen etil asetat, dengan masing-masing nilai Rf sebesar 0,225 ; 0,375 ; dan 0,525 ; 0,725 ; 0,925. Berdasarkan pustaka pemisahan yang cukup baik berkisar antara 0,2-0,8.
b. Analisis Golongan Senyawa Metabolit Sekunder 1)
Tanin Untuk mengetahui kandungan tanin pada sampel daun
kenikir, langkah pertama dilakukan penimbangan serbuk sampel sebanyak 0,5 gram dan ditambahkan air sebanyak 20 mL pada gelas kimia. Sampel selanjutnya dididihkan dan disaring.Filtrat yang dihasilkan berwarna kuning.Sebanyak 0,5 mL filtrat ditambah dengan fenilklorida 0,1% dan diamati perubahan warna yang
20
terjadi. Hasil pengamatan menunjukkan hasil yang positif, sebab ekstrak sampel berubah warna menjadi hijau seperti pada gambar 7.Hal ini sesuai dengan referensi. Menurut Mukhlis (2010), ekstrak yang mengandung tannin akan menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru tua.
Gambar 7. Hasil Uji Tanin
Berikut kerangka dasar dari struktur tannin;
Gambar 7.Struktur senyawa tanin
Menurut Markham (1982), flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air. Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon flavonoid. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan
21
serbuk Mg dan HCl pekat. Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri kuat (Harborne,1984).
2)
Steroid Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk
dari sistem cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988). Uji fitokimia steroid pada sampel kenikir dilakukan dengan menimbang 2 gram sampel dan ditambah 20 mL etanol yang mengandung 2 mL asam sulfat, dididihkan dan disaring.Filtrat yang diperoleh ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat dan diamati perubahannya.Berdasarkan hasil percobaan yang ditunjukkan pada Gambar, terjadi perubahan pada filtrat sampel yang dianalisis, warna sampel menjadi hijau pekat dibandingkan dengan ekstrak sebelum ditambahkan pereaksi. Hal ini menunjukkan bahwa sampel kenikir mengandung steroid. Struktur senyawa steroid ditunjukkan pada gambar 8a.
(a)
22
(b) Gambar 8. Hasil Uji Steroid (a) dan struktur Steroid (b)
Berikut reaksi dari uji fitokimia senyawa steroid;
3)
Terpenoid Uji kandungan terpenoid dilakukan dengan menimbang
sampel sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah 10 mL etanol, dididihkan dan disaring. Filtrat diambil dan ditambahkan kloroform sebanyak 3mL dan asam sulfat pekat sebanyak 3 mL lalu diamati perubahannya.Hasil percobaan menunjukkan reaksi positif, mengalami perubahan warna menjadi hitam sesuai dengan gambar 9.
23
Gambar 9. Hasil Fitokimia Terpenoid
Hal
ini
sesuai
dengan
referensi.
Harborne
(1987)
menyatakan bahwa semua terpenoid berasal dari molekul isoprena. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium
eter,
eter
atau
kloroform
dan
dapat
dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan pelarut ini.
4)
Kardiak glikosida Kandungan kardiak glikosia dapat dianalisis secara
kualitatif dengan menimbang 2 gram sampel dan dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah 10 mL metanol, dididihkan dan disaring.Sampel kemudian ditambahkan asam asetat glasial yag mengandung 1 tetes FeCl3 1% dan asam sulfat pekat dan diamati perubahannya.
24
(a)
(b)
Gambar 10. Uji fitokimia kardiak glikosida (a), struktur senyawa kardiak glikosida (b)
Berdasarkan hasil percobaan, reaksi menunjukkan tidak adanya kardiak glikosida.Menurut referensi (Indarto, 2010), uji positif adanya kardiak glikosidaadalah terbentuknya suatu lapisan cincinviolet di bawah cincin cokelat dan akannampak cincin hijau yang tipis, kardiak glikosida sendiri berada pada lapisan berwarna cokelat yang menunjukan adanya senyawa deoksi gula dan kardenolida.
5) Alkaloid Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik (Harborne, 1984). Uji kandungan alkaloid pada sampel daun kenikir dilakukan dengan menimbang 3 gram sampel kemudian ditambah dengan10 mL larutan 0,05 N amonia-kloroform, dikocok selama satu
menit,
dan
disaring ke
dalam
tabung reaksi.Filtrat
ditambahkan 5 mL H2SO4, dikocok dengan teratur, didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fasa air) dipisahkan dan diuji dengan pereaksi Meyer.hasil menunjukkan reaksi negatif karena tidak terjadi perubahan paa filtrat uji. Berikut reaksi dari uji meyer dan wagner; 25
Menurut Creevey (2012), pada uji pereaksi meyer dihasilkan positif (+) alkaloid, apabila terbentuk endapan putih. Dimana pereaksi meyer bersifat elektrofilik (Hg2+), mengadisi atom C no.2, dimana terlebih dahulu K2HgI4 terlarut dalam air secara reversible dengan mensorvasi asam iodide + KI + HgO, Hg2+ dan HgO membentuk kompleks dengan dua molekul kolid sebagai endapan putih. Pada pereaksi Wagner didapatkan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah.
(a)
(b)
Gambar 11. Uji fitokimia alkaloid (a), struktur senyawa alkaloid (b)
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan bersifat racun, tetapi ada
26
pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar (Sabirin, et al.,1994). 6) Saponin Pengujian saponin diawali dengan memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 gram, ditambahkan dengan akuades 20 mL, dididihkan kemudiann disaring. Filtrat diambil dan ditambahkan 5 mL akuades, dikocok kuat hingga terbentuk busa. Busa yang terbentuk ditambahkan 3 tetes minyak zaitun dan dikocok kembali. Emulsi yang terbentuk diamati. Berdasarkan hasil uji, ekstrak daun kenikir tidak mengandung saponin karena tidak terbentuk emulsi. Saponin memiliki glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus steroid dan triterpenoid sebagai gugus non polar. Senyawa yang memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif. Saponin memiliki sifat seperti sabun ketika dilarutkan ke dalam air yaitu akan membentuk misel. Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat ampifilik sehingga dapat larut dalam methanol dan pelarut organic lainnya (Pradono, 2006). Berikut hasil iji fitokimia saponin pada gambar 12.
Gambar 12. Hasil Uji Fitokimia Saponin
27
7) Flavonoid Dilakukan uji flavonoid 1, flavonoid 2, flavonoid 3. Dimana digunakan pereaksi yang berbeda. Pada uji flavonoid 1, sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambah 5 mL ammonia encer dan 5 mL asam sulfat pekat, kemudian diamati perubahan yang terjadi.. Uji flavonoid 2 dilakukan dengan menyiapkan sampel sebanyak 2 gram lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambah dengan akuades 20 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat yang didapatkan ditambahkan 5 tetes aluminium klorida 1% dan diamati perubahannya. Uji flavonoid 3 dilakukan dengan memasukan sampel sebanyak 5 gram ke dalam gelas kimia, ditambahkan dengan etil asetat 10 mL, dididihkan dan disaring. Filtrat ditambahkan dengan 1 mL ammonia encer dan diamati perubahannya.Berdasarkan hasil uji flavonoid 1, flavonoid 2, dan flavonoid 3 menunjukkan hasil yang positif dimana ekstrak memberikan perubahan warrna menjadi kuning hingga kecoklatan. Hal ini sesuai dengan referensi (Suhardinata dan Murbawani, 2015), yang mengatakan bahwa kenikir
mengandung
senyawa
flavonoid
dan
memberikan
perubahan warna pada reaksi kuning hijau hingga coklat.
Gambar 13. Hasil Uji Fitokimia Flavonoid
28
BAB V KESIMPULAN Ekstraksi dan analisis kualitatif terhadap golongan senyawa metabolit sekunder telah dilakukan terhadap daun tumbuhan kenikir (Cosmos sulphureus Cav.). Hasil ekstraksi menunjukkan rendemen yang diperoleh adalah sebesar 1,73952%. Sementara itu, hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kemangi mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder. Beberapa senyawa positif berdasarkan hasil percobaan adalah tanin, flavonoid, steroid, terpenoid, dan alkaloid. Analisis lebih lanjut terkait jenis dari masing-masing golongan perlu dilakukan untuk mengetahui
manfaat dari ekstrak daun kemangi tersebut dan
penggunaannya secara tepat.
29
DAFTAR PUSTAKA Abas, F. dkk. 2003. Antioxidative and radical scavenging properties of the constituents isolated from Cosmos caudatus Kunth. Nat. Prod. Sci. 9. 245–248. Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB, Bandung, hal. 22, 34, 38. Ahmad, F., Gusnidar dan Reski. 2006. Ekstraksi Bahan Humat dari Batubara (Subbitumminus) dengan Menggunakan 10 Jenis Pelarut. J.Solum 4: Hal 72-79 Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York. Columbia University Press. 477. Departemen Kesehatan RI. 2000. Farmakope Indonesia, edisi 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 7, 112. Djamal, R. 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat, Sumatera Barat: Pusat Penelitian Universitas Negeri Andalas, Padang. Harborne, J.B., 1984, Phitochemical Method, Chapman and Hall ltd., London. Harborne, J.B., 1987, Phitochemical Method, Chapman and Hall ltd., London. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan: Jakarta Pusat. Indarto, 2010, Uji Kualitatif dan Kuantitatif Golongan Senyawa Organikdari Kulit dan Kayu Batang Tumbuhan artocarpus dadah miq., Bandar Lampung : Jurusan Kimia Universitas Lampung. Markham, K.R., 1982,Cara Mengidentifikasi Falvanoid. Alih Bahasa : Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung. Mastuti, R. 2016. Modul 3 Fisiologi Tumbuhan Metabolit Sekunder Dan Pertahanan Tumbuhan. Malang : Universitas Brawijaya. Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktf. Jurnal Kesehatan, 7(2): 361-367. Nugroho, A. 2017. Buku Ajar Teknologi Bahan Alam, Banjarmasin. : Lambung Mangkurat University Press.
30
Rachman, D.,2009., Jenis-Jenis Ekstraksi, [online] diunduh http://www.blogpribadi.com, diakses tanggal 25 Mei 2018.
dari:
Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2 (3): 118-121. Rahayu, S.S., 2009. Proses Evaporasi, [online] diunduh dari: http://www.chem-istry.org, diakses tanggal 25 Mei 2018. Saifudin, A. 2012. Senyawa Alam Metabolit Sekunder: teori, konsep, dan teknik pemurnian. Yogyakarta : Deepublish. Sarmin. 2011. Studi Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos Caudatus Kunth) Sebagai Green Corrosion Inhibitor pada Baja Karbon dalam Larutan 0.5M H2SO4. Jakarta.: Universitas Indonesia. Shui, G., Leong, L.P., Shih, P.W. 2005. Rapid screening and characterisation of antioxidants of Cosmos Caudatus using liquid chromatography coupled with mass spectrometry. J. Chromatogr. B Anal.Tech. Biomed. Life Sci. 827, 127-138. Soebagio. 2002. Kimia Analitik. Makasar : Universitas Negeri Makasar Fakultas MIPA.
31
LAMPIRAN A. SKEMA KERJA Ekstraksi Sampel Sampel
- dipotong-potong kecil - dikeringkan dengan cara diangin-anginkan - dihaluskan dengan blender sampai berbentuk serbuk - ditimbang - dimaserasi selama 2x24 jam dengan pelarut metanol 900 mL - disaring - diambil filtratnya (filtrat 1) - direndam kembali residu yang tersisa dengan metanol selama 24 jam - disaring - diambil filtratnya (filtrat 2) - digabung filtrat 1 dan filtrat 2 - dipekatkan dengan alat rotary evaporator sampai semua pelarut menguap - ditimbang ekstrak yang diperoleh - dihitung rendemennya dari sampel kering Hasil
32
Analisis kualitatif Analisis KLT Sampel
-
Plat KLT ukuran 1 cm x 5 cm
- disiapkan - diberi tanda batas dengan garis menggunakan pensil 0,5 cm dari ujung atas dan bawah plat KLT ditotolkan pada batas bawah plat dengan pipa kapiler (diameter totolan ± 2 mm) dielusi dalam bejana kecil yang telah diisi dengan eluen n-heksana:etil asetat (9:1) diamati noda yang terbentuk baik secara visual maupun dengan lampu UV dilakukan pada dua plat lainnya yang telah ditotolkan sampel dengan sistem eluen nheksana:etil asetat (1:1) dan etil asetat
Hasil
Tanin Serbuk sampel sebanyak 0,5 gram
-
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan akuades 20 mL dididihkan dan disaring ditambahkan ferriklorida 0,1% pada filtrat sebanyak 0,5 mL - diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil
33
Saponin Serbuk sampel sebanyak 2 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan akuades 20 mL dididihkan dan disaring ditambahkan 5 mL akuades pada filtrat dikocok kuat hingga terbentuk busa ditambahkan 3 tetes minyak zaitun pada busa - dikocok - diamati emulsi yang terbentuk Hasil
Flavonoid 1 Sampel sebanyak 2 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan akuades 20 mL dididihkan dan disaring ditambahkan 5 mL ammonia encer dan 5 mL asam sulfat pekat pada filtrat - diamati
Hasil Flavonoid 2 Sampel sebanyak 2 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan akuades 20 mL dididihkan dan disaring ditambahkan 5 tetes aluminium klorida 1% pada filtrat - diamati Hasil
34
Flavonoid 3 Sampel sebanyak 5 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan etil asetat 10 mL dididihkan dan disaring ditambahkan dengan 1 mL ammonia encer pada filtrat - diamati perubahannya Hasil Steroid Sampel sebanyak 2 gram - dimasukkan ke dalam gelas kimia - ditambahkan 20 mL etanol yang mengandung 2 mL asam sulfat - dididihkan dan disaring - ditambahkan 2 mL asam asetat anhidrat pada filtrat - diamati perubahannya Hasil
Terpenoid Sampel sebanyak 2 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan 10 mL etanol dididihkan dan disaring ditambahkan kloroform dan asam sulfat pekat pada filtrat - diamati perubahannya Hasil
35
Kardiak glikosida Sampel sebanyak 2 gram -
dimasukkan ke dalam gelas kimia ditambahkan 10 mL metanol dididihkan dan disaring ditambahkan asam asetat glasial yag mengandung 1 tetes FeCl3 1% dan asam sulfat pekat pada filtrat - diamati perubahannya Hasil
Alkaloid Sampel sebanyak 3 gram - ditambah 10 mL larutan 0,05 N amoniakloroform - dikocok selama satu menit - disaring ke dalam tabung reaksi - ditambahkan 5 mL H2SO4 pada filtrat - dikocok dengan teratur - didiamkan hingga terbentuk dua lapisan - dipisahkan lapisan atas (fasa air) - diuji dengan pereaksi Meyer Hasil
36
B. JAWABAN KUIS 1. Perbedaan metabolit primer dan metabolit sekunder: Metabolit primer
Metabolit sekunder
Distribusi
Merata dalam tiap organisme
Tidak merata
Fungsi
Universal, antara lain sumber
Ekologis, antara lain penarik
energi, pertumbuhan
serangga, pertahanan.
Perbedaan kecil
Berbeda-beda
Berkaitan dengan struktur
Tidak berkaitan dengan
kimia
struktur kimia
Struktur kimia fisiologi
2. Struktur dasar dan sifat kepolaran alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, tanin, dan terpenoid: Senyawa
Struktur Dasar
Sifat Kepolaran
Alkaloid
Polar
Flavonoid
Polar
Saponin
Polar
37
Steroid
Non Polar
Tanin
Polar
3. Cara isolasi metabolit sekunder hingga menjadi senyawa murni: a) Identifikasi tumbuhan Tumbuhan yang dipilih kemudian dilakukan determinasi tanaman untuk mengetahui jenis spesies tanaman yang akan diidentifikasi. b) Preparasi sampel Preparasi sampel dilakukan dengan cara sampel tumbuhan yang digunakan dicuci hingga bersih hingga tidak ada pengotor dalam sampel. Kemudian sampel dipotong kecil-kecil dan dikeringkan di udara terbuka (suhu kamar).Sampel yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender, hingga terbentuk serbuk. c) Ekstraksi Ekstraksi dilakukan untuk mengekstrak senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam sampel pada pelarut yang sesuai. Ekstraksi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu maserasi (perendaman sampel pada suhu kamar) dan sokletasi. d) Fraksinasi
38
Fraksinansi dilakukan dengan melakukan kromatografi lapis tipis (KLT) dimana hasil fraksi maserasi di uji KLT untuk mengetahui adanya senyawa dalam sampel. e) Pemurnian Pemurnian senyawa dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi, untuk memperoleh senyawa yang lebih murni atau untuk memperoleh senyawa tunggal. f) Identifikasi Identifikasi dilakukan untuk mengetahui jenis senyawa yang dihasilkan. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara melakukan Spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui adanya gugus kromofor, Spektofotometri IR (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi, Spektrum Massa (MS) untuk mengetahui massa molekul dan fola fragmentasi, 1
H NMR untuk mengetahui jumlah atom H sedangkan
dilakukan untuk mengetahui jumlah atom karbonnya.
4. Deret kepolaran pelarut organik: Kepolaran Non-Polar
Polar
Jenis Pelarut Parafin Cair Petroleum Eter Sikloheksana Karbon Tetraklorida Benzena Toluena Kloroform Dietil Eter Etil Asetat Aseton n-propanol Etanol Asetonotril Metanol Air
39
13
C NMR
40
41
View more...
Comments