Laporan Pendahuluan Pemasangan Infus
July 29, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan Pemasangan Infus...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN INFUS Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik I Semester II Tahun Pelajaran 2021/2022 Dosen Pembimbing : Hasrah Murni
Oleh Nama
: Salsa Billah Zahra
NIM
: 204210424
Prodi
: DIII Kebidanan Bukittinggi
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG 2022
KATA PENGANTAR Terlebih dahulu marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebiasaan atau Adat Istiadat yang Berkaitan dengan Kehamilan”. Adapun tujuan makalah tersebut diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan tahun pelajaran 2020/2021. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Ikhwal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya meembangun demi kesempurnaan tugas-tugas yang akan datang. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung .
Kabupaten Lima Puluh Kota, 20 Januari 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar .............................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................2 C. Tujuan ..............................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Denisi Adat Minangkabau..................................................................4 B. Pantangan Ibu Hamil .........................................................................5 1. Definisi Pantangan .................................................................5 2. Pantangan Ibu Hamil di Minangkabau ..................................6 3. Daerah yang Menganut Pantangan Ibu Hamil .....................16 4. Dampak Budaya Terhadap Kehamilan ................................17 C. Tradisi Pada Masa Kehamilan di Minangkabau...............................20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................24 B. Saran................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok. Pada kondisi tertententu, pemberian cairan intra vena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan eksternal secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intra vena adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan oral secara adekuat, menambah asupan elektrolit untuk menjaga kesimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolisme, memenuhi kebutuhan vitamin larut air, serta menjadi media untuk pemberian obat melalui vena. Lebih khusus, terapi intra vena di berikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pasca bedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu(Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007 Hal:92-94) Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya pada vena lengan (vena safalika 3
basilea dan mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti : vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. B. Tujuan Pemasangan Infus 1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa 3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah. 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh. 5. Memonitor tekan vena central (CVP) 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan
C. Indikasi Pemasangan Infus 1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin) 3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena
4
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit 5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah 6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat). 7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus. 8. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung. 9. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
5
10. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan. 11. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
D. Kontraindikasi 1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus. 2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah). 3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
E. Vena yang Boleh Dipasang Infus Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan
6
vena medianan cubiti), pada tungkai (vena saena) atau pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit.
F. Jenis Cairan Infus 1. Cairan hipotonik Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. 2. Cairan isotonic Cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi. 3. Cairan hipertonik Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema.
G. Pembagian Cairan Berdasarkan Kelompok
7
1. Kristaloid bersifat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis. 2. Koloid ukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid.
H. Jenis Cairan Infus 1.
Asering Indikasi: Dehidrasi
(syok
hipovolemik
dan
asidosis)
pada
kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. 2.
KA-EN 1B Indikasi: a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam) b. < 24 jam pasca operasi c. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak d. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
8
3.
KA-EN 3A & 3B Indikasi: a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) c. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A d. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4.
KA-EN MG3 Indikasi : a. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas b. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam) c. Mensuplai kalium 20 mEq/L d. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
5.
AMIPAREN Indikasi: a. Stres metabolik berat b. Luka bakar c. Infeksi berat d. Kwasiokor e. Pasca operasi f. Total Parenteral Nutrition g. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
6.
KA-EN 3A Indikasi : a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak b. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik 9
7.
KA-EN 4B Indikasi: a. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun b. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia c. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
8.
OTSU NS Indikasi: a. Untuk resusitasi b. Kehilangan Na > Cl, misal diare c. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
9.
OTSU RL Indikasi: a. Resusitasi b. Suplai ion bikarbonat c. Asidosis metabolik
10. MARTOS10 Indikasi: a. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik b. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein c. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam d. Mengandung 400 kcal/L 11. AMNOVEL 600 Indikasi: a. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI b. Penderita GI yang dipuasakan c. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi) 10
d. Stres metabolik sedang e. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm) 12. PAN AMIN G Indikasi: a. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan b. Nitrisi dini pasca operasi c. Tifoid I. Ukuran Jarum Infus 1. Ukuran 16 Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar 2. Ukuran 18 Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar 3. Ukuran 20 Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya. 4. Ukuran 22 Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus. Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras.
11
5. Ukuran 24, 26 Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras.
J. Prinsip Pemasangan Infus 1. Pada anak/pediatrik a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan b.
Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi.
2. Pada lansia a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer. b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum.
K. Beberapa Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pemasangan Infus
12
1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum. 2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. 3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipassang tidak dipantau secara ketet dan benar. 4. Emboli udara : amsuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
L. Rumus Menitung Tetesan Infus Tetesan/ menit =
Jumlah cairan yang akan diberikan x Faktor tetesan Lama pemberian( jam) x 60
Faktor tetesan: 1. Makro : 20 2. Mikro : 60
M. Prosedur Pemasangan Infus a. Alat : 1.
Standart infus
2.
Set infus
3.
Cairan sesuai program medis
4.
Jarum infus untuk ukuran yang sesuai
5.
Pengalas 13
6.
Tornikuet
7.
Kapas alcohol
8.
Plester
9.
Gunting
10. Bengkok 11. Sarung tangan
b. Prosedur : 1.
Memberikan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2.
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
3.
Cuci tanagn
4.
Gunting plester sesuai kebutuhan
5.
Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infus.
6.
Letakkan cairan infus pada standart infus
7.
Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar ke dalam bengkok.
8.
Lakukan palpasi untuk mencari tempat penusukan vena.
9.
Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
10. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggamkan tangan.
14
11. Gunakan sarung tangan. 12. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol hingga bersih. 13. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas. 14. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena 15. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah
tidak
keluar.
Kemudian
bagian
infus
dihubungkan/disambungkan dengan selang infus 16. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan 17. Lakukan fiksasi dengan plester 18. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus, jenis cairan dan tetesan yang digunakan. 19. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
15
View more...
Comments