Final Laporan Capstone Design Kelompok M
July 30, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Final Laporan Capstone Design Kelompok M...
Description
PERANCANGAN SISTEM TERPADU RE-DESIGN KURSI YANG BAIK UNTUK PENGRAJIN BATIK ( STUDI KASUS : SANGGAR KRAKATOA BATIK CILEGON)
Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4. 5.
Syifa Nurcholisa Thahara Agita Muslihan Tesalonika Diniari Dinda Safiera Devita Rahma Fitriyani Mega Permatasari
(3333190021) (3333190028) (3333190046) (3333190090) (3333190101)
Dosen Pengampu: Dr. Yayan Harry Yadi, S.T., MT. (NIP.197909022005011002)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2022
DAFTAR ISI Cover Daftar Isi................................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................5 1.4 Batasan Masalah.................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................7 2.1 Ergonomi ............................................................................................................7 2.2 Postur Kerja Ergonomi.......................................................................................8 2.3 Antropometri ....................................................................................................10 2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi antropometri ..........................................10 2.5 Pengukuran Antropometri Manusia .................................................................11 2.6 Musculoskeletal Disorder (MSDs) ..................................................................13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................17 3.1 Metodologi Penelitian ......................................................................................17 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................20 3.3 Metode Pengumpulan Data ..............................................................................20 3.4 Spesifikasi Rancangan .....................................................................................20 3.4.1 Pengolahan Data......................................................................................21 3.4.1.1 Uji Keseragaman Data ................................................................21 3.4.1.2 Perhitungan Persentil ..................................................................23 3.4.1.3 Perhitungan Dimensi Kursi .........................................................23 BAB IV IMPELEMENTASI ...............................................................................25 4.1 Perencanaan dan Pembuatan Produk ...............................................................25 4.2 Hasil Implementasi...........................................................................................26 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................27 5.1 Kesimpulan ......................................................................................................27 5.2 Saran.................................................................................................................27 i
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri batik di Indonesia umumnya merupakan industri kecil menengah (UKM) yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997 industri kecil menengah ini sempat mengalami kemajuan yang pesat. Beberapa pengusaha batik sempat mengalami masa kejayaan. Apalagi pada tahun 1980-an batik merupakan pakaian resmi yang harus dipakai pada setiap acara kenegaraan ataupun acara resmi lainnya, sehingga dapat mengenalkan dan meningkatkan citra batik di dunia internasional pada waktu itu, dapat dilihat dari data pemerintah kota Pekalongan yang merupakan produsen batik terbesar di Indonesia diketahui terdapat 1.719 pengrajin batik yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Pekalongan barat, Pekalongan Timur dan Pekalongan Selatan. Dan terdapat 600 perusahaan batik dan 700 perusahaan garmen. Dan memiliki empat grosir besar yaitu Sentono (225 kios), Pasar Gamer (350 kios) dan Mega Grosir MM (180 kios)dan pasar Metono (Nurainun et al., 2008). Batik Banten adalah satu dari banyak batik yang terdapat di Banten, memiliki beragam sejarah (filosofi) yang memiliki arti cerita sejarah, di setiap motif batik memiliki istilah (bahasa) ilmiah tentang asal-usul, tempat, cara menggunakan, makna, dan jenis (tipologi), batik Banten memiliki dua belas (12) motif yang diberi hak paten oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2003 dimana hal tersebut menunjukkan keaslian (original) dari suatu karya atau warisan dari suatu bangsa dan batik Banten adalah batik pertama yang diberi hak paten oleh UNESCO (Kemenperin, 2018). Batik Banten memiliki ciri khas warna yang ceria dengan menggunakan gabungan warna muda (pastel) yang memberi kesan lembut, yang mana digunakan untuk menggambarkan karakteristik masyarakat Banten yang ekspresif serta hati yang lembut (Firdaussa et al., 2021).
Peranan manusia merupakan peranan yang sangat penting, terutama manusia sebagai sumber tenaga kerja dalam menjalankan proses produksi kegiatan yang masih bersifat manual. Kadangkala para pekerja tidak menyadari bahwa postur kerja yang sering dilakukannya bisa menyebabkan kerugian bagi pekerja ataupun perusahaan. Kerugian yang dapat diperoleh pekerja yaitu menurunnya tingkat produktivitas perusahaan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengobatan para pekerja, ketidakhadiran pekerja pun akan menurunkan kualitas kerja. Dalam pembuatan batik sendiri dapat melalui proses cap ataupun melalui proses tulis. Para pekerja batik tulis seringkali dihadapkan pada kondisi terpapar faktor resiko terjadinya gangguan pada tubuh yang diakibatkan bekerja, selain itu Disain dingklik terlalu rendah menyebabkan posisi pekerja tidak ergonomis (membungkuk) dan monoton (Sumardiyono&Rante, 2014). Dilihat dari aspek ergonomi, dalam dunia kerja ergonomi memiliki peran yang besar dan semua bidang pekerjaan memerlukan ergonomi, ergonomi yang diterapkan di dunia kerja membuat pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan, dengan adanya rasa nyaman tersebut maka akan bermanfaat pada produktivitas kerja yang diharapkan dan mampu membuatnya meningkat (Suhardi,2008). Jika pembatik duduk pada kursi, pembatik dalam waktu yang lama dan terus menerus, maka dapat menimbulkan pontensi risiko gangguan berupa kelelahan otot musculoskeletal disorder (Mia Ajeng, dkk 2021). Musculosceletal Disorders (MSDs) merupakan keluhan bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai dengan keluhan berat, yang umumnya terjadi karena peregangan otot yang terlalu berat dan durasi pembebanan yang terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sendi, ligament dan tendon (Uci Utami, dkk 2017). Kelelahan yang dialami operator, maka dapat mengakibatkan produktivitas menurun dan tidak sesuai harapan (Susihono, 2012). Pada penelitian kali ini UMKM dilakukan di Kota Cilegon. UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon ini berdiri sejak 8 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 22 febuari 2014, mempunyai 16 orang pekerja dan mempunyai 4 stasiun kerja. Stasiun kerja tersebut terdiri dari stasiun desain, stasiun cap, stasiun canting, dan stasiun pewarnaan. Dan yang paling berat pengerjaanya ada pada stasiun canting.
2
Pembagian orang dalam tiap stasiun, dibagi berdasarkan kemampuan dan kebutuhan dari stasiun tersebut. Untuk jadwal produksi UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon terdapat satu shift yang dimana perharinya 7 jam, kemudian tidak ada produksi pada hari minggu dan tanggal merah. Berdasarkan hasil observasi langsung ke UMKM Sanggar Krakatoa Batik Kota Cilegon pada tanggal 22 September 2022, pada UMKM ini proses pembuatannya masih banyak dilakukan dengan cara sederhana dan kurang memperhatikan fasilitas kerja yang dapat mendukung kenyamanan pembatik. Sebagai contoh adalah fasilitas kerja berupa kursi pembatik yang tidak memenuhi aspek ergonomi. Setelah melakukan observasi di UMKM Sanggar Batik Krakatoa Cilegon, peneliti menemukan beberapa masalah yang ada pada UMKM tersebut, yaitu pada fasilitas kerja yang terdapat pada UMKM Batik tersebut, seperti wadah untuk menaruh lilin cair yang masih berserakan, sehingga pada saat pembatik melakukan kegiatan membatik maka lilin cair yang panas itu bisa saja mengenai kaki si pembatik, apalagi pembatik tidak memakai pakaian safety. Kemudian selain permasalahan pada wadah lilin cair, terdapat beberapa masalah pada tata letak di UMKM Sanggar Batik Krakatoa tersebut, permasalahan yang ditemukan adalah seperti pada penempatan bahan dan alat – alat seperti kursi yang ditaruh bersamaan dengan tempat pekerja, yang akan mengganggu kenyamanan pada saat bekerja. Adapun masalah lain, selain dari permasalah fasilitas dan layout pada Sanggar Krakatoa Batik Cilegon ini adalah permasalahan dari supply bahan baku lilin cair yang masih sulit didapatkan dan mahal, kemudian permasalahan pada sistem management yang masih kurang baik, banyaknya permintaan, sedangkan hanya 1 orang yang mengolah bagian management tersebut. Serta masalah lainnya yaitu dalam membuat batik membutuhkan waktu yang lama dalam membuat desain karena membutuhkan ide dan keterampilan, selain itu pada cap cetakan membutuhkan waktu yang lama karena cetakan harus di buat di Jawa kurang lebih 1 sampai 2 minggu dan pengeringan pada batik masih dilakukan secara manual atau tanpa alat bantu pengering, sehingga jika hujan membutuhkan waktu yang lama untuk kering.
3
Rp2.50 Rp2.00 Rp1.50 Rp1.00 Rp0.50 Rp-
120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00%
jumlah permasalahan % kumulatif
Gambar 1. Diagram Pareto Permasalahan di UMKM
Pada stasiun desain terdapat masalah yaitu membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan ide dan keterampilan dalam membuat desain sedangkan dalam stasiun tersebut hanya ada satu pekerja saja yang mendesain. Pada stasiun cap terdapat cap tulis dan cap yang menggunakan cetakan, terdapat masalah pada cap yang menggunakan cetakan karena membutuhkan waktu yang lama dan cetakan harus di buat di Jawa. Pada stasiun canting terdapat masalah yaitu sisa lilin malam masih berserakan sehingga dapat mengakibatkan resiko kecelakan pada pekerja dan kursi yang didesain untuk mencanting tidak sesuai dengan ukuran tubuh pembatiknya kemudian dari hasil pengamatan yang dilakukan pada stasiun canting, para pekerja di stasiun tersebut merasakan sakit pada punggung dan pinggang setiap melakukan pekerjaan selama kurang lebih 45 menit sekali. Dan pada stasiun pewarnaan terdapat masalah yaitu pengeringan dilakukan secara manual atau tanpa alat bantu pengering, sehingga jika hujan membutuhkan waktu yang lama untuk kering. Setelah kami amati dan analisis bahwa stasiun canting merupakan stasiun paling berat dalam pengerjaannya. Setelah dilihat lebih lanjut hal yang paling mendasar yang menjadi masalah ialah munculnya gangguan muskuloskeletal pada pembatik yyang diakibatkan ketidaksesuaian ukuran dimensi antropometri pekerja dengan sarana kerjanya (Leggat, 2006) pada kasus ini, objek sarana kerja yang dimaksud adalah kursi
pembatik. Kursi yang digunakan hanya kursi yang banyak dijual di pasaran dengan desain yang pendek dan punggung pekerja tidak bisa bersandar, dan kursi yang ada pun merupakan kursi kayu biasa yang berbahan keras, yang membuat para pekerja
4
harus membawa bantalnya sendiri untuk menahan rasa pegal saat duduk terlalu lama, kursi inipun jika diduduki terlalu lama dapat menimbulkan potensi risiko terhadap kelelahan otot (Musculosceletal Disorder) dan menurunnya produktivitas dalam bekerja. Sehingga penulis berniat untuk menggali lebih dalam mengenai permasalahan pada fasilitas kursi pembatik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk terfokus pada permasalahan fasilitas kursi yang digunakan untuk pembatik, penelitian ini bertujuan untuk merancang kursi pengrajian batik yang lebih ergonomis sesuai ukuran dan kebutuhan pengrajin batik agar dapat memberi kenyamanan saat menggunakannya, karena penggunaan kursi pembatikan di UMKM Sanggar Krakatoa Cilegon masih sangat jauh dari kondisi ideal. Menurut studi literatur ukuran tinggi kursi pembatik yang ada rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm, lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm dan tanpa menggunakan sandaran punggung yang tinggi (Joni, 2014). Solusi untuk perlindungan terhadap kesehatan para pembatik tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan ergonomi dan kesehatan kerja dengan cara menyediakan kursi dengan ukuran sesuai dimensi tubuh pembatik agar muskuloskeletal tidak terganggu. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah usulan perbaikan pada kursi yang akan di desain? 2. Bagaimanakah desain kursi yang sesuai dengan antropometri tubuh pengrajin batik? 3. Berapakah ukuran kursi perbaikan untuk pengrajin batik, khususnya pada stasiun canting? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari perumusan masalah ini adalah : 1. Mengetahui usulan perbaikan pada kursi yang akan di desain. 2. Mengetahui desain kursi yang sesuai dengan antropometri tubuh pengrajin batik. 3. Mengetahui ukuran kursi perbaikan untuk pengrajin batik, khususnya pada stasiun canting.
5
1.4 Batasan Masalah Berikut ini merupakan batasan masalah dari penelitian ini. 1. Penelitian ini dilakukan di UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon. 2. Penelitian dilakukan pada stasiun Canting. 3. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan data antropometri.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani ergon (kerja) dan nomos (aturan), secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Ergonomi adalah ”Ilmu” atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Hutabarat, 2017). Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut (Hutabarat, 2017). Tujuan dari penerapan ergonomi, antara lain (Hutabarat, 2017): 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna 3. Meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif 4. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan
dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja (Hutabarat, 2017). 2.2 Postur Kerja Ergonomi Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cidera muscolukeletal. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman (Purwaningsih, 2007). 2.2.1 Jangkauan Gerakan Anggota Tubuh Bagian Atas 1. Korset Bahu Korset bahu memiliki jangkauan gerakan normal meliputi: elevasi, depresi, aduksi dan abduksi. Berikut ini merupakan gambar dari korset bahu
Gambar 2. Korset Bahu (Sumber: Purwaningsih, 2007).
2. Persediaan Bahu Persediaan bahu memiliki jangkauan gerakan normal meliputi: fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi dan rotasi media. Berikut ini merupakan gambar dari persediaan bahu.
Gambar 3. Persendian Bahu (Sumber: Purwaningsih, 2007).
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah dimana gerapan merentangkan dan terjadi peningkatan 8
sudut antara dua tulang. Abduction adalah tergerakan dimana pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. Dan rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. 3. Persedian Siku Persendian siku memiliki jangkauan gerakan normal meliputi: fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi. Berikut ini meurpakan gambar dari persendian siku.
Gambar 4. Persediaan Bahu (Sumber: Purwaningsih, 2007).
Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh. Dan supination adalah perputaran kearah samping menuju keluar dari anggota tubuh. 4. Persendian Pergelangan Tangan Persendian siku memiliki jangkauan gerakan normal yang meliputi: fleksi, ekstesi, adduksi, abduksi, dan sirkumduksi. Berikut ini merupakan gambar dari persendian pergerakan tangan sebagai berikut.
Gambar 5. Persendian Pergelangan Bahu (Sumber: Purwaningsih, 2007).
9
2.3 Antropometri Antropometri Anthropometri merupakan satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Anthropometri juga biasanya pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi pada manusia (Putra and Jakaria, 2020). Antopometri juga berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh termasuk berat dan volume seperti jarak jangkauan tangan ke depan, panjang popliteal, tinggi mata duduk, dan berbagai dimensi tubuh lainnya (Susanti dan Zadry, 2015). Data anthropometri digunakan untuk berbagai keperluan seperti perancangan tempat atau area kerja (workplaces), perkakas atau fasilitas kerja, agar diperoleh ukuran – ukuran yang sesuai dan menggunakannya. Dalam pengukuran di anthropometri membutuhkan suatu alat yang dapat digunakan untuk merancang atau membantu pekerjaan manusia agar lebih mudah, ringan, nyaman dalam melakukan suatu pekerjaan (Putra and Jakaria, 2020). 2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Data Anthropometri Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi data antrophometri, diantaranya (Putra and Jakaria, 2020): a. Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira – kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60 tahun. b. Jenis Kelamin Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. c. Suku Bangsa Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismianti dalam Jurnal Ilmiah yang berjudul “Perbandingan Karakteristik Antropometri Mahasiswa Suku Jawa dan Suku Batak di Indonesia”. Dari hasil penelitian perbandingan karakteristik
10
antropometri suku Jawa dan suku Batak didapatkan hasil adanya perbedaan yang signifikan. Beberapa perbedaan antara suku Jawa dan suku Batak diantaranya, laki-laki suku Jawa cenderung memiliki jari tangan yang lebih panjang daripada laki-laki suku Batak sedangkan pada perempuan, tangan maupun lengan suku Jawa lebih panjang daripada suku Batak, pada bagian paha dan perut perempuan suku Batak memiliki ketebalan yang lebih besar serta adanya karaketiristik antropometri bentuk kaki yang berbeda antara suku Jawa dan suku Batak. d. Pekerjaan Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia. Dalam perjalanan teori ergonomi pekerjaan yang dilakukan secara terusmenerus dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. 2.5
Pengukuran Antropometri Manusia Pengukuran Antropometri manusia terdiri dari pengukuran dimensi statis dan
dinamis sebagai berikut (Purnomo dan Hari, 2013): 2.5.1 Pengukuran Dimensi Statis Pengukuran dimensi tubuh statis mencakup pengukuran seluruh bagian tubuh dalam posisi standar dan diam baik dalam posisi berdiri maupun posisi duduk. Penggunaan data dimensi tubuh statis antara lain dalam proses perancangan peralatan, perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja industri, perancangan tempat duduk, perancangan peralatan rumah tangga dan lain sebagainya (Purnomo dan Hari, 2013). Proses perancangan produk peralatan terutama untuk kebutuhan ekspor, harus dipertimbangkan perbedaan proporsi tubuh diantara kelompok bangsa atau negara. Perancangan produk untuk kebutuhan ekspor, data antropometri suatu bangsa yang akan dituju harus diketahui lebih mendalam. Sebagai contoh terdapat perbedaan tinggi badan antara laki-laki Amerika dengan lelaki Jepang sekitar 100 mm dalam posisi berdiri (Purnomo dan Hari, 2013). Berbagai dimensi tubuh manusia yang sering digunakan dalam berbagai proses perancangan antara lain (Purnomo dan Hari, 2013): a. Tinggi badan (Tb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai kepala bagian
11
atas secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak. b. Tinggi mata berdiri (Tmb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai mata subjek secara vertikal dalam posisi berdiri dengan kepala tegak. c. Tinggi bahu berdiri (Tbb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai dengan bahu subjek secara vertikal dalam posisi berdiri. Titik pengukuran bahu pada acromion yaitu tulang bahu bagian atas, dimana tulang acromion dapat perpindah tempat mengikuti gerakan rotasi ke atas dan ke bawah. d. Tinggi siku berdiri (Tsb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai bagian bawah siku secara vertikal dalam posisi berdiri. Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum permukaan meja kerja untuk posisi berdiri. e. Tinggi pinggul (Tp). Dimensi ini diukur dari lantai sampai pinggul secara vertikal dalam posisi berdiri. f. Tinggi buku jari berdiri (Tbjb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai metakarpal secara vertikal dalam posisi berdiri. Titik pengukuran buku jari yaitu buku jari dari jari tengah. g. Tinggi ujung jari berdiri (Tujb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri. Titik pengukuran ujung jari yaitu pada dactylion (ujung jari bagian tengah). h. Tinggi duduk (Td). Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai kepala bagian atas secara vertikal dalam posisi duduk tegak. i. Tinggi mata duduk (Tmd). Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai mata secara vertikal dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian monitor atau display yang dioperasikan dengan duduk. j. Tinggi siku duduk (Tsd). Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai bagian bawah siku secara vertikal dalam posisi duduk. k. Tinggi bahu duduk (Tbd). Dimensi ini diukur dari permukaan tempat duduk sampai bahu bagian atas. l. Tinggi popliteal (Tpo). Dimensi ini diukur dari lantai sampai popliteal (lutut bagian belakang) secara vertikal dalam posisi duduk. Dimensi ini biasa digunakan untuk menentukan ketinggian maksimum permukaan tempat duduk.
12
m. Tinggi lutut (Tl). Dimensi ini diukur dari lantai sampai lutut bagian atas secara vertikal dalam posisi duduk. n. Panjang paha (Pp). Dimensi ini diukur dari lutut bagian luar sampai pantat secara horisontal dalam posisi duduk. o. Panjang popliteal-pantat (Ppp). Dimensi ini diukur dari lutut bagian dalam sampai pantat secara horisontal dalam posisi duduk. p. Lebar bahu (Lb). Pengukuran lebar bahu terdiri dari dua jenis pengukuran yaitu pengukuran deltoid dan akromial. q. Lebar pinggul (Lp). Dimensi ini diukur secara horisontal dari pinggul sisi kanan dan kiri dalam posisi duduk. r. Jangkauan vertikal duduk (Jvd). Dimensi ini diukur dari alas duduk sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi duduk. s. Jangkauan vertikal berdiri (Jvb). Dimensi ini diukur dari lantai sampai ujung jari secara vertikal dalam posisi berdiri.
Gambar 6. Dimensi Tubuh Posisi Berdiri dan Duduk (Sumber: Purnomo dan Hari, 2013)
t. Jangkauan horisontal duduk (Jhd) dan Jangkauan horisontal berdiri (Jhb). Dimensi ini diukur dari tulang akromial sampai ujung jari secara horisontal dalam posisi duduk maupun dalam posisi berdiri. Dimensi ini digunakan untuk merancang jarak fasilitas atau alat agar mudah dijangkau terutama subjek dengan jangkauan terpendek pada posisi duduk maupun berdiri. 2.5.2 Pengukuran Dimensi Dinamis Dimensi dinamis atau fungsional merupakan dimensi tubuh yang diukur dalam kondisi kerja atau adanya pergerakan yang dibutuhkan dalam suatu kerja. Pengukuran antropometri dimensi dinamis atau fungsional cukup sulit karena harus mempertimbangkan gerakan tubuh. Dilakukannya pengukuran dimensi tubuh
13
secara dinamis dengan pertimbangan bahwa manusia pada dasarnya terus menerus dalam keadaan bergerak. Secara nyata tubuh manusia sebenarnya tidak pernah dalam kondisi diam atau statis. Meskipun seseorang melakukan kerja dalam kondisi diam, namun tubuh manusia pada saat tertentu akan meregang, di saat yang lain akan melakukan relaksasi. Pengukuran dimensi dinamis atau fungsional yang sering dilakukan antara lain (Purnomo dan Hari, 2013): a. Panjang badan tengkurap (Pbt). Pengukuran panjang badan tengkurap dilakukan dengan cara badan tengkurap dengan posisi tangan terlentang kedepan dengan posisi kaki lurus. b. Tinggi badan tengkurap (Tbt). Pengukuran tinggi badan tengkurap dilakukan dengan cara yang sama seperti Ptt, namun posisi kepala terangkat keatas maksimal. Tinggi badan tengkurap diukur dari lantai sampai dengan bagian atas kepala secara vertikal. c. Tinggi badan jongkok (Tbj). Pengukuran tinggi badan jongkok dilakukan pada posisi jongkok dengan badan tegak. Kaki kanan atau kiri menumpu pada lantai sedangkan kaki lainya bertumpu pada jari kaki. Tbj diukur dari lantai sampai kepala bagian atas secara vertikal. d. Panjang badan merangkak (Pbm) Pengukuran panjang badan merangkak dilakukan dengan posisi badan merangkak yang ditopang oleh kedua tungkai bawah dan kedua tangan. Pbm diukur dari kepala bagian depan sampai ujung jari kaki. e. Tinggi badan merangkak (Tbm) Tinggi badan merangkak dilakukan dengan cara yang sama seperti Pbm. Tbm diukur dari lantai sampai kepala bagian atas pada posisi merangkak. 2.6 Musculoskeletal Disorders (MSDs) Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan muskuloskletal merupakan permasalahan yang diakibatkan dengan adanya perenggangan pada otot dan rangka. Musculosceletal Disorders (MSDs) juga dapat mengakibatkan single incident dan cumulative effect trauma (Susanti dan Zadry, 2015). Musculoskeletal disorders adalah kondisi dimana bagian dari sistem otot dan tulang mengalami masalah 14
(sakit). Penyakit ini terjadi akibat bagian tubuh meregang terlalu jauh, mengalami tubrukan secara langsung, ataupun karena kegiatan lainnya yang mengakibatkan kesalahan pada sistem otot dan tulang. Musculoskeletal disorders dapat terjadi pada low back region, intervertebral discs, neck, elbow, maupun shoulder. (Suriyati dan Zuriati, 2019): a. Low-back region Penyakit yang sering terjadi pada low-back region yaitu lowback pain. Gejala low-back pain berupa sakit pinggang atau nyeri punggung. Faktor risiko di tempat kerja: 1. Beban kerja fisik yang berat, seperti terlalu sering mengangkat atau mengangkut, menarik, dan mendorong benda berat. 2. Posisi tubuh yang terlalu lama membungkuk ataupun posisi tubuh lainnya yang tidak wajar 3. Terlalu lama mengendarai kendaraan bermotor. 4. Faktor psikososial di tempat kerja, seperti pekerjaan yang monoton, bekerja di bawah tekanan, atau kurangnya dukungan sosial antar pekerja dan atasan. b. Intervertebral Discs Penyakit yang sering terjadi diantaranya: 1. Skoliosis: adalah keadaan melengkungnya tulang belakang seperti huruf ’S’, dimana intervertebral discs dan tulang vertebra retak. 2. Spondylolisthesis: terjadinya pergeseran tulang vertebra ke depan sehingga posisi antara vertebra yang satu dengan yang lain tidak sejajar. Diakibatkan oleh patah pada penghubung tulang di bagian belakang vertebra. 3. Ruptur: karena pecahnya anulus posterior akibat aktifitas fisik yang berlebihan. 4. Spinal stenosis: adalah penyempitan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan tekanan pada serabut saraf spinal. Faktor risiko: 1. Beban/tekanan: posisi saat duduk dapat menekan tulang belakang 5 kali lebih besar daripada saat berbaring. 2. Merokok
15
Terpapar dengan vibrasi/getaran pada level tinggi, yaitu 5 – 10 Hz (biasanya dihasilkan dari kendaraan). c. Neck Penyakit yang sering muncul diantaranya: 1. Tension neck: terjadi karena pemusatan tekanan leher pada otot trapezeus 2. Acute torticollis: adalah salah satu bentuk dari nyeri akut dan kaku leher 3. Acute disorder: terjadi karena hilangnya resistensi vertebra torakalis terhadap tekanan ringan 4. Choronic disorder: karena adanya penyempitan diskus vertebralis 5. Traumatic disorder: dapat disebabkan karena kecelakaan Faktor risiko di tempat kerja: 1. Sering terjadi pada pekerja VDU (Visual Display Unit), penjahit, tukang perbaikan alat elektronik, dokter gigi, pekerja di pertambangan batu bara 2. Pekerjaan entri data, mengetik, menggergaji (manufaktur), pemasangan lampu, rolling film Pekerjaan-pekerjaan di atas menyebabkan leher berada pada satu posisi yang sama dalam waktu yang lam sehingga otot leher megalami kelelahan. 3. Pekerjaan dengan gerakan berulang pada tangan. 4. Terpajan oleh vibrasi: penggunaan mesin bor atau mesin lainnya yang mengeluarkan vibrasi. 5. Pengorganisasian kerja: durasi pekrjaan yang lama (overtime), waktu istirahat (jeda) yang singkat. 6. Faktor psikologi dan sosial: stres, kurangnya kontrol terhadap organisasi kerja, kurangnya relasi antara managemen dan sesama pekerja, pekerjaan yang menuntut keakuratan dan kecepatan kerja.
d. Elbow Penyakit yang sering terjadi:
16
1. Epicondylitis: adalah kondisi yang sangat menyakitkan dimana otot yang menggerakkan tangan dan jari bertemu dengan tulang. 2. Olecranon Bursitis: merupakan perdangan yang terjadi di olecranon bursa (kantong cairan dibagian dorsal siku), karena trauma berulang kali dan infeksi. 3. Osteoarthrosis: kerusakan kartilago di siku, jarang terjadi pada orang usia 60 tahun kebawah. Faktor risiko: 1. Pekerjaan yang menggunakan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan penuh tenaga (hand-intensive tasks). 2. Penggunaan peralatan tangan atau pekerjaan manual yang berat secara intensif, misalnya di pertambangan dan konstruksi 3. Vibrasi 4. Trauma e. Shoulder Penyakit yang sering terjadi di tempat kerja: 1. Rotator cuff disorder and biceps tendinitis: dimana terjadi peradangan pada tendon dan membran sinovial 2. Shoulder joint and acromioclavicular joint osteoarthritis: adalah penurunan komponen kartilago dan tulang pada penghubung dan intevertebral discs. Faktor risiko: 1. Pekerjaan yang sering mengangkat/menaikkan tangan dengan durasi yang panjang, misalnya pada industri otomotif. 2. Menggerakkan pergelangan tangan dan jari secara berulang dan sepenuh tenaga, misalnya pada penjahit. 3. Mengangkat benda berat dan menggunakan peralatan yang berat disertai vibrasi pada lengan, misalnya pada pekerja kontruksi. 4. Melakukan gerakan flexi dan abduksi secara berulang, misalnya pada pelukis, tukang kayu, dan atlet.
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Berikut ini merupakan flowchart pada pembuatan produk Mulai
Observasi
Studi Literature
Perancangan
Pengukuran
Pengolahan
Pembuatan
Implementasi
Selesai
Gambar 10. Flowchart Penelitian
18
1. Mulai Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam penelitian dan pembuatan produk 2. Observasi Observasi dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon, jam kerja UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon, stasiun kerja yang ada di UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon, gambar atau design yang dibuat oleh UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon dan target produksi dari batiknya yang berdasarkan jumlah pesanan dan masalah yang ada pada sanggar karakatoa batik Cilegon. 3. Studi Literatur Studi Literatur yaitu referensi yang berisi pengetahuan untuk menyesalaikan permasalahan yang ada pada Sanggar Krakatoa Batik Cilegon. 4. Perancangan Pada tahap ini, masalah sudah ditemukan pada tempat penelitian, dan memulai perancangan untuk pembuatan produk sebagai solusi. 5. Pengukuran Pada tahap ini, pengukuran dilakukan pada pekerja yang ada di Sanggar Krakatoa Batik Cilegon untuk memperhitungkan produk yang akan dibuat. 6. Pengolahan Pada tahap ini dilakukan pengolahan data untuk pembuatan kursi dari hasil ukuran antropometri pekerja dengan mempertimbangan persentil yang akan dipakai. 7. Pembuatan Pada tahap ini dilakukan pembuatan produk dengan cara menggambar di software lalu membuat produk jadi. 8. Implementasi Pada tahap ini merupakan proses percobaan dari produk yang sudah jadi pada pekerja, apakah sudah sesuai atau belum pada tahap ini akan ditemukan jawabannya.
19
11. Selesai Setelah melakukan implementasi, tahap – tahap pembuatan produk sudah selesai. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi pada penelitian kali ini di UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon. Dibawah ini merupakan keterangan lengkap mengenai lokasi dan waktu penelitian: Nama Perusahaan
: UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon
Alamat Perusahaan
: Jl. Teuku Cik Ditiro, Kedaleman, Kec. Cibeber, Kota Cilegon, Banten 42422
Waktu penelitian 3.3
: 22 September 2022 – 22 November 2022
Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data pada penelitian kali ini yaitu dengan pengambilan
data primer dan data sekunder. Pada pengambilan data secara primer seperti wawancara dan observasi kepada pekerja UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon tentang apasaja yang mengganggu kenyamanan pada saat bekerja, hasil observasi ke lapangan secara langsung yaitu melalui observasi dan wawancara. Dan data sekunder yang berupa data antropometri yang diperoleh dari web data antropometri Indonesia. 3.4
Spesifikasi Rancangan Berikut ini merupakan spesifikasi rancangan yaitu kursi duduk untuk pekerja di
stasiun canting pada UMKM Sanggar Krakatoa Batik Cilegon yang telah dibuat oleh kelompok kami sesuai dengan ketentuan pada data antropometri Indonesia. 3.4.1 Data Antropometri yang diperoleh dari Web Data Antropometri Indonesia Data Antropometri yang diperoleh dari web data antropometri Indonesia. Berikut dibawah ini merupakan data yang diperoleh dari web data antropometri berdasarkan umur dan jenis kelamin. Umur yang kita gunakan yaitu 25, 38, 33 dan 28 yang semuanya berjenis kelamin perempuan.
20
Tabel 1. Data antropometri sesuai antropometri Indonesia percentile
Bagian Dimensi
SD
5% 54,05
50% 69,36
95% 84,67
10.42
Tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari sandaran tangan pada kursi
34,19
35,50
36,80
6,20
Tinggi bagian atas dari sandaran tangan hingga alas duduk pada kursi
25,89
33,40
40,91
8,40
Lebar sisi bahu pada kursi Lebar bahu bagian atas pada kursi Lebar alas duduk pada kursi Panjang alas duduk pada kursi Tinggi alas duduk kursi dari lantai Tinggi kursi dari lantai
42,21 30,22 35,29 32,10 40,84 54,05
49,29 37,61 40,06 36,50 46,00 69,36
56,37 45,00 44,83 40,00 51,16 84,67
7,54 9,65 6,49 5,94 5,49 10,42
Tinggi bahu dari alas duduk pada lantai
Berdasarkan tabel diatas diperoleh data dari data antropometri berdasarkan klasifikasi umur dan jenis kelamin yaitu menggunakan alat ukur (Cm) dan elemen yang kita ukur yaitu tinggi bahu dalam posisi duduk (D10), Tinggi siku dalam posisi duduk (D11), Lebar sisi bahu (D17), Lebar bahu bagian atas (D18), lebar pinggul (D19), panjang popliteal (D14) dan tinggi popliteal (D16). Pada ukuran tinggi bahu dalam posisi duduk (D10) dapat diperoleh persentil 5 yaitu 37.75, persentil 50 yaitu 54.89 dan persentil 95 yaitu 72.03. Pada ukuran Tinggi siku dalam posisi duduk (D11) dapat diperoleh persentil 5 yaitu 10.84, persentil 50 yaitu 24.65 dan persentil 95 yaitu 38.47. Pada Lebar sisi bahu (D17) dapat diperoleh persentil 5 yaitu 26.35, persentil 50 yaitu 38.75 dan persentil 95 yaitu 51.16. Pada ukuran Lebar bahu bagian atas (D18) dapat diperoleh persentil 5 yaitu 15.44, persentil 50 yaitu 31.32 dan persentil 95 yaitu 47.19. Pada lebar pinggul (D19) dapat diperoleh persentil 5 yaitu 21.65, persentil 50 yaitu 32.32 dan persentil 95 yaitu 43. 3.4.1
Berikut dibawah ini merupakan pengumpulan data yang diperoleh
dari hasil observasi. Tabel 2. Data Antropometri Pekerja No 1 2 3 4
D10
D22
D11
D17
D18
D19
D14
D16
72 68 65 70
38 35 32 36
35 30 31 37
48 52 49 49
30 39 36 43
35 39 43 41
33 38 34 41
45 47 44 51
21
Dari tabel diatas pengumpulan data yang kita lakukan yaitu menggunakan alat ukur (Cm) dan elemen yang kita ukur yaitu D10, D22, D11, D17, D18, D19, D14 dan D16. Dengan ukuran 4 orang pekerja dimensi D10 berturut- turut 72 cm, 68 cm, 65 cm, 70 cm. Dimensi D22 4 orang pekerja yaitu 38 cm, 35 cm, 32 cm,dan 36 cm. Dimensi D11 4 orang pekerja yaitu 35 cm, 30 cm, 31 cm,dan 37 cm. Dimensi D17 4 orang pekerja yaitu 35 cm, 30 cm, 31 cm,dan 37 cm. Dimensi D17 4 orang pekerja yaitu 48 cm, 51 cm, 49 cm,dan 49 cm. Dimensi D18 4 orang pekerja yaitu 30 cm, 39 cm, 36 cm,dan 43 cm. Dimensi D19 4 orang pekerja yaitu 35 cm, 39 cm, 43 cm,dan 41 cm. Dimensi D14 4 orang pekerja yaitu 33 cm, 38 cm, 34 cm,dan 41 cm. Dimensi D16 4 orang pekerja yaitu 45 cm, 47 cm, 44 cm dan 51 cm. 3.4.1
Pengolahan Data Berikut dibawah ini merupakan pengolahan data pada penelitian ini.
3.4.1.1 Uji Keseragaman Data Berikut dibawah ini merupakan uji keseragaman data yang diperoleh. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk: Tabel 3. Uji Keseragaman Data Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk Uji Keseragaman Data Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk No
Xi
Xi^2
xbar
xi-xbar
(xi-xbar)^2
Stadev
BKA
BKB
Seragam Atas
Seragam Bawah
1 2 3 4
72 68 65 70
5184 4624 4225 4900
68,75 2401 2401 2401
3,25 -2333 -2336 -2331
10,5625 5442889 5456896 5433561
2,58602 2,58602 2,58602 2,58602
73,92204 73,92204 73,92204 73,92204
63,57796 63,57796 63,57796 63,57796
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 72, nilai Xi21 sebesar 5184, nilai X-bar1 sebesar 68,75, nilai Xi1-Xbar sebesar 3,25, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 10,5625, nilai standar deviasi sebesar 2,58602 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 73,92204 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 63,57796. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Panjang lengan atas: Tabel 4. Uji Keseragaman Data Panjang lengan atas Uji Keseragaman Data Panjang lengan atas No 1 2
Xi
Xi^2
xbar
xi-xbar
38 1444 35,25 2,75 35 1225 641,25 -606,25
(xi-xbar)^2
Stadev
BKA
BKB
7,5625 2,165064 39,58013 30,91987 367539,1 2,165064 39,58013 30,91987
22
Seragam Atas
Seragam bawah
valid valid
Valid Valid
3 4
32 1024 641,25 -609,25 36 1296 641,25 -605,25
371185,6 2,165064 39,58013 30,91987 366327,6 2,165064 39,58013 30,91987
valid valid
Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 38, nilai Xi21 sebesar 1444, nilai X-bar1 sebesar 35,25, nilai Xi1-Xbar sebesar 2,75, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 7,5625, nilai standar deviasi sebesar 2,165064 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 39,58013 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 30,91987. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Tinggi siku dalam posisi duduk: Tabel 5. Uji Keseragaman Data Tinggi siku dalam posisi duduk Uji Keseragaman Data Tinggi siku dalam posisi duduk No 1 2 3 4
xbar
xi-xbar
(xi-xbar)^2
35 1225 33,25 30 900 573,5 31 961 573,5 37 1369 573,5
Xi
Xi^2
1,75 -543,5 -542,5 -536,5
3,0625 295392,3 294306,3 287832,3
Stadev
BKA
BKB
Seragam Atas
Seragam bawah
2,861381 2,861381 2,861381 2,861381
38,97276 38,97276 38,97276 38,97276
27,52724 27,52724 27,52724 27,52724
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 35, nilai Xi21 sebesar 1225, nilai X-bar1 sebesar 33,25, nilai Xi1-Xbar sebesar 1,75, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 3,0625, nilai standar deviasi sebesar 2,861381 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 38,97276 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 27,52724. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Lebar sisi bahu: Tabel 6. Uji Keseragaman Data Lebar sisi bahu Uji Keseragaman Data Lebar sisi bahu No
Xi
Xi^2
1 2 3 4
48 52 49 49
2304 2704 2401 2401
xbar
49,5 1251 1251 1251
xi-xbar
(xi-xbar)^2
-1,5 -1199 -1202 -1202
2,25 1437601 1444804 1444804
Stadev
1,5 1,5 1,5 1,5
BKA
52,5 52,5 52,5 52,5
BKB
46,5 46,5 46,5 46,5
Seragam Atas
Seragam bawah
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 48, nilai Xi21 sebesar 2304, nilai X-bar1 sebesar 49,5, nilai Xi1-Xbar sebesar -1,5, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 2,25, nilai standar deviasi
23
sebesar 1,5 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 52,5 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 46,5. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Lebar sisi bahu: Tabel 7. Uji Keseragaman Data Lebar bahu bagian atas Uji Keseragaman Data Lebar bahu bagian atas No
1 2 3 4
Xi
Xi^2
xbar
xi-xbar
(xi-xbar)^2
30 900 37 -7 39 1521 714,25 -675,25 36 1296 714,25 -678,25 43 1849 714,25 -671,25
49 455962,6 460023,1 450576,6
Stadev
BKA
BKB
Seragam Atas
Seragam bawah
4,743416 4,743416 4,743416 4,743416
46,48683 46,48683 46,48683 46,48683
27,51317 27,51317 27,51317 27,51317
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 30, nilai Xi21 sebesar 900, nilai X-bar1 sebesar 37, nilai Xi1-Xbar sebesar -7, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 49, nilai standar deviasi sebesar 4,743416 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 46,48683 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 27,51317. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Lebar pinggul: Tabel 8. Uji Keseragaman Data Lebar pinggul Uji Keseragaman Data Lebar pinggul No
Xi
Xi^2
xbar
xi-xbar
(xi-xbar)^2
1 2 3 4
35 39 43 41
1225 1521 1849 1681
39,5 804,25 804,25 804,25
-4,5 -765,25 -761,25 -763,25
20,25 585607,6 579501,6 582550,6
Stadev
BKA
BKB
Seragam Atas
Seragam bawah
2,95804 2,95804 2,95804 2,95804
45,41608 45,41608 45,41608 45,41608
33,58392 33,58392 33,58392 33,58392
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 35, nilai Xi21 sebesar 1225, nilai X-bar1 sebesar 39,5, nilai Xi1-Xbar sebesar -4,5, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 20,25, nilai standar deviasi sebesar 2,95804 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 45,41608 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 33,58392. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Panjang popliteal: Tabel 9. Uji Keseragaman Data Panjang popliteal Uji Keseragaman Data Panjang popliteal No
Xi
Xi^2
1 33 1089
xbar
36,5
xi-xbar
-3,5
(xi-xbar)^2
Stadev
BKA
BKB
12,25 3,201562 42,90312 30,09688
24
Seragam Atas
Seragam bawah
valid
Valid
Uji Keseragaman Data Panjang popliteal
2 38 1444 3 34 1156 4 41 1681
689,5 689,5 689,5
-651,5 -655,5 -648,5
424452,3 3,201562 42,90312 30,09688 429680,3 3,201562 42,90312 30,09688 420552,3 3,201562 42,90312 30,09688
valid valid valid
Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 33, nilai Xi21 sebesar 1089, nilai X-bar1 sebesar 36,5, nilai Xi1-Xbar sebesar -3,5, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 12,25, nilai standar deviasi sebesar 3,201562 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 42,90312 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 30,09688. Berikut ini merupakan uji keseragaman data Tinggi popliteal: Tabel 10. Uji Keseragaman Data Tinggi popliteal Uji Keseragaman Data Tinggi popliteal No
Xi
Xi^2
xbar
xi-xbar
1 2 3 4
45 47 44 51
2025 46,75 -1,75 2209 1119,75 -1072,75 1936 1119,75 -1075,75 2601 1119,75 -1068,75
(xi-xbar)^2
3,0625 1150793 1157238 1142227
Stadev
BKA
BKB
Seragam Atas
Seragam bawah
2,680951 2,680951 2,680951 2,680951
52,1119 52,1119 52,1119 52,1119
41,3881 41,3881 41,3881 41,3881
valid valid valid valid
Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 4 data hasil pengukuran waktu kerja yang sudah valid atau diterima. Dari data diatas didapatkan nilai hasil perhitungan dari Xi1 sebesar 45, nilai Xi21 sebesar 2025, nilai X-bar1 sebesar 46,75, nilai Xi1-Xbar sebesar -1,75, nilai (Xi1-Xbar)2 sebesar 3,0625, nilai standar deviasi sebesar 2,680951 dan nilai batas kontrol atas (BKA) sebesar 52,1119 serta nilai batas kontrol bawah (BKB) sebesar 41,3881. 3.4.1.2 Perhitungan Pesentil Berikut ini merupakan perhitungan persentil yang sudah diperoleh: Tabel 11. Perhitungan Persentil No
Ukuran
Dimensi
1
Tinggi bahu dari alas
Persentil 5
50
95
D10
65,45
69
71,7
D22
32,45
35,5
37,7
duduk pada lantai 2
Tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari sandaran tangan pada kursi
25
Persentil No
Ukuran
Dimensi
3
Tinggi bagian atas dari
5
50
95
D11
30,15
33
36,7
D17
48,15
48
51,55
D18
30,9
37,5
42,4
D19
35,6
40
42,7
D14
33,15
36
40,55
D16
44,15
46
50,4
D10
65,45
69
71,7
D16
44,15
46
50,4
sandaran tangan hingga alas duduk pada kursi 4
Lebar sisi bahu pada kursi
5
Lebar bahu bagian atas pada kursi
6
Lebar alas duduk pada kursi
7
Panjang alas duduk pada kursi
8
Tinggi alas duduk kursi dari lantai
9
Tinggi kursi dari lantai
Dari tabel perhitungan persentil diatas dapat diketahui bahwa pada ukuran dimensi D10 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 64.45, persentil 50 yaitu 69 dan persentil 95 yaitu 71.7. Pada ukuran dimensi D22 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 32,45, persentil 50 yaitu 35.5 dan persentil 95 yaitu 37.7. Pada ukuran dimensi D11 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 30.15, persentil 50 yaitu 33 dan persentil 95 yaitu 36,7. Pada ukuran dimensi D17 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 48.15, persentil 50 yaitu 49 dan persentil 95 yaitu 51.55. Pada ukuran dimensi D18 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 30.9, persentil 50 yaitu 37.5 dan persentil 95 yaitu 42.4. Pada ukuran dimensi D19 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 35.6, persentil 50 yaitu 40 dan persentil 95 yaitu 42.7. Pada ukuran dimensi D14 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 33.15, persentil 50 yaitu 36 dan persentil 95 yaitu 40.55. Pada ukuran dimensi D16 dapat diperoleh persentil 5 yaitu 44.15, persentil 50 yaitu 46 dan persentil 95 yaitu 50.4. 3.4.1.3 Data Antropometri yang Digunakan Berikut merupakan data antropometri untuk merancang alat bantu kerja kursi pembatik pada stasiun canting. 26
Tabel 12. Data antropometri alat bantu kursi No 1
Keterangan Antropometri Tinggi Bahu Dalam Posisi
Kebutuhan
Dimensi (cm)
Tinggi bahu dari alas duduk pada lantai
69
Tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari
35,5
Duduk 2
Panjang lengan atas
sandaran tangan pada kursi 3
Tinggi siku dalam posisi
Tinggi bagian atas dari sandaran tangan
33
duduk
hingga alas duduk pada kursi
4
Lebar sisi bahu
Lebar sisi bahu pada kursi
49
5
Lebar bahu bagian atas
Lebar bahu bagian atas pada kursi
37,5
6
Lebar pinggul
Lebar alas duduk pada kursi
40
7
Panjang popliteal
Panjang alas duduk pada kursi
36
8
Tinggi popliteal
Tinggi alas duduk kursi dari lantai
46
9
Tinggi bahu dalam posisi
Tinggi kursi dari lantai
10
duduk dan Tinggi popliteal
Dari tabel perhitungan dimensi kursi yang kita pilih diatas dapat diketahui bahwa pada bagian Tinggi bahu dari alas duduk pada lantai didapatkan ukuran sebesar 69 cm, pada bagian Tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari sandaran tangan pada kursi didapatkan ukuran sebesar 35.5 cm, pada bagian Tinggi bagian atas dari sandaran tangan hingga alas duduk pada kursi didapatkan ukuran sebesar 33 cm, pada bagian Lebar sisi bahu pada kursi didapatkan ukuran sebesar 49 cm, pada bagian Lebar bahu bagian atas pada kursi didapatkan ukuran sebesar 37.5 cm, pada bagian Lebar alas duduk pada kursi didapatkan ukuran sebesar 40 cm, pada bagian Panjang alas duduk pada kursi didapatkan ukuran sebesar 36 cm, pada bagian Tinggi alas duduk kursi dari lantai didapatkan ukuran sebesar 46 cm, pada bagian Tinggi kursi dari lantai didapatkan ukuran sebesar 10 cm. 3.4.1.4 Persentil yang Digunakan Berikut merupakan persentil yang digunakan pada rancangan alat bantu kerja berupa kursi pembatik pada stasiun canting.
27
Tabel 13. Persentil Alat Bantu Kursi Pecanting No.
Keterangan
Dimensi (cm)
Persentil
Dimensi yang Digunakan (cm)
1
Tinggi bahu dari alas
69
50%
69
35,5
50%
35,5
33
50%
33
49
50%
49
37,5
50%
37,5
40
50%
40
36
50%
36
46
50%
46
10
Allowance
10
duduk pada lantai 2
Tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari sandaran tangan pada kursi
3
Tinggi bagian atas dari sandaran tangan hingga alas duduk pada kursi
4
Lebar sisi bahu pada kursi
5
Lebar bahu bagian atas pada kursi
6
Lebar alas duduk pada kursi
7
Panjang alas duduk pada kursi
8
Tinggi alas duduk kursi dari lantai
9
Tinggi kursi dari lantai
Berdasarkan tabel diatas persentil alat bantu kerja kursi persentil yang digunakan untuk keseluruhan dimensi adalah 50% dan untuk tinggi kursi dari lantai menggunakan allowance, karena pada percentile 50% merupakan nilai median, atau nilai tengah, juga dikenal sebagai persentil ke-50 (persentil tengah dari 100). Ini adalah nilai di mana 50% data lebih kecil dari nilainya, dan 50% lebih besar dari nilainya (atau sama dengan itu). Kemudian pada nilai tengah juga dipakai agar bisa digunakan oleh semua pekerja yang ada di Sanggar Krakatoa batik Cilegon.
28
Gambar 11. Rancangan Kursi Pencanting
Pada gambar rancangan diatas merupakan sebuah alat bantu kerja kursi untuk pembatik pada stasiun canting, pada kursi ini terdapat busa dibagian alas duduk dan sandaran punggung, sehingga kursi ini bisa lebih ergonomis untuk digunakan, kaki pada kaki kursi pun didesain lebih tinggi dari sebelumnya, sehingga kaki pekerja tidak akan tertekuk saat bekerja.
29
BAB IV IMPLEMENTASI
4.1
Perencanaan dan Pembuatan Produk Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan
menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk gagak dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekesitensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi. Pada perencanaan produk kursi batik ini, memerlukan beberapa bahan, diantaranya seperti kain, resleting, busa dan kayu. Dalam perencanaan pembuatan produk kursi ini menggunakan jasa produk panglong dan tukang jahit. Langkah awal yang dilakukan adalah survey tempat panglong, kemudian mencari informasi terkait pembuatan kursi, dari mulai desain, harga dan estimasi pengerjaannya. Setelah itu, mendiskusikan kembali ukuran kursi yang tepat dan tambahan busa yang akan digunakan pada kursi, setelah tahap pertama selesai, kemudian tahap kedua yang dilakukan adalah membeli busa dan diantarkan ke tukang panglong untuk dipotong yang akan digunakan sebagai tambahan kursi lalu menyepakati perihal harga dan estimasi waktu pembuatan yaitu selama tiga hari. Setelah tiga hari kemudian busa diambil dan dibawa ke tukang jahit untuk dijahit sesuai dengan ukuran busa yang telah dipotong. Setelah menunggu busa dijahit lalu busa diantarkan kembali ke tukang panglong untuk dipasangkan ke kursi, lalu kursi yang sudah jadi bisa dibawa pulang.
Gambar 12. Tempat Panglong
Gambar 13. Diskusi Bersama
Pada gambar diatas, merupakan hasil survey yang dilakukan pada hari kamis tanggal 01 Desember 2022 di tempat panglong pembuatan produk kursi.
4.2
Hasil Implementasi Implementasi merupakan suatu penerapan dari hasil perencanaan yang
sudah dilakukan. Setelah melakukan perencanaan, produk kursi batik ini dibawa ke tempat Sanggar Krakatoa Batik Cilegon, untuk dicoba diterapkan pada pekerjanya. Setelah kursi itu dicoba, hasil implementasinya adalah, pekerja batik dan pemilik batik merasa senang dan nyaman dengan adanya perubahan ukuran kursi.
Gambar 14. Tampak samping
Gambar 15. Tampak belakang
Pada gambar diatas, merupakan hasil implementasi yang dilakukan pada hari kamis tanggal 08 Desember 2022 di tempat Sanggar Krakatoa Batik Cilegon. Hasil impelentasi dari kursi tahap 1 yang sudah dibuat, kursi terlihat ergonomis pada bagian alas duduk dan sandarannya, karena memiliki busa yang akan membuat nyaman. Ukuran pada kaki kursi pun lebih tinggi, sehingga kaki pekerja tidak akan menekuk selama bekerja.
31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian : 1. Usulan perbaikan pada kursi yang akan didesain adalah perubahan ukuran kursi dan penambahan busa agar bisa membuat nyaman pada saat bekerja. 2. Desain kursi perbaikan pada tubuh pengrajin batik adalah dengan ukuran – ukuran yang telah diukur sesuai kebutuhan antropometri pekerja. 3. Ukuran kursi perbaikan yang digunakan untuk pengrajin batik adalah tinggi bahu dari alas duduk pada lantai 69 cm, tinggi sisi bahu sampai bagian atas dari sandaran tangan pada kursi 35,5 cm, tinggi bagian atas dari sandaran tangan hingga alas duduk pada kursi 33 cm, lebar sisi bahu pada kursi 49 cm, lebar bahu bagian atas pada kursi 37,5 cm, lebar alas duduk pada kursi 40 cm, Panjang alas duduk pada kursi 36 cm, tinggi alas duduk kursi dari lantai 46 cm, tinggi kursi dari lantai 10 cm.
5.2
Saran Berikut ini merupakan saran pada penelitian kali ini adalah 1. Seharusnya penulis lebih teliti lagi dalam melakukan penelitian 2. Pemilik batik seharusnya lebih memperhatikan lagi keperluan yang dibutuhkan oleh para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, R., Ginanjar, R., & Fathimah, A. (2019). ANALISIS RISIKO ERGONOMI TERHADAP KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA KONVEKSI DI KELURAHAN KEBON PEDES KOTA BOGOR TAHUN 2018. Promotor, 2(4), 301. https://doi.org/10.32832/pro.v2i4.2243 Binti Rohmani Taufiqoh, Ita Nurdevi dan Husnul Khotimah. 2018. Batik Sebagai Warisan Budaya Indonesia. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra. Edisi 3. Hartono, A. F. D., & Soewardi, H. 2019. Analisis Faktor-Faktor Resiko Penyebab Musculoskeletal Disorders Dan Stres Kerja (Studi Kasus Di PLN PLTGU Cilegon). Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 6(3). Hutabarat, Y., 2017. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi, 1st ed. Media Nusa Creative, Malang. Ilham Deska Nugraha, Aviasti, Nur Rahman As’ad. 2018. Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Data Antropometri dan Metode Quality Exposure Checklist (QEC) pada Stasiun Pemotongan di Home Industri Prima Multi Sport. Jurnal Prosiding Teknik Industri. Vol. 4. No. 2. Joni Setiawan, Guring Briegel Mandegani dan Evi Yuliati Rufaida, 2014. ANALISIS KESESUAIAN KURSI PEMBATIK TERHADAP KONDISI ANTROPOMETRI PEKERJA BATIK TULIS. Vol, 30, No. 2 Joni, S. Guring, B.M. Evi, Y.R. 2014. Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis. Kristanto, A., & Saputra, D. A. 2015. Perancangan meja dan kursi kerja yang ergonomis pada stasiun kerja pemotongan sebagai upaya peningkatan produktivitas. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 10(2), 78-87. Maulidina Achmad. 2014. “Aplikasi Ergonomi Untuk Meningkatkan Kinerja Operator dan Output Produksi Pada Proses Taper” Jurnal Matrik. Vol. XIV. No. 2/Maret/Th. 2014 Mia Ajeng Alifiana, Akh. Sokhibi, Dina Lusianti, 2021. ANALISIS POTENSI RISIKO POSTUR KERJA PEMBATIK PADA UMKM MURIA BATIK KUDUS, Vol. 6, No. 2 Leggat, P A. 2006. Musculoskeletal disorders self-re- ported by dentists in Queensland, Australia. Australian Dental Journal, 51(4): 324–327
Sumardiyono, Y., Rante A. (2014). Jurnal Kesehatan Masyarakat THE DIFFERENCE OF MUSCULOSKELETAL DISORDERS ON BATIK. 9(2), 144–149. Firdaussa, T. S., Nurasih, N., Purwaningsih, Z., Nisa, K., & Kusuma, J. W. (2021). Etnomatematika batik khas Banten, nilai filosofis dan materi Transformasi Geometri bagi siswa SMA. Himpunan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika, 1(2), 169–178. Kemenperin. (2018). Mahakarya Kerajinan Tenun Nusantara Masterpiece of the Archipelago’s Woven Crafts. Majalah Karya Indonesia Edisi 04/2017, 6–7. Nurainun, Rasyimah, & Heriyana. (2008). ANALISIS INDUSTRI BATIK DI INDONESIA Oleh: Nurainun, Heriyana dan Rasyimah Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Banda Aceh. Fokus Ekonomi, 7(3), 124–135. M. Angga Wijaya ,Benedikta Anna Haulian Siboro, Anissa Purbasari. 2016. Analisa Perbandingan Antropometri Bentuk Tubuh Mahasiswa Pekerja Galangan Kapal dan Mahasiswa Pekerja Elektronika. Jurnal profisiensi. Vo.4 No.2. Desember. Purnomo, H., 2013. Antropometri Dan Aplikasinya., Graha Ilmu, Yogyakarta Putra, B.I., Jakaria, R.B., 2020. Perancangan Sistem Kerja, 1st ed. UMSIDA Press, Sidoarjo. Purwaningsih, R., Wicaksono, P.A., 2007. Ergonomi Industri, 1st ed. Universitas Diponegoro, Semarang Suhardi, B. (2008). Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Suriya, M., Zuriati., 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem Muskulokeletal Aplikasi Nanda NIC & NOC., Pustaka Galeri Mandiri, Padang. Susanti, L., Zadry, H.R., 2015. Pengantar Ergonomi Industri, 1st ed. Andalas University Press, Padang. Susihono Wahyu, Prasetyo Wahyu. 2012. Perbaikan postur kerja untuk mengurangi keluhan Muskuloskeletal dengan pendekatan metode Owas. Ciregon: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Teknik Industri – Fakultas Teknik. Tarwaka, Bakri, SHA. 2004. Ergonomic Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dan Produktivitas. Surakarta : penerbit UNIBA press.
34
Ucik Utami, Karimuna, Jufri, 2017. HUBUNGAN LAMA KERJA, SIKAP KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PETANI PADI DI DESA AHUHU KECAMATAN MELUHU KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017. Jurnal Ilmiah mahasiswa Kesehatan masyarakat, Vol. 2, No. 6 Yosineba, T. P., Bahar, E., & Adnindya, M. R. (2020). Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Tenun di Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 7(1), 60–66. https://doi.org/10.32539/jkk.v7i1.10699
35
LAMPIRAN
View more...
Comments