Catatan Koas Pediatri 2 PDF

June 22, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download


Description

pediatri

Råñdÿ Rïçhtër

Catatan Koas | Ilmu Kesehatan Anak

“ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK ANAK” 



Anamnesis : - Keluhan utama  sacred seven (onset, lokasi, durasi, karakteristik, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan, terapi saat ini) - Fundamental four (riwayat peyakit sekarang, dahulu, keluarga  buat pedigree, sosial ekonomi) - Keluhan penyerta - Riwayat perinatal  prenatal (ANC), natal, postnatal - Riwayat nutrisi  ASI/sufor, MPASI, kualitas dan kuantitas makanan) - Riwayat pertumbuhan  Kartu Menuju Sehat / KMS (PB/TB, BB, lingkar kepala) - Riwayat perkembangan  milestone atau KPSP (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosial) - Riwayat imunisasi Pemeriksaan fisik : - Keadaan umum - Kesadaran - Tanda-tanda vital - Status antropometri - Pemeriksaan head to toe  Kepala  mata, telinga, hidung, tenggorokan  Leher  Thoraks  paru-paru dan jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)  Abdomen (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi)  Genital  Ekstremitas  Punggung - Postur - Pemeriksaan neurologis

“NEONATOLOGI”



  

 





  



Persiapan bayi : - Bernapas atau menangis ? - Tonus baik atau tidak ? - Bayi cukup bulan atau tidak ? Jika 1 diatas ada yang tidak baik  ikuti algoritma resusitasi neonatus Jika semua diatas baik  ikuti 10 asuhan bayi baru lahir Langkah awal jika  tidak menangis, tonus tidak baik atau preterm : 1. Hangatkan  1 kain 2. Atur posisi  sniffing position (kepala meneladah keatas dengan memberikan 1 kain yang sudah digulung diletakkan dibawah kepala  agar jalan napas lurus/terbuka) 3. Isap lendir  suction 4. Keringkan dan stimulasi  1 kain 5. Atur posisi kembali 6. Nilai Apgar Jika dilakukan langkah awal tetapi denyut jantung < 100 x/menit  VTP Jika dilakukan langkah awal tetapi denyut jantung < 60 x/menit  VTP dulu (jangan tergesa-gesa untuk kompresi dada, karena di algoritma hanya ada < 100) Jika sudah dilakukan VTP kemudian masih < 100 x/menit atau pengembangan dada tidak adekuat, lakukanlah langkah evaluasi : 1. Sungkup  nilai posisinya harus menutupi hidung dan mulut 2. Reposisi  benarkan sniffing position (semi ekstensi) 3. Isap lendir  pastikan lendir bersih 4. Buka mulut  pastikan terbuka 5. Tekanan  pastikan tekanan (2 VTP tiap 1 napas) 6. Alternatif O2  via intubasi Jika sudah dilakukan VTP kemudian masih < 60 x/menit (lakukan langkah evaluasi dulu, ingat jangan tergesa-gesa kompresi karena di algoritma masih < 100) Jika sudah langkah evaluasi < 60 x/menit  VTP + kompresi dada (3 kompresi tiap 1 napas), karena di algoritma sudah menunjukkan < 60 Jika masih tetap < 60 x/menit setelah VTP + kompresi  pemberian epinefrin, dosis 0,1-0,3 mcg/kg Pengenceran epinefrin 1:10000  1 ml epinefrin + 9 ml NaCl diisi pada spuit 10 cc atau 0,1 ml epinefrin + 0,9 NaCl diisi pada spuit 1 cc, kemudian disuntikkan 0,1 – 0,3 cc (kalau bayi beratnya 1 kg) Jika denyut jantung sudah > 100 x/menit, lihat apakah bernapas spontan atau tidak - Jika ada distress napas  CPAP - Jika ada sianosis sentral persisten tanpa distress napas  suplementasi oksigen - Jika normal  ikuti 10 asuhan bayi baru lahir

   

Penilaian dilakukan pada menit ke-1 dan 5 serta dilanjutkan tiap 5 menit Penilaian dihentikan sampai nilai Apgar mencapai 7 Contoh AS : 5/5/6/8 atau 7/9 Interpretasi : - > 7  tidak asfiksia - 4-6  asfiksia ringan-sedang - < 3  asfiksia berat 0

1

2

Appearance (warna kulit) Pulse (laju jantung)

Seluruh tubuh biru / pucat

Tubuh kemerahan, ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerahan

Tidak ada

< 100 x/menit

>100 x/menit

Grimace (refleks)

Tidak bereaksi terhadap stimulasi

Activity (tonus otot) Respiration (usaha napas)

 

Lumpuh Tidak ada

Gerakan sedikit dan menangis lemah Ekstremitas fleksi sedikit Lambat

Reaksi melawan dan menangis Gerakan aktif Menangis kuat

Penilaian untuk menilai apakah ada gangguan pernapasan Interpretasi : - 0  normal - 1-3  gawat napas ringan - 4-5  gawat napas sedang - > 6  gawat napas berat 0

1

2

Pernapasan

80 x/menit

Retraksi

Tidak ada retraksi

Retraksi ringan

Retraksi berat

Sianosis

Tidak ada sianosis

Air entry

Udara masuk bilateral baik

Merintih

Tidak merintih

Sianosis hilang dengan pemberian oksigen Penurunan ringan udara masuk Dapat didengar dengan stetoskop

Sianosis menetap walaupun diberi oksigen Tidak ada udara masuk Dapat didengar tanpa alat bantu

1. Jaga bayi tetap hangat (cegah hipotermi) - Hipotermi sedang  32-36,40C - Hipotermi berat  60 x/menit atau < 30 x/menit Retraksi atau merintih Diare Banyak nanah di mata Suhu tubuh > 37,50C (hipertermia) atau < 360C (hipotermi)

    

ET tube  biasanya ukuran 2,5; 3; 3,5 Blade  yang lurus  blade Miller Suction  8 Fr Bagging  VTP  BVM / balon sungkup (alatnya) CPAP  alat untuk memberikan pernapasan dengan tekanan (tidak melihat inspirasi atau ekspirasi sehingga kontinu) BPAP  memberikan tekanan positif tetapi ada levelnya (bisa diset 2 tekanan pada saat inspirasi dan ekspirasi) PEEP  T-piece resusitator  menjaga alveoli tidak kolaps dan lebih gampang mengembangkan alveoli

 

 

New Ballard Score (NBS)  menghitung usia bayi baru lahir dengan menilai dari kematangan neuromuskular dan kematangan fisik Kematangan muskular - Posture  bayi posisi supinasi dan dalam keadaan tenang - Square window  tangan fleksi pada pergelangan, beri cukup tekanan untuk mendapatkan posisi sefleksi mungkin, dinilai sudut antara eminensia hipothenar dan bagian anterior lengan bawah (jangan memutar pergelangan tangan) - Arm recoil  posisi bayi terlentang, fleksikan lengan bawah secara penuh selama 5 detik, kemudian ekstensikan secara penuh dengan cara menarik tangan dan melepaskannya - Popliteal angle  posisi bayi terlentang dan pelvis mendatar, kaki fleksi pada paha dan paha difleksikan penuh menggunakan tangan (paha menyentuh perut), dengan tangan yang lain kaki diekstensikan, ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis didaerah popliteal - Scarf sign  posisi bayi terlentang, pegang tangan bayi dan tarik melintasi leher sejauh mungkin melewati bahu yang berlawanan, nilai sesuai dengan lokasi siku - Heel to ear  posisi bayi terlentang, pegang kaki bayi dengan satu tangan dan gerakkan ke arah kepala sedekat mungkin tanpa melakukan paksaan



Kematangan fisik : - Kulit - Lanugo (rambut halus pada tangan) - Permukaan plantar kaki - Payudara - Mata / daun telinga - Kelamin laki-laki atau perempuan

Skor

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Usia (minggu)

20

22

24

26

28

30

32

34

36

38

40

42

44

BMK  Besar Masa Kehamilan SMK  Sesuai Masa Kehamilan KMK  Kecil Masa Kehamilan BKB  Bayi Kurang Bulan BCB  Bayi Cukup Bulan BLB  Bayi Lebih Bulan

Menurut berat badan lahir : BMK  > 4000 gram SMK  2500 – 3999 gram KMK  < 2500 gram (BBLR) Menurut usia kehamilan : BKB  < 38 minggu BCB  38 – 42 minggu BLB  > 42 minggu



Aneuploidy  kondisi ketika jumlah kromosom abnormal (bisa bertambah atau menghilang), salah satu bentuk aneuploidy adalah monosomi (hilangnya satu homolog kromosom) atau trisomi (kondisi bertambahnya tiga salinan kromosom)

 

Retardasi mental Kulit leher yang bersusun Lipatan epikantus dan wajah datar Simian crease Defek jantung Stenosis intestinal Hernia umbilikalis Hipotonus Gap antara jari ke-1 dan ke-2 pada kaki

      

        

Retardasi mental Prominen oksiput Mikrognatia Low set ears Overlapping fingers Defek jantung Malformasi renal Abduksi paha terbatas Rocker-bottom feet

        

Retardasi mental Mikrosefali Mikroftalmia Bibir sumbing Polidaktili Defek jantung Hernia umbilikalis Defek renal Rocker-bottom feet

“NEUROLOGI”



 











Kejang demam  bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh > 380C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial, tidak terbukti adanya gangguan elektrolit, infeksi SSP, dan riwayat kejang tanpa demam sebelumnya Usia kejang demam  6 bulan – 5 tahun Kejang demam sederhana : - Kejang < 15 menit - Kejang umum tonik-klonik - Kejang tidak berulang Kejang demam kompleks : - Kejang > 15 menit - Kejang fokal, fokal menjadi umum - Kejang berulang dalam 24 jam Faktor risiko kejang demam  riwayat kejang demam dalam keluarga, usia < 18 bulan, tingginya suhu badan sebelum kejang, dan lamanya demam sebelum kejang Indikasi lumbal pungsi (pada kejang demam pertama) : - Umur < 12 bulan  harus dilakukan - Umur 12-18 bulan  harus dipikirkan - Umur > 18 bulan  tidak dianjurkan (kecuali ada gejala meningitis atau infeksi intrakranial) Indikasi CT Scan : - Tidak diperlukan pada KDS atau KDK - Insiden kelainan patologis intrakranial pada KDK sangat rendah - Harus dilakukan jika makrosefali/mikrosefali dan kelainan neurologi yang menetap, terutama lateralisasi Indikasi EEG : - Tidak diperlukan terutama pada KDS atau tanpa defisit neurologis - Abnormalitas EEG  epilepsi (penjelasan epilepsi dan status epileptikus di catatan neurologi) - Kejang fokal

Catatan :  Antipiretik : - Paracetamol  10-15 mg/kgBB/kali (4x sehari) - Ibuprofen  5-10 mg/kgBB/kali (3-4x sehari)  Antikejang : - Pastikan pemberian diazepam 3 kali sebelum diberikan fenitoin atau fenobarbital (jika masih kejang) - Diazepam rektal < 12 kg (5 mg), > 12 kg (10 mg) - Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kgBB (kecepatan 2 mg/menit)  Jika kejang masih berlanjut : - Fenobarbital IV 20 mg/kgBB (dosis max 1000 mg) - Fenitoin IV 20 mg/kgBB (dosis max 1000 mg)  Obat rumatan (jika kejang berhenti) : - Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis - Fenitoin 5-10 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis - Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari, dibagi 2-3 dosis  Profilaksis (jika datang sudah tidak kejang, cegah agar tidak kejang lagi) - Intermitten (kejang demam dengan faktor risiko), diberikan diazepam 0,3 mg/kgBB/kali (max 7,5 mg/kali) - Kontinu (kejang fokal, kejang > 15 menit, dan defisit neurologis yang berat), diberikan :  Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis (efek samping penurunan kognitif)  Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari, dibagi 2-3 dosis (paling bagus)

    

Spina bifida  gagal penutupan neural tube pada saat usia kandungannya 28 hari, biasanya setinggi lumbal Etiologi  kurangnya asupan asam folat dan bisa juga penggunaan asam valproat (FDA pregnancy kategori D) Gejala lain  deformitas ortopedik, hidrosefalus dan malformasi Chiari II Pemeriksaan  alfa-fetoprotein dan asetilkolinesterase meningkat pada cairan amnion dan darah ibu Jenis spina bifida : - Spina bifida occulta  tersembunyi (hanya terlihat rambut pada daerah punggung), tidak ada benjolan - Spina bifida meningocele / cystica  ada benjolan bening (cairan CSF)  transluminasi (+) dan gangguan motorik (-) - Spina bifida meningomyelocele  ada benjolan yang isinya bukan cairan bening lagi serta selaput masih ada  transluminasi (-) dan gangguan motorik (+) - Spina bifida myeloschisis  ada benjolan yang isinya bukan cairan bening lagi serta selaput sudah tidak ada  transluminasi (-) dan gangguan motorik (+)

A  spina bifida okulta B  spina bifida meningokel / sistika C  spina bifida meningomielokel D  spina bifida mieloskisis

  



DMD  gagal pembentukan protein pada otot ekstremitas inferior DMD  bersifat X-linked resesif (pada laki-laki) Biopsi  gambaran pseudo hipertrofi (terbentuknya jaringan ikat yang membuat otot membesar yang seharusnya protein otot sehingga tidak ada kekuatan pada otot kaki) Tanda khas : - Gowers phenomenon  gerakan seperti memanjat tubuh sendiri, bertumpu terlebih dahulu dengan tangan saat berdiri - Waddling gait  sat jalan seperti gerakan melempar kaki

Gowers phenomenon

Waddling gait

  



Cerebral palsy  kelainan motorik non progresif yang timbul akibat sekunder lesi atau anomali otak Etiologi  prenatal, natal, postnatal Tanda khas : - Spastisitas  hipertonus, hiperrefleks, klonus (+), babinski (+) - Tonus otot berubah  berbaring seperti kodok, awalnya tampak flaksid ketika dirangsang menjadi spastik, refleks neonatal dan tonic neck refleks menetap - Korea atetosis  pergerakan terjadi sendiri (involuntary movement) akibat kerusakan di ganglia basalis - Ataksia  gangguan koordinasi - Gangguan pendengaran  terutama nada tinggi - Gangguan bicara  akibat retardasi mental - Gangguan mata  strabismus konvergen Derajat keparahan (Gross Motor Function Classification System) : - GMFCS derajat 1  berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada gerakan motorik kasar yang lebih rumit - GMFCS derajat 2  berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam berjalan diluar rumah - GMFCS derajat 3  berjalan dengan alat bantu, keterbatasan dalam berjalan diluar rumah - GMFCS derajat 4  bergerak sendiri terbatas, menggunakan alat bantu gerak yang cukup canggih saat berjalan diluar rumah - GMFCS derajat 5  bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun sudah menggunakan alat bantu yang canggih

Moro

Sejak lahir

6 bulan

Palmar grasp

Sejak lahir

6 bulan

Plantar grasp

Sejak lahir

9-10 bulan

Asymmetric tonic neck

Sejak lahir

5-6 bulan

Sucking & rooting

Sejak lahir

3-4 bulan

Stepping

Sejak lahir

3 bulan

Babinski

Sejak lahir

18 bulan





 

  



Moro  biasa disebut refleks kejut, saat bayi terkejut karena suara yang keras atau gerakan yang tiba-tiba, positif bila abduksi ekstensi keempat ekstremitas serta pengembangan jari-jari Palmar grasp  jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan secara cepat sambil menekan permukaan telapak tangan, positif bila fleksi seluruh jari (memegang tangan pemeriksa) Plantar grasp  ibu jari pemeriksa menekan pangkal ibu jari bayi atau di daerah plantar, positif bila fleksi plantar seluruh jari kaki Asymmetric tonic neck  bayi ditidurkan kemudian kepalanya diarahkan menoleh ke satu sis, positif bila lengan dan tungkai yang sesisi menjadi hipertonus dan ekstensi sedangkan lengan dan tungkai di sisi lainnya menjadi hipertonus dan fleksi Sucking  positif jika bayi menggerakkan kepala untuk berusaha memasukkan jari ke dalam mulut Rooting  positif jika bayi menggerakkan kepala untuk menuju jari yang menyentuh sudut mulutnya Stepping  bayi dipegang pada daerah dada, lalu pemeriksa mendaratkan bayi dengan posisi berdiri, positif bila seolah-olah kaki bayi melangkah untuk melakukan gerakan berjalan secara otomatis Babinski  ketika permukaan telapak kaki digores pada bagian lateral, positif bila ibu jari kaki dorsofleksi diikuti dengan mekarnya jari lain

“GASTROENTEROHEPATIK”

     

Diare akut  perubahan pola defekasi yang frekuensinya > 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan durasi < 14 hari Diare persisten  diare akut dengan atau tanpa disertai darah yang berlangsung selama 14 hari Diare kronik  diare dengan atau tanpa disertai darah yang berlangsung > 14 hari yang bukan disebabkan oleh infeksi Mikroorganisme tersering menyebabkan diare  Rotavirus pada anak Disentri  diare berdarah akibat Shigella Etiologi : - Infeksi  intestinal dan ekstra intestinal - Non infeksi  obat-obatan, alergi makanan, kelainan proses cerna, defisiensi vitamin, tertelan logam berat, keganasan

Keadaan umum

Baik

Lesu, haus

Gelisah, lemas, mengantuk, syok

Mata Mulut

Biasa Biasa

Cekung Kering

Sangat cekung Sangat kering

Pernapasan

40 x/menit

Turgor Nadi

Baik 140 x/menit

< 6  tidak dehidrasi 7-12  dehidrasi ringan-sedang >13  dehidrasi berat Diare + tidak dehidrasi  rencana terapi A Diare + dehidrasi ringan-sedang  rencana terapi B Diare + dehidrasi berat  rencana terapi C Dehidrasi berat  > 2 tanda (letargi/tidak sadar, mata cekung/cowong, tidak bisa minum/malas minum, cubitan perut kembali sangat lambat (> 2 detik) Dehidrasi ringan-sedang  > 2 tanda (rewel/gelisah, mata cekung, minum dengan lahap, cubitan kembali lambat) Tanpa dehidrasi  tidak terdapat tanda

1. Rehidrasi - Tanpa dehidrasi  rencana terapi A - Dehidrasi ringan-sedang  rencana terapi B - Dehidrasi berat  rencana terapi C 2. Dukungan nutrisi - Tetap diteruskan sesuai umur anak  menu sama pada anak sehat - ASI tetap diteruskan  frekuensi lebih sering dari biasanya 3. Suplementasi zinc - Selama 10-14 hari - Dosis < 6 bulan  10 mg (1/2 tablet) per hari - Dosis > 6 bulan  20 mg (1 tablet) per hari 4. Antibiotik selektif - Hanya untuk diare berdarah - Kotrimoksazol (SMZ : TMP = 5:1) 6-10 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis - Ciprofloxacin 30-50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis (selama 5 hari) - Sefiksim 5 mg/kgBB/hari per oral 5. Edukasi - Kembali segera jika anak dalam keadaan (demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, anak sangat haus, diare makin sering, dan belum membaik dalam 3 hari)

10 kg pertama  100 cc/kg 10 kg kedua  50 cc/kg 10 kg ketiga dan seterusnya  20 cc/kg

Mikro 1 tetes = 60 tetes Makro 1 tetes = 20 tetes

Misalnya BB anak  15 kg Berarti kebutuhan cairan  (10x100) + (5x50) = 1000 + 250 = 1250 cc/24 jam Kebutuhan cairan per jam  1250 cc/24 jam dibagi 24 = 52 cc/jam Tetes mikro  52 tpm (tetes per menit) Tetes makro  52 dibagi 3  17-18 tpm (tetes per menit)







Bilirubin yang tidak terkonjugasi : - Bilirubin indirek - Tidak larut dalam air  larut lemak - Berikatan dengan albumin untuk transport - Komponen bersifat toksik untuk otak  kernikterus karena lipofilik yang terus sawar darah otak Bilirubin yang terkonjugasi : - Bilirubin direk - Tidak larut dalam lemak  larut air - Tidak toksik untuk otak Mekanisme pembentukan bilirubin : 1. Pada sistem retikuloendotelial (hemoglobin  heme  biliverdin dengan bantuan enzim heme oxygenase  bilirubin dengan bantuan enzim biliverdin reduktase  bilirubin + albumin (dalam darah)  nanti dia masuk ke UDP asam glukoronat + bilirubin) 2. Pada hepar (konjugasi  donor glukoronat  UDP glukosa  UDP asam glukoronat dengan bantuan UDP glukosa dehidrogenase  UDP asam glukoronat + bilirubin  UDP asam glukoronat + bilirubin monoglukoronida dengan bantuan enzim UDP-glukoronasil transferase  UDP asam glukoronat + bilirubin diglukorida) 3. Pada empedu (UDP asam glukoronat + bilirubin diglukorida  transport aktif protein yaitu MRP2 atau MOAT) 4. Pada usus halus (transport aktif  bilirubin diglukorida  Urobilinogen  feses



Keadaan ikterus : - Fisiologis  bisa terjadi pada minggu pertama kehidupan, nanti membaiksetelah 1 minggu karena : 1. Meningkatnya produksi bilirubin  Turnover sel darah merah yang lebih tinggi  Penurunan umur sel darah merah (perubahan dari HbF menjadi Hb) 2. Menurunnya ekskresi bilirubin  Penurunan uptake dalam hepar  Penurunan konjugasi oleh hepar  Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik - Patologis : 1. Too early (awitan terjadi < 24 jam) 2. Too long (aterm  > 14 hari, preterm  > 21 hari) 3. Too high (kramer 5)

Serum indirect bilirubin Serum direct bilirubin Urine direct bilirubin Urine urobilin Feses pigmen

Meningkat

Meningkat

Normal

Normal

Meningkat

Meningkat

Tidak

Meningkat

Meningkat

Meningkat

Meningkat

Gelap

Pucat keabuan

Tidak Steatorrhea atau seperti dempul

Kramer (sifat sefalokaudal) : 0  tidak ada 1  ikterus sampai wajah dan leher 2  ikterus sampai dada dan punggung 3  ikterus dari umbilikus sampai lutut 4  ikterus sampai lengan dan tungkai bawah 5  ikterus sampai tangan dan kaki Wajah  kadar 4-8 mg/dl Dada/punggung  5-12 mg/dl Perut dan paha  8-16 mg/dl Lengan dan tungkai  11-18 mg/dl Telapak tangan dan kaki  > 15 mg/dl

Diatas garis putus-putus tipis harus diberikan terapi

Onset

Early onset

Late onset

Patofisiologi

Gagal laktasi karena menurun saat eleminasi bilirubin dan meningkatnya sirkulasi enterohepatik

Tingginya kadar enzim beta glukoronidase ASI yang membuat susahnya terkonjugasi bilirubin di usus dan meningkatnya sirkulasi enterohepatik

Manifestasi klinis

Tanda dehidrasi

Pemberian ASI masih adekuat

Tatalaksana

Berikan ASI adekuat

Fototerapi

 Perempuan rhesus (-) tidak boleh menikah dengan laki-laki rhesus (+)  karena akan terjadi proses sensitisasi  ibu dengan rhesus (-) menyangka ada antigen dengan rhesus (+)  akhirnya ibu membuat antibodi untuk melawan antigen  Untuk kehamilan pertama  masih aman  Untuk kehamilan kedua  karena ditubuh ibu sudah siap antibodi untuk melawan antigen  bayi akan ikterus  Untuk kehamilan ketiga  hidrops fetalis / kematian  Perempuan rhesus (+) boleh menikah dengan laki-laki rhesus (-) karena aman

  

  

Jika ibu hamil rhesus (-) dan belum tersensitisasi  berikan human antiD immunoglobulin (Rh IgG atau RhoGAM) Jika ibu sudah tersensitisasi  pemberian Rh IgG tidak berguna Jika bayi telah lahir dan mengalami inkompatibilitas  lakukan fototerapi atau transfusi tukar tergantung dari kadar bilirubin serum, turunnya hematokrit dan naiknya retikulosit

Bayi dengan golongan darah A atau B atau AB dengan golongan darah ibu O Golongan darah A dan B memiliki anti-A dan anti-B, isoantibodinya merupakan IgM  tidak bisa melewati sawar darah plasenta Golongan darah O, isoantibodinya merupakan IgG  bisa melewati sawar darah plasenta dan menyebabkan hemolisis





Manifestasi klinis : - Ikterus, anemia, hepatosplenomegali dan hidrops fetalis pada kasus berat - Ikterus berlangsung pada 24 jam pertama - Tes darah pada bayi baru lahir :  Profil bilirubin  Morfologi darah tepi  peningkatan retikulosit  Direct Coombs test (+) - Tes darah pada ibu :  Indirect Coombs test (+) Tatalaksana : - Monitoring serum bilirubin - Hidrasi - Fototerapi  pilihan utama - Apabila tidak ada respon  transfusi tukar atau IVIG  pilihan kedua (pada anemia berat dan hiperbilirubinemia berat) Direct Coomb  sampelnya darah antigen dan diambil pada bayi

Indirect Coomb  sampelnya serum antibodi dan diambil pada ibu

    



Atresia biliaris  penyempitan traktus biliaris Masalah pada posthepatik  obstruksi  bilirubin direk atau terkonjugasi meningkat Etiologi  inflamasi kronis Tanda khas  Triangular cord sign (dinding-dinding menebal dan saluran menjadi menyempit) Manifestasi klinis : - Ikterus - Urin berwarna gelap  kuning tua - Warna tinja seperti dempul  putih - Hepatosplenomegali Tatalaksana : - Medikamentosa  fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis per oral atau kolestiramin 1 gr/kgBB/hari dibagi 6 dosis - Nutrisi  pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) untuk mengatasi malabsorpsi lemak - Pembedahan  prosedur Kasai (membuka saluran empedu)

“NEFROLOGI”

Minimal

Hipertensi

Menahun, perlahan, sering kambuh Masif, biasanya anasarka Tidak ada

Tekanan vena jugularis

Normal

Meningkat

Hematuria

Tidak ada

Ada

Hiperkolesterolemia Hipoalbuminemia Komplemen C3 dalam darah Titer ASTO

Ada (> 200 mg%) Ada ( 4 mg/m2/jam) atau > 2+ selama 3 hari berturut-turut Sindrom nefrotik relaps jarang  mengalami relaps < 2 kali dalam 6 bulan sejak respon awal atau < 4 kali dalam 1 tahun Sindrom nefrotik relaps sering  mengalami relaps > 2 kali dalam 6 bulan sejak respon awal atau > 4 kali dalam 1 tahun Remisi / sembuh  keadaan proteinuria (-)selama 3 hari berturut-turut Sindroma nefrotik resisten steroid  sindrom nefrotik dengan pemberian prednisone dosis penuh (2 mg/kg/hari) selama 4 minggu tidak mengalami remisi Sindroma nefrotik dependen steroid  sindrom nefrotik dengan pemberian prednisone dosis penuh (2 mg/kg/hari) selama 4 minggu mengalami remisi, tetapi masuk dosis alternatif proteinurianya muncul lagi Sindroma nefrotik sensitif steroid  sindrom nefrotik dengan pemberian prednisone dosis penuh (2 mg/kg/hari) selama 4 minggu mengalami remisi, masuk dosis alternatif proteinurianya tidak muncul

 

 





Sindroma nefritik  sindrom yang ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (azotemia) Sindroma nefritik  hipersensitivitas tipe 3  terjadi penumpukan kompleks imun antibodi pada glomerulus yang menimbulkan respon inflamasi Etiologi  GNAPS (Glomerulonephritis Acute Post Streptoccocus) Tanda dan gejala : - Riwayat ISPA 1-2 minggu atau infeksi kulit 3-6 minggu - Urin kemerahan (seperti cucian daging) - Bengkak pada kedua mata - BAK menjadi sakit - Peningkatan tekanan darah Pemeriksaan laboratorium : - Proteinuria - Gross hematuria > 10/LPB - Silinder eritrosit - ASTO (+) - Komplemen C3 menurun - Ureum kreatinin meningkat sedikit Tatalaksana : - Medikamentosa  Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari  Prokain penisilin 10 hari atau ampicilin 100 mg/kgBB/hari  Eritromisin 30 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (jika alergi penicilin)  Diuretik (untuk retensi cairan dan hipertensi) - Suportif  Istirahat total (3-4 minggu)  Dietetik  rendah protein (1 mg/kgBB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari)  IVFD glukosa 10-15% pada penderita anuria/muntah, bila terjadi anuria selama 5-7 hari maka dilakukan dialisis peritoneum (DP), hemodialisis, atau transplantasi  Diuretik (bila ureum meningkat)

“IMUNOLOGI”

  



Ketidakmampuan untuk mencerna laktosa Defisiensi enzim laktase yang membagi laktosa menjadi 2 komponen gula  glukosa dan galaktosa Tanda dan gejala : - Diare dan rasa tidak nyaman pada perut - Flatus meningkat serta feses bau - Nyeri abdomen - Bloating (kembung) - Nausea (mual) - Eritema natum (kemerahan disekitar anus) Diagnosis : - Hydrogen breath test  uji diagnostik intoleransi laktosa yang paling akurat, sebelum melakukan tes tersebut pasien perlu menghindari beberapa jenis makanan, obat-obatan dan paparan rokok - Lactose tolerance test  uji untuk mengukur kadar gula darah pasien setelah memakan atau meminum laktosa, malam sebelum tes dilakukan pasien dipuasakan, apabila gula darah tidak naik diagnosisnya adalah intoleransi laktosa - Milk challenge - Tes keasaman feses



 







 

Alergi susu sapi  kondisi akibat respon tidak normal dari sistem kekebalan tubuh setelah mengonsumsi susu atau produk-produk olahan susu Alergi susu sapi  hipersensitivitas tipe 4 Tanda dan gejala : - Gangguan gastrointestinal  diare - Ruam pada kulit - BAB berdarah atau diare berdarah - Uji tusuk kulit IgE spesifik (+) - Ada riwayat atopi lain Gejala ringan-sedang (1 atau lebih gejala)  lanjutkan ASI, eliminasi diet susu sapi pada ibu selama 2 minggu atau 4 minggu bila dermatitis atau kolitis, dan suplemen kalsium - Regurgitasi berulang, muntah, diare, konstipasi (dengan atau tanpa ruam perianal), darah di feses (+) - Anemia defisiensi besi - Dermatitis atopik, angioderma, urtikaria - Pilek, batuk lama, mengi - Kolik persisten Gejala berat (1 atau lebih gejala)  rujuk spesialis anak - Gagal tumbuh karena diare - Anemia defisiensi besi + BAB berdarah, hipoalbuminemia, ulseratif kronis - Dermatitis atopik berat + anemia - Laringoedema atau obstruksi bronkus + sulit bernapas - Syok anafilaktik Jika ada perbaikan  kenalkan kembali pada susu sapi - Gejala (+)  eliminasi diet susu sapi pada ibu, lalu ASI diteruskan, dan bila perlu bisa ditambahkan susu formula terhidrosilat ekstensif serta makanan bebas susu sapi sampai 9-12 bulan - Gejala (-)  ibu bisa konsumsi susu sapi Jika tidak ada perbaikan  lanjutkan pemberian ASI, ibu dapat diet normal, dan pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain Untuk ada perbaikan setelah sudah diberikan susu formula terhidrosilat ekstensif (peptamen) serta makanan bebas susu sapi sampai 9-12 bulan  ulang uji provokasi - Gejala (+)  lanjutkan - Gejala (-)  toleran

“INFEKSI TROPIK”

   





Etiologi  virus dengue tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 Transmisi  nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (betina) yang hidup pada air bersih Gejala umum  demam, nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri otot, nyeri sendi Diagnosis demam dengue  demam + 2 gejala (nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artralgia, ruam) + temuan lab (leukopenia < 4000, trombositopenia < 100000, dan tidak ada bukti kebocoran plasma) Kriteria diagnosis (2 klinis + 1 laboratorium  DBD) 1. Klinis - Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari - Terdapat manifestasi perdarahan :  Uji bendung / torniquet (+)  Petekie, ekimosis, purpura  Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi  Hematemesis dan/atau melena - Hepatomegali - Syok 2. Laboratorium - Trombositopenia (< 100.000) - Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler  Peningkatan hematokrit > 20% dari nilai standar (biasanya nilai standar 40)  Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan  Efusi pleura/perikardial, ascites, hipoproteinemia, pitting edema Patogenesis  trombositopenia terjadi melalui mekanisme : 1. Supresi sumsum tulang  keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit 2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit 3. Agregasi trombosit pada endotel yang bocor

  Demam dengue

DBD derajat 1

DBD derajat 2

DBD derajat 3 (DSS) DBD derajat 4 (DSS)







Demam disertai 2 atau lebih tanda (sakit kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artralgia, ruam)

 

Leukopenia Trombositopenia ( 10 petekie dalam 2,5 cm x 2,5 cm NS1 - Antigen non struktural untuk replikasi virus - Puncak deteksi NS1  hari ke 2-3 dan mulai tidak terdeteksi pada hari ke 5 dan 6 IgM dan IgG - Infeksi primer IgM (+) muncul setelah hari ke 3-6 dan hilang dalam 2 bulan - IgG muncul mulai hari ke 12 - IgG bertahan berbulan-bulan dan hasil positif seumur hidup, maka untuk mendiagnosis dapat dilihat dari titernya

 

 



Hari ke-1 sampai ke-3  Viremia Hari ke-4 sampai ke-6  Plasma leakage / kritis (hatihati karena demam turun  fase kritis) Hari ke-7 sampai ke-9  Convalescence  ruam Demam dengue  saat demam turun  keadaan klinis membaik dan nafsu makan membaik DBD  saat demam turun difase kritis  keadaan klinis memburuk bahkan syok hipovolemik

IgM (+) dan IgG (-)

IgM (+) dan IgG (+)

      

 

    

Nyeri perut hebat Muntah persisten/profuse Akumulasi cairan secara klinis Perdarahan pada mukosa Penurunan kesadaran/letargi Hepatomegali Peningkatan hematokrit diikuti dengan penurunan trombosit secara cepat Oliguria Nyeri tekan abdomen

Expanded Dengue Syndrome :  Demam berdarah dengan manifestasi yang unusual  Keterlibatan organ seperti hepar, ginjal, jantung dan otak (ensefalopati)

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik Perbaikan status klinis (keadaan umum baik, nafsu makan membaik, hemodinamik stabil, urine output normal, tidak ada distress pernapasan) Peningkatan jumlah trombosit (>50.000/uL) Hematokrit stabil tanpa ada pemberian cairan IV ( 7 hari, keluhan gastrointestinal dan penurunan kesadaran Tanda dan gejala demam tifoid : - Rose spot  ruam pada daerah punggung - Typhoid tongue  lidah tertutup selaput putih - Bradikardi relatif  setiap peningkatan 10C tidak diikuti dengan peningkatan 10 denyut nadi - Pola demam  minggu pertama (step ladder), minggu kedua (kontinu) - Gejala-gejala timbul pada minggu kedua  jadi untuk minggu pertama curiga terlebih dahulu DBD Komplikasi (sering terjadi di minggu ketiga demam) : - Perforasi usus - Meningitis tifosa - Hepatitis dan kolesistitis tifosa - Perdarahan usus Pemeriksaan penunjang : - Limfositosis relatif  hitung jenis limfosit meningkat, tetapi leukosit normal atau menurun - Leukopenia - Monositosis - Trombositopenia ringan - Pemeriksaan darah  minggu 1 - Pemeriksaan feses  minggu 2 - Pemeriksaan urine  minggu 3 - Media kultur  SS agar (Salmonella-Shigella agar) - Widal  mendeteksi antigen O (somatik) dan H (flagella), dilakukan pada akhir minggu 1, positif jika kenaikan titer 4x atau titer O 1:320 - Tubex  deteksi IgM Salmonella typhi terhadap antigen O9 (nilai > 4 positif demam tifoid, > 6 indikasi kuat tifoid, 3 borderline, < 2 negatif) Tatalaksana : - Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari diberikan tiap 6 jam (anak)  efek samping bisa supresi sumsum tulang - Amoxicillin 3x500 mg (ibu hamil), 50 mg/kgBB/hari 3 kali (anak) Komplikasi : - Intraintestinal (peritonotis, perdarahan, perforasi) - Ekstraintestinal (ensefalopati  dirujuk dan nanti akan diberikan dexametason 1-3 mg/kgBB/hari, selama 3-5 hari)







Rubeola / Campak / Measles / Morbili  conjunctivitis, cough, coryza, Koplik spot di mukosa buccal (bintik putih pada mukosa bagian dalam pipi), demam, ruam dimulai dari batas rambut kepala kemudian menyebar ke badan (sefalokaudal) Rubella / Campak Jerman  demam, pembesaran KGB/limfadenopati (biasanya pada colli anterior), Forchheimer spot (bintik kehitaman dekat arkus faring di palatum mole), ruam dimulai dari wajah kemudian menyebar ke badan (sefalokaudal) Roseola Infantum / Exanthema Subitum  dibawah 12 bulan  200.000 IU (1 kapsul merah), 2 dosis (hari 1 dan 2) Pada gizi buruk diberikan 3 kali  hari 1, hari 2 dan hari 15

 

Etiologi  Streptococcus beta hemolitikus grup A (GABHS) Patofisiologi (Faringitis  Centor score  jika tidak sembuh komplikasinya menjadi GNAPS atau Scarlet fever  jika tidak ditangani dengan adekuat komplikasinya menjadi demam rematik  JONES criteria  jika tidak diobati dengan adekuat menjadi Rheumatic Heart Disease  didapatkan murmur pada mitral) Tanda dan gejala : - Demam - Sakit tenggorokan  faringitis - Ruam  gambaran sandpaper texture & pastia line - Strawberry tongue  lidah seperti stroberi dengan papil yang membesar - Deskuamasi di perifer (ujung jari tangan atau jari kaki)  deskuamasi sistemik (sampai di badan) - Serologis  peningkatan kadar O pada ASTO Tatalaksana  antibiotik (penisilin, eritromisin atau sefalosporin)





 











Etiologi  autoimun Tanda dan gejala : - Deskuamasi periungual (hanya di ujung-ujung jari tangan atau jari kaki) - Vaskulitis  pada arteri koroner  rutin ekokardiografi 6-12 bulan - Pembesaran KGB servikal Tatalaksana  IVIG

Takayasu Arteritis - Arteri besar - Predileksi  aorta dan cabang utamanya - Gejala  klaudikasio pada tangan yang terkena dampak - Tanda khas  tekanan darah tangan kanan dan kiri berbeda (tangan yang terkena inflamasi lebih tinggi tekanannya) Poliarteritis Nodosa - Arteri sedang - Predileksi  sistem pencernaan, saraf perifer dan arteri renalis - Gejala  gejala gastrointestinal, kesemutan, hipertensi sekunder - Tanda khas  adanya infeksi hepatitis A atau hepatitis B Henoch-Schonlein Purpura - Arteri dan vena kecil - Predileksi  traktus gastrointestinal dan urinaria - Gejala  gejala gastrointestinal, urinaria, arthritis - Tanda khas  palpable purpura Granulomatosis dengan Poliangiitis (Wagener Granulomatosis) - Arteri dan vena kecil-sedang - Predileksi  traktus gastrointestinal dan urinaria - Gejala  respirasi dan urinaria - Tanda khas  gangguan pendengaran

 

Etiologi  Parvovirus B19 atau Eritrovirus Tanda khas : - Demam - Ruam pada wajah  slapped cheek (seperti ditampar) - Ruam pada ekstremitas  lacy look (seperti renda)

  

Etiologi  Coxsackievirus A 16 Hand foot mouth disease (HFMD)  disebut juga flu singapura Tanda dan gejala : - Gejala prodromal (demam, malaise, nyeri tenggorokan, anoreksia) - Enantema  menyerang mukosa - Lesi vesikel  ulkus dasar eritema  krusta (lesi berada di mukosa bukal, lidah, menyebar ke palatum uvula)  lesi bergerombol dengan dasar eritematosa - Eksantema  vesikopustula putih keabu-abuan di lengan dan kaki termasuk telapak Diagnosis  Tzank test Terapi  simptomatis

 

  



Etiologi  virus mumps golongan paramyxovirus  parotitis, dakrioadenitis, orkitis (phren sign +) Transmisi  airborne Tanda dan gejala : - Gejala prodromal (demam, malaise, nyeri otot leher, nyeri kepala) - Pembengkakan kelenjar saliva  bengkak unilateral - Sakit telinga saat mengunyah dan nyeri jika makan asam - Lingkungan sekitar ada yang kena penyakit yang serupa Terapi  suportif

 









Infeksi TORCH  Toksoplasmosis, Rubella kongenital, Cytomegalovirus, Herpes Simpleks Toksoplasmosis (trias) : - Korioretinitis - Hidrosefalus - Kalsifikasi difus - Gejala tambahan  sunset sign (mata seperti terbenam), macewet sign / cracked pot sign (timbulnya vena-vena pada kepala), blueberry muffin rash (ruam biru-keunguan karena hematopoiesis ekstramedular) Rubella Kongenital (trias) : - Katarak kongenital - Tuli sensorineural - Patent Ductus Arteriosus Cytomegalovirus (trias) : - Korioretinitis - Mikrosefali - Kalsifikasi ventrikel

Tanda dan gejala : - BBLR  karena ada IUGR - Telapak tangan dan kaki  ruam merah, grey patches, kulit melepuh atau mengelupas - Snuffles (rinitis disertai dengan obstruksi nasal infeksius) - Hepatosplenomegali - Ikterus - Anemia - Letargi atau distress pernapasan - Hutchinson teeth (adanya gap pada gigi) - Gumma (benjolan kecil dan lubang pada palatum) Tatalaksana : - Bayi baru lahir tanpa gejala  Benzathine benzil penisilin 50.000 unit/kg IM dosis tunggal - Bayi baru lahir dengan gejala  Prokain benzil penisilin 50.000 unit/kg 1x sehari selama 10 hari atau benzil penisilin 50.000 unit/kg IM atau IV setiap 12 jam selama 7 hari pertama kehidupan - Obati juga ibu dan pasangannya untuk sifilis

Gejala infeksi, peningkatan TIK, dan tanda rangsang meningeal (+) Etiologi  Haemophilus influenza, escherichia coli, pneumokokus Lumbal pungsi :  CSS keruh  Sel PMN meningkat  Protein meningkat  Glukosa menurun Terapi :  Ampicillin 200-400 mg/kgBB/hari  Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari  Sefalosporin 200 mg/kgBB/hari

Gejala infeksi, peningkatan TIK, tanda rangsang meningeal (+) Etiologi  mycobacterium tuberculosis Lumbal pungsi :  CSS jernih  Sel MN menurun  Glukosa menurun Tuberkulin (+) Rontgen dada  TBC paru Kontak penderita TBC dewasa (+) Terapi :  Isoniazid 10-20 mg/kgBB/hari  Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari  Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari  Kasus berat  ditambahkan Streptomisin atau Etambutol  Kortikosteroid  Prednison 1-4 mg/kgBB/hari atau Dexamethasone 0,3-0,6 mg/kgBB/hari

  

   

Makan telur cacing (bentuk penularan telur) Enterobius vermicularis Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura

  

Cacing lewat kulit (bentuk penularan larva) Strongyloides stercoralis Ancylostoma duodenale Necator americanus

Spesies  Enterobius vermicularis / Oxyuris vermicularis Gejala khas  gatal disekitar anus terutama pada malam hari dan keluar cacing seperti parutan kelapa Bentuk infektif  telur Diagnosis  pemeriksaan anal swab (Graham Scotch’s addhesive tape)  telur berbentuk asimetris atau plano konveks

   

Spesies  Ascaris lumbricoides Gejala khas  mual, muntah, kembung, nafsu makan menurun, BAB keluar cacing, Loefflr syndrome (batuk dan sesak napas) Bentuk infektif  telur Diagnosis  telur dinding tebal 3 lapis, lapisan luar bergelombang / tidak rata (albuminoid), telur decorticated, cacing berukuran besar dan panjang

   

Spesies  Trichuris trichiura Gejala khas  diare berdarah dan bagian anus menonjol ke luar (prolaps rekti) Bentuk infektif  telur Diagnosis  telur berbentuk seperti tempayan atau tong atau barrel shape

 

 

Spesies  Strongyloides stercoralis Gejala khas : - Stadium larva  larva menembus kulit, timbul rasa gatal, merah dan bengkak yang disebut creeping eruption (cutaneous larva migrans) - Stadium cacing dewasa  infeksi ringan (tanpa gejala), infeksi berat (rasa sakit didaerah epigastrium, mual, muntah, diare, konstipasi) Bentuk infektif  larva filariform (dewasa) Diagnosis  telur mirip dengan telur hookworm, larva rhabditiform, larva filariform (ekor bercabang seperti huruf W), cacing dewasa

     

Spesies  Ancylostoma duodenale dan Necator americanus Gejala khas  mual dan muntah, diare, nyeri perut, anemia dan gangguan pertumbuhan Bentuk infektif  larva filariform (dewasa) Diagnosis  telur berdinding tipis transparan berisi ovum atau morula bersegmen, rhabditiform atau filariform larva Ancylostoma duodenale  2 pasang gigi Necator americanus  gigi berbentuk ujung mata pisau yang semi lunar

Terapi cacing Nematoda Intestinalis :  Albendazole  lini pertama - 200 mg dosis tunggal (usia 1-2 tahun) - 400 mg dosis tunggal (usia > 2 tahun)  Mebendazole - 500 mg dosis tunggal (ascariasis) - 2x100 mg, selama 3 hari (non ascariasis)  Pirantel Pamoat  10 mg/kgBB dosis tunggal  Enterobiasis  Pirantel pamoat lini pertama  Trikuriasis  lini ketiganya oksantel pamoat 20 mg/kgBB dosis tunggal

      

Spesies  Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori Gejala klinis  bengkak pada kaki dan skrotum Bentuk infektif  larva III Vektor  nyamuk Culex Tempat tinggal  pembuluh dan kelenjar limfatik Diagnosis  hapusan darah tepi pada malam hari (mikrofilaria) Terapi  Dietilkarbamazin (DEC) 6 mg/kgBB/hari

Tanda khas

Khas bengkak pada genital atau skrotal, chyluria (tekanan pada saluran limfe renal obstruksi)

Selubung

Pucat

Merah (giemsa)

Pucat

Lekuk badan

Halus

Kaku

Halus

Edema tungkai

 





Spesies  Taenia solium dan Taenia saginata Tanda khas : - Taenia solium  Riwayat makan daging babi yang terinfeksi larva  Gejala gastrointestinal  Gejala larva ektopik (sitiserkosis)  kejang, penurunan kesadaran dan defisit neurologis  Pemeriksaan lumbal pungsi - Taenia saginata  Riwayat makan daging sapi yang terinfeksi larva  Gejala gastrointestinal Diagnosis: - Taenia solium  proglottid pendek dengan uterus bersegmen panjang atau telur bulat dengan striae radier (gambaran roda pedati) - Taenia saginata  proglottid panjang dengan uterus bersegmen panjang atau telur bulat dengan striae radier (gambaran roda pedati) Terapi : - Taenia solium  Albendazole 15 mg/kgBB dosis tunggal + Prazikuantel 10-20 mg/kgBB dosis tunggal + steroid (steroid diberikan jika ada gejala ektopik) - Taenia saginata  Prazikuantel 10-20 mg/kgBB dosis tunggal

      

Spesies  Schistosoma sp Port d’entry  kulit Bentuk infektif  Cercaria Tempat tinggal  pleksus venosus intestinal dan vesika urinaria Vektor  Siput Gejala khas  diare berdarah atau hematuria Terapi  Prazikuantel

Riwayat kontak dengan siput (berenang di danau Lindu atau danau Toba) Gejala  Diare berdarah Diagnosis  pemeriksaan feses ditemukan telur bulat

Diagnosis  pemeriksaan feses ditemukan telur lonjong dengan duri di tepi / samping / sisi / pinggir / lateral

Gejala  Hematuria Diagnosis  pemeriksaan urin ditemukan telur lonjong dengan duri di tengah / ujung

Terapi  Prazikuantel 40-60 mg/kgBB dalam 2-3 dosis terbagi

“ENDOKRINOLOGI”

  



  

Hipoglikemia  kekurangan glukosa plasma Etiologi  DM gestasional Kriteria hipoglikemia : - < 45 mg/dl  pada bayi atau anak-anak dengan atau tanpa gejala - < 35 mg/dl  pada neonatus aterm - < 25 mg/dl  pada neonatus preterm Gejala dan tanda : - Tremor, jitterness (gerakan tidak beraturan), iritabel - Kejang, koma, letargis, apatis - Nyeri kepala - Sulit menyusu, muntah, asupan berkurang - High pitched cry - Disorientasi - Strabismus

GDS < 47  GDS < 25 / dengan gejala  D10% 2 cc/kgBB (gizi baik) GDS < 47  GDS < 25 / dengan gejala  D10% 5 cc/kgBB (gizi buruk) GDS < 47  GDS 25-47  nutrisi oral/parenteral  ASI/PASI 100 ml/kg/hari





Gangguan pertumbuhan menjadi besar : 1. Gigantisme - Etiologi  meningkatnya growth hormone - Dimulai pada saat anak-anak - Proporsional  badan dan ekstremitas ukurannya ideal 2. Akromegali - Etiologi  meningkatnya growth hormone - Dimulai pada saat dewasa  lempeng epifisis sudah menutup - Disproporsional  badan dan ekstremitas ukurannya tidak ideal - Penyakit  tumor adenoma hipofisis  mensupresi chiasma optikum  hemianopsia bitemporal (penglihatan temporal mata kanan dan mata kiri akan mengalami kebutaan) - Wajah (tampak frontal bossing) dan dagu (tampak seperti katak) - Ginekomastia - Kifosis - Telapak tangan dan kaki membesar  spade-like sign Gangguan pertumbuhan menjadi kecil : 1. Dwarfisme - Etiologi  menurunnya growth hormone - Proporsional  badan dan ekstremitas ukurannya ideal - IQ normal atau pintar - Hipopituitarisme - Sexual infantil 2. Kretinisme - Etiologi  menurunnya hormon tiroid (hipotiroid) - Proporsional  badan dan ekstremitas ukurannya ideal - Penurunan T3 dan T4 - IQ rendah atau retardasi mental - Wajah (tampak jelek) - Sexual infantil - Hernia umbilikalis - Makroglossia 3. Akondroplasia - Etiologi  mutasi FGFR3 - Disproporsional  badan dan ekstremitas ukurannya tidak ideal - Makrosefal - Trident hand (tangan pendek dengan jari gemuk  trisula) - Rhizomelia (disproporsi pada tungkai proksimal)





Perawakan pendek : - Tinggi badan < persentil 3 atau < -2 SD pada kurva pertumbuhan - Etiologi  Familial short stature  Constitutional Delay of Growth and Puberty - Familial short stature  Secara genetik keluarga pendek  Bone age normal  Pendek pada usia dewasa - Constitutional Delay of Growth and Puberty  Riwayat pubertas terlambat dalam keluarga  Bone age terlambat  Tinggi dewasa normal  Kecepatan pertumbuhan normal Perawakan tinggi : - Tinggi badan > persentil 97 atau > 2 SD pada kurva pertumbuhan - Etiologi  pubertas prekoks, obesitas, genetik, hormonal (growth hormone meningkat, hipertiroid, androgen atau estrogen meningkat)

G1  prapubertas G2  kulit skrotum menipis dan berwarna merah muda G3  penis membesar dan memanjang, skrotum membesar G4  penis lebih membesar, skrotum berwarna lebih gelap G5  bentuk dewasa

M1  prapubertas M2  menonjol seperti bukit kecil, areola melebar M3  payudara dan areola membesar tanpa dapat dipisahkan bentuknya masingmasing M4  areola dan papila membentuk bukit kedua M5  matang, papila menonjol, areola sebagai bagian dari bentuk payudara

P1  prapubertas P2  jarang, pigmen sedikit, lurus atau sedikit ikal,hanya pada labia (wanita) atau pangkal penis (pria) P3  lebih hitam, ikal, menyebar ke mons pubis P4  tebal, seperti bentuk dewasa tapi belum menyebar ke medial paha P5  bentuk dewasa, berbentuk segitiga, menyebar ke medial paha















Timbulnya tanda-tanda seks sekunder sebelum : - Laki-laki  9 tahun - Perempuan  8 tahun Klasifikasi : - GnRH dependen (sentral)  reaktivasi dini poros hipotalamushipofisis-gonad - GnRH independen (perifer)  sumber seks steroid bersifat otonom, tidak dipengaruhi oleh poros hipotalamus-hipofisis-gonad

Pubertas terlambat bila tidak adanya tanda-tanda pubertas - Laki-laki  14 tahun - Perempuan  13 tahun Klasifikasi : - Hipergonadotropik hipogonadism (gangguan pada gonad) - Hipogonadotropik hipogonadism (ganguan pada poros hipotalamushipofisis)

Terminologi : - Intersex  DSD - Male pseudohermaphroditism  46, XY DSD - Female pseudohermaphroiditism  46, XX DSD - True hermaphrodite  Ovotestikular DSD - Sex Reversal XX male  46, XX DSD testikular - Sex Reversal XY female  46, XY disgenesis gonadal komplit Turner syndrome (45, X0)  perempuan - 46, XY DSD  gangguan pada perkembangan testis, disgenesis gonadal komplit (sindrom Swyer, disgenesis gonadal parsial, regresi gonadal, ovotestikular DSD) - 46, XX DSD  gangguan pada perkembangan ovarium (SRY, duplikat SOX9, disgenesis gonadal) Klinefelter syndrome (47, XXY)  laki-laki - 46, XY DSD  gangguan pada sintesis androgen (defisiensi 17HSD, defisiensi 5ARD2, mutasi StAR, defek pada CAIS/PAIS) - 46, XX DSD  androgen yang berlebihan (defisiensi 2IOH)







46, XX DSD : - Hiperplasia adrenal kongenital  ambigus genitalia pada perempuan - Defisiensi enzim 21-hidroksilase - Peningkatan kadar 17-OH progesteron - Autosomal resesif - Gagal memproduksi mineralkortikoid  hiperkalemia dan natriuresis - Ambigus genitalia dan tanda-tanda virilisasi (tingginya tingkat testosteron pada wanita)  klitoromegali, atrofi payudara, hiperpigmentasi - Pertumbuhan TB terlalu cepat - Warna kulit menghitam 46, XY DSD : - Partial Androgen Insensitivity Syndrome (PAIS) atau Complete Androgen Insensitivity Syndrome (CAIS) - Defisiensi enzim 5-alpha-reduktase dan dihidrotestosteron (DHT) - Hormon anti-Mullerian (+) - Mixed gonadal disgenesis  perempuan, teraba testis, tidak terbentuk struktur Mullerian - CAIS  disfungsi gen SRY, pubertas terlambat, amenorea primer, peningkatan FSH/LH, androgen meningkat, klitoromegali, sebagian besar diasuh sebagai perempuan - Sindrom Swyer  tidak ada gen SRY, hormon anti-Mullerian (-), hipoplasia uterus, hormon steroid (-), genitalia eksterna perempuan Ovotestikular DSD : - Ovarium disatu sisi dan disisi lainnya testis (bilateral ovotestis) - Genitalia interna (ada struktur Mullerian  perempuan dan ada struktur Wolffian  laki-laki)

Kesulitan minum

1

Konstipasi Kurang aktif / letargi

1 1

Hipotonia

1

Hernia umbilikalis Makroglosia (lidah membesar) Skin mottling (cutis mamorata) Kulit kering dan kasar

1 1 1 1,5

Ubun-ubun belakang / fontanela mayor terbuka Muka yang khas (facies dismorfik)

1,5 3

Total (bila skor > 4  periksa TSH dan T4)

13





Pemeriksaan penunjang : - Darah lengkap - Hormon tiroid  TSH meningkat dan FT4 menurun atau normal - Darah lengkap - Ibu  cek antibodi (TPOAb) jika FT4 menurun, jika (+) autoimun  Hashimoto, jika (-) akibat obat-obatan atau kekurangan yodium - Bone age  terlambat - Skintigrafi tiroid - Skrining  usia 2-5 hari atau 2-6 minggu Tatalaksana  Levotiroksin

Obesitas (IMT > 25)

Ya

Tidak

Kadar C-peptide

Autoantibodi

Tidak

Tinggi

Rendah

DMT2

Autoantibodi

Ya

DMT1

Kadar C-peptide

Tidak

Rendah

DMT1 atau MODY

Tinggi

DMT2

Ya

DMT1

Bising ejeksi sistolik Bising pansistolik ICS Bising kontinu ICS II/III ICS II/III linea III/IV linea parasternalis linea parasternalis parasternalis sinistra + sinistra sinistra split 2 yang melebar Penutupan defek Penutupan defek Penutupan defek dengan kateter  ASO dengan kateter  dengan kateter  ADO (Amplatzer Septal AMVO (Amplatzer (Amplatzer Ductal Occluder) Muscular VSD Occluder) Occluder) Dilatasi  atrium kanan Dilatasi  atrium kiri Duktus arteriosus Dilatasi & hipertrofi  Dilatasi & hipertrofi  terbuka (left-to-right ventrikel kanan (left-toventrikel kiri (left-to-right shunt) right shunt) shunt) Cardiac preference :  Diuretik (Furosemid 1 mg/kgBB/kali diberikan 2x1)  Vasodilator (Captopril 0,3 mg/kgBB/kali diberikan 3x1)  Inotropik (Digoxin 0,01 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis)

VSD Overriding aorta Stenosis pulmonal Hipertrofi ventrikel kanan Jari tabuh (clubbing finger), sianosis, cyanotic spells, gagal tumbuh, Posisi squating (jongkok)  (right-to-left shunt) Foto thorax  jantung seperti bentuk sepatu (boot shape) + vaskularisasi paru menurun

Aorta keluar dari ventrikel kanan Sianosis, gagal tumbuh, gagal jantung kongestif (tertukar antara aorta dan arteri pulmonalis) Foto thorax  jantung seperti bentuk telur yang ditidurkan (egg shape) + vaskularisasi paru meningkat

Catatan :  Eisenmenger syndrome  Right-to-left shunt  hipertensi pulmoner  resistensi aliran darah balik  akibat VSD yang lama tak diobati  Coarctasio aorta  figure of 3 sign  penyempitan pada aorta  tekanan darah kanan kiri serta atas bawah berbeda

“NUTRISI DAN GIZI”

  

Anak < 5 tahun  kurva WHO Anak > 5 tahun  kurva CDC Status gizi : - < 5 tahun  BB/TB WHO  jika Z score > 1  < 2 tahun IMT/U WHO dan > 2 tahun IMT/U CDC - > 5 tahun  BB/TB CDC Kurva WHO

Interpretasi BB/U  < -3 SD  sangat kurus  -3 SD sampai < -2 SD  kurus  -2 SD sampai 2 SD  normal  > 2 SD  gemuk

Interpretasi BB/TB  < -3 SD  gizi buruk  -3 SD sampai < -2 SD  gizi kurang  -2 SD sampai 2 SD  gizi baik  2 SD sampai 3 SD  overweight  > 3 SD  obesitas

Kurva CDC Interpretasi BB/U  (BB aktual dibagi BB normal di garis) x 100%

Interpretasi TB/U  (TB aktual dibagi TB normal di garis) x 100%

   

  

> 120%  sangat kurus 80-120%  kurus 60-79%  normal < 60%  gemuk

90-100%  TB normal 70-89%  TB kurang < 70%  TB sangat kurang

Interpretasi BB/TB  (BB aktual dibagi BB yang sudah diplot dari TB) x 100%     

> 120%  obesitas 110-120%  overweight 90-110%  gizi baik 70-89%  gizi kurang < 70%  gizi buruk Misalnya : Usia = 8 tahun BB = 30 kg TB = 115 cm BB/TB  30/21 x 100% = 142% (obesitas) BB/U  30/26 x 100% = 115% (kurus) TB/U  115/128 x 100% = 89% (TB kurang) A  titik normal TB/U (pada usia 8 tahun) B  titik normal BB/U (pada usia 8 tahun) C  titik normal BB/TB (pada TB normal 115 cm)





Gizi buruk  ketidakseimbangan seluler antara asupan (intake) dan kebutuhan (demand) energi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya Malnutrisi dibagi menjadi 3 : - Marasmus - Kwarshiorkor - Marasmik-Kwarshiorkor

Kekurangan Karbohidrat

Kekurangan Protein

Tanda dan gejala : Tanda dan gejala :  Muscle wasting, kulit keriput  Pitting edema (serum albumin kurang  tekanan osmotik  Turgor kulit berkurang (cubit koloid serum menurun) tebal pada perut)  Rambut jagung (rambut seperti  Wajah terlihat tua kemerahan, mudah tercabut)  Iga gambang (tulang rusuk  Crazy pavement dermatosis terlihat jelas)  akibat lemak (kelainan kulit berupa bercak subkutan menurun merah muda yang meluas,  Baggy pants (seperti pakai berubah warna menjadi coklat celana berkantung  sangat gelap dan terkelupas) keriput di daerah pantat)



  

5 langkah asuhan nutrisi pediatri : 1. Menilai status nutrisi (gizi buruk, baik, atau lebih) 2. Menghitung kebutuhan kalori (Recommended Dietary Allowance /RDA) 3. Rute pemberian nutrisi - Oral - Enteral (OGT atau NGT) - Parenteral (vena) 4. Tipe atau jenis nutrisi yang akan diberikan - 0-6 bulan  ASI eksklusif - 6-12 bulan  MPASI - Fase stabilisasi (minggu 1)  F75 - Fase transisi (minggu 2)  F100 - Fase rehabilitasi (minggu 3-6)  F100 - Fase tindak lanjut (minggu 7-26)  catch up dose (untuk tumbuh kembang) 5. Monitoring - Akseptibilitas  mual/muntah - Toleransi  diare - Efektivitas  kenaikan BB dan monitoring pertumbuhan Hitung RDA  RDA x stress factor x activity factor Kebutuhan kalori  BMR x stress factor x activity factor Kebutuhan protein  RDA-protein x stress factor x activity factor

  

  

 





Hipoglikemia  GDS < 54 mg/dl (gizi buruk) Gizi buruk  Dextrose 10% 5 cc/kgBB Anak sadar  segera beri F75 pertama  bila tidak dapat disediakan dengan cepat  berikan 50 ml glukosa atau gula 10% (1 sendok teh penuh gula dalam 50 ml air) oral atau NGT Anak tidak sadar  larutan glukosa 10% IV bolus 5 ml/kgBB atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT RL + D10% (1:1) 15 cc/kgBB  D10% 5 cc/kgBB Lanjutkan pemberian F75 setiap 2-3 jam (siang dan malam selama minimal 2 hari)

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi (kecuali dehidrasi berat dengan syok) Beri ReSoMal (oral atau NGT) - Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama - Setelah 2 jam  berikan ReSoMal 5-10 ml/kgBB/jam selang-seling dengan F75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam Dehidrasi ringan-sedang : - Oralit sachet 75 cc/kg dalam 3 jam (mengganti kehilangan cairan) - Oralit sachet 5-10 cc/kg (tiap kali muntah atau diare) - Indikasi parenteral (Kaen 3B atau RL)  BB 3-10 kg (200 cc/kg/hari), BB 10-15 kg (175 cc/kg/hari) dan BB > 15 kg (135 cc/kg/hari) Dehidrasi berat (RL atau Ringer asetat 100 cc/kgBB) : - < 1 tahun  1 jam pertama 30 cc/kg lalu 5 jam berikut 70 cc/kg - > 1 tahun  30 menit pertama 30 cc/kg lalu 2,5 jam berikut 70 cc/kg

 

 

Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata  Kotrimoksazole oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP /kgBB/12 jam selama 5 hari) Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat, atau jelas ada infeksi) - Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV per 6 jam selama 2 hari) dilanjutkan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB/8 jam selama 5 hari) atau - Ampisilin oral (50 mg/kgBB/6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam  tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari Jika diduga meningitis  pungsi lumbal untuk memastikan dan obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam selama 10 hari)

Cara pemberian obat di syringe pump : Misalnya anak BB 8 kg akan dimasukkan obat antibiotik “A” sebanyak 250 mg dalam 4 jam (sediaan antibiotik “A” 1 gr/5 cc) Ambil antibiotik “A” 1 gr/5 cc diencerkan ke spuit yg 50 cc (45 cc NaCl + 5 cc antibiotik)  sekarang dalam spuit 50 cc ada 1 gr antibiotik “A”, maka untuk mencari jumlah cc dalam 4 jam gunakan persamaan  250mg/1000mg = x/50cc  x = 12,5cc/4 jam  3,1 cc/jam  0,05 cc/menit  lalu atur di alat menjadi 0,05  OK

“PEDIATRI SOSIAL”



    



Imunisasi 8 benar 1. Benar anak 2. Benar jadwal 3. Benar vaksin dan pelarut 4. Benar dosis 5. Benar rute, panjang jarum, dan teknik 6. Benar lokasi 7. Benar dokumentasi 8. Benar penanganan limbah Vaksin bakteri hidup  BCG Vaksin bakteri inaktif  DPT, HiB Vaksin virus hidup  campak, varisela, rubela, OPV Vaksin virus inaktif  IPV, hepatitis B Jadwal imunisasi (Kemenkes) : - 0 bulan  hepatitis B dan OPV - 1-2 bulan  BCG - 2,3,4 bulan  Pentabio (DPT, hepatitis B, HiB) dan IPV - 9 dan 18 bulan  MR Pemberian imunisasi : - Hepatitis B  Didahului pemberian vitamin K minimal 30 menit sebelumnya  Dosis  0,5 ml IM paha kanan (1/3 medial vastus lateralis atau anterolateral paha)  Bayi dari ibu HbsAg  HbIg untuk cegah infeksi perinatal - BCG  Dosis  0,05 ml intrakutan (deltoid kanan)  Optimal diberikan usia 2 bulan, jika > 3 bulan  uji tuberkulin - DPT  Dosis  0,5 ml IM paha kanan - Polio  OPV  oral  diberikan saat akan pulang dari RS atau saat lahir (2 tetes peroral)  IPV  0,5 ml IM  Booster usia 18 bulan dan 5 tahun - Campak  Dosis  0,5 ml subkutan (deltoid)  Diberikan kedua pada usia 18 bulan (kecuali sudah pernah diberikan MMR)  Booster saat usia 2 tahun dan 6 tahun



Sisa vaksin - BCG  setelah dilarutkan harus segera diberikan dalam 3 jam (simpan dalam suhu 2-80C) - Polio  setelah dibuka harus segera diberikan dalam 7 hari (simpan dalam suhu 2-80C) - DPT  bila ada penggumpalan atau partikel yang tidak hilang setelah dikocok (jangan dipakai) berarti vaksin pernah beku dimana setelah dikocok kemudian ditunggu sampai 1 jam ada penggumpalan - Campak  setelah dilarutkan harus diberikan dalam 8 jam (simpan dalam suhu 2-80C) Kondisi khusus :  Bayi lahir dari ibu HbsAg (+)  HBIg 0,5 ml IM + vaksin hepatitis B pada 2 tempat yang berbeda dalam 12 jam setelah lahir  Bayi prematur  perlu mendapat imunisasi hepatitis B saat itu juga (pakai usia aktual bukan usia koreksi), bayi prematur dengan berat lahir < 2000 gram dosis pertama saat lahir tidak dihitung dan bayi perlu mendapat 3 dosis vaksin hepatitis B tambahan





Pertumbuhan  mengukur panjang badan/tinggi badan, berat badan, lingkar kepala (kurva Nellhaus), status gizi (kurva WHO atau CDC tergantung usia) Perkembangan - Bisa menggunakan Milestone, Denver II atau KPSP - Aspek yang diperiksa  Motorik halus  berhubungan dengan postur (gerakan dan posisi tubuh)  Motorik kasar  memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungan melalui inspeksi visual  Bahasa  upaya berkomunikasi dimana pikiran, ide dan perasaan disimbolisasikan (reseptif/memahami) dan ekspresif (mengungkapkan)  Sosial  penyesuaian diri dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan - Motor kasar  contoh refleks Moro dan ATNR - Motor halus  contoh kemampuan ekstremitas superior, tangan serta jari dan koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi lingkungan

Usia Neonatus

2 bulan 4 bulan 10 bulan 12 bulan 15 bulan

Tahapan Perkembangan Menoleh kesatu sisi (tengkurap), menegakkan kepala > 2 detik ketika didudukkan Mengangkat kepala 450 selama 20 detik (tengkurap) Mengangkat kepala dan dada 900, terlentang dari posisi tengkurap Berdiri dari posisi duduk (berpegangan) Berdiri sendiri, berjalan (berpegangan pada 1 tangan) Berjalan sendiri

Usia

Tahapan perkembangan

3 bulan

Telapak tangan terbuka

4 bulan

Menyatukan kedua tangan

5 bulan

Memindahkan benda antara 2 tangan

6 bulan

Meraih unilateral

9 bulan

Menjimpit imatur

11 bulan 12 bulan

Menjimpit matur dengan jari Melepaskan benda secara volunter

Usia

Tanda bahaya 

< 12 bulan (periode pra linguistik)

12-24 bulan (periode linguistik awal)

24-36 bulan (periode pra sekolah)

4 tahun (periode sekolah)

  

2 bulan tidak tersenyum pada wajah yang dikenalnya atau bersuara  3 bulan tidak tersenyum pada orang lain  4 bulan tidak mencoba meniru suara-suara  8 bulan tidak babbling, tidak minat terhadap permainan “ciluk ba”  12 bulan tidak menggunakan kata tunggal, isyarat “byebye”, tidak menunjuk objek  18 bulan tidak bisa sedikitnya 15 kata, lebih menyukai gerak tangan dari suara  2 tahun belum mengucapkan 2 kata, urutan ucapan kata tidak jelas, tidak bisa meniru kata atau aksi, tidak bisa mengikuti perintah sederhana Pada 3 tahun :  Tidak bisa mengkombinasi kata menjadi 1 kalimat  Tidak bisa memulai interaksi dengan orang lain  Tidak bisa menggunakan huruf “p,h,m,n,t,d,k,g” dengan benar  Sering terlihat frustasi saat berkomunikasi  Perbendaharaan kata terbatas  Tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana Pada 4 tahun :  Orang lain sekeluarga tidak mengerti bahasa anak  Tidak dapat mengulang sebuah cerita atau mengulang kejadian sebelumnya dengan jelas  Kalimat tidak terorganisasi dengan baik dan banyak kesalahan

Kerusakan pada bagian anterior (motorik / Broca)  gangguan bahasa ekspresif Kerusakan pada bagian posterior (sensorik / Wernicke)  gangguan bahasa reseptif Pemeriksaan Denver : - Normal  bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang terletak di sebelah kanan garis umur - Caution  bila seorang anak gagal atau menolak uji coba, garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90 skornya - Delayed  bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur - No oportunity  tidak ada kesempatan uji coba yang didapatkan orang tua

“RESPIROLOGI”

 





  



HMD  penyakit jantung akibat prematuritas yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan (sel T2 alveolar belum matur) Faktor risiko HMD : - Prematur - Diabetes gestasional - Asfiksia prenatal - Multipel gestasi Gambaran radiologi : - Retikulogranular - Ground glass appearance - Bell shaped thorax - Bilateral air bronchograms Derajat HMD : - Derajat 1  bercak retikulogranular setengah lapang paru - Derajat 2  bercak retikulogranular seluruh lapang paru + batas jantung masih jelas - Derajat 3  bercak retikulogranular seluruh lapang paru + batas jantung tidak jelas - Derajat 4  ground glass apperance atau white lung

MAS  adanya mekonium bercampur dengan ketuban (berwarna hijau) Adanya tanda obstruksi jalan napas atau distress pernapasan  akibat aspirasi dari mekonium Tanda postmaturitas : - KMK (kecil masa kehamilan) - Kuku panjang - Kulit terkelupas, pewarnaan kulit kuning-hijau - Radiologi  bercak atau infiltrat kasar Tatalaksana : - Bayi bugar  perawatn rutin tanpa memandang konsistensi mekonium - Bayi distress  laringoskopi direk dan pengisapan intratrakeal - Hindari VTP sampai pengisapan trakea selesai - MAS  koreksi abnormalitas metabolik, pantau saturasi oksigen, awasi tanda obstruksi nafas, awasi hipoksemia dan ventilasi mekanik



 



TTN  terjadinya sesak napas tanpa retensi CO2 pada bayi yang sifatnya sementara (self-limited disease) gejala membaik maksimal dalam 72 jam Pada persalinan normal  pasase bayi melewati pelvis ibu yang sempit  memeras cairan keluar dari paru-paru Tanda khas TTN : - Usia gestasi < 38 minggu (late-preterm) - Dilahirkan secara perabdominal atau sectio caesarea (SC) - Ibu dengan diabetes (diabetes gestasional)  bayi makrosomia Gambaran radiologis : - Edema interstisial - Peningkatan corakan vaskuler di hilus - Efusi pleura

Kontak dengan pasien TB

Uji Tuberkulin

BB / keadaan gizi Demam tanpa sebab jelas Batuk Pembesaran KGB

Tidak jelas

Kontak dengan pasien BTA (+)

Negatif

-

-

Positif (>10 mm, atau >5 mm pada keadaan imunosupresi)

-

Gizi kurang BB/TB 1, tidak nyeri Ada pembengkakan

-

-

-

-

-

-

Sugestif TB

-

-

-

Pembengkakan tulang / sendi Foto dada

-

Laporan keluarga, kontak BTA (-) atau tidak tahu

Normal / tidak jelas

TB paru BTA (-) TB kelenjar Efusi pleura TB TB paru BTA (+) TB paru dengan kerusakan luas TB ekstraparu (selain meningitis TB dan TB tulang)

2HRZ

4HR

2HRZE

4HR

2HRZE

10HR

TB tulang/sendi TB milier TB meningitis

Bila ada gejala (batuk, demam dan malaise > 2 minggu, serta BB turun dalam 2 bulan sebelumnya)

Ada akses foto rontgen thorax dan/atau uji tuberkulin

Tidak ada akses foto rontgen thorax dan/atau uji tuberkulin

Sistem skoring

Uji tuberkulin (+) dan/atau ada kontak TB paru

TB anak terkonfirmasi bakteriologis (RHZE)

TB anak klinis (RHZ)

Terapi OAT

Uji tuberkulin (-) dan/atau ada kontak TB paru

Ada kontak TB paru

Tidak ada / tidak jelas kontak TB paru

Observasi gejala selama 2 minggu, bila persisten  rujuk untuk evaluasi









  

Penegakkan diagnosis TB anak didasarkan 4 hal : - Konfirmasi bakteriologis TB - Gejala klinis yang khas TB - Adanya bukti infeksi TB (tuberkulin atau kontak TB) - Foto thorax sugestif TB Mantoux test : - 0,1 ml intrakutan di bagian volar lengan bawah - Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan - Interpretasi :  0-5 mm  negatif  5-9 mm  meragukan  > 10 mm  positif Lama pengobatan TB : - TB ringan, efusi pleura TB, TB BTA (+)  lama 6 bulan - TB paru dengan tanda-tanda kerusakan luas (TB milier)  9-12 bulan - TB esktra paru  12 bulan - Fase intensif  kombinasi 3 OAT selama 2 bulan awal (2 RHZ) - Fase lanjutan  kombinasi 2 OAT selama 4 bulan berikutnya (4 RH) Dosis obat TB : - Isoniazid (H)  5-10 mg/kgBB/hari (max 300 mg/hari) - Rifampisin (R)  15 mg/kgBB/hari (max 600 mg/hari) - Pirazinamid (Z)  35 mg/kgBB/hari - Etambutol (E)  20 mg/kgBB/hari - Streptomisin (S)  15-40 mg/kgBB/hari (max 1000 mg/hari) Profilaksis TB  < 5 tahun atau HIV (+) walaupun tes tuberkulin < 6 (-) Observasi  > 5 tahun atau HIV (-) walaupun tes tuberkulin > 6 (+) Jenis profilaksis TB : - Primer  diberikan selama 3 bulan (isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari)  adanya kontak - Sekunder  diberikan selama 6-12 bulan (isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari)  adanya infeksi

Piridoksin 10 mg tab (1x sehari)

 



 



Tanda utama (trias) pneumonia  demam, batuk dan sesak napas Etiologi - < 5 tahun  RSV (respiratory synctial virus) dan streptococcus pneumoniae - > 5 tahun  rhinovirus dan mycobacterium pneumoniae RR normal : - < 2 bulan  60 x/menit - 2-12 bulan  50 x/menit - 1-5 tahun  40 x/menit Istilah bronkopneumonia dan pneumonia lobaris  diagnosis radiologis Klasifikasi pneumonia : - Ringan  demam + batuk + sesak napas - Berat  gejala ringan + minimal 1 gejala (pernapasan cuping hidung, retraksi subkostal, tidak dapat menyusu, kejang/letargis/penurunan kesadaran, sianosis distress pernapasan berat, foto dada menunjukkan gambaran infiltrat luas/konsolidasi) Terapi pneumonia : - Ringan (rawat jalan)  Kotrimoksazol 2x4 mg TMP/kgBB (selama 3 hari)  Amoksisilin 2x25 mg/kgBB (selama 3 hari) - Berat (rawat inap)  Ampisilin atau Amoksisilin 4x25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM + Kloramfenikol 3x25 mg/kgBB IV atau IM  Ampisilin atau Amoksisilin 4x25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM + Gentamisin 1x7,5 mg/kgBB IM  Ampisilin atau Amoksisilin 4x25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM + Seftriakson 1x80-100 mg/kgBB IV atau IM

Pneumonia Ringan

Pneumonia Berat

Intermitten

Gejala asma 6 minggu

Persisten ringan

Gejala asma >1x/bulan, tetapi 1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten berat

Sesak napas Posisi Cara berbicara Kesadaran Frekuensi napas Nadi Pulsus paradoksus Otot bantu napas dan retraksi suprasternal

Gejala asma terjadi hampir setiap hari

Berjalan Dapat tidur terlentang Satu kalimat

Duduk Beberapa kata

Istirahat Duduk membungkuk Kata demi kata Mengantuk, gelisah, penurunan kesadaran

Mungkin gelisah

Gelisah

Gelisah

30/menit

120 (+ > 25 mmHg

(+)

(+)

Torakoabdominal paradoksal

Akhir ekspirasi

Inspirasi dan ekspirasi

Silent chest

60-80% 60-80 mmHg 80 mmHg

PaCO2 SaO2

95%

Mengi

Berbicara

45 mmHg fero glukonat - Dosis  3-6 mg besi elemental/kgBB/hari - Target Hb  meningkat 1 gr/dl dalam 2-3 minggu

Nilai normal Hb :  Neonatus  14-27 gr/dl  Bayi  10-17 gr/dl  Batita  9-15 gr/dl  Anak  11-16 gr/dl

  

MCV < 80 fl MHC < 27 pg MCHC < 32%

PP  apusan darah tepi, ferritin, kadar zat besi serum, TIBC, saturasi transferrin, elektroforesis Hb



 





  

Derajat anemia :  Anemia ringan  9-12 gr/dl  Anemia sedang  7-8 gr/dl  Anemia berat  < 7 gr/dl

MCV 80-100 fl MHC 27-32 pg MCHC 32-35%

PP  leukosit, trombosit, apusan darah tepi, retikulosit

  

MCV > 100 fl MHC > 32 pg MCHC 32-35%

PP  apusan darah tepi, kadar vitamin B12, kadar asam metilmalonik (MMA)

Membedakan thalassemia dan anemia defisiensi besi  Mentzer Index - Skor < 13  Thalassemia - Skor < 13  anemia defisiensi besi Thalassemia  diturunkan secara autosomal resesif, merupakan defek sintesis rantai globin Fenotip : - Mayor  transfusion dependent - Intermedia  gejala klinis ringan - Minor  asimptomatik Genotip : - Alfa thalassemia  kromosom 16  HbH dan Hb Bart - Beta thalassemia  kromosom 11  HbF dan HbA2 Tanda khas : - Riwayat keluarga (+) - Tanda-tanda anemia hemolitik - Deformitas tulang - Apusan darah tepi  sel target, teardrop cell, howell jolly bodies, basophillic stippling dan anisositosis - Morfologi  mikrositik hipokromik - Hb elektroforesis  pengukuran densitometri  Thalasemia alfa  terdapat HbH atau Hb Barts  Thalasemia beta  peningkatan HbA2, penurunan HbA dan peningkatan HbF

Hb Bart disease Thalassemia alfa

HbH disease Alfa minor

Beta mayor Thalassemia beta Beta minor



Defek 4 rantai beta  hidrops fetalis atau IUFD Hb dengan 4 rantai beta  anemia hemolitik kronis, mikrositosis, splenomegali Asimptomatik, anemia ringan, target cell (+) Simptomatik, anemia berat, transfusi seumur hidup, hepatosplenomegali, facies cooley, hair on end Anisositosis, poikilositosis, target cell (+), basophillic stippling (+) Asimptomatik Anemia ringan, mikrositik, target cell (+), tear drop cell (+)

Tatalaksana - Transfusi PRC  Indikasi  Hb < 8  Indikasi  Hb > 8 (bila keadaan umum kurang baik, anoreksia, gangguan aktivitas, gangguan pertumbuhan, splenomegali, perubahan pada tulang  Diberikan sampai target Hb 12  Bila Hb > 5  dosis PRC diberikan 10-15 ml/kgBB/kali dalam 2 jam atau 20 ml/kgBB/kali dalam 3-4 jam - Iron chelating agent  Biar pemberian besi tidak berlebihan  Deferiprox  75 mg/kg/hari dibagi 3 dosis PO  Deferasirox  20-40 mg/kgBB, diberikan 1 kali per hari  Diberikan bersamaan dengan transfusi PRC (agar tidak hematochrosis)  Jika berlebihan  sirosis, kardiomiopati, DM, infertilitas  Indikasi  feritin > 1000 mg/dl, transfusi > 5 liter, transfusi > 10 kali, transfusi > 1 tahun

 





Hemofilia  kelainan pembuluh darah tersering yang diturunkan dengan pola X-linked resesif baik A dan B Jenis hemofilia (defisiensi faktor intinsik) : - Hemofilia A  defisiensi faktor VIII - Hemofilia B  defisiensi faktor IX - Hemofilia C  defisiensi faktor XI (jarang) Diagnosis : - Riwayat perdarahan pada pria - Hemarthrosis spontan (perdarahan spontan pada sendi) - Trombosit  normal - Bleeding time  normal - Clotting time  memanjang - PT  normal - APTT  memanjang Tatalaksana : - Cegah terjadinya perdarahan - Pemberian suntikan dihindari - Hemofilia A  konsentrat faktor VIII + kriopresipitat - Hemofilia B  konsentrat faktor IX + FFP (fresh frozen plasma)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF