Dialog Sejarah

December 7, 2017 | Author: retnomurtyandari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

drama tentang kemerdekaan...

Description

Dialog -_lain kali, aku nggak mau ada drama2an sekelas lagi. bikin kapok -_- capeknya ittu lho, apalagi yang jadi narator. belum bahan dramanya, belum ininya, belum itunya. haduuuh -_ini nih contoh naskah dramanya. nanti kalo udah lengkap, ane upload lagi lah. itung2 bantu nulungin yang lagi kesusahan bikin dialog Drama IPS: Detik-Detik Proklamasi Pada akhir tahun 1944 kedudukan Jepang semakin terdesak. Keadaan di Negeri Jepang semakin buruk moral masyarakat menurun. Hal-hal yang tidak menguntungkan menyebabkan jatuhnya kebinet Tojo pada tanggal 17-Juli-1944, dan digantikan oleh jenderal Kuniaki Koiso. Menghadapi situasi yang gawat tersebut, Kuniaki koiso bersama Letnan Kumaciki Harada berunding tentang memberikan janji kemerdekaan. Kuniaki koiso : “Letnan, dalam situasi yang mendesak ini, bagaimana kalau kita menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia?” Kumakici : “Tapi, apakah mungkin kita menggunakan cara seperti itu? Menurutku, itu sangatlah merugikan bagi kita.” Kuniaki koiso : “Hahha :D, itu taktik letnan. Sudah lah percayakan ini kepadaku. Tapi aku tidak bisa meyakinkan rakyat Indonesia, Letnan saja yang meyakinkan.” Kumakici : “Hahha, memang mukamu tidak meyakinkan. Ya sudah besok saya adakan pertemuan bersama rakyat Indonesia” Keesokan harinya, tanggal 1 maret 1945 mereka berkumpul. Rakyat Indonesia diwakili oleh K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dan Ir. Soekarno, Muh Yamin, Prof. Dr. Soepomo Kumakici : “Ehm, saya mengadakan pertemuan ini untuk memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia.” KRT Radjiman : “Tunggu, apa maksud anda tiba-tiba memberikan janji kemerdekaan?” Kuniaki Koiso : “Eh, jangan berburuk sangka dulu dong. Ini juga yang terbaik buat Indonesia. “ Kumakici :” Iya, tenang saja. Bagaimana kalau kita membentuk Badan Penyelidikan Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia? Dengan badan itu kalian bersama-sama menyelidiki hal-hal yang mengenai kemerdekaan Indonesia seperti ekonomi, politik, dan sosial” Ir.Soekarno : “Iya, saya setuju. Kalau begitu sekarang saja dibentuk kepengurusan BPUPKI.” Kuniaki Koiso : “Bagaimana kalau KRT.Radjiman Wedyodiningrat saja yang menjadi ketuanya?? KRT Radjiman : Baiklah saya bersedia, Terimakasih telah memberikan kepercayaan kepada saya.” Ir.Soekarno : “Kita sepakat yang menjadi ketua muda adalah Ichibangase dan R.P Suroso. “ Ichibangase : “Lalu kapan kita mengadakan sidang pertama BPUPKI?”

KRT.Radjiman : “Oke, saya putuskan sidang pertama BPUPKI tanggal 29 MEI – 1 juni 1945. Dan saya akhiri pertemuan sekarang. Wassalamualaikum wr wb.” Kemudian , BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sang In yang dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan dua pembesar Jepang. Keesokan harinya, diadakan sidang BPUPKI yang pertama. Sidang ini merumuskan Undang-Undang Dasar yang dimulai dengan membahas dasar Negara Indonesia. Dasar Negara pertama dikemukakan oleh Muh, Yamin. Muh yamin :” Assalamualaikum wr wb. Saya ingin mengemukakan dasar Negara Indonesia yaitu sebagai berikut : Peri Kebangsaan Peri kemanusiaan Peri ketuhanan Peri kerakyatan Kesejahteraan rakyat” KRT.Radjiman : “Mungkin ada yang ingin mengemukakan lagi? Kalau tidak dilanjutkan pada tanggal 31 Mei. (rapat bubar)” Kemudian pada tanggal 31 Mei 1945, sidang dilanjutkan lagi dan Prof.Dr. Soepomo mengemukakan dasar negaranya. Prof Soepomo :” Ass wr wb, saya ingin menyampaikan dasar Negara Indonesia. Semoga dapat diterima dengan baik. Inilah dasar Negara yang saya usulkan : Persatuan Kekeluargaan Keseimbangan lahir dan batin Musyawarah Keadilan rakyat” Ir. Soekarno : “Sebenarnya hari ini saya ingin mengemukakan dasar Negara, dikarenakan waktunya sudah tidak memungkinkan jadi saya putuskan mengemukakan dasar negaranya dilanjutkan besok.” KRT.Radjiman : “Ya, benar sekali. Ok, sidang kita tutup, assalamualaikum wr wb” Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 yang merupakan rapat terakhir dalam sidang pertama, Ir. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan perumusan dasar Negara Indonesia merdeka. Ir.Soekarno : “Assalamualaikum Wr wb, berikut adalah dasar Negara yang saya usulkan. Kebangsaan Indonesia Internasionalisme atau perikemanusiaan Mufakat atau demokrasi Kesejahteraan social Ketuhanan yang maha Esa Saya juga ingin mengusulkan nama untuk dasar Negara itu,, yaitu PANCASILA. Apakah semua setuju?”

KRT.Radjiman : “Ya saya setuju, lagi pula usulan anda tentang dasar Negara anda, merupakan penyempurnaan dari usulan Prof.Soepomo dan Muh.Yamin. Dan saya rasa memilih PANCASILA sebagai nama dasar Negara juga pas.” Prof.Soepomo : “Jadi hari ini juga sidang BPUPKI periode pertama berakhir.” Ir.Soekarno melaporkan bahwa pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia kecil itu mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI. Dalam pertemuan itu pula berbentuk panitia kecil lain yang berjumlah 9 orang, yang kemudian dikenal dengan Panitia Sembilan. Panitia 9 ini berkumpul menyusun rumusan negara berdasar pemandangan umum para anggota. Akhirmya, mereka berhasil merumuskan maksud & tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka Soekarno : “saudara-saudara anggota panitia sembilan, terima kasih karena saudara bissa berkumpul di sini untuk meyempurnakan dasar-dasar negara kita.” Setelah BPUPKI dibubarkan, maka untuk menangani tugas selanjutnya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahsa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai pada tanggal 7 Agustus 1945,dengan tugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada Indonesia. Pembentukan PPKI ini langsung ditangani oleh Marsekal Terauci,yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi bala tentara Jepang di Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalath,Vietnam. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ,dalam rangka peresmian PPKI,Ir Sukarno, Drs. Moh Hatta dan Dr.Radjiman Wedyodiningrat dipanggil menghadap Terauci ke Dalath,Vietnam. Dalam pertemuan tanggal 12 Augtus1945, kepada para pemimpin bangsa kita Marsekal Terauci menyampaikan hal hal mengenai janji kemerdekaan. Terauchi : ”Aah, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman. Selamat datang di Dalath. Bagaimana perjalanan anda?” Soekarno : ”Baik-baik saja, Panglima. Bagaimana kabar anda?” Terauchi : ”Saya baik, mari silahkan duduk (mempersilahkan duduk)” Dr. Radjiman : ”Jadi, apakah kami dipanggil kemari dalam rangka peresmian PPKI?” Terauchi : ”ya, benar sekali, Dr. Dan ada beberapa hal yang harus saya sampaikan juga” Moh. Hatta : “Apakah hal yang anda ingin sampaikan, panglima?” Terauchi : “Kami telah memutuskan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia., dan untuk pelaksanaan kemerdekaan tersebut, kami telah membentuk PPKI. “ Dr. Radjiman : “lalu bagaimana pelaksanaan kemerdekaannya?” Terauchi : ” Pelaksanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur angsur di mulai dari pulau Jawa kemudian pulau pulau lainnya, dan kelak wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Pelaksanaan kemerdekaan berkisar tanggal 24 Agustus 1945” Soekarno : ”Baiklah, kami paham. Terima kasih atas kebaikan hati anda. Kami pamit dulu, panglima” Kekalahan Jepang dalam perang pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari,

Tenno Heika : “ (suara radio) Dengan menyesal kali ini saya umumkan bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat, akibat pemboman yang dilakukan Sekutu pada tanggal 6 Agustus di Hiroshima, dan tanggal 9 Agustus di Nagasaki” Setelah mendengar berita ini, Chaerul Saleh langsung memberitakan kabar tersebut kepada golongan pemuda. Chairul Saleh : “Apakah kalian sudah mendengar tentang berita kekalahan Jepang ?” Sukarni : “Benarkah ? Apa yang terjadi dengan Jepang ?” Sutan Syahrir : “Pada hari ini Kota Hirosima dan Nagasaki telah di bom atom oleh sekutu” Sukarni : “Kalau begitu kita harus segera menyuruh Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini.” Maka golongan muda yang ingin cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan, segera mengadakan rapat di salah satu ruangan lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada pukul 20.00. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh. Peserta rapat antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, dan lainnya. Chaerul Saleh : “Kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia sendiri, segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus!” Yusuf K. : “Kita juga perlu beruding dengan Ir. Sukarno dan Mohammad Hatta, agar kelompok pemuda diikut sertkan .” Wikana : “Baiklah, rapat dibubarkan.” Yusuf K. : “siap” Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Sutan Syahrir Fatmawati Sutan syahrir Fatmawati Chairul Saleh Fatmawati Fatmawati

: “assalamu’alaikum , ?” : “(fatmawati membukan pintu )waalaikumSalam ! “ : “maaf bu, apakah Bungkarnonya ada , kami ingin bertemu dengannya.” : “yah kang mas ada didalam, memang ada apa yah mencari kang mas” : Begini Bu ada hal yang penting yang harus kami bicarakan dengan nya.” : “oh kalau begitu ya sudah ayo slahkan masuk, silahkan duduk” : “kalau begitu saya panggilkan dulu kangmas”

Fatmawati akhirnya pergi meninggalkan para pemuda di ruang tamu dan kemudian ia menemui Soekarno Soekarno datang?” Fatmawati Soekarno pemuda )

: “(saat fatmawati menghampiri Soekarno di ruang baca. ) Siapa Bu yang : “itu para pemuda datang mereka ingin berbicara penting katanya” : (Soekarno kemudian beranjak dari kursi dan pergi untuk menghampiri para

Akhirnya Soekarno datang bersama fatmawati kemudian para pemuda berjabat tangan dengan Soekarno. Dan menceritakan maksud kedatangan mereka. Fatmawatipun pergi meninggalkan Soekarno dan para pemuda. Soekarno : “Saya dengar dari istri saya katanya ada yang ingin kalian bicarakan, memang apa?” Chairul saleh : “Kami ingin membicarakan tentang keinginan kami untuk secepatnya Indonesia memperoklamsikan kemerdekaannya” Soekarno : “Maksud kalian apa ?saya tidak mengerti.” Chairul saleh : “maksud kami adalah menginginkan agar secepatnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya” Soekarno : “Lalu kenapa kalian ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?” Sutan sahir : “Karena inilah kesempatan yang baik bagi kita semua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena Jepang sudah menyerah pada sekutu” Soekarno : “Apa kalian tidak memikirkan bahaya apa saja apabila bila kita tetap nekad memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Apa lagi kekuatan militer Jepang yang masih berada di Indonesia mampu menggagalkan rencana untuk memperoklamasikan Indonesia!” Sutan sahir : “Yang jelas kami menginginkan kemerdekaan Indonesia secepatnya!” Soekarno : “Apa ini tidak terlalu tergesa-gesa ! sedangkan kebenaran berita menyerahkan Jepang kepada sekutu masih di ragukan, lebih baik kita cek dahulu dari sumber yang resmi” Sutan sahir : “Jadi usulan kami belum dapat di setujui tapi saya yakin berita tersebut benar adanya” Soekarno : “Nanti saja kita bicarakan lagi lebih lanjut dengan anggota PPKI lainnya karena saya sendiri tidak bisa mengambil keputusan sendiri.” Sutan Sahir : “Ya sudah kalau memang keputusan Bung Karno seperti itu apa boleh buat” Chairul saleh : “Mungkin pembicaraan ini kita cukupkan sekian saja karena sudah terlalu malam. Sebelumnya kami meminta maaf mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat Bung” Soekarno : “Tidak apa-apa, silahkan!” (Merekapun berjabat tangan dan berpamitan pulang) Malam harinya para pemuda, diantaranya B.M. Diah dan Yusuf kunto mengadakan rapat lagi tepatnya jam 20.00 WIB di salah satu ruangan lembaga bakteriologi untuk membahas mengenai sikap Soekarno yang kurang mendukung keinginan para pemuda. Chairul saleh : “Bagaimana kalau apa yang kita bicarakan ini kita rundingkan kembali dengan Soekarno dan Moch Hatta?” Semua yang hadir : ”Setuju” Akhirnya mereka berangkat ke rumah Soekarno, tak lama kemudian mereka sampai di rumah Soekarno Chairul saleh : “Asalamu’alaikum !” Fatmawati : “Oh, Kang Mas ada didalam, ayo masuk wah kebetulan sekali yah, tokohtokoh tua juga sedang berkumpul disini”

Sukarni : ”Apa Bu,tokoh tua juga ada disini ? (Sukarni bertanya dengan penuh rasa kaget)” Fatmawari : “Ya ada, seperti Moch Hatta, Dr Samsi, Buntaran, dan yang lainnya, maaf saya keasyikan ngobrol, mari masuk, silahkan duduk, saya panggilkan dulu Kang Mas” Sukarni : “Silahkan Bu !” Tidak lama kemudian Soekarno datang bersama tokoh-tokoh tua Chairul saleh : “Maaf Bung, lagi-lagi kami menganggu waktu anda” Soekarno : ”Ah tak apa-apa, lalu apa yang ingin kalian bicarakan?” Chairul saleh : “Begini, Bung sendiri sudah tehukah bahwa kami menginginkan Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaannya” Soekarno : “Yah saya tahu, kalian begitu menginginkan Indonesia segera memperoklamasikan kemerdekaan, sama saya juga menginginkan” Latif H. : ”Lalu kenapa Bung tidak menyetujui, kalau Bung menginginkan kemerdekaan Indonesia?” Soekarno : “Saya tidak bisa seenaknya menyetujui usul anda, tanpa mengadakan rapat dahulu dengan anggota PPKI.” Sutan sahir : ”Saya berharap Bung tidak akan mengadakan rapat dengan anggota PPKI, karena yang saya takutkan nanti Jepang malah mengetahui rencana ini Bung, kita tahukan PPKI memang di bentuk oleh Jepang” Soekarno : “Yah saya tahu itu bahwa memang PPKI itu dibentuk oleh Jepang, tapi itu merupakan satu-satunya jembatan bagi kita unruk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia” Chairul saleh : “Tetapi kami tidak ingin Jepang ikut campur tangan dalam rencana ini Bung!” Soebarjo : “Jadi maksudnya kita memutuskan segala ikatan dengan Jepang, begitu kan?” Sutan sahir : ”yah begitu” Soekarno : “Tetapi saya tidak menyetujuinya, lebih baik kita bicarakan masalah ini dengan anggota PPKI, agar nantinya saat memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia kita tidak mengalami banyak masalah” Sutan sahir : ”Tapi...” Soekarno : (Memotong pembicaraan sutan sahir) “Tidak ada tapi-tapian, saya tidak akan mengikuti keinginan kalian (dengan nada bicara yang tinggi. Sambil emosi yang meluap luap)” Semakin alot perundingan, para pemuda dan Soekarno berisitegang keadaan semakin panas. Tiba-tiba Moh. Hatta datang Hatta : “Assalamu’alaikum”! Soekarno : “Waalaikum salam!” Hatta : “ada apa ini para pemuda dan tokoh Bung datang berkumpul di sini?” Soekarno : “Ah tidak apa-apa saya senang sekali Bung datang kemari. Kami sedang membicarakan keinginan para pemuda ini” Hatta :”Memang apa keinginan para pemuda itu, yang saya dengar kalau tidak salah mereka ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.” Soekarno : “Yah benar sekali itu yang mereka inginkan, tapi yang saya tidak setujui karena saya tidak bisa mengambil keputusan ini sendiri”

Wikana : “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .” Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: Soekarno : “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !” Hatta : “Bagaimana kalau kita rundingkan dulu masalah ini tanpa para pemuda, kita renungkan bersama para tokoh tua Soekarno : “Baiklah saya setuju!” Hatta : tapi bagaimana dengan para pemuda ini?” Soekarno : “Biarkan para pemuda itu duduk di serambi belakang” (Pemuda keluar dari rumah Soekarno dan menunggu tokoh tua yang berunding. Mereka menunggu di serambi belakang) Bung Karno dan Bung Hatta serta para tokoh nasionalis tua berunding Hatta : “Lalu apa yang sekarang kita lakukan, sedangkan para pemuda terus mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.?” Soekarno : “tapi kita tidak tahu kebenaran berita tersebut, lagi pula kalau memang Berita tersebut benar tentu saja seharusnya kitalah dahulu yang mengetahuinya. ” Hatta : ”Jadi maksud bung kita tidak akan mengikuti keinginan para pemuda?” Soekarno : “benar, karena yang saya takutkan natinya malah terjadi prtumpahan darah, mengingat kekuatan militer masih siap siaga dan kuat disini. ” Kemudian para tokoh nasionalis tua itu beranjak keluar dan menemui para pemuda yang sejak tadi menunggu di serambi belakang. Suhud : “bagaiman keputusan anda Bung.?” Soekarno :”Saya tetap pada pendirian saya, bahwa kami (sambil menunjuk Bung Hatta) tetap tidak ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sekarang ini, jika memang kalian tetap pada pendirian kalian maka saya persilahkan anda untuk mencari tokoh yang lain. Sutan Syahrir : ”Baiklah kalau pendirian anda seperti itu, kami tidak bisa melakukan apaapa , tapi yang jelas kami akan berusaha memproklamasikan kemedekaan Indonesia secepatnya.” Akhirnya para pemuda pun pergi dari rumah Soekarno dengan kekecewaan yang mendalam. Pukul 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda mengadakan rapat di Cikini. Chaerul Saleh : ”Sekarang apa yang harus kita lakukan? Soekarno dan Moh. Hatta tetap bersikeras tidak menyetujuinya usul kita apalagi mereka berdua tetap tidak percaya dengan berita itu.”

Sutan syahrir :”Begini saja, saya mengusulkan agar Bung Karno dan Moh. Hatta kita aasingkan saja keluar Jakarta untujk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang, apakalian setuju usul saya! Sukarni, Yusup Kunto, Muwardi berkata “ Setuju “ Sutan syahrir : “tapi yang saya bingungkan kita akan membawa kedua tokoh Nasionalis itu kemana.” Muwardi : “Kita serahkan saja tugas ini kepada Singgih dan Latif hendraningrat karena mereka berdua adalah anggota PETA” Latif : :baiklah, akan saya pikirkan dahulu” (sekitar 15 menit mereka berpikir) Latif : “Bagaimana kalau kita bawa mereka dua ke Rengasdengklok dekat Karawang, karena disana dekat dengan tempat salah satu pemusatan tentara PETA yang keamanannya terjamin?” Sutan Syahrir : “benar, apa kalian menyetujuinya?” Suhud :”Bagus, kami setuju dengan rencana tersebut ” Latif Hendraningrat dan Singgih pun kemudian pergi ke rumah Soekarno. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Soekarno. Chairul Saleh : “assalamualaikum…” Hatta : “waalaikum salam…” Darwis : “maksud kami kesini adalah untuk membawa pak Hatta dan pak Karno agar ikut kami.” Hatta : “maksudnya???” Darwis : “Begini, karena keamanan kalian saat ini sangatlah terancam apabila terjadi bentrok antara rakyat dan jepang. Tapi alangkah baiknya apabila anda mengajak anak dan istri anda agar terjaga keamanannya.” Soekarno :”Baiklah, kami akan pergi sekarang juga.” Hilangnya Ir.soekarno dan M.hatta menimbulkan kepanikan dikalangan para pemimpin pergerakan kemerdekaan di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Achmad Soebarjo pada pukul 8.00 pagi. Saat itu yang dia temui hanyalah Wikana, ditanyalah ia… Soebarjo : “Apakah kamu tau dimana keberadaan ir.soekarno dan M.hatta???” Wikana :saya tidak tau, Soebarjo :”Katakan kepadaku dimanakah mereka, saya jamin keselamatan mereka apabila mereka kembali ke Jakarta.” Wikana :”Baiklah saya akan menunjukan tempat Soekarno dan Hatta berada.” Setelah Soebardjo memberikan jaminan kepada komandan tentara PETA di

Rengasdengklok bahwa kemerdekaan akan segera diproklamasikan keesokan harinya, Soebardjo diperbolehkan membawa mereka kembali ke Jakarta pada malam itu juga. Pada tanggal 16 agustus 1945 rombongan Soekarno Hatta tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Setelah menurunkan Fatmawati dan putranya di kediaman Soekarno, Pemimpin perjalanan Soebardjo , membawa mereka langsung menuju rumah Laksamana Maeda di jln Imam Bonjol no 1. Soebarjo : “(mengetuk pintu) assalamualaikum, Laksamana Maeda?” L. Maeda : “baik baik, tunggu sebentar (membuka pintu) apa yang bisa saya bantu pak Soebarjo? Tengah malam seperti ini…” Soebarjo : “aah, Laksamana Maeda (berjabat tangan). Kami ingin menumpang di rumahmu untuk menyusun teks proklamasi. Bolehkah?” L. Maeda : “tentu saja. Silahkan, ruang makan saya tersedia untuk anda dan rombongan anda” Di ruang makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, sebagai tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks Proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari golongan pemuda, menunggu di serambi muka. Soebarjo : “Bagaimana bila kalimat pertama bebunyi: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”” Soekarno : “baiklah, akan kutulis. Apakah ada usulan lagi, saudara-saudara?” sHatta : “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” Maka sebagai hasil pembicaraan bertiga, diperoleh rumusan tulisan tangan Soekarno. Setelah naskah proklamasi selesai dirumuskan, tim perumus lantas menemui rombongan di serambi muka. Pada pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan rumusan naskah proklamasi. Soekarno : “PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” Rombongan : “baiklah, kami setuju!” B.M. Diah : “Lantas, siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi?” Soekarno : “Sebaiknya semua yang hadir disini yang menandatanganinya” Hatta : “ya, mereka akan menandatanganinya sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.” B.M. Diah : “Tidak, kami tidak setuju. Sebagian besar yang hadir di sini adalah anggota PPKI, dan menurut kami, PPKI adalah badan bentukan Jepang.”

Sukarni : “Cukuplah dua orang saja yang menandatanganinya, yaitu Bung Soekarno dan Bung Hatta” Dengan disetujuinya usul Sukarni, selanjutnya Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk menngetik naskah itu. Soekarno Sayuti Melik

: “Sayuti, tolong ketikkan naskah ini berdasarkan tulisan saya” : “Baik Bung Karno”

Tanggal 17 Agustus, menjelang detik-detik proklamasi, Upacara akan segera dimulai. Upacara itu berlangsung sederhana. Latif H. : “Mr. Kasman?” Kasman S. : “Ya, ada apa Latif?” Latif H. : “Saya minta kesungguhan bapak untuk menjaga momen terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia ini” Kasman S. : “baiklah, saya paham.” Maka upacara pun dimulai Latief H. : “Para pemuda-pemuda yang gagah berani, silahkan kalian berdiri!” (para pemuda berdiri dengan sikap sempurna) “Kepada Bung Karno dan Bung Hatta, silahkan maju beberapa langkah mendekati mikrofon” Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi. Pembacaan naskah proklamasi dilakukan pukul 12.00 waktu Tokyo, atau pukul 10.00 WIB. Soekarno : Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami: PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai

pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta. Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.” Tak lama kemudian, Ir. Soekarno menyuruh S.K Trimurti untuk mengibarkan bendera merah putih. Namun S.K. Trimurti menolak. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat maju bersama Suhud, mengibarkan bendera Merah Putih jahitan Ibu Fatmawati di kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan timur No. 56, Jakarta. Seluruh hadirin

: (menyanyikan Indoesia Raya)

Dengan diiringi nyanyian lagu Indonesia Raya pengibaran bendera sang Merah Putih terkesan khidmat. Latif H. :“dan sekarang, mari kita dengarkan sambutan dari Wakil Walikota Suwirjo, dan Dr. Muwardi” Muwardi : “Ass.Wr.Wb. Saya selaku wakil kaum pemuda Indonesia sangat bersyukur kepada yang terhormat Insinyur Soekarno dan Moh. Hatta, yang telah bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada hari ini. Ini semua karena berkat Allah SWT, yang dengan rahmatNya kami semua dapat berkumpul menyaksikan Upacara terpenting dalam sejarah kita, bangsa Indonesia. Karena setelah berabad-abad di jajah oleh bangsa asing, akhirnya pada hari bersejarah ini, bangsa Indonesia secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya, dan secara resmi pula, kita terbebas dari belenggu para penjajah! MERDEKA! Wass.Wr.Wb.” (seluruh hadirin bertepuk tangan) Soewirdjo : “Ass.Wr.Wb. Selamat bagi bangsa Indonesia, yang pada hari ini secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya. Seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Muwardi, saya mengucapkan syukur, dan juga saya sangat berterimakasih kepada baik golongan muda maupun golongan tua, yang telah mempersiapkan kemerdekaan dengan waktu yang sangat sempit. Namun dengan bantuan rahmat Allah SWT, akhirnya proklamasi pun kini telah resmi dinyatakan. Terima kasih pula atas kebaikan nyonya Fatmawati, yang telah menjahitkan bendera pusaka, sang Saka Meah Putih, lambang kebanggaan bangsa kita. Saya rasa sekian sambutan dari saya, dan sekali lagi, selamat untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.” Lalu serempak mereka bersorak bahagia. Rasa haru menyelimuti di setiap hati mereka. Betapa tidak, angan – angan mereka tentang Negara yang merdeka akhirnya kini terwujud. Sejak saat itu Indonesia menjadi bangsa yang merdeka…

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF