Diagram Fasa
May 22, 2018 | Author: Dian 'Nurdiana' Malik | Category: N/A
Short Description
Download Diagram Fasa...
Description
A. Pengertian dan Fungsi Diagram fasa merupakan suatu gambar yang menyatakan daerah fasa yang stabil dengan dekomposisi dan temperatur sebagai koordinatnya . Fasa sendiri dapat diartikan bagian dari suatu sistem yang homogen secara fisis. Diagram fasa merupakan fungsi dari hubungan temperatur, komposisi dan fasa. Contoh diagram fasa : Diagram Fasa Air
T emperatur emperatur ( T) T)
Gas Cair + Gas Cair Padat + Cair Padat
Waktu (t ) Diagram Fasa Logam
T emperatur emperatur ( T) T)
Cair Padat + Cair Padat
Waktu (t )
B. Fungsi Diagram Fasa Untuk
meramalkan/memperkirakan :
y
Proses Solidfikasi
y
Struktur Mikro yang diperoleh
y
Sifat Mekanik
Berdasarkan jumlah unsur, Diagram Fasa dapat digolongkan secara umum menjadi : y
Diagram Fasa Biner terdiri dari 2 unsur
y
Diagram Fasa Terner terdiri dari 3 unsur
Diagram Fasa Biner ada 3 jenis, yaitu : 1. Diagram Fasa yang menunjukkan kelarutan yang sempurna dalam keadaan cair dan padat 2. Diagram Fasa yang menunjukkan kelarutan sebagian/terbatas dalam keadaan padat. Diagram Fasa ini terdiri dari 3 tipe : y
Memiliki reaksi fasa Eutektik.
y
Memiliki reaksi fasa Peritektik
y
Memiliki reaksi fasa Senyawa
3. Diagram Fasa yang menunjukkan adanya ketidaklarutan dari unsurunsur penyusun paduan. Untuk
memperoleh Diagram Fasa dapat dilakukan cara-cara sebagai
berikut : y
Diturunkan dari berbagai Diagram Fasa yang menghubungkan Temperatur dan waktu pada berbagai komposisi paduan.
y
Melalui percobaan pada berbagai komposisi paduan, dengan menggunakan alat dilatometer.
y
Melalui perhitungan dengan menggunakan teori termodinamika dan probabilitas (Gibbs).
C. Diagram Fasa (Keseimbangan Fasa)
Pada Logam
T emperatur ( T)
Cair Padat + Cair Fungsi (T, t, F) Padat Fungsi (T, K, F) Waktu (t ) (% W)
Diagram Fasa Biner
T Cair A
T Cair B Pada Sumbu T, terdapat : Titik cair unsur Titik perubahan bentuk sel satuan y y
A 100% A 0% B
% B >> komposisi
B 100% B 0% A
(1) Larut satu sama Lain; (2) Reaksi Fasa Peritektik; (3) Reaksi Fasa Eutektik; (4) Reaksi Fasa Eutektoid dan (5) Tidak Larut Gambar 1. Jenis-jenis Diagram Fasa Biner
D. Diagram Fasa Fe ± Fe3C
Ada 5 jenis fasa yang terdapat pada Diagram Fasa Fe ± Fe3C, yaitu : Fasa Cair, Besi Alfa, Besi Delta, B esi Gamma, dan Senyawa Fe ± Fe3C. Besi Alfa, Besi Delta, dan Besi Gamma dala m bentuk larutan padat. Diagram Fasa Fe ± Fe3C tidak mencapai C 100%, karena Fe ± Fe3C merupakan senyawa dan batas dari Diagram Fasa. Bila %C > 6,67 % maka sudah tidak dapat digunakan untuk material teknik sebab sifat materialnya sudah sangat getas. Dari Diagram Fasa Fe ± Fe3C menghasilkan 2 jenis material teknik, yaitu : 1. % C < 1,7 % disebut Baja 2. % C > 1,7 % disebut Besi Cor Fe (Besi) merupakan unsur logam yang memiliki lebih dari 1 bentuk sel satuan (politropik), sedangkan C (Karbon) merupakan unsur nonlogam. Paduan dari kedua jenis unsur ini akan menghasilkan 2 jenis material teknik, yaitu Baja (C-Steel) dan Besi Cor (Cast Iron). Setiap transformasi fasa yang terjadi selalu diiringi dengan perubahan volume.
Gambar 2. Diagram Fasa Fe ± Fe3C
Dari Diagram Fasa Fe ± Fe3C, ada 3 reaksi fasa yang terbentuk, yaitu : 1. Reaksi Fasa Peritektik 2. Reaksi Fasa Eutektik 3. Reaksi Fasa Eutektoid Adapun sifat dari masing-masing fasa yang terbentuk adalah : Ferrit (Besi Alfa)
Ferrit memiliki bentuk sel satuan BCC dan dapat melarutkan karbon sampai dengan 0,025%. Hal ini dikarenakan struktur BCC dimana ruang antar atom kecil dan padat, sehingga daya larut karbon rendah. Ferrit bersifat o
ferromagnetik pada temperatur kurang 770 C. Sifat Ferrit yaitu : y
Lunak
y
Ulet
y
Mampu Las Tinggi
y
Sifat Korosi Rendah
Austenit (Besi Gamma)
Austenit memiliki bentuk sel satuan FCC dan jarak atomnya lebih o
besar daripada Ferrit. Austenit stabil pada temperatur antara 912 ± 1350 C dengan daya larut atom karbon sebesar 2,11%. Pada temperatur stabilnya Austenit bersifat lunak dan ulet, sehingga mudah dibentuk, serta tidak bersifat ferromagnetik. Besi Delta
Besi Delta memiliki bentuk sel satuan BCC dengan daya larut atom karbon yang rendah (0,1%), tetapi lebih besar daripada Ferrit karena terjadi pada temperatur tinggi antara 1350 ± 1535 oC. S ementit
(Fe3C)
Sementit merupakan suatu senyawa antara atom Fe dengan atom C. Sementit bersifat sangat keras, kurang ulet dan kurang kuat (getas).
E. Transformasi Tidak Seimbang
Dalam praktek laju pendinginan yang dialami oleh logam pada saat terjadi proses transformasi fasa relatif cepat. Jika laju pendinginan cepat maka difusi tidak dapat berlangsung, sehingga struktur logam yang dihasilkan dapat berubah sekali.
Kondisi ini akan berbeda bila laju
pendinginannya berlangsung lambat.
Laju pendinginan cepat akan
mengakibatkan berubahnya sifat-sifat mekanik bahan, hal ini disebabkan tejadinya perubahan struktur mikro dari bahan tersebut. Contohnya dalam proses pembentukan Martensit. Pengaturan laju pendinginan, selanjutnya diterapkan dalam proses perlakuan panas (heat treatment).
Heat treatment merupakan proses
pengubahan sifat mekanik suatu bahan melalui pengubahan struktur mikro dengan cara memanaskan bahan dan mengatur laju pendinginannya. Proses pendinginan yang lambat, di dalam praktek dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1.
Pendinginan
Udara
(air cooling), yang dikenal dengan istilah
Normalizing. 2.
Pendinginan di dala m tungku (Anealing)
Pada industri baja, penerapan proses pendinginan ini lazimnya melalui proses air cooling. T emperatur ( T) Keterangan: RC = Rapid Cooling N = Normalizing A = Anealing y y y
Tp
RC
N
A
Waktu (t ) Proses Rapid Cooling (pendinginan cepat), dapat dilakukan dengan cara :
y
Pencelupan ke dalam medium pendingi, seperti air, oli, minyak dll. (Quenching)
y
Penyemprotan dengan Nitrogen cair (atomization atau spray method).
Dari aspek traktur mikro, variasi laju pendinginan pada besi karbon dapat dilihat pada skema ilustrasi berikut :
Laju Pendinginan Lambat Austenit
Ferrit + Fe3C (Pearlite)
Laju Pendinginan Cepat Martensit
F.
Efek Laju Pendinginan Terhadap Transformasi Fasa pada Sistem Fe - C
T emperatur ( T)
T aust.
M Keterangan : M = Martensit B = Bainit P = Pearlit Halus (Trostit) N = Normalizing A = Anealing
B
P
N
A Waktu (t )
Untuk
memahami efek laju pendinginan terhadap transformasi fasa
dalam sistem Fe ± C, dapat dipelajari melalui diagram CCT. Faktor penting dalam diagram CCT yaitu : y
Waktu
y
Temperatur
y
Laju Pendinginan
Diagram CCT, hanya berlaku untuk sekelompok atau satu jenis komposisi. Dari diagram fasa Fe ± C, ada 3 jenis diagram CCT yang terjadi, yaitu :
o
1.
Diagram CCT Baja Karbon Hipoetektoid
2.
Diagram CCT Baja Karbon Eutektoid
3.
Diagram CCT Baja Karbon Hiper etektoid
T ( C)
o
T ( C)
%C (1)
t
T(oC)
T( oC)
%C
t
(2)
o
o
T( C)
T( C)
%C
t (3)
Gambar 3. Diagram CCT Baja Karbon
Dari ketiga diagram terlihat makin besar %C, maka Ms akan semakin ke bawah, artinya austenit semakin stabil.
Hal ini dikarenakan
daerah austenit yang terbentuk semakin luas dan proses untuk terjadinya Martensit semakin besar.
Untuk
Karbon yang lebih rendah, hidung kurva S
lebih dekat terhadap sumbu tegak (Te mperatur). Dari diagram CCT dapat diturunkan pula beberapa aspek, seperti y
Transformasi Isotermal (T-I) o
T( C)
t
Diagram Transformasi Isotermal diperoleh dari pendinginan yang diselang atau di´interupsi´. Bila proses interupsi dilakukan di atas temperatur Ms disebut Austemper sedangkan bila proses interupsi dilakukan di bawah t emperatur Ms disebut Martemper. y
Harden Ability (Mampu Keras) Kemudahan untuk dikeraskan, indikatornya adalah luas daerah austenit yang tidak stabil di depan hidung kurva. dipengaruhi oleh unsur karbon dan unsur paduan.
Luasan ini
Unsur
Nikel akan
memperluas daerah austenit, sehingga dikatakan sebagai penyetabil Gamma, sedangkan unsur Krom akan memperkecil daerah austenit, sehingga dikatakan sebagai penyetabil alfa. Cara untuk mengetahui harden ability adalah dengan melakukan pengujian Jominy.
Gambar 4. Spesimen Uji Jominy
Kekerasan (H)
Baik
Buruk
Jarak
G. Literatur
1. Efendy, Hady,´Catatan Kuliah Material Teknik Lanjut´, Prog.Studi Ilmu dan Teknik Material ITB, Bandung, 2000. 2. Efendy, Hady,´Laporan Praktikum Pengujian Heat Treatment dan Jominy´,Laboratorium Metalurgi ITB, Bandung, 2000. 3. Kramer, Hans,´Werkstoffkunde fur Praktiker,3´Vollmer & Co, 1989. 4. Suratman,Rochim,´Materi
Kuliah
Material
Teknik
Lanjut´,
Prog.Studi Ilmu dan Teknik Material ITB, Bandung, 2000. 5. Van
Vlack,
Lawrence,´Elements
of
Materials
Engineering, 5th Ed.´Addison-Wesley, USA,1985.
Science
and
DIAGR AM FASA
Disusun Oleh :
Hady Efendy, ST., MT. 132 233 791
Tulisan ini disajikan dalam rangka Pelatihan Asisten Laboratorium Metalurgi Fisik Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Tanggal 20-21 Januari 2003
Devisi Material Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 2003
View more...
Comments