Diagnostik Dan Remediasi Kesulitan Belajar 16
January 27, 2019 | Author: Leo Sutrisno | Category: N/A
Short Description
Download Diagnostik Dan Remediasi Kesulitan Belajar 16...
Description
Diagnose dan remediasi remediasi kesulitan belajar fisika 16: didaktogenic buku ajar Leo Sutrisno
Ada esem-es pembaca yang kurang yakin bahwa ada buku ajar yang mengandung didaktogenic-punya kecenderungan menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Dalam es-em-es itu dikatakan bahwa buku ajar itu ditulis oleh orang yang pandai, buku ajar itu telah lolos koreksi para editor, buku ajar itu telah lolos dalam ujian waktu, bertahun-tahun menggunakan buku itu dan tidak ada yang ’komplin’ (berkeberatan). (berkeberatan). Bahkan banyak siswanya (Jadi, esemes ini dari seorang guru, pen.) yang lulus lulu s dengan nilai tinggi pada mata pelajaran fisika. Beberapa mahasiswa program studi pendidikan fisika, jurusan pendidikan MIPA-FKIP Untan sudah dan sedang membuat skrips tentang miskonsepsi yang disajikan oleh sejumlah buku ajar fisika yang beredar di Kalimantan Barat. Mungkin, kelak dapat juga ditampilkan disini untuk kepentingan masyarakat luas. Dalam tulisan ini akan disajikan salah contoh sajian buku ajar tentang cahaya yang mudah ditemukan di banyak buku ajar. Pembiasan lensa Pada Gambar 1, disajikan contoh gambar sinar-sinar istimewa pada lensa cembung. Mari kita cermati dengan seksama. Berkas cahaya yang memancar dari lilin dibagi menjadi tiga macam berkas yaitu berkas yang y ang sejajar sumbu utama (1), berkas cahaya yang melewati pusat optis (2), dan berkas cahaya yang melalui titik api (3). Berkas (2) tidak mengalami pembiasan karena katanya lewat pusat optis. Cukupkah alasan itu? Tidak!. Mengapa? Semua berkas cahaya yang datang pada permukaan lensa dibiaskan kecuali yang datang dari ari yang tegak lurus bidang permukaan lensa. Berkas (2) tidak datang tigak lurus bidang permukaan lensa, karena itu berkas (2) dibiaskan. Berkas (1) dan berkas (3) juga berpotensi menimbulkan miskonsepsi karena peristiwa pembiasannya berlangsung pada bidang tengah lensa. Sebenarnya, pembiasan terjadi dipermukaan lensa. Karena, di situ terjadi perbedaan indeks bias, kecepatannya kecepatannya berubah. Gambar 1 semacam ini muncul hampir di buku-buku fisika dasar dan juga di banyak buku ajar SMA. Memang, tampaknya tidak bermasalah bagi orang
yang telah tahu. Tetapi, bagi banyak guru, yang kurang ku rang berani mengkritisi isi buku ajar yang dipegangnya, gambar semacam ini diteruskan kepada para siswanya. Pemantulan Gambar 2 juga mengandung didatogenic. Mari kita coba menggambarkan berkas cahaya istimewa yang lain. Berkas itu berasal dari ujung nyala lilin merambat menuju titik api di depan lensa kemudian datang pada permukaan cermin cekung dan dipantulkan dengan arah sejajar dengan sumbu utama. Apa yang terjadi? Ternyata, berkas berkas sinar pantul pantul itu tidak melewati melewati ujung bayangan lilin. Seharusnya melewati! Sebagian guru dan penulis akan mengatakan ada pengaruh ’aberasi’. Betul! Terjadi aberasi. Namun, apakah harus sefatal itu?! Mata Ilustrasi Gambar 3, yang juga banyak ditiru di Indonesia, memperlihatkan memperlihatkan bahwa tidak ada pembiasan berkas cahaya yang masuk mata. Padahal, sebenarnya begitu memasuki kornea, cahaya langsung dibiaskan. Lensa mata berfungsi ’membetulkan’ agar bayangannya tepat jatuh di retina. Proses pembiasan utama terjadi di cornea. Tetapi, sebagian besar gambar ilustrasi pembiasan pada mata menunjukkan peristiwa pembiasan terjadi hanya pada lensa mata. Kita juga dapat melihat bahwa Gambar 3 itu menunjukkan persamaan persamaan dan perbedaan antara kamera dan mata. Tetapi, kita temukan bahwa perbandingan perbandingan itu tidak betul. Mari kita lihat. Berkas cahaya yang masuk ke ke mata melalui pusat optik lensa, karena itu tidak dibiaskan. Tidak demikian halnya pada kamera. Tidak ada satu berkas pun yang melewati pusat lensa. Mari kita perhatikan bayangan yang terbentuk pada kamera. Apakah seperti itu? Inilah sejumlah ilustrasi pada buku teks universitas yang banyak ditiru oleh penulis mata pelajaran fisika di Indonesia, juga buku terjemahannya, yang termasuk mengandung didaktogenic. Disarankan para pemakai hendaknya
mengembangkan mengembangkan pemikiran kritisnya. Tulisan nomor 16 akan menelaah sejumlah penjelasan yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi. Semoga!
Gambar 1
Gamba
Gamba
View more...
Comments