Diabetes Melitus Tipe 1
July 6, 2018 | Author: ridha_rap | Category: N/A
Short Description
Download Diabetes Melitus Tipe 1...
Description
DIABETES MELITUS TIPE 1 A. PENDAHULUAN
Diabetes Tipe 1(DT1) adalah suatu penyakit autoimun yang mana system imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel beta pancreas. DT1 merupakan penyakit autoimun multifaktorial yang dikarakteristikkan dengan adanya defisiensi insulin, dikarenakan perusakan sel beta pancreas yang dimediasi oleh sel T
1,2
. Hal ini tidak bisa diklasifikasikan secara tepat ke 2
dalam gen dominan, resesif maupun intermediet . Sebagian besar kasus yang terjadi diduga terjadi sebagai hasil proses interaksi antara genetic-lingkungan 1,2
. Sekitar 18 kelompok genom telah diketahui berhubungan dengan resiko
terjadinya DT1. Beberapa kelompok ini, dimana setiap kelompoknya dapat terdiri dari beberapa gen, yaitu di antaranya IDDM1 sampai IDDM18. Salah satu yang paling dimengerti sepenuhnya adalah IDDM1, yang mengandung 1
gen HLA (Human Leukocyte Antigen) yang mengkode protein respon imun . 1
Variasi dari gen-gen HLA merupakan faktor resiko yang penting . Selain itu, DT1 biasany juga dikarakteristikkan dengan adanya anti-GAD, sel islet maupun antibody insulin yang mengidentifikasi proses autoimun yang 3
menyebabkan menyebabkan terjadinya t erjadinya perusakan sel beta pancreas . DT1 diklasifikasikan ke dalam 2 kategori, yaitu DT 1A (DT1 yang dimediasi imun/immune imun/ immune mediated ) dan DT 1B (DT1 yang tidak dimediasi imun/non-immune imun/ non-immune mediated )
B. DEFINISI
2,3
.
1,2,3
Istilah diabetes mellitus (DM) menggambarkan gangguan metabolic oleh karena multiple etiologi yang dikarakterisasikan dengan hiperglikemia kronik yang mengganggu metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan karena defek sekresi insulin, aktivitas insulin maupun oleh keduanya. Efek DM meliputi disfungsi, kegagalan dan kerusakan berbagai macam organ yang berlangsung lama. DMdapat muncul dengan gejala yang khas yaitu polidipsi, poliuri, polifagi (Trias Classic) serta pandangan kabur dan penurunan berat badan. Pada kondisi yang paling berat, dapat terjadi
ketoasidosis maupun hiperosmolar non-ketotik yang dapat memicu terjadinya stupor, koma, koma, dan kematian apabila terapi yang ya ng diberikan tidak efektif.
C.
INSIDENSI
Insidensi DT1 sebesar 10% dari semua kasus DM. Terdapat beberapa perbedaan insidensi berdasarkan geografisnya, dengan insiden rata-rata per tahun sebesar 40 per 100000 anak di Finlandia, 200 mg/ mg/dl (11,1 mmol/l mmo l/l)) sel selama oral oral
l ose t ol erance erance t est est (O (OGTT).
¡
¢
Tes
dil d ilakukan akukan sesuai sesua i prosedur WHO, yait ya itu u
menggunakan gl glukosa sebanyak 75 g gl g lukosa anhi anhidrat drat dilaru ilaruttkan dal da lam ai air. 4. Hb A1C A1C > 6,5%
Oleh karena kr iter iter ia yang di d igunakan sama, penti pen ting ng unt un tuk menget mengetahui ahui perbedaan karak ter istik tik di d iabet abe tes mellit me llitus us ti pe pe 1 dan ti pe pe 2 7
, yait yaitu u : No
Karak ter istik tik
1
Onset Onset usi usia
2 3
4
Berhubungan dengan obesit obesitas as Kecenderungan ter jad jadii ket ketoasi oasidosi dosis yang membut membu tuhkan insuli nsulin n sebagai sebaga i cont control rol dan survi survive Kadar insuli nsulin n dal dalam pl plasma
DM ti
pe 1
Umumnya < tahun Tidak
M ti pe pe 2 D 30
Ya
Sangat Sangat rendah mungk in sampai sampa i tidak tidak tt erdet erdeteksi eksi
Umumnya > 30 tahun Ya Tidak
Var iati ; dapat dapat rendah, normal norma l, atau meni meningkat ngkat,
5
6 7
8
9
Berhubungan Berhubungan dengan antigen HLA-D spesifik Antibodi sel islet pada diagnosis Patologi sel islet
tergantung pada derajat resistensi insulin dan defek sekresi insulin Tidak
Ya
Ya
Tidak
Insulitis, kehilangan sel beta secara selektif
Kecenderungan terjadi komplikasi (retinopati, nefropati, neuropati, aterosklerosis, dan penyakit cardiovascular ) Respon terhadap obat oral antihiperglikemia
Lebih kecil, normal sel islet ; umumnya deposisi amyloid Ya
Ya
Tidak
F. MANAJEMEN DAN TERAPI
Ya
8
Manajemen pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 ini dilakukan secara multidisipliner, multidisipliner, yaitu pendekatan oleh dokter, perawat, dan ahli gizi. A. Diet Langkah pertama untuk mengatur diabetes mellitus tipe 1 adalah kontrol diet. Menurut ADA (American (American diabetes association), association) , terapi diet adalah berdsarkan penilaian status gizi dan tujuan dari terapi itu sendiri. Diet harus dibuat sesuai dengan kebiasaan makan dan gaya hidup pasien. 1. Manajemen banyaknya,
diet
termasuk
serta
edukasi
komposisi
tentang
makanan
waktu,
yang
besarnya,
dimakan
untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia setelah makan. Pasien yang menggunakan insulin harus mendapat diet yang komprehensif termasuk kebutuhan kalori sehari-hari ; kebutuhan karbohidrat, lemak, dan protein; protein ; dan pembagian kalori antara makan dan snack. 2. Distribusi
kalori
sangat
penting
pada
pasien
DM
tipe
1.
Pembagiaannya didasarkan pada kebutuhan kalori pasien selama satu hari. Jumlah yang disarankan adalah 20% untuk makan pagi, 35% untuk makan siang, 30% untuk makan malam, dan 15% untuk snack sore. 3. Kebutuhan protein minimal adalah 0,9 g/kg/hari 4. Kebutuhan lemak dibatasi sampai 30% atau kurang dari total kalori dan rendah kolesterol 5. Pasien disarankan mengkonsumsi sediaan sukrosa dan meningkatkan konsumsi sayur. Snack diberikan di antara makan pagi-siang dan makan siang-malam siang-malam untuk mencegah hipoglikemia. B. Aktivitas Olahraga sangat penting sebagai manajemen pasien diabetes. Pasien harus dimotivasi untuk olahraga secara teratur. Edukasi terhadap pasien tentang efek olahraga terhapa kadar gula darah. Olahraga terlalu berlebih selama 30 menit dapat menimbulkan hipoglikemia pada pasien. Untuk menghindarinya maka pemberian dosis insulin dikurangi 10-20% atau dengan pemberian snack tambahan. Pasien juga harus memperhatikan kebutuhan kebutuhan cairan selama sela ma olahraga. C. Pasien DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin untuk mengontrol hiperglikemia serta serta memelihara kadar elektrolit dan cairan dalam serum. serum.
D. Terapi insulin awal pada pasien dewasa: dosis harian awal dihitung berdasarkan berat badan pasien. Dosis diberikan terbagi, setengah dosis diberikan sebelum makan pagi, seperempat dosis diberikan sebelum makan malam, dan seperempat lagi diberikan sebelum tidur. Setelah menentukan dosis awal, pengaturan jumlah, tipe, dan waktu pemberian tergantung pada kadar glukosa darah. Pengaturan dosis insulin bertujuan untuk mempertahankan glukosa darah sebelum makan antara 80-150 mg/dl. Dosis insulin dinaikkan 10% setiap waktu, dan efeknya dievaluasi setelah tiga hari. Pemberian insulin yang berlebih dapat menyebabkan hipoglikemia. E. Terapi insulin awal pada anak-anak 1. Anak-anak dengan hiperglikemia sedang tanpa ketonuria atau asidosis diawali dengan dengan dosis tunggal
insulinkerja insulinkerja sedang per per hari secara
subkutan sebanyak 0,3-0,5 unit/kg 2. Anak-anak dengan hiperglikemia dan ketonuria tetapi tanpa asidosis atau dehidrasi dapat diberikan dosis awal insulin kerja sedang sebanyak 0,5-0,7 unit/kg dan diberikan secara subkutan sebanyak 0,1 unit/kg secara teratur dala m interval 4-6 4-6 jam. F. Regimen insulin untuk Diabetes mellitus tipe 1
7
Regimen diberikan dari dua kali per hari dengan dosis kombinasi (misal insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang) sampai lebih fisiologis regimen bolus-basal menggunakan injeksi multipel harian (misal dosis tunggal insulin kerja panjang untuk basal dan dosis insulin kerja cepat untuk post post prandial, prandial, sebagai contoh contoh humulin dan novolin) atau dengan menggunakan syringe pump. Pada syringe pump digunkan insulin kerja cepat. Insulin diberikan secara bolus dengan dosis yang ditentukan melalui monitoring glukosa darah pre prandial (sebelum randial (sebelum makan). Metode ini lebih baik dalam mengkontrol dibandingkan injeksi multiple tetapi risiko hipoglikemia lebih banyak terjadi oleh karena itu diperlukan juga
monit monitor or ing ket ketat glukosa darah set se telah pember ian terapi erapi. Pengobat Pengobatan intensi ensi dengan monit monitor or ing gl g lukosa darah empat empat kali kali atau lebi ebih sehar i dan tiga tiga kali ka li atau lebi ebih in jeks jeksii insuli nsulin n atau dilan ilan ju jutkan dengan infus, ternyat ernyata lebi ebih efek tif tif di bandi bandingkan dengan pengobat pengoba tan konvensi konvens ional onal (1-2 ka ka li in jeks jeksii insuli nsulin n dengan at a tau tanpa monit monitor or ing). Akan tetapi ap i terapi erapi intensi ensif lebi ebih ser ing meni menimbul mbulkan hi hi pogli poglikem kemiia dan kenai kena ikan berat berat badan.
erapi Terapi
intensi ensif umumnya efek tif tif di ber ber ikan pada pasi pas ien yang dapat dapa t mengont mengontrol ro l kesehat kesehatan di dir inya sendi sendir i terhadap penyak it it ini. Secara umum, kebanyakan pasi pas ien DM ti pe pe 1 dapat dapat memul memulai dosi dosis terapi erapi insuli nsulin n 0,2-0,8 unit/ unit/kg kgBB/ BB/har har i. Pada pasi pasien dengan obesit obes itas as membut membutuhkan dosi dosis awal awa l yang lebi ebih tingg tinggii. erapi Terapi
f isiologi ogis yait yaitu u dengan insuli nsulin n ker ja ja sedang at a tau ker ja ja
pan jang jang ber tu juan juan unt untuk memper tahankan kebut kebu tuhan gl glukosa darah basal basa l ser ta pember ian insuli nsulin n ker ja ja cepat cepat atau singkat ngkat unt untuk memper tahankan tif bil ja glukosa darah post ost prand ial Terapi erapi ini lebi ebih efek tif b ilaa dosi dosis insuli nsulin n ker ja £
cepat cepat atau si s ingkat ngkat dengan enggunakan s enggunakan sli lid d ing scal scal e. Dosi Dosis dapat dapat di ber ber ikan sebanyak 1-2 unit un it insuli nsulin n seti setiap ap kenai kena ikan at atau penr p enruna unan n 50 mg/ mg /dl (2,7 mmol mmol.l) dar i target arget glukosa.
Terapi erap i
ini lebi ebih mengunt menguntungkan karena pasi pas ien
dapat dapat memepercepat memepercepat atau mengat mengatur wak tu makan dan men jaga jaga keadaan normogli normoglikem kemiia. Belum ada regi regimen insuli nsulin n lain t erbuk ti ti lebi ebih efek tif. tif. Terapi erapi
ini direkomendasi rekomendas ikan sebagai sebagai inisial terapi erapi DM ti pe 1, set setelah itu itu
terapi erapi disesuai sesua ikan dengan respon f isiologi ogis tubuh pasi pasien terhadap terapi erapi awal awal dan tergant ergantung kepada dok ter yang merawat merawat. Onset, Peak, and Duration of Action of Human Insulin Preparations*
nsulin n Preparati Preparation on Insuli
Onset Onset of Acti Action on
Peak Acti Action on
Durati Duration on of Acti Action on
45±75 min
3±5 h
R api apid-acti d-acting ng Lispro, aspar t, gl glulis lisine Shor t-acti -acting ng
5±15 m in
R egul egular (R (R ) ermediat e-acti e-acting ng Intermedi
30±60 m in
NPHÁ
2±4 h
6±8 h
t2h 3±4 h
4±12 h Abou 8±12 h
18±26 h 12±18 h
4±8 h
10±16 h
16±20 h
1±2 h 1±2 h
No peak No peak
24 h 14±24 h
Long-acti Long-acting ng
Glargi argine
Det Detemi emir Premi Premi ed 70% NPH/ NPH/30% R 50% NPH/ NPH/50% R 75% NPL/ NPL/25% lispro lispro
Dual Dua l (NPH & R ) 10±16 h Dual Dua l (NPH & R ) 10±16 h Dual Dua l (NPL & 10±16 h lispro) lispro) 70% NPA/ NPA/30% aspar t 5±15 mi min Dual Dua l (NPA & 10±16 h aspar t) R = R = regul regular; NPH = neut neutral ral prot protami amine Hagedorn; NPL = neut neu tral ral prot protami amine lispro; lispro; NPA = neut neutral ral prot protami amine. *Times are approxi approx imat mate, assume subcut subcu taneous admi administrati ration, on, and may vary with ith in jec jecti tion on techni echni ue and fact factors inf luenci uencing absorpti absorption. on. L ispro and aspar t are al also avail ava ilab ablle in premi premixed forms wit with h intermedi ermediate-acti e-acting ng insuli nsulins. ns. ÁAl ÁAlso exi exists in premi premixed form (NPH/R (NPH/R ). ). abel Tabel G.
30±60 mi min 30±60 mi min 5±15 min
2. Beberapa regi regimen insuli nsulin n
Wak tu pember ian insuli nsulin n 1. In jeks jeksii
insuli nsulin n
11
yang
di di ber ber ikan
berguna
unt un tuk
mengont mengontrol ro l
hi pergli perglikem kemiia set set elah makan dan unt untuk memper tahankan gl glukosa darah normal norma l har ian. Ris Risikonya adal ada lah ter jad jadii hi pogli poglikem kemiia, oleh karena itu itu per lu adanya edukasi edukas i t erhadap pasi pas ien unt untuk menganti mengantissi pasi pasi r isiko tersebut ersebut. 2. Sek itar itar 25% dar i total dosi dosis insuli nsulin n sel selama sehar i di ber ber ikan sebagai sebaga i insuli nsulin n ker ja ja sedang saat saa t akan tidur tidur dengan dosi dos is tambahan insuli nsulin n ker ja ja cepat cepat seti setiap ap sebel sebelum makan. Pasi Pasien mungk in membut membutuhkan tambahan terapi erapi insuli nsulin n ker ja ja sedang at a tau ker ja ja pan jang jang pada pagi pagi har i
untuk mempertahankan glukosa basal selama satu hari penuh. Pasien sebaiknya mengatur dosis harian mereka berdasarkan monitoring glukosa sebelum makan dan akan tidur. Pasien juga sebaiknya menkontrol glukosa darah mereka pada pagi hari paling sedikit sekali seminggu selama beberapa minggu terapi awal dan setelahnya bila ada indikasi. H. Terapi Pembedahan
12
Pembedahan yang dilakukan adalah transplantasi pankreas, transplantasi pancreas-ginjal secara simultan, transplantasi islet. Tujuan dari terapi tranplantasi pancreas adalah untuk mencegah komplikasi dari diabetes mellitus seperti gagal ginjal, komplikasi mikrovaskular atau makrovaskular. Transplantasi pankreas-ginjal pankreas-ginjal lebih menguntungkan karena pembedahan ini bertujuan untuk menurunkan pembatasan diet dan mampu mengkontrol normoglikemia tanpa injeksi insulin lagi oleh karena dengan tranplantasi ini dapat mempertahankan sekresi insulin lebih lama dan efektif. Transplantasi islet merupakan prosedur yang minimal invasive, hanya membutuhkan waktu satu jam operasi, insisi abdomen sepanjang tiga inchi, dan perawatan satu hari di rumah sakit. Sel islet diproleh dari donor pancreas dengan menggunakan proses isolasi dan purifikasi yang kompleks sehingga enzim keluar menghancurkan jaringan di sekitar sel islet. Sedangkan menurut Guidelines for Adolescent Adolescent Nutrition Services (2005), manajemen DT1 meliputi 9: 1. Terapi Insulin Insulin merupakan satu-satunya medikamentosa yang efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien DT1. Penggunaan insulin memerlukan manajemen harian mengenai faktor-faktor yang dapat memepengaruhi dosis insulin yang dibutuhkan dibutuhkan seperti makanan, aktivitas aktivitas fisik, penyakit, stress. Insulin kerja cepat dapat diberika sebelum, saat
maupun segera setelah makan. Pemberian insulin setelah makan membantu menurunkan menurunkan hiperglikemia postprandial postpra ndial yang berhubungan berhubungan dengan makanan kaya lemak.
± 2 injeksi perhari mixed insulin (insulin cepat a. Conventional therapy atau kerja pendek dan insulin kerja menengah) sebelum sarapan dan makan malam. b. Conventional therapy with a split night -time dose ± 1 kali injeksi mixed insulin sebelum sarapan, 1 kali injeksi insulin kerja cepat atau kerja pendek sebelum makan malam dan 1 kali injeksi insulin kerja menengah sebelum makanan ringan menjelang tidur. Regimen ini digunakan untuk menurunkan hiperglikemia puasa yang berhubungan dengan jangka waktu wa ktu yang panjang panja ng antara sarapan sara pan dan makan maka n malam, serta durasi kerja insulin kerja menengah dan untuk memfasilitasi manajemen fenomena dawn.
Multiple daily injections ( MDI) MDI) of rapid - or short-acting short-acting insu insulin c. Multiple before
every
meal
(and
sometimes
large
snacks ) snacks )
with
intermediate- or long-acting insu insulin once or twice a day . Pemberian insulin kerja cepat atau kerja pendek sebelum makan siang membantu menurunkan
pre-su pper
hiperglikemia
dengan
sedikit
resiko
hipoglikemia yang berhubungan dengan dosis insulin kerja menengah sebelum sarapan yang terlalu tinggi. Dengan pengecualian makanan ringan (snek) saat akan tidur untuk mencegah hipoglikemia saat malam hari, snek biasanya tidak diperlukan dengan MDI- suatu keuntungan bagi remaja yang sibuk dan bagi remaja yang berharap berat badan targetnya tetap terjaga. Hal ini dapat disebut sebagai terapi intensif yang bergantung pada kadar glikemia kontrol yang ditargetkan. d. I ntensive ntensive therapy with a continu contin uous subc utaneou taneous insu insulin inf usion
(CS II II or insu insulin pu pump )± insulin kerja capat diberikan secara konstan sesuai kebutuhan basal tubuh untuk menekan produksi glukosa oleh hati. Dosis insulin bolus diberikan sebelum makan dan snek berdasarkan jumlah karbohidrat yang dimakan dan kadar gula darah yang diukur.
Regimen ini ditujukan untuk remaja yang berharap melakukan tes secara frekuen (>4x perhari), memonitor intake karbohidrat secara akurat, penambahan dosis insulin.
Dosis insulin tergantung pada kebutuhan basal, intake makanan (terutama jumlah total karbohidrat) dan jumlah aktivitas fisik. Perubahan dalam insulin kerja cepat atau kerja pendek dapat dibuat berdasarkan sliding scale yaitu meningkatkan dosis pada kadar gula darah yang meningkat dan menurunkan menurunkan dosis saat gula dara h turun. Di samping itu, rata-rata kadar gula darah pada berbagai macam waktu dalam sehari dapat dihitung untuk rekomendasi pemberian dosis insulin lebih lanjut. Tes kadar gula darah sendiri direkomendasikan sebelum setiap kali makan dan saat snek menjelang tidur untuk membantu menaksir dosis dan membuat perubahan apabila diperlukan. Tes kadar gula darah pada jam 02.00-03.00 bermanfaat untuk mengevaluasi hipoglikemia saat malam hari dan hiperglikemia puasa (fenomena da wn). 2. Terapi Nutrisi Medis Intake makanan mempengaruhi jumlah insulin yang diperlukan untuk mencapai tujuan target gula darah. Diet karbohidrat paling mempengaruhi kadar gula darah posprandial dan merupakan penentu utama kebutuhan meal-related insulin.
karbohidrat drat disesuai sesua ikan menurut menurut beberapa kondi kondisi yang lain, Intake karbohi misal salnya ak tiv tivitas itas f isik yang meni meningkat ngkat dan kadar gul gu la darah yang merunun sebel sebelum snek mal ma lam unt untuk menurunkan resi res iko kadar gul gu la darah yang rendah. Unt Untuk ak tiv tivitas itas f isik yang meni meningkat ngkat mel melampaui ampaui ak tiv tivitas itas f isik har ian ruti rutin, n, yait ya itu u dengan makan at a tau minum 15 gram gra m karbohi boh idrat drat tiap tiap j jam am sebel sebelum ak tiv tivitas itas ekst ekstra. Lebi Lebih lan ju jut, unt un tuk l uk latihantihan-llatihan tihan yang lebi ebih berat bera t (>1 jam), jam), dit ditambahkan ambahkan prot protein dengan karbohi karboh idrat drat. Pedoman ini bersi bersifat fat sangat sangat indi ndividual dual tergant ergantung regi regimen insuli nsulin, n, kadar gul gu la darah sebel sebelum latihan tihan dan int ensit ensitas as latihan. tihan. Unt Untuk kadar gul gu la darah yang turun sebel sebelum snek mal ma lam, yait ya itu u apabil apabilaa gul gula darah ant antara 70-100 -10 0 mg/ mg /dl, makan at atau
minum 15 gram karbohidrat tambahan dengan snek malam reguler. Apabila gula darah
View more...
Comments