Dharmaloka Gn
May 12, 2018 | Author: Sumindar Meong | Category: N/A
Short Description
darnmaloka...
Description
ETIMOLOGHY
ETIMOLOGI Asal kata DHARMA adalah berasal dari bahasa Sanskerta, Sanskerta, dimana kalimat DHARMA telah lama dan banyak di pakai oleh orang-orang di zaman ARYANIM keturunan IRAN sebelum abad 3500 SM . Kalimat DHARMA jika di lugat PALINI kan oleh orang-orang abad 500 th SM di sana, maka mereka menyebutnya dengan kalimat DHAMMA, DHAMMA, yaitu di zaman petualangan Para Aryanim tersebut.
Bukan bermaqsud ke HINDU an, HINDU an, karna Hindu sendiri Cuma sekedar nama Lokal India tepatnya di Sungai Shindu belaka, juga bukan bermaqsud untuk mengacu pada Ajaran ke TATWA an sebagai manifestasi dari Pahaman Olah Atman para Dewa-dewa di tubuh Agama SANANTA DHARMA atau AGAMA TIRTA, TIRTA, yang menyandarkan keabadian dengan meminum Air meminum Air Amarta Amarta.. Kalimat Dharma Kalimat Dharma memang akan saya kaitkan dengan kalimat Loka sesuai pada Tema judul Buku di atas tadi. Dengan kata lain maka arti judul Buku di atas tersebut adalah HUKUM dan HUKUM dan QUDRAT FITHRAH . Sebab pada arti kalimat Dharma bisa berarti Hukum atau Qudrat, seperti pendapat para Aryanim para Aryanim itu sendiri, sedangkan Loka merupakan kalimat dari tatanan Lugat bahsa Aryanim yang peranan kalimat Loka itu A’lam.. sendiri adalah sebagai Keterangan Tempat itu sendiri. Wallahu Wallahu A’lam GEOLOGI Sudut pandang Geologi mengenai Tanah Dharma, ia ter masuk jenis tanah Aluvial dimana di Dharma cocok untuk tempat bermuqim suatu Comunitas Masyarakat, dan di sebelah selatan kaki Gunung Gede Ciremai, selain jenis Aluvial Tanah dharma pun termasuk Tanah Lithosol dan Lathosol di mana dapat dicirikan adanya tanaman Kelapa, juga Regosol di sebagian pinggir Waduk Dharma, dan Planosol dalam kadar Minimum yaitu Tanah yang dapat di jadikan Bahan Bata atau A’lam. Genteng. Wallahu A’lam.
Bukan bermaqsud ke HINDU an, HINDU an, karna Hindu sendiri Cuma sekedar nama Lokal India tepatnya di Sungai Shindu belaka, juga bukan bermaqsud untuk mengacu pada Ajaran ke TATWA an sebagai manifestasi dari Pahaman Olah Atman para Dewa-dewa di tubuh Agama SANANTA DHARMA atau AGAMA TIRTA, TIRTA, yang menyandarkan keabadian dengan meminum Air meminum Air Amarta Amarta.. Kalimat Dharma Kalimat Dharma memang akan saya kaitkan dengan kalimat Loka sesuai pada Tema judul Buku di atas tadi. Dengan kata lain maka arti judul Buku di atas tersebut adalah HUKUM dan HUKUM dan QUDRAT FITHRAH . Sebab pada arti kalimat Dharma bisa berarti Hukum atau Qudrat, seperti pendapat para Aryanim para Aryanim itu sendiri, sedangkan Loka merupakan kalimat dari tatanan Lugat bahsa Aryanim yang peranan kalimat Loka itu A’lam.. sendiri adalah sebagai Keterangan Tempat itu sendiri. Wallahu Wallahu A’lam GEOLOGI Sudut pandang Geologi mengenai Tanah Dharma, ia ter masuk jenis tanah Aluvial dimana di Dharma cocok untuk tempat bermuqim suatu Comunitas Masyarakat, dan di sebelah selatan kaki Gunung Gede Ciremai, selain jenis Aluvial Tanah dharma pun termasuk Tanah Lithosol dan Lathosol di mana dapat dicirikan adanya tanaman Kelapa, juga Regosol di sebagian pinggir Waduk Dharma, dan Planosol dalam kadar Minimum yaitu Tanah yang dapat di jadikan Bahan Bata atau A’lam. Genteng. Wallahu A’lam.
GEO GRAFHI Pada letaknya maka Tanah Dharma ada di Kuningan Barat, berbatasan dengan desa Cikijing Kabupaten Majalengka di Jawa Barat di Nusantara.
Tanah Dharma ini Shubur dengan Air, terutama setelah di temukan Titik sumber Air di Panyipuhan di Beunteur atau Kahuripan juga di Lamping Parung oleh seorang Cerdik yang memahami letak Air di bawah Tanah yaitu” yaitu ” Rhama Aji Irengan “sebagai utusan Raden Surangga Jaya pewaris Tahta Kerajaan Cirebon, setelah Rd Arya Kamuning dan Sn Gunung Djati. o
Sebuah Misteri yang belum terungkap di letak Geologi Dharma adalah fenomena ikan Dharmaloka yang memiliki ke samaan dengan Ci Bulan, Sangkan Hurip. Di mana persoalannya adalah Apakah Pelaku Pencarian Sumber Air bagi Lokasi-lokasi tersebut adalah di lakukan masih oleh orang yang sama? Jika sama berarti terjadinya menunjukan kepada Waktu dan zaman H Irengan Rohimahullah.
o
Misteri Kedua adalah Letak Maqam Arya kamuning yang berada di Jalan yang menuju Ci Borelang sebalah timur Jembatan Dharmaloka, dan Pertanyaaanya “ Apakah memang mem ang itulah Makam Surangga Jaya bin ki Gedeng Kemuning seorang pewarits Tahta Cirebon?” atau apakah beliau adalah Harya Kamuning yang bertemu Aya Wira Lodra dari Bagelen, yang jadi bibit asal terbentuknya Babad Tanah Indra Mayu?”
Jembatan Dharmaloka menunjukan Dua Lahan yang terpisah oleh Kali Tua yaitu antara Lahan Timur Dharma dan Lahan Barat Dharma, Info ini di sampaikan oleh Mantan Kuwu Parung yaitu Bp Kw Muslim. Artinya Pada masa Kuwu A Hadad tepatnya di Dharma 24 th atau 3 x 8 th Beliau menjabat menjadi Kuwu tepatnya sejak zaman Suharto pertama menjadi Presiden, serta sekaligus A Hadad jadi Saksi Utama atas perkembangan Desa Dharma saat itu. Seorang Tokoh H, Ahmad 1925-2013 dari Desa Parung mengabarakan bahwa Dharma di 1939 belum ada jembatan Dharma loka kecuali dari Bambu dan Pohon kuat dari dataran lahan Barat Sungai, menanjak ke Lahan Timur Sungai, dan Pasar pada saat itu ada di Ciook, kemudian di 1960 Pasar di Lapangan Timur Masjid Jami Dharma sekarang, di kabarkan lagi bahwa anatara Balong Girang dengn Hilir adalah satu dataran rendah sebelah barat jembatan Kali Dharmaloka di
bawah dataran tinggi sebelah timur jembatan kali Dharmaloka, kemudian di kabarkan lagi bahwa pembangunan jembatan ini lebih awal dari pembangunan Jembatan panjang waduk Dharma, ini menunujukan bahwa Jembatan Dharmaloka di bangun sejak zaman Rhama Haji Irengan, dengan sangat sederhana semisal dengan Bambu atau Pohon Kelapa dengan Arah jembatan Timur barat dan menanjak menuju Dukuh Dharma saat itu sebelum VOC melakuka Imprealismanya ke tanah ini, dan itu berarti setelah beliau di undang oleh 15 Para Perwira untuk bermukim di Dharmaloka. Yaitu tepatnya pada waktu akan di Dirikannya Angkatan kuwu Perdana yaitu pada masa Mbh Damar Wulan atau Mbh Datuk Kali Putih yang di Pilih melalui 15 Suara Perwakilan Masyarakat saat itu yaitu ; 1. Eyang Hadirudin Al- Bantani 2. Mbah Satori atau Mbah Dalem Cageur 3. Mbah Rhama Ghede atau Mbah Katipan 4. Mbah Depok di Parenca 5. Mbah Jangka Ciabot 6. Mbah Braja Barong di Cipasung 7. Mbah Raden Bagus di Kawah Manuk 8. Mbah Marmagati di Gn Sirah 9. Syeh Karibullah di Pasir jati 10. Syeh Habibullah di Gn Luhur 11. Syeh Ahmad Aruman di Kopeng 12. Syeh Ahmad Bin Huas di Situsari 13. Syeh Dhrajat di Cikupa leuwipeundeuy 14. Syeh Ibrahim di Sukarasa 15. Mbah Dhamar di Pakuon Bharat Dharma Wallahu A’lam
MITOLOGY Dharma Loka
Kalimat DHARMA pernah diartikan pada Abad 16 M di daerah kawasan Cirebon,yaitu Untuk tempat yang bergelimangan Air, lalu itu di Imflementasikan oleh seorang Ulama dari Indramayu untuk penamaa’an sebuah desa di kaki Gunung gede dengan kenamaaan Desa DHARMA, jadi jelasnya sebelum seorang Ulama dari Indramayu datang ke Desa tersebut dan berkunjung menjumpai para kawankawannya di tempat itu, ternyata terceritakan bahwa Dharma sudah punya sumber Air yang sekarang di sebut Dharmaloka, padahal konon sebelum seorang Rhama H, Irengan tiba, maka Dharma tersebut adalah Lahan yang biasa sahaja dan tanpa banyak sumber mata Air. Wallhu A’lam.
Kaitan Dharma dan Dhermayu
Indramayu kini telah menjadi kabupaten mandiri, ia berawal dari Dua Tokoh terkenal yaitu Raden Wira Lodra dan Nyai Endang Dharma, keadaan pada masa itu adalah setelah adanya Sunan Gunung Djati di Cirebon, lalu setelah Era Sunan yang Hinduisme itu di imbangi dengan keWaliyan yang Islamisme sebuah Versi menceritakan kisah seseorang dari Indramayu datang ke tempat yang akan ia Sebut sebagai Dharma, yaitu pada masa Cirebon telah di Wariskan kepada Raden Surangga Jaya atau Adipati Kuningan anak kandung Ki Gedeng Kemuning yang di angkat jadi Putra kerajaan oleh Sunan Gunung Djati . Ulama Indramayu tersebut di ceritakan oleh sebuah sumber bahwa ia datang dari Dharma, untuk jumpa teman ini di luar Tugas dari Raja Cirebon yaitu Raden Surangga Jaya atau Adi PAti Kuningan, dan kemudian beliau menamai tempat itu dengan DHARMA,sebagai tanda pengakuan semata, bagi tempat yang banyak air yang mana Rhama haji Irengan sudah ada disana di Dharma loka. Kalimat Dharmaloka di duga berasal dari kesan ke-Indramayu-an yang bertokoh Raden Wira Lodra dan Nyai Endang Dharma di tempat yang sekarang jadi pendopo Kabupaten Indramayu. Selain menamai pun, ia di ceritakan menginformasikan sesuatu yang belum pernah di Duga oleh Ulama Sa-Dharma yang ada jauh sebelum orang Indramayu itu mengunjunginya, kemudian Orang Indramayu berprediksi kepada Masa Depan tentang Desa Dharma yaitu “ jika ada Ulama dari Timur itu datang, maka di dharma bisa maju”. Kalimat ini Lumayan untuk memberi kehati-hatian yang cukup untuk melangkah ke masa depan, dan kalimat tersebut tertangkap oleh sebagian masyarakat dan turun temurun kesebagian Masyarakat di dharma hingga Buku ini di Tulis, Demikian kepercayaan itu mendasari masyarakat Desa Dharma saat itu.
Seorang Misterius ini, tidak jelas Identitasnya, baik nama maupun Alamatnya, bahkan Angkatan tahun berapa dan Generasi siapa sebenarnya, Apakah Dia itu setelah Dharma punya sumber Air, atau ia ikut berjuang bersama Rhama irengan mencari Sumber Air. Tetapi pada intinya Dharmaloka adalah Muatan Rahama haji Irengan dalam kecenderungan Maximalitas keperjuangan terutama yang terkait dengan sumber Airnya, bahkan mumkin termasuk yang di Ci Gugur, di Ci Bulan, dan Sangkan Hurip Kuningan, sebab ada nilai persamaan bebrapa Identitas terutama dalam ciri Ikan-ikan di Balongan yang ada di sana. Wallahu A’lam.
PANCA LOKA DI DHARMALOKA Lokasi Utama di Dharmaloka ada Lima Penamaan yang di Identitaskan sejak itu: A. Loka Panyipuhan di Ci Binuang
B. Loka Kahuripan di Beunteur
C. Loka Bangsalan di Tembok Bundaran sebelah Barat bawah Makam Kramat
D. Loka Ageung dekat Bale-bale
E. Namanya belum di ketahui, dan masih di cari
Image Balong di atas ini pada Awalnya tidak berdinding, tapi benar-benar sejajar dengan Tanah, kemudian bersamaan dengan pembangunan Kolam renang sebelah timurnya, maka balong ini di Bangun Renofasian 2010-2011 M dan di ambil guna untuk Manfaat Terapi ikan bagi para Pengunjung, demikian sekelumit gambaran sebagin perubahan Potert Budaya di seputar Balong Wisata Zarah Keramata Dharma-Loka. Pada Masa Mbah Kuwu Hidir Dharma Loka di Bangun Renofasian sehingga Dharmaloka beralas Tehel Merah saat itu hingga sekarang di 2013 M ini masih dapat di lihat dan di pakai, lalu pada Masa Kuwu Muda Yadi Juharyadi, ada tambah Bangun Renofasian yaitu pembangunan Kolam yang berdampingan dengan Loka Balong Panyipuhan Ci Binuang dekat makam Sari sari Kuning Sari kembang,
Balong di atas bukan Balong peninggalan abad 16M -17 M kemarin, tetapi balong itu sebagai Kolam Renang bagi Anak-anak untuk ber Libur Santai di sana, Kolam itu di buat di tahun 2010-2011 M dia masa pemerintah Kuwu Yadi. Selain Bangunan tersebut, maka Kiprah Kuwu yadi pun membuktikan perubahn lain di bentuk Bangunan Bale-Bale yang dulu terbuka tanpa Jendela dan kaca, sekarang tertutup rapi di lengkapi kaca dan pintu masuk.
Sebuah makam yang di duga adalah para harits-harits Rhama haji Irengan, adalah Rhama Gusti yang makamnya di sebelah Selatan Makam Rhama Haji Irengan , beliu untk gambaran sementara di duga sebagai Paqa Qusuma Islam untuk Desa Dharma Bersama Rhama haji Irengan, atau beliau sezaman segenerasi dengan Rhama Haji Irengan, yaitu Waliyullah angkatan Abad 16-17 M, bahkan lebih luasnya lagi bahwa Para Perwira Islam Dharma ini, adalah satu Angkatan satu Generasi dengan Priode Raden Surangga Jaya bin Ky Gedeng Kemuning setelah Angkatan Raden Arya Kamuning dan Adipati Ewangga yang Situs makamnya ada di sebelah Barat jalan menuju Ci Borelang, di mana ke dua Tokoh tersebut satu angkatan dengan Raden ARya Wira Lodra dari Majapahit yang berkelana ke jawabarat da memunculkan ke Dermayuan atau Indramayu sekarang.
Baik Arya Wira Lodra dengan Ki Tinggil maupun Arya kamuning dan Adipti Ewangga adalah beliau semua setelah keberadaan Gunung Djati menjadi Tokoh di Caruban yang sekarang di sebut Ci Rebon.
Adapun Gunung Djati adalah satu generasi dengan 9 Wali angkatan ke Tiga yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Syarif Hidayatullah Sunan Derajat Sunan Ampel Sunan Bonang Sunan Kali Jaga Sunan murya Sunan Ghiri Sunan Qudus Sunan Geseng
Adapun ( generasi sebelumnya yang dari informasi yang kami terima yaitu sebagai angkatan ke Dua adalah : 1. Maulana Malik Ibrahim 2. Samar Qandi 3. Abdullah Maghribi 4. Datuk Abdul Jalil 5. Muhibbatullah 6. Said Dawud 7. Ky Ageng Makukuhan 8. Sunan Murabath 9. Syekh Maulana Akbar Dan Adapaun 9 angkatan Awal sebelum 9 kedua adalah : 1. Syekh jimadil Kubra 2. Syekh Dzatul Kahpi 3. Syarip Abdullah 4. Syekh Qura 5. Syekh Dzatul Ahmad 6. Maulana Ali Akbar 7. Maulana Aliyud Din 8. Abdul Malik Isaril
9. Sayid Abdur Rahman Maja Agung Syekh Maulana Akbar adalah pendiri Pesantren atau Pengajian pertama id Kajene Kuningan, sementara di Karawang Syekh Qora mendirikan Pengajian Pertama di sana. Sedangkan di sebelah Barat Walunagn atau kali Dharma loka adalah Rhama Haji irengan, sementara di sebelah Timur Walungan adalah Ey Hadirudiin dan Kawan-kawan di bawah izin kepala Prajurit saat itu yaitu Raden Dhamar Wulan.
Mengurai Mitos Ulama dari Timur Siapa pun mereka, apakah ia dari Timur, atau dari Barat, dari Selatan ataupun dari Utara, Jika mereka merencanakan ke Baikan maka Desa pun Terbuka baginya. Sebab se-utuhnya Alimin Desa Dharma saat itu, adalah Alimin yang Ramah pada para Generasi dan para pengunjungnya.
Kenapa harus Ulama dari timur ?
Sebab sesunguhnya arah Kulon atau Barat dari Desa Dharma adalah Kuasa Kerajaan Galuh saat itu. Itulah yang dapat di Kronologikan dari kasus di atas oleh prediksi masa sekarang.
Siapa Ulama Timur itu?
Maka Siapa saja yang bersipat Amanah dan mahu mencintai desa ini dengan Tulus dan Ikhlas, ia dekat dengan Masyarakat sebab bertekad bahwa dirinya untuk kepentingan Agama di masyarakat dan Masyarakat di dalam kepentingan Agama, sesuai Amanah Cirebon.
Berapakah jumlah Ulama timur untuk Dharma?
Berapa saja, sebab lebih banyak cahaya di Dharma, akan lebih baik kelanjutanya bagi Desa ke masa depan dalam Agamanya.
Bagaimana jika ada Ulama dari Kidul atau dari Kaler dan atau dari Kulon?
Untuk sekarang Dharma terbuka bagi siapapun Ulamanya, dari manapun asalnya, asal sesuai syarat di atas dan mencintai Muhamad melalui mencintai negri ini. Serta tidak tidak menggunakan Masyarakat untuk kepentingan capitalis imprealis dari Nafsu pribadi. Timur bukanlah sumber segala pengkiblatan berakhir bagi Desa Dharma, tetapi karena Ulama lah yang tulus mencintai negri ini, maka Timur akan mendapat pencitra’an, begitu pula dengan tiga arah jihat yang lain. Timur yang Haqiqi, buat Dharma adalah Cahaya sebagai tanda awal siang yang terang itu telah datang, tetapi karena tidaklah setiap timur dapat di Figurkan di dalam timurnya Orang-orang, maka tidak setiap timru membawanya ke alam terang benderangan.
Siapakah yang lebih terang dari Timur ?
Maka dialah yang lebih terang dari Surya di ke antariksa an. Ia tahu bagaimana membelah kegelapan dengan cahaya kilauan yang ada, keterbukaan Hatinya pada Tuhan pada Insan dan Alam meliputinya.
Dari mana yang jadi Timur mencapai sebab Terang?
Dari sebab kebenaran di dalam pengitaba’an Dirinya pada nilai nilai kebenaran yang lain di atasnya dan sebelumnya.
Timur yang mana yang di prediksikan?
Timur yang menacapai Barat-lah adalah Timur terluas jangkauan cahayanya, yaitu Barat yang memberi terang tentang kehidupan gelap di malam Hari percis seperti telah kematian. Timur yang seperti itulah yang akan Hubul Waton sebagai soko guru Iman dari sebab Ihsan yang telah mendalam di keislaman Dharma ini.
Apa yang bisa di baggakan dari Sudut Timur ?
Tiada yang lain kecuali Cahaya mengupuk langit siang untuk membekali kehidupan tenang di malam hari bagi kemasyarakatan setelah kematian.
Membawa Apa sang Timur ke Barat alam?
Tetap saja ke ikhlashan yang bukan Cuma Lagu dan Laga di ke Liga an Ilmu pengetahuan ke Agama an.
Apa ada yang lebih utama dari sang Timur ?
Tentu saja banyak, tetapi jika memang yang lain belum ada untuk hadir ke barat, maka Arah manapun bisa berguna bagi yang mencarinya. Dharma tidak mencari Timur dan Barat, tidak pula mencari Utara dan selatan, tapi mencari Potensi dari manapun yang bisa membawa ke baikan umum. Oleh sebab itu keturunan tidak lah di peran utamakan bagi Dharma sendiri, sebab kebaikan selalu lebih penting dari semuanya, untuk semuanya.
Apakah Dharma merasa telah akan atau sedang di Rugikan oleh sang Timur ?
Tentu tidak, sebab Innal Insan Lapi Khusrin itu adalah bagi yang tidak shalih dan tidak Iman serta tidak bersahabat untuk saling menolang dengan segala Nasihat yang bisa jadi siasat dan siasat yag bisa jadi nasihat ke Agama an. Wallahu A’lam.
Mitos Masa Depan Dharma Sebuah Zaman Mitos bagi Desa Dharma Pada saat itu, adalah manakala banyak kalangan yang terbuka pemikiranya dan mereka tahu banyak tentang Masa Depan, tetapi mereka terjerat oleh rasa bangga dengan kemampuan yang ada yang mereka rasakan sendiri, Tidak sedikit dari mereka yang mampu berpikir menembus masa Depan tetapi sayang sekali mereka sendiri telah menganggap kotor pada kehadiran Masa Depan, padahal itu Artinya ia telah berpikir negatip pada keterlahiran para Generasinya sendiri, semoga Allah me ma’afkannya.
Dalam pandangan Nadzroh aqalnya, mereka Seolah melihat Masa depan yang akan terjadi sebagai Masa yang semuanya akan terlaknati Allah dan Rasulnya, kemudian sebagian dari mereka merasa lebih penting dari Generasi yang akan Datang dan berkesimpulan bahwa kebenaran telah selesai sampai pada kehidupan di zaman mereka berada, sambil memakai pedomam Dhorraisme. Demikian Pola Pikir dan ParaDigma yang luar biasa Supra Extrimer. Mereka sangat Luar Biasa untuk bisa melupakan keturunannya sendiri yang akan terlahir dimasa depan, dan nanti akan jadi proyek kesibukan mereka untuk melihat di berbagai turunan untuk saling laknat, sebagai imabas dan hasil dari Cara pandang yang mereka tinggalkan di Bumi Dharma, Jika memang Ya begitu, maka Mereka berarti lupa dengan keadaaan mendatang pada generasinya sendiri, bahwa mereka Membaca, menimbang masa Depan tanpa memberi Berkah Ta’awudz dan mengiringinya dengan Do’a-do’a ke Mashlahatan untuk mereka yang akan di Terlahirkan ke Bumi untuk jadi Para Genersi keturunan di Desa Dharma tersebut, di situlah maka Hubbul Waton harus lebih cenderung bermakna Mencintai Generasinya bukan pada mencintai harta benda Fananya. Jika saja 2 Berkah itu Ada, maka Mashlahat sebagai penyertaan dari Generasi silam pun telah mengawal menyertai kita di masa sekarang, Demikian permasalah ini adalah Tugas Kita sekarang dan ke depan agar lebih hati-hati melihat Masa depan, biarkan lah masa yang silam dan kita kedepan itu adalah Pokok dari segala pentafakuran. Walaupun masih banyak yang berpendapat dengan nada Kesal di desa tersebut bahwasanya “ seharusnya ada kematian satu Generasi kemarin sebelum kita di lahirkan”, sebab generasi sebelumnya adalah Generasi Extrimer dan Sok Wani . Ini terjadi di akhir abad19 M. Wallahu A’lam.
Mitos tentang Dhoruraisma Sebagian lagi ada Sisa-sisa Paradigma kuno di desa Dharma, dari Generasi Extrimer Paham Dhoruraisme yang berpedoman bahwa “Orang Tua itu Sah Nge-Dhorra sedangkan Anak-anak Sah Di-Dhorra” . Arti tafsir yang seharusnya adalah orang tua tidak di salahkan karna memadharatkan tapi anak memadharatkan adalah sebuah kesalahan. Jika anak Ngedhorra orang tua setelah Aqil Balighnya maka jelas itu terkait Hukum, tetapi jika anak itu belum baligh dan atau tidak Waras Aqal maka itu yang tidak akan di hukumkan. Orang tua setelah Renta ngedhora karna Kondisinya bukan dari kesengajaan, maka ia tak terhukumkan, maka keshalihan ataupun kebaikan dari Anak dan orang Tua mendukung untuk kebaikan di lingkungannya, itu uang di cita-citakan ke Agama’an. Kata Dhorra adalah berasal dari bahasa Arab yang sudah di sembunyikan kedalam bahasa sehari hari di tempat itu, dan kalimat Dhorra berarti sesuatu yang memadharatkan, maka Pahaman ini adalah pahaman Pola penjajah para Capitalisma Pro-VOC Erofa dan Fortugis serta Spanyol untuk menghalalkan segala cara Exvansinya ke tanah ini, padahal saat itu VOC pun belum tiba di tanah Dharma tersebut. Kalimat Dhorra Bahkan jauh lebih bisa bermakna Extrim lagi, dimana pedoman itu bisa bermakna “ Siapa Yang kuat, Dialah yang akan Menang,yang tak akan bisa di Madharatkan tapi bisa memadharatkan”. Demikian Hukum Rimba di Desa tersebut terimflementasikan sejenak sebelum kesadaran berketurunan itu akan bermunculan. Dengan keterangan di atas maka Masyarakat tidak menyalah tafsirkan keadaan paham Dhorraisme kepada kepentingan Ego Tua, untuk alasan yang Tua adalah yang takan pernah berbuat salah. Wallahu A’lam.
Sekilas Desa Dharma
Allah tidak Dzolim sehingga mengunci suatu tempat dari jalan kemajuan dan kebenaran. Tetapi orang-orang setempat itu sendiri yang harus di arahkan pada arahan yang tepat. Oleh orang-orang yang tepat pula pada Tugas dan Pengamanatannya. Untuk kemajuan Dharma, maka bukan Timur atau Barat, utara atau selatan, tetapi ia yang mengerti tentang Timur dan Barat tentang utara dan selatan di alam Lahir dan kematian. Mari kita berubah kepada jalan yang lebih Akurat dan lebih Positif, walaupun mereka dari kalangan para pendahulunya seandainya kurang atau tidak Positip dalam penyertaan Doa dan harapan kepada Generasinya, dan lalu mereka menikmati dengan perasaaan puas dari sebab Ilmu Penerawangannya, tentang apa yang akan terjadi di masa depan tanpa ikut peduli mencintai Desa tersebut dan mengiringi dengan Doa dan Rahmat welas asih pada yang akan di lahirkan dimasa depan, maka semoga mereka di Maafkan Allah swt. Demikian sebagian
penduduk masa sekarang menilai cara berpikir Generasi di kesilaman zaman. Intinya Bagaimana Agama dan Dunya bisa maju di Desa Dharma, jika yang jadi tolak Ukur adalah orang yang tidak membuka jalan lebar penuh solusi, juga kurang beramanah dan tidak bertugas untuk di tempat itu, maka yang jelas dan lebih penting untuk di jadikan Tolak Ukur adalah Sunan Gunung Djati dan Raden Surangga Jaya itu sendiri yang welas Asih pada Umat saat itu. Seorang Sunan Gunung Djati beliau berpesan di masa yang telah Silam bahwa “ Aku Titipkan Masjid dan Faqir Miskin” tentu kalimat ini adalahkalimat yang paling utama diterima oleh seorang Raden Surangga Jaya atau Arya Kamuning, atau pula Adipati Kuningan pengganti tahta kerajaan Cirebon. Jika mengacu pada Amanah dari Leluhur Cirebon, maka Desa Dharma adalah untuk kepentingan Rohmat Dunya kepada Agama dan Agama kepada Mashlahatnya Dunya. Dan pembentukan Kuwu pertama sudah barang tentu di ketahui oleh Raden Surangga Jaya, sebab Utusan beliau bernama Rhama Haji Irengan ada di Dharma saat itu. Maka Rhama Haji Irengan sajalah bagi kita adalah tokoh yang jelas membawa sebuah Amanah dari Surangga Jaya Cirebon untuk Desa Dharma ini, dan beliau lah yang di Tunggu-tunggu dan di Undang oleh Para leluhur Desa Dharma seperti Mbh Damar Wulan atau Mbh Datuk Kali Putih beserta satuan dari 14 para perwira yang lain pada saat melawan arus serangan dari kerajaan Galuh di desa tersebut yang akan menyerang Cirebon. Wallahu A’lam.
Dharma dan Lengkong Perihal Talaa’uniah atau acara Saling laknat antara Pihak Syeikh Qoribullah dengan Pihak Eyg Maulani yang jadi sejarah pertama dikutuknya kemajuan Dharma bagi 7 Turunan, di duga itu adalah Missi
dan gossip belaka yang di Orbitkan VOC, sebab pada sejarahnya Belanda ingin merebut kekuasaan secara Luas di Nusantara ini, dan Gosip itu terjadi setelah masa VOC ke Desa Dharma. Ey Maulani memang Ulama dari Kuningan Timur, dan kelahiran beliau jauh sesudah masa Rhama Haji Irengan menetap di Dharma, yaitu setelah masa Kuwu kedua Raden Yusuf Syafe’I di Dharma akan Di Angkat oleh Raden Datuk kaliputih. Adapun kalimat Kutukan yang tersebar di Desa tersebut adalah berbunyi : Tujuh turunan Di Dharma Moal Menyat . Ini artinya bahwa 7 Turunan di Dharma di Laknat. Kalimat ini terexpresikan secara sangat Emosionatif. Penuh Durja keDendaman yang mustahil terjadi bagi tarap kewaliyan setingkat yang tertuduh yaitu Ey Maulani putra kesayangan Mbh Daqqo dari Lengkong, sebagai sosok yang akan di adu domba dalam Ring tinju kuasa VOC. Di Ceritakan dari jurnalis yang tidak jelas dasar beritanya, bahwa Ey Maulani Lengkong Kuningan merasa Sakit dan Durja penuh Dendam pada Ey Qoribullah di Dharma Kuningan, Konon Gosipnya mengabarkan asal usul kedendaman itu akibat kapal-nya Ey Maulani dapat di sergap oleh satuan Compeni VOC di abad 17 kemari, dan alasan yang di berikan VOC kepada Ey Maulani adalah bentuk Pengadu Domba’an di tubuh Pemuka Islam tanah Kuningan, Logislah kenapa Ey Maulani Marah pada sodaranya yaitu Ey Qoribullah yang tertuduh sebagai sumber sebab kenapa Maulani bisa tertangkap, VOC lah Opertaornya yang memberitakan Qoribullah penyebab kenapa Maulani bisa di tangkap. Itu Artinya Desa ini masih dalam Izin Besar dari Allah yang jauh lebih teawal mengenali tempat tersebut, sebelum adanya 15 Para Perwira Cirebon di tempat tersebut di siagakan, dan itu Artinya Allah lebih Awal untuk Bijak dan Adil atas perkembangan dan Kemajuan Lanjutan di Desa ini. Wallahu A’lam.
Mengurai Kasus Laknatan di Dharma “La Yukallipullahu Napsan Illa Wus’aha” Maju atau Mundur suatu kebudayaan di suatu tempat tinggal manusia, maka kebijakan Umum dari Tuhan adalah sebagimana, Daya Ihktiyar dan kasabnya, Maka bergitu pula tuhan terhadap tingkat ke Wargaaan di Dharma. Bunyi kalimat : “Tujuh turunan Di Dharma Moal aya nu jadi Ulama” Ini artinya bahwa 7 Turunan di Dharma di Laknat. Kalimat ini terexpresikan secara sangat Emosionatif dan A-Moralitatif tidak bersipat mendidik atau tidak Educatif.
Siapa yang dituduh melaknati Dharma?
Ia adalah Ey Maulani bin Mbh daqqo Lengkong pada Masa VOC abad awal para Compeni datang ketanah Jawa.
Apakah ada akibat Negatip yang dapat di rasakan dari Kutukan Ulama Lengkong untuk Warga Dharma?
Tidak ada. Justru Dharma mencitra baik di kecamatan di Kabuptaen hingga saat ini buku di Tulis.
Apa arti penting Laknatan jika itu di lakukan oleh Maulani untuk Dharma?
Jelas tidak baik bagi ke Akhiratan seorang Maulani itu sendiri atau pelaknat yang lain, dan itu tentu bukan yang terpenting bagi Ey Maulani Ra, dalam statusnya, begitu pula dengan Ey Qoribullah ra. Tujuh yang di Rugikan bernilai Turunan Bani adam yang akan terjual ke neraka berbanding Satu yang merugi. Jelas tidak lah merupakan bandingan yang Adil dan Bijaksana, karna “Kulukum Rain Masulun An Royatihi ” akan masih di jalankan Allahnya., jika itu memang terjadi tanpa ada Mushapahat saling memaafkan. Wallahu A’lam.
Kemajuan Dharma di masa Mbh Damar Wulan
Di zaman Kuwu Pertama yaitu pada masa Ey Datuk kali Putih, ini terjadi pada masa sebelum VOC datang di akhir sejarah perang Galuh dengan Cirebon. Kemajuan di massa itu adalah perubahan Warga ke arah pembentukan Kuwu yang Pertama kalinya, tersusunlah pola kepengurusan merujuk kepada bagaimana seorang Mbah kuwu sangkan Cirebon Girang menjadi Kuwu Pertama di sana, dan sebelumnya yang belum ada ke Kuwu an saat itu di Nusantara. Dari Kuwu untuk Masyarakat, dari Masyarakat untuk Kuwu, bukan hanya Filosof saja saat itu, demikian keberkahan pertama di kemajuan perdana buat Desa Dharma. Pertanian dan Peternakan adalah Komoditi utama saat itu bagi urusan Dunya sementara Masyarakat pada saat Datuk kali putih memimpinya, sementara Perdagangan saat itu belum terorientasikan di zaman itu. Tapi Alhamdulillah kecukupan itu memadai di alam kesederhana’an saat itu. Wallahu A’lam. Kemajuan Dharma di masa Muhamad Yusuf Syafe’i Di Zaman Kuwu Ey Buyut Syafi’I , yaitu pada zaman penjajahan VOC setelah ada berita dan gossip mengenai perseteruan antara Ey Maulani dari Lengkong dengan Syekh Qoribullah dari Pasir Djati Dharma. Perseteruan itu adalah Ilusif tidak terjadi, kecuali hanya pola
Adu Domba dan Peresahan Belanda terhadap Masyarakat Desa Dharma dan Sekitarnya, setelah usai Kuwu pertama menjabat di Desa Dharma. Kejadian tersebut adalah Ulah VOC semata, dimana mereka ingin mengusai Kuningan dan Dharma dengan segaala keserakahanya, maka segala cara di Halalkan dengan Passiesme dan Cavitalisme nya. Ey Maulani di jadikan Object penyergapan bagi VOC, dan mereka mengatasnamakan Ey Qoribullah penunjuk jalan keberhasilan untuk menangkapnya. VOC lah Sumber gosip nya. Bagi kita yang jelas bukan saksi sejarah, di harap jangan ada pengotoran Pikiran dan Anggapan baik di zaman kita sendiri, atau pun kepada Generasi berikutnya, di dalam ataupun di Luar Desa Dharma, yaitu terhadap nilai nilai ke Murnian ke Prawaliyan Negri sendiri. Adapun Kemajuan untuk Dharma Di zaman Kuwu Muhamad Yusuf Syafe’I Bin…Bin Ey Hadirudin, adalah bentuk Kuwu Lanjutan kedua setelah Raden Datuk Kali Putih atau Mbh Damar Wulan menjabatinya. Pada masa ini telah terbentuk perkumpulan Pengkajian keilmuan Agama secara Manual di Dukuh Kidul dan di Dukuh Kaler. Saat itu pembentukan Kobong dan Pondok Pesantren belum ter-Inisiasikan { terencanakan}. Adapun pengajian itu hanya terbentuk sebagi Himpunan Kumpul Jum’atan dan hari-hari lain yang para beliau tentukan saat itu. Di Dukuh Kaler di kelola dengan secara sederhana oleh kasepuhan Rhama Haji Irengan dan nama pengajian saat itu belum ada, sedang di Dukuh Kidul di kelola oleh keturunan Ey Hadirudin dan nama pengajian pun belum dapat kabarnya, di mana Ey hadirudin adalah satu Generasi dengan Raden Damar Wulan atau Datuk kali Putih, sementara Muhamad Yusuf Syafe’I saat Damar Wulan menjabat jadi Kuwu ia adalah bagian dari Para Kaula Muda penggalang Agama penerus generasi sebelumnya di Dharma.
Nama Pondok Pesantren Attahiriyah bukan kenama’an pada massa Muhammad Syafe’I dan Damar Wulan. Sebab tahun di dirikanya adalah 1989 M di Dharmaloka. Wallahu A’lam.
Tak Perlu Gelanggang Ulama Desa Dharma tidak di bangun oleh para leluhurnya untuk Ring Kompetisi Adu Ilmu. Dan itu tertera pada sikap kepemimpinan seorang yang Adil dan Bijak yaitu Raden Datuk kali Putih sebagai pemimpin pertamanya, beliau adalah mantan komandan keperwiraan Cirebon untuk melawan galuh. Agama tidak di lahirkan oleh Competisi, untuk Competisi, dari Competisi. oleh sebab itu tidaklah harus ada Liga Ulama. Agama bukan hasil Produk Persaingan para Penganutnya dan Pelopornya, dari sebab itulah yang beragama dan masih competitive di tubuh Agamanya belum mencapai kesadaran Mutlaq dalam Hanif-Silminya. Agama bukan untuk kepentingan satu orang Warga Dharma, tetapi Berkah Agama adalah kepentingan semua Orang di Desa Dharma dan seterusnya. Tuhan bukanlah si hamba yang pantas mendapati segala Suruhan, demi kepentingan Hawa Nefsu dari para Penganutnya, Oleh sebab itu takan pernah ada Ulama tercerdas yang akan di per-anaktuhan-kan di desa ini sejak di bentuknya Desa Dharma. Desa Dharma ini, Entah berapa persennya dari kerajaan Tuhan? oleh sebab itu manusia terpandang di dalam Tuhan “Allah” swt adalah mereka yang telah memandangi Tuhan “ Allah” dengan tulus dan penuh segala Hurmatnya. Ulama Dharma Bukanlah Ulama Besar Dunia di semesta Alam ini, generasi Ulama tidaklah perlu untuk Riya dan ujub di zaman-zaman, di Ruang-ruang. Juga tak perlu risaukan keridoan Allah jika ia sudah belajar menerima dengan Ridho kepada Titah Allah dan Rasulnya.
Mitos “Moal Aya Ulama Gede di Desa Dharma” artinya “Tidak akan Ada Ulama Besar di Desa Dharma” kalimat di atas telah di anggap sebagi Laknatan yang sudah melekat di sebagian Benak Hati masyarakat Desa Dharma terutama pada Awal zaman Yusuf Syafi’i hingga Abad 19 M -20 M. Sebagai sebuah perubahan di Dharma di Abad 21 M, terutama ini terjadi setelah generasi-generasinya banyak yang mengenali pendidikan Sekolah dan Kuliah juga Pendidikan Pengajian di Madrasah dan Ma’hadiyah, maka Mitos tersebut sedikit demi sedikit berkurang, dimana Masyarakat sudah mulai mengenali mendekati mendalami Arti sebuah cetusan Hukum Alam dan seleksi alam, yang menyatakan dasardasar sebab dan Akibat yang di kaitkan lagi dengan paham Diniyah menganai Bunyi hadits yang Sohih yaitu “ Kullukum Ro’in, Mas’ulun An Ro’yatihi .” Artinya “ setiap individu adalah pemimpin, maka setiap indipidulah yang akan di Hisabkan atau di pinta pertanggung jawabannya” hal ini sama dengan pendapat para 15 perwira Dharma angkatan pertahanan Cirebon, seperti Mbh Damar berpendapat bahwa “Hade Gorengna Urang Dharma, eta lain ku la’nat Si Mbah Daqo jeung turunana, tapi ku masing-masing Paripolahna Ewang-ewangan” pendapat ieu di cuplik melalaui Mediasi Ritual tertentu dari seorang Mediator Muda yang siap di jadikan objek ritual tersebut. Negri Padang Pasir Arab di timur tengah maka di Arab di iran di Iraq di Brunai di Malayasia pun tidaklah di per-Ulama-kan semuanya, seandainya pun pada tingkat pengetahuan sudah semua mencapai tarapan yang sama puncaknya. [Agama ini ibarat Kerucut terbalik sekaligus terbuka ke atas, di mana Dasarnya adalah Niat Hijrahnya ber Iftitah Taroqi ke Alam Akbar, tetapi Agama ini ibarat Kerucut tertutup ke bawah, di mana Allah ber Iftitah Tanazul kepada urusan Allah merububiyah ke ALam dan Insan] Salah besar bagi seorang Tolibal Ilmi, ia mengejar ingin jadi Ulama besar, oleh sebab itu bukan orang Dharma Sejati dimana orang itu masih di dalam orbit hati “ingin mencetak diri jadi Ulama Besar ” di mata
manusia. Sebab di pandangan Allah adalah Hamba Para Pengemis Ijabah saja adanya. Apalah arti pentingnya bagi kedharmaan yang Abadi nanti, di banding jadi ulama Besar di mata Orang di kehidupan yang sementara ini. Rupanya kita tak harus perlu dengan Filing Accesories yang bernilai Ilusi Optic yang menipu perasaan hati, di mana kita merasai dengan hati bahwa kita telah sampai pada puncak segala ilmu dan keridhoan Allah, tetapi melalaikan arti penting ke-Rama-an di Dalam Adam Shufiyullah tempat bersarangnya Ridhollah yang terdepan adanya. Santri Allah bukanlah santri seseorang, tetapi ia harus telah berRekomendasi-kan Santri di pandangan Allah. Santri Allah baginya tiada Ulamanya, tiada kyainya, tiada Alumninya. Dialah Santri Abadi, Santri Langgeung bagi Allah Sumber ke-Maha-Ghuru-an yang ada, ia Seperti hidup adalah belajar terus untuk mengabdi lebih sempurna pada Allahnya. Pesantren Allah tidaklah berbangunan Beton atau Bangunan ber Cakar-Ayam atau bengunan mencakar Langit. Tetapi Pesantren Allah adalah Masjid itu sendiri, dan perkara ini telah di singgung di dalam keterangan Muhammad saw yang pernah bersabda “ Wakullal Ardhi Masjidun” oleh sebab itulah “Masjid Allah adalah bumi Allah itu sendiri” dan “Bumi Allah adalah bisa jadi Pesantrian bagi santri Allahnya sendiri” Karna “tiada Ruh dari Pesantren melainkan Masjid itu sendiri ,” yaitu sebagai tempat berdirinya Agama di tihangkan dari sejak Isalam di sebar luaskan, demikian keterangan ini akan membuka situs baru di pengalaman hayat hati kita. Apalah arti kepesantrenan tanpa Masjid, sebab dari Masjidsemua Pesantren lah dan ulama di beri keuntungan secara spiritual. Dan tetapi apalah arti Masjid itu di banding dengan para pesholat yang potensial. Mari kita sama-sama untuk belajar terus mengcompetensikan Sholat
kita masing-masing dan menghindari segala Competisi di dalam ketertiban Sholat. Dari sejarah-sejarah yang ber-estafetlah bahwa Agama ini bertihang dengan asas-asasnya Sholat, tetapi karna jika Ilmu Sholat sahaja tanpa para Pesholatnya takan memeberi Arti apa-apa, maka Para Pe-sholat pulalah yang akan selalu lebih barharga dari pada Aturan Sholat itu sendiri yang sudah tertulis. Tidaklah berdiri dengan sah bagi pe-Sholat untuk arti Shalatnya kecuali ia bersama Fatihat melakukanya dalam pandangan Basis Interior Agama, maka Tiang Agama secara Interior adalah tiada lain kecuali Fatihat dalam Shalatnya sendiri dapat ia Idrak dengan Rasa dari nafsiahnya sendiri, dan dengan Aqal dapat me-Nadzrohnya sendiri. Tak perlu Competisi dalam Agama, sebab Tihang Agama bukanlah Mobil yang Mewah, bukan pula Rumah yang Megah, bukan juga Rupiah yang melimpah, oleh sebab itu tak perlu Kupur dari sebab Faqir, jika kita tahu kenapa harus ada rukun Agama tentang Arti penting Puasa. Dari sebab itulah Tuhan bersabda kepada yang puasa bahwa : katakan apa mahumu!!! Cuma jarang yang tahu bagaimana tuhan kita saat mengkomunikasikan Sabdanya pada kita setelah kita berpuasa, atau Ibadah yang lainya. Di situlah saatnya kita butuh akan Haq ber Interiorisasi di dalam Agama. Ternyata kita tak perlu Competisi dalam Agama, sebab Tihang Agama adalah Sholat yang menginterialkan nilai Rasa dan Perasaan berFatihat, pada Sang Raja Agamanya. Maka hanya orang yang lalai dalam Shalatnya merekalah yang Bohong dalam berkeAgamaanya, itulah mereka yang tidak jelas “ Jajar-Jujur-Jejer-Jojor-Jeujeur- Jijir” Rasa dan Perasaan dalam fatihat Shalatnya saat kalimat nya mengatakan Tawajuh sedangkan hati drai penghayatanya tidak seperti yang ia ucapkan, maka oleh sebab itu pulalah Agama telah di Serong untuk kepentingan Pamor Individu Impreal dan Cavital nya. Naudzubullah mindzalik…Amin
Sifat Competitif di dalam Agama tidak hanya dapat di Nadzrroh oleh Aqal-aqal Tobaiahnya, tetapi ia pun dapat di kenali dengan system Dirakat Rasa Rumasa penghayatan Naluri ke Fitrahan. Demikian di kabarkan agar kita selalu saling menjaga hingga akhirat itu menjelangi kita semua. Wallahu A’lam.
2013 M DESA DHARMA DAN AGAMA
Alhamdulillah Desa Dharma sejak berdirinya hingga saat buku ini di tulis di 213 M telah di lebihkan dari keadaan sebelumnya, ia di berkahi dengan banyak Masjid, jumlah Kobong dan Pondok pesantren walaupun sederhana, juga Pengajian Harian dari para Ibu-ibu Rumah Tangga, dan Majlis –majlis Dzikir yang berdiri di tiap Kaliwonan atau Hari-hari yang di tentukan para Anggotanya, yang bersipat Positif. Wallahu A’lam.
PESAN PENULIS Bagi Para Wisata Ziyarah Dharmaloka yang semoga di Ridhoi Allah, dan selamat di jalan Tawasulnya terjauh dari Syirik Khofy maupun Jalli, di harap Maklum apa adanya mengenai Ziyarah akan lebih mengena pada arti yang tersusun rapih, jika ber Ziyarah itu dari Ci Rebon ke Dharma-Loka di lanjut ke Pamijahan Ci Amis. Jadi jika Anda Ziyarah ke Ci Amis ke Syekh Abdul Muhyi tetapi anda tidak ke Rhama Haji Irengan, maka sebetulnya tidak ada yang perlu di persalahkan, akan tetapi mumkin bisa lebih baik lagi jika anda berziyarah kepada seorang Murid lalu andapun berziyarah kepada Gurunya, sebab di Dharmaloka lah, Syekh Abdul Muhyi mengejar Berkah dan Ilmu kepada Haji Irengan selama 7 th di Abad 16-17 M sebelum VOC
tepatnya. Ini bukan Promo tetapi Info Murni saja, untuk mengajak bersama memahami sejarah secara sederhana di Dharma ini. Untuk Para Pe-Ziyarah ke Dharmaloka ini, maka kami sekalian memperkenalkan situs-situs perziyarahan yang lain yang sama arti pentingnya yaitu menjunjung tinggi 16 Para Leluhur di Islam Tanah Dharma, dimana mereka adalah satu Letting satu Priode dengan Mbh Rhama Haji Irengan yaitu :
1. Eyng Hadirudin Al- Bantani dan Keluarga di dekat Gerbang Desa Dharma
2. Mbh Satori atau Mbah Dalem di Desa Cageur 3. Mbh Rhama Ghede dan Keluarga atau Mbah Katipan di Dharma Kampung Parenca
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mbh Depok di Dharma Kampung Parenca Mbh Jangka Ciabot Mbh Braja Barong di Desa Cipasung Mbh Raden Bagus di Desa Kawah Manuk Mbh Marmaganti dan Isrtinya Ibu Mangle di Desa Gunung Sirah Syeh Karibullah dan Keluarga di Dharma Pasir jati
10. Syeh Habibullah di Gn Luhur 11. Syeh Ahmad Aruman di Desa Kopeng 12. Syeh Ahmad Bin Huas di Desa Situsari 13. Syeh Dhrajat dan Kerabat di Desa Cikupa kampung leuwipeundeuy 14. Syeh Ibrahim di Desa Sukarasa 15. Mbh Dhamar di Dharma Appeco
16. Mbh Buyt Syape’I di Ci Parengkel Dharma Appeco
17. Mbh Haji Junadidy Tohiry di Parenca Dharma Adapun Para Arahat Muslim Prasejarah Desa Dharma yang ada di Dharmaloka yang kami tahu saat ini dari Sumber yang cukup INTERIOR dalam memahami DASAR DHARMA LELAKON adalah sebagai berikut :
1. Mbh. Rama Irengan
2. Mbh. Rama Gusti
3. Mbh. Rama Bukit
4. Mbh. Saringsingan 5. Mbh. Raksa Digjaya 6. Mbh. Raja Jambangan 7. Mbk. Ajiji 8. Dewi Sorog Jaya
9. Nyai Randa Galing 10.
Sri Kuning
11.
Sri Kembang
12.
Aki Guru Bulan
13.
Sykh. Padmin
14.
Ibu Bukit
15.
Mbh Kuwu Ireng
Di Duga sebelum 15 Perwira Cir ebon membuat sebuah Comunitas Muslim di Dharma, ternyata di Ci Borelang sebelah timur Dharma Loka ada 2 Makom Petinggi Penting dari Kerajaan Islam Cirebon, yaitu Makom Raden Arya kamuning pengasuh Raden Surangga Jaya anak angkat Sesuhunan Djati Ci Rebon, kemudian di pinggirnya ad makom Adipati Ewangga sebagi paman Gunung Djati dari Galuh yang ingin meninmba Ilmu Sejati dari Gunung Djati.
Di bawah ini ada beberapa cuplikan Informasi penting Untuk yang lainnya yang ada di kecamatan Dharma ini, dari apa yang bisa kami informasikan, yaitu :
Ketinggian 3078 m, adapun beberapa jenis satwa Gunung ci Remai atau Guung Gede itu, di antaranya: Bangkong bertanduk (Megophrys montana) Percil Jawa (Microhyla achatina) Kongkang Jangkrik (Rana nicobariensis) Kongkang kolam (Rana chalconota)Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus) Bunglon Hutan (Gonocephalus chamae leontinus) Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.) Elang Hitam (Ictinaetus malayensis) Elang Brontok ( Spizaetus cirrhatus) Elang Jawa ( Spizaetus bartelsi ) Puyuh-gonggong Jawa ( Arborophila javanica) Walet Gunung (Collocalia vulcanorum) [masih perlu dikonfirmasi]Takur Bultok (Megalaima lineata) Takur Tulung-tumpuk (Megalaima javensis) Berencet Kerdil (Pnoepyga pusilla) Anis Gunung (Turdus polio chepalus) Tesia Jawa (Tesia superciliaris) Ceret Gunung (Cettia vulcania) Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura) Burung-madu Gunung ( Aethopyga eximia) Burung-madu Jawa ( Aethopyga mystacalis) Kacamata Gunung ( Zosterops montanus) Trenggiling biasa (Manis javanica)Tupai kekes (Tupaia javanica) Kukang (Nycticebus coucang) Surili Jawa (Presbytis comata) Lutung Budeng (Trachypithecus auratus) Ajag (Cuon alpinus) Teledu Sigung (Mydaus javanensis) Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis) Macan Tutul (Panthera pardus) Kancil (Tragulus javanicus) Kijang (Muntiacus muntjak ) Jelarang Hitam (Ratufa bicolor ) Landak Jawa (Hystrix javanica)
Wallah, sangat luar bias kepahlawanan, keprawiraan negri ini di masa silam, mereka menghadapi tantangan Alam dengan segala satwa Jinak maupun Buas, juga Suhu Alam yang luar biasa berbahaya di Gunung Gede tersebut, tetapi Tabaru terPuncaklah membuat para beliau mampu berada di Gunung Ci Remai sana.
DHARMA-GN CIREMAI 1. Mbh. Rangga Wijaya 2. Mbh. Rangga Wisesa 3. Mbh. Rangga Sumenep 4. Mbh. Rangga Sadamanun 5. Mbh. Rangga Wisempek 6. Mbk. Umi Sabili DHARMA-DESA 1. Mbh. Damar 2. Mbh. Damar Wulan 3. Mbh. Saring Singan 4. Sykh. Qoribulloh 5. Pngr. Durajaya 6. Eyng. Niti Praja DHARMA-PARENCA
1. Mbh. Adi Pati 2. Mbh. Rama Banten 3. Mbh. Depok
4. Mbh. Rama Gede 5. Ky. Sapari 6. Ky. M. Husen DHARMA-LEWIPEUNDEUY 1. Mbh. Drajat 2. Mbh. Panamir ”Panampang Barang” 3. Mbh. Kuta Damar ”Benteng Tahanan Parung” 4. Mbh. Rama Suta ”Bapaknya Mbh. Drajat” DHARMA-CIKUPA 1. Mbk. Nyai 2. Mbh. Jaga DHARMA-KAWAHMANUK 1. Mbh. Bewu ” Kaparungpungan ” DAHRMA-PANINGGARAN 1. Mbh. Jangka Ciabot 2. Mbh. Balabur 3. Mbh. Dapur 4. Mbh. Pingit 5. Mbh. Jagapati 6. Ky. Bagus 7. Mbh. Braja Sakti 8. Mbh. Braja Mukti 9. Mbh. Braja Dijaya
10.
Mbh. Braja Guna
11.
Mbh. Braja Barong
12.
Pinangeran Birma
13.
Pinangeran Dikerta
DHARMA-PANENJOAN 1. Rdn. Bagus 2. Nyimas Bragas 3. Nyai Nur Asih 4. Ki Bagug Jaya DHARMA-SUKARASA 1. Mbh. Dalem Cikupa 2. Ky. Mrawati 3. Byt. Jagaraksa ”Buyut Jenggot” DHARMA-CAGER 1. Mbh. Dalem ”Damar Wulan” 2. Eyang Cacay
DHARMA-TUGU MULYA 1. Eyang Sukma Jaya 2. Eyang Tugu Buana 3. Eyang Sukma Sejati 4. Den Ayu Cakra Ningrat
5. Ky. Jaga Baring 6. Nyimas Ayu Cendrawati DHARMA-JAGARA 1. Pangeran Arya Kusuma 2. Pangeran Maya Kusuma 3. Pangeran Tenjo Lautan 4. Pangeran Haji 5. Eyang Sapujagat DHARMA-GUNUNGSIRAH 1. Eyang Marmagati 2. Ibu Mangle DHARMA-CIRUMPUT 1. Sykh. Ahmad DHARMA-KARANGANYAR 1. Mbh. Tua Soka 2. Mbh. Drajat 3. Mbh. Saringsingan DHARMA-PARUNG 1. Mbh. Grogot 2. Mbh. Hadiruddin 3. Byt. Sangkir 4. Byt. Jamuddin
5. Byt. Iler 6. Eyang Saptari 7. Eyang Satariyah ”Sultan Sepuh Rama Saringsingan” 8. Eyang Komara Trenggono 9. Eyang Sapta Wayana 10.
Eyang Korenda
11.
Ky. Abdurrahman
12.
Ky. Pucuk Umum
13.
Nyai Runday Kasih
14.
Nyai Rambut Kasih
15.
Nyimas Patwakan ”Istri Ky. Pucuk Umum”
DHARMA-CURUG 1. Mbh. Gatot
MOTIVATISMA
AGAMAWAN
dan RUHANIYAWAN yang BESAR adalah mereka yang menghormati
dengan TA’DZIM pada Para Leluhurnya sendiri, begitu pula dengan Para Munzarin dan Mutawashilin Mutawashilat, ini berarti bahwa Muslim yang besar adalah Para Muslimin yang Ta’dzim pada Para Leluhurnya di Tubuh Agamanya sendiri
Dharma Pathra 01 November 2009
14 Dzulqoidah 1430
View more...
Comments