Desiminasi Akhir Fix Rst

December 8, 2016 | Author: Trio Nugraha | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Desiminasi Akhir Fix Rst...

Description

LAPORAN MANAJEMEN DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT TENTARA DR SOEPRAOEN MALANG

Oleh: Kelompok 2B Profesi Dian Dwi F Rissa Vatmasanti Merinda Kusuma W Ayu Wahyuni Lestari Winda Agustina JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1

Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran tersebut menjadi semakin penting mengingat perkembangan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat (Soejitno, 2002 dalam Azwar 2009). Peran

penting

penyelenggaraan

dari

pelayanan

rumah

sakit

keperawatan.

salah

satunya

Pelayanan

adalah

keperawatan

tersebut harus mampu memberikan pelayanan keperawatan bermutu dan profesional yang sesuai dengan tuntutan pemakai jasa pelayan serta melalui penerapan kemajuan ilmu, teknologi, sesuai dengan standar, nilainilai moral dan etika profesi keperawatan. Tuntutan dan kebutuhan pelayanan keperawatan bermutu dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dipersiapkan secara benar dan ditangani secara mendasar, terarah, dan sungguh-sungguh oleh rumah sakit. Perlu dilakukan pengelolaan secara profesional agar perawatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2007). Pelayanan keperawatan sesuai Keputusan Menpan Nomor 94 tahun 2001, pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan

kesehatan

dengan

menggunakan

pendekatan

proses

keperawatan. Untuk itu perawat harus mampu melakukan upaya preventif, promotif, preventif. kuratif, rehabilitatif penyakit serta pemeliharaan kesehatan. Keperawatan juga mencakup kegiatan perencanaan dan pemberian perawatan pada saat sehat, sakit, masa rehabilitasi dan menjaga tingkat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang seluruhnya akan

2

mempengaruhi status kesehatan, terjadinya penyakit kecacatan dan kematian (Aditama, 2003). Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan

penting

dalam

penyelenggaraan

upaya

menjaga

mutu

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standart tentang evaluasi dan pengandalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Muninjaya, 2004). John Griffith (1987) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik yang mencakup antara lain pelayanan keperawatan personal, menjalin hubungan dan berkomunikasi dengan dengan klien, komunikasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, menjaga lingkungan perawatan, melakukan penyuluhan

serta

keperawatan

yang

upaya

meliputi

pengelolaan/pengurusan pengisisn

pencegahan

dokumen

pelaksana

penyakit. tugas

Dan

manajemen

administratif

seperti

pasien

(patient

admission),

pengawasan

catatan

medik,

membuat

penjadwalan

pemeriksaan/pengobatan pasien, membuat penggolangan pasien sesuai berat ringannya pemnyakit, mengatur kerja perawat perawat secara optimal sesuai kebutuhan, memonitor mutu pelayanan pada pasien maupun manajemen ketenagaan logistik keperawatan (Aditama, 2006). Dimana kedua-duanya merupakan aspek penting yang harus diterapkan secara bersamaan untuk menjamin keberhasilan pencapaian tujuan pelayanan

keperawatan

pada

khususnya

dan

kualitas

pelayanan

perawatan pada umumnya. Untuk dapat menjalankan peran dan fungsi tersebut, sesuai SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi pelayanan manajemen keperawatan, sehingga untuk rumah sakit umum ditetapkan

3

seorang wakil direktur pelayanan medis dan keperawatan yang dibantu oleh kepala bidang keperawatan yang mempunyai tugas melakukan bimbingan

pelaksanaan

asuhan/pelayanan

keperawatan,

profesi

keperawatan, logistik keperawatan, serta etika dan mutu keperawatan (Aditama, 2006). Sejalan dengan tingginya tuntutan manyarakat akan kualitas asuhan pelayanan kesehatan, maka diperlukan upaya peningkatan profesionalisme

tenaga

keperawatan

pengembangan

pendidikan

tinggi

yang

salah

keperawatan

satunya melalui

adalah Program

pendidikan D-3 Keperawatan dan Pendidikan Sarjana Keperawatan dengan tujuan untuk menghasilkan ilmuan keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan profesional, baik sebagai pengelola

pelayanan

keperawatan

maupun

pengelola

manajemen

keperawatan (Nurhidayah, 2005). Model praktek keperawatan professional merupakan suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang memungkinkan perawat profesional

mengatur

pemberian

asuhan

keperawatan

termasuk

lingkungan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart & Woods,1996). Salah satu bentuk dari penerapan manajemen profesional adalah manajemen asuhan keperawatan yang saat ini sudah mulai banyak

diterapkan

di

Rumah

Sakit.

Penerapan

Model

Praktek

Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan model dari Manajemen Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang tujuannya memungkinkan perawat profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut. Pengembangan

MPKP

merupakan

upaya

dalam

memberdayakan

keperawatan dalam pemberian pelayanan kesehatan, yang disesuaikan dengan visi dan misi yang diemban oleh masing-masing Rumah Sakit. Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode pemberian asuhan

4

keperawatan Modifikasi Primer. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen manajemen, kami (kelompok 3B) mencoba mengidentifikasi dan menganalisis Model Asuhan Keperawatan Profesional yang ada dan lebih cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan di Ruang Teratai RS TK II Dr Soeproen. Mengingat

pentingnya

fungsi

manajemen

dalam

menjamin

kelancaran dan keberhasilan pelayanan keperawatan, maka konsep manajemen keparawatan perlu diwujudkan secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelayanan keperawatan yang di berikan kepada klien. 1.2

Tujuan

A. Tujuan Umum Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan

mahasiswa

melaksanakan

dan

perawat

mampu

menerapkan

dan

supervisi klinis dalam manajemen metode tim

keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas, peran dan tanggungjawab secara professional. B. Tujuan Khusus 1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilaksanakan di ruang Teratai soepraoen. Mampu

menganalisis

atau

mengidentifikasi

permasalahan

manajemen keperawatan yang ada di ruang Teratai soepraoen Mampu menentukan prioritas masalah berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi 2. Mampu membuat rencana pemecahan masalah (plan of action) untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan 3. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan pada plan of action 4. Mampu menjadi manajer dalam pelaksanaan praktek model keperawatanan profesional dengan menggunakan metode tim primer diruang Teratai soepraoen Mampu melaksanakan dan

5

menerapkan

supervisi

klinis

dalam

pelaksanaan

asuhan

keperawatan. 5. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan. 6. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan di ruang Teratai RS Tingkat II Dr Soepraoen. C. Manfaat 1. Bagi mahasiswa  Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen bangsal.  Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MPKP  Mengaplikasikan

metode

supervisi

klinis

dalam

praktek

manajemen keperawatan.  Memberikan

pengalaman

pada mahasiswa

dalam bidang

manajemen. 2. Bagi ruangan atau institusi rumah sakit Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau pengembangan fungsi manajemen bangsal guna mempertahankan dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model

Praktek

Keperawatan

Profesional/

Model

Asuhan

Keperawatan Profesional 2.1.1. Definisi Sistem Model Asuhan Keperawatan (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendifinisikan keempat unsur: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi

6

tersebut berdasarkan prinsip - prinsip nilai – nilai yang diyakini dan menentukan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai – nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/ keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak dapat terwujud. Unsur – unsur dalam praktik keperawatan dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. 2. 3. 4.

Standar Proses keperawatan Pendidikan keperawatan Sistem model asuhan keperawatan

Dalam menetapkan suatu model, maka keempat hal tesebut harus menjadi bahan pertimbangan karena merupakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dibeberapa rumah sakit telah dikembangkan MPKP. Beberapa modifikasi yang dilakukan dalam pengembangan MPKP meliputi beberapa jenis MPKP. a. MPKP Transisi MPKP dasar yang masih memiliki tenaga perawat yang berpendidikan SPK, tetapi kepala ruangan dan ketua timnya minimal D3 Keperawatan b. MPKP Pemula MPKP dasar dengan semua tenaga minimal D3 Keperawatan. c. MPKP Professional dibagi menjadi tiga tingkat 1. MPKP I MPKP basic (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan, tetapi kepala ruangan (Karu) dan ketua tim (Katim) berpendidikan minimal S1 Keperawatan. 2. MPKP II MPKP intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3 keperawatan dan mayoritas Ners Sarjana Keperawatan, dan sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan. 3. MPKP III

7

MPKP advance (tingkat lanjut) yang semua perawatnya minimal Ners sarjana Keperawatan, dan sudah mempunyai tenaga spesialis keperawatan dan doctor keperawatan yang bekerja di area keperawatan. Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1989). Suwanburg (2000) mendefinisikan manajemen

sebagai

ilmu

atau

seni

tentang

bagaimana

menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak

orang

manajeman.

sehingga

Pendekatan

diperlukan manajemen

penerapan adalah

pendekatan

suatu

proses

kerjasama anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, terapi, dan bantuan kepada para pasien (Gillien, 1989). Model

praktek

keperawatan

menempatkan

pendekatan

manajemen sebagai pilar praktek professional yang pertama. Oleh sebab itu, proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien dan/ atau keluarga. Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapakan dalam bentuk

fungsi

manajemen

terdiri

perencanaan

(planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengendalian (controlling) 2.1.2. Enam Unsur Utama dalam Pemilihan Metode Askep 1. Sesuai dengan visi dan misi institusi Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. 2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan Proses

keperawatan

merupaan

unsur

penting

terhadap

8

kesinambungan

asuhan

keperawatan

kepada

pasien.

Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. 3. Efisiensi dan efektif penggunaan biaya Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana baiknya model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna. 4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oelh karena itu model yang baik, adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan. 5. Kepuasan kerja perawat Kelancaran pelaksanaan suatu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat. Oleh karena itu model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. 6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.1.3. Jenis Model Praktek Keperawatan Profesional di Indonesia Pada awalnya direncanakan beberapa jenis model PKP di Indonesia, yaitu: a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Melalui pengembangan model PKP III dapat diberikan

9

asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing

para

perawat

melakukan

riset

serta

memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada

model

ini

akan

mampu

memberikan

asuhan

keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi

untuk

keperawatan Disamping

memberikan

kepada

primer

melakukan

riset,

konsultasi pada

tentang

area

perawat

asuhan

spesialisasinya. spesialis

juga

membimbing para perawat melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk sepuluh orang perawat primer (1:10). c. Model Praktek Keperawatan Profesional I Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional I dan untuk ini diperlukan penataan 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian keperawatan.

asuhan Model

keperawatan ini

merupakan

dan

dokumentasi

model

yang

akan

dikembangkan secara bertahap (developmental model), dan telah diuji coba di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan di RSUP Persahabatan. d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP), merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Pada model mampu diberikan asuhan keperawatan professional tingkat

10

pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama, yaitu: ketenagaan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.  Ketenagaan Jumlah

tenaga

keperawatan

ruangan/rumah

sakit,

ditetapkan

ketergantungan

klien.

Jumlah

mengidentifikasi

jumlah

pada

suatu

berdasarkan

derajat

ditetapkan

dengan

berdasarkan

derajat

ini

klien

ketergantungan klien dalam satu bulan. Berdasarkan ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet, dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglass (1985) atau Loverigde (1996).  Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Pada model ini digunakan metode modifikasi tim. Metode tim murni tidak digunakan karena pada metode ini, kontinuitas asuhan lebih sukar dilakukan karena klien yang dirawat tidak tetap. Tetapi pada metode modifikasi tim, suatu tim akan merawat sejumlah klien mulai masuk ke suatu ruangan sampai pulang, terutama untuk ketua tim, sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan perawatklien dan akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat. Sebagai ketua tim, kemampuannya adalah D3 keperawatan dangan pengalaman minimal 3 tahun di lapangan. Sebagai anggota tim, kemampuannya D3 atau SPK.

Disamping

itu

dibutuhkan

perawatan

dangan

kemampuan sarjana keperawatan sebagai “case manager”. Case manager berperan sebagai pembimbing ketua tim dan memvalidasi rencana keperawatan serta mengevaluasi pelaksanaan rencana tersebut.

11

 Dokumentasi Keperawatan Pada model ini ditetapkan standar rencana keperawatan, tetapi hanya meliputi masalah aktual. D3 keperawatan akan menganalisis masalah tersebut dengan bimbingan case manager. 2.1.4. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Prinsip pemilihan metode penugasan ditinjau dari jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Pada pertengahan abag ke-19, metode penugasan kasus merupakan metode yang paling popular. Kemudian muncul metode fungsional untuk menanggulangi kekurangan tenaga, lalu metode tim diperkenalkan pada decade tahun 70-an. Kemudian

mucul

pula

perawatan

primer dan

modul

yang

juga

dikembangkan. Berikut penjelasan metode penugasan yang ada. Metode Kasus (1920) Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care. Kelebihan : 1. Perawat lebih memahami kasus per kasus 2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah 3. Pelayanan keperawatan diberikan secara komprehensif sehingga memungkinkan pelaksanaan keperawatan professional Kekurangan : 1. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab 2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama untuk melakukan perawatan sejumlah pasien yang ada.

12

Gambar 1. Sistem sistem asuhan keperawatan “ Case Method Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) Metode Fungsional (1950) Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode penugasan klasik dimana menitikberatkan kepada pembagian habis tugas sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan saat itu. Metode ini menekankan kepada efisiensi penyelesaian tugas, pembagian habis tugas, dan pengawasan kepada petugas.

13

Gambar 2. Sistem pemberian asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis

dan Gambar 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ( Marquis dan Huston, 1998) Kelebihan : 1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, serta adanya pengawasan yang baik. 2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga (efisiensi). 3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman. 4. Tugas tindakan keperawatan akan cepat terselesaikan. Kelemahan : 1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat karena perawatan yang diberikan menjadi parsial sebatas penugasannya saja. 2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan (berorientasi pada tugas, bukan asuhan keperawatan). 3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.

14

Metode Perawatan Tim (sesudah 1950) Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional

memimpin

sekelompok

tenaga

keperawatan

dengan

berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992). Metode ini diberikan

oleh

sekelompok

perawat

kepada

sekelompok

pasien.

Pelaksanaan metode ini dikembangkan untuk meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan jumlah staf yang ada. Metode tim dilaksanakan atas dasar keyakinan bahwa : 1. Setiap pasien berhak menerima pelayanan terbaik. 2. Setiap perawat berhak menerima bantuan dalam melakukan tugasnya memberikan asuhan keperawatan terbaik sesuai dengan kemampuannya. Tujuan Metode Tim : 1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif. 2. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar. 3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda. Penerapan Metode Tim 1. Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien. 2. Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui : a. Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masingmasing tim yang menjadi tanggung jawabnya, atau b. Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat waktu. 3. Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga. 4. Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang

bertugas

sesuai kemampuan perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu, katim dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi.

15

Selain itu perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas. 5. Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan langsung maupun tidak langsung. Konsep Metode Tim : 1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknikkepemimpinan. Ketua tim bertanggung jawab untuk : - Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga. - Membuat perencanaan. - Melakukan penelegasian, supervise, dan evaluasi. - Mengetahui kondisi pasien serta menilai tingkat kebutuhan -

mereka. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan

-

mengevaluasi rencana praktik. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui

-

komunikasi yang konsisten. Mengembangkan kemampuan perawat yang menjadi anggota

-

timnya. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas

-

asuhan keperawatan melalui konfrens. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan

oleh anggota tim. - Menyelenggarakan konferensi. - Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan. 2. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin. 3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim. Anggota tim bertanggung jawab untuk : - Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi -

tanggung jawabnya. Bekerja sama antar anggota tim dan antar tim lain. Memberikan laporan kepada ketua tim tentang asuhan

-

keperawatan yang telah dilakukan. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim.

16

-

Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim

-

tidak ada di tempat. Memberikan perawatan

-

pasien. Berkontribusi terhadap perawatan : observasi terus menerus,

total/komprehensif pada

sejumlah

ikut ronde keperawatan, berinterkasi dgn pasien & keluarga, berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah. 4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang. Kepala ruang bertanggung jawab untuk : - Menentukan standar pelaksanaan asuhan keperawatan. - Melaksanakan supervisi dan evaluasi bersama dengan ketua -

tim. Memberi pengarahan kepada ketua tim. Menjadi narasumber bagi tim. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset

-

keperawatan. Memberi kesempatan

-

keterampilan kepemimpinan dan managemen. Mengorientasikan tenaga baru. Menciptakan iklim komunikasi terbuka.

katim

untuk

mengembangkan

Penerapan metode tim dapat mengikuti beberapa anjuran berikut agar pelayanan yang diberikan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya : -

Jumlah tim dalam satu ruang berkisar antara 2 -3 tim. Besarnya tim ditentukan oleh jumlah tenaga yang ada di

-

ruangan tersebut. Mengadakan konferensi dalam kelompok sekitar 5 – 10 menit setiap shift.

Kelebihan : 1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. 2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan. 3. Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

17

Kelemahan : 1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ). 2. Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu. 3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.

Gambar 3. Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) Metode Perawatan Primer (1970) Metode penugasan Primary Nursing (PN) ini merupakam metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar

rumah

sakit.

Metode

ini

mendorong

praktek

profesional perawat, karena ada kejelasan antara

kemandirian

pembuat rencana

asuhan keperawatan dengan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dengan

18

perawat

yang

koordinasi

ditugaskan

asuhan

untuk

keperawatan

merencanakan, selama

pasien

melakukan, dirawat

dan

termasuk

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Konsep dasar metode primer : 1. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat perawat 2. Ada otonomi perawat atas peran dan fungsinya 3. Keterlibatan pasien dan keluarga

Tugas Perawat Primer : -

Menerima pasien dan mengkaji kebutuhannya untuk

-

menentukan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Membuat tujuan perawatan dan rencana keperawatan. Melaksanakan rencana yang telah dibuat. Mengkoordinasi pelayanan yang diberikan oleh tim kesehatan

-

maupun perawat lain. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan yang telah

-

dicapai. Menerima dan menyesuaikan rencana keperawatan

-

selanjutnya. Menyiapkan penyuluhan kepada pasien yang akan pulang.

Ketenagaan metode perawat primer: -

Tiap perawat adalah perawat “bed side”. Beban kasus pasien yang ditanggung tiap perawat sebanyak

-

maksimal 6 orang. Pembagian pasien dilakukan oleh Kepala Ruangan. Perawat professional sebagai perawat primer dan perawat professional lainnya atau non professional sebagai asisten.

Kepala ruangan sebagai konsultan dan pengendalian mutu asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat primer, tugasnya meliputi : -

Melakukan orientasi pada perawat baru. Menyusun jadwal dinas. Memberi penugasan kepada perawat asisten. Mengevaluasi asuhan keperawatan. Merencanakan pengembangan staf.

19

Gambar 4. Diagram sistem asuhan keperawatan “ Primary Nursing “ (Marquis dan Huston, 1998) Kelebihannya : 1. Model praktek professional. 2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif . 3. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat 4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya. 5. Tim kesehatan merasa puas karena perawatan dilakukan secara menyeluruh. Kelemahannya : 1. Penerapannya hanya dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

20

2. Penerapannya pada ruangan yang memiliki tenaga perawat dengan jumlah dan kualifikasi yang memadai. 3. Biaya lebih besar

Metode Modul Metode modul merupakan metode alternative yang dikembangan dari metode perawatan primer apabila tenaga keperawatan terdiri dari berbagai klasifikasi. Pelaksanaan metode ini sama dengan metode tim dimana

perawat

professional

bekerjasama

dengan

perawat

non-

professional. Setiap modul berpasangan, sekitar 2-3 orang, dimana perawat merawat pasien dari masuk sampai pulang. Ketenagaan : -

Tanggung jawab 1 modul adalah 8 – 12 pasien.

-

Bila modul tidak dinas, maka digantikan modul lainnya.

Kepala bangsal : -

Merencanakan tenaga yang cocok untuk bekerjasama dalam 1 modul.

-

Bertugas sebagai fasilitator pembimbing dan motivator.

Metode ini dapat dijelaskan merupakan gabungan dari metode tim dan perawatan primer. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metode modul sebagai alternative dari perawatan primer jika perawat terdiri dari beberapa klasifikasi, sehingga ada pembagian modul-modul perawat yang hamper sama dengan metode tim. Bedanya, di sini perawatan dilakukan menyeluruh pada pasien dari mulai pasien masuk RS hingga ia pulang. Kepala Bangsal

Modul 1 (2-3 perawat)

Modul 2 (2-3 perawat)

Modul 3 (2-3 perawat)

21

Pasien (8 – 12)

Pasien (8 – 12)

Pasien (8 – 12)

Gambar 5. Diagram system asuhan keperawatan modul (Suyanto, 2008)

2.1.5. Uraian Tugas a. Kepala Ruang Nama Jabatan Pengertian

: Kepala Ruangan

:Seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab

dan

wewenang

dalam

mengatur

dan

mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di Ruang Rawat Inap. Persyaratan 1) Pendidikan

: - S1 Keperawatan - Ahli Madya Keperawatan/Kebidanan

2) Kursus / Pelatihan

: Manajemen Pelayanan Keperawatan

40 jam 3) Pengalaman Kerja

: Sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun

4) Kondisi fisik

: Sehat jasmani dan rohani

Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Ruangan bertanggung jawab kepada Kepala Keperawatan Rawat Inap terhadap hal-hal : 1) Kebenaran

dan

ketepatan

rencana

kebutuhan

tenaga

keperawatan 2) Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan keperawatan

22

3) Keobyektifan

dan

kebenaran

penilaian

kinerja

tenaga

keperawatan 4) Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru 5) Kebenaran dan ketepatan protap/SOP pelayanan keperawatan 6) Kebenaran

dan

ketepatan

laporan

berkala

pelaksanaan

pelayanan keperawatan 7) Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat 8) Kebenaran dan ketetapan pelaksanaan program bimbingan siswa/mahasiswa institusi pendidikan. Wewenang Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Ruang Rawat Inap Umum mempunyai wewenang sebagai berikut: 1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan 2) Memberi petunjuk dan bimbingan dalam pendayagunaan tenaga keperawatan 3) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat inap 4) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang Kepala Ruang Rawat Inap Umum. 5) Menghadiri rapat berkala dengan Kepala Unit

Keperawatan /

Kepala Bagian Pelayanan Medik / Keperawatan / Kepala Rumah Sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan keperawatan. Uraian Tugas 1. Melaksanakan Fungsi Perencanaan (P1) meliputi : - Menyusun rencana kerja Ruang Rawat Inap - Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap yang bersangkutan - Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk ruang rawat inap, koordinasi

23

dengan Kepala Unit/

Keperawatan/ Kepala Sub Unit

Pengembangan Keperawatan. 2. Melaksanakan Fungsi Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) meliputi : - Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui kerjasama dengan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya. - Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di rumah sakit - Melaksanakan orientasi tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat berkoordinasi dengan Kepala Sub Unit Pengembangan Keperawatan. - Memberikan

bimbingan

kepada

siswa/mahasiswa

keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek - Memberi bimbingan kepada pasien/keluarganya meliputi : penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari. - Membimbing

tenaga

keperawatan

untuk

melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar berkoordinasi dengan Kepala Sub Unit Asuhan Keperawatan - Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya - Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti

kegiatan

ilmiah/penataran

dengan

koordinasi

Kepala Sub Unit / Unit / Unit Keperawatan/Pengembangan Keperawatan.

24

- Mengupayakan pengadaan peralatan dan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai - Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien - Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan - Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar bekerja sama dengan Kepala Sub Unit Keperawatan. - Memberi

motivasi

kepada

petugas

dalam

memelihara

kebersihan lingkungan ruang rawat inap - Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat inap. - Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makanan pasien - Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai dengan program dietnya - Menyimpan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan diruang rawat dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke Sub Unit Medical Record bila pasien keluar/pulang dari ruang rawat tersebut. - Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan

serta

kegiatan

lainnya

diruang

rawat,

disampaikan kepada atasannya - Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya - Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas 3. Melaksanakan Fungsi Pengawasan Pengendalian dan Penilaian meliputi :

25

- Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan - Mengawasi dan menilai siswa / mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah ditentukan - Melakukan penilaian kenerja tenaga keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya - Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan obat-obatan - Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan Tim Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan b. Ketua Tim Nama Jabatan: Perawat Pelaksanan Ruang Rawat Inap Pengertian : Seorang tenaga Keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan pelayanan / Asuhan Keperawatan diruang rawat inap. Persyaratan 1) Pendidikan

: - S1 keperawatan - Ahli Madya Keperawatan/Kebidanan

2) Kursus/pelatihan : - Manajemen keperawatan 40 jam - BLS, ACLS, ATLS 3) Pengalaman kerja

: Perawat pelaksana di ruangan 4 tahun

4) Kondisi fisik

: Sehat jasmani rohani

Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap bertanggung jawab kepada Karu terhadap hal-hal sebagai berikut : 1) Kebenaran

dan

ketepatan

dalam

memberikan

Asuhan

Keperawatan sesuai standart.

26

2) Kebenaran

dan

ketepatan

dalam

mendokumentasikan

pelaksanaan Asuhan Keperawatan / kegiatan lain yang telah dilakukan. Wewenang Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat inap mempunyai wewenang sebagai berikut : 1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu. 2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga sesuai kemampuan dan batas kewenangannya. Uraian Tugas 1) Melaksanakan

dan

memelihara

kebersihan

ruangan

dan

lingkungannya. 2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3) Melakukan

pengkajian,

menentukan

diagnosa,

menyusun

rencana keperawatan serta melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya. 4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 5) Melatih/membantu

pasien

untuk

melakukan

latihan

gerak

berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter. 6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai PROTAP yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat. 7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi. 8) Berperan

serta

dalam

membahas

kasus

dan

upaya

meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan. 9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu. 10) Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Karu.

27

11) Meningkatkan

pengetahuan

dan

ketrampilan

dibidang

keperawatan melalui pertemuan ilmiah. 12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar sesuai SAK. 13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau operan dinas. 14) Memberikan

penyuluhan

keluarganya

sesuai

kesehatan

keadaan

dan

kepada

pasien

kebutuhan

dan

sebatas

kewenangannya. 15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : - Surat keterangan istirahat bila diperlukan - Resep obat untuk di rumah - Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi, Dll. c. Perawat Pelaksana Nama Jabatan

: Perawat Pelaksanan Ruang Rawat Inap

Pengertian : Seorang tenaga Keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan pelayanan / Asuhan Keperawatan diruang rawat inap. Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap bertanggung jawab kepada Karu terhadap hal-hal sebagai berikut : 1) Kebenaran

dan

ketepatan

dalam

memberikan

Asuhan

Keperawatan sesuai standart. 2) Kebenaran

dan

ketepatan

dalam

mendokumentasikan

pelaksanaan Asuhan Keperawatan / kegiatan lain yang telah dilakukan. Wewenang Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana di ruang rawat inap mempunyai wewenang sebagai berikut :

28

1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Karu. 2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/keluarga sesuai kemampuan dan batas kewenangannya. Uraian Tugas 1) Melaksanakan

dan

memelihara

kebersihan

ruangan

dan

lingkungannya. 2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3) Melakukan

pengkajian,

menentukan

diagnosa,

menyusun

rencana keperawatan serta melakukan tindakan keperawatan serta evaluasi kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas kemampuannya. 4) Memelihara paralatan agar selalu dalam keadaan siap pakai. 5) Melatih/membantu

pasien

untuk

melakukan

latihan

gerak

berkolaborasi dengan fisio terapi/dokter. 6) Melakukan tindakan Emergency kepada pasien sesuai PROTAP yang berlaku selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter jaga/dokter yang merawat. 7) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi. 8) Berperan

serta

dalam

membahas

kasus

dan

upaya

meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan. 9) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai daftar dinas yang dibuat oleh Karu. 10) Mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Karu. 11) Meningkatkan

pengetahuan

dan

ketrampilan

dibidang

keperawatan melalui pertemuan ilmiah. 12) Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar sesuai SAK.

29

13) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan maupun tertulis pada saat pergantian atau operan dinas. 14) Memberikan keluarganya

penyuluhan sesuai

kesehatan

keadaan

kepada

dan

pasien

kebutuhan

dan

sebatas

kewenangannya. 15) Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi : - Surat keterangan istirahat bila diperlukan - Resep obat untuk di rumah - Petunjuk diet dengan berkoordinasi dengan staf gizi, Dll 2.2

Dokumentasi Dokumantasi penting dalam perawatan kesehatan. Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatatan tentang bukti bagi bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang diberikan

untuk

mencerminkan

perawatan

tidak

hanya

klien. kulaitas

Dokumentasi

yang

baik

perawatan

tetapi

juga

membuktikan pertanggung gugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan perawatan. Beberapa tipe pencatatan digunakan untuk mengomunikasikan informasi tentang klien. Meski setiap lembaga menggunakan format pencatatan

yang

berbeda,

semua

catatan

secara

mendasar

mengandung informasi berikut; 1. Identifikasi klien dan data demografi klien 2. Surat izin untuk pengobatan dan prosedur 3. Riwayat keperawatan saat masuk 4. Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan 5. Rencana asuhan keperawatan atau multidisiplin 6. Catatan tentang tidakan asuhan keperawatan dan evaluasi 7. 8. 9. 10.

keperawatan Riwayat medis Diagnose medis Pesanan terapeutik Catatan perkembangan medis dan disiplin kesehatan

30

11. 12. 13. 14.

Laporan tentang pemeriksaan fisik Laporan tentang pemeriksaan diagnostic Ringkasan tentang prosedur operatif Rencana pemulangan dan ringkasan pemulangan

Tujuan Pencatatan: Catatan merupakan sumber data yang bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota tim perawatan kesehatan. Tujuannya mencakup: a. Komunikasi Pencatatan

adalah

cara

melalui

mana

anggota

tim

kesehatan mengkomunikasikan kontribusinya terhadap perawatan klien, termasuk terapi individual, edukasi klien, dan penggunaan rujukan untuk perencanaan pemulangan. Rencana asuhan harus jelas bagi setiap orang yang membaca bagan. Bila anggota staf merawat

klien,

catatan

harus

menjelaskan

tindakan

yang

dibutuhkan untuk mempertahankan kontinuitas dan konsistensi tindakan perawatan. b. Tagihan Finansial Catatan perawatan klien adalah suatu dokumen yang memperlihatkan

sampai

sejauh

mana

lembaga

perawatan

kesehatan harus di-reimburse untuk pelayanan yang diberikan; hal tersebut adalah tagihan klien. Diagnosis-Related Group (DRG) menjadi dasar untuk menetapkan reimbursement untuk perawatan klien. Dokumentasi keperawatan dapat mengakibatkan hal yang berbeda untuk memastikan standar tertinggi kualitas perawatan dan reimbursement maksimal bagi lembaga perawatan kesehatan. Rincian pencatatan membantu dalam menetapkan diagnosa codable yang digunakan untuk menentukan DRG. Kontribusi perawat

terhadap

dokumentasi

dapat

membantu

menginterpretasikan tipe tindakan yang diterima klien. Jika waktu pemulangan klien melebihi lama rawat yang diperbolehkan untuk DRG tertentu, dokumentasi dapat membenarkan tambahan waktu. c. Edukasi

31

Catatan klien mengandung bebagai informasi, termasuk diagnosa medis dan keperawatan, tanda dan gejala penyakit, terapi yang berhasil dan tidak berhasil, temuan diagnosis, dan perilaku klien. Peserta didik keperawatan dan kedokteran, dan disiplin lain yang berkaitan dengan kesehatan menggunakan catatan ini sebagai sumber edukasi. Suatu cara efektif untuk mempelajari tentang sifat dari suatu penyakit dan responnya terhadap penyakit tersebut adalah dengan membaca catatan perawatan klien. Dengan informasi ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu lebih baik untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien. d. Pengkajian Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk asuhan. Informasi dari catatan memberikan tambahan pada hasil pengamatan dan pengkajian

perawat.

Riwayat

pembedahan, sebagai

contoh,

terdapat dalam catatan klien. Dengan demikian perawat tidak perlu mengumpulkan informasi yang telah tersedia kecuali ada alasan yang diyakini bahwa informs dalam catatan klien tidak akurat. Catatan kemajuan medis menjabarkan temuan dokter pada saat pengkajian. Sebelum merawat klien, perawat merujuk pada catatan medis utnuk temuan pengkajian yang terbaru dan relevan. Perawat dapat memasuki ruangan klien, mengantisipasi status kesehatan klien, dan kemudian melakukan pengkajian individual klien. Catatan memberikan gamabaran total mengenai status kesehatan klien. Data pengkajian yang dimasukan oleh setiap anggota tim perawatan kesehatan tidak semata-mata menguraikan peristiwa terisolasi. Setiap pengamatan adalah bagian dari teka-teki besar, yang jika terpecahkan, akan menunjukkan status kesehatan klien.

Catatan

mengandung

data

untuk

menjelaskan

dan

menginformasi pengamatan atau menyangkal interpretasi. Catatan

32

keperawatan

juga

dapat

memberikan

informasi

tambahan,

termasuk segala pengamatan atau interpretasi yang dibuat oleh perawat

dibandingkan

dengan

data

dari

catatan.

Catatan

membantu menjelaskan alasan dan implikasi tentang setiap temuan yang dikumpulkan perawat. e. Riset Data statistik menunjukkan frekuensi gangguan klinik, komplikasi, penggunaan terapi keperawatan atau medis tertentu, kematian, dan pemulihan dari penyakit dapat dikumpulkan dari catatan

klien.

Catatan

merupakan

sumber

berharga

untuk

menjabarkan karakteristik populasi klien dalam lembaga perawatan kesehatan.

Perawat

juga

dapat

meneliti

catatan

tentang

pemulangan klien sebelumnya untuk mengindentifikasi masalah asuhan keperawatan. Sebagai studi untuk menentukan insidens infeksi pada klien dengan tipe kateter intravena tertentu dapat ditemukan dengan cara menelaah catatan klien. f. Audit dan Pemantauan Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberikan dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. Perawat memantau atau meninjau catatan selama tahun menentukan tingkat sampai sejauh mana standar perbaikan kualitas terpenuhi. Kekurangan yang teridentifikasi selama pemantauan diberitakan kepada semua anggota staf keperawatan sehingga perbaikan dalam kebijakan atau praktik dapat dilakukan. Program perbaikan kualitas membuat perawat terus mengetahui standar tentang praktik keperawatan untuk

mempertahankan

mutu

yang

baik

dalam

asuhan

keperawatan. Catatan medis juga diaudit untuk meninjau biaya perawatan klien. Karier asuransi swasta dan auditor pemerintah meninjau catatan untuk menentukan reimbursement yang diterima klien atau lembaga kesehatan. Melalui dokumentasi tentang logistik dan

33

peralatan yang telah digunakan memastikan bahwa biaya tertutupi dank lien menerima perawatan yang telah mereka butuhkan. g. Dokumentasi Legal Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan dokumen legal. Menurut Mandell (Potter & Perry, 2005), dalam kasus tentang tuntutan hukum catatan medis yang digunakan untuk peradilan, bukan asuhan keperawatan. Akibatnya, pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik

terhadap

tuntutan

yang

berkaitan

dengan

asuhan

keperawatan. Catatan berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Asuhan keperawatan bisa saja sangat baik, namun “ asuhan yang tidak didokumentasikan adalah asuhan yang tidak dilakukan” dalam peradilan hukum. Selain itu, bahkan konsultasi dengan pemberi perawatan lainnya sangat baik bila didokumentasikan. Untuk melindungi diri sendiri akibat klien mengabaikan instruksi keperawatan, perawat harus menunjukkan setiap instruksi atau rujukan dalam catatan medis. Pencatatan tidak semata-mata menjadi rutin atau superfisial, tidak juga berarti perawat menunggu sampai akhir giliran jaga untuk mencatat asuhan klien. Dokumentasi yang baik harus dilakukan tepat waktu dengan pemikiran yang cermat. Empat area masalah komunikasi yang umum dalam malpraktik disebabkan oleh tidak adekuatnya dokumentasi, yaitu; (1) Tidak mencatatkan waktu yang tepat ketika peristiwa terjadi; (2) Lalai untuk mencatat pesanan lisan atau lalai untuk mendapat tanda tangan dari instruksi lisan tersebut; (3) Mencatatkan tindakan sebelum dilakukan untuk menghemat waktu, dan; (4) Mendokumentasikan data yang tidak tepat (Martin dalam Potter & Perry, 2005). (Potter & Perry, 2005; 232–236) 2.3 Pengorganisasian Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan melalui penugasan suatu kelompok tenaga

34

keperawatan, menentukan cara pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical maupun horiantal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat diruang MPKP menggunakan

pendekatan

system

penugasan

tim

primer

keperawatan. Pengorganisasian secara vertical, terdapat kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPKP meliputi struktur organisasi, daftar dinas ruangan, daftar pasien 2.3.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah susunan komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Dalam hal ini, struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan. Sedangkan system penugasan yang digunakan adalah tim, dimana

ruangan MPKP dipimpin oleh kepala ruangan yang

membawahi ketua tim. Ketua tim membawahi beberapa perawat pelaksana

yang

memberikan

asuhan

keperawatan

secara

menyeluruh kepada sekelompok pasien. Struktur organisasi dapat digambarkan dalam suatu bagan. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari : 1. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui suatu uji. 2. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas. 3. Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim.

35

4. Jika suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi tertentu, kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim lain ke tim yang kekurangan. 5. Kepala ruangan berhak merubah anggota tim jika dipandang perlu dalam waktu yang ditentukan. 6. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift. 7. Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim. 8. Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masingmasing pasien. 9. Ketua tim mengendalikan

asuhan

keperawatan

yang

diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya. 10. Kolaborasi denga tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh ketua tim. 11. Masing-masing tim memiliki buku komunikasi. 12. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya. 2.3.2 Daftar Dinas Ruangan Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, perawat yang bertugas, dan penanggung jawab shift. Daftar dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat dalam waktu yang telah disepakati. Pembuatan jadwal dinas dilakukan oleh ketua tim. Setiap tim memiliki anggota yang shift pagi, sore, malam dan yang lepas dari dinas malam serta yang libur. 2.3.3

Daftar Pasien Daftar pasien berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat

ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung jawab kepada pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.

36

Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim selama 24 jam.

Setiap pasien memiliki

perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat. Pada setiap shift dinas ada perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien

secara

total

selama

shift

tersebut.

Daftar

pasien

menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan yang diberikan sehingga terwujud keperawatan pasien yang holistic. Daftar pasien diisi oleh ketua tim sebelum operan. Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore dan malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas. 2.4 Pengarahan/Organizing Pengarahan adalah penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan, jika perlu dilakukan pendelegasian, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu dikelola. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya menciptkan iklim motivasi, mengelola waktu secara efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik,

mengelola

konflik

dan

memfasilitasi

kolaborasi,

melaksanakan system pendelegasian dan supervisi. Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP adalah operan, preconference dan postconference. 2.4.1 Pedoman Operan Antar Shift Operan antar shift adalah komunikasi dan serah terima pekerjaan antara shift pagi, sore, dan malam. Operan dari shift malam ke shift pagi dan dari shift pagi ke shift sore dipimpin oleh kepala ruangan. Sedangkan operan dari shift sore ke shift malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore. Waktu kegiatan

: Awal pergantian shift ( pukul 07.00, 14.00,

Tempat

: Kantor perawat

21.00)

37

Penanggung jawab : Kepala ruangan atau Penanggung jawab (Pj) shift Kegiatan : 1) Karu/Pj shift membuka acara dengan salam 2) Pj shift yang memberikan operan, menyampaikan : a. Kondisi pasien, diagnose keperawatan, tindakan yang sudah dilakukan, hasil asuhan b. Tindak lanjut untuk shift berikutnya 3) Perawat shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan. 4) Karu memimpin ronde ke kamar pasien 5) Karu merangkum informasi operan dan memberikan saran tindak lanjut. 6) Karu memimpin do’a bersama dan menutup acara 7) Bersalaman 2.4.2 Pedoman Preconference Yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan mengenai rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ Tim. Jika hanya ada 1 perawat yang berdinas

pada

shift

tersebut,

preconference

ditiadakan.

Isi

preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan dari katim Waktu kegiatan : Setelah operan Tempat : Meja masing-masing tim Penanggung jawab : Ketua tim/PJ tim Kegiatan : 1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam 2) Katim/PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana

mengacu pada rencana asuhan

keperawatan yang dibuat oleh katim 3) Perawat pelaksanan menyampaikan

rencana

kegiatan

pasiennya 4) Katim/PJ tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. 5) Katim/PJ tim memberikan reinforcement (penguatan) 6) Katim/PJ tim menutup acara dengan ucapan selamat bekerja.

38

Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat (kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana) sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat untuk setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference. 2.4.3 Pedoman Midleconference  Definisi Middle konference adalah konferensi yang dilaksanakan di tengah (paruh waktu) shift jaga perawat.  Kegiatan 1. Ucapan salam 2. Kepala ruangan memberikan waktu kepada masing-masing tim untuk melaporkan kondisi klien 3. Ketua tim mempersilahkan perawat pelaksana melaporkan kondisi klien yang menjadi tanggung jawabnya, meliputi : a. Identitas klien, nama dan nomor RM b. Diagnosa medis c. Diagnosa keperawatan d. Tujuan dan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan  Evaluasi dan monitoring  Terapi keperawatan  Tindakan kolaborasi  Pendidikan kesehatan e. Evaluasi f. Masalah yang dihadapi 4. KaRu atau PJ meminta tanggapan lainnya 5. KaRu atau PJ menyimpulkan 6. Ucapan salam dan mengakhiri konferensi 2.4.4

Pedoman Postconference Yaitu komunikasi Katim dan perawat pelaksana tentang hasil

kegiatan sepanjang shift dan dilakukan sebelum operan kepada shift

berikutnya.

Isi

postconference

adalah

hasil

asuhan

keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Postconference dipimpin oleh Katim atau Pj Tim.

39

Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya Tempat : Meja masing-masing tim Penanggung jawab : Ketua tim/Pj Kegiatan : 1) Katim/PJ tim membuka acara dengan salam 2) Katim/PJ tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien 3) Katim/PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan. 4) Katim/PJ tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya 5) Katim/PJ tim menutup acara dengan salam. 2.5 Pengendalian/Controlling Proses terakhir dari manajemen adalan pengendalian yaitu usaha sistematis yang bertujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja yang sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk merancang system umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang sesunggunya

dengan

standar

menetapkan

apakah

ada

yang

telah

penyimpangan,

ditetapkan, dan

untuk

mengukur

signifikansinya serta mengambil tindakan yang diperlukan guna memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Kegiatan pengendalian pada model MPKP antara lain dalam bentuk pengukuran

BOR, ALOS,

audit dokumentasi asuhan

keperawatan, survey kepuasan pasien/keluarga, penilaian kinerja. 2.5 Komunikasi 1. Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, pendapat, dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. (Tappen 1995) Hasil penelitian Swanburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu digunakan manager untuk berkomunikasi. (Nursalam, 2007) Faktor internal meliputi nilai-nilai, kepercayaan, temperamen dan tingkat stres pengirim pesan dan penerima pesan. Sedangkan

40

faktor eksternal meliputi keadaan cuaca, suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. 2. Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan Manager harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap yaitu : a. Manager harus mengerti struktur organisasi dan mengenali staf yang akan menjalankan keputusannya yang dibuat b. Manager harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan c. Komunikasi hatus jelas, singkat dan tepat. Prinsip komunikasi perawat professional adalah CARE (Complete; Acurate; Rapid dan English ) yaitu perawat harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan cepat. d. Manager harus meminta umpan baik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat. e. Menjadi pendengar yang baik yaitu menerima semua informasi yang disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan orang lain , dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan (Nursalam, 2007). 3. Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan di Rumah Sakit Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui strategi perencanaan. Tetapi ketiga komponen harus menjadi perhatian yang sama, yaitu : struktur, budaya dan teknologi. Struktur dalam suatu organisasi bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang dapat direncanakan dan diterapkan oelh kelompok kerja. Tetapi, setiap struktur yang ada harus memiliki kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip-prinsip

41

asuhan keperawatan kepada pasien, ketrampilan yang baik, dan dapat membantu penyelesaian masalah dalam organisasi. Budaya dalam suatu organisasi bukan seseuatu yang mudah untuk diubah dalam waktu sesaat, tetapi kita percaya bahwa kita akan bekerja dengan lingkungan dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk diperhatian mengingat perubahan suatu budaya dalam managemen adallah aspek yang penting pada proses perubahan yang efektif. Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik dalam praktik komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal dan secara organisasi sering memerlukan suatu perantara, yang disebut teknologi elektronik

dan penggunaan media yang akan

sangat bermanfaat di masa datang. 4. Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan a. Komunikasi saat timbang terima Pada saat timbang terima, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan dan yang belum, serta respons pasien yang terjadi. Perawat melakukan timbang terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya, dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat didekat pasien (Nursalam, 2007). b. Interview/Anamnesis Anamnesis merupakan kegiatan

yang

selalu

dilakukan oleh perawat kepada pasien saat melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan. Anamnesis dilakukan oleh perawat kepada pasien, keluarga, dokter, dan tim kesehatan lainnya (Nursalam, 2007). Prinsip yang perlu

diterapkan

oleh

perawat

pada

komunikasi melalui interview: menghindari komunikasi yang terlalu

formal

menghindari

atau

respons

tidak

tepat,

dengan

menghindari

hanya

“ya”

atau

interupsi, “tidak”,

42

menghindari melakukan monopoli pembicaraan, menghindari hambatan personal (Nursalam, 2007). c. Komunikasi melalui komputer Komputer merupakan suatu alat komunikasi cepat, dan akurat pada manajemen keperawatan saat ini. Data-data klien di

komputer

akan

mempermudah

perawat

lain

dalam

mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi yang akurat (Nursalam, 2007). d. Komunikasi tentang kerahasiaan Pasien yang masuk dalam sistem pelayanan kesehatan menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat

sering

dihadapkan

pada

suatu

dilema

dalam

menyimpan rahasia pasien, disatu sisi perawat membutuhkan informasi dengan menghubungkan apa yang dikatakan klien dengan orang lain, di lain pihak perawat harus memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada siapa pun (Nursalam, 2007). e. Komunikasi melalui sentuhan Komunikasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat dapat berguna sebagai terapi bagi pasien, khususnya

pasien depresi,

kecemasan, dan kebingungan dalam pengambilan keputusan f.

(Nursalam, 2007). Dokumentasi sebagai alat komunikasi Dokumentasi adalah salah satu

alat

yang

sering

digunakan dalam komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi antartim kesehatan lainnya, dan merupakan dokumen paten dalam pemberian asuhan keperawatan. Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, maka perawat dapat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleksnya pelayanan keperawatan dan

43

peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat

mendokumentasikan

dokumentasi

yang

efektif

secara

benar.

memungkinkan

Ketrampilan

perawat

untuk

mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya, dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat. Manfaat komunikasi dalam pendokumentasikan adalah : a) Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat b) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan, apa yang sudah dan apa yang akan dilakukan kepada pasien. c) Manfaat dan data pasien yang akurat, dan dapat dicatat (Nursalam, 2007). g. Komunikasi Perawat Dan Tim Kesehatan Lainnya Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antar perawat dan tim kesehatan lainnya: dokter, ahli gizi, fisioterapis, dan lain-lain. pengembangan model praktik

keperawatan

professional

merupakan

sarana

peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah adanya suatu kejelasan dalam pemberian informasi dari masing-masing individu sesuai dengan kedudukannya (Nursalam, 2007). 2.6 Motivasi 1. Definisi Motivasi Semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri seseorang

yang

digambarkan

sebagai

keinginan, kemauan,

dorongan, dan sebagainya. Motivasi merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan. Motivasi mencakup

upaya,

pantang

mundur, dan

sasaran.

Motivasi

melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja.

44

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Memotivasi adalah proses Manajemen

untuk

mempengaruhi

tingkah

laku

manusia

berdasarkan pengetahuan tentang “apa” yang membuat orang tergerak (Stoner & Freeman, 1995). Menurut bentuknya motivasi terdiri dari :  Motivasi Instrinsik

: Motivasi yang datang dari dalam diri

individu  Motivasi Ekstrinsik : Motivasi yang datang dari luar diri Individu  Motivasi Terdesak : Motivasi yang muncul dalam keadaan terdesak 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi a. Faktor Internal 1. Tingkat pendidikan Seorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan lebih termotivasi karena sudah memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan karyawan yang lebih rendah tingkat pendidikannya, demikian juga sebaliknya jika tingkat pendidikan yang dimiliki tidak digunakan secara maksimal ataupun tidak dihargai oleh seorang manajer maka hal ini akan menyebabkan karyawan tersebut mempunyai yang rendah dalam bekerja 2. Kematangan pribadi Orang yang bersifat egois dan kurang peka dalam menerima motivasi yang diberikan sehingga sulit untuk dapat bekerja sama dalam motivasi kerja. Oleh karena itu kematang pribadi akan memepengaruhi motivasinya. 3. Keinginan dan harapan pribadi Seseorang mau bekerja keras bila ada harapan pribadi yang hendak diwujudkan menjadi kenyataan 4. Kebutuhan

45

Kebutuhan biasanyasejajar dengan motivasi, semakin besar kebutuhan seseorang maka semakin besar pula motivasi karyawan untuk bekerja keras 5. Kelelahan dan kebosanan Faktor kelelahan dan kebosanan juga mempengaruhi motivasi dan semangat kerja. Jika seseorang merasa leleh dan

bosan

dengan

pekerjaannya

maka

hal

ini

kan

berpengaruh juga pada motivasinya dalam bekerja. 6. Kepuasan kerja Kepusan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan tinggi rendahnya motivasi seseorang. Karyawan yang puas akan pekerjaannya akan mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pekerjaannya. b. Faktor Eksternal 1. Kondisi lingkungan kerja Merupakan keseluruhan sarana dan prasarana yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Lingkunagn pekerjaan ini meliputi tempat bekerja, fasilitas, alat, kebersihan, ketenangan dan juga hubungan kerja antara orang yang ada di tempat tersebut. 2. Kompensasi yang memadai Merupakan alat motivasi yang efektif bagi perusahaan untuk memeberikan dorongan kepada karyawan untuk bekerja secara baik. Dalam hal pemberian gaji beberapa faktor yang harus diperhatiakn, diantaranya: a) Arti gaji bagi karyawan Bagi seorang karyawan gaji mempunyai arti yang mendalam, yakni sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat kehidupan karyawan yang bersangkutan bersama keluarganya. b) Dasar pemberian gaji Ada beberapa dasar dalam pemberian gaji. Satu diantaranya adalah “ hasil kerja “ yakni gaji diberikan

46

berdasarkan jumlah atau nilai barang yang dijual atau yang dihasilkan. 3. Supervisi yang baik Menurut Mathis (2006) menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh seorang supervisor dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan pada orang lain untuk megambil tindakan. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan karyawan agar bersemangat dan dapat mencapai hasil yang diharapkan.oleh karena itu seorang supervisor akan memahami akan sifat dan karakteristik bawahannya

. seorang supervisor harus membangun

hubungan yang positif dan membantu motivasi karyawan dengan berlaku adil dan tidak diskriminatif sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya. 4. Status dan tanggung jawab Status atau kedudukan dalam jabatan merupakan dambaan dan harapan setiap karyawan dalam bekerja. Karyawan bukan hanya mengharapkan kompensasi semata tetapi suatu saat mereka berharap akan dapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang ada dalam perusahaan di tempat kerjanya. Seseorang dengan menduduki jabatan akan meras dirinya dipercaya, diberi tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar . jadi status dan tanggung jawab ini

merupakan

stimulus

karyawan 5. Peraturan yang fleksibel Peraturan yang ada

dalam

dalam

melaksanakan

tugas

perusahaan

dapat

mempengaruhi motivasi kerja karyawan . suatu peraturan yang bersifat melindungi dan diinformasikan secara jelas akan lebih memicu motivasi karyawan dalam bekerja. 2.7 Supervisi 1. Definisi Supervisi

47

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).

Muninjaya (1999)

menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). 2. Teknik Supervisi Keperawatan Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan

berbagai

kendala

yang

dihadapi

dalam

pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi

fokus

dan

menjadi

tujuan

utama,

bukan

malah

menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006). Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung. a. Teknik Supervisi Secara Langsung. Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan.

Pada

waktu

supervisi

diharapkan

supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2)

48

menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008): a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi. b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan

pendokumentasian.

Supervisor

melihat

hasil

pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan. c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005. d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari

pengkajian,

pelaksanaan,

diagnosa

evaluasi

keperawatan,

kepada

perawat

perencanaan, yang

sedang

menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes. e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi. b. Secara Tidak Langsung.

49

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987 dalam Wiyana, 2008). Langkah-langkah Supervisi tak langsung: a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat. b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan. c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes. d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan

cacatan

tertulis

pada

perawat

yang

mendokumentasikan. e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.  One-to-one supervision

Advantages •

: Bisa

dilakukan •

dengan supervisi disiplin

dari yang

sama atau yang berbeda



Disadvantages

Anda lebih mungkin



Kemungkinan

utuk menghadiri sesi

ketidakcocokan

supervisi

dengan supervisor •

Membangun

Tidak

mendapat

hubungan

manfaat

kepercayaan dengan

pandangan, opini,

supervisor

perspektif

Ada

privasi

yang

tidak

berbicara

didepan

yang

lain

untuk nyaman

dari



Menjadi

terlalu

bernafsu

teman

50



Anda

akan

untuk

bersiap

sesi

lebih

personal

untuk

kebutuhan

dan

praktek •

Mudah untuk diatur



Terus menerus Advantages

 Group Supervision



Mendapat dari

:

Disadvantages

manfaat

bimbingan



Anggota kelompok

dan

dan

supervisor

Direkomendasi-

keahlian

dari

harus menghadapi

kan maksimal 4

supervisor

dan

dinamika

orang

anggota kelompok

per

kelompok



Biaya lebih efektif



Dapat



kelompok •

tidak

menstimulus

dinamika kelompok

berpengalaman

Dapat

mungkin

terdiri

dari •

yang berbeda Dapat

merasa

terancam

tingakt dan area klinik •

Untuk staf yang

Ketrampilan tingakat

membangun

tinggi

hubungan suportif dan

harus dimiliki oleh

fasilitatif

dengan

supervisor

anggota

kelompok



Mungkin membutuhkan

yang lain

waktu lama  Peer Supervision

Advantages •

Anggota

:

lebih

Kelompok

memahami

yang

tertentu

Disadvantages

kelompok



mungkin isu karena

Mungkin

sulit

untuk diatur •

Kemungkinan bahwa

menjadi

51

praktisi-

mereka berhubungan

‘insular’

hanya

praktisinya

dengan area praktek

berfokus

pada

Dapat mendiskusikan

spesialitas mereka

pengembangan baru

dan mengabaikan

dari

area

klinik

yang



sama

konteks yang lebih luas •

Berpotensi bersifat atau

untuk

personal ‘close

to

home’. Apabila isu yang

dibahas

tentang individu di area yang sama, menungkinkan untuk

terjadi

konflik yang dapat

 Managemen



Menunjukkan

supervision

komitmen

dan

:

dukungan

untuk

Individu manajer

percaya

diri

individu

yang

Kesulitan meisahkan peran

supervisi dari manajer

disupervisi oleh

rasa

bersangkutan. Disadvantages

Advantages •

t

merusak

antar

manajer

dan supervisi •

Supervise cenderung menjadi

terlalu

terbuka (disclosure) 3. Prinsip – Prinsip Supervisi :

52

a. b. c. d.

Didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi Kegiatan direncanakan secara matang Bersifat edukatif, suportif Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan

keperawatan e. Membentuk kerjasama yang demokratis antara supervisor dengan staf dalam pelaksaan keperawatan. f. Objektif dan harus mampu melakukan self evaluation g. Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing staf dan pelaksana keperawatan h. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan i. Dapat meningkatkan

kinerja

bawahan

dalam

upaya

meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan. 4. Kategori Supervisi 1. Klinikal Refleksi kasus kompleks, pendekatan terhadap tindakan dan asuhan , perencanaan dan evaluasi 2. Managerial Fokus terhadap keseimbangan

beban

kerja,

prosedur

administratif, perencanaan , strategi, pengumpulan data, audit, rekruitmen dan retensi, komunikasi. 3. Personal Isu interpersonal staf. tekanan pekerjaan , motivasi, kepuasan kerja ,isu kelompok 4. Professional Refleksi terhadap skill dan peran professional dalam tim multidisiplin,

teridentifikasi kebutuhan

pengembangan dan pelatihan. 5. Tujuan supervisi Klinis a. Memotivasi perawat b. Asuhan yang diberikan berpusat pada klien dan standar keamanan c. Meningkatkan pelayanan yang diberikan dengan menggunakan system evaluasi d. Peluang pembelajaran baru e. Meningkatkan rekruitmen dan retensi staf f. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas

53

6. Macam – Macam Supervisi Klinis 1. Edukatif (formatif) a. bagaimana mengembangkan pemahaman dan kemampuan skill b. bagaimana memahami klien menjadi lebih baik c. bagaimana mengembangkan kepedulian dan refleksi dalam intervensi d. bagaimana mengekplorasi jalan lain dalam bekerja 2. Supportif (restorative) Mengeksplorasi reaksi emosional terhadap nyeri, konflik dan pengalaman perasaan selama mengelola klien sehingga dapat mengurangi perawat keluar dari pekerjaan 3. Managerial (normative) a. Bagaimana melakukan kualiti kontrol b. Bagaimana memastikan perawat bekerja sesuai standar 2.8 Pendelegasian Agar pendelegasian wewenang dapat berhasil dengan baik, sesuai dengan tujuan, maka harus dilakukan dengan tepat atau baik pula. Adapun syarat-syaratnya seperti yang dikemukakan oleh Drs. Sutrisno : 

Adanya kesediaan atau keikhlasan atasan untuk memberikan pelimpahan. Dengan kesediaan dan keikhlasan yang tulus akan menimbulkan hubungan kejiwaan yang dekat antara atasan dan bawahan tersebut hal ini penting dalam usaha



menimbulkan perasaan rasa percaya di antara keduanya. Tiap-tiap bawahan yang mendapat pelimpahan harus mempertimbangkan diserahkan

kepada

kemampuannya. bawahan

harus

Wewenang sesuai

yang dengan

kemampuan bawahan. Di samping bawahan harus mengukur kemampuan sendiri, atasan harus pula menimbang-nimbang kemampuan dalam hubungannya dengan wewenang yang

54

akan dilimpahkan, baik kemampuan jasmaniah maupun kemampuan rokhaniah. Dengan demikian tidak akan terjadi wewenang

yang

dilimpahkan

tidak

sesuai

dengan

kemampuan bawahan, sebab apabila tidak sesuai akan dapat menimbulkan 

resiko,

yang

pada

akhirnya

juga

akan

ditanggung atasan bersangkutan. Tugas dan wewenang yang diserahkan harus jelas, bawahan mengerti keinginan atasan dengan adanya pelimpahan itu. Tugas, wewenang demikian pula tanggung jawabnya harus dirumuskan dengan jelas. Ketidakjelasan akan menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam realisasinya, karena tidak tahu arah atau batas-batas yang boleh dan tidak dapat dilakukan. Demikian pula harus diketahui oleh bawahan kecenderungan dari pada keinginan-keinginan atasan yang melimpahkan wewenang, demikian itu agar pelaksanaan tugas dan wewenang mengarah kepada tujuan yang ditentukan oleh



atasan. Pelimpahan yang telah diberikan tidak boleh diperlemah oleh atasan, yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan. Setelah pelimpahan dilakukan, atasan jangan selalu mencampurinya, lebih-lebih mencampuri secara demonstratif yang demikian akan mengakibatkan keresahan jiwa dan justru akan dapat mengakibatkan patah semangat bagi bawahan.

Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang: 1. Manager perawat/bidan menetapkan

dan

memberikan tugas dan tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan; 2.

Manajer

melimpahkan

wewenang

yang

diperlukan untuk mencapai tujuan; 3. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab.

55

4.

Manajer

perawat/bidan

menerima

pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai. Alasan Pendelegasian Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan: 1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri. 2. Agar organisasi berjalan lebih efisien. 3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting. 4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan. 2.9 Manajemen Konflik 1. Definisi Konflik Ketidaksesuaian (perbedaan sesuatu) antara 2 orang atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi 2. Jenis-Jenis Konflik Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima

jenis

konflik

yaitu

konflik

intrapersonal,

konflik

interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi. a. Konflik Intrapersonal Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut: 1. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing

56

2. Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan

dan

kebutuhan-kebutuhan

itu

terlahirkan. 3. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan. 4. Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan. Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya

acapkali menimbulkan konflik.

Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu : 1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik. 2. Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang

dihadapkan

pada

dua

pilihan

yang

sama

menyulitkan. 3. Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus. b. Konflik Interpersonal Konflik Interpersonal adalah seseorang

dengan

orang

lain

pertentangan karena

antar

pertentengan

kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lainlain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. c. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja

57

mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada. d. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. e. Konflik antara organisasi Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik,

dan

konflik

ini

biasanya

disebut

dengan

persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan

timbulnya

pengembangan

produk-

produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien. 2.10

Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu: 1. Input (struktur) Segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hbungan struktur dengan mutu pelayanan

kesehatan

adalah

dalam

perencanaan

dan

pergerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2. Proses

58

Interaksi profesiaonal antara pemberi dan penerima pelayanan. Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting. 3. Output/ Outcome Hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada penerima pelayanan (pasien / masyarakat), termasuk kepuasan dari penerima pelayanan. 1. Definisi dan Cara Pemakaian Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit Indikator adalah variable yang digunakan untuk menilai suatu penampilan dari suatu kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variable yang digunakan untuk menilai suatu perubahan. Menurut WHO, indikator adalah variable untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator yang ideal harus memiliki 4 kriteria, yaitu: 1. Shahih (valid), yaitu benar –benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai 2. Dapat dipercaya (realible), yaitu mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulangkali untuk waktu sekarang maupun akan datang 3. Sensitive, yaitu cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak 4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak bertumpang tindih Indikator mutu pelayanan rumah sakit akan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi penglola rumah sakit, terutama untuk mengukur kinerja rumah sakit itu sendiri (self assesment). Manfaat tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan management kontrol dan alat untuk mendukung

59

pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang. 2. Jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit 1. Indikator pelayanan non-bedah, terdiri dari:  Angka pasien yang dekubitus  Angka kejadian infeksi dengan jarum infus  Angka kejadian penyulit / infeksi karena tranfusi darah  Angka ketidaklengkapan pangisian catatan medik  Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat 2. Indikator pelayanan bedah  Angka infeksi luka operasi  Angka komplikasi pasca bedah  Waktu tunggu sebelum operasi elektif  Angka appendik normal 2.11

Operan / Timbang Terima A. Definisi Operan merupakan teknik atau cara menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. B. Tujuan 1. Menyampaikan kondisi atau keadaan umum klien 2. Menyampaikan hal – hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya 3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya 4. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna 5. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat. 6. Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat 7. Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan C. Langkah-langkah

60

1.

Kedua kelompok dinas sudah siap

2.

Shift yang mau menyerahkan, mengoperkan, mempersiapkan hal-hal yang akan disampaikan

3.

Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shift selanjutnya meliputi:

a. Kondisi atau keadaan umum klien b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan d. Penyampaian nomor 3 dilakukan dengan jelas singkat dan tidak buru–buru. e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama–sama langsung melihat keadaan klien f. Memberikan kesempatan kepada anggota shift yang dioperkan untuk bertanya tentang hal–hal atau tindakan yang kurang jelas g. Mengoperkan semua bekas catatan perawatan kepada perawat yang menjalankan tugas selanjutnya. D. Manfaat 1. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya. 2. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan dengan keadaan klien yang sebenarnya. 3. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada yang belum terungkap. E. Metode Pelaporan 1. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana keperawatan.

61

2. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu persatu. F. Prosedur Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap. 2. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan (tanggung jawab). 3. Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang

sebaiknya

dicatat

khusus

untuk

kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya. 4. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima: a)

Identitas klien dan diagnosa medis.

b)

Masalah Keperawatan yang masih muncul.

c)

Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara umum).

d)

Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.

e)

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin dijalankan.

f)

Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.

5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang

telah

ditimbang

terimakan

atau

berhak

terhadap

keterangan-keterangan yang kurang jelas. 6. Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.

62

7. Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit. G. Hal-hal yang perlu Diperhatikan 1.

Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang disepakati.

2.

Dipimpin oleh penanggung jawab klien/perawat primer.

3.

Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

4.

adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab.

5.

Informasi

yang

disampaikan

harus

akurat,

singkat,

sistematik dan menggambarkan kondisi klien pada saat ini serta kerahasiaan klien. 6.

Timbang

terima

harus

berorientasi

pada

masalah

keperawatan yang ada pada klien, dengan kata lain informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih dahulu (setelah diketahui melalui pengkajian), baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan tindakan. 7.

Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan volume suara yang pelan dan tegas (tidak berbisik) agar klien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang dibicarakan untuk menjaga privasi klien, terutama mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.

8.

Bila ada informasi yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat klien tetapi diruang perawat.

H. Petunjuk teknis serah terima pasien

63

1.

Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang penting lainnya selama masa perawatan (tanggung jawab).

2.

Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk diserah terimakan pada petugas berikutnya.

3.

Hal-hal yang disampaikan dalam timbang terima: -

Identitas pasien dan diagnosa medis

-

Masalah keperawatan yang masih muncul

-

Tindakan

keperawatan

yang

telah

dilaksanakan

(secara umum) -

Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan

-

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam

kegiatan

operatif,

pemerikasaan

laboratorik/pemeriksaan penunjang lain, persiapan untuk konsultasi atau terhadap prosedur yang tidak rutin dijalankan -

Prosedur rutin

yang biasa dilakukan tidak perlu

disampaikan 4.

Perawat yang melaksanakan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan atau berhak bertanya terhadap keterangan-keterangan yang kurang jelas.

5.

Sedapat-dapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.

6.

Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit

2.12

Ronde Keperawatan A. Pengertian

64

Adalah suatu kegiatan membahas asuhan keperawatan pada kasus tertentu

yang dilakukan oleh perawat konsuler,

kepala ruangan, Kabid yang melibatkan seluruh anggota tim. B. Karakteristik  Klien dilibatkan secara langsung  Klien merupakan focus kegiatan  PA, PP dan konsuler melakukan diskusi  Konsuler memfasilitasi kreatifitas  Konsuler membantu mengembangkan kemampuan PA, PP meningkatkan kemampuan mengatasi masalah C. Tujuan 1. Menumbuhkan cara berpikir kritis 2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien 3. Meningkatkan pola pikir sistematis 4. Meningkatkan validitas data klien 5. Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan 6. Meningkatkan kemampuan justifikasi 7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja 8. Meningkatkan kemampuan memodifikasi renpra Kasus yang akan dibahas dalam ronde keperawatan harus ditetapkan paling lambat satu hari sebelum pelaksanaan. Klien dan keluarga akan dilibatkan dalama kegiatan ini, sehingga ada kemungkinan ada perasaan kurang nyaman dan privacy terganggu. Dalam hal ini diperlukan informed concent sebagai aspek legal. D. Peran PP dan PA

65

 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.  Menjelaskan masalah keperawatan utama  Menjelaskan intervensi yang dilakukan  Menjelaskan hasil yang didapat  Menentukan tindakan selanjutnya  Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil E. Peran perawat Konsuler  Memberikan justifikasi.  Memberikan reinforcement.  Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan.  Mengarahkan dan koreksi.  Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari. F. Langkah-langkah a. Persiapan ronde keperawatan (pra ronde) 1. Penjelasan tentang klien oleh perawat yang mengelola/ merawat.

Penjelasan

difokuskan

pada

diagnosa

keperawatan yang dianggap perlu didiskusikan. 2. Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut. 3. Menempatkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses keperawatan klien tersebut dan pada saat ronde. b. Pelaksanan Ronde Seluruh anggota tim dan perawat konsuler menemui klien dan melaksaanakan tindakan yang telah ditetapkan pada saat pra ronde. Perawat yang paling berperan adalah perawat pelaksana yang merawat klien tersebut dan perawat konsulen. c. Paska ronde

66

Mendiskusikan hasil temuan pada klien tersebut dan menetapkan tindakan yang perlu dilakukan 2.13

Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien (Berdasarkan Teori

Orem: Self Care) No. I.

1.

KLASIFIKASI DAN KRITERIA MINIMAL CARE Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan: a.

Mampu naik turun tempat tidur

b.

Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

c.

Makan dan minum sendiri

d.

Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan

e.

Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

f.

Mampu

berpakaian

dan

berdandan

dengan

sedikit bantuan 2. 3. 4. II.

g. Mampu BAK dan BAB dengan sedikit bantuan Status psikologis stabil Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic Operasi ringan PARTIAL CARE Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian: a. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan

1.

c. Membutuhkna bantuan dalam menyiapkan makanan d. Membutuhkan bantuan untuk makan e. Membutuhkan bantuan dalam membersihkan mulut f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/

2. 3. 4. 5. 6.

kamar mandi) Pasca operasi minor (24 jam) Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor Fase awal dari penyembuhan Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam Ganguan operasional ringan

67

III

TOTAL CARE Pasien memerlukan

bantuan

perawat

sepenuhnya

dan

memerlukan waktu perawatan yang lebih lama a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong/ kursi roda b. Membutuhkan latihan pasif c. Kebutuan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui intravena 1.

(infus) atau NG Tube (sonde) d. Membutuhkan bantuan untuk membersihkan mulut e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berdandan dan berpakaian f. Dimandikan perawat/ keluarga g. Dalam

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 2.14

keadaan

inkontinensia,

pasien

menggunakan

kateter Setelah 24 jam pascaoperasi mayor Pasien dalam keadaaan tidak sadar Keadaan pasien tidak stabil Observasi setiap kurang 2 jam Perawatan luka bakar Perawatan kolostomimenggunakan alat bantu pernafasan Menggunakan WSD Irigasi kandung kemih secara terus menerus Menggunakan alat traksi (skeletal traksi) Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/ leher Gangguan emosional berat, bingung, disorientasi.

Pedoman Patient Safety 1. Pengertian: Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak

lanjutnya

serta

implementasi

solusi

untuk

meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan

68

dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I, 2006). 2. Tujuan sistem keselamatan pasien RS 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS 2. Meningkatnya

akuntabilitas

RS

terhadap

pasien

dan

masyarakat 3. Menurunnya KTD di RS 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak trjadi pengulangan KTD (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) 3. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit Menurut Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit (Depkes R.I. 2006): 1. MEMBANGUN KESADARAN AKAN NILAI KP, menciptakan kepemimpinan & budaya yg terbuka & adil. 2. MEMIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA, membangun komitmen & fokus yang kuat & jelas tentang KP di RS Anda 3. MENGINTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO, mengembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi & asesmen hal yang potensial bermasalah 4. MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN, memastikan staf 5. Agar dgn mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta RS mengatur pelaporan kepada KKP-RS. 6. MELIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN, Mengembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dgn pasien

69

7. MELAKUKAN

KEGIATAN

BELAJAR

&

BERBAGI

PENGALAMAN TENTANG KP, mendorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbul 8. MENCEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KP, Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah

untuk

melakukan

perubahan

pada

sistem

pelayanan. 4. Standar Keselamatan Pasien RS (KARS – DepKes) 1. Hak pasien Standar: Pasien

dan keluarganya

mempunyai

hak untuk

mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk

kemungkinan

terjadinya

Kejadian

Tidak

Diharapkan. Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien

dan

keluarganya

tentang

rencana

dan

hasil

pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan 2. Mendidik pasien dan keluarga Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan

70

pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur, mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga, mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, memahami dan menerima konsekuensi

pelayanan,

menghormati

peraturan

mematuhi RS,

instruksi

memperlihatkan

dan sikap

menghormati dan tenggang rasa dan emenuhi kewajiban finansial yang disepakati. 3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan Standar : RS

menjamin

kesinambungan

pelayanan

dan

menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria : Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari RS, terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar, terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya, terdapat komunikasi dan transfer informasi

antar

profesi

kesehatan

sehingga

dapat

tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif. 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien

71

Standar : RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria : Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS", setiap RS harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan, setiap RS harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu

proses

kasus

risiko

tinggi,

setiap

RS

harus

menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin. 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah sakit”, pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi

72

kejadian

tidak

diharapkan,

pimpinan

mendorong

dan

menumbuhkan komunikasi dan oordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien, pimpinan mengalokasikan sumber daya

yang

menigkatkan

adekuat

untuk

kinerja

rumah

mengukur, mengkaji, sait

serta

dan

meningkatkan

keselamatan pasien dan pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas konribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien. Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan

pasien,

tersedia

program

proaktif

untuk

identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,

yang

mencakup

jenis-jenis

kejadian

yang

memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris cedera (Near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (Adverse event), Tersedia mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintregrasi dan berpatisipasi dalam program keselamatan pasien, tersedia prosedure “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis. 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Standar : Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien. Kriteria :

73

Setiap

rumah

sakit

harus

memiliki

program

pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing, setiap rumah sakit harus megintregasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yan jelas tentang pelaporan insiden dan setiap rumah sakit harus menyelenggarkan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Standar : Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keelamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. Kriteria : Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien, tesedia

mekanisme

identifikasi

masalah

dan

kendala

komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006) 5. Indikator Patient Safety Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan rumah

sakit.

Indikator

patient

safety

bermanfaat

untuk

menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama

74

dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien. (Dwiprahasto, 2008). Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan. 1. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan sebenarnya

untuk

mengukur

potensi

komplikasi

yang

dapat dicegah saat pasien mendapatkan

berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup

kasus-kasus

yang

merupakan

diagnosis

sekunder akibat terjadinya risiko pasca tindakan medik. 2. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan

setempat

(kabupaten/kota).

Indikator

ini

mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik. Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety Indikator

patient

safety

(IPS)

bermanfaat

untuk

mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk menunjukkan: 1. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu. 2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan

75

3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan 4. disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah

vs

swasta

atau

urban

vs

rural).

(Dwiprahasto, 2008). 6. Penerapan Pedoman Penting International Patient Safety Goals (IPSG) a. Target 1; Syarat 1 : Identifikasi Pasien secara Tepat. Identifikasi Pasien secara Tepat: Tujuan dari sasaran ini adalah untuk mendapatkan identitifikasi yang setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut.  Menggunakan paling sedikit dua (2) cara untuk menilai pasien ketika memberikan obat, darah atau produk dari darah; mengambil contoh darah dan spesimen-spesimen lain untuk pengujian secara klinis. Nomor ruangan pasien tidak diperbolehkan untuk digunakan sebagai pengenalan pasien,

pengenal yang digunakan untuk semua ,

pemeriksaan prosedur, pengantaran obat, pengambilan sampel dan spesimen, yaitu: - Nomor catatan medis pasien harus diperiksa - Tanggal lahirnya pasien harus diperiksa – ini harus dilakukan secara lisan atau mengenai pasien yang tidak sadar, harus ditunjukkan pada gelang nama pasien.  Semua pasien yang diprosedur/dioperasi, akan diharuskan unutk memiliki 2 Gelang Nama pada salah satu diantara pergelangan tangan atau pergelangan kaki. b. Target 2; Syarat 2 : Meningkatkan Komunikasi yang Efektif. Meningkatkan komunikasi yang efektif: Komunikasi yg tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus Sentinel. Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan

76

dimengerti oleh sang penerima. Penelitian juga menunjukan bahwa penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien.  Menerapkan sebuah proses/prosedur untuk perintah yang disampaikan melalui telepon (lisan), atau penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi dengan “mengulang” selengkapnya perintah atau pun hasil uji klinis yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang yang menerima informasi tersebut.  RS harus mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintah maupun hasil uji yang diterima harus diverifikasi atau ‘dibacakan ulang’ kepada pihak yang memberi perintah atau hasil uji klinis tersebut. Termasuk

pula

proses

dokumentasi

dam

penanda-

tanganan sebagai bentuk konfirmasi atas perintah/hasil uji yang diterima c. Target 3;Syarat 3 : Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang, Membutuhkan Perhatian. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang, membutuhkan perhatian: manajamen obatobatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan pasien:  Memindahkan

semua

konsentrat

elektrolit

(termasuk

potasium klorida, potasium fosfat, sodium korida > 0.9%, dan tidak terbatas hanya itu semua) dari semua ruang perawatan pasien.  Di RS, potasium banyak disimpan di berbagai area klinik. Penelitian di seluruh

dunia telah menunjukkan bahwa

tindakan ini menempatkan pasien dalam bahaya. d. Target 4; Syarat 4, 5, & 6 : Mengurangi Salah Lokasi, Salah Pasien dan Salah, Tindakan Operasi.

77

Mengurangi Salah lokasi, Salah Pasien dan Salah Tindakan Operasi: Tujuan dari target ini adalah untuk SELALU mengenali Tepat lokasi, Tepat pasien dan Tepat tindakan. Syarat 4  Melakukan “time out” tepat sebelum memulai sebuah operasi, untuk memastikan pasien, prosedur dan bagian tubuh yang akan dioperasi adalah tepat.  Pada setiap RS pengecekan langkah- langkah pada setiap operasi atau tindakan sudah digunakan. Tetapi konsep “time out” akan menjadi hal baru bagi banyak staf medis di organisasi ini. “Time out” ini harus berupa pengecekan aktif (secara lisan), dilakukan di tempat dimana tindakan itu akan dilakukan dan melibatkan semua anggota tim dari operasi/

prosedur, termasuk

pula

dari

pasien,

bila

memungkinkan.  RS J menerapkan proses ini dalam rangka memperoleh akreditasi dari JCI. Bukan, merupakan hal mudah untuk dijalankan, dan tentunya akan dibutuhkan revisi dokumen implementasi proses dan pendidikan untuk para staf, serta tak lupa, dukungan dari semua staf.  Diharapkan, dengan berjalannya waktu, proses “time out” akan menjadi tindakan rutin di RS J. Syarat 5  Membuat suatu proses atau checklist untuk memeriksa semua dokumen dan peralatan yang diperlukan untuk operasi siap digunakan dan berfungsi dengan baik sebelum operasi dimulai.  Di setiap Siloam Hospitals, penggunaan checklist sebelum operasi atau tindakan telah dilakukan. Untuk memenuhi kualifikasi di atas, bisa saja dibutuhkan revisi untuk memasukkan aspek-aspek penting dalam checklist.

78

Syarat 6  Berikan tanda pada bagian yang tepat dimana operasi akan dilakukan. Gunakan

tanda yang dapat dipahami

dengan jelas dan libatkan pasien dalam melakukan hal ini.  Ini adalah konsep baru di RS. Pemberian tanda diharuskan untuk semua prosedur yang meliputi: - Perbedaan kanan dan kiri - Struktur Multipel (contoh: jari-jari tangan & kaki) - Tingkat-tingkat (contoh: tulang belakang)  Pemberiaan tanda tidak diperlukan bila ada luka/lesi yang jelas dimana, luka/lesi tersebut menjadi bagian yang akan ditindak.  Prosedur dental dikecualikan dari proses iniwalaupun dental x-ray harus diberi penandaan.  Tanda harus jelas dan dimengerti oleh semua. Proses pemberian tanda harus terjadi sebelum memindahkan pasien ke lokasi dimana tindakan operasi akan dilakukan.  Proses pemberian tanda adalah tanggung jawab dari dokter bedah atau asistennya. e. Target 5; Syarat 7 : Mengurangi Risiko Infeksi. Mengurangi

Risiko

Infeksi:

Penelitian

telah

membuktikan bahwa melakukan petunjuk cuci tangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staf ke pasien. Hal ini akan mengurangi insiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi.  Mengikuti sesuai dengan petunjuk cuci tangan yang telah dipublikasikan dan diterima secara umum.  Di RS memiliki komitmen sepenuhnya untuk menyajikan praktek terbaik dalam Pedoman Infection Control. Untuk mendukung kegiatan mencuci tangan di wastafel dan penenempatan sabun cuci tangan, telah dan akan terus ditinjau ulang di seluruh rumah sakit.

79

 Edukasi dan auditing adalah bagian yang penting dalam menjaga tingkat kesadaran. Pedoman Infection Control akan

terus

ditinjau-ulang

dan

diperbaharui

sesuai

kebutuhan, dan pedoman manual akan tersedia di seluruh area klinik untuk mencapai hasil terbaik. f. Target 6; Syarat 8 : Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh. Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh: Jatuh menjadi salah satu bagian besar dari penyebab cideranya pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.  Di RS akan menerapkan sistem dan proses yang menghasilkan pengkajian yang akurat dan berulang secara berkala pada setiap risiko jatuhnya pasien. Hal ini juga berhubungan dengan pengkajian ulang pola pemberian obat untuk pasien, dimana nomor dan tipe obat dapat menjadi penyebab langsung meningkatnya risiko pasien jatuh. Di RS juga akan menerapkan tindakan-tindakan preventif untuk mengurangi dan/ menghilangkan segala risiko yang telah teridentifikasi.  Mengedukasi pasien, keluarga dan staf menjadi bagian yang penting dalam upaya menjaga tingkat kesadaran dan mengurangi

risiko

pasien.

Pedoman

IPSG

sedang

berlangsung di RS. Terimakasih kepada setiap dan semua orang yang sedang dan akan terus mendukung, serta terlibat di dalam semua proses perubahan dan penerapan. Keselamatan pasien dan hasil yang lebih baik adalah goal kita yang utama. 7. Meningkatkan keamanan pada high-alert medications Obat-obatan adalah salah satu bagian yang terpenting dalam penanganan pada pasien. Management dengan benar

80

untuk memastikan dalam pasien safety. Seperti, potassium chloride (2 mEq/ml atau konsentrasi yang lebih), pothasium phosphate, Sodium chloride (0,9%) atau dengan konsentrasi lebih), dan magnesium sulfate (50% atau konsentrasi lebih). Kesalahan ini dapat juga muncul ketika angota staff tidak engan benar mengorientasikan ke unit perawatan pasien, ketika perawat kontrak dan digunakan dan tidak berorientasi dengan benar, atau selama keadaan gawat darurat. High Allert Medication High Allert Medication adalah Obat-obatan yang menyebabkan resiko tinggi memperburuk pasien ketika diberikan kesalahan dalam pengobatan. Namun kesalahan mungkin atau tidak mungkin lebih banyak dengan obat-obatan ini. (JCI, 2007)  Perencanaan proaktif untukmengurangi faktor resiko yang berhubungan dengan high-alert medications Tipe obat Insulin

Faktor Resiko Umum Rencana Proaktif  Tidak ada system  Menetapkan cek dosis

pengecekan

 botol-botol

insulin

yang

satu

perawat

membuat

preparat

dicampur dan dijaga

dosis

perawat

dalam

lainnya

dan

heparin kedekatan

tertutup satu sama lainnya

pada

untuk

dan

melakukan

review terhadapnya.

unit  Menyimpan insulin dan

keperawatan. 

mana

sistem

heparin unit-unit

tidak

berdekatan.

dalam order. (dapat  Melakukan ejaan untuk dibingungkan dengan

O,

setiap unit lebih baik mudah

overdosis 10x lipat).  Angka

daripada menyingkatnya

kesalahan  Menetapkan

sebuah

81

terjadi

ke

dalam

cairan infus

sistem

pengecekan

yang independen untuk angka

pompa

dan Opiates

dan

narkotik

 Faktor resiko umum  Narkotik

parenteral

disimpan

sebagai

stok dasar di area

infuse

pengaturan

konsentrasi.  Membatasi ketersediaan

opium

dan

dalam

narkotik

stok dasar.  Mengajarkan para staff

keperawatan.

tentang

 Hydromorphine

kemungkinan

dibingungkan

pencampuran

dengan morphine

hydromorphone

dan

morphine.

 Patient-controled

(PCA)  Menyediakan Protocol peralatan PCA untuk mengacaukan dua kali cek obat, konsentrasi. analgesia

pengaturan Penyuntikan

pompa,

dan dosis.  Memindahakan

 Menyimpan

potassium

concentrated

potassium

chloride/phosphate

potassium

chloride/phosphate dari

concentrate

chloride/phosphate di

stok dasar.  Memindahakan

luar farmasi.  Mencampur persiapan

tanpa dari

potassium chloride/phosphate  Reguests for unusual Antikoagulan

concentrations  Factor resiko umum

preparasi

obat

dan

gunakan pra campuran komersial dari IV.  Menetapkan

standard

an batasi konsentrasi obat.  Menetapkan

standar

82

Intravena

/

 Konsentrasi dan total

Heparin

konsentrasi

dan

volume tidak terlabel

menggunakan

dengan jelas.

premixed solutions  Menggunakan

 Botol multidosis  botol-botol

botol

single-dosis

insulin

heparin heparin  Memisahkan dan insulin: pindahkan dicampur dan dijaga heparin dari top of dalam kedekatan dan

medication carts

tertutup satu sama lainnya Sodium

chlorine

pada

unit 

keperawatan.  menyimpan sodium  Membatasi jalan masuk

solutions di atas

chloride solution di

sodium

0.9%

atas 0.9 % di atas

solutions di atas 0.9%:

nursing unit.

pindahkan solutions ini

 Tersedianya banyak konsentrasi/formula  Tidak

ada

sistem

pengecekan dua kali.

chloride

dari nursing unit.  Membuat satandar dan batasan

obat

konsentrasi.  Menyediakan



dan

protokol

peralatan untuk doublecheck

angka

pompa

obat, konsentrasi, dan garis tambahan. (Joint Commission International, 2007).  Enam

tahapan

untuk

mengambil

keputusan

dalam

pemberian pengobatan adalah: 1. Membuat diagnosa yang benar 2. Mengerti patofisiologi pada penyakit tersebut, review pilihan menu dari farmakoteraphy 3. Teliti pasien – obat dan dosis yang benar

83

4. Memilih poin – poin akhir atau bagian untuk mengikuti 5. Memelihara hubungan terapeutik dg pasien. (Melmon and Morelli’s Clinical Pharmacology, 2000)  Tindakan enam tepat dalam pemberian obat 1. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter,

menanyakan

menanyakan

ada

keluhan

pasien

tidaknya sebelum

alergi dan

obat, setelah

memberikan obat, mengecek label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan obat yang didiapkan diri sendiri. 2. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat. 3. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit. 4. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks di tempat tidur pasien 5. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara pemberian pada label/kemasan obat. 6. Tepat dokumentasi

:

mengecek

program

terapi

pengobatan dari dokter, mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat (Kozier, B. Erb, G. & Blais, K. (1997). 8. Penanganan Pasien Cidera a. Definisi Jatuh Jatuh merupakan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yan

84

gdapat dilihat/dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya. b. Beberapa hal untuk mencegah terjadinya jatuh -

Obat-obatan: perawat melihat efek samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh

-

Penglihatan menurun: perawat dapat tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh, menggunakan kaca mata, sehingga pasien dapat berjalan sendiri misalnya pada malam hari.

-

Perubahan status mental: perawat tanggap terhadap perubahan perilaku pasien

-

Meletakkan sepatu dan tali sepatu pada tempatnya: perawat

mengecek

seluruh

daerah

yang

dapat

menyebabkan jatuh (misal sepatu atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya). -

Jatuh di lantai: perawat mengecek penyebab sering terjadinya jatuh.

-

Terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi (perawat menganjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari). (Joint Commission International, 2007)

c.

Mengidentifikasi resiko jatuh Di Joseph’s hospital dan medical center sejak tahun 2001 sudah

mengidentifikasi resiko terjadinya jatuh

(misalnya pada pasien acute). Manajer mengidentifikasi kondisi medis, oabt-obatan, status mental, lingkungan, kemampuan beraktivitas, dan pola tidur pasien. Mengkaji kemungkinan terjadinya resiko jatuh adalah dengan cara meletakkan stiker berupa simbol senyuman (green smilingface sticke)r yang ditempelkan di pintu pasien sebagai tanda/sinyal untuk kemungkinan terjadinya jatuh sehingga

85

perawat dapat memonitor pasien dengan lebih dekat. Keluarga juga ikut dilibatkan dalam program ini. d. Mengklasifikasi resiko jatuh Dengan cara: jatuh yang tidak disengaja, jatuh secara fisik yang tidak diantisipasi

(misalnya, pingsan, serangan

mendadak, dan lain-lain), jatuh yang diantisipasi dapat diukur dengan menggunakan Morse Fall Scale (karakteristik pasien yang mesti diketahui seperti jatuh, lemah atau gangguan pada cara berjalan, menggunakan alat bantu berjalan, mengkaji intravena, atau gangguan status mental). e. Jatuh dapat dikarenakan faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor sebelumnya,

intrinsik

(jatuh

menurunnya

yang

pernah

pandangan,

terjadi sistem

muskuloskeletal, status mental, penyakit akute. Faktor ekstrinsik (obat-obatan, bathtubs dan toilet, desain alat-alat furniture, tidak adekuatnya perlengkapan). Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman kecelakaan dan cidera (injury)

baik

secara

mekanis,

thermis,

elektris

maupun

bakteriologis. Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang mengancam kesehatan fisik Mencegah terjadinya jatuh pada klien :orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada, hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak, supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari, anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan, berikan alas kaki yang tidak licin, berikan pencahayaan yang adekuat, pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, jaga lantai kamar mandi agar tidak licin (Potter and Perry, 1997).

86

Penggunaan alat seperti restrains merupakan salah satu alat untuk immobilisasi pasien. Alat restrain dapat manual ataupun mekanik, alat ini berguna untuk memberikan batasan pada klien untuk bergerak secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat dimodifikasi dengan memodofikasi lingkungan yang dapat mengurangi cidera seperti memberi keamanan pada tempat tidur, toilet, dan bel. Jeruji (side rails) pada sisi tempat tidur juga dapat mencegah terjadi cidera pada klien. Said rails dapat meningkatkan mobilisasi klien dan stabilitas di tempat tidur pada saat klien akan bergerak dari tempat tidur ke kursi (Potter dan Perry, 1997). 2.15

SP2KP

(

Sistem

Pemberian

Pelayanan

Keperawatan

Professional ) a. Pengertian SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan lainnya. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan

metode

modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut : 1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional. 2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP , perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners. 3. Pada metode keperawataan primer , hubungan professional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain.

87

4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP merawat 9-10 klien. 5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya. 6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi

kepada

menetapkan

semua

siapa

anggota

yang

tim,

sehingga

bertanggung

sukar

jawab

dan

bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan. Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods (1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut : 1. Nilai-nilai profesional sebagai inti model Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruangr rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan.

Pelaksanaan

mempunyai

otonomi

dan dan

evaluasi

renpra,

akuntabilitas

PP

untuk

mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina

performa

PA

agar

melakukan

tindakan

berdasarkan nilai-nilai professional. 2. Pendekatan Manajemen

88

Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali dengan

kemampuan

manajemen

dan

kepemimpinan

sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif 3. Metode pemberian asuhan keperawatan Metode

pemberian

asuhan

keperawatan

yang

digunakan adalah modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien. 4. Hubungan professional Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi

tentang

kondisi

klien

kepada

profesi

lain

khususnya dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medic. 5. Sistem kompensasi dan penghargaan PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang professional. Kompensasi san penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan

penghargaan

berdasarkan

prosedur.

Kompensasi

berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA dalam satu tim

yang

dapat

ditentukan

berdasarkan

derajat

ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail asuhan

keperawatan

klien

tertentu

sesuai

dengan

89

gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis. Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi kelompok pasien yang dikelol, maupun orang-orang yang berada dalam satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam tim itu sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut

juga

harus

mampu

membangun

kerjasama

professional dengan tim kesehatan lainnya. b. Peran dan Tangguna Jawab Perawat sesuai dengan Jabatannya Peran Kepala Ruangan ( KARU) 1. Sebelum

melakukan

sharing

dan

operan

pagi

KARU....melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat. 2. Memimpin sharing pagi. 3. Memimpin operan. 4. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah di buat olek Katim dalam pemberian asuhan keperawatan pada pagi hari. 5. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan penunjang (Hasil Lab), dll. 6. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan. 7. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di area tanggung jawabnya.

90

8. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.

BAB III PROFIL RUMAH SAKIT TINGKAT II DR SOEPRAOEN 3.1 PROFIL DAN GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT TINGKAT II DR SOEPRAOEN 1. Sejarah Singkat  Berdiri 1928 dengan nama Rumah Sakit Zending Malang

91

 Tahun 1932 digabung dengan CBZ (Central Burgerlijke Ziekeninrichting), diperluas dengan penambahan ruang baru seperti yang ada sekarang  Dr. Soepraoen diambil dari nama seorang dokter militer AD yang gugur saat menjalankan tugas di Jawa Timur dan dimakamkan di Ds. Balungbendo Kab. Mojokerto tahun 1946 2. Luas Lahan a. Seluruhnya

: 73.578,01 M

b. Luas Pekarangan

: 61.696

c. Luas Bangunan

:11.882,01 M

3. Rumah sakit Tk II Dr. Soepraoen merupakan rumah sakit rujukan di wilayah kodam V/ Brawijaya 4. Terakreditasi 12 pelayanan tahun 2012 5. Mempunyai fasilitas pelayanan: a. IGD, ICCU/ICU/NICU/PICU, Hemodialisis b. Poliklinik : Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Klinik Pediatri / Tumbang Anak, Obsgyn, Saraf, Klinik Kulkel/Kosmetik, Klinik Kardiologi, Klinik Paru/Asma, Klinik Gizi, Klinik Jiwa, Klinik THT, Klinik Mata, Klinik Gigi Dan Mulut, Klinik Khusus VIP Dinas, Klinik Fisioterapi, Klinik Rosela/VCT, Klinik Akupuntur c. Laboratorium d. Ruang rawat inap 

Ruang Rawat Inap Paviliun,



R. Perawatan Penyakit Dalam: Pria (Flamboyan), Wanita (Teratai),



R. Perawatan Bedah: Pria (Dahlia), Wanita (Bougenvil)



R. Perawatan Anak (R. Nusa Indah)



R. Bayi Patol (R. NICU/PICU)

92



R. Obgyn----Tulip I Dan Rawat Gabung



R. Umum Dan Jiwa (R. Kenanga)



R. Isolasi (R. Cempaka)

e. R. Icu Bedah Dan Non Bedah f. R. Neuro & ICU Neuro ---- Unit Stroke g. R. Jamkesmas/da ---- Seruni h. Paviliun Dan VIP: 

Anggrek



Mawar



Melati



PAV Tulip I

6. Mempunyai kapasitas tempat tidur klien sebanyak 179 tempat tidur, terdiri dari 24 tempat tidur paviliun dan 155 tempat tidur umum. 7. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek siswa SMK, mahasiswa DIII

Keperawatan

dan

DIII

Kebidanan,

Profesi

Ners

(S1

Keperawatan), S1 Gizi, serta Co-as (Profesi Dokter) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). 3.2 VISI, MISI,MOTTO DAN TUJUAN RUMAH SAKIT TINGKAT II DR SOEPRAOEN 1. Visi Rumah Sakit Menjadikan Rumah Sakit TK. II DR. Soepraoen Sebagai Rumah Sakit Kebanggaan Prajurit Dan Masyarakat Pengguna 2. Misi Rumah Sakit a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Terbaik Bagi Prajurit, Pns Dan Keluarganya Serta Masyarakat Umum b. Memberikan

Pelayanan

Menempatkan

Pasien

Kesehatan

Bukan

Sebagai

Terpadu Obyek

Dengan Melainkan

Sebagai Mitra 3. Motto Rumah Sakit

93

R : Ramah S : Senyum T : Trampil D : Disiplin S : Sembuh 4. Tujuan Mengembalikan

fungsi

dan

kondisi

prajurit

agar

dapat

melaksanakan tugas 5. Falsafah Keperawatan Perawat rumah sakit TK II Dr. Soepraoen dengan tulus dan ikhlas siap

memberikan

asuhan

keperawatan

dalam

memenuhi

kebutuhan dasar pasien. 3.3 PROFIL RUANG TERATAI 1. Visi Misi Ruang Teratai a. Visi: Memberikan pelayanan keperawatan yang terbaik, berkualitas dan professional kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan kebutuhan biopsikososiospiritual pasien. b. Misi: 1)Memberikan pelayanan keperawatan sesuai SAK SOP khususnya pada pasien interne wanita 2)Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis 3)Memberikan layanan asuhan keperawatan sesuai standar keperawatan 4)Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika keperawatan dan memberikan pelayanan paripurna.

94

2. DENAH RUANG TERATAI 9 2

11

1

14

12

3

4

5

8

6

7

13

14

13

15

10 16

1. 2. 3. 4.

Kantor Kepala Ruangan Dapur Gudang KM/WC Perawat

Keterangan 5. Ruang Istirahat 6. Kantor Perawat 7. Koridor R. Teratai 8. Ruang 1

9. KM/WC R.1 10. Ruang 2 11. KM/WC R.2 12. Ruang 3

13. Ruang 4 14. KM R.3 & R.4 15. Teras R. Teratai 16. Ruang 5

95

Denah Ruang Teratai Ruang perawatan Teratai merupakan IRNA RST Soeproen yang memberikan pelayanan pada klien dengan kasus penyakit dalam khusus wanita.

Memiliki

kapasitas

20

tempat

tidur.

Penghitungan

BOR

menggunakan 20 tempat tidur, sedangkan untuk penghitungan jumlah jam perawatan dan kebutuhan perawat berdasarkan tingkat ketergantungan klien yang ada. Nurse Station ruang teratai terletak di pinggir. Ruang karu terpisah dengan ruang administrasi di dalam Nurse Station. Dibelakang Nurse Station terdapat kamar mandi, gudang dan dapur. Pembagian kamar di ruang Teratai adalah Kamar kelas 2 dan Kamar Kelas 3. Berikut penjelasannya: 1. Kamar Kelas 2 Terdiri dari 2 kamar (kamar 1 sampai 2), masing-masing berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari klien yang menjadi satu, 3 kursi penunggu dan 1 kamar mandi. Sehingga total tempat tidur di kamar kelas 2 berjumlah 10 tempat tidur. 2. Kamar Kelas 3 Terdiri dari 2 kamar (kamar 3 sampai 5), masing-masing kamar terdiri dari 6 tempat tidur, 6 meja dan almari klien yang menjadi satu, 6 kursi penunggu, dan 2 kamar mandi. 3. Kamar isolasi Terdiri dari 1 kamar (kamar 5) yang terdiri dari 1 tempat tidur, 1 meja dan almari klien yang menjadi satu, 1 kursi penunggu.

96

4. Struktur Organisasi Ruang Teratai KEPALA RUANGAN Enik Susilawati, S.Kep

TIM KEPERAWATAN I KETUA Ns. Zulfiah S. Kep Anggota Bambang Yesiska Amd.Kep Sri W Amd.Kep Dismat Zulfa Amd.Kep

TIM KEPERAWATAN II KETUA Ratna Amd.Kep Anggota Nurul L Amd.Kep Mustamsi Amd.Kep Sutrisno Amd.Kep Didit S Amd.Kep

97

BAB IV PENGKAJIAN, ANALISA DAN SINTESA PERMASALAHAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG TERATAI RS dr. SOEPRAOEN MALANG 4.1 MAN 4.1.1 Jumlah Tenaga Kulaifikasi tenaga keperawatan di ruang teratai RST dr. Soepraoen berjumlah 12 orang dengan rincian sebagai berikut: a. Tenaga keperawatan No . 1. 2.

Kualifikasi

Jenis HR PNS

Jumla h 1 1

Jumlah total 2

Prosentas e 16.67%

S1 Keperawata n DIII Keperawata n

PNS HR

2 4

10

83.33%

12

100%

TNI Magang Jumlah

3 1

Kesimpulan : dari data di atas sebagian besar perawat di ruang Teratai adalah berlatar belakang pendidikan DIII, namun 2 dari 10 perawat DIII di ruangan paviliun sedang menempuh pendidikan S1 sehingga kedepannya pemberian pelayanan keperawatan dapat dilakukan lebih optimal dengan bertambahnya tenaga professional . b. Tenaga Medis : No. 1. Dokter 2. 3. 4. 5. 7.

Kualifikasi Spesialis Penyakit

dalam Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Jantung Dokter Spesialis Jiwa Dokter Spesialis Bedah Dokter Muda Total

Jumlah `1

Prosentase 14,28%

1 1 1 1 2 7

14,28% 14,28% 14,28% 14,28% 28,57% 100%

98

Kesimpulan: Secara keseluruhan tenaga medis yang menangani pasien di ruang Teratai adalah dokter spesialis sehingga penangganan medis yang didapatkan pasien dapat diberikan secara optimal. c. Tenaga Non Medis No. 1.

Kualifikasi

Jenis HR

Jumlah Prosentase Pekarya 2 100% Total 2 100% Kesimpulan: Secara keseluruhan tenaga non keperawatan di ruang

Teratai adalah tenaga pekarya kesehatan. Tenaga kesehatan yang tersedia di Ruang Teratai selama pengkajian tanggal 04 s/d 06 November 2013 adalah sebagai berikut : 1.

Tenaga S1 keperawatan

: 2 orang

2.

Tenaga D IV Keperawatan

: 0 orang

3.

Tenaga D III keperawatan

: 10 orang

4.

SPK

: 0 orang

5.

Didukung oleh tenaga medis/dokter, dokter muda,dan pekarya kesehatan

6.

Mahasiswa praktek profesi manajemen (PSIK A UB 5 orang) Berdasarkan hasil interview dan observasi yang dilaksanakan pada

tanggal 04 s/d 06 November 2013 terhadap penerapan manajemen keperawatan di ruang Teratai didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1.2 Kualitas tenaga No

Nama

Pendidikan

Masa Kerja

Lama Bekerja di Teratai

Jenis Ketenagaa n

1.

Ns. Enik S, S.Kep

S1 Keperawatan

16 tahun

1 tahun 3 bulan

PNS

2.

3 tahun

PNS

7 Tahun

4 tahun

TNI

BCLS

4.

Yesiska

D III Keperawatan D III Keperawatan DIII Keperawatan

3 Tahun

3.

Didit Amd.Kep Sutrisno

Pelatihan yang pernah diikuti EKG Safety Customer service BCLS

17 tahun

3 tahun

HR

BCLS

99

5

Mustamsi

6

Nurul

7

Sri W

8

Ratna

9

Zulfiah

10

Zulfa

11

Bambang

12

Dismad

DIII Keperawatan DIII Keperawatan DIII Keperawatan DIII Keperawatan S1 Keperawatan DIII Keperawatan DIII Keperawatan

7 Tahun

5 Tahun

HR

BCLS

5 tahun

4 tahun

PNS

BCLS

4 tahun

4 Tahun

HR

BCLS

10 Tahun 7 Tahun

3 Tahun

HR

BCLS

3 Tahun

HR

BCLS

7 bulan

7 bulan

HR

BCLS

11 Tahun

10 Tahun

TNI

DIII Keperawatan

12 Tahun

5 Tahun

TNI

BTLS 2001 Customer service 2013 BCLS

Kesimpulan : dari sejumlah perawat yang bekerja di ruang Teratai sebagian besar sudah pernah mengikuti kegiatan untuk meningkatkan skill dan kemampuan dalam bidang medis, sehingga hal ini sangat menunjang untuk peningkatan mutu SDM, namun dari segi kuantitas masih kurang. 4.1.3 Analisa kebutuhan perawat  Senin 04 November 2013 Jumlah pasien

: 10

Total

:1

Partial

:9

Mandiri

:0

BOR  10:20 (100%)= 50 % Kebutuhan perawat tiap hari a. Perawatan langsung Total

: 6 jam x 1 orang

= 6 jam

Partial

: 4 jam x 9 orang

= 36 jam

Mandiri

: 2 jam x 0 orang

= 10 jam +

Total perawatan lagsung

42 jam

b. Perawatan tidak langsung

100

10 orang x 1 jam

= 10 jam

c. Waktu pendidikan kesehatan 10 orang x 15 menit

= 2,5 jam +

Total jam perawatan

54,5 jam

Rata-rata total jam perawatan = 5,45 jam Rumus kebutuhan perawat per hari ∑jam kep. yg dibutuhkan klien/hari x rata-rata klien/hari x ∑ hari/tahun (∑ hari/tahun – Hari libur masing-masing perawat) x jumlah jam kerja tiap perawat 5,45 jam x 10 pasien x 365 hari = 19892,5 = 10 orang (365-76) hari x 7 jam

2023

 Selasa 05 November 2013 Jumlah pasien

: 11

Total

:3

Partial

:6

Mandiri

:2

BOR  11:20 (100%)= 55 % Kebutuhan perawat tiap hari a. Perawatan langsung Total

: 6 jam x 3 orang

= 18 jam

Partial

: 4 jam x 6 orang

= 24 jam

Mandiri

: 2 jam x 2 orang

= 4 jam +

Total perawatan lagsung

46 jam

b. Perawatan tidak langsung 11 orang x 1 jam

= 11 jam

c. Waktu pendidikamn kesehatan 11 orang x 15 menit

= 2,75 jam +

Total jam perawatan

59,75 jam

Rata-rata total jam perawatan = 5,43 jam Rumus kebutuhan perawat

101

∑jam kep. yg dibutuhkan klien/hari x rata-rata klien/hari x ∑ hari/tahun (∑ hari/tahun – Hari libur masing-masing perawat) x jumlah jam kerja tiap perawat 5,43 jam x 11 pasien x 365 hari = 21801,45 = 11 orang (365 - 76) jam x 7 jam

2023

 Rabu, 06 November 2013 Jumlah pasien

: 9 orang

Total

: 1 orang

Partial

: 8 orang

Mandiri

: 0 orang

BOR  9:20 (100%)= 45 % Kebutuhan perawat tiap hari a. Perawatan langsung Total

: 6 jam x 1 orang

= 6 jam

Partial

: 4 jam x 8 orang

= 32 jam

Mandiri

: 2 jam x 0 orang

= 0 jam +

Total perawatan lagsung

38 jam

b. Perawatan tidak langsung 9 orang x 1 jam

=

9 jam

c. Waktu pendidikamn kesehatan 9 orang x 15 menit

=

Total jam perawatan

2,25 jam + 49,25 jam

Rata-rata total jam perawatan = 5,47 jam

Rumus jumlah kebutuhan perawat

102

∑jam kep. yg dibutuhkan klien/hari x rata-rata klien/hari x ∑ hari/tahun ∑ hari/tahun – Hari libur masing-masing perawat) x jumlah jam kerja tiap perawat 5,47 jam x 9 pasien x 365 hari = 17968,95 = 9 orang (365-76) hari x 7 jam

2023

 Saat pengkajian selama 3 hari di dapatkan rata-rata kebutuhan perawat adalah 10 orang  Jumlah tenaga lepas dinas/hari: ∑hari libur dalam 1 tahun x total tenaga = 76 x 10 = 3 orang ∑hari kerja efektif 289  Jadi total kebutuhan perawat perhari adalah 14 orang dengan 3 orang perawat lepas dinas dan 1 orang kepala ruangan  Pembagian perawat shift: 1. Pagi

: 47% x 13 perawat = 7 perawat

2. Siang

: 35% x 13 perawat = 4 perawat

3. Malam

: 17% x 13 perawat = 2 perawat

4.2 MATERIAL DAN MACHINE Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang Teratai, tentunya harus didukung dengan alat-alat medis maupun non medis. Adapun alat-alat yang dimiliki oleh ruang Teratai ini baik alat medis maupun non medis adalah sebagai berikut: Fasilitas petugas kesehatan 1. Nurse station utama berada di samping kamar 1 dimana akses menuju nurse station mudah di jangkau oleh pasien dan keluarganya. 2.

Kamar ganti perawat, dapur, kamar mandi berada di bagian belakang ruang Teratai, dekat dengan pintu belakang ruangan.

3.

Ruang Kepala Ruangan berada terpisah dengan nurse station tepatnya disebelah ruang istirahat perawat

4.

Tempat sentralisasi obat menjadi satu dengan nurse station.

103

Peralatan penunjang pelayanan keperawatan - Kesediaan peralatan medis No

Nama

1

Almari obat Ambubag dewasa Bag Hot (WWZ) Bak instrumen sedang Bengkok stainles Brankart EKG Gunting verband Korentang Kursi roda Lampu senter Manometer O2 Nebulizer Orofaring dewasa Pinset anatomi Pispot Reflek hamer Tempat tidur multifungsi Standar infus beroda Sterilisasi kering Stetoscope dewasa Suction dewasa

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 18 20 21 22

Jumlah standa r 1 1 1 1 3 4 3 1 1 2 2 2 1 5 1 5 1 4 1

Kondisi Rusak Rusak Penambahan Baik ringan berat 1 -

Ket -

1

-

-

-

-

3

-

-

-

-

4

-

-

-

-

3

-

-

-

kurang

1 1 2

1 1

-

-

-

-

2

-

-

-

-

2 1 1

2 1

-

1

-

kurang

1

-

-

-

-

4

1

-

-

Kurang

1

-

-

-

-

5

-

-

-

-

1

-

-

-

Kurang

-

-

-

-

Kurang

1

-

-

-

Kurang

2

-

-

-

-

12

-

-

-

-

1

-

-

-

-

0

-

3

3

Rusak

0

-

-

1

Rusak

3 2 5

6 1 1 5 5 2 2

2 12 12 1 3 1

1 5 1

104

23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Tabung O2 kecil Tensi meter dewasa Termometer axilla Termometer elektrik Termometer rectal Timbangan BB Tongspatel stenlis Torniqued Troly obat Troly tindakan Tromol kecil Tromol sedang Waskom mandi stenlis Panjatan kaki pasien kayu Panjatan kaki pasien besi Lampu pembaca foto Sputum pot Pinset chirurgi Klem Meja ekg Tensi meter beroda Troli dua lobang baskom mandi AC

1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

1

1

-

-

-

-

2

-

-

-

-

1

-

-

-

Kurang

1

-

-

1

Kurang

1

-

-

-

-

1

-

-

-

-

2

-

-

-

Kurang

3 1 2

1 1

-

-

-

Kurang -

1

-

-

-

Kurang

1 1

1

-

-

-

-

1

-

-

-

-

2

-

-

-

-

1

-

-

-

Kurang

5

-

-

-

-

1

-

-

-

-

2 2

2

-

-

-

-

3

-

-

-

-

1 1 1

1 1

-

-

-

-

1

-

-

-

-

1

-

-

-

Kurang

2 5 2 1 1 3

1:2 2 5 1 5 5 1 1 2 3 1 1 1

4 1 14

105

No 1 2 3

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Evaluasi ketersediaan alat tenun Nama Baju operasi Bungkus kasur perlak Daster pasien wanita Handuk kecil/lap cuci tangan Keset Korden jendela hijau Korden lurus (sekat) Manset tensi dewasa Perlak hijau Perlak putih Sarung bantal hijau Selimut lorek Selimut wool Serbet Skort perawat Sprei hijau Sprei

Jumlah standar 62

5

Kondisi Rusak Rusak Penambahan Baik ringan berat

Ket

62

-

-

-

-

20

-

-

-

-

6

-

-

-

-

9

-

-

-

-

4

-

-

-

-

26

-

-

-

-

34

-

-

-

-

3

-

-

-

-

10

-

-

-

-

3

-

-

-

-

18

-

-

-

-

10

-

-

-

-

2

-

-

-

-

4

-

-

-

-

3

-

-

-

-

35

-

-

-

-

2

-

-

-

-

1:2 20 1:2 6

9 4

80/ ruangan 2/ Ruangan 1:2

26 1:3 34 1:2 3 10 3

1:3 1:3 1:3

18 10 2 4 3 35 2

1:3 1:2 1:2 1:2 1:2 1:2

106

putih Stik laken hijau Taplak meja Tutup tabung oksigen hijau Tutup tempat tidur hijau

18 19 20

21

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1:3 57 1:2

5

57

-

-

-

-

5

-

-

-

-

3

-

-

-

Kurang

12

-

-

-

-

6 3 1:2 12

Evaluasi ketersediaan alat rumah tangga Nama Baki melamin Bantal dewasa Bel pasien Ceret aluminiu m Ceret plastik Gayung Gelas pasien Jam dinding Kaca rias Kasur pasien dewasa busa Kereta makan

Jumlah standar 16 16 2

1:1 1:1

Kondisi Rusak Rusak Penambahan Ket Baik ringan berat 16

-

-

-

-

16

-

-

-

-

2

-

-

-

-

1

-

-

-

-

2

-

-

-

-

5

-

-

-

-

16

-

-

-

-

3

-

-

-

-

3

-

-

-

-

20

-

-

-

-

1

-

-

-

-

1 1 2 5 16 3 3

1 1/ kamar mandi 1:2 1/ jam dinding 1:1 1:1

20 1/ ruangan

1

107

12

Kulkas Kursi penunggu kotak Kursi penunggu panjang kayu Kursi petugas jaga

13

14

15 16

Lap dapur Loker petugas Meja makan pasien Meja pasien Papan tulis Piring snack melamin Piring snack sango Rak handuk

17 18 18 20 21 22 23 -

1

1 1:1

13

4

2/ ruangan

1

-

-

-

-

13

-

-

-

-

4

-

-

-

-

5

-

-

-

-

4

-

-

-

-

1

-

-

-

-

1

-

-

-

-

20

-

-

-

-

1

-

-

-

-

16

-

-

-

-

6

-

-

-

-

4

-

-

2

-

2 5 4 1

3/ ruangan 1/ ruangan 1:1

1 20 1

1:1 1 1:2

16 1:2 6 6

1/ ruangan

Ketersediaan alat pencatatan dan pelaporan

No Nama 1 Form pengkajian awal 2 Form rencana keperawatan 3 Form catatan perkembangan 4 Form observasi 5 Form resume 6 Catatan obat oral 7 Catatan obat injeksi 8 Form laboratorium lengkap

Ada V V

Tidak ada

jumlah Sediaan Sediaan

V

Sediaan

V V V V V

Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan

108

9 Form radiologi 10 Form permintaan darah 11 Form keterangan kematian 12 Form discharge planning 13 Form konsul 14 Resep umum 15 Resep askes 16 Resep alat 17 Form permintaan makan 18 Form permintaan obat 19 Buku laporan pasien 20 Buku register pasien 21 White board 22 Spidol white board 23 Alat tulis 24 Perforator 25 Staples

V V V

Sediaan Sediaan Sediaan

V V V V V V V V V V V V V V

Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan Sediaan 2 1 1 Sediaan Sediaan 1 2

4.3 METHOD Metode yang diterapkan di Ruang Teratai adalah model Keperawatan TIM. Gambarannya sebagai berikut : Kepala Ruang

Katim 1

Katim 2

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Secara struktural, model yang diterapkan adalah metode tim Pasien yang terdiriPasien atas anggotanya yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien, ruang teratai

109

membagi menjadi 2 tim, yaitu tim 1 (Kamar 1A, 1B, 1C, 3A, 3B, 3C, 3D, 3E, 3F, dan 5) dan tim 2 (Kamar 2A, 2B, 2C, 4A, 4B, 4C, 4D, 4E, 4F, 4G). Namun, Pembagian tugas perawat pelaksana dalam 1 tim dibagi lagi berdasarkan jumlah perawat yang dinas. Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan

oleh

kepala

ruangan

dengan

mempertimbangkan

kebutuhan dan ketersediaan tenaga keperawatan. 1. Fungsi Manajemen Keperawatan a. Kepala Ruangan Uraian Tugas

Dilakukan

Tidak dilakukan

KEPALA RUANG 1. Melaksanakan fungsi perencanaan (p1) meliputi: a. Menyusun

rencana

kerja

harian, V

mingguan, bulanan, dan tahunan. b. Menunjuk perawat primer dan tugasnya V masing-masing. c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan V klien dibantu perawat primer. d. Mengidentifikasi dibutuhkan

jumlah

berdasarkan

perawat aktivitas

yang V dan

tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh perawat primer. e. Merencanakan

strategi

pelaksanaan V

perawatan. f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui V kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan terhadap klien. g. Menjaga

terwujudnya

visi

dan

misi V

110

keperawatan dan rumah sakit. h. Menyusun

rencana kebutuhan tenaga

keperawatan dari segi jumlah maupun V kualifikasi untuk ruang rawat, koordinasi dengan

kepala

perawatan/

kepala

instalasi. i. Menyusun rencana kebutuhan fasilitas, V alat, dan dana keperawatan. j. Menyusun jadwal dinas.

V

k. Menyusun jadwal cuti.

V

l. Menyusun rencana pengembangan staf.

V

m. Menyusun rencana kegiatan pengendalian V mutu. 2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan (p2) meliputi: a. Merumuskan metode penugasan yang V digunakan. b. Merumuskan tujuan metode penugasan.

V

c. Membuat rincian tugas ketua tim dan V perawat pelaksana secara jelas. d. Membuat rentang kendali. e. Mengatur

dan

V

mengendalikan

tenaga V

mengendalikan

logistik V

keperawatan. f. Mengatur

dan

ruangan. g. Menyelenggarakan konferen.

V

h. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan

pelayanan

di

ruang

rawat,

melalui kerjasama dengan petugas lain V yang bertugas diruang rawatnya. i. Melaksanakan orientasi kepada tenaga V

111

keperawatan baru/ tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat. j. Memberikan

orientasi

siswa/mahasiswa

kepada

keperawatan

yang V

menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktik. k. Memberi

orientasi

kepada

V

pasien/keluarganya meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin seharihari. l. Membimbing tenaga keperawatan untuk V melaksanakan asuhan keperawatan. m. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu- V waktu

dengan staf keperawatan

petugas

lain

yang

bertugas

dan

diruang

rawatnya. n. Memberi

kesempatan/ijin

kepada

staf V

keperawatan untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran

dengan

koordinasi

kepala instalasi/kasi perawatan. o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan V obat-obatan

sesuai

kebutuhan

berdasarkan ketentuan/kebijakan rumah sakit. p. Mengatur

dan

mengkoordinasikan V

pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai. q. Mengelompokkan pasien dan mengatur V penempatannya di ruang rawat menurut

112

tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk

kelancaran

pemberian

asuhan

keperawatan. r. Meneliti pengisian formulir sensus harian V pasien di ruang rawat. s. Meneliti/memeriksa

ulang

pada

saat

penyajian makanan pasien sesuai dengan V program dietnya. t. Menyimpan berkasi catatan medik pasien V dalam masa perawatan diruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkasi tersebut ke bagian medical record bila pasien keluar/pulang dari rumah sakit tersebut. u. Membimbing yang

mahasiswa

menggunkan

keperawatan V

ruang

rawatnya

sebagai lahan praktik. v. Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar

V

dalam batas wewenangnya. w. Melakukan serah terima pasien pergantian V dinas. x. Mengatur

dan

keperawatan,

mengendalikan membuat

tenaga V

daftar

dinas,

mengatur tenaga yang ada setiap dari dan lain-lain. y. Mengarur

dan

mengendalikan

logistik V

ruangan. z. Memberikan kesempatan atau ijin kepada V staf untuk mengikuti kegiatan ilmiah. 3. Melaksanakan

fungsi

pengawasan,

113

pengendalian dan penilaian (p3) meliputi: a. Mengawasi

dan

keperawatan pengalaman

menilai untuk

mahasiswa V memperoleh

belajar

sesuai

tujuan

program bimbingan yang telah ditentukan. b. Melakukan keperawatan

penilaian yang

kinerja berada

tenaga V dibawah

tanggungjawabnya dan mutu pelayanan. c. Memberikan

pengarahan

tentang V

penugasan kepada ketua tim dan perawat pelaksana. d. Memberikan pujian kepada perawat yang V mengerjakan tugas dengan baik. e. Memberikan motivasi dalam peningkatan V pengetahuan, keterampilan, dan sikap. f. Menginformasikan hal-hal yang dianggap V penting dan berhubungan dengan askep klien. g. Membimbing bawahan yang mengalami V kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. h. Meningkatkan kolaborasi. i. Melalui

komunikasi,

V

mengawasi

dan

berkomunikasi langsung dengan perawatn primer mengenai asuhan keperawatan V yang diberikan kepada klien. j. Melalui supervisi, mengobservasi pasien baru dan mengaudit dokumentasi asuhan V keperawatan. k. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan

dengan

rencana V

keperawatan yang telah disusun bersama.

114

Total Prosentase

48 96%

2 4%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan kepala ruang dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan terlaksana dengan baik yaitu96% dari sempurna. Diharapkan dalam pelaksanaan fungsinya kepala ruangan mampu melaksanakan 100%. b. Ketua TIM Uraian Tugas

Dilakukan

Tidak dilakukan

KETUA TIM a. Bersama penanggung jawab ruangan/kepala V ruangan/perawat mengadakan

associate/anggota

serah

terima

tugas

tim V setiap

penggantian dinas. b. Melakukan pembagian tugas kepada perawat V associate

dengan

V

mempertimbangkan

kemampuan masing-masing anggota. c. Menyusun mulai

dari

rencana

asuhan

pengkajian

keperawatan

sampai

V

dengan

evaluasi. d. Mengikuti visite dokter. e. Menciptakan suasana harmonis. f. Membuat laporan pasien.

V

g. Mengorientasikan pasien baru.

V

h. Membina hubungan saling percaya antara perawat, pasien, dan keluarga. i. Memberikan pertolongan segera pada pasien dengan kedaruratan. j. Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari pasien, kejadian diluar dugaan yang tidak diinginkan.

115

k. Mengatur waktu istirahat. l. Melakukan Kepala

ronde

Ruang

V

keperawatan

dan

bersama

melaporkan

V

tentang

kondisi pasien, asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan yang dialami. m. Bersama perawat pagi, sore, dan malam melaksanakan,

mengawasi,

V

dan V

mengevaluasi pelayanan keperawatan pasien yang sudah diprogramkan dan membuat pembaharuan

sesuai

dengan

kebutuhan V

pasien. n. Mendelegasikan

pelaksanaan

asuhan

keperawatan pada anggota tim.

V V

o. Membuat perincian tugas anggota tim.

V

p. Menerima konsultasi dari anggota tim dan

V

memberikan instruksi keperawatan. q. Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk menerima

laporan,

memberi

V

pengarahan

tentang tugas anggota tim, pelaksanaan asuhan keperawatan, serta masalah yang dihadapi. r. Memelihara komunikasi efektif baik secara vertikal maupun horizontal. s. Melakukan

penyuluhan

kepada

V

pasien/keluarga atau kepada anggota tim. t. Memberi teguran dan pujian.

V

u. Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh V anggota tim. v. Mengawasi

dan

berkomunikasi

langsung

V

w. Mengawasi proses asuhan keperawatan yang

V

dengan perawat pelaksana.

116

dilakukan oleh anggota tim. x. Membantu

kepala

ruangan

membimbing V

peserta didik.

Total Prosentase

8 33%

16 67%

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan Ketua TIM dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 33%, hal ini dikarenakan jumlah SDM pada ruang teratai yang terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk menerapkan metode penugasan TIM. c. Perawat Pelaksana Uraian Tugas

Dilakukan

Tidak dilakukan

ANGGOTA TIM a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang: 1) Menyusun

rencana

perawatan

sesuai

dengan masalah klien. 2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai V dengan rencana. 3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. 4) Mencatat

atau

melaporkan

semua

tindakan perawatan dan respon klien pada catatan perawatan.

V

b. Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab: 1) Pemberian obat.

117

2) Pemeriksaan laboratorium. 3) Persiapan klien yang akan operasi. c. Memperhatikan

keseimbangan

kebutuhan V

fisik, mental, sosial, dan spiritual klien: 1) Memelihara

kebersihan

klien

dan

lingkungan.

V

2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman.

V

3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik. d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental V untuk menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan atau diagnosis. e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. f. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau sakarotul maut. g. Membantu

kepala

ruangan

dalam V

ketatalaksanaan ruang secara administratif: 1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal.

V

2) Sensus harian atau formulir.

V

3) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.

V

h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan V menurut fungsinya supaya siap pakai. i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, V keamanan,

kenyamanan,

dan

keindahan

ruangan. j. Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam V atau hari libur secara bergantian sesuai dengan jadwal dinas. k. Memberikan

penyuluhan

kesehatan V

118

sehubungan dengan penyakitnya. l. Melaporkan

segala

sesuatu

mengenai V

keadaan klien baik secara lisan maupun tulisan. m. Membuat laporan harian klien.

V V

n. Operan dengan dinas berikutnya.

o. Menerima bantuan bimbingan katim/ ka shift V dan melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan. Total Prosentase

15 100% Berdasarkan

tabel

diatas

di

0 0%

interpretasikan

perawat

pelaksana dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 100% sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan baik. Sehingga

peran

fungsi

perlu

dipertahankansesuai

dengan

uraian

tugasnya.

2. Tindakan Keperawatan di Ruang Teratai a. Operan

No. Langkah-langkah Persiapan: 1. Buku

laporan

Tanggal 4/11 P S

5/11 P S

6/11 P S

shift V

V

V

V

V

V

2.

sebelumnya Membaca laporan shift V

V

V

V

V

V

3.

sebelumnya. Shift yang

V

V

V

V

V

akan V

119

mengoperkan, menyiapkan yang 4.

hal-hal

akan

di

sampaikan. Shift yang

V

V

V

V

V

catatan harian Kedua kelompok sudah V

V

V

V

V

V

siap. Prosedur Pelaksanaan: 1. Kepala ruang / Ketua V

V

V

V

V

v

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

menerima

akan V

membawa

buku catatan operan / 5.

Tim

memberi

salam

(selamat

pagi/

assalamu’alaikum) dan menyampaikan segera 2.

lakukan

operan. Perkenalkan diri dan perawat

3.

di

akan

yang

akan

bertugas selanjutnya. Kegiatan di mulai dengan

menyebut

/

mengidentifikasi secara satu persatu (berurutan tempat tidur / kamar) :  Identifikasi Klien: nama,alamat,

no

register  Jelaskan

diagnosa

medis.  Jelaskan

diagnose

keperawatan sesuai

120

4.

data focus Jelaskan kondisi

/ V

V

V

V

V

V

5.

keadaan umum klien. Jelaskan tindakan V

V

V

V

V

V

-

-

-

-

-

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

yang V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

keperawatan telah 6.

dan

yang belum

di

lakukan Jelaskan hasil tindakan .masalah

teratasi

sebagian belum atau 7.

muncul masalah baru. Jelaskan secara V singkat

dan

rencana

kerja

tindak

jelas

lanjut

asuhan

(mandiri 8.

dan atau

kolaborasi) Memberikan kesempatan shift

yang

anggota menerima

operan

untuk

melakukan klarifikasi / bertanya tentang halhal atau tindakan yang 9.

kurang jelas. Perawat menerima

operan

mencatat

hal-hal

penting 10.

pada

buku

catatan harian Lakukan prosedur 1 – V 7

untuk

berikutnya

pasien sampai

121

seluruh 11

pasien

operkan. Perawat

di yang V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V

V -

V -

V -

V -

V -

-

-

-

-

-

mengoperkan menyerahkan

semua

berkas

catatan

perawatan kepada tim yang

akan

menjalankan

tugas

berikutnya. Penutup: 1. Kepala Ruang / ketua V tim (yang memimpin ) kembali 2.

ke

Nurse

Station Berdoa bersama yang V di pimpin oleh kepala

3. 4.

ruang / ketua Tim. Mengucap salam. V Mengucapkan selamat istirahat bagi anggota

5.

tim / shift sebelumnya. Mengucapkan selamat bekerja untuk tim / shift berikutnya

Total Prosentase Keterangan : 

16 16 16 16 76% 76% 0% 0% 76% 76% : Dilakukan : Tidak Dilakukan

P

: Operan Malam ke Pagi

S

: Operan Pagi ke Sore

Keterangan:

122

Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift satu ke shift lain dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan. Operan mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan pada staf keperawatan dan tim kesehatan lain yang memerlukan data klien secara teratur. Evaluasi proses operan dan preconference pada Ruang Terataimenunjukkan data bahwa 76% proses operan dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa operan yang dilakukan kurang sesuai juknis yang berlaku.Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar operan efektif adalah operan dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang telah disepakati, operan diipimpin oleh katim, operan diikuti oleh semua perawat yang akan dan telah selesai berdinas. b. Preconfrence

1.

Tanggal 4/11 D T Kepala ruang/Ketua V

2.

Tim memberi salam Jelaskan tujuan

V

V

3.

konferens awal Berikan pengarahan

V

V

No. Langkah-langkah

5/11 D T

6/11 D T

kepada anggota tim tentang

rencana

kegiatan pada shift 4.

pagi. Lakukan pembagian V

V

5.

tugas kepada tim Berikan

V

kesempatan

V

pada

masing



masing

ketua

tim untuk

menjelaskan

123

pasien kelolaannya

6.

serta

membagi

tugas

kepada

anggota tim Memberikan kesempatan kepada Tim

untuk

mempresentasikan kasus special yang menjadi

prioritas,

meliputi :  Identifikasi Klien

:nama,

umur, no register  Diagnosa medis.  Diagnosa keperawatan dan data focus yang menunjang diagnosa.  Tindakan keperawatan yang

sudah

lakukan hasilnya.  Rencana

di dan

tindak

lanjut  Masalah yang di 7.

hadapi Berikan

V

V

kesempatan kepada Tim yang lain untuk mendiskusikan/

124

bertanya/ menanggapi, memberikan 8.

masukan. Karu /

Katim V

mencatat diskusi 9.

Tim. Karu

V

hasil anggota

memberikan V

kesimpulan

V

dari

diskusi yang telah di 10

lakukan. Karu memberikan V penekanan

V

pada

hal-hal yang perlu di perhatikan atau membacakan SOP untuk pelaksanaan 11

tindakan. Tanyakan kesiapan

V

V

V

V

anggota tim untuk melakukan kegiatan pelayanan 12

keperawatan. Sampaikan kontrak waktu

untuk

pelaksanaan middle 13

konferens Mengucapkan

14

salam Mengucapkan

selamat bekerja TOTAL Prosentase

V

V

8 6 0 0 8 6 57% 43% 0% 0% 57% 43%

125

Keterangan : D

:

Dilakukan

T

:

Tidak Dilakukan

c.Post Conference Tanggal No. Langkah-langkah 4/11 D T 1. Kepala ruang/Ketua V

5/11 D T

6/11 D T V

2.

Tim memberi salam Jelaskan tujuan

V

V

3.

konferens akhir Berikan

V

V

V

V

kesempatan

pada

masing



masing

ketua

tim untuk

menjelaskan 4.

pasien kelolaannya. Memberikan kesempatan kepada Tim

untuk

mempresentasikan kasus special yang menjadi

prioritas,

meliputi :  Identifikasi Klien

:nama,

umur, no register  Diagnosa medis.  Diagnosa

126

keperawatan dan data focus yang menunjang diagnosa.  Tindakan keperawatan yang

sudah

lakukan

di dan

hasilnya.  Rencana

tindak

lanjut  Masalah yang di 5.

hadapi Berikan

V

V

V

V

V

V

V

V

kesempatan kepada Tim yang lain untuk mendiskusikan/ bertanya/ menanggapi, memberikan 6.

masukan. Karu /

Katim

mencatat

hasil

diskusi 7.

Tim. Karu

anggota memberikan

kesimpulan

dari

diskusi yang telah di 8.

lakukan. Karu memberikan penekanan

pada

hal-hal yang perlu di perhatikan

127

9.

Tanyakan kesiapan

V

V

anggota tim untuk melakukan kegiatan pelayanan 10.

keperawatan. Mengucapkan

11.

salam Mengucapkan

V

V V

selamat bekerja TOTAL Prosentase %

V

2 9 0 0 2 9 18% 82% 0% 0% 18% 82%

Keterangan : D

:

Dilakukan

T

:

Tidak Dilakukan

Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama 2 hari, dalam melaksanakan preconference didapatkan data 57% perawat melaksanakan preconference sesuai dengan juknis yang telah ditetapkan sedangkan dalam pelaksanaan postconference sulit dievaluasi disebaban karena preconference dilakukan bersamaan dengan operan. Berdasarakan data diatas dapat disimpulkan : 1) Pre conference dilaksanakan setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas keperawatan, diikuti oleh semua perawat dan mahasiswa yang dinas pagi. Pelaksanaan preconference

terlaksana

57%

sehingga

perlu

ditingkatkan lagi. 2) Tidak dilakukan middle conference pada Ruang Teratai.

128

3) Post conference tidak terevaluasi disebabkan karena post conference digabung dengan operan, dan setelah itu perawat pulang. a. Orientasi Pasien Baru Pada tanggal 4 – 6 November 2013, jumlah pasien baru ada 4 orang. Berdasarkan observasi tidak ada pasien yang diorientasikan. b. Ronde Keperawatan Dari hasil observasi selama 3 hari di ruang Teratai, perawat tidak pernah melakukan ronde keperawatan. Saat melakukan wawancara kepada perawat, perawat mengatakan bahwa ronde keperawatan hampir tidak pernah dilakukan karena terbatasnya tenaga perawat dan kesibukan perawat. c. Discharge Planning Dari hasil pengkajian tanggal 4 – 6 November 2013 di Ruang Teratai didapatkan data sebagai berikut: Discharge Planning Dilakukan discharge planning Tidak dilakukan discharge planning Total pasien pulang

Jumlah Pasien 2 0 2

Tabel 3.11 Rata-Rata Discharge Planning di Ruang Teratai mulai tanggal 4 – 6 November 2013 No

Daftar Pertanyaan

Tgl 4

Tgl 5

Tgl 6

1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 9

Nomor Register Nama Pasien Jenis Kelamin Pangkat NRP/ NIP Pekerjaan Kesatuan Alamat Umur Agama Tanggal MRS

√ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √

129

10. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Tanggal KRS Dx. Medis saat pulang Status pulang Keadaan umum saat pasien pulang Alat bantu yang terpasang saat pulang Mobilisasi saat pulang Masalah keperawatan selama dirawat Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut dirumah Penyuluhan kesehatan yang diberikan Obat- obat yang dibawa pulang Surat yang menyertai Nama penjemput Jumlah Prosentase Berdasarkan hasil observasi selama 3

√ -

√ -

√ √ -

√ √ 0 0 12 57% hari, didapatkan data 57%

pelaksaan discharge planning sesuai dengan juknis, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan discharge planning belum maksimal dan perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai pelayanan keperawatan yang berkualitas. 3. Supervisi Supervisi adalah

merencanakan,

mengarahkan,

membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara terus-menerus dengan sabar,

adil

serta

bijaksana

sehingga

setiap

perawat

dapat

memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Kron, 1997) Adapun hal mengenai supervisi di ruang Teratai adalah: a. Mekanisme supervisi terhadap staf. Supervisi dilakukan secara langsung oleh kepala ruang kepada perawat anggota, kepala ruang juga melakukan penilaian kinerja kepada perawat anggota dan hasil penilaian dimasukkan ke dalam raport yang hasilnya akan diserahkan ke watnap. b. Mekanisme supervisi terhadap asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan secara tidak langsung oleh critical care manager terkait dengan pendokumentasian asuhan keperawatan yang berada diruangan.

130

c. Faktor penghambat supervise Adanya jumlah supervisor yang terbatas dan beban yang harus dilakukan supervise banyak. Supervisi yang dilakukan umumnya sudah sesuai dengan prinsip dan pedoman yang telah ditetapkan. Pada ruang teratai ini sudah dilakukan pengajuan supervise tambahan sebanyak satu orang. Hal ini telah memberikan kontribusi yang baik terhadap kelancaran supervise, hanya saja terdapat beberapa hambatan yaitu adanya senioritas ruangan, namun tidak menghalangi kelancaran supervisi dalam melakukan pengawasan terhadap ruangan.

131

4. Sentralisasi Obat Pengelolaan Sentralisasi Obat di Ruang Teratai pada tanggal 5-6 November 2013 No

Pernyataan

1

Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat

2 3

didelegasikan pada staf yang ditunjuk Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat Penerimaan obat a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dam sediaan(bila perlu) dalam kartu control; dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau klien dalam buku masuk obat, keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/bilamana obat tersebut akan habis c. Klien atau keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum

4

beserta kartu kendali persediaan obat d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat Pembagian Obat a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat b. Obat-obatan yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang terencana dalam buku daftar pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada klien c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah

Tanggal 5

6

































-

-

132

obat, efek samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi, pantau adanya efek samping pada pasien d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang hamper habis akan didokumentasikan pada keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter 5.



















-



penanggung jawab pasien Penambahan obat baru a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan route pemberian obat, maka informasi itu akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan pada

.6.

-

buku obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga a. Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal menggunakan route pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu saja b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer c. Informasi yang diberikan kepada klien atau keluarga: nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian d. Usahakan terdapat saksi keluarga saat pemberian obat pada pasien Total Presentase Rata-Rata

√ 13 13 81,25% 81,25% 81,25%

133

Keterangan: Dari tabel dapat diketahui sentralisasi obat yang dilaksanakan 81,25%. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan selama pengkajian, diperoleh data bahwa kegiatan sentralisasi obat di ruang teratai Sudah dilaksanakan terkait penanggung jawab obat, penerimaan obat, pembagian obat serta pendokumentasian tentang penambahan obat baru. Sedangkan untuk pengecekan sediaan obat dan pemberian informasi tentang obat kepada klien kurang optimal. 5. Kepuasan Pasien a. Tingkat kepuasan pasien Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban ”ya” dengan skore 2, jawaban ”kadang-kadang” dengan skore 1 dan jawaban ”tidak” dengan skore 0. Kuisioner diberikan kepada pasien yang sudah menjalani rawat inap selama 2 – 3 hari di Ruang Teratai. Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut : a) Sangat memuaskan (76-100%) Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses administrasi), yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas pelayanan yang paling tinggi. b) Memuaskan (56-75%) Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih

134

(untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau kurang ramah, yang seluruhnya ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang. c) Tidak memuaskan (41-55%) Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk proses administrasi), atau tidak ramah. d) Sangat tidak memuaskan (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF