DERET REAKSI BOWEN
September 11, 2017 | Author: Devi Masita | Category: N/A
Short Description
Download DERET REAKSI BOWEN...
Description
DERET REAKSI BOWEN Deret Reaksi Bowen adalah derat pembekuan magma yang disusun oleh Norman. L Bowen dengan dasar pendinginan magma. Hal itu didasarkan pada fakta bahwa sesungguhnya magma tidak langsung
membeku semuanya, tetapi untuk membeku membutuhkan proses yang
berlangsung secara bertahap dan perlahan karena magma mengalami penurunan suhu. Namun pada kasus kasus tertentu dapat berlangsung secara cepat. Skema Deret Reaksi Bowen Deret Diskontinu
Deret Kontinu
Olivine
Ca-Plagioklas
Piroksen Amfibol
Na-Plagioklas
Biotit
Feldspar Muskovit Kuarsa
Deret Reaksi Bowen memiliki 2 deret, yaitu deret reksi diskontinu dan deret kontinu. Deret diskontinu Deret ini menjelaskan bahwa satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu. Jadi apabila satu mineral telah terbentuk pada suhu tertentu, mineral tersebut tidak akan ikut bereaksi untuk membentuk mineral lain pada suhu yang lebih rendah (tidak ikut mengkristal pada suhu yang lebih rendah) Deret diskontinu tersusun oleh mineral mineral ferromagnesian silikat sehingga bersifat mafic atau basa. Deret tersebut diawali dengan pembentukan mineral olivine yang terbentuk pada kisaran suhu 1100-1200oC. Namun, apabila magma telah jenuh oleh SiO2, maka yang terbentuk pertama kali adalah Piroksen. Selanjutnya, pada kisaran suhu 4 mm) Cara Penamaan 1. Melihat tekstur batuan tersebut dan menentukan tipe-nya 2. Memeriksa kadar warna (gelap atau terang/cerah), bila berwarna terang sampai abu-abu termasuk sialic rocks, berwarna agak gelap termasuk intermediet rocks, dan berwarna sangat gelap termasuk mafic rocks 3. Memeriksa komposisi dan tipe mineral feldspar, K-feldspar berwarna merah muda, Nafeldspar dan plagioklas berwarna putih atau abu-abu. 4. Memeriksa kadar kuarsa 5. Melihat tabel klasifikasi dan menentukan nama batuan tersebut Contoh Cara Penamaan 1. Bila terdapat batuan yang bertekstur faneritik, mengandung 25 % olivine, 50 % piroksen, 25 % plagioklas, maka dapat disimpulkan (dengan melihat tabel klasifikasi) bahwa kemungkinannya adalah gabbro. 2. Bila terdapat batuan bertekstur faneritik, mengandung 15 % amfibol, 85 % plagioklas, maka kemungkinannya adalah diorite. Kelebihan
Klasifikasi ini dapat menunjukkkan jenis magma yang ada saat batuan terbentuk dan kita dapat pula mengetahui sejarah pendinginana magma.
Kekurangan
Klasifikasi ini belum mencakup batuan-batuan secara lengkap karena ada batuan lain seperti pumice dan obsidian yang tidak tercakup dalam sistem klasifikasi tesebut.
Secara fisik atau dengan melihat batuan yang ada secara langsung, kita akan mengalami kesulitan dalam menentukan kadar kuarsa (dalam %).
Tabel klasifikasi batuan beku menurut Hamblin & Howard K-Feldspar Plagioklas
Olivine
Kuarsa Piroksen Biotit
Asal
Amfibol
Tekstur AFANITIK
RIOLIT
ANDESIT
BASAL
FANERITIK
GRANIT
DIORIT
GABBRO
PERIDOTIT
Menurut Russell B. Travis Dasar Klasifikasi a.Tekstur 1. Faneritik, tersusun atas mineral-mineral yang cukup besar dengan ukuran relative seragam dan dapat dilihat oleh mata telanjang. 2. Afanitik, tersusun atas mineral-mineral berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 3. Forfiritik, tersusun atas mineral-mineral berukuran besar yang dikelilingi oleh mineral berukuran kecil. 4. Pegmatik, tersusun atas mineral-mineral berukuran besar. 5. Glassy, tidak tersusun oleh kristal. Tersusun semata-mata oleh gelas. 6. Vesikular, memiliki lubang-lubang yang berasal dari gas & uap air yang terperangkap saat proses pendinginan berlangsung. 7. Breccia, tersusun oleh fragmen fragmen batuan beku akibat letusan gunung berapi dengan ukuran >4mm. b.Komposisi Komposisi disusun berdasarkan kandungan unsur silika (SiO2) dan komposisi mineral Feldspar.
Menurut Russel B. Travisi, komposisi dibagi menjadi, 1. Felsik, kaya akan silika dan feldspar. Mengandung 50% hingga lebih dari 70% silika dengan komposisi K-feldspar lebih dari 1/3 dari komposisi feldspar total dan komposisi plagioklas (Na & Ca) feldspar kurang dari 2/3 dari komposisi feldspar total. 2. Intermediet, antara felsik dan mafik. Kandungan silika 55%-65% dengan komposisi plagioklas feldspar lebih dari 2/3 dari komposisi feldspar total.Namun, Na-plagioklas lebih dominan dari Ca-plagioklas. 3. Mafik, kaya akan magnesium dan besi dengan sedikit kandungan silika. Kandungan silika 45%-50% dan Ca-plagioklas lebih dominan. 4. Ultramafik, kaya akan magnesium dan besi dengan kandungan silika sangat sedikit, yaitu kurang dari 45%. Cara Penamaan 1. Menentukan tekstur dari batuan yang ada. 2. Menentukan komposisinya. 3. Melihat tabel klasifikasi dan menentukan nama batuan tersebut. Contoh Penamaan 1. Bila terdapat batuan dengan tekstur faneritik, bersifat felsik, dengan kadar silika 9%, dengan komposisi K-feldspar >2/3, maka nama batuannya adalah Sienit. 2. Bila terdapat batuan dengan tekstuf faneritik, bersifat mafik, dengan kadar silika 2/3, maka nama batuannya adalah Gabbro. Kelebihan
Kita bisa menentukan nama batuan lebih efektif karena kriteria yang ada tidak memerlukan berbagai tahapan.
Kekurangan
Dalam klasifikasi ini, kita perlu menentukan kadar dari silika maupun feldspar. Namun, hal tersebut sulit dilakukan dengan cara melihat langsung batuan tersebut.
Tabel klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis Komposisi
Felsik
Faneritik (mineral utama)
Afanitik
Warna
Granit (>10% kuarsa, >2/3 K-feldspar)
Riolit
10
Sienit (2/3 K-feldspar)
Trachyte
15
Monzonit (1/3 to 2/3 K-feldspar)
Latite
20
Dacit
20
Andesit
25
Basalt
50
Granodiorit (>10% kuarsa, >10% K-spar, >2/3 Intermediet
Na-spar) Diorit (
View more...
Comments