Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
October 25, 2017 | Author: Sherlie Christianto | Category: N/A
Short Description
Download Denyut Nadi Dan Tekanan Darah...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
disusun oleh : Kelompok B-5 1. Sherlie Christianto (1120047 / KP B) 2. Sisca (1120053 / KP B) 3. Eirene Azali Pramasetio (1120054 / KP B) 4. Kevin Richardo Suryadi Putra (1120073 / KP B) 5. Davin Hartono (1120408 / KP B)
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA) Semester Gasal 2012-2013
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………………
1
Daftar Isi ………………………………………………………………………….
2
BAB I i. ii. iii.
PENDAHULUAN Tinjauan Pustaka …………………………………………………….. Rumusan Masalah …………………………………………………… Tujuan ………………………………………………………………..
BAB II i. ii.
3 8 8
METODE KERJA
Sarana …………………………………………………………………. Prosedur ………………………………………………………………..
9 9
BAB III
HASIL PRAKTIKUM …………………………………………
12
BAB IV
PEMBAHASAN ………………………………………………..
15
BAB V
KESIMPULAN …………………………………………………
18
Daftar Pustaka …………………………………………………………………..
19
2
BAB I PENDAHULUAN
i.
Tinjauan Pustaka Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup yang bercabang dan membawa darah dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke jantung. Ada tiga jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, kapiler, dan vena. Arteri berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung. Semua dinding arteri tersusun dari tiga lapisan ; adventisia (paling luar) terdiri dari jaringan ikat fibrosa ; media (tengah) terdiri dari otot polos dan / atau serabut elastis ; dan intima (dalam) suatu tuba tipis yang terbentuk dari sel-sel endotelial. Ada 4 jenis arteri, yaitu : Arteri elastik merupakan arteri terbesar pada jantung yang memiliki dinding yang tersusun terutama dari jaringan elastik. Distensi jaringan saat sistole dan pengerutan saat diastole berperan penting dalam kontinuitas aliran darah, di luar pengaruh sifat pulsatil denyut jantung Arteri muskular merupakan arteri elastis bercabang yang menjadi arteri muskular berukuran sedang dan memiliki serabut otot polos pada dindingnya untuk merespon stimulus saraf. Arteri ini disebut arteri penyebar (penghantar) ; ukuran lumennya diatur sistem saraf, sehingga volume darah yang dikirim ke berbagai bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan tertentu dapat dikendalikan Arteri kecil tersusun dari otot dan serabut elastis dalam jumlah yang beragam. Komposisi jumlahnya bergantung pada ukuran dan posisi arteri. Serabut ini menahan aliran pulsatil darah menjadi aliran yang tenang Arteriol yang merupakan arteri kecil dengan lumen sempit dan dinding muskular tebal, membawa darah ke jaringan kapilar. Pembuluh ini disebut arteri tahanan karena di bawah pengaruh saraf simpatis, pembuluh ini menyediakan sisi tahanan utama untuk meningkatkan tekanan darah Kapilar adalah saluran mikroskopik untuk pertukaran nutrien dan zat sisa di antara darah dan jaringan. Velositas aliran darah dalam jaring-jaring kapilar terlalu lambat untuk memungkinkan terjadinya pertukaran nutrien, zat sisa, dan gas-gas. Kapilar menghubungkan arteriol dan venula. Seluruh jaringan memiliki kapilar kecuali kartilago, rambut, kuku, dan kornea mata. Pada sisi kapilar yang berasal dari satu arteriol, sebuah sfingter prekapilar otot polos mengendalikan aliran darah yang masuk ke jaring-jaring kapilar. Sfingter berkontraksi dan berelaksasi secara intermiten (vasomotion) dan lebih sering terbuka pada jaringan yang aktif. Anastomosis atreriovena (saluran pintas AV) adalah saluran alternatif yang memungkinkan darah mengalir langsung dari sirkulasi arteri ke sirkulasi vena tanpa harus melalui kapilar. 3
Vena membawa darah kembali ke atrium jantung. Lapisan dinding vena seperti lapisan dinding arteri, tetapi otot polos dan serabut elastisnya lebih sedikit dan jaringan ikat fibrosanya lebih banyak. Sistem vena berdinding tipis dan dapat mengembang (distensible). Vena menampung 75% volume darah total dan mengembalikan darah ke jantung dalam tekanan yang sangat rendah. Vena memiliki katup, yang muncul seperti kelapak dari lapisan terdalamnya, untuk mencegah aliran balik. Sistem vena berawal dari ujung vena jaring-jaring kapilar dengan venula postkapilar yang menyatu menjadi venula, dan kemudian menjadi vena kecil, vena sedang, dan vena besar. Denyut Nadi Denyut nadi merupakan pelonggaran dan penyempitan dari arteri yang terjadi setiap detak jantung ventrikel kiri sehingga tercipta sebuah gelombang tekanan. Denyut nadi dari orang sehat berkisar antara 70-76 denyut / detik pada saat posisi orang tersebut dalam keadaan istirahat. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi selain dari posisi tubuh yang berubah adalah perasaan seseorang. Denyut nadi arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 sampai 9 meter per detik, sekitar 15 kali lebih cepat dari darah. Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat dengan permukaan kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri radial pada pergelangan tangan. Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut arteri. Frekuensi denyut memberikan informasi mengenai kerja jantung, pembuluh darah, dan sirkulasi.
4
Tekanan Darah Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup yaitu dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah berasal dari aksi pemompaan jantung yang memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui sistem peredaran darah tertutup karena adanya perbedaan gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan. a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena adanya efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg. c. Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena kava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah : o Curah jantung Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya) o Tahanan perifer terhadap aliran darah Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu, yaitu : Viskositas darah Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas ; pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang. Panjang pembuluh Semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran darah Radius pembuluh Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya. Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi, maka aliran darah akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan turun. Jika radius pembuluh dibagi 2, seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan naik. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah 5
secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah bisa didapat dari perubahan radius pembuluh darah.
Dari kontraksi dan relaksasi yang dilakukan jantung, aliran darah yang masuk ke dalam arteri mengakibatkan tekanan darah naik dan turun pada setiap detak jantung, sehingga tekanan darah dapat diukur dan terbagi atas dua bagian, yaitu : 1. Tekanan Sistolik : adalah tekanan darah dalam puncak kontraksi ventrikular 2. Tekanan Diastolik : adalah tekanan darah saat ventrikel jantung berelaksasi Pengaturan tekanan darah dipengaruhi oleh : Pengaturan saraf, yaitu pusat vasomotorik pada medulla otak yang mengatur tekanan darah, pusat kardioakselerator dan kardioinhibitor yang mengatur curah jantung. a. Pada pusat vasomotorik terdapat tonus vasomotorik yang merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus-menerus pada serabut otot polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokonstriksi pembuluh. Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf otonom b. Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, dijelaskan sebelumnya, mengatur tekanan darah melalui sistem saraf otonom Pengaturan kimia dan hormonal. Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi tekanan darah diantaranya : a. Hormon medulla adrenal. Norepinefrin termasuk vasokonstriktor. Seperti dijelaskan sebelumnya, epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, tergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh darah organ b. Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokonstriktor c. Angiotensin adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu vasokonstriktor kuat d. Berbagai amina dan peptida seperti histamina, glukagon, kolesistokinin, sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif e. Prostaglandin adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor Tekanan darah yang diukur secara tidak langsung dapat melalui metode auskultasi dengan menggunakan sphygmomanometer. Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk menghentikan aliran darah arteri brachial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brachial, dan 6
sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset. Sebuah stetoskop digunakan untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Korotkoff yaitu bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh darah tertutup. Bunyi dan pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah pada wanita dewasa muda biasanya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah pria dewasa muda. Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran untuk menentukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibanding dengan yang diukur dengan metode auskultasi. Dengan stetoskop kita dapat mendengar denyut jantung normal yang biasanya dideskripsikan sebagai “lub, dub, lub, dub, .…”. Bunyi “lub” dikaitkan dengan penutupan katup atrioventrikular (A-V) pada permulaan sistole, dan bunyi “dub” dikaitkan dengan penutupan katup semilunaris (aorta dan pulmonaris) pada akhir sistole. Bunyi “lub” disebut bunyi jantung yang pertama, dan bunyi “dub” sebagai bunyi jantung kedua, karena siklus normal jantung dianggap dimulai pada permulaan sistole ketika katup A-V menutup. Sedangkan murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan ratrata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik ; sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit. Penyebab bunyi jantung adalah getaran pada katup yang tegang segera setelah penutupan bersama dengan getaran darah yang berdekatan, dinding jantung, dan pembuluhpembuluh jantung.
7
ii.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah? 2. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah?
iii.
Tujuan 1. Mempelajari dan mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah 2. Mempelajari dan mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah
8
BAB II METODE KERJA
i.
Sarana Alat-alat yang kami gunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Stopwatch 2. Sphygmomanometer (tensimeter) 3. Stethoscope 4. Bangku 5. Metronom 6. Meja periksa
ii.
Prosedur 1.
Memeriksa denyut nadi. a. Orang coba berbaring telentang tenang 2 -3 menit di meja periksa dengan meletakkan kedua lengan di samping tubuh. b. Memeriksa denyut nadi arteri radialis dextra dengan ujung jari II-III-IV yang rapat sejajar satu dengan yang lain, longitudinal diatas arteri radialis tersebut. c. Menentukan frekuensi (berapa kali permenit) dan iramanya (teratur atau tidak).
2.
Mengukur tekanan darah secara palpasi. a. Orang coba berbaring telentang, lengan yang hendak di ukur tekanan darahnya (lengan kanan) di samping tubuh. b. Memasang manset pada lengan kanan atas (tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar), sekitar 3 cm diatas fossa cubiti. c. Meraba dan merasakan denyut arteri radialis dextra. d. Memutar sekrup pada pompa udara searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah udara keluar dari manset, lalu memompakan udara ke dalam manset. Pada suatu saat denyut arteri radialis dextra menghilang (tak terasa). Meneruskan pemompaan sampai tinggi air raksa dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri radialis dextra tadi mulai menghilang. e. Mengeluarkan udara dari dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan dengan arah jarum jam). Mencatat tinggi air raksa pada manometer dimana denyut arteri radialis terasa kembali. Hal tersebut menunjukkann besarnya tekanan sistolik secara palpasi.
9
3.
Mengukur tekanan darah secara auskultasi a. Orang coba tetap berbaring telentang dengan manset tetap terpasang di lengan kanan atas. Posisi lengan kanan tetap di samping tubuh. b. Menentukan letak arteri brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti, meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri brachialis dextra tersebut. c. Memutar sekrup pada pompa darah searah jarum jam sampai maksimal untuk mencegah udara keluar dari manset, lalu memompakan udara ke dalam manset. Suara bising arteri brachialis dextra terdengar melalui stetoskop. Pada suatu saat suara bising tersebut menghilang (tak terdengar). Meneruskan pemompaan sampai tinggi air raksa dalam manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut arteri brachialis dextra tadi mulai menghilang. d. Mengeluarkan udara dari manset secara pelan dan berkesinambungan, maka terdengar suara-suara Korotkoff I-V. Tekanan udara yang terdengar Korotkoff I menunjukkann besarnya tekanan sistolik secara auskultasi, sedangkan tekanan yang terdengar Korotkoff IV atau V menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi.
4.
Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. a. (i) Memilih satu mahasiswa coba (MC 1). (ii) Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 1 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point 1. (iii) Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 1 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point 1. (iv) Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data. b. MC 1 berbaring telentang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (mengukur masing-masing tiga kali berturut-turut), selanjutnya menghitung nilai rata-ratanya. c. MC 1 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (mengukur masing-masing tiga kali berturut-turut), selanjutnya menghitung nilai rata-ratanya. d. MC 1 berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (mengukur masing-masing tiga kali berturutturut), selanjutnya menghitung nilai rata-ratanya.
5.
Pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah. a. (i) Memilih satu mahasiswa coba (MC 2). (ii) Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC 2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point 2. (iii) Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC 1 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point 2. (iv) Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data. 10
b. MC 2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian memeriksa frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (mengukur masing-masing tiga kali berturut-turut). Mencatat frekuensi dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan sistolik dan diastolik, selanjutnya menghitung nilai rata-ratanya. c. Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan (melepas hubungan manchet dengan skala manometer), MC 2 melakukan latihan fisik dengan cara “Step test (naik turun bangku)” 20 kali/ menit selama dua menit dengan dipandu oleh irama metronom yang telah disetting pada frekuensi 80 ketukan per menit. d. Setelah step test berakhir, MC 2 segera duduk, kemudian memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darahnya masing-masing satu kali. Data tersebut tercatat tepat 1 menit setelah step test berakhir. e. Meneruskan memeriksa frekuensi denyut arteri radialis sinistra dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3, menit ke 5, dan menit ke 7).
11
BAB III HASIL PENGAMATAN
1. Data pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah palpasi dan tekanan darah auskultasi Nama Manusia Tekanan Darah Tekanan Darah Denyut Nadi Coba Palpasi Auskultasi 1) 92 1) 102 1) 102 / 84 Sisca 2) 87 2) 106 2) 114 / 84 3) 84 3) 102 3) 104 / 82 Mean 88 103 107 / 83 2. Data pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah Tekanan Sistolik Posisi Tubuh Denyut Nadi (auskultasi) 1) 75 1) 132 2) 77 2) 124 Berbaring telentang 3) 80 3) 128 Mean = 77,3 Mean = 128 1) 74 1) 124 2) 79 2) 132 Duduk 3) 81 3) 134 Mean = 79 Mean = 130 1) 92 1) 136 2) 94 2) 132 Berdiri 3) 98 3) 134 Mean = 94,6 Mean = 134
Tekanan Diastolik (auskultasi) 1) 102 2) 108 3) 106 Mean = 105,3 1) 92 2) 98 3) 96 Mean = 95,3 1) 114 2) 116 3) 114 Mean = 114,6
Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Denyut Nadi 100 80 60 40 20 0
Denyut Nadi (frekuensi per menit)
Berbaring telentang
Duduk
Berdiri
77.3
79
94.6
12
Grafik Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik (auskultasi) 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Berbaring telentang
Duduk
Berdiri
Tekanan sistolik (mmHg)
128
130
134
tekanan diastolik (mmHg)
105.3
95.3
114.6
3. Data pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Waktu Denyut Nadi (auskultasi) (auskultasi) 1) 80 1) 142 1) 106 2) 82 2) 148 2) 102 Pra latihan 3) 88 3) 134 3) 100 Mean = 83.3 Mean = 141.3 Mean = 102.6 P Menit ke - 1 100 170 104 a Menit ke - 3 70 160 100 s 64 148 94 c Menit ke - 5 58 128 90 a Menit ke - 7
13
Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Denyut Nadi 120 100 80 60 40 20 0
Denyut Nadi (frekuensi per menit)
Pra latihan
Pasca menit ke -1
83.3
100
Pasca Pasca menit ke menit ke -3 -5 70
Pasca menit ke -7
64
58
Grafik Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Pasca Pasca Pasca Pasca Pra latihan menit ke - menit ke - menit ke - menit ke 1 3 5 7
Tekanan Sistolik (mmHg)
141.3
170
160
148
128
Tekanan Diastolik (mmHg)
102.6
104
100
94
90
14
BAB IV PEMBAHASAN
i.
Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Tekanan darah dan denyut nadi sesorang juga dipengaruhi oleh posisi tubuh sesorang. Dalam praktikum ini pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menghitung jumlah denyut nadi A.radialis dextra selama satu menit dan pengukuran tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer secara auskultasi. a) Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi Pada penghitungan denyut nadi, denyut nadi yang dihitung adalah denyut nadi A.radialis dextra dan denyut nadi dari praktikan diukur dalam berbagai posisi, yaitu pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri. Dalam rata-rata hasil percobaan kelompok kami pada posisi berbaring A.radialis dextra berdenyut sebanyak 77,3 denyut. Pada posisi duduk, denyut nadi A.radialis dextra rata-rata meningkat menjadi 79 denyut. Pada posisi berdiri, denyut nadi A.radialis dextra rata-rata meningkat menjadi 94,6 denyut. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar denyut nadi yang dihasilkan. Denyut nadi pada posisi berbaring pada hasil praktikum merupakan denyut nadi yang terendah dibandingkan pada posisi duduk dan berdiri karena pada posisi berbaring diasumsikan praktikan dalam keadaan istirahat sehingga ketegangan fisik dan psikis menurun. Pada saat berdiri dihasilkan denyut nadi paling besar karena berdiri memerlukan energi yang lebih besar daripada posisi yang lain dan juga pada saat berdiri dipengaruhi gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan. b) Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah Pada praktikum ini tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung secara auskultasi dan pengukuran dilakukan pada lengan bagian atas. Tekanan darah dari praktikan juga diukur dalam berbagai posisi, yaitu pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri. Dalam percobaan kelompok kami, pada posisi berbaring tekanan darah sistole rata-rata dan diastole rata-rata yang kami peroleh adalah 128 mmHg dan 105,3 mmHg. Pada posisi duduk, tekanan darah sistolenya meningkat menjadi 130 mmHg, sedangkan tekanan sistolenya menurun menjadi 95,3 mmHg. Pada posisi berdiri, tekanan darah sistole meningkat lagi menjadi 134 mmHg dan tekanan darah sistolenya juga meningkat menjadi 114,6 mmHg. Hasil pengukuran tekanan diastole sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Tekanan sistole saat posisi berbaring pada hasil praktikum merupakan tekanan sistole yang terendah dibandingkan dengan posisi duduk dan berdiri karena pada posisi berbaring diasumsikan praktikan dalam keadaan istirahat sehingga ketegangan fisik dan psikis menurun. Pada saat berdiri dihasilkan tekanan sistole paling besar karena berdiri memerlukan energi yang lebih 15
besar daripada posisi yang lain dan juga pada saat berdiri dipengaruhi gaya gravitasi yang memperlancar aliran darah sehingga semakin banyak denyut yang dihasilkan. Hasil pengukuran tekanan diastole yang menurun dari 105,3 mmHg pada posisi berbaring menjadi 95,3 mmHg pada posisi duduk dan meningkat menjadi 114.6 mmHg pada posisi berdiri tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin berat kegiatan yang dilakukan maka semakin besar tekanan darah yang dihasilkan. Hal ini mungkin dikarenakan pada saat berbaring, duduk, maupun saat berdiri naracoba bergerak-gerak, kesalahan pemeriksaan pendengaran karena kurang konsentrasi, pemasangan manset yang terlalu kencang atau terlalu longgar. ii.
Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Aktivitas fisik juga berpengaruh terhadap besar denyut nadi dan tekanan darah seseorang. Pada praktikum ini sebelum melakukan aktivitas fisik praktikan diukur terlebih dahulu denyut nadinya dan tekanan darahnya sebagai kontrol. a) Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dalam data percobaan kami sebelum melakukan aktivitas fisik, denyut nadi A.radialis dextra rata-rata praktikan adalah 83,3 denyut. Setelah melakukan aktivitas fisik denyut nadi praktikan meningkat dari 83,3 denyut/menit menjadi 100 denyut/menit pada pengukuran menit pertama pasca aktivitas, kemudian pada 3 menit pasca aktivitas menurun menjadi 70 denyut/menit, pada 5 menit pasca aktivitas menurun lagi menjadi 64 denyut/menit, dan pada 7 menit pasca aktivitas menurun lagi menjadi 58 denyut/menit. Hasil percobaan tersebutbelum sesuai dengan teori yang ada bahwa pada saat beraktivitas, jantung memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah terpakai saat beraktivitas. Oleh karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas denyut nadi bertambah untuk memenuhi kebutuhan oksigen kemudian denyut nadi semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi. Pada hasil percobaan denyut nadi yang meningkat seltelah aktivitas dan menurun pada pengukuran pasca aktivitas sudah sesuai dengan teori tersebut. Namun denyut nadi A.radialis dextra pada 7 menit pasca aktivitas lebih sedikit jumlahnya daripada pengukuran denyut nadi sebelum beraktivitas, hal ini mungkin disebabkan pada saat pengukuran denyut nadi sebelum beraktivitas kondisi psikis praktikan kurang rileks atau terjadi kesalahan penghitungan pada saat pengukuran.
b) Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Dalam data percobaan kelompok kami tekanan darah sebelum melakukan aktivitas fisik praktikan memiliki tekanan darah sistole 141,3 mmHg dan tekanan darah diastole 102,6 mmHg.Setelah melakukan aktivitas fisik pada pengukuran menit pertama pasca aktivitas tekanan darah praktikan meningkat menjadi 170 mmHg untuk tekanan darah sistolenya dan 104 mmHg untuk tekanan darah diastolenya, kemudian 16
pada 3 menit pasca aktivitas tekanan darah sistolenya menurun menjadi 160 mmHg dan tekanan darah diastolenya juga menurun menjadi 100 mmHg, pada 5 menit pasca aktivitas tekanan darah sistolenya menurun menjadi 148 mmHg dan tekanan darah diastolenya juga menurun menjadi 94 mmHg, dan pada 7 menit pasca aktivitas tekanan darah sistole menurun lagi menjadi 128 mmHg dan tekanan darah diastole juga menurun menjadi 90 mmHg. Hasil percobaan tersebut belum sesuai dengan teori yang ada bahwa pada saat beraktivitas, jantung memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang telah terpakai saat beraktivitas. Oleh karena itu, setelah selesai melakukan aktivitas tekanan darah meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen kemudian tekanan darah semakin lama semakin menurun hingga kembali ke normal karena kebutuhan oksigen telah terpenuhi. Pada hasil percobaan tersebut tekanan darah setelah melakukan aktivitas fisik meningkat dan kemudian menurun pada pengukuran pasca aktivitas fisik sudah sesuai dengan teori. Namun pada 7 menit pasca aktivitas tekanan darah sistole dan diastolenya lebih kecil daripada pengukuran tekanan darah sebelum beraktivitas, hal ini mungkin disebabkan pada saat pengukuran tekanan darah sebelum beraktivitas kondisi psikis praktikan kurang rileks atau terjadi kesalahan penghitungan pada saat pengukuran.
17
BAB V KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, kami dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Denyut nadi akan berangsur-angsur naik sesuai dengan posisi tubuh seseorang, yaitu mulai dari berbaring, duduk, dan berdiri 2. Tekanan darah tidak mulus naik seiring dengan beratnya aktivitas yang dilakukan seseorang 3. Denyut nadi akan naik setelah beraktivitas dan berangsur-angsur turun setelah beristirahat 4. Tekanan darah pada saat selesai beraktivitas mengalami peningkatan, kemudian berangsurangsur turun saat berisitirahat setelah beberapa lama
18
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Marieb, Elaine N. 2009. Essentials of Human Anatomy and Physiology : Tenth Edition. USA : Pearson Education Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
19
View more...
Comments