(DENY) Suturing Material

April 29, 2017 | Author: Deny Rahmat Pamungkas | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

;j...

Description

REFERAT BEDAH Suturing Material

Disusun oleh : Deny Rahmat Pamungkas 1102009072

Pembimbing : Dr. Dik Adi Nugraha, Sp. B M.Kes

KEPANITERAAN SMF ILMU BEDAH RSUD SOREANG

1. Pendahuluan

Suture materials adalah suatu istilah yang sering dipergunakan bagi semua untaian bahan yang dipakai untuk meligasi atau mengaproksimasi jaringan dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan. Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk menceah perusakan dari benda asing.

2. Instrumen 1.

Needle holder

Nama lainnya pemegang jarum atau nald voeder. Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga). Guna needle holder ini pada penjahitan sebagai pemegang jarum jahit dan sebagai penyimpul benang.

Gambar. Needle Holder Tipe Crille Wood

2

Gambar . Needle Holder Tipe Mathew Kusten

Gambar . Needle Holder 2.

Gunting

 Gunting Benang Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan lurus yang kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan luka. Penyediaan masingmasing satu buah.  Gunting Diseksi Gunting ini ada dua jenis, yaitu lurus dan bengkok. Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua yang sering digunakan, yaitu tipe Mayo dan tipe Metzenbaum. Kegunaan gunting ini adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil dari jaringan sekitarnya, untuk esksplorasi dan merapikan luka.

3

Gambar . Gunting Benang

Gambar . Gunting Diseksi  Gunting perban/pembalut Kegunaan adalah untuk menggunting pembalut dan plester.

4

Gambar . Gunting Perban dan Pembalut 3.

Pisau Bedah Terdiri atas dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistouri/blade). Pada pisau

bedah model lama, mata pisau dan gagang bersatu, sehingga bila mata pisau tumpul harus diasah kembali. Pada model baru, mata pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya untuk sekali pakai. Terdapat dua nomor gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan gagang nomor 3 (untuk mata pisau kecil). Guna pisau bedah ini adalah untuk menyayat berbagai organ /bagian tubuh. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.

5

Gambar . Scalpel

Gambar . Bisturi 4.

Klem (Clamp)

Klem arteri pean. Ada dua jenis, yaitu yang lurus dan bengkok. Kegunaannya adalah untuk hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.

6

Gambar . Klem Arteri Pean Klem Kocher. Ada dua jenis yaitu klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak ditujukan untuk hemostasis. Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada ujungnya (mirip gigi pada pinset sirurgis). Gunanya adalah untuk menjepit jaringan, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem.

Gambar . Klem Kocher Klem Mosquito. Mirip dengan klem arteri pean, tetapi ukuranya lebih kecil. Penggunaannya dalah untuk hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.

7

Gambar . Klem Mosquito Klem Allis. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil.

Gambar . Klem Allis

Klem Babcock. Penggunaanya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan rapuh.

8

Gambar . Klem Babcock Towel clamp (Doek klem). Penggunaanya adalah untuk menjepit doek/kain operasi.

Gambar . Klem Doek 5.

Retraktor (Wound Hook)

Retraktor langenbeck. Penggunaannya adalah menguakkan luka.

Gambar . Retraktor Langenbeck US army double ended retractor. Penggunaannya untuk menguakkan luka.

Gambar . US Army Double Ended Retractor Retraktor volkman. Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka. Pemakaian retractor disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai dua gigi, 3 gigi, dan 4 gigi. 2 gigi 9

untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar. Terdapat pula retractor bergigi tumpul.

Gambar . Retraktor Volkman 3. Benang Penjahit Luka Benang penjahit luka dapat dibagi atas beberapa kriteria , yaitu : 1. Benang diserap atau tidak (absorbable or non-absorbable) 2. Benang berbahan alami atau sintetis (nature or synthetic) 3. Benang berserat tunggal atau banyak (monofilament or polyfilament) 4. Benang dilapisi atau tidak (coated or uncoated) 1. BENANG DISERAP DAN BENANG TIDAK DISERAP Benang diserap mempunyai waktu keberadaan yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya waktu berada didalam tubuh dapat disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan jalan memilih jenis benang yang sesuai. Sedapat mungkin benang jangan ‘habis’ dahulu sebelum organ yang bersangkutan betul-betul rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh, fascia harus

dijahit

dengan

benang

yang

lama

waktu

penyerapannya,

karena

untuk

penyembuhannya fascia butuh waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah digunakan benang tak diserap untuk menjahit fascia. Sebaliknya luka pada saluran cerna (lambung-usus) tak butuh sokongan lama oleh benang jahit karena telah cukup kuat pada hari ke-7 hingga hari ke-10. Benang tak diserap akan berada seumur hidup mulai saat ia ditempatkan didalam tubuh.

Benang-benang ini

digunakan dengan alasan tertentu, misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan 10

dacron graft, dimana pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak akan pernah mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan benang tak diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi.

Demikian juga dengan

pemasangan katup jantung buatan. Harus diingat bahwa kehadiran benang jahitan disini merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh.

Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi dari jaringan tubuh,

digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang minimal. Catgut baik plain maupun chromic dan kolagen merupakan contoh benang diserap, sedang polyamida (nylon) dan sutera (silk, zyde) merupakan contoh benang tidak diserap. Keuntungan benang tidak diserap adalah dapat memberikan permanent support tidak akan pernah habis namun meninggalkan benda asing dalam tubuh. 2. BENANG BERBAHAN ALAMI ATAU SINTETIS Benang-benang alami berasal dari bahan alam, contohnya rambut, bulu binatang, katun, linen dan catgut.

Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah

didapat dan relatif murah harganya. Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan dengan organ yang akan dijahit.

Contoh benang sintetis, polyglycolic acid, polypropylene, polyamide, polyester,

polyglactin, polydioxanone, polyglyconate, polynylidene, polybutylester dan stainless steel. Umumnya benang-benang ini dijual dalam kemasan dan bentuk sediaan khusus. 3.

BENANG BERSERAT TUNGGAL (Monofilament) ATAU BERSERAT BANYAK ( Multifilament) Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting

security) biasanya lebih kecil, sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah bekas jahitannya (stitching mark) halus. Sedangkan benang serat banyak lebih baik kekuatan simpulnya, karena jalinan seratnya membuat benang lebih kesat dan menggigit.

Perlu

diperhatikan bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya nidus yang dapat menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag. Sering terjadi pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang serat banyak. Bekas jahitan dengan benang ini lebih kasar dan nyata. 11

Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament) dan sutera), dan twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang dililit/dipilin (contohnya katun dan linen).

Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu

berserat tunggal dan berserat banyak.

Gambar . Benang Monofilament dan Multifilament 4. BENANG DILAPISI ATAU TIDAK DILAPISI Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa untuk mendapatkan benang yang lebih kesat sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan. Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis. Sutera diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah pada benang. Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah antara lain 12

1. Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya. 2. Mudah penanganannya dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam jaringan 3. Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh personil bedah 4. Reaksi minimal pada jaringan dan tidak cenderung meningkatkan pertumbuhan bakteri 5. Non-alergenik dan non-karsinogenik

Tabel : Klasifikasi Suture Materials Breakdown

Origin

Strand

Generic Name

Trade Name

13

Absorbable

Natural

Multifilamant Monofilamen

Catgut-plain Catgut-chromic None

t Synthetic

Multifilament

Glycolic

Acid

Primer - Polyglycolic acid - Polyglactin 910 Monofilamen

Dexon (D+G) Vicryl (Ethicon) Polysorb (USSC)

Polydioxanone

PDS (Ethicon)

Trimethylene/

Maxon (D+G)

Glycolic acid Poliglecaprone 25 Silk

Monocryl (Ethicon)

t

Nonabsorbabl

Natural

Multifilament

e Linen Cotton Stainless Steel

Synthetic

Monofilamen

Stainless Steel

t Multifilament

Polyester

Ethibond/Mersilene (Ethicon) Ti-cron/ Dacron (D+G)

Polyamide (Nylon) Monofilamen t

Polyamide

Dyflex/Teflex/Polyflex (Dynek) Surgilon (D+G) Nurolon (Ethicon) Ethilon (Ethicon)

(Nylon)

Dermalon (D+G)

Polypropylene

Nylene Dynek) Prolene (Ethicon)

Polyvinylidene Polybutester Polyether (D+G) : Davis and Geck, a Division of Cyanamid, US

Surgilene (D+G) Vilene (Dynek) Novafil (D+G) Dyloc (Dynek)

(Ethicon) A division of Johnson & Johnson Medical (USSC) United Stated Of Surgical Corporation, Parent Company of Autosuture (Dynek) An Adelaide Based Australian owned Sutured Company.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIKETAHUI DARI BENANG PENJAHIT LUKA Ukuran (size) Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat. Untuk menjahit struktur halus, misalnya pada operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari 14

ukuran 00000 (5/0) hingga 7/0. Makin banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0. Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar pula benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh penderita, yang berarti semakin berat pula reaksi jaringan. Tabel 2 : Konversi ukuran benang.

Kekuatan regangan (tensile strength) Uji tensile strength dilakukan dilaboratorium, tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg. Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka. Benang jenis ini terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi, misalnya abdomen dan ekstremitas. Umumnya tensile strength paling baik pada benang stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.

Tensile strength

Lebih kuat Sedang Lebih lemah

Stainless steel Polyamide, polypropylene Alami (sutera, catgut) 15

Reaksi jaringan (tissue reaction) Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mulai antara hari 1-3, karena benang merupakan benda asing dalam tubuh. 2. Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau dari struktur kimianya. 3. Reaksi berupa penyerapan atau penyingkiran material benang.

Makin cepat

penyerapan, makin jelas dan makin seluler reaksi jaringannya. Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMNL) dan makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell). Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan. Umumnya makin hebat reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus. Reaksi jaringan dipelajari dengan cara kultur jaringan di laboratorium.

Rx jaringan

Lebih besar

Alami

Sedang

Stainless steel

Lebih kecil

Sintetis

Penyerapan (Absorbtion) Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka. Pertama, penyerapan melalui mekanisme pencernaan enzim, misalnya terjadi pada catgut dan kolagen. Disini enzim proteolitik yang tersimpan dalam lisosom PMN alan menghancurkan benang. Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang. Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur.

Hidrolisa akan

meningkat dengan naiknya temperatur atau perubahan pH. Keamanan simpul (knotting security) Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of friction). Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang berserat banyak umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi dari benang berserat 16

tunggal.

Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan

menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga lebih susah dimanipulasi sewaktu penjahitan.

Lagi pula pencabutan

benang dari luka lebih mudah bila benang berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas (stiching marks) yang lebih jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan, jenis dan jumlah ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul. Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan ekstremitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan estetis (misalnya perhitungan bekas jahitan) menjadi nomor dua pada daerah ini. Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai dengan jenis benang. Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak dari benang yang kesat. Ini sesuai dengan hukum “approximation, no strangulation” ( merapatkan, bukan menjerat) pada penjahitan luka.

Keamanan simpul

Lebih baik

Stainless steel

Sedang

Alami

Lebih jelek

Sintetis

Tabel . Karakteristik benang penjahit luka Jenis

Diserap

barang

(A) atau thd

Plain catgut

Daya

tahan Keamanan regangan simpul

Tegangan

Reaksi

dalam jaringan jaringan

tidak

(breaking

(knot

(tensile

(tissues

(NA)

strength)

security)

strength

A

Bervariasi

jelek

tissues) Hilang setelah Nyata

in reaction)

hari ke 3 17

Chromic

A

Baik

sedang

Hilang

catgut Collagen

A

Baik

sedang

hari ke 10 Hilang setelah Sedang

baik

hari ke 10 Tinggal 40% pd <

Polyglycolic

A

Baik

acid

setelah Sedang

hari ke 14

dari

catgut

DEXON IITM Polyglactin VICRYIL TM Sutera

A NA

Baik Sedang

baik

Tinggal 40%pd <

dari

baik

hari ke 14 catgut Tahan hingga 6 Sedang

Katun

NA

Sedang

baik

bulan Tahan hingga 6 Sedang

Braided

NA

Baik

baik

bulan Bervariasi

<

dari

hilangnya pada sutera/ Monofilame

NA

Baik

jelek

nt polyamide

bln ke 6 Berkurang

katun Minimal

sedikit

NYLONTM Braided

NA

Sangat baik

baik

bertahan

Minimal

polyester Monofilame

NA

Baik

sedang

Bertahan

Minmal

NA

Sangat baik

baik

Bertahan

minimal

nt polypropyle ne PROLENET M

Steel wire

Penyesuaian ukuran benang dengan regio Berdasarkan pertimbangan untung-rugi, maka dapat diambil patokan penyesuaian ukuran benang dengan daerah yang akan dijahit sebagai berikut : Tabel . Penyesuaian ukuran benang dengan regio Daerah yang akan dijahit Kepala dan leher

Ukuran benang Subkutis 5/0

Jenis benang yang dianjurkan Plain catgut 18

Kulit 4/0 – 6/0 Subkutis 5/0

Badan depan Permukaan

Nylon monofilament Plain catgut

cembung Kulit 3/0 – 4/0

ekstremitas Badan belakang Permukaan

Nylon monofilament, sutera

Subkutis 4/0

Polyglycolic acid, polydioxanone

cekung Kulit 3/0 – 4/0

Nylon monofilament, sutera

ekstremitas

Tabel . Pemilihan Benang Jahit Ukuran 12/0 to 7/0

Pembanding Penggunaan Four Times Smaller Than a Exclusively Microsurgical

6/0

Human Hair Human Hair

Size, Face Blood Vessel

Generally Smallest Sutured Used With Naked Vision 5/0 4/0

Face, Neck , Blood Vessel Mucosa Neck, Hands, Limb,

Tendon,

Blood

3/0

Vessel Limb, Trunk, Gut, Blood

2/0

vessel Trunk,

1/0

Viscera, Blood Vessel Abdominal Wall closure

Small Pencil Lead

Fascia,

Stomach,

and Other Heavy Facial Uses

4

Jarum Bedah

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu

dalam

menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujungnya benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat 19

pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. Needle harus cukup rigid sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi

yang

memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu. Jarum bedah merupakan instrumen yang sangat penting dalam penjahitan bedah. Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain : 1. Mengandung bahan antikarat (stainless steel) 2. Cukup kuat untuk menembus jaringan tanpa menjadi bengkok 3. Tidak mudah patah 4. Ukuran yang ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan 5. Tajam hingga dapat menembus jaringan dengan mudah 6. Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

Gambar. Anatomi Jarum

Bedah Anatomi

Jarum Bedah (surgical needle) Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu ujung needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian Needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau 20

celah untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point dengan mengikuti lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan needle itu sendiri. Needle Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian. Karakteristik Surgical Needle Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah : 

Ketajaman dan kelengkungan



Needle length dan diameter needle (ukuran)



Mata needle dan bentuk melintang needle



Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

Karakteristik utama jarum bedah, meliputi: 1. Harus terbuat dari stainless steel (baja tahan karat) yang berkualitas tinggi. 2. Menahan/ menolak lentur sehingga akan cenderung membengkok sebelum putus. 3. Cukup kuat untuk mempenetrasi jaringan tanpa bengkok. 4. Cukup elastis untuk menembus jaringan tanpa merusaknya. 5. Cukup tipis sehingga dapat meminimalisir trauma pada jaringan saat penjahitan. 6. Cukup lebar untuk menarik benang melalui jaringan tanpa abrasi yang tidak semestinya. 7. Cukup tajam untuk memudahkan penetrasi ke dalam jaringan. 8. Stabil saat dipasang dan digunakan dalam instrumen seperti needle holder.

1. Ketajaman dan Kelengkungan Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk operasi hernia femoralis saja.

21

¼ Circle

: Opthtalmic dan Microsurgery

3/8 Circle

: Dipakai secara umum untuk

semua jenis jaringan ½ Circle

: Dipakai secara umum untuk

semua jenis jaringan 5/8 Circle

: Cardiovascular dan Cavitas

(Oral, Nasal, Pelvis dll) J-shaped

: Untuk Femoral Hernia

Gambar . Ketajaman dan Kelengkungan Jarum Bedah Bentuk jarum secara umum diklasifikasikan menurut tingkat kelengkungan tubuh 5/8, 1/2, 3/8 atau 1/4 lingkaran dan lurus dengan lancip (taper), pemotongan (cutting), poin tumpul (blunt points) atau tapercut (needle tips). Jarum panjang digunakan untuk menjahit fasia dan sayatan kulit, diameter jarum dan benang lebih tebal. Jarum pendek dan tipis digunakan untuk menjahit jaringan visera, pembuluh darah dan muskulus. Bentuk jarum bedah ada 8 macam : 1. Lurus (straight) 2. Curve 3. ½ curve 4. ¼ circle 5. ½ circle 6. ⅜ circle 7. ⅝ circle 8. Huruf J

22

Gambar . Bentuk-bentuk Jarum Bedah

Gambar . Bentuk Jarum Bedah dan Kegunaannya

23

Gambar . Bentuk Jarum Bedah dan Aplikasinya 2. Panjang dan diameter needle Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas, ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle dengan diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah jika dibandingkan dengan needle yang pendek dengan diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan yang lebih kuat. Needle yang pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan pembuluh darah . 3. Mata dan penampang melintang needle Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle sampai diameter melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu : Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt.

24

Conventional Cutting dan Reverse Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum, tendon Taper: Digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan untuk mendapat luka yang minimal Blunt: Baik untuk menembus fascia dan aman pada glove.

Gambar. Mata Jarum Bedah Bentuk Ujung Jarum Bedah : 1. Taper point needles Berfungsi untuk jaringan yg lembut dan mudah untuk ditembus. 2. Conventional cutting needles Berfungsi untuk dua pemotongan tepi yang berlawanan, dengan yang ketiga pada kurva di dalamnya. Perubahan dalam lintas-bagian dari sebuah segitiga memotong ujung ke tubuh pipih. 3. Tapercut needles Bentuk lancip dengan ujung memotong seperti dua jarum dalam satu. Berfungsi untuk jaringan yang alot (keras), 4. Ethiguard*Blunt point needles Bentuk lancip, berfungsi untuk untuk pembedahan (diseksi) tumpul dan menjahit jaringan rapuh (jaringan yg mudah rusak bila dijahit). 5. Reverse cutting needles Berfungsi untuk jaringan keras/alot yang susah ditembus 6. Precision point needles

25

Berfungsi untuk bedah plastik atau bedah kosmetik. Memotong ujung electropolished untuk ditambahkan ketajaman. 7. Precision cosmetic-conventional cutting prime needles Berfungsi untuk bedah plastik atau bedah kosmetik. Ujung konvensional memotong dan meningkatkan ketajaman geometri utama. 8. Conventional spatula visibilitas titik di bawah berfungsi untuk memberikan kontrol pada kedalaman penetrasi 9. Visi-Black*Needle titik jarum lancip ramping dengan warna hitam berfungsi untuk meningkatkan visibilitas dan penetrasi. 10. Micro-point*Reverse cutting needle Pemotongan tepi, berfungsi untuk operasi mata. Sangat halus dan sangat tajam untuk operasi mata. 11. Micro-point*Spatula needles Profil tipis, datar, dirancang khusus untuk operasi segmen anterior mata. 12. CS Ultima*Spatula needle Berfungsi untuk mengurangi tepi sudut, memberikan penetrasi yang lebih baik. Siap memfasilitasi rotasi simpul pada operasi mata. 13. Sabreloc*Spatula needle Memotong sisi tepi berbentuk spatula. Berfungsi untuk lapisan jaringan sklera atau kornea. Titik jarum spatula terpusat untuk stabilitas maksimum jarum di sklera tipis. Empat tepi berjarak sama dan pasti tepat memberikan kontrol yang lebih besar.

26

Spatula needles

Gambar . Bentuk Ujung Jarum Bedah dengan Penampangnya Untuk menjahit kulit digunakan yang berpenampang segitiga agar lebih mudah mengiris kulit (scharpe nald). Sedangkan untuk menjahit otot dipakai yang berpenampang bulat (rounde nald). 4. Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut mulai dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata pada pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum dipergunakan. Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang dewasa ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan menimbulkan trauma pada jaringan yang dijahit. Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam kemasan. Hal ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan, selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko penularan penyakit bagi pasien.

27

Gambar . Perlekatan Benang Pada Jarum Bedah

Gambar . Beberapa Perbedaan Karakteristik Jarum Bedah

28

Gambar . Produk Jarum Bedah dengan Benang Terpasang

Gambar . Bentuk Ujung Jarum Bedah Closed Eye (kiri) dan French Eye (kanan) 5 Teknik Ligasi Teknik yang digunakan dalam mengikat pembuluh darah dalam usaha homeostasis. Ada dua macam teknik ligasi, yaitu : 1. Free tie / Freehand. Menggunakan benang serat tunggal. Setelah hemostat dijepitkan pada ujung pembuluh darah, benang dilingkarkan ke sekeliling pembuluh tepat dibawah hemostat, lalu simpul dikencangkan dengan menggunakan jari.

Gambar . Teknik Free Tie

29

2. Stick Tie / Suture ligature / Transfixion Suture. Adalah tehnik ligasi dengan menggunakan jarum. Caranya, jarum dimasukkan di bawah pembuluh darah kemudian diikat.

Gambar . Teknik Stick Tie JAHITAN PRIMER Adalah jahitan yang mempertahankan aproksimasi tepi luka selama penyembuhan pada kesempatan pertama. Continous Suture / Running Stiches Adalah suatu serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan satu untaian benang/bahan. Untaian benang/bahan.dapat diikat pada setiap ujung jahitan, dengan cara mengikat kedua ujung benang. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat, meninggalkan sedikit benda asing pada luka, memperoleh kekuatan dari distribusi tegangan seluruh jahitan sepanjang luka. Tarikan yang terlalu kuat harus dihindari untuk mencegah putusnya jahitan yang akan merusak semua jahitan. Biasanya digunakan diperitoneum atau fascia dinding abdomen. Untuk luka infeksi harus menggunakan benang monofilament karena tidak mempunyai ruang yang dapat digunakan untuk berkembang biaknya kuman. Macam jahitan yang terputus adalah sebagai berikut :



Interlocking stitch, knotted at each end



Two strands knotted at each end and knotted in the middle



Looped suture tied to itself



Over and over running stitch

Interupted Suture 30

Teknik ini memerlukan lebih banyak benang karena setiap jahitan harus dibuat simpul dan dipotong. Relatif lebih aman karena bila satu jahitan putus jahitan lainnya tidak terganggu. Biasanya digunakan untuk luka yang terinfeksi, karena kuman terlokasi dalam satu jahitan. Macam jahitan yang terputus adalah sebagai berikut :



Simple interrupted

Gambar . Teknik Simple Interrupted



Interrupted Vertical Mattress Suture

Gambar . Teknik Simple Vertical Mattress Suture Indikasi utama penggunaan vertical matress suture adalah untuk mengangkat permukaan pinggir luka. Vertical mattress suture sering digunakan pada bagian tubuh pinggir luka mengalami kecenderungan untuk inverted, seperti posterior neck atau luka yang terdapat pada permukaan yang

concave. Beberapa peneliti percaya bahwa penggunaan vertical

mattress suture yang menyebabakan pinggir luka mengalami eversi lebih baik dibandingkan teknik penjahitan luka yang lain. Horizontal Mattress Suture Teknik horizontal mattress suture adalah suatu teknik suture yang bertujuan untuk membuat pinggir luka menjadi eversi (menjorok keluar) dan membagi rata tekanan pada seluruh pinggir permukaan luka. Teknik ini dipergunakan biasanya pada luka yang memiliki jarak 31

kedua permukaan pinggir luka yang cukup jauh, sehingga dipergunakana sebagai initial suture untuk mendekatkan dua permukaan pinggir luka. Teknik suture ini juga cukup efektif dalam memegang permukaan kulit luka yang rapuh seperti kulit pada orang tua dan orang yang mendapatkan pengobatan steroid dalam jangka waktu lama. Corner Stitch Variasi dari teknik horizontal mattress suture dan half-buried horizontal mattress suture, atau disebut juga corner stitch, banyak dipergunakan dalam menutup luka di klinik–klinik. Teknik suture corner stitch dipergunakan untuk mendekatkan pinggir luka yang membentu sudut tanpa menghilangkan atau mengurangi suplai darah ke permukaan kulit tersebut. Jahitan yang dikubur (buried) Seluruh jahitan berada dibawah lapisan epidermal kulit.

Bisa dilakukan dengan

menggunakan jahitan tidak terputus atau tidak terputus dan tidak diangkat setelah operasi.

Gambar . Teknik Buried Stitch Jahitan pure-string Merupakan jahitan tidak terputus pada sekitar lumen yang dikencangkan seperti tali celana untuk membalikan bagian yang terbuka. Contohnya seperti pada apendektomi.

Gambar . Teknik Pure-String

Jahitan Subkutikuler 32

Adalah jahitan yang tidak terputus pada jaringan subkutan di bawah lapisan epitel. Jalurnya searah atau paralel dengan luka. Jahitan dilakukan pendek-pendek, dibagian lateral sepanjang luka. Setelah jahitan selesai dilakukan, kedua ujung tali diikat.

Gambar . Teknik Subkutikuler JAHITAN SEKUNDER Tujuan jahitan sekunder adalah untuk: 

Memperkuat jahitan primer



Menghilangkan dead space



Mencegah akumulasi cairan pada luka abdominal selama proses penyembuhan.



Untuk penutupan luka sekunder karena kerusakan jahitan pada masa penyembuhan.



Umumnya digunakan benang tidak diserap.

Terdiri dari : 1. Jahitan sambung menyambung (through and through) Yaitu jahitan yang dilakukan dari dalam ruang peritoneal melewati semua lapisan dinding abdomen termasuk peritoneum. 2. Jahitan buried coaptation Yaitu jahitan yang digunakan untuk menutup peritoneum. Memakai jahitan terputus (interrupted), dengan cara menembus lapisan fascia hingga lapisan kulit. Prinsip – Prinsip Dalam Membuat Simpul Ikatan 1. Kuat dan tidak mudah lepas, sederhana 2. Ikatan sekecil mungkin, ujung dipotong sependek mungkin 33

3. Tidak boleh ada gesekan antara untaian benang à melemahkan jahitan 4. Tidak boleh ada kerusakan materi jahitan 5. Tidak boleh terdapat tarikan yang berlebihan 6. Jangan menjahit terlalu kuat 7. Pertahankan tarikan pada satu ujung benang setelah ikatan pertama supaya lilitan tidak longgar pada jahitan tidak terputus 8. Buat lilitan akhir sehorizontal mungkin 9. Jangan ragu–ragu merubah posisi pasien supaya letak simpul aman dan rata Pengangkatan jahitan Pengangkatan jahitan antara lain disesuaikan dengan daerah luka, kondisi luka, usia luka, jenis benang yang digunakan, jenis tehnik jahitan. Jahitan mungkin ditinggalkan terutama bila digunakan benang yang diserap. Pengangkatan dilakukan pada jahitan kulit. Benang mungkin diangkat sekaligus atau berselang-seling dengan selang waktu1 – 3 hari. Tabel . Suggested Removal Times for Interrupted Skin Sutures Area Face Neck Scalp Upper extremity Trunk Extensor surface hands

Removal time (days) 3 to 5 5 to 8 7 to 9 8 to 14 10 to 14 14

Daftar Pustaka

34

1. Edwin A. Deitch, Tools of the Trade and Rules of the Road, A Surgical Guide. Lippincott – Raven, USA 1997. 2. Ethicon Suture, Wound Closure Manual. Johnson& Johnson, USA 3. Zederfeldt H & Hunt T. Wound Closure- Materials And Techniques, David And Geck, USA 1990 4. Skinner, I : Basic Surgical Skill Manual Chapter 3; Suture Material and Surgical Needle. Mc Graw Hill Book Co. Australia. 2000 5. Skinner, I : Basic Surgical Skill Manual Chapter 4; Basic Surgical Skill . Mc Graw Hill Book Co. Australia. 2000 6. http://www.npcentral.net/talks/basic.suturing.doc 7. http://en.wikipedia.org/wiki/Surgical_staple#cite_ref-0 8. Surgery Today, Volume 34, Number 2 / February, 2004 9. Non-suture methods of vascular anastomosis, British Journal of Surgery, 19 Feb 2003: Volume 90, Issue 3, Pages 261 - 271 10. Circular vascular stapling in coronary surgery, Konstantinov, Annals of Thoracic Surgery, 2004; 78: 369-373 11. History of United States Surgical Corporation Stapled versus Sutured Gastrointestinal Anastomoses in the Trauma Patient: A Multicenter Trial, Journal of Trauma-Injury Infection & Critical Care. 51(6):1054-1061, December 2001.

35

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF