Dengue Fever
July 20, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Dengue Fever...
Description
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2019
UNIVERSITAS HALU OLEO
DEMAM DENGUE
Oleh: Muhammad Hilmy K1A1 14 028
Pembimbing dr. Miniartiningsih Sam, Sp.A., M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019
BAB I LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. A Tanggal Lahir
: 25 Desember 2019
Umur
: 9 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
BB
: 25 kg
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kartika, Mandonga
B. ANAMNESIS Keluhan utama Anamnesis terpimpin
: Demam :
Seorang OS laki-laki tahun datang dengan keluhan demam yang dirasakan 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan tiba-tiba dan terus menerus hingga di RS. Menggigil (-), nyeri kepala dirasakan sejak 4 hari yang yang lalu sebelum masuk rumah rumah sakit, Mual dirasakan 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, Muntah (-), nyeri uluhati (-), ibu pasien menggatakan tampak bintik-bintik kemeraan pada lengan dan tungkai yang dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Perdarahan gusi (-), m mimisan imisan (-),Nafsu makan makan menurun, pasien belum BAB sejak 1 hari saat masuk rumah sakit, BAK (+) warna kuning kuning jernih, nyeri saat kencing (-). Riwayat keluhan demam yang sama sebelumnya (-) Riwayat minum obat sanmol tetapi tidak ada perubahan, Riwayat keluarga dan tetangga tidak ada yang sedang demam.. a. Riwayat imunisasi : imunisasi dasar lengkap b. Riwayat kelahiran: lahir cukup bulan, di rumah sakit, partus normal, langsung menangis c. Riwayat tumbuh kembang : Berbalik : 4 bulan, Gigi pertama : 6 bulan, Duduk : 9 bulan, Berdiri : 9 bulan, Jalan sendiri : 1 tahun. 1
C. PEMERIKSAAN FISIK KU
: Sakit sedang/Composmentis
Gizi Baik :
Pucat
BB/TB = P85-P90 ( Baik) : (-) Sianosis : (-)
Ikterus
: (-)
Antropometri
Tonus : Baik
Turgor : Baik
Kg │ TB : 120 cm │ LILA : 17 cm│LK : 59cm │LD : 57 cm │LP : 54,5 cm : BB : 25
Tanda Vital TD
: 110/70 mmHg
P
: 42x/menit
N
: 130x/menit
S
: 38,70C
Kepala
: Normocephal
Muka Rambut
: Simetris kanan dan kiri : Berwarna hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : menutup Telinga
:Otorhea (-), perdarahan (-)
Mata
: Konjungtiva anemis (-) │Sklera ikterik (-)
Hidung
: Rinorhea (-)│epistaksis (-)
Bibir
: Sianosis(-), kering (+),perdarahan (-)
Lidah
: Kotor (-) | Tremor (-) | Hiperemis (-)
Sel Mulut : Stomatitis (-) Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-) kaku kuduk (-) Bentuk dada : Simetris Kiri dan Kanan Paru
:
PP
: simetris kiri dan kanan │ retraksi (-)│Peteki (-)
PR
: Massa (-) | Nyeri Tekan (-)
PK
: Sonor kedua lapangan paru
PD
: Vesikuler +/+ │Rhonki -/- │ Wheezing -/-
Jantung PP
: Ictus cordis tidak tampak 2
PR
: Ictus cordis teraba
PK
: Pekak
PD
: BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Batas kiri Batas kanan
: ICS V Linea midclavicularis (S) : ICS IV Linea parasternalis (D)
Irama : BJ I/II regular Souffle : Thrill : Abdomen PP
: cembung, ikut gerak nafas, tampak peteki
PD
: peristaltik (+) kesan normal
PK
: Timpani (+) seluruh abdomen
PR
: Asites (-), Nyeri tekan (+) epigastrium
Kulit
: kering (-), Peteki (+) lengan dan tungkai
Gigi
: 1221 1221 1221
-
Caries: (-)
1221
Tenggorok
: Hiperremis (-)
Tonsil
: T1/T1 Hiperremis (-)
Limpa
: Tidak teraba
Hati
: Tidak teraba
Konsistensi
: (-)
Pinggir : (-)
Permukaan
: (-)
Nyeri tekan : (-)
KelenjarLimfe
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Alat kelamin
: Edema (-)
AnggotaGerak
: Edema pretibial (-) pitting (-)
Tasbeh
: (-)
Col. Vertebralis
: spondilitis (-) skoliosis (-) 3
KPR
: +/+
APR
: +/+
Refleks Patologis
: bruzinski I- IV (-), babinski (-), Chaddok (-), Openheim (-)
Kaku kuduk
: (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. DARAH RUTIN (27/09/2019) Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
3,5 x 103/uL
4.00 – 10.0 10.0
RBC
5,39 x 106/uL
4.00 – 6.00 6.00
HGB
13,6 g/dl
12.0 – 16.00 16.00
HCT
41,9 %
37,0 - 48,0
PLT
122 x103/Ul
150-400
2. DARAH RUTIN (29/09/2019) Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
4,2 x 103/uL
4.00 – 10.0 10.0
RBC
5,53 x 106/uL
4.00 – 6.00 6.00
HGB
13,1 g/dl
12.0 – 16.00 16.00
HCT
40,7 %
37,0 - 48,0
PLT
73 x103/Ul
150-400
E. DIAGNOSA KERJA Demam Dengue
F. ANJURAN PEMERIKSAAN : 1. Darah Rutin 2. IgM, IgG anti dengue 3. Foto Thoraks LDKA
4
G. RESUME Seorang OS laki-laki tahun datang dengan keluhan demam yang dialami 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan tiba-tiba dan terus menerus hingga di RS. RS. nyeri nyeri kepala dirasakan sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, Mual dirasakan 4 hari hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien menggatakan tampak bintik-bintik kemerahan pada lengan dan tungkai yang dirasakaan dirasakaan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nafsu Nafsu makan menurun, pasien belum BAB sejak 1 hari saat masuk rumah sakit, BAK (+) warna kuning kuning jernih, Riwayat minum obat sanmol tetapi tidak ada perubaha, Riwayat keluarga dan tetangga tidak ada yang sedang demam.. a. Riwayat imunisasi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Hib,Campak. b. Riwayat kelahiran: lahir cukup bulan, di rumah sakit, partus normal, langsung menangis c. Riwayat tumbuh kembang : Berbalik : 4 bulan, Gigi pertama : 6 bulan, Duduk : 9 bulan, Berdiri : 9 bulan, Jalan sendiri : 1 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesan sakit sedang se dang dengan tanda-tanda vital TD : 110/70, P: 42x/menit, N : 130x/menit, S: 38,70C. Tampak lemas sakit sedang Hidung : perdarahan (-), Telinga : perdarahan (-), Mulut : bibir kering (+), perdarahan gusi (-),Nyeri tekan (+) epigastrium, kulit tampak peteki pada lengan dan tungkai, CRT 38,5) - Ranitidine 25 mg/ 8J/IV - Obs KU dan TTV
5
I. FOLLOW UP
Tanggal 27/09/2019
Keluhan S: Demam (+), nyeri kepala
Instruksi Dokter - IVFD RL 40 tpm ( 5
(+) ,menggigil (-), Mual (+), Muntah (-) BAB/BAK baik O: BB : 25 kg
cc/kgbb/jam) - INF Paracetamol 250 mg /6J/IV (K/P demam >38,5)
TD : 110/80
- Ranitidine 25 mg/ 8J/IV
N : 100x/m P : 24 x/m S : 38,7°C
- Obs KU dan TTV
Mata : Konjungtiva anemis (-
) │Sklera ikterik (-)
Hidung
:
Rinorhea
(-
)│epistaksis (-) Bibir :
Sianosis(-),
kering
(+),perdarahan (-)
Paru :Vesikuler +/+ │Rhonki
-/- │
Abd
Wheezing -/:
tampak
peteki
,
peristaltik (+) kesan normal NT (+) epigastrium
28/09/2019
A:Demam Dengue S: Demam (+), nyeri kepala (+),menggigil (-), Mual (+), Muntah (-) BAB/BAK baik O: BB : 25 kg TD : 100/80
N
: 84x/m
- IVFD RL 24 tpm ( 3 cc/kgbb/jam) - INF Paracetamol 250 mg /6J/IV (K/P demam >38,5) - Ranitidine 25 mg/ 8J/IV
-
Obs KU dan TTV 6
P : 24 x/m S : 37,6°C Mata : Konjungtiva anemis (-
) │Sklera ikterik (-)
Hidung
:
Rinorhea
(-
)│epistaksis (-) Bibir :
Sianosis(-),
kering
(+),perdarahan (-)
Paru :Vesikuler +/+ │Rhonki
-/- │
Wheezing -/-
Abd
:
tampak
peteki
,
peristaltik (+) kesan normal
29/09/2019
A:Demam Dengue S: Demam (-), nyeri kepala (+) Nyeri menelan (+) (+) ,menggigil (-), Mual (+), Muntah (-) BAB/BAK baik O: BB : 25 kg
- IVFD RL 24 tpm ( 3 cc/kgbb/jam) - INF Paracetamol 250 mg /6J/IV (K/P demam >38,5) - Ranitidine 25 mg/ 8J/IV
TD : 90/60
- Cek Darah Rutin
N : 92x/m P : 24 x/m S : 36,6°C
- Obs KU dan TTV
Mata : Konjungtiva anemis (-
) │Sklera ikterik (-)
Hidung
:
Rinorhea
(-
)│epistaksis (-) Bibir :
Sianosis(-),
kering
(+),perdarahan (-)
7
Paru :Vesikuler +/+ │Rhonki
-/- │
Wheezing -/-
Abd
:
tampak
peteki
,
peristaltik (+) kesan normal
30/09/2019
A:Demam Dengue S: Demam (-), nyeri kepala (-) Nyeri menelan (-) ,menggigil ,menggigil (-), Mual (+), Muntah (-) BAB/BAK baik O: BB : 25 kg
- AFF INF - BPl - Obat Pulang - Paracetamol 3x250 mg PRN Demam >38,5
TD : 90/60
N : 92x/m P : 24 x/m S : 36,9°C Mata : Konjungtiva anemis (-
) │Sklera ikterik (-)
Hidung
:
Rinorhea
(-
)│epistaksis (-) Bibir :
Sianosis(-),
kering
(+),perdarahan (-)
Paru :Vesikuler +/+ │Rhonki
-/- │
Abd
Wheezing -/:
tampak
peteki
,
peristaltik (+) kesan normal Shifting Dulnes (+)
A:DHF Grade II
8
BAB II PEMBAHASAN A. PENDAHULUAN
Demam dengue adalah penyakit virus yang ditularkan melalui arthropoda yang paling penting bagi kesehatan masyarakat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa lebih dari 2,5 miliar orang berisiko terkena infeksi dengue. Sebagian besar akan mengalami infeksi tanpa gejala. Manifestasi penyakit berkisar dari penyakit influenza-like influenza-like yang yang dikenal sebagai demam dengue (Dengue Fever) hingga penyakit berat yang terkadang fatal yang ditandai dengan perdarahan dan syok, yang dikenal sebagai demam berdarah dengue/sindrom dengue/sindrom syok dengue dengue ( Dengue Dengue Hemorrhagic Fever / Dengue Shock Syndrome), Syndrome), yang terus meningkat 1. Virus dengue termasuk genus Flavivirus Flavivirus,, famili Flaviridae. Flaviridae. Ada 4 jenis serotype virus dengue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN,3 dan DEN-4. Semua serotype tersebut dapat menyebabkan demam dengue dan demam berdarah dengue2. Virus ini ditemukan hampir di seluruh daerah tropis dan menyebabkan sekitar 50-100 juta penyakit setiap tahun, termasuk 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue — manifestasi manifestasi parah demam dengue — dan dan 24.000 kematian. Lebih dari dua perlima populasi dunia (2,5 miliar) tinggal t inggal di daerahdaerah yang berpotensi mengalami demam dengue1.
9
B. DEFINISI
Dengue adalah penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang paling umum pada manusia. Ini disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DEN1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4), dari genus Flavivirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes nyamuk Aedes aegypti1. C. EPIDEMIOLOGI
Sebagian besar penderita demam dengue sembuh tanpa masalah yang berkelanjutan. Tingkat kematian di antara mereka yang menderita penyakit parah adalah 1% -5% dan mungkin kurang dari 1% dengan pengobatan yang memadai; Namun, tingkat kematian di antara mereka yang syok bisa mencapai 26% jika pengobatan tidak memadai. Demam dengue endemik di lebih dari 110 negara. Gambar 1 menunjukkan distribusi pada tahun 2006, dengan wilayah merah menunjukkan Aedes menunjukkan Aedes aegypti dengan aegypti dengan epidemi dengue, dan biru menunjukkan Aedes menunjukkan Aedes aegypti tanpa aegypti tanpa epidemi dengue. Perkiraan saat ini berkisar antara 50 juta hingga 528 juta orang yang terinfeksi setiap tahun, yang menyebabkan setengah juta orang masuk rumah sakit dan sekitar 25.000 kematian5.
Keterangan : Daerah epidemik Dengue Daerah tanpa epidemik Dengue
Gambar 1. Distribusi global dengue pada tahun 2006 (Heilman et all, 2014)
10
Infeksi paling umum didapat di lingkungan perkotaan. Dalam beberapa dekade terakhir, perluasan desa, kota, dan kota di daerah endemik dan mobilitas orang yang meningkat telah meningkatkan jumlah epidemi dan beredar serotipe demam dengue. Demam dengue, yang dulunya terbatas di Asia Tenggara, sekarang menyebar ke Cina selatan, serta negara-negara di Samudra Pasifik, Afrika, dan Amerika. Ini juga bisa menjadi ancaman bagi Eropa.15 Selama periode 2000 hingga 2009, negara-negara di Asia Tenggara diperkirakan memiliki sekitar 3 juta infeksi dan 6000 kematian setiap tahunnya. Demam dengue telah dilaporkan di setidaknya 22 negara di Afrika, tetapi kemungkinan ada di sebagian besar negara Afrika, dengan 20% dari populasi benua terancam5. D. ETIOLOGI
Ada empat serotipe virus dengue, yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Mereka termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae (yang jenis virusnya adalah demam kuning), yang mengandung sekitar 70 virus. Flavivirus relatif kecil (40-50 mm) dan bulat dengan selaput pelindung terdiri dari lipid. Genom flavivirus memiliki panjang sekitar 11.000 basa dan terdiri dari tiga protein struktural dan tujuh protein nonstruktural. Ada tiga kompleks utama dalam keluarga ini
— virus
ensefalitis tick-borne ensefalitis tick-borne,, virus Japanese
ensefalitis,, dan virus dengue. Semua flavivirus memiliki epitop kelompok ensefalitis umum pada protein selaput pembungkus yang menghasilkan reaksi silang yang luas dalam tes serologis. Ini membuat diagnosis serologis tegas dari flavivirus menjadi sulit. Ini terutama benar di antara empat vir virus us dengue. Infeksi dengan
11
satu serotipe demam dengue memberikan kekebalan seumur hidup terhadap virus itu, tetapi tidak ada kekebalan lintas protektif terhadap serotipe lainnya. Dengan demikian, orang yang tinggal di daerah dengue endemik dapat terinfeksi dengan tiga, dan mungkin empat, serotipe demam dengue selama masa hidup mereka6. E. PATOGENESIS
Virus Dengue yang masuk kedalam tubuh akan beredar dalam sirkulasi darah dan akan ditangkap oleh makrofag ( Antigen Presenting Cell ). ). Viremia akan terjadi sejak 2 hari sebelum timbul gejala hingga setelah lima hari terjadinya demam. Antigen yang menempel pada makrofag akan mengaktifasi sel T- Helper dan menarik makrofag lainnya untuk menangkap lebih banyak virus. Sedangkan sel T-Helper akan mengaktifasi sel T Sitotoksik yang akan melisis makrofag7. Telah dikenali tiga jenis antibodi yaitu antibody netralisasi, antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses ini akan diikuti dengan dilepaskannya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, nyeri otot, dan gejala lainnya. Juga bisa terjadi aggregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia ringan. Demam tinggi (hiperthermia) merupakan manifestasi klinik yang utama pada penderita infeksi virus dengue sebagai respon fisiologis terhadap mediator yang muncul7. Sel penjamu yang muncul dan beredar dalam sirkulasi merangsang terjadinya panas. Faktor panas yang dimunculkan adalah jenis-jenis sitokin yang memicu panas seperti TNF- α,
IL-1, IL-6, dan sebaliknya sitokon yang
12
meredam panas adalah TGF-β,
dan IL-10. Beredarnya virus di dalam plasma
bisa merupakan partikel virus yang bebas atau berada dalam sel platelet, limfosit, monosit, tetapi tidak di dalam eritrosit 7. Banyaknya partikel virus yang merupakan kompleks imun yang terkait dengan sel ini menyebabkan viremia pada infeksi virus Dengue sukar dibersihkan. Antibodi yang dihasilkan pada infeksi virus dengue merupakan non netralisasi antibodi yang dipelajari dari hasil studi menggunakan stok kulit virus C6/C36, viro sel nyamuk dan preparat virus yang asli 7. Respon innate immune terhadap infeksi virus Dengue meliputi dua komponen yang berperan penting di periode sebelum gejala infeksi yaitu antibodi IgM dan platelet. Antibodi alami IgM dibuat oleh CD5+ B sel, bersifat tidak spesifik dan memiliki struktur molekul mutimerix. Molekul hexamer IgM berjumlah lebih sedikit dibandingkan dibandingkan molekul pentameric IgM IgM namun namun hexamer IgM lebih efisien dalam mengaktivasi komplemen7.
Antigen Dengue dapat dideteksi di lebih dari 50% “Complex Circulating Imun”. Kompleks imun IgM tersebut selalu ditemukan di dalam dinding darah dibawah kulit atau di bercak merah kulit penderita dengue. Oleh karenanya dalam penentuan virus dengue level IgM merupakan hal yang spesifik 7.
13
F. SKEMA BATASAN KLASIFIKASI WHO DAN DEFINISI KASUS
Gambar 2. Klasifikasi WHO untuk infeksi dengue simptomatik (Deen, LJ., Harris, E., Wills, B., et all. 2006)
Skema WHO mengklasifikasikan infeksi virus dengue bergejala menjadi tiga kategori; demam tidak berdiferensiasi, demam dengue, dan DBD. Demam dengue didefinisikan secara klinis sebagai penyakit demam akut dengan dua atau lebih manifestasi (sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan, atau leukopenia) dan kejadian di lokasi dan waktu yang sama dengan kasus demam dengue lainnya yang terkonfirmasi. Suatu kasus harus memenuhi keempat kriteria berikut untuk didefinisikan sebagai DBD: demam atau riwayat demam yang berlangsung 2-7 hari; kecenderungan perdarahan yang ditunjukkan oleh tes tourniquet positif atau perdarahan spontan; trombositopenia (jumlah trombosit 100x109/L atau kurang); dan bukti kebocoran plasma ditunjukkan oleh hemokonsentrasi dengan perubahan substansial dalam pengukuran serial volume sel yang dikemas, atau oleh pengembangan efusi atau asites asit es pleura, atau keduanya4. DBD diklasifikasikan lebih lanjut menjadi empat tingkat keparahan sesuai dengan ada atau tidak adanya perdarahan spontan dan keparahan kebocoran plasma. Istilah sindrom dengue shock (DSS) ( DSS) mengacu pada DBD 14
III dan IV, di mana syok hadir serta keempat kriteria definisi DBD. Syok sedang, diidentifikasi dengan penyempitan tekanan nadi atau hipotensi untuk usia, terdapat pada DBD tingkat III, sedangkan syok berat tanpa denyut nadi atau tekanan darah ada pada DBD tingkat IV 4. G. MANIFESTAS MANIFESTASII KLINIS
Dalam beberapa hari pertama penyakit demam dengue, sebagian besar pasien datang dengan penyakit demam akut dengan tanda dan gejala tidak spesifik: sakit kepala, malaise, mual / muntah, sakit perut, dan kadang-kadang ruam. Nyeri retro-orbital, mialgia dan artralgia kebanyakan ditemukan pada pasien DF (Dengue Fever), tetapi beberapa DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) / DSS (Dengue Shock Syndrome) mungkin juga memiliki gejala-gejala ini. Manifestasi perdarahan yang paling umum adalah petekie dan gejala perdarahan lainnya (epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hipermenore, hemoglobinuria) yang membantu mengidentifikasi dugaan demam dengue awal tetapi sering terlewatkan oleh dokter / perawat di rawat jalan atau unit perawatan primer yang sibuk. Tes Tourniquet adalah metode sederhana yang membantu dalam diagnosis dini infeksi dengue8. Tes tourniquet standar, teknik Winthrobe, melibatkan peningkatan tekanan darah hingga pertengahan antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima menit. Kemudian lepaskan tekanan dan tunggu sekitar satu menit atau sampai sirkulasi kembali normal. Baca hasilnya. Tes positif adala h ≥ 10 petechiae/mm p etechiae/mm3 (Gambar 3). Teknik Daisy untuk tes tourniquet lebih mudah dan dapat digunakan pada anak-anak > 5 tahun dan orang dewasa. Dalam teknik ini,
15
tekanan diterapkan ke 80 mmHg selama lima menit dan kemudian dilepaskan dan hasilnya dibaca seperti pada teknik Winthrobe8. Menurut definisi kasus WHO 2011, infeksi dengue diduga pada pasien dengan demam tinggi dan dua tanda atau gejala berikut8:
Gambar 3. Tes tourniquet positif (Kalayanarooj, S. 2011).
1. Sakit kepala 2. Nyeri retro-orbital 3. Mialgia 4. Arthralgia / nyeri tulang 5. Ruam 6. Manifestasi
perdarahan:
petekie,
epistaksis,
perdarahan
gusi,
hematemesis, melena, atau tes tourniquet positif. 7.
Leukopenia Leukopen ia (WBC ≤ 5.000 sel / mm3)
8.
Jumlah trombosit ≤ 150.000 sel / mm3
9. Hematokrit (Hct) naik 5-10%.
16
H. DIAGNOSIS BANDING Tabel 1.Diagnosis Banding Demam Dengue (9). Penyakit Gejala yang membedakan
1. Ruam
Rubella
makulopapular,
Tes yang membedakan
1. Serologi (antirubella
yang biasanya dimulai
IgM
pada
dan
positif.
menyebar dari kepala ke
2. Kultur
wajah
kaki.
atau
IgG):
virus
atau
reverse
2. Limfadenopati.
transcription-
3. Arthralgia.
polymerase
4. Konjungtivitis.
reaction (RT-PCR):
chain
mungkin positif. Infeksi
virus
chikungunya
1. Poliartritis dan carpal tunnel syndrome sering
Serologi
untuk
chikungunya : positif
terjadi. 2. Tidak
adanya
kecenderungan perdarahan
dan
kegagalan sirkulasi. Penyakit Meningococcal
1. Nyeri
leher
dan/atau
kekakuan. 2. Fotopobia.
Kultur
darah:
untuk
positif
Neisseria
meningitides.. meningitides
3. Perubahan kesadaran.
17
4. Kejang.
I. DIAGNOSIS Anamnesis
Demam dengue harus dicurigai pada setiap pasien yang tinggal di negaranegara di mana infeksi adalah endemik dan pada mereka yang bepergian di daerah tersebut dalam dua minggu terakhir. Timbulnya gejala setelah masa inkubasi biasanya tiba-tiba. Demam merupakan ciri khas infeksi dan sering timbul secara tiba-tiba dengan lonjakan tinggi 39,4-40,5°C. Ini mungkin juga biphasic dan memiliki pola remittent atau kelas rendah, dan umumnya berlangsung selama lima hingga hingga tujuh hari. Pada anak-anak kecil demam demam dapat menyebabkan kejang demam atau delirium. Pasien dengan penurunan suhu badan cepat mungkin memasuki fase kritis infeksi10. Nyeri terutama sakit punggung, artralgia, artral gia, mialgia, dan nyeri tulang, sering terjadi. Sakit kepala juga tipikal infeksi dan umumnya konstan dan menuju bagian depan kepala. Ini membaik dalam beberapa hari. Nyeri retro-orbital yang parah pada gerakan mata atau dengan sedikit tekanan pada bola mata juga biasa terjadi10. Gejala
gastrointestinal
(misalnya,
anoreksia,
mual
atau
muntah,
ketidaknyamanan atau nyeri epigastrium), kelesuan atau gelisah, kolaps, atau pusing mungkin juga ada. Pasien sering melaporkan kurang nafsu makan atau perubahan sensasi rasa. Gejala gastrointestinal, kelemahan, dan pusing mungkin lebih terlihat pada demam berdarah dengue. Gejala saluran 18
pernapasan atas (misalnya, batuk, radang tenggorokan) biasanya tidak ada, meskipun mereka biasanya terjadi pada infeksi ringan 10. Pemeriksaan Fisis
Ruam makulopapular berkembang dari seluruh tubuh, biasanya pada hari ha ri ke 3 atau ke 4 demam. Ruam memudar seiring waktu, dan selama fase pemulihan muncul sebagai area pucat 10. Tanda-tanda hemoragik meliputi petekie, purpura, atau tes torniket positif. Lebih banyak perdarahan mayor dapat bermanifestasi sebagai epistaksis, perdarahan gingiva, hematemesis, melaena, perdarahan vagina (pada wanita usia subur), atau perdarahan dari tempat venepuncture venepuncture.. Tanda-tanda ini dapat terjadi dengan demam dengue atau demam berdarah dengue . Hepatomegali mungkin ada. Bukti klinis adanya kebocoran plasma adalah asites atau efusi pleura10. Kolaps sirkulasi (yaitu, kulit dingin berkeringat, denyut nadi cepat dan lemah dengan penyempitan tekanan nadi 20 mm Hg, waktu pengisian kapiler kapiler lebih dari tiga detik, berkurangnya output urin) menunjukkan adanya syok dan mendukung diagnosis sindrom syok dengue10. Fase Infeksi
Infeksi dengue memiliki tiga fase yang berbeda: febril, kritis, dan penyembuhan. Fase febril ditandai dengan demam tinggi dan dehidrasi yang tiba-tiba yang dapat berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Fase kritis (tabel 2) ditandai dengan kebocoran plasma, perdarahan, syok, dan kerusakan
19
organ dan berlangsung sekitar 24 hingga 48 jam. Biasanya dimulai sekitar waktu penangguhan (ini tidak selalu terjadi), biasanya hari 3 sampai 7 infeksi. Pasien dengan demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue melewati ketiga tahap. Fase kritis dilewati pada pasien dengan demam dengue10. Tabel 2. Tanda peringatan fase kritis (10). Tanda-tanda peringatan peringatan akan datangnya fase kritis infeksi
Nyeri perut atau nyeri tekan Muntah yang persisten Akumulasi cairan klinis (misalnya, asites, efusi pleura) Pendarahan mukosa Kelesuan atau gelisah Pembesaran hati> 2 cm Peningkatan hematokrit dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Tes Serologis
a. Tes Hematologi Nilai trombosit dan hematokrit umumnya diukur selama tahap akut infeksi dengue. Ini harus dilakukan dengan hati-hati menggunakan protokol standar, reagen dan peralatan11.
20
Penurunan jumlah trombosit di bawah 100.000 per μL dapat diamati pada demam dengue tetapi itu adalah fitur konstan demam berdarah dengue. Trombositopenia biasanya diamati pada periode antara hari ke-3 dan hari ke-8 setelah timbulnya penyakit 11. Hemokonsentrasi,
seperti
yang
diperkirakan
oleh
peningkatan
hematokrit 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai-nilai penyembuhan, menunjukkan hipovolemia karena permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma11. b. MAC-ELISA Untuk IgM antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay assay (MAC-ELISA) total IgM dalam serum pasien ditangkap oleh antibodi spesifik rantai anti-μ
(khusus untuk IgM manusia) yang dilapisi ke
lempeng mikro. Antigen spesifik dengue, dari satu hingga empat serotipe (DEN-1,-2,-3, dan-4), terikat pada antibodi IgM anti-dengue yang ditangkap dan dideteksi oleh antibodi dengue monoklonal atau poliklonal secara langsung atau tidak t idak langsung terkonjugasi dengan enzim yang akan mengubah substrat yang tidak berwarna menjadi produk berwarna. Kepadatan optik diukur dengan spektrofotometer 11.
21
Gambar 4. Prinsip tes MAC-ELISA (WHO, 2009)
c. IgG ELISA IgG ELISA digunakan untuk mendeteksi infeksi dengue terbaru atau sebelumnya (jika serum pasangan dikumpulkan dalam kerangka waktu yang benar). Pengujian ini menggunakan antigen yang sama dengan MAC-ELISA. Penggunaan E/M-capture IgG ELISA (GAC) spesifik memungkinkan deteksi antibodi IgG selama 10 bulan setelah infeksi. Antibodi IgG seumur hidup yang diukur dengan E/M tidak langsung berlapis IgG ELISA tidak langsung antigen, antigen, tetapi peningkatan empat kali lipat atau lebih besar dalam antibodi IgG dalam serum berpasangan akut dan konvalesen dapat digunakan untuk mendokumentasikan infeksi terbaru.
Hasil
tes
berkorelasi
baik
dengan
uji
penghambatan
hemaglutinasi. ELISA hemaglutinasi. ELISA inhibition method (EIM) (EIM) untuk mendeteksi antibodi dengue IgG juga digunakan untuk diagnosis serologis dan pengawasan kasus demam dengue. Sistem ini didasarkan pada persaingan untuk situs antigen oleh antibodi dengue IgG dalam sampel dan IgG anti-dengue manusia terkonjugasi11. d. IgM/IgG Ratio Rasio IgM/IgG spesifik protein E/M virus dapat digunakan untuk membedakan infeksi primer dengan infeksi virus dengue sekunder. Tangkapan IgM dan Tangkapan IgG ELISA adalah tes yang paling umum untuk tujuan ini. Di beberapa laboratorium, infeksi dengue didefinisikan sebagai primer jika rasio OD IgM/IgG lebih besar dari 1,2 (menggunakan
22
serum pasien pada 1/100 pengenceran) atau 1,4 (menggunakan serum pasien pada pengenceran 1/20). Infeksi ini bersifat sekunder jika rasionya rasi onya kurang dari 1,2 atau 1,4. Algoritma ini juga telah diadopsi oleh beberapa vendor komersial. Namun, rasio dapat bervariasi di antara laboratorium, sehingga menunjukkan perlunya standarisasi kinerja tes yang lebih baik 11. e. Haemagglutination-Inhibition Test Tes haemagglutination-inhibition (HI) (lihat Gambar 4) didasarkan pada kemampuan kemampuan antigen demam dengue dengue untuk menggumpalkan sel darah merah (RBC) dari ganders atau tripsin O RBC manusia. Antibodi antidemam dengue dalam serum dapat menghambat aglutinasi a glutinasi ini dan potensi penghambatan ini diukur dalam tes HI. Sampel serum diobati dengan aseton atau kaolin untuk menghilangkan inhibitor hemaglutinasi yang tidak spesifik, dan kemudian diadsorpsi dengan gander atau RBC manusia tipe O yang di-trimin untuk menghilangkan aglutinin yang tidak spesifik. Setiap batch antigen dan RBC dioptimalkan. pH optima dari masingmasing hemaglutinin dengue membutuhkan penggunaan beberapa buffer pH yang berbeda untuk setiap serotipe. Secara optimal tes HI membutuhkan serum berpasangan yang diperoleh saat masuk rumah sakit (akut) dan kepulangan (konvalesen) atau serum berpasangan dengan interval lebih dari tujuh hari. Pengujian tidak membedakan antara infeksi oleh fl avivirus yang terkait erat (misalnya antara virus dengue dan virus Japanese
ensefalitis
atau
virus
West
Nile)
atau
antara
isotipe
imunoglobulin. Respon terhadap infeksi primer ditandai oleh rendahnya
23
tingkat antibodi dalam serum fase akut yang diambil sebelum hari ke 5 dan peningkatan titer antibodi HI lambat setelahnya. Selama infeksi dengue
sekunder, titer antibodi HI meningkat dengan cepat, biasanya melebihi 1:1280. Nilai-nilai di bawah ini umumnya diamati dalam serum pemulihan dari pasien dengan respons primer 11.
Gambar 5. Uji penghambatan hemaglutinasi (WHO, 2009)
5. Deteksi asam nukleat
Semua tes deteksi asam nukleat melibatkan tiga langkah dasar: ekstraksi dan pemurnian asam nukleat, amplifikasi asam nukleat, dan deteksi serta karakterisasi produk yang diperkuat. Ekstraksi dan pemurnian RNA virus dari spesimen dapat dilakukan dengan metode pemisahan fase cair tradisional (misalnya fenol, kloroform) tetapi telah secara bertahap digantikan oleh kit komersial berbasis silika (manik-manik atau kolom) yang lebih mudah direproduksi dan lebih cepat, terutama karena mereka dapat diotomatisasi menggunakan sistem robotika. Banyak laboratorium menggunakan uji RT-PCR bersarang, menggunakan primer dengue universal yang menargetkan wilayah C/prM genom untuk langkah transkripsi balik awal dan langkah amplifikasi, diikuti oleh amplifikasi
24
PCR bersarang yang spesifik serotipe. Kombinasi dari empat primer oligonukleotida spesifik serotipe dalam tabung reaksi tunggal t unggal (satu langkah
RT-PCR multipleks) adalah alternatif yang menarik untuk RT-PCR bersarang.
Produk-produk
dari
reaksi-reaksi
ini
dipisahkan
oleh
elektroforesis pada gel agarosa, dan produk amplifikasi divisualisasikan sebagai pita-pita bobot molekul berbeda dalam gel agarosa menggunakan pewarna etidium bromida, dan dibandingkan dengan penanda berat molekul standar. Dalam desain pengujian ini, serotipe demam berdarah diidentifikasi oleh ukuran pita mereka. 6. Isolasi Virus
Kultur sel adalah metode yang paling banyak digunakan untuk isolasi virus dengue. Garis sel nyamuk C6/36 (diklon dari Ae. Albopictus) Albopictus) atau AP61 (garis sel dari Ae. dari Ae. Pseudoscutellaris) Pseudoscutellaris ) adalah sel inang pilihan untuk isolasi rutin virus dengue. Karena tidak semua virus dengue tipe liar menginduksi efek sitopatik dalam garis sel nyamuk, kultur sel harus diskrining untuk bukti spesifik infeksi dengan uji deteksi antigen imunofluoresensi menggunakan antibodi monoklonal serotipe spesifik dan antibodi monoklonal kelompok flavivirus reaktif atau antibodi kompleksreaktif antibodi kompleks-reaktif. Beberapa kultur sel mamalia, seperti Vero, LLCMK2, dan BHK21, juga dapat digunakan tetapi kurang efisien. Isolasi virus yang diikuti dengan uji imunofluoresensi untuk konfirmasi umumnya memerlukan 1-2 minggu dan hanya mungkin jika spesimen
25
tersebut diangkut dan disimpan dengan baik untuk menjaga kelangsungan hidup virus di dalamnya.
K. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam dengue bersifat simptomatik dan suportif 12 1. Istirahat di tempat tidur disarankan selama fase akut. 2. Gunakan kompres dingin untuk menjaga suhu di bawah 39°C. 3. Antipiretik
dapat
digunakan
untuk
menurunkan
suhu
tubuh.
Aspirin/NSAID seperti Ibuprofen dll harus dihindari karena dapat menyebabkan gastritis, muntah, asidosis dan disfungsi trombosit. Parasetamol pada anak-anak dosis dihitung sesuai 10mg/Kg berat badan per dosis yang dapat diulang pada interval 6 jam. 4. Terapi cairan oral dan elektrolit direkomendasikan untuk pasien dengan keringat atau muntah yang berlebihan. 5. Pasien harus menjalani dimonitor sampai tidak demam selama satu hari tanpa menggunakan antipiretik dan setelah trombosit dan hematokrit stabil, jumlah trombosit > 50.000/cumm. L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang relevan secara klinis berkembang dalam sebagian kecil pasien ini, termasuk sindrom kebocoran vaskular sistemik, s istemik, kelainan koagulasi yang dapat dikaitkan dengan perdarahan, dan keterlibatan organ, biasanya biasan ya hati atau neurologis13. Setelah penelitian multisenter, klasifikasi kasus dengue WHO 2009 sekarang mengidentifikasi individu yang bergejala memiliki demam dengue
26
jika mereka tidak memiliki komplikasi besar, atau memiliki demam dengue berat jika mereka mengalami komplikasi dalam salah satu dari tiga kategori, (1) kebocoran plasma yang cukup parah untuk menyebabkan dengue shock syndrome atau syndrome atau gangguan pernapasan, (2) perdarahan hebat, atau at au (3) kerusakan organ parah13. M. PENCEGAHAN
Karena tidak ada cara pengobatan khusus untuk infeksi dengue karena tidak ada obat atau vaksin yang dikembangkan sampai sekarang, jadi pencegahan adalah satu-satunya pilihan untuk mengendalikan infeksi. 14 Cara terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi adalah dengan mengendalikan nyamuk. Kita bisa melakukan ini dengan banyak cara yang mungkin. Misalnya, dengan mengeringkan wadah penyimpanan air buatan, dengan menggunakan larvicide, lebih baik membuang botol plastik, gelas. Regulator pertumbuhan serangga juga tersedia yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyebaran nyamuk 14. Mengurangi gigitan nyamuk: Jika kita dapat mengatasi kemungkinan gigitan nyamuk dengan cara apa pun, kita dapat mengurangi kemungkinan pengembangan penyakit. Nyamuk-nyamuk ini dapat menggigit siapa saja kapan saja di mana pun, jadi ingatlah hal ini, kita harus menerapkan strategi yang berguna untuk menghindari gigitan nyamuk. Banyak penolak nyamuk dalam bentuk lotion tersedia secara komersial. Tetapi ingatlah hal ini bahwa lotion semacam itu hanya mengusir serangga, mereka tidak membunuh mereka.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sapir, DG., Schimmer, B. 2005. Dengue Fever: New Paradigms For A Changing Epidemiology. Emerging Epidemiology. Emerging Themes in Epidemiology. Epidemiology. 2(1): 1-10. 2. Zilhadia. 2007. Epidemiologi dan Diagnosis Dengue di Indonesia. Majalah Ilmu Kefarmasian. Kefarmasian. 4(3): 111-121. 3. Gibbons, RV., Vaughn DW. 2002. Dengue: an Escalating Problem. BMJ Problem. BMJ . 324: 1563-1566. 4. Deen, LJ., Harris, E., Wills, B., et all. 2006. The WHO Dengue Classification and Defenitions: Time For a Reassessment. Lancet Reassessment. Lancet . 368:170-173 5. Heilman, JM., Wolff, JD., Beards, GM, Basden, BJ. 2014. Dengue Fever: a Wikipedia Clinical Review. Open Medicine. 8(4):105-115 6. Gubler, JD. 1998. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. Clinical Microbiology Reviews. Reviews. 11(3): 480-496. 7. Frans, HE. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya. 8. Kalayanarooj, S. 2011. Clinical Manifestation and Management of Dengue/DHF/DSS. Tropical Medicine and Health. Health. 39(4):83-87. 9. Kularatne,
SAM.
2018.
Dengue
https://online.epocrates.com/u/29351197/Dengue+fever
.
Fever. Diakses
pada
tanggal 12/11/2019. 10. Kularatne, SAM. 2015. Clinical Review: Dengue Fever. BMJ. Fever. BMJ. 351:1-10. 11. WHO. 2009. Dengue: Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. France.
28
12. Ministry of Health & Family Welfare. 2008. Guidelines for Clinical Management of Dengue Fever, Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome. India. 13. Smith, AW., Ooi, EE., Horstick, O., Wills, B. 2019. Dengue. The Lancet . 393:350-363. 14. Jaweria, A., Naeem, F., Malik, M., Javaid, F., Ali, Q., Ahmad, S., Khan, MF., Nasir IA. 2016. Dengue Fever: Causes, Prevention and Recent Advances. Journal of Mosquito Research. 6(29):1-99.
29
View more...
Comments