Data Anemia

June 28, 2019 | Author: Yeng Chuchanmon | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Data Anemia...

Description

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ANEMIA

18:49

KTI kebidanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 262/100.000 Kelahiran Hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, eklampsi, Infeksi dan penyebab tidak langsung yaitu anemia.(www.blogspot.com) Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar  40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa anemia dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur  dan peningkatan gizi. Penyebab anemia ibu hamil didaerah pedesaan adalah malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.(Manuaba, 1998 ) Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) dikutip oleh Herlina dan Djamilus (2008: 1)yang menjadi faktor penyebab anemia dalam kehamilan adalah ketidak tahuan ibu dan faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil. (Herlina dan Djamilus, 2008: 1) Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan ibu hanya sampai sekolah dasar, bahkan ada yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya  pengetahuan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan  pelayanan kesehatan. Pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya anemia.(www.skrpsistikes.wordpress. anemia.(www.skrpsistikes.wordpress.com) com) Maka dari itu faktor umur dan pendidikan ibu mempengaruhi pengambilan keputusan dalam  pemeliharaan kesehatan. (Notoatmodjo,2003). Status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin, salah satu unsur gizi yang penting ketika hamil adalah zat besi. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500mg.(Lubis,2003). Berdasarkan data hasil posyandu di Desa Cerme pada akhir tahun 2009 dari 121 ibu hamil terdapat 30 ibu hamil ( 24 %) yang menderita anemia. Ibu hamil yang menderita anemia berat yaitu 4 orang (3,3%),dan anemia sedang yaitu 9 orang ( 7,4%),anemia ringan yaitu 14 orang (14,05%), sedangkan 91 ibu hamil (75,21%) yang tidak menderita anemia. Melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui “ Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso pada Tahun 2010 “. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : ” Adakah Hubungan antara pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Di Desa Cerme Puskesmas Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Di Desa Cerme puskesmas Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pendidikan ibu hamil Di Desa Cerme puskesmas Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 2. Mengidentifikasi anemia ibu hamil Di Desa Cerme puskesmas Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso 3. Menganalisa Pendidikan Ibu Hamil dan Kejadian Anemia Di Desa Cerme puskesmas Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 1. 4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan  pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah. 2. Bagi Institusi Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian ibu hamil. 3. Bagi masyarakat Masyarakat dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang anemia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pada kehamilan anemia terjadi dikarenakan kurangnya zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil biasanya disebut dengan “potential denger to mother and child” yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu dan anak.( Manuaba,1998) Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan, persalinan dan nifas. Pengaruh anemia saat kehamilan dapat berupa abortus, persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini (KPD). Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa partus lama, gangguan his dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga dapat terjadi retensio plasenta. Pengaruh anemia saat masa nifas salah satunya subinvolusi uteri,  perdarahan post partum, infeksi nifas dan penyembuhan luka perinieum lama. Ariawan (2001) menuturkan bahwa anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar  hemoglobin lebih rendah dari pada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial. Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan  pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses  pembelajaran agar masyarakat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang  berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang  berpendidikan lebih rendah. (Depkes RI, 2002). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi - potensi manusiawi masyarakat baik   potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat  berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,

harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. (pakguruonline.pendidikan.net) Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan berkurangnya lokasi dan untuk pembelian makanan sehari-hari sehingga mengurangi jumlah dan kualitas makanan ibu perhari yang  berdampak pada penurunan status gizi. Gangguan gizi yang umum pada perempuan adalah anemia, karena secara fisiologis mengalami menstruasi tiap bulan. Sumber makanan yang diperlukan untuk mencegah anemia umumnya berasal dari sumber protein yang lebih mahal, dan sulit terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar risiko anemia pada remaja dan ibu hamil serta memperberat risiko kesakitan  pada ibu dan bayi baru lahir. Anemia berperan terhadap tingginya angka kematian ibu hamil dan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Pemerintah berusaha menanggulangi anemia gizi dengan membentuk suatu program yang potensial yakni  pendistribusian tablet Fe, namun prevalensi anemia pada ibu hamil tetap tinggi. Penelitian ini menunjukan bahwa sekitar 53% responden berpendidikan SLTP, 56,7% responden memiliki  pengetahuan yang cukup tentang anemia. (www.reladgrahacendikia.wordpress.com) 2.2 Definisi Anemia Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional, karena dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil biasanya disebut dengan “potential denger to mother and child” yaitu suatu potensial yang membahayakan ibu dan anak.( Manuaba,1998) Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl  pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. Penurunan sedang kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan pada wanita sehat yang tidak  mengalami defisiensi besi atau folat disebabkan oleh penambah volume plasma yang relatif  lebih besar dari pada penambahan masa hemoglobin dan volume sel darah merah. Ketidak  seimbangan antara kecepatan penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada trimester kedua. Istilah anemia fisiologis yang telah lama digunakan untuk menerangkan proses ini kurang tepat dan sayangnya ditinggalkan. Pada kehamilan tahap selanjutnya, ekspansi plasma pada dasarnya berhenti sementara masa hemoglobin terus meningkat. Walaupun sedikit lebih sering dijumpai pada wanita hamil dari kalangan kurang mampu, anemia tidak terbatas hanya pada mereka. Frekuensi anemia selama kehamilan sangat  bervariasi, terutama bergantung pada apakah selama hamil wanita yang bersangkutan mendapat suplemen besi. (www.one.indoskripsi.com). 2.2.1 Kebutuhan zat besi pada wanita hamil Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki – laki karena terjadi menstruasi dengan  perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan  jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran berapa bayak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan sebagai berikut : Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe Untuk darah janin 100 mgr Fe Jumlah 900 mgr Fe Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relative terjadi menimbulkan anemia pada hemodilusi ( pengenceran ) dengan meningkatkan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah  peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka akan terjadi hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10%. Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mgr. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik. 2.2.2 Diagnosis anemia pada kehamilan Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang – kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan Pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Hb (sahli). Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : a. Hb 11 gr% : Tidak anemia  b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang d. Hb < 7 gr% : Anemia berat. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu – ibu hamil di  puskesmas.(manuaba,1998) 2.2.3 Faktor – faktor Anemia Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut : a. Komponen ( bahan ) yang berasal dari makanan terdiri dari : • Protein, glukosa, lemak  • Vitamin B12,B6, Asam folat, dan Vit.C • Elemen dasar: Fe, ion Cu dan Zink   b. Sumber pembentukan darah • Sumsum tulang c. Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan. d. Umur sel darah merah ( eritrosit ) terbatas sekitar 120 hari. Sel – sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru. e. Terjadinya perdarahan kronik ( menahun). • Gangguan menstruasi • Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks. • Parasit dalam usus : askariasis, ankilostomiasis, taenia. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, anemia dapat digolongkan menjadi: 1. Anemia defiensi besi ( kekurangna zat besi ) 2. Anemia megaloblastik ( kekurangan vitamin B12) 3. Anemia hemolitik ( pemecahan sel – sel darah lebih cepat dari pembentukan) 4. Anemia hipoplastik ( gangguan pembentukan sel – sel darah ) ( manuaba, 1998) 2.2.4 Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan

Terdapat banyak jenis anemia dengan penyebab yang berbeda: Pembagian Anemia Dalam Kehamilan 1. Anemia defisiensi besi Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari  badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg. Tanda dan gejala: • Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, dan mudah patah • Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis,  pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulut Ciri-ciri anemia defisiensi besi • mikrositosis • hipokromasia • anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer  dan normokrom • kadar besi serum rendah • daya ikat besi serum meningkat • protoporfirin meningkat • tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. 2. Anemia megaloblastik  Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali terjadi karena defisiensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisiensi makanan. Gejala-gejalanya: • Malnutrisi • Glositis berat (Lidah meradang, nyeri) • Diare • Kehilangan nafsu makan Ciri-ciri anemia megaloblastik  • megaloblast • promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang • anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan 3. Anemia hemolitik  Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah  berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar  menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Anemia hemolitik dibagi menjadi 2 golongan besar: 1. disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti thalasemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll. 2. disebabkan oleh faktor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi G-6 Fosfat dehidrogenase, leukimia, limfosarkoma, penyakit hati dll. Gejala proses hemolitik  • anemia • hemoglobinemia • hemoglobinuria

• hiperbilirubinuria • hiperurobilirubinuria • kadar sterkobilin dalam feses tinggi, dll 4. Anemia hipoplastik  Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-ciri • pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12. • Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia er itropoesis yang nyata. 2.2.5 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen  plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron. 2.2.6 Etiologi Anemia Pada Kehamilan Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.  b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma. c. Kurangnya zat besi dalam makanan. d. Kebutuhan zat besi meningkat. e. Gangguan pencernaan dan absorbsi. selain itu anemia juga disebabkan oleh: 1.Kekurangan zat besi 2.vitamin B12 atau asam folat 3.Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal 4.Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid perempuan 5.Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik) 6.Infeksi HIV 7.Kekurangan zat besi 8.Perdarahan 9.Genetik  10. Kekurangan vitamin B12 11. Kekurangan asam folat 12. Pecahnya dinding sel darah merah 13. Gangguan sumsum tulang 2.2.7 Gejala Klinis Menurut Manuaba,1998. Anemia timbul perlahan-lahan. Pada awalnya gejala yang ada mungkin ringan atau tidak ada sama sekali. Saat gejala bertambah berat dapat timbul gejala seperti : 1.Rasa lelah (sering sekali) 2.Lemas (sering sekali) 3.Pusing 4.Sakit kepala 5.Kebas atau dingin pada telapak tangan atau kaki

6.Kulit pucat 7.Denyut jantung yang cepat atau tidak teratur  8.Napas pendek  9.Nyeri dada 10.Tidak optimal saat bekerja atau di sekolah 11.Rewel Gejala - gejala ini dapat muncul karena jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah yang berisi oksigen ke seluruh tubuh. 2.2.8 Diagnosis Diagnosis anemia dalam kehamilan untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan dengan: 1. Anamnesis Pada anamnesis ditanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu, riwayat gizi, anamnesis mengenai lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap  bahan kimia atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Riwayat penyakit keluarga juga ditanya untuk mengetahui apakah ada faktor keturunan. 2. Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh, antara lain: a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning seperti jerami  b. Kuku : koilonychias (kuku sendok) c. Mata : ikterus, konjugtiva pucat, perubahan pada fundus d. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah e. Limfadenopati, hepatomegali, splenomegali 3. Pemeriksaan laboratorium hematologi a. Tes penyaring 1. Kadar hemoglobin 1.1 Peralatan pemeriksaan kadar Hb. 1)Hb Sahli Hemoglobinometer (hemometer) Sahli menurut Depkes RI (1998) terdiri dari: 1.Gelas berwarna sebagai warna standar  2.Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai 22. Skala merah untuk  hematokrit. 3.Pengaduk dari gelas 4.Pipet sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/μ1. 5.Pipet Pasteur  6.Kertas saring/tissue/kain kasa kering 7.Jarum steril 2)Tallquist Ketersediaan alat Tallquist menurut Depkes RI (1994) terdiri dari : 1.Jarum steril 2.Kertas buku tallquist 1.2 Bahan pemeriksaan Kadar Hb Ketersediaan bahan pada pemeriksaan kadar Hb meliputi menurut Depkes RI (1998) : 1.2.1 Hb sahli 1)Reagen 1.Larutan HCL 0,1 N 2.Aquades 2)Alkohol 70% 1.2.2 Tallquist Ketersediaan bahan menurut Depkes RI (1994)

Alkohol 70% 2. Indeks eritrosit (MCV,MCH, dan MCHC) 3. Hapusan darah tepi  b. Pemeriksaan rutin 1. Laju endap darah 2. Hitung deferensial 3. Hitung retikulosit c. Pemeriksaan sumsum tulang d. Pemeriksaan atas indikasi khusus 1. Anemia defesiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin 2. Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12 3. Anemia hemolitik : tes Coomb, elektroforesis Hb 4. Leukemia akut : pemeriksaan sitokimia 4. Pemeriksaan laboratorium non hematologi Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam urat, kultur bakteri 5. Pemeriksaan penunjang lainnya a. Biopsy kelenjar dan PA  b. Radiologi : Foto Thoraks, bone survey, USG, CT-Scan 2.2.9 Pengobatan Anemia dalam kehamilan Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data - data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam  pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relative mudah dan murah. Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Bionsanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemavition. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas.(Manuaba,1998) 2.2.10 Pengaruh anemia pada kehamilan Bahaya selama kehamilan : - Dapat terjadi karena abortus - Persalinan prematur  - Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim - Mudah terjadi infeksi - Ancaman decompensasi cordis (Hb < 6gr%) - Mola hidatidosa - Hiperemesis gravidarum - Perdarahan antepartum - Ketuban pecah dini 2.2.11 Standar Asuhan Kebidanan Penetapan Standar Asuhan Kebidanan salah satunya bertujuan agar seluruh tindakan/ kegiatan pelayanan yang dilakukan masih sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya sebagai  bidan. Standar ini mencangkup keseluruhan pelayanan bidan mulai dari kehamilan sampai dengan nifas, salah satunya adalah mengenai pengelolahan anemia dalam kehamilan yang seharusnya memang bisa dilakukan secara optimal seperti halnya standar – standar lain di dalam Standar Asuhan Kebidanan. 2.2.11.1.1 Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada kehamilan menurut Depkes RI (2005). a)Pernyataan Standar  Bidan Melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan ata u rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan yang berlaku.

 b)Hasil 1)Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk  2)Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia 3)Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR  c)Prasyarat 1)Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan. 2)Bidan mampu : Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia. 3)Alat untuk mengukur kadar Hb yang berfungsi baik. 4)Tersedia tablet Zat Besi dan Asam Folat 5)Obat anti malaria ( di daerah endemis malaria) 6)Obat cacing 7)Menggunakan KMS ibu hamil, kartu ibu. 2.3 Konsep Teori Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses  pembelajaran agar masyarakat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang  berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang  berpendidikan lebih rendah. (Depkes RI, 2002). 2.3.1 Pengertian Tingkat Pendidikan Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Dewey (2003 ) sendiri memandang pendidikan suatu proses perkembangan,  pemeliharaan, dan pengadaan dan dalam arti luas pendidikan merupakan alat untuk menjamin kelangsungan atau kontinuitas hidup. Menurut Muhammad (2002) bahwa semakin tinggi  pendidikan yang dimiliki seseorang, maka cara berkomunikasi seseorang tersebut akan  berpengaruh karena jika ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari, yakni pengajar  sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. 2.3.2 Tujuan Pendidikan Tirtahardja dan Sulo (1995) menyatakan bahwa: tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai – nilai yang baik, luhur, benar, dan indah untuk kehidupan. Oleh sebab itu,  pendidikan mempunyai 2 fungsi yaitu dapat memberi arah kepada segenap kegiatan  pendidikan serta merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan ini mempunyai sifat yang abstrak, karena memuat nilai – nilai yang sifatnya abstrak. Dan juga bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas, hal ini menyebabkan sulitnya dilaksanakan dalam kegiatan praktek. Pendidikan dalam kegiatan  praktek. Pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada masyarakat dalam kondisi tertentu, tempat tertentu dan waktu tertentu, dengan menggunakan alat tertentu. Pelaksanaannya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai itu dibuat secara jelas, konkrit, dan lingkup kandungannya terbatas. Jadi, tujuan – tujuan umum ini perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih khusus dan terbatas, sehingga memudahkan untuk  direalisasikan dalam praktek. Menurut Tirtahardja dan Sulo (1995), ada beberapa hal yang menjadi sebab mengapa tujuan khusus ini diperlukan, yaitu : 1. Pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum

melalui proses pendidikan. 2. Adanya kekhususan dari peserta didik, yaitu berkenaan dengan jenis kelamin, pembawaan dan minatnya, kemampuan orang tuanya, lingkungan masyarakatnya. 3. Kepribadian yang menjadi sasaran untuk dibentuk atau dikembangkan  bersifat kompleks sehingga perlu dirinci dan dikhususkan, aspek apa yang dikembangkan. 4. Adanya tahap-tahap perkembangan pendidikan (Taman Kanak-Kanak,Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas, Perguruan Tinggi). 5. Adanya kekhususan masing-masing lembaga penyelenggaran pendidikan seperti pendidikan kesehatan, pertanian, dan lain-lain, atau jalur   pendidikan luar sekolah. 6. Adanya tuntutan persyaratan pekerjaan di lapangan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sebagai pilihannya. 7. Diperlukannya teknik tertentu yang menunjang pencapaian tujuan lebih lanjut, misalnya membaca dan menulis dalam waktu yang relatif pendek. 8. Kemampuan yang ada pada pendidik. 2.3.3 Jenjang Pendidikan Menurut Undang – Undang Republik Indonesia tahun 2003 nomor 20 pasal 13 yang dimaksud dengan jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Sedangkan pasal 14 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar ( Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, Pendidikan Menengah atau Sekolah Menengah Tingkat Atas). Pendidikan Tinggi ( Diploma, Sarjana, Megister, Spesialis, dan Doktor) 1. Pendidikan Dasar  Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah ( pasal 13 ). Warga negara yang berumur enam tahun berhak mengikuti pendidikan dasar, sedangkan yang berumur tujuh tahun berkewajiban mengikuti pendidikan dasar sampai tamat. Pendidikan wajib belajar ditetapkan dengan peraturan pemerintah (pasal 14). Pendidikan dasar merupakan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). 2. Pendidikan Menengah Pendidikan Menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar  serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau satuan pendidikan yang sederajat. (pasal 15). 3. Pendidikan Tinggi Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk  menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik  dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu  pengetahuan, teknologi dan kesenian. Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi. 2.4 Kerangka Konsep

= Diteliti = Tidak teliti Gambar 1.2 Kerangka Konseptual 2.4 Kerangka Operasional

Gambar 1.3 Kerangka Operasional 2.5 Hipotesa Penelitian Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/ lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan/ teori. Dengan demikian hipótesis berarti pernyataan yang perlu diuji kebenarannya. (Hastono,2006) Dalam pengujian hipótesis dijumpai dua jenis hipótesis yaitu hipótesis nol (Ho) dan hipótesis (Ha), berikut akan diuraikan lebih jelas tentang masing – masing hipótesis tersebut. a. Hipótesis Nol ( Ho) Hipótesis yang menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok. Atau hipótesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara varibel satu dengan variable lainnya.  b. Hipótesis Alternatif (Ha) Hipótesis yang menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok. Atau hipótesis yang menyatakan ada hubungan antara varibel satu dengan variable lainnya. Hipotesis yang digunakan oleh peneliti adalah Hipotesis Alternatif yaitu Ada Hubungan antara Pendidikan Ibu hamil dengan Kejadian Anemia. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti sebagai ancer-ancer  kegiatan yang akan dilaksanakan (Arikunto, 2002) Desain penelitian ini adalah desain penelitian korelasi dengan pendekatan secara cross sectional, yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Metode penelitian analitik  adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat suatu hubungan atau analisa tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002). Metode  penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik untuk suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat hubungan atau analisa yang menghubungkan variabel-variabel  penelitian tentang Hubungan Pendidikan Ibu hamil dengan kejadian Anemia di Desa Cerme, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso. 3.3 Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian : Di Desa Cermee, Puskesmas Cerme Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso. Waktu penelitian : Bulan April – Mei 2010 3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Adalah subyek yang hendak diteliti dan memiliki sifat-sifat yang sama menurut (Notoatmodjo, 2002). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di

Desa Cerme, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso sebanyak 121 orang. 3.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili  populasi (Notoatmodjo, 2005 : 79). Menurut Zainudin M., 2000 yang diadopsi oleh  Nursalam, menentukan besar sampel bila jumlah kurang dari 1000 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :  N n= 1+ N (d)2 Keterangan : n : Jumlah Sampel  N : Jumlah populasi d : Tingkat Signifikan Maka besarnya sampel : 121 n= 1 + 121 (0.05)2 n = 93 orang Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 93 orang 3.5 Teknik Sampling Teknik Sampling adalah teknik atau cara pengambilan sampel sehingga dapat mewakili  populasi. Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah simple random sampling atau acak sederhana. Yakni dengan memberi nomor urut pada populasi no. 1 – 121, kemudian menyiapkan tabel random dan dilakukan pengundian anggota populasi sebanyak sampel yang diambil 93 Orang (Notoatmodjo, 2005). 3.6 Kriteria Sampel 3.6.1 Kriteria Inklusi Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. (Nursalam, 2003 : 96) 1. Ibu hamil yang berada dalam wilayah posyandu Desa Cerme, Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso. 2. Ibu yang bersedia menjadi Responden 3. Ibu hamil dimulai dari trimester I, trimester II, dan trimester III. 3.7 Variabel Penelitian Variabel Independen atau bebas adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi variabel dependen (Arikunto, 2002). Variabel independen pada penelitian ini adalah Pengetahuan ibu tentang pendidikan Ibu hamil dan Variabel dependennya adalah Kejadian Anemia Tabel 1. Definisi Operasional Variabel yang diteliti Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor  Pendidikan Ibu hamil Ijazah terakhir yang diperoleh ibu hamil Ibu yang mempunyai ijazah Pendidikan bila rendah terdiri dari : SD SLTP/SLTA SMA, dan bila pendidikan tinggi Perguruan Tinggi( dikutip Andrew E.Sikula dalam Mangkunega ra (2003:50) cheklistNominal Bila pendidikan rendah skor 1 Pendidikan tinggi 0. Kejadian Anemia Hasil Pemeriksaan kadar Hb ibu hamil yang diambil dari register pada

 bulan terakhir Ibu hamil yang tidak anemia yaitu Hb 12 %gr – 11,5 % gr, Bila ibu anemia kadar Hb kurang dari 11%gr. cheklist Ordinal - Bila Ibu tidak anemia maka skornya 0, bila ibu anemia 1 3.8 Pengumpulan Data Setelah sampel ditentukan, peneliti dibantu oleh kader mengumpulkan responden di  posyandu. Setelah responden terkumpul peneliti melakukan tanya jawab langsung dan observasi dengan menggunakan cheklist. Sebelumnya peneliti menjelaskan maksud dari  penelitian dan meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan. Kemudian peneliti melakukan pemeriksaan Hb kemudian data dikumpulkan untuk selanjutnya ditabulasikan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam Pengumpulan Data pada Penelitian ini meliputi : 3.8.1 Langkah Persiapan 1. Mempersiapkan Instrumen Penelitian 2. Melakukan penjajakan kepada responden untuk kemungkinan dilakukan penelitian 3. Menentukan waktu untuk melaksanakan penelitian. 3.8.2 Langkah Pelaksanaan Setelah dilakukan Persiapan penelitian maka dilakukan Pelaksanaan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memperbanyak kuesioner. 2. Membagikan kuesioner kepada responden. 3. Menetapkan subjek penelitian dengan jumlah 93 responden yang diambil secara kebetulan ada. 4. Setelah didapatkan subjek dengan jumlah 93 responden, jawaban akan dianalisis. 5. Setelah kuesioner diisi maka diperoleh data yang kemudian dilakukan tabulasi data yang didapatkan dari hasil kuesioner tersebut. 6. Kemudian dilakukan analisis data berdasarkan data yang diperoleh. 3.9 Alat Ukur  Dalam penelitian ini, alat-alat yang digunakan adalah berupa angket / kuesioner yang berupa daftar pertanyaan tertutup.. (Arikunto.S.2006 : 171) 3.10 Pengolahan Data Langkah-langkah dalam pengolahan data peneliti adalah : a. Editing Meneliti kembali angket mengenai kelengkapan dan relevansi jawaban  b. Koding Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendididkan dilakukan koding jika Pendidikan rendah yaitu SD, SLTP, SMA nilainya , dan Bila pendidikan tinggi nilainya 0, dan Kemudian untuk Variabel Anemia, Jika Anemia maka nilain 1, dan jika tidak anemia maka nilainya 0. Tabulasi Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka – angka hasil  perhitungan akan diproses dengan cara tabulasi, selanjutnya dilakukan pengantar yang distribusi frekuensi menggunakan rumus : X P = x 100 Y Keterangan : P : Prosentase X : Jawaban benar yang dipilih oleh responden Y : Jumlah seluruh pertanyaan Selanjutnya dimasukkan pada kriteria obyektif sebagai berikut : 76% - 100% ( A ) : Baik 

56% - 75% ( B ) : Cukup ≤ 56% ( C ) : Kurang (Arikunto.S.2005 : 245) 3.11 Penyajian Data Untuk memudahkan dalam proses perhitungan maka data yang diperoleh dimasukkan dalam tabel tabulasi data . 3.12 Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah peneliti menggunakan analisa data ( analitik) yaitu Interprestasi guna mencari makna data hasil penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan / menganalisa data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi ( generalisasi ) dari data yang diperoleh dengan teori – teori yang relevan dengan hasil – hasil  penelitian tersebut. Untuk analisis hubungan dua variabel ( analisis bivariat ). Uji kai kuadrat (chi square ) hanya dapat dipakai untuk mengetahui hubungan data kategori dengan data kategori.(Sutanto,2006) Sedangkan uji statistik yang digunakan adalah Uji Kai kuadrat (chi square). Ujikai kuadart adalah membandingkan frekuensi yang menjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Pembuktian dengan uji kai kuadrat dengan menggunakan formula : Df = ( K – 1 )( n – 1 ) Ket : O = Nilai observasi E = Nilai ekspektasi ( harapan ) K = Jumlah kolom B = Jumlah baru Untuk mempermudah analisis kai kuadrat ( chi square ), nilai data kedua variabel disajikan dalam bentuk tabel silang. 3.13 Etika penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survey lapangan dan mengajukan  permohonan ijin kepada tempat penelitian, melalui surat ijin permohonan dari institusi, dengan menekankan masalah etika: 3.13.1 Lembar Permohonan Penelitian Diberikan kepada responden sebagai permohonan dari peneliti agar peserta responden mengetahui tentang apa, siapa, dan tujuan dari peneliti. 3.13.2 Inform Consent Responden yang bersedia diteliti harus mendatangani lembar persetujuan, jika menolak   peneliti tidak akan memaksa. 3.13.3 Anomity ( Tanpa nama ) Dalam menjaga kerahasiaan identitas respondes peneliti tidak mencamtumkan nama lengkap responden pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan inisial dan pemberian kode. 3.13.4 Confidientiality ( Kerahasiaan ) Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin oleh peneliti. 3.14 Keterbatasan 3.14.1 Keterbatasan Alat Ukur  Instrumen yang digunakan belum di ukur validitas dan rehabilitasnya sehingga hasilnya kurang masksimal. 3.14.2 Keterangan Sampel Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang di miliki oleh peneliti mengambil sampel yang hanya memiliki kriteria inklusi. 3.14.3 Kemampuan Peneliti Keterbatasan kemapuan peneliti dalam kerangka pembuatan konsep dan mendapatkan literatur, sehingga akan mempengaruhi hasil dari penelitian yang kurang memuaskan.

3.14.4 Waktu Waktu yang digunakan peneliti pun terbatas dan akan mempengaruhi jumlah sampel yang di dapat sehingga hasilnya kurang maksimal dan kurang sempurna hal ini akan mempengaruhi hasil dari penelitian yang kurang memuaskan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilaksanakan di puskesmas pembantu di Desa Cerme, Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2010. Hasil yang di dapat berupa data umum dan data khusus kemudian dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu hasil penelitian Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Anemia dan Hasil penelitian adanya anemia itu sendiri di Desa Cerme Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso. Hasil Penelitian yang meliputi pengumpulan dan pengolahan data yang sudah diperoleh kemudian dikoding dan diskorsing kemudian dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi dari data tersebut. 4.1.1 Data Umum Pada data umum ini ditampilkan gambaran umum wilayah penelitian dan karakteristik lokasi  penelitian. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur  Tabel 4.1 Distribusi Responden berdasarkan kelompok umur ibu hamil di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010. Kelompok Umur Jumlah Persentase 19-22 Th 31 33,3 % 23-26 Th 36 38,7 % 27-30 Th 20 21,5 % 31-34 Th 6 6,5 % Jumlah 93 100 % Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 93 responden sebagian besar berada pada kelompok umur  23 sampai dengan 26 tahun, yaitu sebanyak 36 responden (38,7 %), sedangkan sebagian terkecil berada pada kelompok umur 31-34 tahun, yaitu sebanyak 6 responden (6,5 %).  b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu hamil di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010. Pekerjaan Jumlah Persentase Tidak Bekerja 14 47,3 % Buruh Tani 11 15,1 % Tani 12 11,8 % Buruh 9 12,9 % Wiraswasta 3 9,7 % PNS 3,2 % Jumlah 93 100 % Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 93 responden sebagian besar tidak bekerja, yaitu sebanyak 44 responden (43,7 %), dan sebagian terkecil bekerja sebagai PNS, yaitu sebanyak  3 responden (3,2 %). 4.1.2 Data Khusus Pada data khusus ini akan ditampilkan distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu hamil, tingkat anemia dan hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di

Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010. a. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu hamil di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010. Pendidikan Jumlah Persentase Tinggi 63 67,7 % Rendah 30 32,3 % Jumlah 93 100 % Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 93 responden yang mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 63 responden (67,7 %), sedangkan yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak  30 responden (32,3 %).  b. Kejadian Anemia Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan tingkat anemia Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso Tahun 2010. Anemia Jumlah Persentase Tidak 59 63,4 % Ya 34 36,6 % Jumlah 93 100 % Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 93 responden yang mengalami anemia sebanyak 59 responden (63,4 %), sedangkan yang tidak anemia sebanyak 34 responden ( 36,6 %). c. Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 93 responden, 48,4 % (45 responden) mempunyai  pendidikan tinggi dan tidak mengalami anemia, 19,4 % (18 responden) mempunyai  pendidikan tinggi dan mengalami anemia, 17,2 % (16 responden) mempunyai pendidikan rendah dan mengalami anemia, 15,1 % (14 responden) mempunyai pendidikan rendah dan tidak mengalami anemia. Berdasarkan uji statistik Chi-Square ( 2) dengan = 0,037 pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa H0 ditolak, artinya ada hubungan antara  pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 4.2 Pembahasan Pada pembahasan ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu hamil di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso yang meliputi tingkat  pendidikan ibu hamil tentang kejadian anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso serta hubungan antara tingkat pendidikan dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 4.2.1 Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia Di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93 responden yang mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 63 responden (67,7 %), sedangkan yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak  30 responden (32,3 %). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai  pendapatan keluarga rendah, berasal dari responden yang berpendidikan rendah. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Desa Cerme, Kecamatan Cerme mengalami anemia. Fakta di lapangan ini, sesuai dengan teori yang telah disebutkan di bab sebelumnya banyak wanita hamil yang mengalami anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Menurut teori (Arikunto,2002) disebutkan bahwa salah satu faktor   penyebabnya adalah pendidikan yang rendah. Kita semua tahu bahwa di Indonesia yang masih merupakan negara berkembang memiliki angka kemiskinan yang tinggi yang disebabkan karena sebagian besar penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang relatif 

rendah.. Sehingga jenis pekerjaan yang bisa dilakukan adalah pekerjaan yang mempunyai pendapatan kecil. Karena pendapatannya kecil, sehingga kebutuhan hidup tidak dapat dipenuhi secara optimal. Karena itu lebih banyak orang miskin di Indonesia. Seandainya disebuah keluarga miskin ada seorang ibu hamil, karena penghasilannya sangat kecil, maka nutrisi untuk ibu hamil tersebut kurang terpenuhi. Akibatnya ibu hamil dengan kejadian anemia lebih banyak  terjadi. Jumlah ini memang tidak signifikan, tetapi menurut peneliti setidaknya faktor   pendidikan rendah juga mempunyai peranan terhadap alasan mengapa jumlah ibu hamil mengalami anemia cukup tinggi. 4.2.2 Tingkat Kejadian Anemia Di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93 responden yang mengalami anemia sebanyak 59 responden (63,4 %), sedangkan yang tidak anemia sebanyak 34 responden (36,6 %). Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 59 responden (63,4%) dari total responden. Angka ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Wiknjosastro, 2008) bahwa di Indonesia frekuensi anemia dalam kehamilan sebesar 18,5 % sedangkan di dunia rata-rata berkisar antara 10 % sampai dengan 20 %. Dari jumlah ibu hamil yang anemia, yaitu sebesar 63,4 % dari total responden telah masuk dalam kategori anemia dalam kehamilan, karena Hb ibu tersebut kurang dari 11 g %. Jika Hb kurang dari 12 g % dan di atas 11 g % menurut Wiknjosastro disebut pseudoanemia atau disebut juga anemia fisiologis pada kehamilan. Teori ini terbukti  pada penelitian ini, yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang mempunyai Hb di atas 12 g % sangatlah kecil. Hal ini merupakan fakta yang sangat menakutkan bagi kita semua, karena kita tahu besarnya resiko yang dapat ditimbulkan oleh kejadian anemia pada ibu hamil. Sehingga pemerintah beberapa kali memberikan solusi –  solusi yang terbaik, dan aman untuk menanggulangi kejadian anemia terutama pada ibu hamil. Misalnya memberikan tablet Fe pada setiap ibu hamil untuk menjaga kadar  hemoglobin ibu tetap normal dan tidak terjadi anemia. 4.2.3 Hubungan Pendidikan Ibu hamil dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93 responden, 48,4 % (45 responden) mempunyai  pendidikan tinggi dan tidak mengalami anemia, 19,4 % (18 responden) mempunyai  pendidikan rendah dan mengalami anemia, 17,2 % (16 responden) mempunyai pendidikan rendah dan mengalami anemia, 15,1 % (14 responden) mempunyai pendidikan rendah dan tidak mengalami anemia. Berdasarkan uji statistik Chi-Square ( 2) dengan = 0,037 pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa H0 ditolak, artinya ada hubungan antara  pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara  pendidikan ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. Hal ini sejalan dengan teori yang disebutkan pada bab sebelumnya  bahwa rendahnya pendidikan ibu hamil mempengaruhi kejadian anemia pada kehamilan. (Mochtar, 1998) menyebutkan bahwa penyebab anemia dalam kehamilan antara lain adalah kurang gizi (malnutrisi) dan kurang zat besi dalam diit. Pendapat ini dibuktikan pada  penelitian ini, bahwa ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah lebih rentan mengalami anemia dalam kehamilannya. Alasannya adalah ibu hamil yang pendidikan rendah, mempunyai pekerjaan yang penghasilan rendah sehingga perhatiannya dalam pemenuhan nutrisi terutama zat besi menjadi kurang, sehingga terjadilah anemia pada ibu hamil tersebut. Meski hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat signifikansi hubungan antara pendidikan rendah dengan anemia sangat tinggi, bukan berarti pendidikan merupakan faktor satu-satunya yang menyebabkan terjadinya anemia pada kehamilan. Masih ada faktor – faktor umum lainya yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia pada kehamilan antara lain: lingkungan

yang tidak bersih, usia kehamilan yang memasuki masa aterm. Kemudian ada faktor faktor  khusus yang bisa menyebabkan anemia seperti kurangnya sumber makanan dalam  pembentukan darah, kurangnya kemampuan absorsi usus halus. Dari uraian di atas maka jelas terdapat masalah yang aktual, yaitu tingginya angka persentase ibu hamil yang anemia dan diperparah dengan tingginya angka persentase ibu hamil yang mempunyai pendidikan rendah. Sedangkan hubungan antara pendidikan rendah dengan kejadian anemia ternyata signifikan. Untuk mengatasi masalah anemia pada kehamilan, sebenarnya pemerintah sudah lama melaksanakan program untuk pencegahan yaitu dengan memberikan tablet fe pada setiap ibu hamil melalui sarana pelayanan kesehatan yang tersebar  di seluruh Indonesia. Hanya saja mungkin program ini tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Maka kita semua harus membantu program pemerintah ini dengan berbagai cara dan metode. Metode terbaik yang diusulkan oleh peneliti, terutama bagi wilayah Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso adalah dengan peningkatan health education pada masyarakat luas, terutama pada ibu hamil dan keluarganya. Harapannya adalah setelah kita semua berusaha maka jumlah angka anemia dalam kehamilan dapat ditekan sehingga komplikasi-komplikasi maupun penyulit yang diakibatkan oleh anemia bisa diturunkan prevalensinya. BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan tentang hasil penelitian Hubungan Pendidikan Ibu hamil dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme, Kabupaten Bondowoso tahun 2010 dan saran bagi peneliti selanjutnya, bagi masyarakat dan bagi petugas kesehatan atau puasat kesehatan masyarakat. 5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian yang telah dilakukan yaitu tentang adakah Hubungan Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso pada  bulan April 2010 sampai dengan Mei 2010, dan juga berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 5.1.1 Sebagian besar ibu hamil yang berada di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 63 responden (67,7 %), sedangkan yang mempunyai pendidikan rendah sebanyak 30 responden (32,3 %). 5.1.2 Sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia yang berada di Desa Cerme Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso yaitu ibu hamil yang berpendidikan rendah yaitu  berkisar 59 responden (63,4 %). 5.1.3 Berdasarkan uji statistik Chi- Square (X²) dengan = 0,037 pada tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan bahwa H0 ditolak, sehingga bisa diketahui bahwa ada Hubungan antara Pendidikan Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di Desa Cerme, Kecamatan Cerme Kabupaten Bondowoso. 5.2 Saran 5.2.1 Bagi peneliti selanjutnya Dapat digunakan sebagai acuan atau inspirasi untuk penelitian selanjutnya lebih spesifik  dengan sampel yang lebih besar sehingga lebih presentif. 5.2.2 Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat Diharapkan petugas kesehatan dapat lebih sering memeriksa kadar Hemoglobin ibu terutama  jika sebelumnya sudah diketahui ibu hamil tersebut berpendidikan rendah sehingga masyarakat lebih waspada dengan kejadian anemia. 5.2.3 Bagi masyarakat Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pencegahan kejadian anemia pada ibu hamil. DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz G. Asuhan Antenatal. Dalam: Prawiharjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4.Jakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI, 2008; 278-87. Anonymous. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Anemia di PKM Banjaran. Available from: http://www.one.indoskripsi.com. Amiruddin A,Wahyuddin.2007. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadin Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung. Available from: http://ridwamiru din.wordpress.com. Arikunto, S.2002.Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta Depkes RI.2005.Buku I Standar Pelayanan Kebidanan.Jakarta : Depkes RI. Hastono, Sutanto Priyo.2006.Modul praktikum Biostatistika.Universitas Indonesia:FKM Maimunah, Siti.2005.Kamus Istilah Kebidanan.Jakarta:EGC Manuaba, Ida Bagus Gede.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC.  Notoatmodjo, Soekidjo.2002.Meteologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:EGC. Rofiq A.2008. Anemia pada Ibu Hamil.Available from: http://rofiqahmad.wordpress.com Suheimi, HK.2008.Anemia dalam Kehamilan. Available fr om : http://yudhim.dagdigdug. com.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF