Dasar Teori Mentimun

December 6, 2017 | Author: Etty yulinar br sembiring | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan praktikum hortikultura...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA TEKNIK DASAR BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA

Oleh: Nama

: Etti Yulinar Br S

Npm

: E1J014135

Hari/Jam

: Selasa, 08.00-10.00

Co-Ass

: Dedy Rian

Dosen

: Dr.Ir. Catur Herison, M.Sc

LABORATORIUM AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Budidaya tanaman hortikultura merupakan kegiatan yang dilakukan dilakukan

dengan serangkaian kegiatan mulai dari pengadaan benih, pengolahan tanah, pemeliharaan, pemanenan sampai dengan kegiatan pasca panen. Hortikultura adalah pertanian berbasis tanaman untuk tanaman selain tanaman agronomi (pangan dan pakan) dan tanaman kehutanan.Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berurusan dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia obat-obatan dan pemenuhan kepuasan. Tanaman mentimun merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan di daerah tropis termasuk di Indonesia.Kegiatan budidaya tanaman mentimun tidak terlalu susah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam keadaan tanah yang kurang baik sekalipun. Mentimun termasuk tanaman sayuran yang banyak diminati masyarakat Indonesia.. Hal ini dapat dilihat dari permintaan akan mentimun yang semakin meningkat setiap tahunnya. Permintaan yang semakin tinggi belum diimbangi dengan peningkatan produksi dari tanaman mentimun itu sendiri, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan salah satunya dengan pemberian pupuk. Pemupukan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai salah satu cara dalam menambah unsur hara di dalam tanah. Pemupukan menjadi salah satu hal penting dalam meningkatkan produksi dari tanaman mentimun. Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman mentimun ada beberapa unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak misalnya unsur hara N,P dan K. Unsur P berperan dalam mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat batang, pembungaan serta dalam pembentukan buah nantinya. 1.2.

Tujuan Membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun pada beberapa dosis SP-36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mentimun merupakan suatu jenis tanaman merambat yang buahnya terutama dimakan sebagai lalap dan sayur.Tanaman ini termasuk dalam anggota suku labulabuan.Mentimun diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India Utara. Manfaatnya sangat beragam mulai dari sebagai obat alami, untuk kecantikan, bahkan untuk mempertahankan hama dan membersihkan rumah. Sebagai obat herbal antara lain menyembuhkan hipertensi atau tekanan darah tinggi, peluruh racun atau detoks, pelangsing badan, atasi selulit, obat diare, sariawan, thypus, dan lain-lain (Amin 2003). Mentimun termasuk suku Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Kedudukan tanaman mentimun dalam sistematika tumbuhan menurut Sumpena (2004) di klasifikasikan sebagai berikut : Diviso

: Spermatophyta

Sub-Diviso

: Dilleniidae

Kelas

: Magnoliopsida

Famili

: Cucurbitaceae

Genus

: Cucumis

Spesies

: Cucumis sativus L Beberapa bentuk pemeliharaan tanaman mentimun yang baik untuk dilakukan

yaitu: 1) pemupukan: peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukkan manfaaat yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil mentimun, jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, 2) pemasangan ajir (penyangga): mentimun merupakan tanaman yang inderterminate. Untuk itu pertumbuhannya memerlukan ajir sehingga dapat tumbuh tegak dan pembentukan buah tidak akan terhalang. 3) penyiraman: penanaman pada musim kemarau perlu dilakukan penyiraman 2 kali sehari. Apabila kekurangan air, tanaman akan tumbuh merana, bahkan mudah mati (Sumpena, 2001). Produksi mentimun di Indonesia sesuai data BPS (2008) mencapai 3,5-4,8 t haˉ¹, walaupun potensi produksi tanaman mentimun dapat mencapai 20 t haˉ¹

terutama jika menanam mentimun hibrida. Produksi mentimun Kabupaten Muna menurut data BPS (2008) hanya mencapai 1,46 t haˉ¹ yang menunjukkan bahwa produksi mentimun masih rendah dibandingkan dengan produksi mentimun secara nasional, yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sistem budidaya yang belum intensif dan rendahnya kesuburan tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan tehnik budidaya tanaman mentimun. Salah satu teknik budidaya yang intensif untuk meningkatkan hasil panen mentimun adalah pemangkasan dan pemupukan Pemberian pupuk bertujuan untuk mengembalikan unsur hara yang telah hilang akibat pencucian air tanah, sehingga kebutuhan akan unsur hara tanaman dapat terpenuhi. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa NPK 400 kg/ha atau 225 kg/ha Urea, 120 kg/ha TSP, 100 kg/ha KCl (Sumpena 2001). Pemberian pupuk organik maupun anorganik harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sehingga tidak menjadi berlebihan yang justru berakibat buruk pada tanaman. Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan akan menurunkan kesuburan dan produktivitas tanah yang selanjutnya akan menurunkan produktivitas hasil pertanian. Dengan demikian untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman, maka pemberian pupuk harus seimbang dan sesuai kebutuhan tanaman (Priangga, 2013). Pemberian pupuk majemuk NPK pada tanaman mentimun bertujuan untuk menyuplai unsur hara makro N, P, dan K yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.Namun, dalam pertumbuhannya tanaman mentimun juga membutuhkan unsur hara mikro yang lengkap.Untuk itu perlu dilakukan pemberian pupuk NPK yang dikombinasikan dengan pupuk organik cair. Penyerapan fosfor oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4 - , pada fosfat terdapat atom fosfor yang tidak tereduksi di dalam sel. Fosfor (P) juga berperan penting bagi pertumbuhan mentimun, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman mempercepat pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat, serta memperkuat pertumbuhan akar semai dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi

tanaman dewasa. Pada umumnya, dapat mempercepat pembungaan, pemasakan buah, biji atau gabah dan juga dapat meningkatkan produksi biji-bijian (Mulyani, 2002). Pupuk (K) kalium juga penting bagi tanaman mentimun karena pungsi utamanya K adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur (Marsono, 2007). Pupuk kandang berfungsi memberi makanan organik, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan daya menahan air (Soemadi, W dan Abdul Mutholib, 2000). Sesuai yang terdapat pada Anonymous (2012e ), bahwa media tanam mentimun dalam pot yang disarankan adalah dengan perbandingan tanah : pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1; 2 : 1; dan yang terakhir adalah dengan perbandingan 3 : 1.

BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan bahan Alat

: cangkul, gembor, sabit, timbangan, alat tulis, alat ukur, ajir, tali rafiadll

Bahan : bibit mentimun, furadan, pupuk kandang, Urea, SP-36, KCl 3.2. Cara kerja 1. Melakukan satu percobaan yang meliputi 3 perlakuan dan 4 ulangan 2. Membuat jadwal rencana pelaksanaan di lapangan seperti : penyiangan lahan, pemberian perlakuan, pemeliharaan tanaman, panen dan pengamatan 3. Melakukan

pengolahan

tanah

dengan

menggunakan

cangkul

untuk

memperbaiki struktur dan membersihkan lahan dari gulma 4. Membuat petakan dengan ukuran 2m x 3m sebanyak 12 petak untuk mewakili setiap perlakuan dan ulangan dan dilakukan pemberian pupuk kandang 5. Melakukan penanaman mentimun dengan jarak tanam 50cm x 30cm 6. Memberikan pupuk KCl, Urea dan SP-36 dengan dosis sesuai perlakuan 7. Memilih 5 tanaman sampel pada setiap petakan 8. Melakukan teknik pemeliharaan tanaman sesuai teknik budidaya tanaman mentimun 9. Melakukan teknik pemeliharaan tanaman sepert: 1. Penyiraman tanaman: dilakukan setiap sore hari jika tidak turun hujan 2. Penyiangan: dilakukan ketika ada gulma yang tumbuh disekitar tanaman mentimun 3. Pengajiran : dilakukan untuk menopang tanaman agar tidak rubuh dan terkena langsung ke tanah 4. Pembumbunan: pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan tanah disekitar tanaman serta untuk menutupi akar yang muncul dipermukaan tanah 5. Pengendalian hama dan penyakit: dilakukan untuk mengendalikan hama ataupun penyakit pada tanaman baik secara manual ataupun kimiawi

10. Melakukan pengamatan dengan variable pengamatan: Variable pertumbuhan : 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah daun Variable hasil: 1. Bobot buah 2. Panjang buah 3. Diameter buah 4. Bobot tanaman 5. Bobot berangkasan 11. Melakukan pemanenan setelah tanamna mentimun berumur 60-70 HST ataupun setelah tanaman mentimun menunjukkan ciri ciri panen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tinggi Tanaman Sumber

dB

JK

KT

Fhit

fα 5%

Keragaman Blok

3

3631,61

Perlakuan

2

9876

Galat

6

Total

11

1210,53

0,30 ns

4938,361,20 ns 24185,6640

3,98

3,59 30,94

37967

Keterangan : Huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman Jumlah Daun Sumber

dB

JK

KT

Fhit

fα 5%

Keragaman Blok

3

255,042

Perlakuan

2

46,685

Galat

6

Total

11

585,014,55 ns

3,98

23,34 1,2 ns

3,59

111,93518,65 436,43

Keterangan : Huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Panjang Buah Sumber

dB

JK

KT

Blok

3

15,55

161,78 ns

Perlakuan

2

1,29

50,640,22 ns

Fhit

fα 5%

Keragaman

Galat

6

17,37

Total

11

34,17

2,89

3,98 3,59

Keterangan : Huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Diamater Buah Sumber

dB

JK

KT

Fhit

Blok

3

0,7537

0,252,77 ns

Perlakuan

2

1,18895

0,596,55 *3,59

Galat

6

Total

112,5082

fα 5%

Keragaman

0,56555

3,98

0,09

Keterangan : Huruf * menandakan pengaruh nyata pada perlakuan 

Polinomial Orthogonal

Sumber

dB

JK

KT

Fhit

fα 5%

Keragaman Perlakuan

2

1,8895

0,94

-

Kuadratik

1

0,12

0,121,33

-

linear1

1

491

4916,55*

0,56555

0,09

Galat

6

Total

10

5,99

Keterarangan: * perlakuan optimal Berdasarkan uji Polinomial Orthgonal yang didapat dengan Anava taraf 5% didapatkan bahwa diameter buah memberikan pengaruh dari perlakuan pupuk kandang. Bobot Buah Sumber Keragaman Blok Perlakuan Galat Total

dB 3 2 6 11

JK 4100 79,17 37237,5 78416,67

KT 13700 39,58 6206,25

Fhit 2,20 ns 0,00 ns3,59

fα 5% 3,98

Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Bobot Basah Berangkasan Sumber

dB

JK

KT

Fhit

fα 5%

Blok

3

1246,158

4415,38

1,09 ns

Perlakuan

2

342,2528

171,12

0,45 ns3,59

Galat

6

Total

11

Keragaman

2275,9508

3,98

379,32

3179,8528

Keterangan : Huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. 4.2. Pembahasan Pada kegiatan budidaya yang kami lakukan pada tanaman mentimun ini kami melakukan kegiatan budidaya yang dimulai kegiatan pengadaan benih sampai dengan pemanenan sesuai dengan teknik budidaya tanaman mentimun.Pada kegiatan budidaya ini kami melakukan budidaya dengan menggunakan 3 perlakuan dan 4 ulangan sehingga didapat sebanyak 12 petakan. Setiap petakan diberikan pupuk kandang sebanyak 20 kg, . Setiap petakan memiliki perlakuan pemberian dosis SP-36 yang berbeda beda. Perlakuan dosis SP-36 yang diberikan adalah 0 kg, 150 kg dan 200 kg. Pada hasil analisis yang kami lakukan dapat dilihat bahwa pemberian dosis SP-36 tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang buah, berat buah, berat tanaman dan berat berangkasan. Hal ini tidak sesuai dengan teori mulyani (2002)

dimana

dijelaskan

bahwa

pospor

dibutuhkan

dalam

mempercepat

pembungaan, pembentukan buah serta dalam pertumbuhan tanaman mentimun. Pada teori Hakim et al (1986) menyatatakan bahwa pada kekurangan unsur hara P mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, produksi tanaman menurun serta warna daun menjadi hijau tua. Pada hasil pengamatan yang kami lakukan serta dari hasil analisis

yang kami lakukan terhadap data tanaman menunjukkan tidak ada pengaruh nyata dari pemberian dosis pupuk SP-36. Pada diameter buah terdapat perbedaan antar perlakuan dosis, hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana pospor dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga Memacu pertumbuhan dan pembentukan buah. Pada pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 150 kg/ ha memberikan pengaruh berbeda dengan tanah tanpa pupuk SP-36. Pada petakan yang tidak diberikan SP-36 memiliki buah dengan diameter kecil, hal ini diakibatkan kondisi tanah yang kurang baik disertai tidak diimbangi dengan pemberian hara P. Hasil analisis yang tidak berbeda nyata antar perlakuan dan tidak sesuai dengan teori yang ada disebabkan kondisi lahan yang kurang subur serta ketersediaan air yang sangat sedikit. Pada pertumbuhan awal tanaan menunjukkan pertumbuhan yang baik, hal ini dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah daun yang semakin meningkat setiap minggunya. Pada minggu ketiga pertumbuhan tanamn mulai terhambat dan banyak yang mati. Tanaman tumbuh kerdil dan daun mulai menguning menunjukkan unsur hara yang kurang dan kebutuhan air yang tidak tercukupi. Selain batang dan daun yang menguning ukuran mentimun yang tidak normal menjadi salah satu variabel yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tidak baik. Air dan unsur hara dibutuhkan tanaman dalam dalam jumlah yang cukup pada fase pertumbuhan tanaman mentimun. Hal ini disebabkan pada fase vegetatif tanaman membutuhkan unsur hara dan air untuk pembentukan daun dan batang. Pada lahan percabaan budidaya mentimun ketersediaan air sangat sedikit apalagi pada saat tidak turun hujan sehingga menyebabkan banyak tanaman kerdil dan mati. Lahan yang kami gunakan memiliki struktur tanah yang keras serta kandungan unsur hara yang sangat sedikit. Hal ini biasa dilihat dari warna tanah yang berwarna merah cerah. Keadaan tanah dann ketersediaan hara menjadi faktor utama kurang baiknya pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun ini.

BAB V PENUTUP 5.1.

Kesimpulan Dari kegiatan budidaya yang kami lakukan pada tanaman mentimun maka

didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlakuan pemberian pupuk SP-36 tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang buah, berat tanaman, berat berangkasan dan bobot buah tetapi mempengaruhi diameter buah. 2. Data yang diperoleh kurang akurat disebabkan oleh kondisi lahan yang kering sehingga tanaman tumbuh kurang baik dan mati. 5.2.

Saran Diharapkan kepada praktikan agar pemelihraan tanaman mentimun dilakukan

dengan baik agar data yang didapat lebih akurat dan sesuai dengan tujuan praktikum. Diharapkan juga kepada praktikan agar melakukan pengamatan dengan baik agar data yang didapat sesuai dengan kondisi tanaman.

DAFTAR PUSTAKA Amin , 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Bogor: Institut Pertanian Bogor. BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008. Produksi sayuran di Indonesia, hlm 3 Mulyani. 2002. Peranan Pupuk fosfor Terhadap Tanaman Sayuran. Sinar Baru Algesindo. Bandung Marsono, 2007. Serapan Unsur Kalium di Dalam Tanah. PT. Argo Media Pustaka. Depok Estate. Priangga, R. 2013. Pengaruh level pupuk organik cair terhadap produksi bahan kering dan imbangan daun-batang rump Soemadi W. dan A. Mutholib. 2000. Sayuran Baby. Penebar Swadaya. Depok. Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya. 92 hal Sumpena, U. 2005. Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta : Penebar Swadaya, hlm 1719

LAMPIRAN Tinggi Tanaman Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Blok 3 3631,61 1210,53 0,30 ns 3,98 Perlakuan 2 9876 4938,361,20 ns 3,59 Galat 6 24185,6640 30,94 Total 11 37967 Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman Jumlah Daun Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Blok 3 255,042 585,014,55 ns 3,98 Perlakuan 2 46,685 23,34 1,2 ns 3,59 Galat 6 111,93518,65 Total 11 436,43 Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Panjang Buah Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Blok 3 15,55 161,78 ns 3,98 Perlakuan 2 1,29 50,640,22 ns 3,59 Galat 6 17,37 2,89 Total 11 34,17 Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Diamater Buah Sumber dB JK KT Fhit Keragaman Blok 3 0,7537 0,252,77 ns 3,98 Perlakuan 2 1,18895 0,596,55 *3,59 Galat 6 0,56555 0,09 Total 112,5082 Keterangan : huruf * menandakan pengaruh nyata pada perlakuan

fα 5%

 Polinomial Orthogonal Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Perlakuan 2 1,8895 0,94 - Kuadratik 1 0,12 0,121,33 5,99 - linear1 1 491 4916,55* Galat 6 0,56555 0,09 Total 10 Keterarangan: * perlakuan optimal Berdasarkan uji Polinomial Orthgonal yang didapat dengan Anava taraf 5% didapatkan bahwa diameter buah memberikan pengaruh dari perlakuan pupuk kandang. Bobot Buah Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Blok 3 4100 13700 2,20 ns 3,98 Perlakuan 2 79,17 39,58 0,00 ns3,59 Galat 6 37237,5 6206,25 Total 11 78416,67 Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Bobot Basah Berangkasan Sumber dB JK KT Fhit fα 5% Keragaman Blok 3 1246,158 4415,38 1,09 ns 3,98 Perlakuan 2 342,2528 171,12 0,45 ns3,59 Galat 6 2275,9508 379,32 Total 11 3179,8528 Keterangan : huruf ns disamping angka menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun.

JAWABAN PERTANYAAN 1. Perlakuan mana yang terbaik ? Jawaban : perlakuan yang terbaik bila dilihat dari hasil yang berpengaruh nyata yaitu pupuk 150 kg/ha 2. Jika dibandingkan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan produktivitas tanaman ditingkat petani, mana yang lebih baik? Jelaskan penyebabnya. Jawaban : tingkat produksi tanaman mentimun dikalangan petani lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi tanaman mentimun yang kami budidayakan. Hal ini disebakan keadaan lahan serta ketersediaan air yang sangat minim sehingga menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman. Kebutuhan air pada tanaman mentimun yang dibudidayakan petani lebih memadai karena ketersediaanya banyak. Pemupukan yang dilakukan para petani juga lebih intensif. Pada kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani pemeliharaan dilakukan lebih intensif dan telaten sedangkan pada kegiatan budidaya yang kami lakukan pemeliharaan dilakukan seadanya serta masih banyak prosedur pemeliharaan yang belum diterapkan.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF