DASAR TEORI Diff Count
October 24, 2017 | Author: Desi Jumanti | Category: N/A
Short Description
Hematologi...
Description
1. DASAR TEORI Darah Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut Plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein), yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni (Tadeus, 2009).
Leukosit Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang (Hoffbrand,A.V.2012) Jenis-Jenis Leukosit :
Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi
normal. Sel ini mempunyai banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi sel mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh. Sel ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih berwarna merah tua, jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi, pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama inflamasi.
Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5 lobus dan sitoplasma yang pucat dengan batas tida beraturan, mengandung banyak granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu-biru. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil matang.
Netrofilia adalah suatu keadaan
dimana jumlah netrofil lebih dari 7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang. Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda ke peredaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda
degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil dan sitoplasmanya sedikit. Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Limfosit adalah sel yang kompeten secara imunologik dan membantu fagosit dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit, yaitu: a.
Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya (sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'). b.
Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus c.
Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat
membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibinuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan gambaran kaca asah (ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga sering d-glass-apperance. granula sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen
tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga (Sari, Lia Dwi, 2013).
Differential Count Diff Count atau yang sering kita ketahui dengan pemeriksaan hitung jenis leukosit. Diff Count ini merupakan salah satu pemeriksaan penting dalam bidang hematologi, jadi tidak boleh dilewatkan dan harus dipahami tujuan, prinsip, alat dan bahan yang digunakan, cara, harga normal, dan cara menghitungnya. Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl) Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu
lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%. (Radias, 2012) Bila pada hitung jenis leukosit, diperoleh eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi. Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkin diperoleh pada hitung jenis leukosit: 1. Netrofilia Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif. Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang lemah, respons terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita infeksi berat tidak dijumpai netrofilia. Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left. Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa
netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma 2. Eosinofilia Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. 3. Basofilia Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya. 4. Limfositosis Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi nilai normal. Limfositosis
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti
morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer. 5. Monositosit
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3. 6. Netropenia Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya. Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia. 7. Limfopenia Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy. 8. Eosinopenia dan lain-lain
Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil (Yully, 2013).
DAPUS Bakri,Samsyul,dkk.1989.Hematologi.Jakarta:Pesat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI Gandosoebrata,R.2010.Penuntun Laboratorium Klinik edisi keenambelas.Jakarta:Dian Rakyat Hoffbrand,A.V.2012.Kapita Selekta Hematologi edisi keempat.Jakarta:EGC
Info Laboratorium Kesehatan, 2012, Cara Membaca Hasil Laboratorium, ONLINE,
available:
https://infolaboratoriumkesehatan.wordpress.com/tag/nilai-normalleukosit-sel-darah-putih/, diakses pada 12 April 2014 Radias, 2012, Differential Count (Hitung Jenis Leukosit), ONLINE, available: http://radiascakep86.blogspot.com/2012/04/diff-count.html, pada
diakses
12 April 2014
Sari, Lia Dwi, 2013, Makalah Hematologi Differential Counting Hitung Jenis Leukosit
Differential
Count,
ONLINE,
available:
http://waterforest94.blogspot.com/2013/06/makalah-hematologidifferential.html, diakses pada 12 April 2014
Tadeus,
2009,
Histopalogi
Darah,
online,
http://histologidrgtadeus.blogspot.com/2009/01/5-darah.html, 12 April 2014 Yully, 2013, HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFERENTIAL COUNT) DAN EVALUASI HAPUSAN
DARAH
TEPI (HDT),
online,
http://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-leukositdifferential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/, 2014
12
April
Gambar yg diprint
Limposit
Neutrofil stab
monosit
neutrofil segmen
Eusinofil
basofil
View more...
Comments